Startup Biotech PathGen Raih Pendanaan Awal dari East Ventures dan Royal Group Indonesia

Startup biotech PathGen mengumumkan pendanaan dengan nominal dirahasiakan dari East Ventures dan Royal Group Indonesia. Dana segar ini akan dialokasikan untuk pengembangan R&D, teknologi, perluasan pasar, dan lainnya.

“Kami yakin bahwa pendanaan ini akan mendukung misi kami dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan mendemokratisasi solusi pengujian molekuler yang sesuai dengan konteks lokal,” ucap Co-founder dan CEO PathGen Susanti dalam keterangan resmi, Jumat (19/4).

PathGen merupakan startup bioteknologi berbasis di Indonesia yang berfokus pada solusi pengujian molekuler. Startup ini berdiri pada 2020 oleh Susanti (CEO) dan Michael Rampangilei (COO) yang bergabung pada 2023. Mereka percaya bahwa deteksi dini penyakit dan akses terhadap pengobatan yang lebih presisi merupakan hal yang krusial untuk mencegah terjadinya komplikasi kesehatan, tapi sayangnya belum semua orang bisa melakukannya.

Oleh karena itu, PathGen hadir dengan visi untuk mendemokratisasi solusi genomik di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dengan menyediakan alat diagnostik molekuler yang terjangku untuk mendeteksi kanker dan berbagai penyakit lainnya di Indonesia.

“Kami menyambut PathGen ke dalam ekosistem kami dan bersemangat untuk mendukung PathGen dalam membuat solusi ini semakin mudah diakses oleh pasar. Kami yakin bahwa investasi ini tidak hanya mendorong inovasi tetapi juga memperkuat kemampuan kita untuk meningkatkan dan menciptakan luaran klinis yang positif,” ujar Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Pemegang Saham Royal Group Indonesia Irawan Mulyadi menambahkan, pihaknya akan mendukung PathGen dalam mewujudkan ambisinya untuk mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan melalui pengobatan presisi dengan menyediakan diagnostik molekuler yang tepat sasaran dan terjangkau untuk Indonesia dan negara lainnya.

“Kami akan membawa ahli korporasi dan bisnis kami ke PathGen dan memastikan pertumbuhan usaha yang berkelanjutan dan berdampak. Kolaborasi dengan East Ventures akan memungkinkan kami untuk menggabungkan kekuatan dan kemampuan kami untuk melanjutkan terobosan inovasi di bidang kesehatan,” kata dia.

Solusi PathGen

Salah satu penyakit yang menjadi tantangan kesehatan global adalah kanker yang menyebabkan hampir 10 juta kasus kematian pada 2020. Sekitar setengah dari seluruh kasus kanker terjadi di negara berkembang dan negara berpendapatan rendah.

Meskipun demikian, WHO (World Health Organization) mengungkapkan terdapat kesenjangan akses terhadap pengobatan kanker yang komprehensif. Walaupun terdapat lebih dari 90% negara berpendapatan tinggi mempunyai sumber daya yang memadai, sayangnya kurang dari 15% negara berpendapatan rendah memilikinya.

Misalnya di Indonesia, hanya 18% fasilitas kesehatan yang memiliki akses terhadap tes kanker molekuler, hal ini disebabkan oleh biaya yang mahal, kompleksitas tes, serta keterbatasan kapasitas manusia dan laboratorium.

Sebagai solusinya, PathGen menyediakan solusi diagnostik molekuler yang dapat diakses dan diandalkan untuk mengidentifikasi risiko berdasarkan riwayat keluarga, menentukan prognosis (prakiraan kemungkinan terkena suatu penyakit), dan memprediksi respons pengobatan.

Untuk memfasilitasi pengujian yang lancar dan meningkatkan adopsi di pasar Indonesia, alat tes ini sebagian besar akan berbasis PCR. Pendekatan ini memanfaatkan melimpahnya instrumen PCR di Indonesia akibat pandemi COVID-19. Dengan memanfaatkan teknologi PCR, PathGen berambisi ingin memberikan solusi pengujian komprehensif yang layak, baik secara teknis dan finansial dengan infrastruktur yang ada dan mempertimbangkan kendala harga di pasar Indonesia.

PathGen juga mengembangkan diagnostik molekuler melalui pengembangan teknologi mutakhir seperti Next-generation sequencing (NGS) untuk kanker dan penyakit lainnya. NGS telah merevolusi genomik yang memungkinkan analisis genom berukuran besar secara cepat dan hemat biaya, dan pada saat yang bersamaan, memfasilitasi pembuatan profil penyakit secara komprehensif.

Pendekatan ini mengidentifikasi varian genetik yang berkaitan dengan respons dan metabolisme obat sehingga dapat menghasilkan pengobatan yang terpersonalisasi dengan mengoptimalkan pemilihan dan dosis obat untuk setiap pasien. Selain itu, PathGen berinovasi dengan patologi digital dan platform AI untuk meningkatkan akurasi dan presisi diagnostik.

Sejak berdiri, perusahaan telah mencatat beberapa pencapaian, termasuk kemitraan strategis dengan perusahaan bioteknologi, BioFarma, untuk memproduksi dan mendistribusikan produk perdananya, BioColoMelt-Dx, sebuah alat diagnostik molekuler untuk kanker kolorektal yang diluncurkan pada 2022.

Produk ini diluncurkan sebagai kit diagnostik molekuler pertama di Indonesia yang sudah teruji dan diproduksi secara lokal. Disebutkan BioColoMelt-Dx telah tersedia di rumah sakit kanker besar di Indonesia, antara lain Pusat Kanker Dharmais dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

Runchise Dikabarkan Raih Investasi Tambahan dari East Ventures dan Genesia Ventures

Startup SaaS untuk bisnis kuliner Runchise dikabarkan meraih pendanaan awal tambahan sebesar $1 juta (sekitar Rp16,2 miliar). Mengutip dari Alternatives.pe, investasi ini dikucurkan oleh investor sebelumnya, yakni East Ventures dan Genesia Ventures.

DailySocial.id telah menghubungi perusahaan dan investor terkait informasi ini, namun belum ada respons yang diberikan hingga berita ini diturunkan.

Baik East Ventures dan Genesia Ventures merupakan investor awal Runchise. Pengumuman pendanaan disampaikan pada Oktober 2022. Jajaran investor lainnya yang turut serta adalah Arise MDI Ventures, Init-6, Prasetya Dwidharma, Alto Partners, dan sejumlah angel investor.

Runchise berdiri pada 2022 oleh Daniel Witono dan Ivana Widjaya. Daniel sebelumnya dikenal sebagai founder Jurnal (diakuisisi Mekari). Dalam wawancaranya bersama DailySocial.id di bulan Juni 2022 lalu, ia mengatakan bahwa Runchise dibangun sebagai sebuah “outlet management solution”.

Persoalan tentang pengelolaan hingga pembinaan franchise ternyata masih menjadi tantangan yang kerap dirasakan oleh pemilik restoran hingga pemilik brand. Mulai dari kurangnya transparansi dari penerima waralaba, hingga penggunaan bahan baku yang tidak sesuai. Hal ini lalu memberikan inspirasi bagi Daniel untuk menghadirkan platform end-to-end kepada pemilik franchise.

“Saat bersama Mekari konsep ini tidak bisa saya kembangkan karena fokus perusahaan adalah hanya kepada akunting dan personalia saja. Karena itu setelah saya keluar, saya mulai mengembangkan Runchise untuk membantu sektor F&B di Indonesia yang sangat luas potensinya,” kata Daniel.

Daniel juga mengatakan, salah satu segmen pasar utama Runchise adalah pebisnis waralaba (franchise). Persoalan tentang pengelolaan hingga pembinaan franchise masih menjadi tantangan yang kerap dirasakan oleh pemilik brand F&B. Mulai dari kurangnya transparansi dari penerima waralaba hingga penggunaan bahan baku yang tidak sesuai.

Runchise menyajikan tiga layanan:

  1. Supply Chain Management: memudahkan operasional restoran yang memiliki banyak outlet, mulai dari pengaturan dan pengadaan stok, bahan baku, hingga pengaturan akses data perusahaan yang fleksibel.
  2. Point of Sales, memudahkan proses transaksi dengan pelanggan.
  3. Online Ordering, untuk memudahkan pemilik gerai mengintegrasikan dengan layanan food delivery.

Di lanskap F&B, ada sejumlah pemain yang saat ini turut menjajakan solusi SaaS. Ada Esensi Solusi Buana yang telah didukung sejumlah investor termasuk Alpha JWC Ventures, solusi yang ditawarkan termasuk ERP, POS, dan manajemen layanan food delivery. Selain itu juga ada beberapa lainnyas seperti DigiResto yang dikembangkan MCAS.

Application Information Will Show Up Here

Jago Coffee Raih Pendanaan Seri A Sebesar 98 Miliar Rupiah

Jago Coffee memperoleh pendanaan seri A sebesar $6 juta (sekitar Rp98 miliar) dipimpin investor terdahulunya, yakni Intudo Ventures dan BEENEXT Accelerate, serta partisipasi dari ORZON Ventures dan D Global Ventures.

Sebelumnya, Jago Coffee meraih pendanaan pra-seri A sebesar Rp34,2 miliar pada 2022, dipimpin Intudo Ventures dan BEENEXT serta partisipasi dari CyberAgent Capital dan Arkblu Capital.

Perusahaan mengklaim telah mencapai profitabilitas yang stabil selama beberapa kuartal berturut-turut dan tumbuh lebih dari 13x pada 2023.

“Pendanaan ini bukan sekadar dorongan finansial, tetapi bentuk kepercayaan terhadap visi dan tim kami. Ini memberdayakan kami untuk menghadirkan pengalaman unik ke lebih banyak komunitas dan berinovasi lebih jauh, memastikan setiap cangkir yang kami sajikan memperkuat hubungan antara kualitas dan aksesibilitas,” kata Yoshua Tanu, Co-Founder dan CEO Jago Coffee.

Jago Coffee berencana memperluas cakupan layanan dan berinvestasi lebih lanjut pada teknologinya. Saat ini, Jago Coffee baru mencakup 7% dari keseluruhan wilayah Jakarta. Targetnya, Jago Coffee ingin mencakup 50% wilayah Jakarta pada akhir 2024, menambah jumlah depo menjadi 15, dan mengerahkan 1.500 armada dari 300 saat ini.

Sebagai informasi, Jago Coffee didirikan oleh Yoshua Tanu (juga pendiri Common Grounds), Christopher Oentojo (eks VP of Product di Gojek), dan Daniel Sidik. Jago Coffee meluncur pertama kali pada Juni 2020. Mereka menawarkan pendekatan hiperlokal kepada konsumen akhir yang berada di lingkungan radius 1-2 km untuk mengantarkan minuman segar dalam hitungan menit.

Produk kopi instan saat ini diketahui menguasai 90% dari total konsumsi kopi di Indonesia. Maka itu, kopinya dijual keliling dengan menggunakan gerobak listrik, juga dapat dipesan melalui aplikasi mobile.

Dengan metode ini, pihaknya dapat mempermudah akses kopi tanpa perlu membangun toko fisik yang perlu waktu dan biaya. Saat ini, Jago Coffee menawarkan sejumlah menu utama kopi, termasuk menu seasonal, juga menu non-kopi.

Ekosistem coffee chain saat ini diisi oleh sejumlah pemain, di antaranya Kopi Kenangan, Fore Coffee, dan Janji Jiwa. Rata-rata memanfaatkan outlet ritel untuk menjajakan produknya. Kopi Kenangan, salah satu pemain awal di ekosistem ini, telah memperluas bisnisnya dengan masuk ke produk kemasan siap minum (ready-to-drink).

Berdasarkan riset Statista, nilai pasar kopi dari penjualan di restoran/bar (termasuk kopi instan) di Indonesia diproyeksi mencapai $8,3 miliar pada 2024. Sementara, nilai penjualan kopi dari supermarket dan toko swalayan berkisar $2,8 miliar pada tahun yang sama.

Application Information Will Show Up Here

WasteX Kantongi Pendanaan Rp7 Miliar dari P4G Partnerships

Startup climate tech WasteX mengantongi pendanaan sebesar $450 ribu (sekitar Rp7,1 miliar) dari P4G Partnerships, inisiatif yang berfokus pada solusi mitigasi dan adaptasi iklim di sektor pangan, air, dan energi.

Pendanaan ini akan digunakan untuk mengembangkan dan mengoperasikan fasilitas produksi biochar di berbagai lokasi strategis di Indonesia melalui Kemitraan WasteX-Bina Tani pada fasilitas pengolahan padi, jagung, kayu, serta peternakan ayam. Sementara, mitranya akan memasok biomassa (limbah organik) yang akan digunakan sebagai bahan baku produksi biochar.

WasteX baru memiliki dua fasilitas produksi biochar, yakni berlokasi di Tarlac, Filipina (2023), dan Pasuruan, Indonesia (2024). Saat ini, WasteX sedang memproduksi carbonizer untuk berbagai klien lokal dan internasional.

Founder dan CEO WasteX Pawel Kuznicki mengatakan, “Ini adalah pendanaan katalitik paling efektif yang ada, mengingat P4G tidak hanya menyediakan modal cukup untuk startup climate tech, tetapi juga mendukung penuh penerima funding untuk terlibat dalam proses pembuatan kebijakan nasional dan pengembangan pasar. Tujuannya adalah mendorong kondisi pasar dan regulasi yang mendukung pertumbuhan dan adopsi inovasi.”

WasteX merupakan portofolio pertama Wavemaker Impact (WMi), venture builder yang fokus pada solusi berdampak milik Wavemaker Partners. WasteX kini beroperasi di Indonesia dan Filipina. Misinya adalah mendukung petani memanfaatkan limbah pertanian menjadi produk bernilai tambah (biochar), meningkatkan pendapatan, dan mengurangi emisi karbon.

Solusi penggunaan biochar / WasteX

Penggunaan biochar diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada pupuk yang harganya tengah meroket di tengah kondisi menurunnya hasil panen. Biochar diyakini dapat membantu tanaman tumbuh lebih subur dan kuat.

Adapun, WasteX mengembangkan solusi untuk memudahkan penggunaan biochar di dunia pertanian dengan memanfaatkan carbonizer, aplikasi mobile, hingga insentif kredit karbon untuk petani. Teknologi yang dikembangkan WasteX bertumpu pada mesin carbonizer semi-otomatis skala kecil yang dilengkapi dengan burner berbahan bakar ganda.

Pihaknya menyebut telah melakukan percobaan penggunaan biochar pada tanaman jagung. Klaimnya, biochar telah meningkatkan hasil panen sebesar 95% dan mengurangi penggunaan pupuk hingga 50% dibandingkan tanpa pemakaian biochar. Pada percobaan tanaman padi, pihaknya mengklaim telah meningkatkan hasil panen sebesar 38% dan penggunaan pupuk 25%-50%.

“Perusahaan skala kecil dan menengah adalah mesin pertumbuhan perekonomian yang butuh modal katalitik untuk mengatasi risiko kegagalan bisnis/kebangkrutan. Kami berkomitmen mendukung bisnis seperti WasteX yang memberikan dampak positif jangka panjang bagi petani kecil dan berkontribusi dalam peningkatan ketahanan pangan dan pengurangan emisi karbon,” ujar Robyn McGuckin, Executive Director P4G dalam keterangan resminya.

FishLog Rampungkan Putaran Pra-Seri A, Perkuat Ekspansi di Amerika Serikat

Startup aquatech FishLog mengumumkan telah menyelesaikan pendanaan putaran ekstensi pra-seri A dengan nominal dirahasiakan. Investor yang berpartisipasi dalam putaran ini adalah Mandiri Capital Indonesia (MCI), BNI Ventures, Accel Partners, Insignia Ventures Partners, dan Saison Capital.

Putaran ini sudah berjalan sejak November 2022. Nominal yang diperoleh pada saat itu sebesar $3,5 juta dari BRI Ventures, Accel, Insignia Ventures Partners, Patamar Capital, Indogen Capital, dan Triputra Agri Group.

Dana yang terkumpul akan digunakan untuk memberdayakan dan meningkatkan bisnis perikanan dan pemangku kepentingan untuk memperkuat ekosistem rantai dingin FishLog. Fokus khususnya adalah distribusi produk perikanan yang dapat dilacak di Amerika Serikat (AS), didukung oleh inovasi milik FishLog: FishLog Trace dan FishLog Smart Contract, yang didukung oleh teknologi blockchain.

FishLog Trace menjamin makanan laut berasal dari sumber yang bertanggung jawab, memanfaatkan sistem yang dapat dilacak, dan memberikan perlindungan asuransi yang berkualitas. Sementara itu, FishLog Smart Contract menangani pembiayaan, meningkatkan transparansi, dan menumbuhkan kepercayaan global.

Dalam keterangan resmi, Co-founder dan CEO FishLog Bayu Mukti Anggara menyampaikan Amerika Serikat adalah salah satu pasar terbesar di dunia. Berdasarkan data dari Departemen Pertanian AS, angka impor makanan laut AS melebihi angka ekspor sebesar $20,3 miliar pada tahun 2023. Data ini menunjukkan terdapat potensi besar yang terbuka bagi FishLog untuk memperkuat ekosistemnya di AS.

“Hal ini dapat mempercepat profitabilitas distribusi produk, seperti kepiting biru, tuna, udang, dan masih banyak lagi karena Indonesia mengimpor produk ke pembeli internasional B2B FishLog,” ujar dia, Selasa (2/4).

FishLog sudah melebarkan sayapnya ke AS sejak 2023 dengan mendirikan perusahaan yang khusus mengimpor dan mendistribusikan merek makanan lautnya sendiri “Sea Tracer”. Terhitung, perusahaan sudah mendistribusikan lebih dari 60 ribu kg produk makanan laut. FishLog menghubungkan lebih dari 60 pembeli domestik dan internasional dan membantu mereka mengembangkan bisnis mereka.

FishLog Sea Tracer

Co-founder dan COO FishLog Abdul Halim menambahkan, pihaknya berupaya mendukung industri perikanan yang lebih kompetitif secara global di Indonesia. Caranya dengan merangkul para pemangku kepentingan perikanan untuk membuka kunci pertumbuhan global.

FishLog telah membangun solusi teknologi untuk menghubungkan fasilitas penyimpanan dingin di seluruh negeri dengan tujuan meningkatkan transparansi, stabilitas, dan kematangan rantai pasokan perikanan.

“Kami bercita-cita untuk menjadi mitra bagi pengusaha perikanan dalam mendapatkan akses terhadap berbagai pemangku kepentingan seperti lembaga keuangan, pembeli dalam dan luar negeri, dan lain-lain,” kata dia.

Co-founder dan Partner Accel Partners Prashanth Prakash menyampaikan, meningkatnya kekuatan ekonomi global di Indonesia peningkatan Indonesia, terutama dalam industri perikanan, memberikan peluang sebesar $30 miliar.

“Dengan pasar ekspor yang berkembang dan konsumsi domestik yang kuat, lanskap perekonomian negara ini penuh dengan potensi dan kami sangat antusias untuk bermitra dengan FishLog dalam menjadikannya bagian penting dari pertumbuhan Indonesia,” terangnya.

Kolaborasi dengan ekosistem BUMN

Disampaikan lebih lanjut oleh CEO Mandiri Capital Indonesia Ronald Simorangkir, FishLog telah menjadi kandidat yang menonjol sejak masuk ke dalam portofolio Indonesia Impact Fund yang dikelola MCI. Mereka mampu memberdayakan nelayan dan meningkatkan penghidupan mereka, serta berintegrasi dengan lancar ke dalam ekosistem Mandiri Group.

“Selain itu, status mereka sebagai finalis Zenith Accelerator menegaskan potensi dan inovasi mereka di industri. Kami sangat senang mendukung FishLog dalam perjalanan yang berdampak ini, mengingat kontribusi signifikan dan potensi sinergi dalam ekosistem kami,” kata Ronald.

Tak hanya itu, FishLog berkolaborasi dengan program BNI Xpora untuk mendukung UKM seafood Indonesia dalam memperluas ekspor. FishLog telah menyalurkan sekitar $950 ribu untuk memberdayakan mitra usaha perikanan ekspor.

CEO BNI Ventures Eddi Danusaputro mengatakan, “BNI Ventures berinvestasi di FishLog untuk meningkatkan keuangan inklusif bagi nelayan. Melalui kegiatan investasi dan sinergi, BNI Ventures bertujuan untuk meningkatkan aktivitas transaksional dengan mengintegrasikan layanan transaksional, produk, dan jaringan BNI ke dalam ekosistem FishLog.”

Dalam kesempatan yang sama, FishLog memperkenalkan Dimas Wikan Pramudhito ke dalam tim manajemen sebagai Chief Financial Officer. Dimas memiliki latar belakang yang kaya di lembaga perbankan ternama, seperti Rabobank, Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG), Standard Chartered Bank, NOBEL Capital Investment, termasuk tugas penting sebagai CFO di PT Antam Tbk dari 2015 hingga 2019.

“FishLog dan para co-founder memiliki tujuan mulia, yang telah dicoba oleh banyak orang namun tidak dapat mewujudkannya. FishLog bukan hanya sekedar komersialisme, melainkan sebuah gerakan, sebuah ekosistem melalui pemasok, pedagang, pemodal, dan mitra yang saling bergantung dan percaya bahwa harus ada cara yang lebih baik dalam melakukan sesuatu, keselarasan yang mendukung untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. [..] Tujuan mulia ini telah membuat saya maju dan saya merasa terhormat menjadi bagian dari perjalanan besar ini,” kata dia.

Dalam rangka mendukung langkah keberlanjutan, FishLog telah membuat kemajuan signifikan, mencapai peningkatan produktivitas penyimpanan dingin sebesar 40% melalui pasokan dan teknologi yang berkelanjutan, mengelola lebih dari 4 ribu ton inventaris makanan laut per bulan. Selain itu, FishLog telah memberikan dampak positif kepada lebih dari 100 pemasok, memberdayakan lebih dari 800 pekerja, dan 38% di antaranya adalah perempuan.

Perusahaan juga baru-baru ini memperoleh dana hibah sebesar $100 ribu dari program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) dan Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Dana hibah ini akan membantu meningkatkan literasi keuangan keluarga nelayan, memberikan pendidikan karakter bagi anak-anak nelayan, mendukung penanaman bakau untuk pelacakan karbon global dalam industri perikanan, dan masih banyak lagi.

Application Information Will Show Up Here

Qoala Umumkan Pendanaan Seri C Rp713,3 Miliar Dipimpin PayPal Ventures dan MassMutual Ventures

Startup insurtech Qoala mengumumkan telah menutup pendanaan seri C senilai $45 juta atau setara Rp713,3 miliar. Putaran ini dipimpin PayPal Ventures dan MassMutual Ventures dengan dukungan MUFG Innovation Partners, Ohana Holdings, dan investor sebelumnya termasuk Flourish Ventures, Eurazeo, dan AppWorks.

Sebelumnya Qoala berhasil menutup pendanaan seri B tahun lalu dengan total nilai $70,5 juta (dalam dua putaran). Dengan tambahan dana segar yang baru didapat, kisaran pendanaan ekuitas yang telah dibukukan perusahaan mencapai $139,5 juta atau setara Rp2,2 triliun.

Melalui modal tambahan yang didapat, Qoala berkomitmen meningkatkan bisnis embedded insurance (B2B2C) di Asia Tenggara melalui percepatan pengembangan teknologi (penerapan AI di berbagai lini), meningkatkan pengalaman pelanggan, mitra, dan agen. Qoala juga ingin mengeksplorasi varian produk dan saluran baru di platform agennya dengan menjajaki akuisisi strategis dan kemitraan lintas sektor.

“Dipandu dedikasi yang tak tergoyahkan dari tim kami yang luar biasa dan kepercayaan yang diberikan oleh investor, pendanaan seri C ini menunjukkan kepercayaan pasar terhadap strategi dan misi kami. Misi kami untuk mendemokratisasi asuransi tetap teguh, dan dengan suntikan dana baru ini, kami lebih siap untuk mendorong inovasi dan memberikan dampak pada kehidupan dan penghidupan,” sambut Co-Founder & CEO Qoala Harshet Lunani.

Pertumbuhan bisnis Qoala

Disampaikan perusahaan, sejak tahun 2022 Qoala telah mencatat pertumbuhan premi bruto sebesar 2,5x dan telah memproses 60% dari total klaim secara internal. Pertumbuhan bisnis dini sebagian besar ditopang oleh terdiversifikasinya saluran kemitraan yang berimplikasi pada peningkatan pesat jumlah mitra bisnis. Metrik profitabilitas perusahaan juga diklaim terus mengalami tren peningkatan, melampaui pertumbuhan GWP, dan hal ini menunjukkan komitmen perusahaan terhadap kinerja keuangan berkelanjutan.

Sepanjang 2023, Qoala berhasil memproses 115 ribu klaim dan menjangkau 45 ribu pelanggan baru. Ini juga didukung oleh ragam produk asuransi yang dijajakan pada portal marketplace yang dimiliki, dan didukung lebih dari 60 ribu+ mitra pemasar. Sejak awal, salah satu proposisi nilai penting Qoala pada sistem keagenan digital yang dimiliki. Lewat inovasi yang digulirkan, Qoala berhasil meningkatkan aksesibilitas asuransi dan proses klaim bagi masyarakat secara lebih efisien.

“Kami sangat terkesan dengan pertumbuhan Qoala yang luar biasa sejak investasi pertama kami pada tahun 2019. Kerja keras tim yang konsisten dan kinerja tinggi terbukti dalam posisi mereka sebagai pemimpin pasar. Kami bangga melanjutkan dukungan seiring mereka terus mendefinisikan ulang standar industri dan mendorong inklusi keuangan di wilayah ini,” ujar Managing Partner MassMutual Ventures Ryan Collins.

Di Indonesia, Qoala berhadapan dengan sejumlah kompetitor, di antaranya Fuse, Igloo, PasarPolis, dan Lifepal. Sepanjang tahun 2022, Fuse menerbitkan lebih dari 150 juta polis asuransi dan membukukan pendapatan premi bruto lebih dari Rp 3 triliun. Sementara Lifepal baru saja diakuisisi Roojai Group di awal tahun 2024 ini.

Rencana selanjutnya Qoala

Salah satu fokus pengembangan berikutnya adalah peningkatan pengalaman agen dan efisiensi operasional secara signifikan dengan lebih meningkatkan penggunaan AI generatif. Investasi ini akan memungkinkan Qoala untuk menyempurnakan dan memperluas platform insurtech yang sudah ada, memastikan tetap menjadi yang terdepan dalam teknologi dan mengurangi waktu pemasaran.

Selain itu, Qoala berdedikasi untuk mengembangkan alat yang mendukung mitra asuransinya dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam penjaminan, pemrosesan klaim, dan deteksi penipuan, sehingga memperkuat komitmennya terhadap inovasi dan keunggulan dalam industri.

“Dengan memosisikan dirinya sebagai solusi pilihan bagi platform yang melayani konsumen dan agen tradisional, Qoala menyediakan alat yang sangat dibutuhkan konsumen di seluruh Asia Tenggara untuk mengatasi kesenjangan perlindungan yang terus terjadi,” ujar Principal PayPal Ventures Alexandros Bottenbruch.

Selain di Indonesia, saat ini Qoala juga sudah beroperasi di Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Ekspansinya ini didukung dengan strategi kemitraan strategis dan akuisisi. Di Thailand, mereka beroperasi dengan mengakuisisi startup insurtech lokal Fairdee.

Di tengah kondisi perekonomian makro yang tak menentu, pada pertengahan tahun lalu Qoala juga sempat mengurangi jumlah tim 80 orang di Indonesia dan Malaysia. Disebutkan langkah ini diambil untuk meningkatkan sinergi di dalam dan di setiap departemen dan unit bisnis agar efisien dan berkelanjutan.

Application Information Will Show Up Here

LinkAja Terima Pendanaan Strategis dari Mitsui

LinkAja mengumumkan perolehan investasi strategis dari Mitsui & Co., Ltd. (Mitsui) dengan nominal yang dirahasiakan. Ini merupakan investasi pertama yang diraih LinkAja dari perusahaan berskala global. Mitsui merupakan investor non-BUMN ketiga, setelah Grab dan Gojek di LinkAja.

Lewat aksi korporasi ini, Mitsui dapat mengembangkan bisnis keuangan digital, mempercepat kolaborasi strategis antara ekosistem BUMN dan Mitsui dalam bidang IT, ritel, dan bisnis lainnya. Kedua perusahaan juga dapat menggabungkan berbagai potensi dan unique competitive advantage untuk dapat berkontribusi pada ekonomi digital di Indonesia.

Dalam keterangan resmi, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyambut baik komitmen investasi strategis dari Mitsui selaku investor global kepada LinkAja. Disampaikan juga, model bisnis LinkAja merupakan model bisnis yang dapat di buy in oleh pihak internasional.

Direktur Utama PT Mitsui Indonesia Shinichi Kikuchihara menambahkan, Mitsui sudah hadir di Indonesia sejak 1901 dengan membuka kantor di Surabaya. Seiring dengan terus berjalannya proses digitalisasi, pihaknya mulai perdalam fokusnya pada nilai ekonomi digital, termasuk keuangan digital.

“Sebagai perusahaan dengan fondasi bisnis yang kuat dengan ekosistem pemegang saham yang solid, kami yakin Mitsui dan LinkAja dapat saling berkontribusi dalam perkembangan industri keuangan digital di Indonesia,” ujarnya, Rabu (27/3).

Di Indonesia, Mitsui beroperasi di sektor-sektor strategis, seperti Infrastruktur & Energi, Mobilitas, Baja, Kimia Pangan & Ritel, dan Information & Communication Technology (ICT). Beberapa perusahaan yang diinvestasikan oleh Mitsui adalah Bussan Auto Finance (pembiayaan ritel sepeda motor) dan convertible bond subscription di CT Corp.

Direktur Utama LinkAja Yogi Rizkian Bahar menyampaikan, pihaknya memercayai kolaborasi strategis adalah kunci dalam bisnis digital. Mitsui telah berinvestasi di berbagai industri di Indonesia, sehingga mereka memiliki ekosistem yang besar dan beragam.

“Kami yakin bahwa investasi strategis Mitsui akan saling menguntungkan tidak hanya bagi kedua belah pihak, tetapi juga bagi para pengguna, pemangku kepentingan, serta berkontribusi terhadap perkembangan industri keuangan digital di Indonesia. Kepercayaan dari investor global ini, juga akan semakin menambah kepercayaan investor, termasuk kemungkinan masuknya investor lain,” ungkap Yogi.

Sebelumnya disampaikan, setelah pivoting model bisnis dan strategi efisiensi biaya, LinkAja berhasil mencapai perbaikan kinerja bisnis secara signifikan dengan EBITDA positif selama dua kuartal berturut-turut di akhir 2023. Pada tahun ini, perusahaan masih berfokus pada sinergi BUMN.

Pada Februari 2023, sebagai bagian dari penguatan peran strategisnya sebagai platform pembayaran, LinkAja meluncurkan Program Pertukaran Poin Loyalti dalam ekosistem BUMN, melalui AKHLAK Point.

Sejumlah perusahaan BUMN yang bergabung dalam pengembangan bersama kerja sama pertukaran loyalitas tersebut di antaranya PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), PT Pertamina Patra Niaga, PT Garuda Indonesia (Persero), PT Bank Negara Indonesia (Persero), PT Bank Mandiri (Persero), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), dan PT Bank Tabungan Negara (Persero).

Langkah ini merupakan kelanjutan dari aplikasi LinkAja skin khusus BUMN, yang digunakan sebagai saluran media komunikasi terpadu bagi karyawan BUMN serta penyaluran dana insentif ke lebih dari 200 ribu karyawan. Hal itu dilakukan untuk memperkuat fokus Business to Business to Consumer (B2B2C).

Inisiatif di atas merupakan komitmen kuat terhadap sinergi kolaboratif antara LinkAja dan BUMN, sekaligus meningkatkan ekosistem digital demi efisiensi dan efektif, serta memberikan nilai tambah bagi perjalanan konsumen.

Application Information Will Show Up Here

Startup Agri-biotech Hyoshii Farm Umumkan Pendanaan Awal dari Konsorsium Angel Investor

Startup agri-biotech Hyoshii Farm mengumumkan telah mendapatkan pendanaan awal dari konsorsium angel investor dengan nominal dirahasiakan. Disampaikan dalam putaran ini terlibat sederet perusahaan swasta konglomerasi di berbagai industri, serta investasi mandiri tambahan dari para pendiri.

Didirikan sejak 2021 oleh William Rayawan, James Rayawan, dan Anthony Lee; Hyoshii Farm memiliki visi menjadi penghasil buah terbaik di Indonesia melalui kolaborasi dengan petani lokal, meningkatkan kualitas produksi lokal untuk bersaing dengan buah-buahan premium yang kebanyakan diimpor. Dengan teknologi, SDM, dan sumber daya yang tepat, startup ini ingin menjadi pionir perombakan kualitas dan pengalaman membeli buah-buahan lokal.

“Misi kami membawa kebahagiaan bagi masyarakat Indonesia melalui buah-buahan lokal berkualitas tinggi. Dengan prioritas terhadap proses perkebunan yang baik dan bertanggung jawab terhadap lingkungan, kami berharap lebih banyak orang menikmati manfaat kesehatan dari hasil perkebunan segar dari negeri sendiri. Hyoshii Farm pun ingin menginspirasi dan memberdayakan generasi muda untuk bergabung bersama kami untuk menjawab tantangan dan mengambil peluang di dalam sektor agrikultur Indonesia,” ujar Co-Founder & CEO Hyoshii Farm James Rayawan.

Dimulai dari stroberi

Varian produk stroberi Hatsu Hana yang dibudidayakan Hyoshii Farm / Hyoshii Farm
Varian produk stroberi Hatsu Hana yang dibudidayakan Hyoshii Farm / Hyoshii Farm

Saat ini Hyoshii Farm menjual stroberi dan aneka produk turunannya. Selain di jual ke konsumen akhir melalui berbagai supermarket (Rach Market, Papaya, dan sebagainya), mereka turut menjual produk ke rekanan B2B. Di fase sekarang ini fokus utama distribusinya masih di area Jakarta, Bandung, dan Surabaya — dan terus diperlebar.

Terkait budidaya stroberi, Hyoshii Farm turut menggandeng sejumlah petani, salah satunya berbasis di Lembang, Jawa Barat. Salah satu varian yang dibudidayakan adalah stroberi bernama Hatsu Hana, diklaim memiliki kualitas premium, rasa manis, aroma kuat, dan terlihat berkilau kemerahan.

Kendati bukan komoditas buah endemik dari sini, sejumlah area perkebunan di Indonesia (khususnya di dataran tinggi) cukup cocok digunakan untuk pembibitan stroberi. Namun demikian, ada tantangan tersendiri dalam membudidayakan buah berkualitas. Penanaman yang asal-asalan berujung pada kualitas buah yang buruk — mulai dari bentuknya mungil, rasa asam, hingga warna kusam.

Diketahui pasar lokal memiliki ketertarikan cukup besar, dibuktikan dengan Indonesia sebagai negara pengimpor stroberi Korea ke-7 di dunia. Namun menurut data BPS, stroberi adalah buah yang paling sedikit diproduksi pada 2021, dengan total 9.860 ton, yang mana 6.458 ton datang dari Jawa Barat. Perbandingannya cukup jauh dengan produksi pisang yang berada pada 8,7 juta ton.

Rencana berikutnya

Dana segar yang didapatkan akan dimanfaatkan Hyoshii Farm utamanya untuk ekspansi fasilitas produksi, termasuk pembangunan rumah kaca yang canggih dan juga investasi lebih besar dalam upaya riset dan pengembangan. Dengan mengedepankan inovasi dan penanaman stroberi yang lebih ideal untuk iklim tropis secara produktif, Hyoshii berkomitmen untuk menyuburkan benih revolusi lanskap agrikultur Indonesia. Dana segar juga akan digunakan meningkatkan area produksi 3x lipat.

Turut disampaikan juga, selama tiga tahun awal beroperasi, startup ini mengklaim margin operasional yang sudah menguntungkan, dan perusahaan tidak akan mengalokasikan pendanaan awal untuk menanggung biaya operasional. Hyoshii telah mencatat kenaikan permintaan produk lebih dari 10x lipat dalam satu tahun terakhir, kendati buah-buah beri impor membanjiri pasar Indonesia.

Hyoshii juga mendirikan unit bisnis baru di tahun ini sebagai bagian dari langkah strategis lebih lanjut untuk menjawab pertumbuhan permintaan. Unit baru ini akan menjangkau pelanggan dan petani tertentu untuk menyalurkan bibit-bibit unggul, pupuk serta obat-obatan, pelatihan, dan distribusi hasil kualitas panen di bawah merek Hyoshii.

Akulaku Dikabarkan Dapat Fasilitas Debt Rp1,5 Triliun dari HSBC

Startup fintech lending Akulaku memperoleh fasilitas debt sebesar $100 juta (sekitar Rp1,5 triliun) dari perbankan asal London, HSBC. Mengutip dari Reuters, CEO Akulaku William Li menyebutkan sebagian dari dana tersebut akan digunakan untuk melunasi utang.

Sepanjang 2022, anak usaha dari Alibaba ini sudah dua kali mendapatkan pendanaan debt. Pada Februari 2022, sebanyak $100 juta diperoleh dari bank asal Thailand, Siam Commercial Bank (SCB). Kemudian, pada Desember 2022, dapat tambahan $200 juta dari bank asal Jepang, Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG).

Fasilitas debt ini dinilai penting untuk mengejar pertumbuhan perusahaan, seiring dengan meningkatnya minat masyarakat mendapatkan pinjaman melalui layanan paylater maupun cashloan.

Setelah sebelumnya sempat mendapatkan pengawasan khusus, Akulaku kini tidak lagi mendapatkan pembatasan usaha oleh OJK efektif awal Maret 2024, alias hampir lima bulan setelah surat pembatasan turun di awal Oktober 2023.

Presiden Direktur Akulaku Finance Efrinal Sinaga mengatakan, transaksi Akulaku sempat turun hampir 30% selama periode tersebut. Agar tidak lagi tersandung di kolam yang sama, perusahaan berkomitmen untuk menjalankan bisnis operasional yang sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.

“Tahun ini ada beberapa program marketing yang akan kami luncurkan seperti co-branding, thematic, juga  penambahan channel dan ekspansi coverage area [..] Sesuai rencana bisnis Akulaku Finance Indonesia juga akan meningkatkan pembiayaan di sektor produktif dan pengembangan area lain seperti pembiayaan otomotif,” ujarnya.

Di Indonesia, Grup Akulaku menjalankan tiga perusahaan, yakni Asetku (PT Pintar Inovasi Digital) yang fokus ke cashloan, Akulaku (PT Silvrr Indonesia) sebagai platform marketplace, dan Akulaku Finance (PT Akulaku Finance Indonesia) yang menjalankan bisnis paylater.

Tak hanya itu, Akulaku menjadi pemegang saham kendali Bank Neo Commerce dan merilis layanan OneAset sebagai layanan investasi untuk pengguna. Selain Indonesia, Akulaku telah beroperasi di Filipina, Malaysia, dan Thailand. Di Filipina, Akulaku juga mengoperasikan aplikasi bank digital bernama OwnBank.

Dalam situsnya, diklaim layanan Akulaku telah digunakan oleh lebih dari 8 juta pengguna aktif bulanan, 32 juta pengguna terdaftar, dan 295 juta transaksi terjadi di dalam platformnya.

Application Information Will Show Up Here

Platform Ride-Hailing inDrive Dapat Tambahan Pendanaan Rp2,3 Triliun

Platform ride-hailing inDrive kembali memperoleh tambahan pendanaan sebesar $150 juta (sekitar Rp2,3 triliun). Dengan pendanaan yang diterima tahun lalu, inDrive kini mengantongi total sebesar $300 juta dari General Catalyst. 

Melansir Tech Funding News, tambahan pendanaan ini menyusul realisasi pertumbuhan pendapatan bersih inDrive sebesar 54% pada 2023. Pencapaian ini disebut menunjukkan keberhasilan perusahaan bermarkas di California ini untuk berada di jalur pertumbuhan dan strategi keuangan yang tepat dalam mendorong operasional secara berkelanjutan.

Pendanaan baru ini akan digunakan untuk mengejar pertumbuhan bisnis tahun ini melalui pengembangan produk, perluasan layanan, dan ekspansi ke pasar baru.

“Dengan pendanaan ini, kami dapat melanjutkan pertumbuhan signifikan dan inovasi sambil menjaga posisi keuangan yang disiapkan untuk mendukung rencana ambisius kami tanpa perlu menambah risiko ke operasional perusahaan,” tutur CFO inDrive Dmitry Sedov.

inDrive, sebelumnya bernama inDriver, didirikan oleh Arsen Tomsky pada 2013. Pada Maret 2022, inDrive telah memiliki hub operasional regional di Amerika, Asia, Timur Tengah, Afrika  untuk mendukung ekspansi bisnisnya. inDrive kini telah beroperasi di 749 kota di 46 negara.

inDrive di Indonesia

Di Indonesia, inDrive bernaung di bawah PT Ind Mobitech Service, hadir di Jabodetabek pada 2021 dengan menawarkan perjalanan dalam kota, antarkota, pengiriman barang oleh kurir, hingga kargo.

Layanannya dirancang agar pengguna dapat menentukan sendiri tarifnya–konsep berbeda di mana pasar ride hailing online umumnya menetapkan tarif tetap. Pengguna tidak punya kontrol terhadap tarif perjalanan yang dibebankan. Konsep ini juga dipakai oleh Maxim, pesaingnya yang beroperasi di Indonesia.

Baik inDrive dan Maxim adalah penantang Grab dan Gojek yang saat ini masih menguasai pasar ride-hailing Indonesia. Mengutip initiation report yang diterbitkan Maybank Sekuritas Indonesia pada 2023, Gojek menguasai 52% pangsa ride-hailing tanah air, sedangkan Grab menguasai 48% pasar.

Proyeksi transportasi dan pengiriman makanan online Indonesia / Sumber: e-Conomy SEA 2023

Adapun, total GMV layanan transportasi dan pengiriman makanan berbasis online di Indonesia diestimasi mencapai $9 miliar dengan CAGR 13% (2023-2025).

Salah satu proposisi nilai inDrive adalah memungkinkan mitra pengemudi dan konsumen untuk melakukan kesepakatan harga (tawar-menawar). Selain itu mereka juga menyediakan moda transportasi untuk kebutuhan bepergian ke luar kota. Namun demikian, sejak tahun 2023 lalu Gojek juga mengadopsi kapabilitas fitur yang sama di beberapa kota. Pengguna sudah disuguhkan dengan fitur GoRide Nego, yang memungkinkan tawar-menawar antara pengemudi dan konsumen.

Application Information Will Show Up Here