PasarMIKRO Dapat Pendanaan Baru dari Investor Berdampak DEG dan Ceniarth

Startup agritech PasarMIKRO mendapat pendanaan baru dari dua institusi yang berfokus pada investasi berdampak, yakni DEG dan Ceniarth LLC. Tidak disebutkan nominal investasi yang diterima.

Sebelumnya, PasarMIKRO mengantongi putaran pendanaan awal sebesar $2,5 juta (sekitar Rp39,3 miliar) pada November 2022, yang dipimpin oleh Trihill Capital dengan partisipasi 1982 Ventures, Genting Ventures, Resolution Ventures, Gayo Capital dan Rabo Foundation.

Dalam keterangan resminya disebutkan bahwa pendanaan ini disepakati oleh DEG dan PasarMIKRO melalui perjanjian Upscale selama lima tahun. Adapun, kucuran investasi dari DEG dan Ceniarth disebut merefleksi komitmennya untuk mendorong dampak berkelanjutan bagi sektor pertanian di Indonesia. 

Diketahui, DEG adalah perusahaan pembiayaan terkemuka di Eropa yang membantu pelaku usaha di sektor berdampak di negara-negara berkembang untuk tumbuh. Sementara, Ceniarth LLC adalah yayasan milik Isenberg Family yang juga berinvestasi pada solusi berdampak dan berfokus masyarakat yang terpinggirkan.

Secara umum, keduanya investor berbagi visi dan misi untuk memperkuat usaha petani kecil, nelayan, dan pedagang di Indonesia sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya dengan memanfaatkan teknologi.

Head of Investment Ceniarth Stefan Freeman mengungkap, “platform PasarMIKRO memiliki potensi untuk mengubah kehidupan para petani, nelayan, dan pedagang, dan memungkinkan mereka untuk berkembang dan berkontribusi terhadap ekonomi berkelanjutan. Kami yakin kolaborasi ini akan berdampak jangka panjang dan memberikan perubahan positif bagi masyarakat yang terpinggirkan di Indonesia.”

Skala operasi

PasarMIKRO akan memanfaatkan investasi ini untuk memperluas layanan trade and trade finance serta memperkuat jaringan petani kecil, nelayan, dan pedagang. Investasi ini juga akan digunakan untuk meningkatkan skala operasionalnya dan mengembangkan solusi inovatif untuk mengatasi tantangan unik yang dihadapi oleh petani kecil dan pedagang di Indonesia.

PasarMIKRO adalah platform perdagangan komoditas dan layanan keuangan untuk pelaku usaha di sektor pertanian. Melalui platform ini, para petani maupun pedagang mendapat akses untuk melakukan transaksi hingga pembayaran.

Beberapa fitur yang disediakan bagi pelaku usaha di antaranya adalah pembukuan digital dan fitur untuk fungsi pelacakan informasi terkait komoditas langsung dari para petani. Fitur ini dibangun untuk mendukung transparansi dan akuntabilitas di seluruh rantai pasokan.

Co-Founder dan CFO PasarMIKRO Hugo Verwayen mengaku, “komitmen investasi dari kedua investor yang mengutamakan dampak sejalan dengan misi kami untuk memberdayakan masyarakat terpinggirkan di sektor pertanian. Kemitraan ini akan memungkinkan kami untuk memperkuat upaya dan menjangkau lebih banyak petani kecil, nelayan, dan pedagang,” ujarnya.

Berdasarkan informasi yang dihimpun di situs resminya, PasarMIKRO telah memiliki sebanyak 1387 petani, pemasok, dan pedagang terdaftar dengan total nilai perdagangan Rp226 miliar dan Rp188 miliar telah disalurkan ke petani. PasarMIKRO memperdagangkan sembilan komoditas, termasuk telur, beras, dan kopi.

Dalam pemberitaan sebelumnya, PasarMIKRO menargetkan dapat mencapai nilai transaksi kotor tahunan lebih dari $300 juta dan 10.000 pengguna pada akhir 2023. Diketahui, PasarMIKRO berawal dari proyek percontohan di Blitar.

Korea Investment Partners dan Golden Equator Ventures Beri Pendanaan ke Baskit [UPDATED]

*Update 15.01: Kami menambahkan informasi terkait keterlibatan Golden Equator Ventures dalam pendanaan ini, sekaligus konfirmasi dari founder Baskit terkait pendanaan baru.

Korea Investment Partners (KIP) dan Golden Equator Ventures berpartisipasi dalam putaran pendanaan awal Baskit. Sebelumnya startup yang fokus mendigitalkan rantai pasok tersebut telah menutup pendanaan awal senilai $3,3 juta dari Betatron Venture Group, Forge Ventures, Investible, 1982 Ventures, DS/X Ventures, Orvel Ventures, Michael Sampoerna, serta beberapa angel investor.

Kabar ini pertama kali dimuat DealStreetAsia dan telah dikonfirmasi oleh salah satu pihak terkait.

“Saya mengenal Shane Ang dan Jonghyun Kim (Synclare) tahun lalu, saat kami baru memulai. Kami bertemu berkali-kali, membahas kemungkinan, berbagi pembelajaran, dan membangun ikatan yang kuat. Sungguh menghangatkan hati melihat bagaimana benih yang ditanam sebelumnya berkembang menjadi peluang dan hubungan yang luar biasa,” tutur Co-Founder & CEO Baskit Yann Schuermans dalam unggahan LinkedIn.

KIP sebelumnya telah berinvestasi ke beberapa startup Indonesia, di antaranya CekAja, Halodoc, dan Qraved. Sumber kami juga menyebutkan, KIP akan segera menyiapkan dana kelolaan (fund) khusus untuk berinvestasi ke startup Asia Tenggara.

Selain di Korea, sejauh ini KIP juga fokus berinvestasi ke startup di Eropa, Amerika Serikat, Israel, dan Asia Tenggara. Adapun lanskap bisnis yang menjadi perhatian adalah consumer tech, fintech, online media, healthtech, SaaS, dan industrial tech.

Baskit dinakhodai oleh tiga co-founder, yakni Yann Schuerman, Yoonjung Yi, dan Yasser Arafat. Mereka telah memiliki pengalaman bertahun-tahun dalam menangani industri consumer retail dan distribution. Fokus utama Baskit adalah membuat sistem rantai pasok yang telah dibangun oleh pelaku industri selama berpuluh-puluh tahun menjadi lebih efisien dan efektif lewat digitalisasi.

Sejumlah fitur disajikan oleh Baskit, mulai modul salesforce untuk pengelolaan penjualan, B2B commerce produk dari principal, dasbor data harga dan wawasan, dukungan logistik 3PL, sampai dengan pembiayaan bisnis.

Segmen rantai pasok produk konsumer memang masih menjadi peluang besar digitalisasi. Dengan model bisnis B2B commerce yang unik, sejumlah pemain juga mulai masuk ke ranah ini termasuk GudangAda, Sinbad, hingga Ula.

Disclosure: DS/X Ventures merupakan unit ventura dari grup DailySocial.id

GORO Peroleh Pendanaan Pra-Awal Senilai Rp15,2 Miliar Dipimpin Iterative

Platform marketplace investasi properti GORO memperoleh pendanaan pra-awal sebesar $1 juta (lebih dari Rp15,2 miliar) yang dipimpin oleh Iterative. Putaran ini juga didukung oleh sejumlah investor, termasuk XA Network, StashAway, dan Mike Broomell (CEO Colliers International Indonesia).

Melalui pendanaan ini, GORO berencana menambah jumlah timnya untuk memperkuat strategi akuisisi pengguna. Klaimnya, sejak resmi diluncurkan di awal 2023, GORO telah mengalami pertumbuhan sebesar 15% per minggu.

“Siapapun dapat berinvestasi di properti, tetapi terhalang oleh faktor keuangan dan prosedur yang kompleks. GORO berupaya untuk mengatasi tantangan tersebut, dan memampukan siapapun dan di manapun mereka untuk memiliki yield tinggi dari portofolio propertinya,” ungkap Co-Founder dan CEO GORO Robert Hoving dalam keterangan resmi.

GORO adalah platform marketplace yang memungkinkan pengguna berinvestasi di properti dalam bentuk pecahan mulai dari Rp10.000. Nilai dari properti tersebut akan dipecah dan dikonversi dalam bentuk token. Token properti yang dimiliki dapat dijual langsung tanpa proses yang kompleks kapan saja.

Adapun, pengguna dapat meraih imbal hasil dari pendapatan sewa bulanan dan capital appretiation atas penjualan properti. Model ini disebut memungkinkan pengguna untuk membangun portofolio properti yang beragam dan menguntungkan.

Sebagai contoh, dikutip dari situs resminya, apabila pengguna membeli 1% dari jumlah token sebuah properti, pengguna berhak atas 1% manfaat atau keuntungan yang dihasilkan dari properti tersebut, termasuk pendapatan sewa atau kenaikan nilai properti (capital gain).

General Partner Iterative Brian Ma, sekaligus Co-Founder proptech unicorn AS Divvy Homes mengaku bersemangat menjadi bagian dari perjalanan GORO. “Robert dan Andryan memiliki pemahaman yang menonjol terhadap pasar properti Indonesia. Kami menanti bekerja sama dengan mereka untuk mendemokratisasi kepemilikan properti dan berinvestasi ke investor di Asia Tenggara,” tambahnya.

Masuk ke pasar sekunder

Hoving melanjutkan, GORO akan masuk ke pasar properti sekunder agar memungkinkan likuiditas lebih lanjut bagi pengguna. Saat ini, GORO melayani pengguna di lebih dari 20 negara. “Kami nantinya akan memperluas ke kota-kota lain di Jakarta dan Bali, serta asset class lain.”

GORO adalah singkatan dari Gotong Royong, merefleksi komitmen perusahaan untuk membantu jutaan orang berinvestasi di properti. GORO menyebut portofolionya saat ini telah menghasilkan 11% dari imbal hasil pendapatan sewa kepada investor.

Pihaknya menilai saat ini sektor properti masih diminati investor karena risikonya lebih rendah dibandingkan investasi di pasar modal yang lebih volatil. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), total investor pasar modal tercatat sebanyak 10,3 juta di mana 58,7% berasal dari kalangan usia di bawah 30 tahun. Angka tersebut mengindikasikan generasi milenial dan Z yang mendominasi pasar modal, tengah aktif melihat peluang investasi lain.

Di sisi lain, sektor properti dinilai tidak likuid karena proses jual-beli sangat kompleks dan memakan waktu panjang. Harga properti juga bernilai tinggi. Di tengah situasi ekonomi makro dan inflasi, properti juga disebut sebagai salah satu aset yang dapat menawarkan imbal hasil stabil kepada pengguna.

Di Indonesia, ramai digitalisasi layanan di sektor properti. Tak lagi fokus pada di ranah property listingseperti Lamudi, tetapi juga masuk ke area lain yang masih relevan terhadap transaksi properti maupun pembangunannya. Misalnya, IDEAL mendigitalisasi proses pengajuan KPR dan Kabina yang menawarkan solusi untuk mensimplifikasi proses konstruksi bangunan.

Datasaur Raih Pendanaan Awal Senilai 60 Miliar Rupiah

Startup pengembang platform pelabelan data Datasaur mengumumkan pendanaan tahap awal baru senilai $4 juta atau lebih dari Rp60 miliar. Putaran ini dipimpin oleh Initialized Capital, dengan partisipasi dari HNVR, Gold House Ventures, TenOneTen, dan investor terdahulu.

Sebelumnya, platform ini juga sempat memperoleh investasi senilai $3,9 juta atau setara Rp58 miliar usai mengikuti demo day di program akselerator Y Combinator pada Maret 2020. Hingga saat ini, total pendanaan yang sudah diperoleh mencapai $7,9 juta atau lebih dari Rp118 miliar.

Dana segar yang didapat akan difokuskan untuk mengembangkan pelabelan data NLP yang lebih baik dan efisiensi proses pembuatan model untuk ilmuwan data.

Meskipun berbasis di Amerika Serikat, Datasaur didirikan oleh pengusaha asal Indonesia, Ivan Lee. Perusahaan mengembangkan alat cerdas untuk membantu pemberi label data bekerja secara lebih produktif dan efisien. Termasuk meningkatkan privasi dan keamanan data – sering kali pekerjaan pelabelan data dilakukan secara outsource.

Seperti diketahui, proses pelabelan data merupakan salah satu aspek penting dalam mengembangkan layanan berbasis AI, khususnya pada pemodelan berbasis natural language processing (NLP). Datasaur menangani semua model NLP, termasuk di antaranya entity recognition, document labeling, hingga dependency parsing.

Melihat industri NLP yang semakin berkembang, banyak perusahaan mulai tertarik untuk melatih model berdasarkan kumpulan data milik mereka sendiri. Dengan begitu, perusahaan dapat melatih model untuk menangani beberapa tugas yang sangat spesifik dengan cara yang lebih efisien.

Dilansir dari TechCrunch, Founder & CEO Datasaur Ivan Lee mengungkapkan bahwa salah satu tujuannya sejak awal mengembangkan platform ini adalah untuk mendemokratisasi AI, khususnya terkait natural language processing, dan fitur pembuatan model baru ini akan membuat AI lebih terjangkau bagi banyak perusahaan, bahkan yang tidak memiliki spesifikasi khusus.

Datasaur menciptakan fitur yang memungkinkan tim tanpa data scientist, tanpa engineer, untuk menandai dan melabeli data ini sesuai keinginan, dan ini juga akan secara otomatis melatih model. Fitur ini akan segera dibuka, sehingga perusahaan konstruksi, firma hukum, perusahaan pemasaran, yang mungkin tidak memiliki latar belakang teknik data, masih dapat membuat model NLP [berdasarkan data pelatihan mereka].

Ivan juga menegaskan bahwa ia memiliki filosofi yang selalu tertuju pada profitabilitas, tumbuh dengan cara yang terukur, bukan sekadar tumbuh dengan segala cara. Ia mengaku sangat mempertimbangkan setiap perekrutan dan dampaknya terhadap bisnis.

Saat ini, tim tekniknya sebagian besar berada di Indonesia, dan dalam proses rekrutmen, dia cukup tegas untuk mengoperasikan perusahaan dengan cara yang efisien. Menurutnya, dengan memiliki tenaga kerja lintas geografis dan budaya, karyawan dapat belajar dari satu sama lain, dan hal itu membawa keragaman pada perusahaan.

Pada Maret 2022, perusahaan portofolio GDP Ventures ini mengumumkan akuisisinya terhadap Konvergen AI, startup pengembang teknologi optical character recognition (OCR). Melalui akuisisi ini, baik Datasaur dan Konvergen AI akan mengintegrasikan dan memperluas kapabilitasnya di ranah OCR dan pelabelan data.

Perkembangan solusi berbasis AI di Indonesia

Indonesia menunjukkan minat dan pertumbuhan yang signifikan dalam pengembangan solusi berbasis AI di berbagai industri. Hingga saat ini, sudah ada beberapa perusahaan yang melihat potensi dari AI dan mencoba memanfaatkannya di pasar ini.

Salah satunya adala Kata.ai, perusahaan teknologi yang berfokus pada pengembangan kecerdasan artifisial berbasis natural language processing dalam bentuk chatbot memiliki pengalaman dalam membantu lebih dari 150 bisnis lewat teknologi chatbot.

Teknologi chatbot merupakan sebuah inovasi teknologi yang mampu berjalan berdampingan dengan manusia. Kecanggihan chatbot sendiri memberikan kesempatan bagi manusia untuk berfokus pada masalah yang belum bisa ditangani oleh chatbot sehingga penyusunan strategi operasional yang tepat mampu berorientasi ke arah bisnis yang semakin efisien serta produktif.

Selain itu, solusi AI juga sudah merambah ke sektor-sektor berkembang di Indonesia. Di sektor HR, salah satu pengembang Human Resources Intelligence System (HRIS), Catapa, belum lama ini meluncurkan fitur baru HelpGPT, aplikasi berbasis chatGPT yang menyediakan informasi penggajian pajak dan peraturan ketenagakerjaan dalam Bahasa Indonesia.

Di sektor lainnya seperti pertanian, sudah ada upaya untuk menggunakan AI dalam mengoptimalkan praktik pertanian, pemantauan tanaman, dan prediksi hasil. Solusi berbasis AI dapat membantu petani membuat keputusan berdasarkan data, yang mengarah pada peningkatan produktivitas dan keberlanjutan.

Dalam industri kesehatan, banyak institusi terkait juga tengah mengeksplorasi penggunaan AI untuk diagnosis penyakit, analisis pencitraan medis, dan rencana perawatan yang dipersonalisasi. Alat bertenaga AI sedang dikembangkan untuk membantu profesional kesehatan dalam memberikan perawatan pasien yang lebih baik.

Begitu pula di sektor yang berkembang pesat di Indonesia, seperti fintech, peluang pemanfaatan AI terus digali. Industri keuangan merangkul AI untuk meningkatkan pengalaman pelanggan, mengoptimalkan manajemen risiko, dan memerangi penipuan. Chatbot bertenaga AI dan asisten virtual menjadi lebih lazim dalam layanan pelanggan.

Terkait pengembangan solus berbasis AI ini, pemerintah Indonesia juga secara aktif mendukung penelitian dan pengembangan AI melalui berbagai inisiatif dan kebijakan. Mereka menyadari potensi AI dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan layanan publik.

Rekosistem Raih Pendanaan Senilai 75 Miliar Rupiah Dipimpin Skystar Capital [UPDATED]

Startup climate-tech Rekosistem mengumumkan perolehan pendanaan senilai US$5 juta atau lebih dari Rp75 miliar yang dipimpin oleh Skystar Capital, diikuti oleh East Ventures, Provident, dan investor lainnya. Rencananya, dana segar ini akan difokuskan untuk meningkatkan sistem pengelolaan sampah Rekosistem hingga lebih dari 20 ribu ton metrik sampah per bulan dalam 2 tahun ke depan.

Untuk mewujudkan target ini, Rekosistem menggencarkan serangkaian langkah strategis, mulai dari pengembangan sistem pengelolaan sampah, juga memperluas penerapan teknologi Internet of Things (IoT) dan Machine Learning. Selain itu Rekosistem juga akan mengembangkan teknologi daur ulang dan meningkatkan fasilitas pemulihan material, yaitu Reko Waste Station dan Hub.

Melalui langkah strategis ini, Rekosistem akan memproses lebih dari 70% jenis sampah, menjadi bahan baku daur ulang dan energi baru terbarukan, ekspansi ke lebih banyak kota, dan menyediakan program Extended Producer Responsibility yang mendorong pengusaha bertanggung jawab atas dampak bisnisnya terhadap lingkungan.

Selain menargetkan untuk meningkatkan sistem pengelolaan sampahnya, Rekosistem juga berencanan melibatkan lebih dari 5 ribu pekerja dan mitra bisnis ke dalam ekosistem digitalnya.

Didirikan pada 2018 oleh Ernest Layman dan Joshua Valentino, Rekosistem mendorong penerapan ekonomi sirkular dalam rantai pasokan sampah dengan sistem pengelolaan sampah terintegrasi menggunakan Internet of Things (IoT) dan Machine Learning. Melalui solusi ini, perusahaan ingin menyederhanakan dan meningkatkan efisiensi pengumpulan sampah sebesar 49%.

Co-Founder dan CEO Rekosistem Ernest Layman dalam keterangan resmi mengungkapkan tekadnya untuk membangun bisnis yang mampu menghadapi tiga tantangan terbesar di bisnis generasi saat ini terkait 3P, yaitu profit (keuntungan), people (manusia), dan planet.

“Melalui penerapan ekonomi sirkular di rantai pasok pengelolaan sampah, produk dan layanan yang kami tawarkan bertujuan membuat produksi dan konsumsi bertanggung jawab dapat diterapkan oleh bisnis dan semua orang,” ungkapnya.

Dalam menjangkau bisnis dan konsumen akhir, Rekosistem menggunakan model bisnis B2B dan B2B2C melalui aplikasi mobile dan web. Ada dua isu yang ingin diselesaikan oleh Rekosistem, yakni proses pengelolaan sampah yang masih nonformal, dan meningkatkan nilai di rantai pasok sampah.

Lima tahun beroperasi, Rekosistem telah berhasil meningkatkan produktivitas sampah menjadi material sebesar 523% untuk daur ulang, daur naik, dan sumber energi berbasis sampah. Di samping itu, sekaligus meningkatkan pendapatan pekerja sampah sebesar 117%.

Saat ini, ekosistem Rekosistem terdiri dari 300 pekerja sampah dan mitra bisnis, 10 Reko Hub, dan 33 Reko Waste Station. Perusahaan juga berhasil menggaet 100 pelanggan bisnis dan 20 ribu pelanggan rumah tangga, menjangkau lebih dari 100 ribu irang dan sudah mengelola lebih dari 2.500 ton metrik sampah per bulan.

Startup waste management di Indonesia

Isu pengelolaan sampah masih menjadi topik yang hangat dibicarakan di tengah masyarakat. Mulai dari proses yang masih nonformal, minimnya penegakan hukum untuk tindakan ilegal yang merusak lingkungan, serta anggaran untuk pembangunan hijau punya tingkat kegentingan masing-masing.

Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan 19,45 juta ton timbulan sampah sepanjang 2022. Hal ini mendorong kehadiran sejumlah startup yang fokus untuk menggarap isu pengelolaa sampah.

Selain Rekosistem, ada juga Duitin, sebuah pengembang layanan digital yang memfasilitasi daur ulang, memungkinkan masyarakat dapat meminta pengambilan sampah di rumahnya dan mendapatkan reward. Startup ini juga masuk sebagai salah satu lulusan Google for Startup Accelerator, program akselerator Google pertama yang diadakan di Indonesia.

Di samping itu, Waste4Change yang didirikan sejak 2014, mengadopsi pengelolaan sampah berwawasan lingkungan dan bertanggung jawab. Misinya adalah meningkatkan tingkat daur ulang dengan menetapkan standardisasi dalam pengumpulan dan prosedur daur ulang sampah, serta meningkatkan kesejahteraan dan keselamatan operator.

Perusahaan telah mendapat pendanaan seri A dipimpin oleh AC Ventures dan PT Barito Mitra Investama senilai lebih dari Rp76 miliar. Belum lama ini, aktris ternama Indonesia Luna Maya juga bergabung dalam jajaran investor.  Waste4Change juga menggencarkan kerja sama investasi dengan berbagai pihak untuk mendorong proyek pengelolaan sampah berbasis teknologi.

Satu lagi startup greentech yang menerapkan ekonomi sirkular berbasis teknologi adalah OCTOPUS, platform agregator yang bisa dimanfaatkan oleh industri terkait untuk mendapatkan sampah daur ulang dari pemulung dan pengepul. Perusahaan diketahui telah bekerja sama dengan lebih dari 1700 bank sampah dan 14.600 pemulung terlatih dan terverifikasi.

Semakin banyak pemain yang menyasar isu pengelolaan sampah mendorong keterlibatan banyak pihak untuk gencar mengatasi isu ini. Selain itu, solusi pengelolaan sampah juga bisa dikembangkan menjadi banyak hal, seperti yang dilakukan Rebricks dengan mengolah sampah plastik menjadi bahan bangunan.

IFC Resmi Jadi Pemegang Saham Induk AnterAja

International Finance Corporation (IFC) kini resmi menjadi pemegang saham di PT Adi Sarana Armada (IDX: ASSA) melalui konversi obligasi sebesar $31 juta (sekitar Rp470 miliar dengan kurs saat ini) yang masa konversinya berakhir pada 27 Juli 2023.

IFC menggenggam kepemilikan saham di perusahaan transportasi dan jasa logistik tersebut usai konversi obligasi sebesar 97,33 juta saham atau setara 2,64% dari total seluruh saham di Adi Sarana Armada.

Perlu diketahui, obligasi konversi ini adalah pendanaan yang diperoleh perusahaan dari IFC pada 2021. Obligasi tersebut akan tercatat di pasar modal selama dua tahun tanpa bunga, dan diterbitkan melalui penawaran umum terbatas (right issue) oleh Adi Sarana Armada.

Mengutip BeritaSatu.com, investasi IFC di Adi Sarana Armada bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan sektor logistik dan konektivitas di Indonesia. “Kami yakin masuknya IFC sebagai pemegang saham ASSA akan memperkuat kinerja kami sebagai perusahaan yang kredibel di mata mitra bisnis maupun investor publik,” ujar Direktur Utama Adi Sarana Armada Prodjo Sunarjanto.

Dalam laporan IFC beberapa tahun silam, IFC mengungkap bahwa minat terhadap investasi berdampak (impact investing) cukup tinggi dengan nilai mencapai $26 triliun. Dampaknya tak hanya pada keuntungan finansial yang kuat, tetapi juga dampak sosial dan lingkungan.

Laporan menyebutkan bahwa apabila 10% dari potensi dana ini disalurkan untuk investasi berdampak, akan tersedia pendanaan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Selain Adi Sarana Armada, IFC juga berinvestasi di sejumlah startup Indonesia, mencakup PasarPolis (insurtech), Amartha (fintech lending), Evermos (social commerce), eFishery (aquatech), KitaBisa (crowdfunding), dan AwanTunai (fintech lending).

Logistik lesu

Adapun, logistik menjadi salah satu sektor dengan pertumbuhan pesat di Indonesia, utamanya didongkrak oleh industri e-commerce yang diproyeksikan tumbuh dengan CAGR 17% dan nilai GMV $95 miliar hingga 2025 menurut laporan e-Conomy SEA 2022.

Perlu diketahui, Adi Sarana Armada merupakan induk dari platform AnterAja, penyedia jasa pengiriman last mile yang beroperasi pada 2019. Adapun, kinerja AnterAja tengah lesu di sepanjang tahun lalu.

Berdasarkan laporan tahunan 2022, AnterAja mengalami rugi bersih Rp198 miliar dari posisi untung Rp5,8 miliar di tahun sebelumnya. Terbaru, pendapatan AnterAja di semester I 2023 tercatat merosot 56% menjadi Rp817 miliar dari Rp1,8 triliun di periode sama tahun sebelumnya.

Dalam keterangannya, Prodjo mengatakan tengah melakukan aksi efisiensi dan restrukturisasi di lingkup AnterAja untuk memulihkan kinerjanya tahun ini. Salah satunya adalah rencana untuk masuk ke segmen B2B.

“Untuk bisnis Anteraja, sejalan dengan proses right sizing capacity yang sedang dijalankan, perseroan menyesuaikan kapasitas dengan kebutuhan logistik sehingga membuat operasional usaha lebih efisien.” ujarnya diberitakan oleh Bisnis.com.

Application Information Will Show Up Here

BintanGO Rampungkan Pendanaan Lanjutan Senilai $2.2 Juta (Updated)

BintanGO dikabarkan tengah menggalang pendanaan lanjutan. Menurut data yang dihimpun VentureCap Insight, investor terdahulu seperti Investible dan eWTP Tech Innovation Fund kembali andil dalam putaran terbaru ini.

Kepada DailySocial Co-Founder dan CEO BintanGO Jason Lee memberikan konfirmasi terkait pendanaan lanjutan yang telah diterima senilai $2.2 juta. Putaran pendanaan ini diikuti oleh Contents Technologies, Transcend Capital Partners, serta investor mereka sebelumnya seperti Investible dan eWTP Tech Innovation Fund, bersama dengan investor lokal Indonesia.

Pendanaan baru berupa utang dan ekuitas merupakan kelanjutan dari putaran pendanaan awal $2.1 juta perusahaan pada April 2022, menjadikan total pendanaan yang berhasil dikumpulkan mencapai $4.8 juta.

Sejumlah investor lain seperti Transcend Capital Partners, Astor Management, dan Beyond Creative Global juga sudah menaruh dana. Sejauh ini telah dibukukan nominal $1,3 juta — diperkirakan masih akan terus bertambah seiring upaya fundraising yang dilakukan.

“Kami sangat senang dapat memperluas layanan kami dengan live commerce di berbagai platform di Indonesia, memberikan kesempatan tak tertandingi bagi brand untuk berinteraksi dengan konsumen, meningkatkan penjualan, dan memperkuat kehadiran brand mereka dengan kreator konten. Live commerce akan terintegrasi dengan fitur-fitur kami yang sudah ada, termasuk pemilihan pencipta, pengelolaan kampanye, dan pelaporan kampanye.” kata Jason.

Tahun 2022 lalu, BintanGO telah merampungkan putaran pendanaan awal senilai $2,1 juta. Pendanaan ini dipimpin Investible dan eWTP Tech Innovation Fund dengan partisipasi dari Farquhar, Plug and Play, Aksara, Redbadge Pacific, Moonshot Ventures, Mulia Sky Capital, dan United Creative.

Sejumlah angel investor turut terlibat di putaran ini, termasuk eksekutif dan mantan eksekutif dari YouTube, Facebook, dan Google. Tahun 2021 perusahaan juga telah mengantongi pendanaan pre-seed dari Flash Ventures senilai $500 ribu.

Diluncurkan tahun 2021, BintanGO didirikan oleh Jason Lee dan Oktorika Mandasari. Platform tersebut memiliki misi untuk memberikan solusi yang didukung oleh teknologi untuk membantu content creator menyederhanakan dan mengelola bisnis mereka dengan lancar. Solusi ini mencakup produktivitas, monetisasi, dan solusi keuangan.

Platform ini menyerupai platform SaaS yang menyediakan alat produktivitas dan monetisasi serta solusi keuangan bagi pembuat konten untuk membantu mereka mengelola dan mengembangkan bisnisnya.

Maraknya platform pendukung influencer dan konten kreator

Di Indonesia sendiri saat ini sudah banyak platform yang mendukung para influencer dan konten kreator dengan menghadirkan layanan dan fitur yang relevan. Di antaranya adalah TipTip, UpBanx, Partipost, IDN Creator Network, AnyMind Group, Hiip, Noice, Famous Allstars (FAS) hingga Lynk.id.

Berdasarkan laporan yang dirangkum oleh INSG tercatat, kegiatan pemasaran memanfaatkan influencer di kawasan Asia Tenggara diprediksi akan mencapai $2,59 miliar pada tahun 2024, menjadikan Indonesia sebagai pasar yang lebih menjanjikan bagi brand dan marketer.

Lebih dari 91% brand di Indonesia telah meningkatkan anggaran pemasaran mereka pada tahun 2022. Sebuah studi pada tahun 2020 mencatat, bahwa 62% konsumen online Indonesia dipengaruhi oleh rekomendasi dari influencer sebelum melakukan pembelian. Laporan tersebut juga mengungkapkan, konsumen online Indonesia lebih memilih mengikuti/follow akun media sosial para influencer daripada akun bisnis brand.

Di tahun 2022 juga tercatat, sebanyak 68% brand global telah berinvestasi lebih banyak anggaran pemasaran mereka kepada pemasaran influencer. Hal ini menunjukkan bahwa brand di Indonesia semakin menyadari manfaat dari influencer marketing sebagai saluran paling efektif untuk kegiatan pemasaran mereka.

Application Information Will Show Up Here

Beleaf Amankan Pendanaan Seri A 103 Miliar Rupiah Dipimpin Alpha JWC Ventures

Startup agritech Beleaf hari ini (01/8) mengumumkan pendanaan seri A senilai $6,85 juta atau lebih dari Rp103 miliar dipimpin oleh Alpha JWC Ventures. Putaran ini melanjutkan pendanaan tahap awal yang berhasil diraih pada akhir 2022 lalu. Turut berpartisipasi dalam putaran ini investor baru Openspace dan beberapa angel investor.

Partner Alpha JWC Ventures Eko Kurniadi mengungkapkan bahwa Beleaf secara konsisten menunjukkan kemajuan yang luar biasa. Penawaran end-to-end mereka memberdayakan petani untuk mencapai produktivitas dan kualitas yang lebih tinggi, juga ekonomi dan pengalaman bertani yang lebih baik.

“Karena Beleaf terus melampaui tonggak pertumbuhan dan profitabilitas mereka, kami sangat yakin akan potensi mereka untuk merevolusi sektor pertanian dalam jangka panjang,” ungkapnya dalam keterangan resmi.

Beleaf sendiri memosisikan diri sebagai bisnis agritech komprehensif dengan layanan yang fokus pada Farming as a Service (FaaS). Perusahaan memiliki misi untuk meningkatkan hasil dan produktivitas petani lokal di seluruh Indonesia, dan pada akhirnya meningkatkan mata pencaharian mereka.

Rencananya, dana segar yang diterima akan digunakan untuk memperluas jaringan petani yang saat ini berjumlah 145, agar bisa mencapai setidaknya 2.000 petani pada akhir tahun 2024. Program FaaS ini disebut telah meningkatkan hasil dan pendapatan banyak petani, terbukti dengan keberhasilan distribusi 700 ton produksi pada Mei 2023.

Perusahaan juga akan memantapkan kehadirannya di pasar pertanian utama Indonesia dan negara-negara tetangga. Beleaf menargetkan untuk segera memperluas jaringan pertaniannya ke beberapa daerah baru termasuk Bali, Medan, dan Lembang. Pihaknya akan mendirikan peternakan R&D di lokasi tersebut sebagai basis untuk meluncurkan jaringan FaaS di seluruh negeri.

Selain itu, pendanaan akan digunakan untuk menggandakan rantai pasokan dan divisi komersial untuk meningkatkan efisiensi operasi, dan memperluas jejak penjualannya ke negara-negara baru. Beleaf juga akan terus mendorong pengembangan perangkat IoT dan Beleaf OS untuk lebih mengaktifkan layanan FaaS dan meningkatkan hasil panen petani.

Direktur Eksekutif Openspace Ian Sikora mengungkapkan bahwa ia telah menilai sejumlah besar perusahaan rintisan agribisnis, dan melihat kemajuan awal Beleaf yang menonjol. “Pendekatan full-stack pada tanaman terpilih memungkinkan mereka untuk mencapai pertumbuhan yang cepat, terutama melihat mereka mencapai margin terbaik dalam kategorinya,” ujarnya.

Pengembangan Farming as a Service

Ragam produk sayur kemasan yang disediakan Beleaf / Beleaf

Didirikan pada tahun 2019 oleh Amrit Lakhiani, Beleaf mengawali bisnis sebagai merek hidroponik premium yang menawarkan berbagai jenis sayuran dan buah-buahan. Seiring pertumbuhan bisnis dan pengalaman mengelola pertanian mereka sendiri, perusahaan mulai mengembangkan produknya ke manajemen pertanian yang didukung teknologi.

Beleaf meluncurkan program Farming as a Service pada tahun 2022, melibatkan petani di Puncak dan Bandung dengan manajemen pertanian yang dimungkinkan oleh teknologi. FaaS sudah dengan cepat menyelesaikan beberapa tantangan mendesak di sektor ini. Meskipun merupakan negara agraris, potensi Indonesia masih belum teroptimalkan dan ketergantungannya pada impor hasil pertanian masih tinggi.

Berdasarkan laporan ResearchandMarkets, pasar agritech Indonesia tumbuh pada CAGR ~39,7% berdasarkan pendapatan yang dihasilkan selama tahun fiskal 2016-2021. Sub vertikal Farming as a Service (FaaS) mendominasi Pasar Agritech di Indonesia berdasarkan pendapatan yang dihasilkan pada tahun fiskal 2021 diikuti oleh sub vertikal AgriTech, Agri Fintech, Market Access, dan Agri Biotech.

Founder dan CEO Beleaf  Amrit Lakhiani mengaku pihaknya menyadari bahwa alih-alih membangun lebih banyak pertanian sendiri, mereka memiliki sesuatu yang dapat diterapkan secara luas dan lebih kuat.

“Kami dapat menggunakan keahlian kami dan teknologi yang telah kami ciptakan untuk memberikan keuntungan yang sama kepada petani yang ada, dan meningkatkan kualitas dan produktivitas kolektif industri pertanian Indonesia yang menghadapi beberapa rintangan pembangunan, sambil menampilkan produk lokal terbaik ke pasar luar negeri melalui ekspor,” ujarnya.

Kepulauan ini memiliki lahan subur, air berlimpah, dan lingkungan yang cocok untuk menumbuhkan berbagai macam buah dan sayuran secara efektif, tetapi terbatas oleh komunitas petani yang sangat terfragmentasi. Potensinya mencakup 70% petani kecil yang tidak memiliki akses ke pembiayaan, asuransi, teknologi, logistik yang efisien, dan akses langsung ke pasar.

Didukung oleh big data dan IoT, solusi Beleaf menawarkan layanan end-to-end  mulai dari operasional, distribusi, dan offtaking – menghubungkan pertanian, distributor, dan pengecer dalam satu ekosistem terintegrasi. Hal ini memungkinkan petani untuk meningkatkan produktivitas, kualitas, dan profitabilitas mereka.

Fokus bisnis saat ini adalah mengendalikan dan meningkatkan hasil pertanian mitra hingga 15%. Platform mereka memantau cuaca, pembibitan, aktivitas penanaman, dosis nutrisi, perencanaan pertanian, dan panen. Semua data yang dikumpulkan dari proses ini kemudian akan memperkuat pembelajaran mesinnya untuk peningkatan berkelanjutan pertanian, serta penelitian dan pengembangan solusi agribisnis di masa depan.

Beleaf menggunakan fasilitas pasca panennya untuk mengkonsolidasikan volume dan menciptakan produk berkualitas tinggi yang konsisten yang dapat diekspor ke jaringan klien internasionalnya. Dengan landasan ini, Beleaf berada di jalur yang tepat untuk menjadi pemimpin pasar dalam mengekspor sayuran hijau dan umbi-umbian seperti kentang, ubi jalar, jahe, dan wortel.

Produk hasil pertanian dari Beleaf sekarang sudah dijual di dalam negeri dan juga untuk ekspor. Produk-produk ini telah tersedia di 4 negara termasuk Singapura. Ke depannya, perusahaan berencana untuk segera memasuki 6 negara lainnya pada akhir tahun 2024. Beleaf juga tersedia di lebih dari 180 gerai ritel di Jabodetabek, 8 saluran online, dan berbagai restoran.

Astra Kembali Pimpin Pendanaan Seri D Rp1,5 Triliun untuk Halodoc [UPDATED]

PT Astra International Tbk melalui anak usahanya, PT Astra Digital International (Astra Digital), memimpin putaran pendanaan seri D untuk Halodoc senilai $100 juta (lebih dari Rp1,5 triliun). Disebutkan total investasi yang telah dikucurkan Astra untuk Halodoc mencapai $135 juta (lebih dari Rp2 triliun).

Dalam keterangan resmi yang disampaikan pada hari ini (28/7), Openspace dan Novo Holdings, investor dari Denmark, turut berpartisipasi dalam putaran tersebut.

Perseroan memercayai bahwa kolaborasi ini dapat memberikan solusi inovatif bagi masyarakat, serta memberikan dampak positif bagi industri kesehatan dan pertumbuhan ekonomi digital di tanah air.

Perseroan melakukan sejumlah investasi untuk industri kesehatan di Indonesia, yakni Halodoc (2021 dan 2023) dan Hermina (2022). Mereka percaya dengan sinergi antara Halodoc, Hermina, dan ekosistem Astra dapat menciptakan perjalanan pasien yang lancar, serta membuka lebih banyak peluang bagi masyarakat untuk memperoleh layanan kesehatan secara merata dan berkualitas seantero negeri.

“Tingginya permintaan terhadap layanan akses kesehatan yang berkualitas telah mendorong meningkatnya adopsi teknologi digital pada layanan kesehatan. Astra menilai sektor kesehatan di Indonesia memiliki prospek pertumbuhan yang baik dalam jangka panjang. Hal ini turut didukung oleh upaya-upaya pemerintah memajukan sektor layanan kesehatan di tanah air,” ucap Presiden Direktur Astra Djony Bunarto Tjondro.

Partner Openspace Shane Chesson menyampaikan, pihaknya bangga dapat berpartisipasi dan melanjutkan kemitraan yang sudah dijalin bersama Halodoc sejak 2017. “Pilihan layanan kesehatan digital menjadi pilihan utama bagi pasien, dan Halodoc menjadi yang terdepan, telah membangun hubungan kepercayaan dan berbagai layanan yang memberikan special insights,” ujarnya.

CEO & Co-Founder of Halodoc Jonathan Sudharta menambahkan, setelah dampak pandemi, Indonesia berada pada momen yang sangat penting bahwa ada tantangan bagaimana perusahaan dapat memenuhi permintaan yang terus meningkat terhadap akses layanan kesehatan yang berkualitas di Indonesia. Perusahaan pun memfokuskan diri sebagai penyedia solusi dari masalah kesehatan yang dialami oleh para pengguna, dengan menyederhanakan akses kesehatan.

“Apresiasi kami berikan terhadap kepercayaan Astra dan para pemangku kepentingan kami, merupakan dukungan yang tak ternilai dalam perjalanan kami menerapkan teknologi untuk kebutuhan kesehatan,” ujar dia.

Dana segar ini nantinya akan difokuskan untuk empat hal:

  1. Memperkuat ekosistemnya yang terintegrasi dengan lebih banyak pelaku kesehatan mulai dari dokter, apoteker, rumah sakit, klinik, hingga penyedia asuransi;
  2. Mengembangkan berbagai layanan kesehatan bersifat preventif, di antaranya layanan Home Lab yang memungkinkan pengguna mendapatkan berbagai layanan tes kesehatan dari rumah secara nyaman dan privat;
  3. Mengembangkan Asuransiku, agar pengguna bisa mendapatkan layanan kesehatan yang telah terintegrasi dengan layanan asuransi secara lebih seamless dan terjangkau;
  4. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat dan pentingnya menjaga kesehatan sebelum sakit.

Di Indonesia sendiri, Halodoc berkompetisi langsung dengan sejumlah pemain. Beberapa di antaranya adalah Alodokter, Good Doctor, KlikDokter, Prixa, dan beberapa lainnya.

Pencapaian Halodoc

Aplikasi Halodoc

Momentum pandemi COVID-19 secara tidak langsung mendorong masyarakat menggunakan layanan telemedik misalnya konsultasi medis secara online. Berdasarkan data dari Aliansi Telemedik Indonesia (Atensi) terdapat kurang lebih 17,9 juta aktivitas konsultasi kesehatan yang berasal dari 19 perusahaan telemedisin pada 2022 lalu. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa teknologi digital memainkan peran kunci pada kemajuan industri kesehatan pada saat ini.

Sejak diluncurkan pada 2016, Halodoc telah membuka akses ke lebih dari 20.000 praktisi medis, 3.300 rumah sakit, dan 4.900 apotek. Pada 2022, terdapat lebih dari 20 juta pengguna aktif bulanan terhubung dengan platform Halodoc.

Halodoc mengambil pendekatan terhadap teknologi memiliki layanan kesehatan bagi masyarakat yang terintegrasi, mulai dari telemedik dengan dokter terdaftar, pemesanan obat yang terpercaya, reservasi layanan diagnosa lab, reservasi kunjungan dengan dokter di rumah sakit hingga pengurusan asuransi, pembayaran dan administrasi pihak ketiga.

Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan, Halodoc mengedukasi kesehatan masyarakat yang fokus pada tindakan preventif, di antaranya melalui artikel kesehatan yang dapat ditemukan secara mudah pada aplikasi dan blog Halodoc.

Hal tersebut menjadi strategi Halodoc untuk menyasar potential user melalui pendekatan yang lebih relevan. Lalu, menghadirkan solusi layanan preventif Halodoc seperti Home Lab yang memungkinkan masyarakat melakukan tes kesehatan dari rumah secara privat dan seamless.

Dari sisi profil pengguna pun, aplikasi Halodoc telah dirancang untuk dapat memenuhi kebutuhan kesehatan bagi seluruh kelompok umur, mulai dari gen Z, millennial, hingga baby boomers. Beberapa inovasi yang dihadirkan mulai dari layanan Janji Temu, Home Lab, Mental Health, dan Animal Health.

Bagi generasi muda dengan jumlah mencapai 53,81% dari total populasi Indonesia, layanan berbasis teknologi yang praktis dan instan telah menjadi kebutuhan dalam keseharian mereka. Oleh karena itu, Halodoc mengintegrasikan berbagai layanan kesehatan secara seamless hanya dalam satu aplikasi.

Sementara itu, Halodoc pun menunjukkan kepeduliannya terhadap pengguna di kalangan usia lansia dengan menghadirkan layanan yang memudahkan proses konsultasi dengan dokter bagi para caregiver (anggota keluarga yang merawat) dengan layanan Elderly Care maupun fitur Langganan yang membantu mengingatkan dan memudahkan pembelian produk kesehatan secara rutin bagi orang tua.

Berdasarkan data Statista, diprediksi pada 2027 mendatang, industri kesehatan digital akan bernilai $3,97 miliar, tumbuh dengan Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 15% dari nilai pasar pada 2022 sebesar $1,98 miliar.

*) Kami menambahkan informasi tambahan: investor lainnya yang bergabung dan penggunaan dana investasi

Application Information Will Show Up Here

Bunker Amankan Pendanaan Rp75 Miliar dari Alpha JWC, Northstar, dan Sejumlah Investor

Bunker, platform analitik keuangan asal Singapura, berhasil mengamankan pendanaan awal $5 juta atau setara Rp75 miliar.  Investor yang terlibat dalam pendanaan ini termasuk Alpha JWC Ventures, January Capital, Northstar Group, GFC, Money Forward, serta beberapa angel investor seperti Chris Lin, Rosemary Hua, dan Tiger Fang.

Visi Bunker ingin mendukung startup/UMKM di Asia tenggara dan Hong Kong menuju profitabilitas dan pertumbuhan yang ideal. Startup ini didirikan oleh Shivom Sinha pada Agustus 2021. Sebelumnya ia memulai karier di KKR, kemudian turut membantu divisi keuangan strategis untuk Gojek, Uber, dan Kargo di seluruh Indonesia dan wilayah regional.

Bunker dimulai setelah akuisisi “Proyek Beta”, sebuah konsultan layanan pembukuan dan pajak, yang kini menjadi anak perusahaan bernama Bunker Books. Mantan CEO Proyek Beta Jibrilia Alamsjah kini bergabung sebagai Co-Founder dan penasihat strategis untuk merancang produk Bunker dapat melayani C-level dengan memanfaatkan pengalaman eksekutifnya.

Co-Founder & CEO Bunker Shivom Sinha mengungkapkan bahwa dalam situasi ekonomi saat ini, para CEO dan CFO menjalankan standar tinggi dalam strategi keuangan perusahaan. Akan tetapi, siklus Financial Analysis and Planning (FP&A) terbukti dangkal, lambat, dan menghabiskan terlalu banyak jam kerja setiap bulannya.

Data keuangan paling lengkap dalam perusahaan adalah dokumen pembukuan, namun pembongkaran dan pengolahan datanya cukup kompleks. Sementara kelalaian dapat menyebabkan cash flow dan penganggaran yang buruk.

Layanan Bunker

Bunker memosisikan diri sebagai platform financial analytics modern yang memberikan visibilitas keuangan mendalam, dengan mengubah ribuan data yang terlewat di dalam berkas pembukuan menjadi informasi bisnis yang menguntungkan untuk para eksekutif, hanya dalam hitungan hari. 

Software rancangan Bunker dengan mudah menelusuri data melalui pemindaian ribuan baris transaksi serta data lainnya yang sering kali terlewatkan dalam data akuntansi perusahaan atau software Enterprise Resource Planning (ERP). Klien-klien Bunker diklaim telah membuktikan penghematan biaya minimal sebesar 10% dari OpEX selama penggunaan pertama.

Perusahaan menggunakan platform Bunker untuk mengidentifikasi peluang negosiasi biaya dan ketentuan pembayaran khusus dengan vendor, mendorong penganggaran ad-hoc dan mengelola hubungan investor atau penggalangan dana dengan lebih baik. Layanan ini telah menjangkau pasar Indonesia, Singapura, Filipina, dan Hong Kong.

Layanan ini juga telah terintegrasi dengan software seperti Xero, NetSuite, QuickBooks, Jurnal, Accurate, SAP, dan lainnya. Berbeda dari perangkat lunak intelijen bisnis yang ada di pasaran, Bunker menawarkan kemudahan dan kecepatan dalam hal implementasi. Hanya dalam hitungan hari dan tanpa pemasangan atau pelatihan yang rumit bagi pengguna.

Selain itu, platform ini telah disesuaikan dengan sistem manajemen negara di Asia Tenggara dan Hong Kong dalam mengoperasionalkan data FP&A. Layanan Bunker mencakup laporan PDF bulanan yang terdiri dari poin-poin, grafik, dan tabel dalam bahasa yang mudah dipahami, serta menghadirkan kolaborasi strategis lintas fungsi.

Beberapa perusahaan yang sudah menggunakan layanan Bunker, termasuk platform penyewaan baju yang didukung oleh Softbank dan Style Theory. Selain itu, perusahaan pengelolaan sampah dan daur ulang Waste4Change juga disebut berhasil meningkatkan margin kotor sebesar 20% melalui pengelolaan keuangan yang optimal dengan Bunker

Pasar analitik keuangan

Pasar analitik keuangan disebut telah terkena dampak positif oleh pandemi COVID-19, karena meningkatnya volatilitas, meningkatnya ketidakpastian dalam bisnis telah menyebabkan adopsi perangkat lunak analitik keuangan yang membantu bisnis mengikuti keputusan keuangan di berbagai vertikal pengguna akhir.

Peningkatan adopsi perangkat komputasi yang meluas, peningkatan kemampuan penyimpanan canggih, dan pertumbuhan inovasi alat analitik baru menghadirkan kemungkinan baru bagi pelaku pasar, yang, pada gilirannya, mendorong pertumbuhan pasar analitik keuangan global.

Selain itu, peningkatan kesadaran di kalangan pengguna akhir tentang manfaat solusi analitik keuangan, terutama untuk analisis data real-time dan pengambilan keputusan berdampak positif pada pertumbuhan pasar.

Dalam laporan Pasar Analitik Keuangan yang dipublikasi oleh Allied Market Research, pasar analitik keuangan global diperkirakan bernilai US$7,6 miliar pada tahun 2020, dan diproyeksikan mencapai US$19,8 miliar pada tahun 2030, tumbuh pada CAGR 10,3% dari tahun 2021 hingga 2030.