Marketplace Mobil Bekas Carsome Raih Pendanaan 260 Miliar untuk Memperkuat Pertumbuhan di Indonesia dan Thailand

Marketplace mobil bekas Carsome mengumumkan perolehan dana Seri B senilai $19 juta (sekitar 261 miliar Rupiah) yang dipimpin Burda Principal Investments. Dana bakal digunakan untuk memperkuat kehadiran dan pertumbuhan pasarnya di Indonesia dan Thailand. Keduanya adalah pasar otomotif terbesar di Asia Tenggara dengan total penjualan 3,6 juta kendaraan setiap tahunnya. Investor terdahulu, yaitu Gobi Partners, InnoVen Capital, dan Lumia Capital, juga turut berpartisipasi dalam putaran kali ini.

Pendanaan untuk Carsome adalah yang ketiga untuk marketplace mobil bekas Asia Tenggara awal tahun ini setelah di bulan Januari BeliMobilGue memperoleh pendanaan 50 miliar Rupiah dan Carmudi memperoleh 137 miliar Rupiah. Hal ini menegaskan menariknya pasar ini untuk disrupsi teknologi. Secara total nilai tahunan pasar mobil bekas Asia Tenggara diperkirakan mencapai $30 miliar (lebih dari 400 triliun Rupiah).

Secara regional, Carsome mengklaim total nilai transaksinya telah naik empat kali lipat dibanding Januari 2017. Mereka juga telah menambah jumlah pegawai menjadi lebih dari 150 orang di empat negara untuk mendukung pertumbuhan bisnis yang pesat ini.

Kepada DailySocial, Co-Founder dan CEO Carsome Eric Cheng mengatakan operasional Carsome di Indonesia sudah hadir di Indonesia sejak tahun lalu. Eric menyebutkan pihaknya memiliki mitra lokal yang membangun pondasi dan memiliki pemahaman tentang pasar otomotif lokal.

Berbeda dengan BeliMobilGue yang mensyaratkan inspeksi dilakukan di pusat inspeksi, Carsome saat ini mengatur proses inspeksi di berbagai tempat yang disukai konsumen, termasuk di rumah. Meskipun demikian, Eric menyebutkan pihaknya akan mulai menyediakan pusat inspeksi di berbagai area di kawasan Jabodetabek (dan kota-kota lain lebih lanjut tahun ini), karena ia menyadari kehadiran pusat inspeksi akan meningkatkan brand awareness. Dengan demikian penjual dan memiliki pemilihan terhadap kegiatan inspeksi ini.

Lebih lanjut, tentang proses inspeksi, Eric mengatakan, “Tim inspeksi kami memperoleh pelatihan intensif selama tiga minggu sebelum diterjunkan untuk melayani penjualan mobil. Inspeksi kami sangat teliti tapi cepat, sangat efisien karena hanya dilakukan selama satu jam. Setelah itu melalui aplikasi mobile mobil tersebut akan tersedia untuk ditawarkan ke semua dealer. Ketika penawaran diterima, kami memfasilitasi proses transfer kepemilikan dan pembayaran secara langsung. Proses ini [kami klaim] cepat, adil, dan gratis, untuk memastikan penjual mobil menikmati proses penjualan mobil yang tidak ribet.”

Di Indonesia sendiri Carsome akan fokus dulu ke pasar Jadebotabek dan akan menyusul kota-kota besar lainnya akhir tahun ini.

“Karena Indonesia adalah salah satu pasar kunci bagi Carsome, kami akan mengalokasikan sebagai besar dana [yang kami peroleh] untuk mendukung pertumbuhan. Kami yakin kami bisa menjadi pemimpin pasar di Indonesia. Dana tersebut akan digunakan untuk meningkatkan operasi dan meningkatkan usaha-usaha pemasaran untuk memastikan Carsome sebagai ‘kebiasaan baru’ untuk menjual mobil,” tutup Eric.

Strategi RedDoorz Kuatkan Bisnis Melalui Ekspansi dan Kepemilikan Properti

Hari ini (06/3) platform pemesanan budget hotel online RedDoorz mengumumkan perolehan pendanaan Pra-Seri B senilai $11 juta atau setara dengan 151.5 miliar Rupiah. Pendanaan tersebut diperoleh sebagai suntikan dana tambahan dari Asia Investment Fund. Turut berpartisipasi dalam pendanaan ini investor terdahulu, yakni Sushquehanna International Group, International Finance Corporation (perusahaan investasi swasta dari World Bank Group), InnoVen Capital, dan Jungle Ventures. Juga ada investor baru yang partisipasi, termasuk DeepSky Capital, FengHe Group, dan Hendale Capital.

Pendanaan ini akan difokuskan pada dua agenda, pertama untuk melanjutkan ekspansi RedDoorz di Asia Tenggara. Saat ini perusahaan sudah beroperasi di tiga negara, yakni Indonesia, Singapura, dan Filipina. Kemudian yang kedua, dengan pendanaan ini RedDoorz juga berencana untuk membuka properti yang sepenuhnya dioperasikan RedDoorz. Ditargetkan akan ada 100 properti yang akan dioperasikan sendiri selama 18 bulan, dilengkapi dengan penambahan lebih dari 1000 yang dikelola oleh mitra.

Di Indonesia beberapa agenda RedDoorz terus digencarkan. Belum lama ini RedDoorz baru meresmikan ekspansinya ke Surabaya, ditargetkan tahun ini akan menambah sekurangnya 20 properti baru yang dikelola sendiri di wilayah tersebut. RedDoorz juga mengumumkan rencananya untuk melakukan ekspansi ke wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta dengan target yang kemungkinan tidak jauh berbeda. Peresmiannya sendiri baru diadakan pada hari Kamis (8/3) mendatang di salah satu unit properti miliknya di Yogyakarta.

Terkait jangkauannya, di Indonesia setidaknya sudah ada 16 kota yang dirangkum platform RedDoorz, dengan jumlah properti sekitar 500 unit, meliputi wilayah Jakarta, Bogor, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Solo, Palembang, Makassar, Medan, Manado, Batam, Lombok, Bali, Malang, dan Aceh. Menurut RedDoorz, returning user yang mencapai 65% akan turut mempermudah RedDoorz mencapai target 3000 kamar di tahun ini di Indonesia.

Founder & CEO RedDoorz Amit Saberwal menyampaikan sebuah hasil studi dari Google dan Temasek Holdings yang mengemukakan bahwa pasar regional untuk akomodasi perjalanan online termasuk maskapai penerbangan akan meningkat mendekati USD90 miliar pada tahun 2025 dan Indonesia diperkirakan akan menghasilkan sepertiga dari pertumbuhan tersebut.

Application Information Will Show Up Here

Perusahaan Investasi Terbesar di Dunia BlackRock Disebut Terlibat Pendanaan untuk Go-Jek

Go-Jek kembali menjadi bahan pemberitaan setelah Reuters menyebutkan bahwa di putaran pendanaan senilai total $1,5 miliar (lebih besar dari dari target awal $1,2 miliar) yang kini sedang diburunya, muncul nama BlackRock yang merupakan perusahaan investasi terbesar di dunia. Valuasi Go-Jek disebut kini sudah mencapai $5 miliar (sekitar 68 triliun Rupiah) dan makin mendekati valuasi pesaing terdekatnya, Grab.

Dalam sebulan terakhir, Google, Astra International, dan Blibli (Global Digital Niaga) memastikan pihaknya berinvestasi ke Go-Jek. Kini BlackRock disebut-sebut ikut berpartisipasi untuk layanan on-demand Indonesia ini. Selain ketiga perusahaan tersebut, juga turut serta dalam pendanaan ini Tencent, JD.com, Meituan-Dianping, dan Temasek.

Tidak disebutkan berapa jumlah yang dikucurkan BlackRock untuk Go-Jek, tetapi sumber Reuters menyebutkan nilainya mencapai $100 juta (lebih dari 1,3 triliun Rupiah). BlackRock adalah perusahaan investasi dengan dana kelolaan terbesar di dunia dengan total aset mencapai $6,28 triliun (hampir 86 ribu triliun Rupiah) per Desember 2017. Aset BlackRock ini disebut lebih besar dari bank di belahan bumi manapun.

Menariknya, rekor investasi BlackRock menunjukkan pihaknya telah berinvestasi di Uber tahun 2014 dan DiDi di tahun 2016. Ini artinya mereka sangat percaya bahwa bisnis on-demand, khususnya di sektor transportasi, bakal menunjukkan imbal balik yang berprospek tinggi dalam jangka panjang.

Go-Jek sendiri tahun ini akan melancarkan kampanye besar-besaran untuk penggunaan platform pembayaran Go-Pay dan berencana untuk berekspansi ke negara tetangga, yang dimulai dari Filipina.

Application Information Will Show Up Here

Rencana Ekspansi KKday di Indonesia Usai Kantongi Pendanaan

Maraknya dinamika industri OTA (online travel agent) saat ini ternyata memberikan impact yang cukup positif kepada industri perjalanan wisata. Bukan hanya di Indonesia, di negara lain juga mulai banyak ditawarkan perjalanan wisata atau paket wisata yang menawarkan keragaman tempat wisata lokal, dipandu oleh kalangan individu hingga grup.

KKday sebagai platform yang menyediakan berbagai paket wisata dengan cabang di Taiwan, Hong Kong, Singapura, Korea Selatan, Jepang, Malaysia, Thailand, Filipina, Indonesia, Vietnam dan Tiongkok, mencoba untuk memperkuat posisi mereka sebagai layanan yang menyediakan paket wisata di berbagai negara termasuk Indonesia.

Kepada DailySocial Country Manager KKday Indonesia Jill Bobby menyebutkan, Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang mengalami pertumbuhan positif.

“Meskipun kami tidak bisa menyebutkan berapa jumlah pengguna aktif KKday di Indonesia, namun bisa kami pastikan pertumbuhan KKday di Indonesia mengalami peningkatan hingga dua kali lipat selama satu tahun terakhir.”

Melakukan ekspansi memanfaatkan dana segar dari H.I.S Travel Agent

Saat ini KKday mengklaim telah menjadi platform commerce untuk travel-experience terbesar dengan kurasi 10 ribu lebih paket wisata dari 500 kota di 80 negara dengan jumlah 4 juta unique visitors dan telah melayani lebih dari ratusan ribu wisatawan.

Setelah mengumumkan pendanaan baru dari travel agent ternama asal Jepang pertengahan Februari 2018, H.I.S senilai $10,5 juta (lebih dari 140 miliar Rupiah), KKday berencana untuk melakukan ekspansi pasar dengan memfokuskan kepada seleksi produk dan menjangkau lebih banyak pengguna di Indonesia.

“Sebagai salah satu pionir dalam sektor ini, kami memiliki kesempatan untuk melanjutkan ekspansi produk, meningkatkan pengalaman pengguna memanfaatkan berbagai layanan yang kami sediakan, sekaligus mendapatkan kepercayaan dari pengguna KKday untuk kembali menggunakan layanan dari kami,” kata Jill.

Di tahun 2018 ini KKday juga masih memiliki rencana untuk melakukan ekspansi di seluruh Asia, Eropa hingga Amerika Serikat. Sementara fokus KKday adalah menambah dan menyeleksi produk, demi memberikan pengalaman wisata yang terbaik untuk pengguna.

Persaingan ketat dari pemain lokal

Di Indonesia sendiri sektor ini sudah lama dikembangkan oleh berbagai startup lokal. Sebut saja Tripvisto yang awalnya sempat aktif menghadirkan layanan paket wisata lokal hingga asing, namun harus gulung tikar tahun 2017 lalu. Sementara layanan lokal lain yang mencoba untuk menghadirkan paket unik dan berbeda seperti Triprockets dan Traventure, mencoba untuk terus eksis dengan memberikan pilihan yang “niche” dengan jumlah yang terbatas.

Selain startup lokal tersebut, Traveloka yang awalnya dikenal sebagai layanan OTA untuk pemesanan hotel dan pembelian tiket pesawat, saat ini juga sudah mulai aktif memberikan pilihan paket wisata.

Waresix Secures Seed Funding from East Ventures

On-demand warehouse service Waresix announces seed funding from East Ventures. The service, with a solution to connect businessman and professional warehouse operator, is planned to use the investment in accelerating Waresix’s mission to develop their warehouse network, infrastructure, and cloud-based platforms.

E-commerce marketplace in Indonesia is projected to affect the development of warehouse market industry. The need for on-demand warehouse brings a number of opportunities for Waresix.

“Distribution and logistics have always been a challenge in Indonesia due to its island structure. Waresix provides a solution for dynamic warehouse strategy that allows its customers (retailers, distributors, and manufactures) to adjust quickly with variable demands. Our dynamic warehouse offers flexibility so that customers only need to pay per unit for services they can use, without extra funding,” Andree, Waresix’s CEO, said.

Poor logistics system can affect business operation such as product consolidation in different places, documentation management, and billing for the parties. It makes the business run slower due to the splitting focus. The service is trying to solve this kind of condition.

“Waresix technology is using algorithms that can help users find the best warehouse to store their products. The cloud-based software provides access for clients to manage their bookings, for operation visibility such as inventory & shipping management, as well as warehouse bills and contract management,” Waresix’s CTO Filbert Hansel explained.

Waresix is currently available in some big cities such as Jabodetabek, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Lampung, Pekanbaru, Makassar, and Balikpapan.

For Waresix’s CFO Edwin, the company is expected to help customers having difficulty with overflow inventory, product distribution, temporary storage, and cross-docking solutions.

Waresix’s total funding for the initial round is still undisclosed, but the company will use the investment to achieve its mission to develop and expand the existing warehouse network.

“Waresix combines sharing economy and SaaS system to serve modern logistics industry. They help business players to connect with warehouse providers efficiently and help them to maximize the use of their assets. The solution will only work for the marketplace with significant players in digital commerce. We expect that Waresix can dominate Indonesian market real quick,” Willson Cuaca, East Ventures’ Managing Partner, said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Waresix Amankan Pendanaan Tahap Awal dari East Ventures

Perusahaan jasa gudang on-demand Waresix mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal dari East Ventures. Layanan yang memiliki solusi untuk menghubungkan pemilik usaha dengan operator gudang profesional tersebut rencananya akan menggunakan investasi tersebut untuk mempercepat misi Waresix dalam mengembangkan jaringan gudang, infrastruktur dan platform berbasis cloud yang mereka miliki.

Perkembangan pasar e-commerce di Indonesia disinyalir menjadi salah satu yang mempengaruhi perkembangan pasar industri pergudangan. Kebutuhan akan pergudangan on-demand membawa sejumlah peluang yang coba ditangkap Waresix.

“Distribusi dan logistik selalu menjadi tantangan di Indonesia dikarenakan struktur kepulauannya. Waresix menyediakan solusi untuk strategi pergudangan dinamis yang memungkinkan pelanggannya (pengecer, distribusi dan manufaktur) untuk segera menyesuaikan diri dengan permintaan variabel. Pergudangan kami yang dinamis menawarkan fleksibilitas, sehingga pelanggan hanya perlu membayar biaya per unit untuk layanan yang mereka gunakan dan dapat, tidak perlu mengeluarkan modal tambahan,” terang CEO Waresix Andree.

Sistem logistik yang buruk bisa berakibat buruk pula pada operasional bisnis seperti konsolidasi persediaan barang di berbagai tempat berbeda, pengelolaan dokumentasi, dan penagihan untuk berbagai pihak. Hal itu kemudian berimbas pada melambatnya bisnis karena fokus akan terpecah. Kondisi semacam ini yang coba diselesaikan layanan ini.

“Teknologi Waresix menggunakan algoritma yang mampu membantu pengguna menemukan gudang terbaik untuk menyimpan produk mereka. Perangkat lunak berbasis cloud tersebut menyediakan akses bagi klien untuk mengelola pemesanan mereka, akses ke visibilitas operasional seperti manajemen persediaan & pengiriman, serta pengelolaan kontrak dan tagihan berbagai gudang,” terang CTO Waresix Filbert Hansel.

Saat ini Waresix sudah beroperasi di area kota besar seperti Jabodetabek, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Lampung, Pekanbaru, Makassar dan Balikpapan.

Kehadiran Waresix, menurut penuturan CFO-nya Edwin, diharapkan bisa membantu pelanggan yang mengalami masalah persediaan overflow, distribusi produk, penyimpanan sementara dan solusi untuk cross-docking.

Tidak disebutkan dengan pasti jumlah pendanaan yang diterima Waresix untuk putaran awal ini, namun perusahaan akan memanfaatkan investasi ini untuk mencapai misi mereka mengembangkan dan memperluas jaringan pergudangan yang dimiliki.

“Waresix menggabungkan sistem sharing economy dan SaaS untuk melayani industri logistik modern. Mereka membantu pebisnis untuk terhubung dengan penyedia gudang secara efisien dan membantu pemilik gudang atau properti untuk memaksimalkan penggunaan asset mereka. Solusi ini hanya akan bekerja di pasar dengan pemain yang signifikan di perdagangan digital. Kami berharap Waresix mampu menguasai pasar Indonesia dengan cepat,” ujar Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Astra Confirms Two Trillion Rupiah Investment for Go-Jek

Astra Group confirms its debut investment in digital with US$150 million (Rp2 trillion) fund for Go-Jek. The two companies are expected to make many business collaboration to develop SMEs in Indonesia.

Astra International’s President Director Prijono Sugiarto and Go-Jek’s CEO and Founder Nadiem Makarim are signing the contract. Also attending this ceremony is Minister of Communication and Information Rudiantara.

Sugiarto said, it (the fund) comes from Astra International’s internal cash. The company shows interest in Go-Jek, because Nadiem and team have a good history in managing startup unicorn in the on-demand sector.

Astra and Go-Jek are having similar factor as initial step for collaboration. Astra’s core business is in automotive, with Indonesia as its biggest market. Go-Jek, as well, is said to have more than a million drivers, 125 thousand partners, and some other achievements.

“Historically, when Nadiem entered the company three years ago, he was highly motivated. I saw Go-Jek is praised by Fortune to be local startup that is changing the world. We decided to join Go-jek because of the similar connection [in automotive] and it’s a good start the colaborate,” he said.

For Makarim, Astra’s presence as an investor is claimed to be the biggest among others in the latest funding round. Moreover, this has become Astra’s biggest investment for the digital company.

He also confirms that Astra is in the same round with Google, Temasek, and Meituan-Dianping. However, Nadiem isn’t confirming anything related to the result of the latest fundraising.

Some media claimed Go-Jek’s total funds reached $1,2-1,5 billion (Rp15-20 trillion) to compete in on-demand market facing Grab and Uber. Go-Jek was previously reported to receive investment from other locals through Blibli for around $100-120 million. In total, both companies have invested around Rp3-3,5 trillion for Go-Jek.

“The investment shows that traditionally more foreign investors invest on local startups. However, Astra has become a pioneer to proof the digital economy is real. It will be the history and others will follow. The paradigm is no longer ‘should I [invest to startup]’, but ‘when and how much’,” Makarim said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Go-Jek Confirms Investment and Collaboration with Global Digital Niaga

Go-Jek declares partnership and undisclosed investment from Global Digital
Nusantara (GDN), a part of GDP Ventures. It is expected to spread the use of Go-Pay, Go-Send, and others, as well as helping SMEs partners.

There will be collaboration and partnership through Blibli in developing ideal formulas and ideas. Go-Jek previously announced  $150 million investment from Astra.

Blibli and Go-Jek’s extensive collaboration

Nadiem Makarim, Go-Jek’s CEO, said to the media, the collaboration and fundraising process with GDN has been running for 1.5 years. The long discussion ended with a collaboration and some fresh fund to be integrated gradually, following Go-Jek and Blibli partnership’s needs and development.

“I see that GDN has created many job opportunities and empowered Indonesia’s
SMEs. It matches Go-Jek’s vision and mission.”

In this occasion, Tiket.com’s CEO George Hendrata and Blibli’s CEO Kusumo Martanto, avoid mentioning the investment value.

“It’s not only about [cash] money, we will collaborate with Go-Jek to support Indonesia’s SMEs. On the other hand, we also want to use Go-Jek’s current technology,” Martanto said.

Hendrata added that there will be a continuous synergy between all Blibli’s
services and features with Go-Jek.

“This investment is not only given once, there are others in need along with the access and so on. This is only the first step.”

Go-Jek’s plan for Go-Pay in 2018

Makarim reiterates on this occasion regarding Go-Pay’s position that remains a part of Go-Jek. It is Go-Jek’s long-term plan to complete the payment platform and make it accessible to the public.

“I just want to straighten out media perception that said Go-Pay will be going independent, [going] out of Go-Jek’s ecosystem. It’s not true. Go-Pay will always be a part of Go-Jek,” he said clearly.

He also added that Go-Pay has helped many people getting access to cashless
transaction along with Go-Jek’s mission is to build cashless society in
Indonesia.

“Since the very beginning, we introduce Go-Pay to help people on doing cashless transaction. Furthermore, we’ll always help our partners getting more benefits from Go-Pay,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Perkuat Portofolio Adtech, MDI Ventures Terlibat Pendanaan untuk Startup Selandia Baru Postr

Bertujuan untuk memperkuat portofolio di industri adtech (teknologi periklanan), MDI Ventures terlibat dalam pendanaan startup asal Selandia Baru, Postr dengan nilai total putaran pendanaan sekitar $2.5 juta. Pendanaan kali ini dipimpin mantan pimpinan SingTel, Koh Boon Hwee.

Memperkuat sinergi portofolio MDI Ventures

Kepada DailySocial, CEO MDI Ventures Nicko Widjaja mengungkapkan, pendanaan tersebut dilakukan MDI setelah sebelumnya Postr telah berkolaborasi dengan produk dari Telkomsel, Roli.

“Postr sebelumnya telah meluncurkan produk yang serupa dengan Roli, yang merupakan produk dari Telkomsel, di lima operator mobile di berbagai negara (Optus di Australia, O2 di Jerman, Singtel di Singapura, Skinny Mobile di New Zealand, dan Globe di Filipina). Melalui pendanaan ini, Postr berencana untuk melakukan ekspansi ke Amerika Latin, Timur Tengah dan India.”

Postr merupakan platform yang bisa digunakan oleh pengguna smartphone untuk memanfaatkan fitur screen lock atau layar kunci di smartphone mereka untuk kemudian digunakan menampilkan iklan dan konten menarik lainnya.

“Tentunya kami dari MDI melihat kolaborasi yang baik antara Postr dengan Telkomsel melalui Roli untuk meningkatkan ARPU. Biaya yang terbilang rendah namun proses deployment yang cepat dan memiliki efek yang baik, merupakan pendekatan yang kami butuhkan untuk meningkatkan customer loyalty,” kata Nicko.

Ditambahkan Nicko, Postr saat ini memiliki teknologi yang menarik untuk diterapkan, sejalan dengan pipeline Telkomsel untuk mempromosikan engagement pelanggan aktif.

“Serupa dengan Postr, portofolio dari MDI memiliki pasar yang beragam di seluruh dunia. Dan kami dari MDI menyambut baik kolaborasi dengan Postr dan portofolio yang lain. Tesis sinergi yang telah kami publikasikan beberapa waktu yang lalu, akan menjadi proses tawar menawar kami, ketika waktunya menyambut portofolio yang baru, yaitu akses pasar yang beragam,” tutup Nicko.

MDI cukup aktif berinvestasi di industri adtech secara global. Termasuk portofolionya adalah Geniee (Jepang), Ematic (Singapura), Kofera (Indonesia), dan LotusFlare (Amerika Serikat)

Go-Jek Konfirmasi Perolehan Investasi dan Kolaborasi dengan Global Digital Niaga (GDN)

Hari ini Go-Jek meresmikan kemitraan serta investasi yang tidak disebutkan jumlahnya dari Global Digital Nusantara (GDN) yang merupakan bagian dari GDP Ventures. Bentuk kerja sama ini nantinya diharapkan bisa memperluas penggunaan Go-Pay, Go-Send dan lainnya, sekaligus menyejahterakan mitra UKM.

Melalui Blibli nantinya akan dihadirkan kolaborasi hingga kerja sama yang saat ini masih dalam pengembangan baik ide dan formula yang ideal. Turut hadir dalam acara peresmian tersebut, Menkominfo Rudiantara. Sebelumnya Go-Jek juga telah mengumumkan investasi sebesar US$150 juta (2 triliun Rupiah) dari Grup Astra.

Kolaborasi menyeluruh antara Go-Jek dan Blibli

Kepada media, CEO Go-Jek Nadiem Makarim menyebutkan, proses kerja sama dan fundraising dengan GDN telah berjalan selama 1,5 tahun. Diskusi panjang yang berakhir dengan bentuk kolaborasi dan sejumlah dana segar nantinya akan terintegrasi secara bertahap, melihat perkembangan dan kebutuhan mitra Go-Jek dan Blibli.

“Saya melihat selama ini GDN sudah menciptakan lapangan pekerjaan yang banyak serta melakukan pemberdayaan kepada UKM di Indonesia. Visi dan misi tersebut, sejalan dengan kami dari Go-Jek.”

Dalam kesempatan tersebut turut hadir perwakilan dari GDN, CEO Tiket.com George Hendrata dan CEO Blibli Kusumo Martanto. Disinggung berapa jumlah investasi yang digelontorkan kepada Go-Jek, baik George dan Kusumo enggan mengungkapkannya.

“Bukan hanya investasi dalam bentuk uang saja, bersama dengan Go-Jek nantinya juga akan kami lakukan kolaborasi, untuk mendukung UKM di Indonesia. Di sisi lain kami juga ingin memanfaatkan teknologi yang saat ini dimiliki oleh tim dari Go-Jek,” kata Kusumo.

George menambahkan, nantinya akan ada sinergi yang berkesinambungan, antara semua layanan dan fitur di Blibli dengan Go-Jek.

“Investasi ini tidak hanya kami berikan satu kali, dalam beberapa kesempatan jika dibutuhkan akan kami berikan juga berupa akses dan lainnya. Investasi kali ini merupakan tahap yang pertama.”

Rencana Go-Jek terhadap Go-Pay di tahun 2018

Dalam kesempatan tersebut, Nadiem kembali menegaskan posisi Go-Pay yang tetap menjadi bagian dari Go-Jek. Hal tersebut merupakan rencana jangka panjang Go-Jek, untuk menjadikan platform pembayaran tersebut semakin lengkap dan mudah diakses oleh seluruh masyarakat di Indonesia.

“Saya hanya ingin meluruskan adanya persepsi dari media selama ini yang menyebutkan bahwa Go-Pay akan berdiri sendiri dan keluar dari ekosistem Go-Jek. Hal tersebut saya tegaskan tidak benar. Go-Pay akan terus menjadi bagian dari Go-Jek,” kata Nadiem.

Nadiem menambahkan, selama ini Go-Pay sudah membantu banyak orang mendapatkan akses transaksi tanpa uang tunai yang sejalan dengan misi awal Go-Jek, yaitu membangun cashless society di Indonesia.

“Sejak awal Go-Pay kami hadirkan ingin membantu orang yang tidak memiliki uang tunai untuk melakukan transaksi dengan mudah melalui Go-Pay. Selanjutnya kami akan terus membantu mitra kami untuk mendapatkan manfaat lebih dari Go-Pay,” kata Nadiem.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here