Go-Jek Makin Agresif Demi Muluskan Rencana Ekspansi Asia Tenggara

Go-Jek makin santer diberitakan berbagai media asing terkait rencana ekspansi pasca hengkangnya Uber dari pasar Asia Tenggara. Go-Jek bisa dibilang sebagai pihak yang penting untuk mencegah monopoli Grab di pasar ini.

Kabar terbaru menyebut saat ini Go-Jek sedang berdiskusi tahap awal dengan operator taksi Singapura ComfortDelGro dan hari ini (24/4) bertemu dengan regulator transportasi Filipina (LTFRB).

Dikutip dari TechCrunch, awalnya Singapura belum masuk ke dalam daftar negara yang bakal dibidik Go-Jek, Vietnam, Thailand, dan Filipina. Namun menurut sumbernya, Go-Jek tengah berdiskusi dengan operator taksi ComfortDelGro untuk layanan Go-Car.

Memilih ComfortDelGro dinilai sebagai strategi yang tepat ketimbang Go-Jek harus bangun bisnis dari awal. Disebutkan ComfortDelGro memiliki 15 ribu unit taksi yang beredar. ComfortDelGro sebelumnya adalah mitra Uber.

Go-Jek telah memiliki kantor di Singapura namun masih fokus sebagai business hub.

Disebut ada kebutuhan dari sisi pengemudi taksi yang merasa kurang nyaman lantaran hanya ada Grab sebagai opsi ride hailing yang tersedia. Hal ini bisa menjadi peluang bagi Go-Jek.

Pihak Go-Jek juga pada hari ini (24/4) bertemu dengan regulator bidang transportasi Filipina untuk membahas bagaimana perusahaan transportasi online dapat beroperasi di sana.

“Mereka ingin memperkenalkan diri secara pribadi dan mungkin mereka akan meminta persyaratan [untuk akreditasi perusahaan jaringan transportasi (TNC)]. Kami akan mendengarkan apa yang mereka tawarkan,” kata Anggota dewan bidang transportasi Aileen Lizada dikutip dari Rappler.

Dalam prosesnya, perusahaan yang sudah memiliki akreditasi TNC diharuskan menyediakan layanan transportasi dengan aplikasi berbasis internet atau platform digital dan menghubungkan penumpang dengan pengemudi menggunakan kendaraan pribadi mereka.

Ramainya pemain ride hailing di Filipina

Selain Go-Jek, menurut Lizada, ada dua pemain lokal lainnya yang sudah menunjukkan niatannya untuk beroperasi sebagai TNC, yakni platform taxi hailing dari Cebu MiCab dan pemain ride hailing baru Owto. Pemain lainnya, Hiro Transport System Inc dikabarkan segera memperoleh akreditasi TNC.

“Owto dan MiCab mengajukan sebagai TNC, sementara U-Hop dan Grab untuk pembaruan akreditasi.”

Sebelumnya, regulator telah memberikan akreditasi TNC untuk GoLag Incorporated, Hirna Mobility Solutions Incorporated, dan Hype Transport Systems Incorporated.

Regulator di negara tersebut membatasi jumlah kendaraan ride sharing hanya 65 ribu berlaku untuk semua pemain aplikasi dan bakal meninjau setiap tiga bulan sekali.

“Akreditasi TNC baru merupakan perkembangan kami sambut baik demi memungkinkan penumpang memiliki lebih banyak pilihan. Kami mencatat, bagaimanapun TNC yang masuk dibiarkan hanya memiliki 7% pangsa di pasar,” kata perwakilan dari Komisi Persaingan Filipina (PCC).

Zilingo Resmikan Kehadiran, Berambisi Dominasi Pasar Indonesia

Marketplace fesyen Zilingo meresmikan kehadirannya di Indonesia. Ekspansi ini merupakan kali kedua yang dilakukan oleh perusahaan asal Thailand tersebut setelah sebelumnya mereka meresmikan kehadirannya di Singapura. Operasional Zilingo di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak Februari 2017 dengan tim berjumlah 7 orang, dan kini telah berkembang mencapai 50 orang.

Untuk bersaing dengan pemain bisnis sejenis, Zilingo menyiapkan sejumlah strategi pemasaran, mulai dari beriklan di berbagai platform (televisi hingga online) dan menjaring penjual dari berbagai skala bisnis. Semua itu dilakukan demi meningkatkan brand awareness bagi kalangan millennials sebagai sasaran konsumennya.

Sejumlah strategi tersebut juga akan didukung oleh sokongan dana segar yang baru didapat Zilingo sebesar US$54 juta (sekitar Rp744 miliar). Pendanaan seri C ini dipimpin oleh Sofina, Burda Principal Investments, dan Sequoia Capital India. Amadeus Capital juga turut bergabung sebagai investor baru.

Investor lainnya yang turut berpartisipasi dalam putaran ini adalah Tim Draper, SIG, Venturra, Beenext, Manik Arora, dan Wavemaker. Putaran ini melampaui pencapaian investasi seri B yang didapat perusahaan pada lima bulan lalu, yakni sebesar US$17 juta. Bila ditotal dengan perolehan terbaru, kini Zilingo telah memperoleh US$82 juta.

“Kami berterima kasih kepada semua investor karena terus menunjukkan kepercayaan yang besar terhadap tim dan visi kami untuk perdagangan fesyen di wilayah ini,” terang Co-Founder dan CEO Ankiti Bose, Jumat (6/4).

Menurutnya, Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan bisnis tercepat dibandingkan kedua negara lainnya. Secara keseluruhan, pertumbuhan merchant yang bergabung sudah mencapai lebih dari 10 ribu unit, sekitar 15% di antaranya berasal dari Indonesia.

Pengguna Zilingo sendiri tercatat telah mencapai 5 juta orang, 20% di antaranya (sekitar 1 juta orang) dari Indonesia. Total SKU yang dimiliki perusahaan mencapai 2 juta item dengan persentase 35% dari Indonesia.

“Sejak enam bulan terakhir, secara umum bisnis Zilingo di Indonesia tumbuh hampir 7 kali lipat.”

Rencana Zilingo di Indonesia

Pihak Zilingo akan terus menambah kemitraan dengan penjual dari berbagai skala usaha. Dengan berbagai macam jenis mitra yang digaet, tentunya akan memudahkan para konsumen untuk memilih produk sesuai dengan selera masing-masing.

Perusahaan juga bakal membawa pasokan produk dari luar negeri, dari brand berkelas, untuk memudahkan konsumen Indonesia dalam mencari produk fesyen impor kualitas asli. Sejauh ini, Zilingo memiliki pasokan tersebar di Tiongkok, Bangladesh, Vietnam, dan Kamboja yang siap mengirim barang ke negara operasional Zilingo.

Bagi penjual lokal, mereka juga akan dibantu Zilingo untuk memasarkan produknya ke skala internasional. Dengan demikian, akan semakin banyak produk Indonesia yang go global.

“Jadi desainer lokal bisa go international, selain kami menyediakan produk dari luar untuk pasar Indonesia.”

Model bisnis Zilingo

Secara model bisnis, Zilingo adalah marketplace yang menghubungkan merchant fesyen dengan pengguna. Perusahaan tidak menyediakan gudang untuk menyimpan barang dan melakukan pengiriman. Melainkan menciptakan ekosistem yang memungkinkan setiap penjual dapat melakukan penawaran produk yang baik, sementara tugas untuk berjualan secara online diurus oleh Zilingo.

Zilingo memiliki lebih dari 25 integrasi API logistik dan pembayaran yang memungkinkan penjual untuk mengirim dari satu lokasi ke beberapa negara. Pada saat yang sama, pusat penjual Zilingo memungkinkan pedagang untuk mengelola toko online dalam bahasa dan mata uang apa pun pilihan mereka, berjualan di banyak negara yang berbeda, dan menerima pembayaran secara internasional dalam bentuk mata uang lokal.

Zilingo juga membantu pedagang di sisi pembiayaan modal kerja, asuransi, pengiriman di hari berikutnya. Selain itu pihaknya juga memberikan layanan pergudangan dan pengemasan, katalogisasi, produksi video, pemotretan, hingga konsultasi bisnis dan pelatihan berbasis keterampilan.

Perusahaan membuka pintu lebar untuk para pedagang yang ingin bergabung, mereka pun tidak membebankan listing fee. Hanya saja ada kesepakatan komisi yang harus diberikan pedagang kepada Zilingo apabila sukses terjadi transaksi.

“Kami ada tim quality control yang bertugas memastikan barang yang dijual pedagang adalah asli. Apabila ada yang jual barang mewah, tim kami akan mendatangi mereka dan meminta sertifikat asli sebagai buktinya. Jadi pedagang yang sudah masuk dalam platform kami sudah dikurasi sebelumnya,” pungkas Marketing Director Zilingo Indonesia Sarah Humaira.

Application Information Will Show Up Here

Platform Event Loketics Jadi Ivenframe, Awal Baru Transformasi Bisnis

Sejak diluncurkan pada tahun 2013, nama Loketics semakin banyak dirujuk saat konsumen ingin membeli tiket suatu pertunjukan. Startup yang berbasis di Yogyakarta ini dikenal sebagai platform online yang menjual beraneka ragam jenis tiket, mulai dari konser musik, seminar, konferensi, kompetisi, pameran, dan berbagai jenis acara lainnya. Sampai saat ini tercatat lebih dari 40 ribu tiket terjual ke 21 ribu pengguna dan memfasilitasi sekitar 250 acara dari berbagai latar belakang.

Nama baru, semangat baru

Visi Loketics adalah menghadirkan platform industri event dengan sistem terintegrasi. Pihaknya percaya, bahwa sinergi antara teknologi dan konsumen (target utama millennials) yang memadai dapat membantu penyelenggara event mendapatkan keuntungan yang lebih maksimal. Tidak berhenti di situ, Loketics ingin mengawali transformasi bisnis secara berkelanjutan dengan mematangkan dirinya sebagai “one stop event platform“.

Transformasi ini diawali dengan pemilihan nama baru, dari Loketics menjadi Ivenframe, merujuk pada nama legal perusahaan PT Ivenframe Teknologi Nusantara. Dengan pengubahan nama tersebut, pihaknya ingin mengubah pandangan yang ada di masyarakat bahwa Ivenframe tidak hanya menyediakan layanan distribusi tiket, tetapi juga layanan lain, meliputi persiapan pre-event, during event dan post-event. Penggantian nama ini bertepatan dengan peresmian kantor barunya di seputar Sleman, Yogyakarta, pertengahan Februari lalu.

“Masyarakat lebih mengenal Loketics hanya sebagai ticket box atau gampangnya sebagai perantara penyelenggara event dengan pembeli, sedangkan layanan kami tidak hanya itu. Sebenarnya kami menangani pre-event, during event dan post-event. Ticket box adalah salah satu layanan kami yang ada di pre-event itu. Maka dari itu, kita berganti nama menjadi Ivenframe,” sambut CEO Ivenframe Hasan Imaduddin.

Ivenframe sendiri memiliki makna yang cukup menarik, yaitu ‘I’ yang berarti “aku, Indonesia, internet”, kemudian “Ven” diambil dari kata “Event”, dan “Frame” yaitu bingkai. Diharapkan solusi yang diberikan mampu mencakup dan menjadi rangka yang kuat dalam berbagai event.

Pengajawantahan konsentrasi bisnis ini menjadi tiga solusi produk, yakni cloud event platform, event campaign, dan support services. Selain membantu menjual tiket secara online, Ivenframe turut menyediakan layanan lain, seperti produksi tiket, tim kepanitiaan, manajemen gate-entry, bahkan pemasaran/iklan acara.

Berbagai layanan yang diusung Ivenframe / Ivenframe
Berbagai layanan yang diusung Ivenframe / Ivenframe

Bersiap ekspansi ke Filipina dan Hong Kong

Bersama dengan penggantian nama ini, Ivenframe berkomitmen terus melakukan inovasi dan perluasan pangsa pasar. Disampaikan Anindyo Susjanarko, Chief Commercial Officer and Global Expansion Ivenframe, saat ini perluasan kemitraan menjadi agenda utama Ivenframe.

Selain menguatkan basis bisnis di Indonesia, Ivenframe merencanakan untuk melakukan ekspansi ke Filipina dan Hong Kong. Ekspansi tersebut diharapkan menjadi awal penguatan basis bisnis Ivenframe di Asia Tenggara.

“Dengan mengubah nama menjadi Ivenframe sekaligus mengembangkan beberapa solusi yang lebih inovatif dan mengadopsi proses otomasi penjualan, harapan kita bisa lebih mampu meng-capture beberapa peluang yang ada di pasar kita. Bahkan kita juga tengah mencoba menjalin kemitraan strategis di negara-negara lain, yaitu Filipina dan Hong Kong,” ujar Anindyo.

Strategi RedDoorz Kuatkan Bisnis Melalui Ekspansi dan Kepemilikan Properti

Hari ini (06/3) platform pemesanan budget hotel online RedDoorz mengumumkan perolehan pendanaan Pra-Seri B senilai $11 juta atau setara dengan 151.5 miliar Rupiah. Pendanaan tersebut diperoleh sebagai suntikan dana tambahan dari Asia Investment Fund. Turut berpartisipasi dalam pendanaan ini investor terdahulu, yakni Sushquehanna International Group, International Finance Corporation (perusahaan investasi swasta dari World Bank Group), InnoVen Capital, dan Jungle Ventures. Juga ada investor baru yang partisipasi, termasuk DeepSky Capital, FengHe Group, dan Hendale Capital.

Pendanaan ini akan difokuskan pada dua agenda, pertama untuk melanjutkan ekspansi RedDoorz di Asia Tenggara. Saat ini perusahaan sudah beroperasi di tiga negara, yakni Indonesia, Singapura, dan Filipina. Kemudian yang kedua, dengan pendanaan ini RedDoorz juga berencana untuk membuka properti yang sepenuhnya dioperasikan RedDoorz. Ditargetkan akan ada 100 properti yang akan dioperasikan sendiri selama 18 bulan, dilengkapi dengan penambahan lebih dari 1000 yang dikelola oleh mitra.

Di Indonesia beberapa agenda RedDoorz terus digencarkan. Belum lama ini RedDoorz baru meresmikan ekspansinya ke Surabaya, ditargetkan tahun ini akan menambah sekurangnya 20 properti baru yang dikelola sendiri di wilayah tersebut. RedDoorz juga mengumumkan rencananya untuk melakukan ekspansi ke wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta dengan target yang kemungkinan tidak jauh berbeda. Peresmiannya sendiri baru diadakan pada hari Kamis (8/3) mendatang di salah satu unit properti miliknya di Yogyakarta.

Terkait jangkauannya, di Indonesia setidaknya sudah ada 16 kota yang dirangkum platform RedDoorz, dengan jumlah properti sekitar 500 unit, meliputi wilayah Jakarta, Bogor, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Solo, Palembang, Makassar, Medan, Manado, Batam, Lombok, Bali, Malang, dan Aceh. Menurut RedDoorz, returning user yang mencapai 65% akan turut mempermudah RedDoorz mencapai target 3000 kamar di tahun ini di Indonesia.

Founder & CEO RedDoorz Amit Saberwal menyampaikan sebuah hasil studi dari Google dan Temasek Holdings yang mengemukakan bahwa pasar regional untuk akomodasi perjalanan online termasuk maskapai penerbangan akan meningkat mendekati USD90 miliar pada tahun 2025 dan Indonesia diperkirakan akan menghasilkan sepertiga dari pertumbuhan tersebut.

Application Information Will Show Up Here

Setelah Bandung, Layanan Bike-Sharing oBike akan Hadir di Bali dan Jakarta

Layanan bike-sharing oBike belum lama ini memulai layanannya di Bandung. Di fase awal ini, sebanyak 650 sepeda oBike akan didistribusikan melalui beberapa hotel untuk bisa dinikmati penggunanya. Ke depan, lokasinya akan diperbanyak, menyasar sekolah, tempat ibadah, dan taman-taman di Kota Bandung. Berpusat di Singapura, oBike disebutkan sudah tersedia di 13 negara.

Dungkapkan tim oBike Indonesia kepada DailySocial, Bandung menjadi awal ekspansi oBike di Indonesia. Ditargetkan dalam waktu dekat oBike akan hadir juga di Bali dan Jakarta. Mereka menjelaskan mengapa Bandung yang pertama, karena pihak Dishub di Kota Bandung cukup responsif untuk menjalankan insiatif ini, terlebih sebelumnya pemerintah setempat juga sudah memiliki inisiatif sama berjuluk Boseh (Bike on the Street Everybody Happy).

Untuk menggunakan layanan bike-sharing ini, pengguna cukup memasang aplikasi oBike dan mengisi saldo untuk transaksi. Selanjutnya melalui aplikasi tersebut pengguna dapat membuka kunci sepeda untuk digunakan. Untuk tarifnya sendiri saat ini didasarkan waktu penggunaan, yakni Rp4.000 per 30 menit. Seusai menggunakan, pengguna dapat memarkirkan kembali sepeda di tempat terdekat yang sudah disediakan.

Sepeda oBike telah dilengkapi dengan GPS, sehingga setiap aktivitas yang dilakukan dengan sepda akan terekam. Ini juga untuk mencegah terjadinya pencurian yang mungkin saja terjadi dalam penggunaan sepeda. oBike sendiri sudah beroperasi di 12 negara, khususnya negara maju, termasuk di Singapura, Inggris, Jerman, hingga Belanda.

Terkait dengan budaya bike-sharing yang masih cukup baru di Indonesia pihak oBike menanggapi dengan cukup optimis. Menurut pemaparan tim oBike, sejauh ini respons yang diterima dari masyarakat cukup baik. Pihaknya juga mengaku tengah bekerja keras untuk menjalin kerja sama dengan mitra lokal untuk memperkenalkan oBike secara luas. Turut disadari bahwa ini bukan pekerjaan mudah, karena sepeda tidak teralu populer di sini, orang lebih suka berkendara dengan sepeda motor sebagai moda transportasi utama.

Application Information Will Show Up Here

Awali Ekspansi di Luar Jawa, Platform Pembiayaan Khusus Mahasiswa “Cicil” Hadir di Bali

Setelah sebelumnya ke Yogyakarta, startup teknologi finansial penyedia fasilitas pembiayaan lunak tanpa kartu kredit khusus mahasiswa Cicil mengumumkan ekspansinya ke Bali. Ekspansi ini menjadi titik awal untuk perluasan wilayah operasional di luar Jawa. Sebelumnya Cicil telah mematangkan kehadirannya di Jawa dengan menjangkau kota-kota dengan populasi mahasiswa yang besar, mencakup Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Malang dan Yogyakarta.

Mengawali layanannya di Pulau Dewata, Cicil membuka akses untuk mahasiswa di tiga universitas di Bali, yakni Universitas Udayana, Universitas Warmadewa, dan Universitas Pendidikan Nasional. Menurut Marketing Lead Cicil Yuppie Wietanto, dari hasil survei yang dilakukan pihak internal Bali memiliki potensi pasar yang cukup signifikan. Di samping itu, perluasan jangkauan ini sejalan dengan roadmap Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mendorong inklusi akses pembiayaan khususnya bagi masyarakat di wilayah luar Jawa.

Sistem pembiayaan yang disuguhkan oleh Cicil ialah untuk membantu mahasiswa memenuhi kebutuhan penunjang produktivitasnya. Mahasiswa yang sudah mendaftar dan terverifikasi dapat mengajukan barang yang diinginkan dari situs e-commerce populer yang telah menjadi mitra Cicil. Kemudian platform Cicil akan melakukan kalkulasi untuk menyesuaikan DP (Down Payment) minimal yang harus dibayarkan berdasarkan jangka waktu angsuran cicilan.

“Skema cicilan masih tetap menggunakan DP sebagai komitmen mahasiswa untuk membeli produk tersebut bersama-sama dengan CICIL, dengan jangka waktu pelunasan cicilan yang bisa diatur dari  1 bulan hingga 24 bulan sesuai dengan budget mahasiswa,” jelas Yuppie.

Yuppie juga menyampaikan sejauh ini Cicil sudah membuka layanan cicilan mahasiswa di lebih dari  50 perguruan tinggi yang tersebar di tujuh kota. “Target kami pada tahun ini membuka akses bagi 100 perguruan tinggi di Indonesia  dan Bali menjadi pilot project Cicil.co.id di luar Jawa, selanjutnya Cicil akan membuka akses untuk mahasiswa yang ada di Pulau Sumatra,” pungkasnya.

Untuk memperkuat penetrasinya di pasar, baru-baru ini Cicil juga meluncurkan aplikasi mobile untuk platform Android. Dan sebagai manuver strategi menjangkau kalangan mahasiswa secara lebih luas, Cicil turut menghadirkan program Ambassadors yang dapat diikuti oleh mahasiswa. Fokusnya ialah mengajak mahasiswa terlibat membantu Cicil dalam pemasaran, sebagai fasilitator cicilan dan pengembangan strategi di lingkungan kampus.

Application Information Will Show Up Here

RedDoorz Targetkan Ekspansi Menyeluruh di Tahun 2018, Dimulai dari Surabaya

Platform pemesanan online hotel budget RedDoorz hari ini mengumumkan ekspansinya ke Surabaya dengan menyediakan 50 properti, 5 di antaranya dikelola penuh oleh RedDoorz. Bersama dengan ekspansi ini, RedDoorz juga tengah menggarap penambahan 20 properti baru di wilayah Surabaya.

Guna mematangkan target ekspansi, RedRoorz turut memperkuat tim di kota tersebut. Beberapa staf baru telah direkrut untuk memperkuat lini penjualan, pemasaran, dan operasional. Beberapa program promo turut dilaksanakan bersamaan dengan peresmian ekspansi ini.

Strategi ini menyusul atas pendanaan yang sebelumnya berhasil diraih RedDoorz, sekurangnya dana senilai $10 juta disiapkan untuk terus menggenjot kehadiran layanan di berbagai kota di Indonesia selama tahun 2018.  Saat ini RedDoorz beroperasi di 16 kota dengan sekitar 500 properti di Indonesia. RedDoorz berada di Jakarta, Bogor, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Solo, Palembang, Makassar, Medan, Manado, Batam, Lombok, Bali, Malang, dan Aceh.

[Baca juga: RedDoorz Raih Investasi Lanjutan Khusus untuk Pasar Indonesia]

Dalam sambutannya COO RedDoorz Rishabh Singhi mengungkapkan, “Kami sangat antusias untuk melihat perkembangan pesat RedDoorz di Indonesia. Sekarang, RedDoorz menyediakan lebih dari 3.000 kamar – yang semuanya dapat diakses melalui platform online kami. Kami semakin yakin melihat reaksi positif dari tamu, dengan lebih dari 65% dari total pelanggan menginap kembali di RedDoorz sejak menginap pertama kali di RedDoorz.”

Lebih lanjut terkait ekspansinya di Surabaya Rishabh menjelaskan, “Surabaya dikenal sebagai kota digital Indonesia. Kami percaya visi pemerintah daerah dalam menciptakan motor baru yang bisa menggerakkan ekonomi digital dan membuat program untuk mendukung UKM menggunakan teknologi, sejalan dengan visi jangka panjang RedDoorz. Tujuan RedDoorz adalah bermitra dengan hotel kelas menengah dan pemilik penginapan, serta menyediakan platform teknologi ideal yang dapat meningkatkan bisnis dan keberlanjutan tingkat okupansi yang baik bagi mitra.”

Selain itu untuk membantu kesuksesan mitra akan ada program RedDoorz Training Programme yang berfokus pada pelatihan dan peningkatan keahlian misalnya terkait penggunaan teknologi, kebersihan dan perawatan properti, layanan pelanggan dan kemampuan komunikasi, yang kami tanamkan kepada para staf di properti telah memainkan peranan penting dalam mempersiapkan mitra kami untuk ikut serta dalam ekonomi digital.

[Baca juga: Fokus Ekspansi Bisnis di Indonesia, RedDoorz Tunjuk Direksi Baru]

Rishabh turut menyampaikan bahwa RedDoorz menjalankan unit operasional secara penuh bersama mitra, mulai dari layanan pelanggan, operasional dan penjualan produk, hingga membangun merek, keuangan dan pemasaran. RedDoorz juga telah mengembangkan teknologi patennya sendiri dengan menggunakan analisis data yang bisa memperkirakan secara akurat mengenai permintaan di berbagai area untuk memiliki lebih banyak hotel atau properti untuk semakin meningkatkan jumlah wisatawan.

RedDoorz berkantor pusat di Singapura dan beroperasi di Indonesia dan Filipina. RedDoorz mendapatkan pendanaan dari International Finance Corporation (Lembaga investasi yang merupakan bagian dari Grup Bank Dunia), Asia Investment Fund dari Sushquehanna International Group, FengHe Group dan Jungle Ventures. Baru-baru ini, RedDoorz telah mendapatkan pinjaman ventura dari InnoVen Capital, firma pinjaman ventura milik Temasek Holdings dan United Overseas Bank.

Application Information Will Show Up Here

Pundi X Mulai Distribusikan Perangkat POS Berbasis Cryptocurrency di Indonesia

Pundi X dengan platform POS (Point of Sale) berupaya memudahkan masyarakat melakukan transaksi berbasis cryptocurrency untuk keseharian. Perangkat POS dari Pundi X akan bisa digunakan di toko atau merchant sehingga masyarakat lebih mudah untuk menjangkaunya.

Di awal tahun 2018 ini, Pundi X akan melanjutkan crowdsale pada tanggal 21 Januari hingga 31 Januari. Selain itu Pundi X juga tengah gencar mempromosikan perangkat Pundi X di beberapa negara. Dari informasi yang kami terima, Pundi X akan memulainya di Jakarta, Bali dan Singapura, kemudian di lanjutkan ke negara-negara lain.

“Untuk tahun 2018, kami akan fokus untuk mendistribusikan perangkat POS kami sebagai starting point di Jakarta, Bali, dan Singapura. Selain itu kami juga akan mencari rekanan untuk bekerja sama mengembangkan Pundi X. Sejauh ini banyak sekali pemain besar di dunia blockchain yang telah bekerja sama dengan Pundi X, seperti NEM, Stellar Lumens dan QTUM,” jelas Product Manager Pundi X Indra Winarta.

Pundi X direncanakan akan meluncurkan tiga buah perangkat yang berbeda-beda. Perangkat-perangkat tersebut dibuat untuk menyesuaikan merchant. Misalnya X POS 1 yang memiliki codename Mount Agung. Disediakan untuk merchant atau toko yang memiliki tempat terbatas, seperti cafe atau restoran.

Lalu perangkat POS yang memiliki codename Halla, disiapkan dengan layar besar dan didesain untuk merchant atau toko yang memiliki tempat kosong lumayan besar seperti toko-toko ritel. Untuk perangkat versi kedua (Jade Dragon Snow Mountain) dan ketiga (Halla) sudah dikembangkan dan bisa menerima pembayaran menggunakan kartu kredit Visa dan Master.

Indra menjelaskan untuk masa awal pihaknya hanya meluncurkan perangkat POS dalam jumlah kecil. Namun pihaknya juga telah mengirimkan beberapa perangkat POS ke beberapa negara seperti Amerika, Jepang, India, Korea Selatan, dan Inggris untuk melakukan pengujian oleh tim expert Pundi X yang ada di masing-masing negara tersebut.

Indonesia menjadi salah satu negara awal Pundi X. Sejauh ini belum ada aturan yang melarang jual beli cryptocurrency sehingga Bali dipilih menjadi salah satu kota awal.

“Sejauh ini, aturan di Indonesia hanya melarang penggunaan cryptocurrency sebagai alat tukar. Untuk transaksi jual-beli barang kami akan mematuhi aturan ini di Indonesia. Kami akan berjalan sesuai dengan regulasi yang berlaku,” terang Indra.

Cryptocurrency, terlebih Bitcoin sekarang memang menjadi salah satu topik bahasan yang mulai banyak dibicarakan. Pihak Pundi X juga menuturkan bahwa pihaknya tertarik untuk mengenalkan teknologi blockchain di Indonesia, karena blockchain pada dasarnya tidak hanya soal cryptocurrency atau Bicotin. Masih banyak solusi yang bisa dihadirkan oleh teknologi blockchain.

“Untuk itulah, kami sangat bangga dapat menjadi salah satu anggota pertama dari Asosiasi Blockchain Indonesia terdiri dari beberapa pemain blockchain di Indonesia, seperti Oscar Darmawan, CEO dari Bitcoin Indonesia sehingga kami dapat mengedukasikan blockchain ke seluruh penjuru Indonesia,” pungkas Indra.

Cermati Empat Hal Berikut Sebelum Melakukan Ekspansi Bisnis di Asia

Saat ini mulai banyak startup Indonesia yang ingin melebarkan pasar lain di negara Asia. Namun demikian seiring berjalannya waktu, tidak semua perusahaan tersebut mampu untuk bertahan lama dan terpaksa untuk menghentikan operasional mereka di negara tersebut.

Salah satu faktor kesalahan yang dilakukan oleh perusahaan asing tersebut melancarkan bisnis di Asia adalah kurangnya persiapan hingga penerjemahan konten menyesuaikan dengan kultur dan kebiasaan dari penduduk setempat.

Negara Asia sendiri termasuk ramah untuk perusahaan asing melakukan ekspansi bisnis, dengan birokrasi yang tidak terlalu mengikat hingga tenaga kerja yang mudah didapat dengan upah yang bisa disesuaikan dengan budget dari perusahaan.

Artikel berikut ini akan mengupas hal-hal yang harus dilakukan oleh perusahaan asing, saat melancarkan usaha di Asia.

Rencana bisnis

Banyak perusahaan asing yang datang ke Asia tidak memiliki business plan atau rencana bisnis yang matang. Hal tersebut akan berpengaruh ketika bisnis tersebut ingin menambah modal, melakukan monetisasi dan hal-hal terkait lainnya. Rencana bisnis tersebut meliputi, visi dari perusahaan, latarbelakang perusahaan, tujuan, perekrutan talenta, produk dan layanan, kompetitor, kegiatan pemasaran, pendanaan dan exit plan.

Dokumentasi ijin kerja (visa)

Hal penting lainnya yang harus diperhatikan adalah untuk memperhatikan persyaratan dokumen, seperti ijin kerja hingga visa dari tim inti perusahaan yang kebanyakan adalah tenaga kerja asing. Siapkan selalu dokumen yang resmi dan perhatikan tengat waktu dari ijin kerja tersebut.

Pajak dan akunting

Salah satu faktor penting yang kerap dihiraukan oleh perusahaan asing adalah soal perpajakan perusahaan. Di Indonesia sendiri hal tersebut menjadi perhatian dari para regulator, terkait dengan perusahaan asing yang memiliki bisnis di Indonesia. Untuk itu pelajari dan cermati hal-hal mendasar soal perpajakan di negara setempat.

Biaya operasional

Hal lain yang juga harus diperhatikan adalah biaya operasional saat menjalankan bisnis di negara Asia. Apakah perusahaan memiliki dana yang cukup untuk membayar gaji pegawai dan biaya operasional. Berapa lama uang simpanan tersebut mampu bertahan. Saat awal bisnis yang kebanyakan belum mendapatkan profit secara langsung, hal tersebut wajib untuk disiapkan.

AiChat Berencana Membawa Platform “Chatbot-as-a-Services” ke Indonesia

Produk berbasis Artificial Intelligence (AI) akhir-akhir ini cukup ramai digulirkan, khususnya untuk produk berbasis chatbot. Sejumlah korporasi sudah mulai mengutilisasinya, terutama untuk kemudahan otomasi. Di Indonesia pun perkembangannya juga cukup pesat, beberapa waktu lalu pemain industri seperti perbankan dan telekomunikasi mulai memperkenalkan mesin chatbot mereka yang ditujukan untuk pelayanan pelanggan yang reliable.

Melihat peluang tersebut, salah satu pengembang layanan chatbot asal Singapura bernama AiChat berencana memperluas basis bisnis mereka ke Indonesia. AiChat menyediakan platform yang mereka sebut dengan chatbot-as-a-services. Memungkinkan perusahaan mengelola chatbot pada kanal messaging apps populer. Saat ini fungsionalitas AiChat meliputi chatbot untuk layanan pelanggan, sistem e-commerce, pemasaran, CRM, dan analisis data.

Untuk berekspansi ke Indonesia, disadari betul bahwa akan ada dua tantangan yang sangat mendasar. Pertama chatbot sendiri masih dalam tahap pengenalan awal di Indonesia. Yang kedua ialah seputar persaingan. Di Indonesia sudah ada beberapa startup pengembang layanan chatbot untuk kebutuhan korporasi.

“Ya, kami sadar, tidak hanya di Indonesia saja, tapi secara regional, jumlah pemain AI telah meningkat. Seperti semua teknologi baru, kami yakin adopsi hadir dengan kepercayaan dan kejelasan. Strategi kami sederhana, yakni terus menghadirkan dampak pada bisnis dengan chatbots yang efektif untuk mampu dioptimalkan dalam menghadirkan konversi dan memaksimalkan ROI klien kami,” ujar Co-Founder AiChat Matthew Low.

Matthew mengungkapkan langkah ekspansi ini diprakarsai melalui kemitraan strategis yang sebelumnya sudah dijalin dengan beberapa perusahaan di Indonesia. Selain di Indonesia, ekspansi ini juga akan ditargetkan ke kawasan regional. Saat ini pihak AiChat sedang melakukan perekrutan khusus untuk memulai operasi di Indonesia.

Beberapa job yang tengah diupayakan AiChat untuk memulai operasional di Indonesia / e27
Beberapa posisi yang tengah diupayakan AiChat untuk memulai operasional di Indonesia / e27

Pendekatan yang diambil

AI membuat layanan yang digarapnya menjadi lebih pintar. Seperti layanan chatbot pada umumnya, AiChat mendesain sistemnya untuk mampu memahami percakapan kontekstual dan mengingat pertanyaan yang diajukan oleh pengguna. Ini memungkinkan pengalaman perpesanan yang dipersonalisasi dipetakan berdasarkan interaksi pengguna sebelumnya dengan bot.

Secara lebih mendetail Matthew masih enggan mengungkapkan rencana pasti peresmian ekspansi di Indonesia, termasuk strategi bisnis seperti apa yang akan dilakukan di sini.

“Jika Anda melihat dari penggerak pertama, tidak ada satu vertikal atau industri yang mendominasi adopsi chatbot. Meskipun demikian, kekuatan kunci AiChat ada pada layanan pelanggan, bots dan layanan yang berorientasi pada pemasaran. Sedangkan untuk e-commerce menggabungkan beberapa fungsionalitas untuk menghadirkan agen yang cerdas,” ungkap Matthew.