KoinWorks Dapatkan Pendanaan Lanjutan dari Quona Capital

Platform responsible p2p lending KoinWorks hari ini (07/1) mengumumkan perolehan pendanaan lanjutan untuk tahap seri A+ dari Quona Capital dengan nominal yang tidak disebutkan. Dari rilis yang diterbitkan, pendanaan ini diperoleh pasca KoinWorks berhasil membukukan 100 ribu pendana di platformnya.

Pihak Quona Capital menyampaikan, capaian tersebut dinilai membuat KoinWorks menjadi platform reponsible lending pertama dan terbesar di Indonesia. Potensinya juga dianggap besar, karena memberikan akses keuangan kepada masyarakat, khususnya untuk menciptakan keuangan yang inklusif.

Pendanaan ini menjadi lanjutan dari seri A yang sebelumnya didapat KoinWorks dari Mandiri Capital Indonesia (MCI), Gunung Sewu dan Convergence Venture. Kala itu nilai investasi yang diberikan mencapai 230 miliar Rupiah.

“Kami senang dapat berkolaborasi dengan Quona Capital sebagai salah satu investor KoinWorks. Quona Capital merupakan venture capital berbasis internasional yang fokus pada fintech yang memecahkan masalah sebenarnya yang ada di masyarakat untuk menciptakan keuangan yang inklusif,” sambut Co-Founder & CEO KoinWorks Benedicto Haryono.

Sebelumnya KoinWorks juga telah bekerja sama dengan beberapa institusi untuk memperluas penyaluran kredit. Misalnya dengan Bank Mandiri, pihaknya bekerja sama membantu penyaluran kredit untuk UMKM. Baru-baru ini KoinWorks juga bekerja sama dengan Quipper untuk memberikan kredit pembiayaan pendidikan.

Fintech lending membawa dinamika industri yang cukup terasa akhir-akhir ini di Indonesia. Berbagai capaian, regulasi, hingga isu di masyarakat terus menghiasi pemberitaan di sektor keuangan. Secara khusus dalam “Fintech Report 2018“, DailySocial merangkum perkembangan industri fintech di Indonesia selama tahun 2018.

Dari data yang berhasil dihimpun, hingga September 2018 dana pinjaman yang diberikan platform p2p lending di Indonesia sudah mencapai 13,8 triliun rupiah. Dalam laporan juga disampaikan, per tahun 2018 ada 14 pendanaan untuk startup fintech yang diberitakan, lebih dari separo didapatkan oleh startup yang bergerak di fintech lending.

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi “Sampingan” Coba Sederhanakan Model Bisnis “Outsourcing” Pekerjaan

Aplikasi Sampingan didesain membantu masyarakat menemukan pekerjaan temporer untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Para founder terinspirasi dari bisnis outsourcing, mereka mengenakan harian atau bulanan ke pekerja. Dalam proses kerjanya, Sampingan menggunakan pendekatan yang hampir mirip dengan model outsourcing, memberikan bayaran berdasarkan hasil kinerja (pay per performance).

“Fitur terbaik yang kami tawarkan adalah kebebasan bagi para agen untuk bisa memilih apa, kapan, di mana dan bagaimana mereka menjalankan dan menyelesaikan pekerjaannya. Sementara untuk bisnis (pemberi pekerjaan), Sampingan dapat membantu karena tidak ada manpower fixed cost yang tidak sebanding dengan result yang harus dikeluarkan setiap bulan,” ujar Business Development Manager Sampingan Vinno Zahran.

Sampingan menerapkan model pay per performance bagi rekanan dan agen. Agen (disebut dengan “Kawan Sampingan”) akan mendapatkan bayaran jika berhasil menyelesaikan suatu pekerjaan yang ada di dalam aplikasi. Dengan sistem kemitraan, maka Kawan Sampingan bisa dengan bebas memilih preferensi pekerjaan sesuai keinginan dan minat.

Untuk menjalankan operasionalnya, saat ini Sampingan sudah mendapatkan pendanaan awal dari dua investor, yakni Golden Gate Ventures dan Antler. Total nilai pendanaan yang didapat ialah $600.000 atau setara dengan 8.7 miliar Rupiah.

Vinno menyampaikan, berbekal pendanaan yang dimiliki, Sampingan ingin terus meningkatkan awareness masyarakat terhadap potensi pekerjaan di sekitar mereka. Tahun 2019 ada beberapa agenda yang akan dilakukan. Selain pengembangan produk, tim Sampingan juga ingin memberikan kegiatan dukungan untuk para agennya di lapangan.

Aplikasi Sampingan
Co-Founder Sampingan Margana Mohamad dan Wisnu Nugrahadi / Sampingan

Sampingan didirikan oleh tiga orang founder, yakni Wisnu Nugrahadi, Margana Mohamad, dan Dimas Pramudya. Ketiganya adalah lulusan manajemen Universitas Padjadjaran. Wisnu dan Dimas sebelumnya berpengalaman sebagai tim pengembang dan produk di Gojek. Sedangkan Margana memiliki dan menjalankan bisnis outsourcing.

Melalui pendekatan digital, Sampingan ingin membuat model outsourcing menjadi lebih mudah diakses. Dan mendapati target sasaran (lapangan kerja) yang tepat, langsung kepada masyarakat.

Application Information Will Show Up Here

Gorry Holdings Fokus Hadirkan Solusi Nutrisi Berbasis Data

Platform yang fokus kepada “e-wellness” terpadu untuk pengguna, Gorry Holdings, akhir Desember 2018 ini telah mengantongi pendanaan Seri A dengan nilai yang tidak disebutkan dari salah satu private equity asal Singapura PE firm Heritas Capital Management.

Kepada DailySocial, CEO dan pendiri Gorry Holdings Herry Budiman mengungkapkan, dana segar tersebut rencananya akan digunakan untuk untuk merambah ranah healthtech berbasis artificial intelligence (AI), wellness program, pengembangan komunitas dan melakukan ekspansi di Indonesia.

“Ekspansi ke kota-kota lain jelas ada dalam jalur kami, terutama dengan peningkatan baru kami di aplikasi GorryWell sebagai wellness tracker dan virtual coach. Menjadikan platform kami lebih terukur secara signifikan.”

Mengklaim sebagai perusahaan teknologi kesehatan, Gorry Holdings menggunakan konsep manajemen data kesehatan untuk memberikan rekomendasi khusus kepada penggunanya, membantu mereka mengelola diet dan olahraga mereka berdasarkan data kesehatan yang dikumpulkan. Dengan berinvestasi kepada analitik, machine learning, dan big data, Gorry Holdings menjamin kerahasiaan data yang disimpan dalam akun pengguna.

Gorry Holdings juga mengumumkan tiga program terbaru yang akan dilancarkan pada tahun 2019 mendatang. Mereka adalah Student Wellness Program, Employee Wellness Program, dan GorryWell League. Ketiga program tersebut secara spesifik dirancang untuk meningkatkan pemahaman masyarakat Indonesia mengenai gizi seimbang serta pentingnya aktivitas untuk menunjang asupan gizi. Sebagai perusahaan induk dari Gorry Gourmet dan GorryWell, Gorry Holdings akan mengintegrasikan layanan keduanya dalam pelaksanaan program-program tersebut.

“Ketiga program ini dirancang secara spesifik untuk meningkatkan pemahaman gizi dan kesehatan masyarakat secara berkala melalui edukasi dan kegiatan yang menyenangkan, sehingga partisipan dapat mempraktikkan informasi yang didapatkan dan membentuk perilaku berkelanjutan,” kata Herry.

Pemanfaatan big data

Sebelumnya Gorry Holdings dikenal dengan layanan katering online bernama Gorry Gourmet. Didukung oahli gizi, Gorry Gourmet hadir bersamaan dengan maraknya startup yang menyasar layanan kuliner di Indonesia. Saat ini Gorry Gourmet telah melayani lebih dari 10 ribu pelanggan di sekitar Jabodetabek.

Sejak tahun 2017, Gorry Gourmet bertransformasi menjadi Gorry Holdings. Perusahaan tidak sekedar menyediakan layanan katering online dengan menu yang sehat melalui Gorry Gourmet, tetapi juga memiliki GorryWell yang merupakan solusi nutrisi berbasis data terintegrasi dan panduan gaya hidup.

Melalui aplikasi, GorryWell memberikan rekomendasi pribadi tentang tempat makan, rekomendasi menu, dan porsi apa berdasarkan biometrik kesehatan pengguna. GorryWell juga menyediakan konsultasi online dengan ahli gizi bersertifikat untuk kondisi kesehatan tertentu. Sebagai mitra strategis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), GorryWell juga telah memvalidasi lebih dari 10 ribu resep dari 500 restoran, dan memberikan lebih dari 15 ribu jam konsultasi nutrisi.

“Dibandingkan tahun 2017 lalu, saat ini kami telah mengalami peningkatan hingga dua kali lipat pesanan, dua kali lipat radius layanan, 20% lebih tinggi indeks kebahagiaan pelanggan, 40 ribu kilogram penurunan berat badan dan melayani 5 ribu kasus pasien klinis (seperti makanan untuk diabetes, stroke, penyakit jantung, pengobatan kolesterol, autisme dan lain-lain),” kata Herry.

Application Information Will Show Up Here

Squline Secures Series A Funding, Focused on Technology Development and New Talent Acquisition

An online-course platform Squline officially announces it has received Series A funding from Investidea Ventures, participated by some other investors, with no further detail. In its official release, the fundraising has reached “seven-digit US Dollar”.

Squiline will use the fresh funding to support technology development, new talent acquisitions, and product expansion in 2019. The latest round allows Squline to tighten its position as a digital platform for language live course in Indonesia.

Founded in 2014, Squline has offered new innovations in the traditional language learning industry. Starting with Mandarin course in 2014, English in 2015, and Japanese in 2016 for Indonesian users. In addition, they also launch the Indonesian language course this year, targeting expatriates in Indonesia and the international market.

Squline considered live video call and text conversation education concept to make the learning process more effective and to connect students and teachers from all around the Asia Pacific.

“We’ll develop more affordable solutions while promoting effective ways to learn the language online. It’ll also encourage market expansion to market level B and C of Indonesian users and improve the competitive skill. It is our main mission to create a learning environment without limits,” Tomy Yunus, Squline’s Co-Founder and CEO, said.

Squline has collaborated with local and international education institutions, including Beijing Language Culture College, Atmajaya University and Universitas Indonesia. To date, Squline has more than 5000 users all over Indonesia.

An alum of Telkomsel TheNextDev 2017 program, it has also launched business in Australia. It’s said to be big market to learn the Indonesian language.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Kantongi Pendanaan Seri A, Squline Fokus Kembangkan Teknologi dan Akuisisi Talenta Baru

Platform kursus online Squline secara resmi mengumumkan perolehan pendanaan Seri A dari Investidea Ventures dengan partisipasi beberapa investor yang tidak disebutkan detailnya. Dalam keterangan resminya, nilai pendanaan mencapai “tujuh digit dolar AS”.

Dana segar tersebut akan digunakan Squline untuk mendukung pengembangan teknologi, akuisisi talenta baru, dan ekspansi produk di tahun 2019. Putaran investasi baru ini memungkinkan Squline memantapkan posisinya sebagai platform digital untuk bimbingan bahasa secara live di Indonesia.

Sejak didirikan tahun 2014, Squline telah menghadirkan inovasi baru di industri pembelajaran bahasa tradisional. Dimulai dengan peluncuran kursus bahasa Mandarin pada tahun 2014, kursus Bahasa Inggris tahun 2015, dan kursus bahasa Jepang pada tahun 2016 untuk pengguna di Indonesia. Selain itu, tahun ini mereka juga meluncurkan Kursus Bahasa Indonesia, menargetkan ekspatriat di Indonesia dan pasar luar negeri.

Konsep edukasi live video call dan text conversation dinilai Squline menjadikan proses belajar menjadi lebih efektif dan dapat menghubungkan pelajar dan pengajar dari berbagai wilayah di Asia Pasifik.

“Kami akan mengembangkan solusi yang lebih terjangkau namun tetap mengedepankan cara efektif untuk belajar bahasa secara online. Ini juga akan mendorong ekspansi pasar ke level B dan C pengguna di Indonesia dan meningkatkan tingkat daya saing mereka. Karena misi utama kami adalah menciptakan lingkungan belajar tanpa batas,” kata co-founder & CEO Squline Tomy Yunus.

Squline juga telah menjalin kolaborasi dengan institusi pendidikan lokal dan asing, di antaranya Beijing Language Culture College, Universitas Atmajaya, dan Universitas Indonesia. Saat ini disebutkan Squline telah memiliki lebih dari 5000 pengguna di Indonesia yang tersebar di berbagai wilayah.

Startup yang merupakan alumni dari Telkomsel TheNextDev 2017 ini sebelumnya juga telah meresmikan kehadirannya di Australia. Minat besar pasar di negara tersebut untuk mempelajari Bahasa Indonesia dimanfaatkan oleh Squline untuk menghadirkan kelas secara online.

Application Information Will Show Up Here

Mekar Bidik Dana 1,4 Triliun Rupiah untuk Program “Impact Fund”

Mekar sebagai platform fintech lending yang fokus menciptakan dampak sosial, akan melakukan penggalangan dana melalui program Mekar Impact Fund di tahun 2019. Mereka menargetkan dapat mengantongi dana hingga Rp1,4 triliun lewat program tersebut.

COO Mekar Pandu Aditya Kristy mengungkapkan, pihaknya ingin meningkatkan pertumbuhan usaha di sektor yang lebih besar, tidak hanya terpaku pada skala mikro atau UKM. Terlebih masih banyak sektor bisnis di Indonesia yang jika dikembangkan dapat memberikan dampak luas dan lebih baik.

Maka itu pendanaan dari Mekar Impact Fund akan dialokasikan untuk enam sektor terpilih, antara lain clean energy, food and agriculture, recycle and eco-materials, healthcare, education, serta financial inclusion.

Sebagaimana diketahui, impact fund tidak berorientasi pada imbal hasil, tetapi dampaknya terhadap lingkungan. Mekar akan memilih perusahaan penerima investasi (investee) berdasarkan dampak terbesar yang dapat ditawarkan. Dengan demikian, dana tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal.

“Target pengumpulan dana sebesar $50-100 juta, dan akan disalurkan ke 20-25 perusahaan. Jadi, rata-rata per sektor mendapat alokasi $8 juta. Rencananya [Mekar Impact Fund] akan jalan setelah Pilpres selesai, yaitu di kuartal kedua 2019,” ungkap Pandu.

Lebih lanjut, Pandu menjelaskan pelaku usaha dapat terhubung langsung dengan para investor. Nantinya, perusahaan akan memberikan opsi produk kepada calon investee, yang kemudian dapat dianalisis sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mereka.

Ada tiga opsi yang ditawarkan para investee, yaitu revenue sharing loan, bridge loan (mezzanine loan), dan venture debt (berdasarkan surat utang yang dapat dikonversi dalam bentuk kepemilikan saham).

Sementara pengumpulannya sendiri dapat dilakukan dengan sejumlah metode, seperti equity fund (filantropi/family office/investor), performance debt (pemerintahan/financial institution soft loan fund), dan grant fund (NGO/filantropi/CSR perusahaan besar). Perlu dicatat, pendanaan dapat berupa mata uang rupiah atau dolar.

Menurut Pandu, skema bisnis yang ditawarkan akan menarik bagi semua stakeholder. Pasalnya, Mekar Impact Fund menawarkan bunga dasar rendah bagi perusahaan investee, serta dampak sosial dan lingkungan yang lebih efisien dan terukur. Mekar juga memiliki perhitungan IRR di angka 16-22 persen p.a.

“Karena bunga dasar kami rendah, para investee dapat fokus ke bisnis agar bisa dorong omzet dan memberikan bagi hasil. Dengan begitu, perusahaan yang memberikan dampak sosial dan lingkungan dapat tumbuh bersama. Jika omzet tumbuh, dampak positif yang diberikan otomatis melebar jangkauan areanya dan jumlahnya.”

Saat ini Mekar telah menyalurkan total pinjaman sebanyak Rp100 miliar kepada 43.161 peminjam di Indonesia. Dengan total 48.000 jumlah pinjaman, rata-rata dana yang disalurkan berkisar Rp2,5-3,5 juta. Di tahun depan, Mekar akan menambah jumlah lending partner, tidak hanya dari koperasi simpan pinjam saja.

UMG Idealab Berencana Investasi ke 20 Startup Indonesia Tahun 2019

Setelah sebelumnya memberikan investasi kepada 11 startup asal Indonesia, UMG Idealab, sebuah Corporate Venture Capital (CVC) yang merupakan anak perusahaan UMG Myanmar, di tahun 2019 mendatang berencana untuk memberikan pendanaan kembali kepada startup asal Indonesia.

Rencananya UMG Idealab akan memberikan investasi ke 20 startup Indonesia yang menyasar sektor IoT, Big Data, AI, Voice Recognition dan tentu saja Agritech dengan ticket size $50.000 – $1.000.000.

Di bulan Oktober lalu, perusahaan telah memberikan investasi kepada Biotika dan bulan November kepada Bahasakita.

UMG Idealab memiliki dua lini bisnis. Yang pertama di Myanmar adalah inkubator yang membantu para startup memulai bisnis mereka. Sementara yang kedua berada di Indonesia berupa Corporate Venture Capital (CVC) yang mendanai startup dengan pendanaan seed funding.

Upaya UMG Idealab untuk fokus ke startup Indonesia ditunjukkan secara serius dengan memberikan seed funding kepada startup, sesuai dengan fokus mereka sebagai CVC yang bersifat agnostik, meskipun bisnis startup agriculture akan selalu mempunyai nilai lebih terhadap perusahaan. Hingga saat ini UMG Idealab telah mendanai startup di Myanmar, Indonesia dan Thailand.

Rencana lanjutan UMG Center of Excellence

Sesuai dengan rencana sebelumnya, UMG Idealab berencana mendirikan UMG Center of Excellence di Indonesia. Nantinya fasilitas ini akan dibangun di daerah Bangunkerto, Kec. Turi, Sleman. Fasilitas ini akan difungsikan sebagai laboratorium berbagai kegiatan penelitian Agro-Biotech, riset alat-alat pertanian, perikanan dan peternakan, serta penelitian berbagai hal terkait teknologi sektor pertanian. Jika sesuai dengan target, tahun 2019 mendatang sudah dibangun UMG Center of Excellence di Indonesia.

“Sekarang kita sedang menyelesaikan izin-izinnya untuk didirikan di Yogyakarta dan akan segera membangun bangunannya, namun untuk project / research saat ini sudah berjalan,” kata Founder UMG Idealab Kiwi Aliwarga.

Grab Raises 2 Trillion Rupiah Funding from Yamaha Motor

Yamaha Motor and Grab, today (12/13) announce a strategic partnership to maximize the potential of two-wheelers transportation in Indonesia. As part of the contract, Yamaha Motor is to pour $150 million (equals 2.1 trillion rupiah) investment for Grab. This is an advanced investment involving the automotive company after Hyundai and Kia Motors spent 3.5 trillion rupiah for funding.

Yamaha Motor and Grab, through this partnership, will develop a series of solutions. First, the company will use Yamaha technology to improve partner safety and motorcycle-based passenger services. Second, Yamaha will provide incentives in the form of easy purchasing for anyone interested in becoming a Grab ride-hailing partner.

“In addition to improving safety and comfort, [there will be] the new type of Yamaha Motor technology adoption as a transportation system that is more user-friendly. We also predict the mobility system improvement in the future and the creation of new mobility solutions,” Takuya Kinoshita, Yamaha Motor’s General Manager of Motorcycle Business Operations, said.

In order to approach the two countries’ long-term vision, the collaboration will be contained with the latest technology exploration such as robotics to address issues related to the mobility system.

Ming Maa, Grab‘s President said the security of driver and customer partners is the most important thing for Grab. The collaboration is expected to deliver innovative solutions for ride-hailing services.

Earlier this year, Grab targeted to raise fresh funding up to $ 3 billion. Some large companies and venture capitalists have contributed, including Booking Holdings, Microsoft, Toyota, and Kasikorn Bank.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Tokopedia Announces 16 Trillion Rupiah Funding Led by Softbank and Alibaba

Today (12/12) Tokopedia officially announces the latest funding worth of $1.1 billion (around 16 trillion rupiah). This round was led by SoftBank Vision Fund and Alibaba Group, participated also Softbank Ventures Korea and Tokopedia’s existing investors. The news has been rumored since last November.

Tokopedia plans to use the additional capital to boost technology and infrastructure development in empowering millions of customers to provide the best service.

“In the first nine years, Tokopedia focused on building the biggest marketplace in Indonesia providing the physical and digital product. Entering the tenth year, Tokopedia will turn our ecosystem into infrastructure-as-a-service (IaaS) where logistics, fulfillment, payment, and our financial service will enable trading, both online and offline. It’ll expand Tokopedia’s scale and network while increasing operational efficiency for millions of business and partners,” William Tanuwijaya, Tokopedia’s Co-founder and CEO, said.

To date, Tokopedia has reached 93% sub-district in more than 17,000 islands all over Indonesia. This year, Tokopedia’s gross merchandise value (GMV) increased by four times. Currently, Tokopedia also provides same-day delivery for 25% of the transactions occurred in its platform.

“Tokopedia provides access to more than 100 million products to all Indonesians. We support and trust the power of local entrepreneurs, and see the potential of Tokopedia’s growth increasing,” Lyda Jett said as SoftBank Investment Advisers’ Senior Investor and Tokopedia’s Board Member.

It was said earlier about the current condition of shareholders in Tokopedia. William Tanuwijaya and Leontinus Alpha Edison are said to hold less than 8% of its company shares. Softbank in total (including its affiliates) owns more than 38% of the company shares. Alibaba, through Taobao, is the second largest investor with 25% shares.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Alpha JWC Ventures Involves in Vietnam SaaS Startup Funding Base.vn

Alpha JWC Ventures involves in Pre-Series A funding for Base.vn (Base), a Vietnam-based startup developing SaaS platform for corporate. The funding has reached $1.3 million, also led by Beenext.

The previous investors, 500 Startup and VIISA are also involved. The cash injection becomes the biggest in Vietnam in SaaS and B2B sectors.

“Base’s mission is to build a future work (process). We imagine in the next five years, the company will effectively run and manage its work through technology,” Hung Pham, Base’s Co-Founder & CEO, said.

He also said in the past two years, they had built a special model which capable to integrate various apps into one centralized channel.

Regarding this investment, Alpha JWC Ventures’ Co-founder & Managing Partner Chandra Tjan said to offer solutions for the corporate sector has its own challenge. Base, with its product, is confident enough to be the leading SaaS in Vietnam.

“Pham is a serial entrepreneur with strong technical founder and we believe in Base to be the leading SaaS platform in Southeast Asia and beyond,” he added.

This is Alpha JWC Ventures first investment in Vietnam. Tjan explained in his official statement, after Indonesia, Singapore, and Malaysia; Vietnam is considered to be the country that soon to have a large technology startup in Southeast Asia.

Base, through this funding, plans for regional expansion. However, the current priority is to recruit more talent for product development.

“Our first priority is to acquire more talents for product development and build a strong foundation for expansion in Southeast Asia by mid-2019. Supported by its product, solid team, and strategic investors; we are optimistic to be the leading SaaS platform in the region,” Pham concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian