Platform Fintech Lending PinjamWinWin Umumkan Pendanaan dari SOSV MOX

Startup fintech p2p lending asal Surabaya PinjamWinWin mengumumkan perolehan pendanaan dengan nilai yang tidak disebutkan dari multi stage VC  dari Amerika Serikat SOSV. Dana segar akan dipakai untuk meningkatkan kapasitas bisnis sekaligus perdalam penetrasi pasar di Indonesia.

“Investasi dari SOSV akan mempercepat pertumbuhan kami dan membantu kami fokus mengumpulkan lebih banyak dana pemberi pinjaman dengan minat khusus pada dana kelembagaan. Dana ini akan menjadi amunisi yang digunakan untuk lebih lanjut mendominasi peluang pasar p2p lending senilai $60 miliar di Indonesia,” terang Founder dan CEO PinjamWinWin James Susanto dalam keterangan resmi.

PinjamWinWin bergerak di pinjaman konsumer dengan nominal mulai dari Rp500 ribu sampai Rp5 juta ($35-$350). Tenor maksimal 30 hari dengan bunga mulai dari 0,79% per hari untuk pinjaman perdana. Juga, invoice financing dengan nominal Rp50 juta-Rp2 miliar ($3500-$150 ribu).

Untuk pendana, startup ini menjanjikan imbal hasil 12%-48% per tahunnya dan nominal investasi minimal Rp100 ribu. Di dalam situsnya, PinjamWinWin melayani wilayah Jabodetabek, Bandung, Karawang, Semarang, Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, dan Pasuruan.

Startup yang didirikan di Surabaya pada 2015 ini adalah lulusan program akselerator SOSV, yakni Mobile Only Accelerator (MOX). Program ini khusus menyasar startup yang mengatasi masalah di negara berkembang seperti Asia Tenggara dan Asia Selatan.

General Partner SOSV dan Managing Director MOX William Bao Bean menambahkan, “Peluang PinjamWinWin yang fokus pada pinjaman jangka pendek, sangat besar. Kami berharap dapat mendukung James Susanto dan tim di PinjamWinWin karena mereka meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia dan sekitarnya.”

Kembali terdaftar di OJK

Tahun lalu, PinjamWinWin termasuk dalam salah satu dari lima perusahaan yang tanda terdaftarnya dicabut OJK. Secara terpisah, kepada DailySocial, President Commisioner PinjamWinWin Florence Nathania memberikan penjelasannya.

Dia berujar, dua tahun lalu, manajemen sendirilah yang memutuskan untuk menarik tanda terdaftar karena ingin lebih dahulu merapikan perusahaan dan menyelesaikan sertifikasi ISO. Pihaknya juga merasa terbantu dengan bimbingan OJK, alhasil kini telah memiliki status terdaftar lagi per Februari 2019.

“Pada intinya, kami selalu berjalan bersama dengan arahan OJK, tidak seperti fintech ilegal yang kasar di luar aturan dan bisa memberi bunga berlipat-lipat ganda dari pokok,” ujarnya.

Update bisnis PinjamWinWIn
Pembaruan bisnis PinjamWinWIn

Perusahaan pun sekarang sedang mengejar persyaratan untuk mengajukan izin usaha ke OJK. Salah satu di antaranya adalah menyelesaikan sertifikasi ISO 27001 dan sosialisasi ke 12 kota di seluruh Indonesia. “Hanya kurang satu kota lagi,” tambahnya.

Diklaim PinjamWinWin sudah mencetak keuntungan. Secara kumulatif telah menyalurkan pinjaman $9 juta (sekitar 128 miliar Rupiah) sejak pertama kali berdiri. Ada 140 ribu pengajuan pinjaman yang masuk, namun yang diterima adalah 22 ribu pinjaman, 62% di antaranya adalah pinjaman berulang (repeat loans).

Aplikasi PinjamWinWin baru tersedia untuk peminjam (borrower) dalam versi Android, tapi belum tersedia di Google Play. Untuk sementara, peminjam akan diarahkan untuk mengunduh APK secara manual lewat situs resminya.

“Kalau lender bisa login dari situs kami. Aplikasi sedang kami update, kemungkinan besar Jumat (20/9) akan kembali live lagi [di Google Play],” tutup Florence.

Catatan tentang Industri Fintech Indonesia di Paruh Pertama 2019

Teknologi finansial (fintech) menjadi salah satu lanskap yang paling atraktif di Indonesia. Mulai dari unicorn sampai pemain baru, silih berganti menghadirkan inovasi produk keuangan digital. Di paruh pertama tahun 2019, DailySocial mencatat berbagai informasi mengenai dinamika industri tersebut. Di antaranya berita mengenai pemain baru (30), produk/fitur baru (24), kolaborasi antar perusahaan (13) hingga pendanaan ke startup fintech (8).

Mengenai pemain baru yang hadir cakupannya cukup beragam. Ada yang bermain di sub-sektor p2p lending seperti Amalan, e-money seperti Zipay, agregator seperti Aiqqon, hingga pemodal ventura seperti BRI Ventures yang akan fokus berinvestasi ke fintech.

Slide1

Untuk pendanaan startup fintech, hingga Juli 2019 ada 13 transaksi. Kendati sebagian besar tidak menyebutkan nilainya, dari 4 startup yang membeberkan nominal didapat total dana $22,3 juta. Sebanyak 7 transaksi merupakan putaran tahap awal, sisanya merupakan Seri A dan Seri B.

Jika dibandingkan dengan tahun lalu, seperti yang diulas dalam Fintech Report 2018, jumlah transaksi memang meningkat kendati secara total nilai justru jauh di bawahnya. Di periode yang sama, Modalku (seri B), CekAja (seri C), Investree (seri B), dan Kredivo (seri B) berhasil membukukan lebih dari $80 juta.

Sorotan lain ialah mengenai kolaborasi yang kian intensif, baik sesama pemain digital maupun bersama institusi konvensional. Sebagai contoh, GoPay berkolaborasi dengan Google untuk menghadirkan opsi pembayaran di Google Play. LinkAja bantu Pemkot Banyuwangi untuk tingkatkan efisiensi pembayaran pajak. Ovo kerja sama dengan sejumlah fintech lending untuk hadirkan fitur cicilan tanpa kartu kredit.

Kolaborasi ini, selain meningkatkan kapabilitas layanan, dinilai efektif untuk menjaring segmentasi pelanggan yang lebih luas.

Fintech lending berizin OJK

Per 7 Agustus 2019, ada 127 pemain fintech lending yang berstatus terdaftar di OJK –sebanyak 9 di antaranya sajikan jenis layanan berbasis syariah. Yang baru, tahun ini OJK juga mulai memberikan jalan bagi para pemain untuk mendapatkan status “izin usaha”, sebagai level berikutnya setelah menggaet status “terdaftar dan diawasi”.

Hingga tulisan ini diterbitkan, ada 7 pemain yang sudah mendapatkan izin usaha yakni Danamas, Investree, Amartha, Dompet Kilat, Kimo, Tokomodal dan UangTeman.

Secara keseluruhan untuk lini bisnis p2p lending OJK mencatat terjadi pertumbuhan transaksi. Setidaknya hingga Juli 2019 nilai pinjaman yang digelontorkan sudah mendekati 50 triliun Rupiah dengan tingkat TKB90 yang cukup apik. Partisipan, baik dari sisi peminjam dan pemberi pinjaman, juga terus bertambah.

Slide2

Sebagai informasi, TKB90 adalah ukuran tingkat keberhasilan penyelenggara p2p lending terkait penyelesaian transaksi dalam jangka waktu maksimal 90 hari sejak jatuh tempo. Sementara TKW90 adalah ukuran dari non performing loan atau gagal bayar, yakni wanprestasi dalam penyelesaian kewajiban di atas 90 hari sejak tanggal jatuh tempo. OJK meminta setiap penyelenggara untuk menginformasikan TKB90 tersebut sebagai bagian dari transparansi.

Standardisasi pembayaran QR Code

Awal Mei 2019 lalu, Bank Indonesia meresmikan QR Code Indonesia Standard (QRIS) sebagai langkah awal transformasi digital di Sistem Pembayaran Indonesia (SPI) dalam membantu percepatan pengembangan ekonomi dan keuangan digital. Sederhananya, dengan QRIS nantinya satu QR Code dapat diakses oleh berbagai layanan pembayaran – misalnya di sebuah kedai hanya cukup punya satu kode, pengguna Ovo, LinkAja atau GoPay bisa membayar dengan memindai kode yang sama.

Inisiatif ini salah satunya untuk memudahkan masyarakat sebagai pengguna, di tengah pertumbuhan layanan pembayaran digital berbasis server. Setiap tahun selalu ada platform baru, kendati lebih sedikit dibanding tahun lalu, sepanjang Juli 2019 sudah ada 3 perusahaan yang sudah mengantongi lisensi e-money, yakni OttoCash, LinkAja dan Zipay.

Slide3

Penguatan peran asosiasi

Awali tahun 2019, OJK menerbitkan surat penunjukan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) sebagai badan resmi yang mewadahi penyelenggara layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi (p2p lending) di Indonesia. Berdasarkan POJK No. 77/POJK.01/2016 Bab XIII Pasal 48, maka seluruh p2p lending di Indonesia wajib mendaftarkan diri sebagai anggota AFPI.

AFPI akan menjadi mitra strategis OJK dalam menjalankan fungsi pengaturan dan pengawasan para penyelenggara yang menjadi anggotanya dan berperan dalam mendukung berbagai kegiatan edukasi dan perlindungan konsumen perusahaan fintech di Indonesia.

Otoritas juga turut menunjuk Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) sebagai Asosiasi Penyelenggara Inovasi Keuangan Digital (IKD), bertujuan untuk membangun sistem pengawasan yang efektif. IKD di sini terkait segmen fintech yang selama ini belum diregulasi oleh OJK. Ini adalah istilah dari OJK yang menyebutnya sebagai inovasi, bukan sebagai industri. Sejauh ini baru dua industri fintech yang sudah diregulasi, yakni p2p lending dan equity crowdfunding.

“Tahun ini industri fintech, khususnya pembayaran dan pembiayaan, semakin matang, baik dari segi regulasi maupun segi ekosistem. Kita akan melihat lebih banyak kolaborasi untuk mendukung usaha menjadi pemimpin pasar,” ujar Editor-in Chief DailySocial Amir Karimuddin mengomentari perkembangan dan proyeksi industri keuangan digital Indonesia.


Tulisan ini menjadi pengantar Fintech Report 2019 yang akan diterbitkan DailySocial dalam beberapa waktu mendatang yang mengulas secara komprehensif data dan informasi industri fintech tanah air. Agar tidak ketinggalan updatenya, silakan daftarkan email Anda untuk berlangganan di newsletter resmi DSPatch.

Kredivo Receives 283 Billion Rupiah Debt Funding from Partners for Growth

A fintech lending startup, Kredivo announced debt funding worth of $20 million (over 283 billion Rupiah) from Partners for Growth V, L.P (PFG), a venture debt company with representatives across US and Australia.

The agreement named PFG as the biggest international institution lender in the company. On the other side, it’s the biggest deal ever made by PFG in Asia Pacific and its debut in Indonesia.

Kredivo’s Commissioner, Umang Rustagi explained, the debt is structured in credit form, it can be withdrawn to the limit of $20 million. The debt is to diversify loan channels, which mainly comes from locals.

“The debt funding will be a way to accelerate growth. The credit limit is to fuel all our business lines, such as e-commerce, personal loan, and offline,” he said in the official release.

Within the last 18 months, Kredivo’s number of transaction and loan distribution is said to increase by 40% and 35% per quarter.

Jason Georgatos, PFG Partner added to Kredivo’s virtue that meets the company’s vision to contribute to financial inclusion. He also mentioned Kredivo as one of the low-cost lenders with the best version of risk management.

Indonesia is an underbanked country of credit card usage. Only 3% of the total population have credit cards and less than 5% have access to unsecured loans. The gap becomes an opportunity for Kredivo.

In fact, the agreement was announced two months after Kredivo bags some investment with an undisclosed value from Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) and MDI Ventures.

Recently, the company launched a new innovation called Zero-Click Checkout in order to make the payment easier on the e-commerce platform. This is also to lower the drop rate before payment.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Kredivo Terima Pinjaman 283 Miliar Rupiah dari Partners for Growth

Startup fintech lending Kredivo mengumumkan perolehan pinjaman (debt funding) sebesar $20 juta (lebih dari 283 miliar Rupiah) dari Partners for Growth V, L.P (PFG), perusahaan pinjaman ventura (venture debt) dengan kantor perwakilan tersebar di Amerika Serikat dan Australia.

Kesepakatan ini sekaligus menandakan PFG sebagai pemberi pinjaman (lender) institusi internasional terbesar yang pernah diterima perusahaan. Sebaliknya, bagi PFG merupakan kesepakatan terbesar mereka di kawasan Asia Pasifik dan debutnya di Indonesia.

Komisioner Kredivo Umang Rustagi menerangkan, pinjaman ini terstruktur dalam bentuk kredit, perusahaan dapat menariknya hingga limit $20 juta. Dana tersebut akan dimanfaatkan untuk mendiversifikasi penyaluran pinjamannya, yang selama ini sebagian besar dari dalam negeri.

“Pinjaman ini memberikan kita bahan bakar untuk mempercepat pertumbuhan. Batas kredit dari PFG akan kita gunakan untuk mendanai semua lini produk yang telah kami luncurkan hingga saat ini, seperti pembiayaan e-commerce, personal loan, dan offline,” kata Umang dalam keterangan resmi.

Diklaim dalam 18 bulan terakhir, Kredivo mencatat nilai transaksi dan penyaluran pinjaman, masing-masing tumbuh 40% dan 35% untuk per kuartalnya.

Partner PFG Jason Georgatos menambahkan, pihaknya melihat keunikan Kredivo yang sesuai dengan visi perusahaan yang ingin berkontribusi dalam inklusi keuangan. Dia menyebut Kredivo adalah salah satu pemberi pinjaman biaya terendah di pasar, namun memiliki metrik manajemen risiko terbaik.

Indonesia merupakan salah satu negara underbanked dari layanan kartu kredit. Dari total penduduk, hanya 3% di antaranya yang punya kartu kredit dan kurang dari 5% punya akses ke kredit tanpa jaminan dari bank. Kesenjangan ini akhirnya menjadi celah untuk Kredivo garap.

Perlu diketahui, kesepakatan ini diumumkan dua bulan setelah Kredivo mengantongi sejumlah investasi dengan nominal yang dirahasiakan dari Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) dan MDI Ventures.

Baru-baru ini, perusahaan mengumumkan inovasi terbaru Zero-Click Checkout guna permudah transaksi pembayaran di platform e-commerce. Langkah ini sekaligus meminimalkan drop rate yang biasanya terjadi saat hendak membayar.

Application Information Will Show Up Here

Amartha dalam Upaya Memupuk Kesejahteraan Wirausaha Kaum Ibu

Mata Sri Wahyuni berbinar-binar saat bercerita tentang bagaimana ia menjalankan kerajinan anyaman dan tali pramuka di rumahnya. Demikian juga Pariyah yang memproduksi camilan unik dari buah sukun bersama para tetangganya.

Kami juga menyaksikan ekspresi serupa saat menengok usaha batik tulis milik Titik Supartina. Di usia hampir separuh abad–atau bahkan lebih–baik Sri, Pariyah, dan Titik sama-sama menuai hasil manis dari bisnis berskala rumahan berbekal pinjaman.

Sri misalnya, setelah jatuh-bangun menjalankan bisnis kerajinan anyaman yang sebelumnya dijalankan sang suami, ia kini telah mengantongi omzet sebesar Rp6 juta per bulan dari modal awal Rp2 juta yang diperoleh dari Amartha sejak 2014.

Sementara Pariyah telah meraup omzet Rp9 juta-Rp17 juta dari penjualan keripik dan stik sukun. Bahkan hasil produksinya telah sampai hingga ke Negeri Sakura. Pencapaian ini berbekal pinjaman Amartha sebesar Rp3 juta di 2014.

“Stik sukun ini kami jual seharga Rp35 ribu. Kalau di Jepang, kami jual putus. Harganya bisa melonjak tinggi di sana sampai Rp250 ribu per kantong,” ujar Pariyah.

Cerita ini kami dapatkan saat diajak menyambangi keberadaan usaha mereka di Yogyakarta. Kami melihat langsung bagaimana ketiganya berkontribusi terhadap kemajuan usaha mikro dan pemberdayaan ibu-ibu di Yogyakarta.

Kami juga sempat menyaksikan kegiatan pendampingan Majelis usaha batik tulis yang diketuai oleh Titik. Pendampingan ini tak lain untuk memupuk literasi keuangan dan mendorong semangat gotong-royong pada setiap anggota. Perkembangan usaha mereka akan disoroti setiap minggunya oleh petugas lapangan resmi Amartha.

Di tempat usaha ini, setiap anggota ditawarkan menjadi mitra Titik dengan imbal jasa Rp200 ribu per kain batik tulis. Pinjaman awal Rp1 juta yang diperolehnya dari Amartha digunakan untuk membeli bahan kain dan peralatan batik tulis.

Sedikit penyegaran, Amartha menggunakan metode tanggung-renteng dalam menyalurkan pinjaman kepada kaum ibu. Sistem tanggung renteng dibuat berkelompok (majelis) yang terdiri dari 15-20 orang. Tujuannya untuk menekan kemungkinan gagal bayar dari salah satu anggota.

Bagi Amartha, metode tanggung renteng terbilang berhasil dalam mengurangi potensi gagal bayar. Rasio kredit macet atau Non-Performing-Loan (NPL) Amartha sampai saat ini masih di bawah 1 persen.

Malahan, menurut data perusahaan, metode ini juga telah meningkatkan pendapatan dan menurunkan tingkat kemiskinan mitra Amartha lainnya–seperti Sri, Pariyah, dan Titik–masing-masing hingga 60 persen dan 22 persen.

Ditemui saat mengunjungi mitra Amartha di Yogyakarta, Chief Commercial Officer Amartha Hadi Wenas menyebutkan pihaknya telah memiliki mekanisme sendiri dalam menyelesaikan masalah, seperti gagal bayar, di lingkup majelis.

“Biasanya kredit macet itu terjadi karena masalah keluarga atau bisnisnya gagal. Tapi kami punya code of conduct sendiri, yaitu penyelesaian masalah dilakukan di lingkup majelis. Kalau berkali-kali masih gagal bayar juga, Amartha baru akan turun tangan,” ungkap Hadi.

Kesejahteraan tak terbatas pada peningkatan pendapatan

Memasuki paruh kedua 2019, perusahaan masih enggan mengungkap rencana bisnisnya di tahun depan. Namun, ada beberapa strategi yang tengah dipersiapkan Amartha untuk memperkuat pasar yang menurutnya telah dikuasai selama sembilan tahun terakhir.

Hadi mengungkap bahwa definisi sejahtera tidak terbatas pada kemampuan meningkatkan pendapatan. Keberhasilan menyekolahkan anak melalui sebuah usaha adalah salah satu pencapaian untuk menuju level tersebut.

Ia menggambarkan bagaimana para mitra Amartha nantinya tak hanya cerdas dalam mengelola pinjaman untuk menjalankan usaha, tetapi juga mengelola keuangan untuk keluarga. Gambaran barusan adalah contoh use case yang akan menjadi rencana pengembangan Amartha selanjutnya.

“Kami sedang menyiapkan aplikasi untuk borrower. Tapi belum bisa kami ceritakan. Kami kan sudah punya basis komunitas dari mitra-mitra kami. Harapannya [lewat aplikasi ini], kami bisa menutup poverty gap mereka. Sejahtera lewat pendapatan saja kan tidak cukup,” ungkapnya.

Amartha juga tengah melakukan piloting untuk pendaftaran online dan penambahan fitur-fitur baru untuk peminjam dalam beberapa bulan ke depan. Untuk saat ini, seluruh pinjaman disalurkan secara tunai kepada para mitra.

“Kompetitor kami memang banyak, tetapi segmentasi kami unik karena membidik usaha mikro dari ibu-ibu. Bahkan kami ada value added dengan pembinaan majelis. Secara bisnis juga efisien karena agen dan investor punya aplikasi sendiri. Dan investor kami berbeda, tidak cuan based,” jelas Hadi.

“Sementara, Chief Risk and Sustainability Officer Amartha Aria Widyanto menambahkan bahwa Amartha siap memperluas pasarnya ke luar Pulau Jawa. Ia menyebutkan ekspansi ke Sulawesi Selatan akan dimulai bulan depan.

“Kami lihat pasar [usaha mikro] di sana sangat potensial. Kami sudah siapkan tim sendiri untuk ekspansi ke Sulawesi Selatan,” ujar Aria yang ditemui pada kesempatan sama.

Sampai Juli 2019, Amartha yang awalnya dibangun sebagai koperasi, telah menyalurkan dana pinjaman sebesar Rp1,2 triliun ke 270 ribu pengusaha perempuan di 4.100 desa seluruh Indonesia.

Berkat tingginya antusiasme pasar, Amartha memperkirakan sampai akhir tahun penyaluran pinjaman dapat mencapai Rp1,5 triliun ke 300 ribu pengusaha perempuan. Amartha membidik pertumbuhan bisnisnya dapat naik dua sampai tiga kali lipat tahun depan.

Application Information Will Show Up Here

UangTeman Closes Series B Round Worth of 143 Billion Rupiah, Planning for Expansion and Acquisition

The financial technology startup UangTeman announced the first round of Series B funding – named series B. There are new faces, including KDDI Open Innovation Fund and Global Brain Corporation. Some investors from the previous round also involved.

They also informed the second round (series B2) should be closed by October 2019. In this round, Spiral Ventures will take the lead. The whole series B is to make $10 million or 143 billion Rupiah.

Spiral Ventures’ CEO, Yuji Horiguchi said on this round that they are going all out through the current experience and skill to support UangTeman current development.

“In Indonesia, the online loan industry has become a part of social infrastructure. By following the path of UangTeman, we can have a better understanding and making a further contribution to support and creating effective social infrastructure for SMEs in Indonesia,” he said.

Acquisition, diversification and expansion

UangTeman has acquired an official license from Financial Service Authority (FSA) on May 2019, after passing through the whole series of the auditing process. Furthermore, this momentum is to create product diversification. In a specific way is to distribute online loans focused on productive micro business.

Diversification will be made through the acquisition of another online loan company which is already registered on OJK. The name is still undisclosed but the product coverage includes invoice financing and payroll distribution. The process is to be finished by September 2019.

In addition, UangTeman is planning a strategic step to expand to the Philippines. They are currently in the process of getting a license from the local financial service regulator. In order to increase penetration in Southeast Asia, they also plan for Series C in 2020.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

UangTeman Tengah Rampungkan Pendanaan Seri B Senilai 143 Miliar Rupiah, Siapkan Ekspansi dan Akuisisi

Perusahaan teknologi yang bergerak di bidang teknologi finansial UangTeman mengumumkan telah menutup putaran pertama pendanaan seri B –mereka menyebut dengan istilah seri B1. Investor baru di tahap ini meliputi KDDI Open Innovation Fund dan Global Brain Corporation. Beberapa investor sebelumnya juga dikatakan turut terlibat, namun detailnya tidak disebutkan.

Mereka juga menginformasikan bahwa putaran kedua pendanaan seri B (disebut seri B2) ditargetkan rampung pada Oktober 2019. Di putaran kedua, Spiral Ventures akan memimpin pendanaan. Total yang ditargetkan untuk seri B ini mencapai $10 juta atau senilai 143 miliar Rupiah.

Mengomentari hal ini CEO Spiral Ventures Yuji Horiguchi menyampaikan, melalui partisipasinya ini pihaknya berusaha semaksimal mungkin menggunakan pengalaman dan keahlian yang dimiliki untuk mendukung pertumbuhan bisnis UangTeman.

“Di Indonesia sendiri, industri pinjaman online telah terbukti menjadi bagian dari infrastruktur sosial. Dengan mengikuti pertumbuhan UangTeman, kami dapat lebih memahami dan berkontribusi lebih jauh dalam mendukung dan membangun infrastruktur sosial yang benar-benar dibutuhkan bagi pemilik usaha kecil yang berada di Indonesia,” ujar Yuji.

Akuisisi, diversifikasi dan ekspansi

UangTeman telah berhasil mengantongi izin resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Mei 2019 silam, setelah melalui serangkaian proses audit menyeluruh. Selanjutnya dengan momentum ini, perusahaan berencana untuk melakukan diversifikasi produk. Tepatnya akan menjadi pinjaman online yang berfokus pada bisnis mikro yang produktif.

Diversifikasi ini akan ditempuh dengan cara akuisisi salah satu perusahaan pinjaman online lainnya yang juga sudah terdaftar di OJK. Belum ada nama yang disebutkan, hanya ada keterangan inti produknya melingkupi pembiayaan faktur dan pendanaan payroll. Aksi perusahaan ini ditargetkan rampung dan diumumkan September 2019.

Selain itu UangTeman juga tengah menyusun langkah strategis untuk melakukan ekspansi ke Filipina. Saat ini mereka tengah dalam tahap mengurus proses perizinan dari regulator jasa keuangan setempat. Untuk meningkatkan penetrasi di Asia Tenggara, pendanaan seri C juga direncanakan pada tahun 2020.

Application Information Will Show Up Here

Membedakan Layanan Pinjaman Online yang Legal dan Ilegal

Beberapa waktu terakhir, fintech lending alias layanan pinjaman online kembali mendapatkan sorotan publik. Masih dengan kasus yang sama, yakni penagihan utang secara tidak wajar. Hal seperti itu dipastikan dilakukan oleh para penyedia jasa ilegal, para pengembang aplikasi yang tidak mendapatkan izin dan pengawasan dari OJK.

Memang, dalam kegiatan promosinya layanan pinjaman ilegal tersebut kerap menawarkan sesuatu yang menggiurkan. Namun alih-alih menyelesaikan masalah, berurusan dengan mereka justru menambah beban baru.

Sebagai upaya preventif, DailySocial mencoba melakukan penamatan untuk membedakan antara layanan pinjaman online yang legal dan ilegal. Dari pengamatan tersebut, ada beberapa ciri yang dapat dijadikan rujukan, berikut ulasannya.

Perizinan OJK

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga independen yang memiliki tugas salah satunya memberikan izin dan pengawasan terhadap pinjaman online. Setiap perusahaan yang harus mengoperasikan layanannya di Indonesia, wajib untuk terdaftar dan diawasi oleh OJK. Terkait perizinan, berikut perbedaan antara pemain legal dan ilegal.

Layanan Legal Layanan Ilegal
Terdaftar dan diawasi OJK, untuk mengetahui bisa dicek di situs OJK, biasanya diterbitkan beberapa bulan sekali. Contoh publikasi bulan Mei 2019. Tidak terdaftar di OJK. Nama perusahaan tidak tercantum dalam daftar yang dirilis oleh OJK.
Terdapat logo OJK di situs dan/atau aplikasi, beberapa layanan juga meletakkan logo Asosiasi Fintech untuk menunjukkan keanggotaannya. Biasanya terletak di bagian bawah situs. Tidak terdapat logo OJK atau asosiasi yang mewadahi industri keuangan digital di situs dan/atau aplikasi.

Contoh peletakan logo OJK dan Asosiasi Fintech di situs penyedia layanan pinjaman online:

Logo OJK di situs pinjaman online

Beberapa pemain ilegal mungkin turut menyertakan logo-logo tersebut, sehingga upaya pengecekan kembali ke situs OJK akan meningkatkan rasa aman.

Identitas Perusahaan

Fintech adalah bisnis yang diregulasi ketat, sehingga para penyelenggara harus transparan dalam memberikan informasi kepada publik, termasuk mengenai identitas perusahaan mereka. Terkait identitas bisnis, ada beberapa ciri yang dapat dijadikan rujukan untk membedakan antara pemain pinjaman online legal dan ilegal, berikut ulasan selengkapnya.

Layanan Legal Layanan Ilegal
Memiliki bentuk legal (PT atau CV) dan alamat kantor yang jelas di Indonesia. Tidak memiliki legal bisnis dan alamat kantor operasional yang jelas di Indonesia.
Jajaran manajemen seperti Direktur atau CEO dipaparkan di situs atau dapat dengan mudah ditemukan di mesin pencari seperti Google. Sulit ditemukan informasi mengenai jajaran manajemen perusahaan.
Memiliki layanan pengaduan konsumen dan media sosial yang aktif. Tidak memiliki layanan pelanggan, termasuk media sosial.

Contoh, ketika mengetik nama aplikasi atau perusahaan yang legal akan keluar informasi kantor yang cukup jelas:

Contoh informasi perusahaan fintech

Alamat kantor juga biasanya dipaparkan di situs mereka atau di akun-akun media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram atau LinkedIn.

Proses dan Informasi Pinjaman

Idealnya dalam proses pengajuan pinjaman ada beberapa tahapan yang harus dilalui. Proses tersebut dibutuhkan oleh perusahaan sebagai bahan analisis, agar meminimalkan risiko gagal bayar. Terkait dengan proses, ada juga beberapa karakteristik yang dapat dijadikan pembeda antara pemain yang memiliki izin dan tidak berizin.

Layanan Legal Layanan Ilegal
Terdapat proses seleksi yang cukup ketat, menanyakan mengenai identitas diri dan latar belakang profesi. Pertanyaan seperti pekerjaan dan penghasilan juga umum disuguhkan. Proses pendaftaran sampai pencairan relatif mudah dan singkat, biasanya modal foto dan KTP.
Informasi biaya pinjaman disampaikan secara gamblang di aplikasi atau situs. Tidak ada biaya macam-macam yang disembunyikan. Informasi pinjaman banyak yang tidak jelas, biasanya baru terlihat biaya macam-macam saat proses penagihan sudah berjalan.
Penawaran produk digulirkan melalui kanal-kanal yang kredibel, misalnya media masa, media sosial resmi perusahaan dan lain-lain. Penawaran produk cenderung memaksa, paling sering menyebarkan promo melalui SMS secara acak dari nomor atau sumber yang tidak jelas.

Contoh promo-promo produk pinjaman online via SMS yang sebaiknya diabaikan:

Contoh SMS promo pinjaman online

Bisa juga layanan ilegal tersebut menggunakan media lain untuk promosi, misalnya iklan baris, poster atau telepon. Pastikan cek informasi mengenai penyedia jasa.

Bunga Pinjaman

Kasus-kasus yang “tidak manusiawi” korban pinjaman online kebanyakan pasca dililit bunga utang yang menggelembung tinggi. Bagi penyelenggara layanan yang sudah terdaftar di otoritas dan asosiasi, pada umumnya memiliki kisaran bunga yang lebih rendah dan jangka waktu penagihan yang lebih terjangkau. Terkait bunga pinjaman, berikut karakteristik umum yang membedakan antara perusahaan fintech legal dan ilegal.

Layanan Legal Layanan Ilegal
Total bunga atau biaya pinjaman antara 0,05 s.d. 0,8 persen per hari; dengan maksimal denda adalah 100 persen dari pinjaman pokok yang diajukan. Bunga pinjaman lebih besar dan tidak memiliki batas maksimal denda. Sehingga bunga pinjaman bisa sampai beberapa kali lipat dari pinjaman pokok.
Penagihan maksimal 90 hari sejak pencairan pinjaman. Tidak memiliki batas waktu penagihan, telat beberapa hari dari tanggal pembayaran langsung ditagih.
Proses transaksi pencairan dana atau pembayaran melalui rekening resmi atas nama perusahaan terkait. Kadang menerapkan uang muka dan proses transaksi menggunakan akun bank atas nama pribadi atau menggunakan layanan e-money.

Contoh keterbukaan informasi yang mudah ditemukan di laman utama situs atau di bagian FAQ:

Informasi bunga pinjaman online

Jika pada situs tidak tertera detail bunga dan biaya pinjaman, jangan sungkan untuk menanyakan melalui layanan pelanggan yang tersedia. Pastikan informasi ini jelas sebelum lanjut meminjam.

Akses Perangkat

Kebanyakan layanan pinjaman online mengharuskan calon nasabah melakukan pengajuan melalui aplikasi mobile. Aplikasi pinjaman online itu kemudian akan meminta izin akses ke beberapa fitur di ponsel untuk proses validasi atau sekadar pengumpulan informasi. Terkait dengan akses perangkat, ada beberapa hal yang membedakan layanan fintech yang legal dan ilegal.

Layanan Legal Layanan Ilegal
Aplikasi meminta akses ke fitur kamera, lokasi, atau mikrofon. Tidak meminta akses secara keseluruhan ke perangkat ponsel. Aplikasi meminta akses ke seluruh data pribadi yang ada dalam ponsel, termasuk merekam aktivitas pesan, kontak, hingga riwayat panggilan.
Aplikasi didistribusikan secara resmi melalui Google Play Store atau App Store. Aplikasi didistribusikan dengan menyebar berkas APK, alias tidak melalui marketplace resmi.

Informasi mengenai akses ke perangkat bisa dilihat di Play Store atau App Store. Caranya ketika masuk ke laman aplikasi, klik detail informasi, lalu pilih menu App Permision. Dari sana akan diinformasikan akses apa saja yang dibutuhkan aplikasi.

Rekam Jejak

Kredibilitas dibangun melalui rekam jejak. Tidak ada salahnya ketika hendak memilih aplikasi pinjaman online maka terlebih dulu mencari testimoni dari pengguna sebelumnya. Banyak kanal testimoni yang bisa didapat, bisa melalui ulasan media, komentar di Play Store, tulisan pribadi di blog dan lain-lain.

Layanan Legal Layanan Ilegal
Profil perusahaan atau pimpinan pernah diliput media yang kredibel. Banyak ditemukan citra negatif di kanal berita atau forum online.
Memiliki prosedur baik terkait penagihan, dilihat dari testimoni pelanggan sebelumnya. Melakukan intimidasi saat melakukan penagihan, dilihat dari testimoni pelanggan sebelumnya.

***

Berikut rangkuman ulasan di atas dalam infografis:

 

Membedakan Pinjaman Online Legal dan Ilegal DailySocial

Tokopedia dan Modalku Rilis Produk Fintech “Modal Toko”

Tokopedia dan Modalku merilis produk fintech Modal Toko yang didesain untuk mempermudah merchant online memperoleh pinjaman modal usaha dalam waktu yang singkat dan memiliki fleksibilitas tinggi.

Pengumuman ini sekaligus melengkapi rangkaian produk fintech yang sudah diluncurkan perusahaan, yaitu Pinjaman Modal dan Modal Toko. Modalku termasuk salah satu fintech yang berpartisipasi di dalamnya.

“Di Tokopedia ada enam juta merchant, 70% di antaranya adalah first time entrepreneur. Artinya, mereka tidak punya latar belakang finansial yang cukup dan tidak banyak institusi yang bisa bantu mereka,” terang AVP Fintech Tokopedia Samuel Sentana, Senin (22/7).

Co-Founder dan CEO Modalku Reynold Wijaya menambahkan, kemitraan dengan Tokopedia adalah cara untuk memperluas akses ke pinjaman usaha yang terjangkau bagi sektor underserved.

“Penting bagi kami agar usaha-usaha kecil yang berpotensi, layak, serta bertanggung jawab dapat mengembangkan kapasitas dan berekspansi.”

Inisiatif ini diapresiasi Direktur Pengaturan Perizinan dan Pengawasan Fintech OJK Hendrikus Passagi. Menurutnya secara statistik usaha mikro dan kredit butuh banyak institusi yang bisa membantu mereka menyalurkan pinjaman modal.

Ada 60 juta usaha kecil dan mikro beroperasi di Indonesia. Kontribusinya terhadap GDP sangat besar — mencapai 70%. Penyerapan tenaga kerja aktif juga tergolong besar, hingga 95% dari seluruh usaha.

“Tetapi mirisnya, hanya ada 16 juta rekening usaha kecil dan menengah yang ada di bank. Yang lainnya kemana? Artinya butuh banyak institusi yang bisa menyalurkan pinjaman ke mereka,” kata Hendrikus.

Samuel menjelaskan, Modal Toko menyediakan pinjaman modal hingga Rp300 juta yang dapat ditarik kapan saja dan berapa saja sesuai kebutuhan, sampai batas kredit limit tercepat. Pengajuannya cukup mudah, hanya mencantumkan KTP tanpa agunan.

Merchant yang ingin mengajukan pinjaman dapat berupa yang baru bergabung ataupun sudah lama memanfaatkan Tokopedia. Perbedaannya terletak di sisi penawaran — jika sudah lama akan lebih menarik penawarannya.

Proses persetujuan pinjaman akan memakan waktu rata-rata satu hari. Jika sudah disetujui, pinjaman modal akan masuk ke Saldo Tokopedia secara real time dan bisa langsung ditarik tunai. Tenornya mulai dari 3 sampai 12 bulan dengan bunga yang diklaim rendah dan flat, tanpa biaya admin atau provisi lainnya.

Tanpa menyebut secara detil, Samuel mengklaim telah ada puluhan ribu penjual yang memanfaatkannya sejak pertama kali diperkenalkan di bulan April 2019. Secara rerata, kenaikan pendapatan penjual diklaim hingga 50% dan jumlah order naik hingga 2,5 kali lipat.

Ke depannya, perusahaan akan menggaet perusahaan fintech lainnya agar semakin banyak pilihan buat para merchant online-nya.

“Kita ini marketplace yang selalu open dengan siapapun, asal punya visi dan misi yang sama, teknologi mencukupi, dan sudah diregulasi oleh OJK,” pungkas Samuel.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Layanan P2P Lending DanaRupiah Berikan Pinjaman Produktif di Sektor Pertanian dan Pendidikan

DanaRupiah adalah platform p2p lending dengan varian produk meliputi pinjaman personal, pinjaman produktif dan pinjaman pendidikan. Bernaung di bawah PT Layanan Keuangan Berbagi, layanan ini sudah terdaftar dan diawasi OJK sejak Juni 2018.

Kepada DailySoical, Head of Business Development DanaRupiah Christine Tandeans memaparkan, hingga periode paruh pertama 2019 jumlah pengguna sudah mencapai lebih dari 4,1 juta dengan nilai pendanaan mencapai 1,7 triliun Rupiah.

Weshare Financial merupakan parent company DanaRupiah, saat ini sudah mengoperasikan layanan fintech di berbagai negara seperti di Filipina, Vietnam, Rusia hingga Afrika. DanaRupiah didirikan oleh Andy Zhang, didukung jajaran direksi meliputi Entjik S. Djafar sebagai Presiden Direktur, Wahyu S. Ariyanto sebagai Direktur, Charisa Dini sebagai Komisaris.

“Untuk market paling besar saat ini masih pinjaman personal karena produk ini adalah produk pertama dari DanaRupiah, tetapi setelah grand launching pinjaman pendidikan 29 Mei 2019 dan pinjaman produktif kepada petani 4 Juli 2019 lalu, DanaRupiah akan lebih fokus untuk meningkatkan porsi  kepada produktif dengan target 25% hingga akhir tahun ini,” ujar Christine.

Tidak hanya berhenti di sana, tahun depan DanaRupiah miliki ambisi untuk luncurkan pinjaman produktif kepada UKM secara umum. Untuk tingkatkan penetrasi pinjaman pendidikan, juga akan digalang kemitraan strategis dengan berbagai universitas terkemuka di Indonesia. Untuk saat ini, seperti yang tertera dalam situs, DanaRupiah baru bermitra dengan Hacktiv8 untuk pembiayaan kursus di sana.

Disinggung mengenai diferensiasi dan kelebihan yang dimiliki Christine berujar, “proses yang ditawarkan DanaRupiah relatif  lebih cepat, karena kami didukung dengan teknologi seperti artificial intelligence, cloud computing, blockchain dan big data.”

Kendati untuk legalitas operasional izin terdaftar dan diawasi sudah cukup, namun kini para pemain fintech lending mulai mengejar status izin usaha “layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi” dari OJK. DanaRupiah termasuk yang belum memperoleh izin tersebut. Data terbaru per Mei 2019, baru ada 7 platform yang sudah mengantongi izin usaha, yakni Danamas, Investree, Amartha, Dompet Kilat, Kimo, Tokomodal dan UangTeman.

“DanaRupiah berkomitmen tunduk dan patuh pada setiap aturan OJK demi menjaga industri fintech agar dapat berkembang dengan baik. Langkah-langkah nyata yang telah kami antara lain mengikuti program sertifikasi fintech untuk jajaran pengurus dan pemegang saham, aktif memberikan sosialisasi ke masyarakat, dan sertifikasi untuk para collector agar menjalankan tugasnya dengan baik dan sesuai dengan SOP yang berlaku,” tutup Christine.

Application Information Will Show Up Here