Hedosophia, Saison Capital, dan Sejumlah Investor Terlibat di Pendanaan Seri B BukuKas

Pertengahan Mei 2021 lalu, BukuKas baru mengumumkan pendanaan seri B senilai $50 juta. Sequioa Capital India dikatakan memimpin putaran tersebut diikuti angel investor Gokul Rajaram dan Taavet Hinrikus.

Dari data yang kami dapatkan, sejumlah investor global ternama turut andil dalam putaran tersebut. Pemodal ventura asal London, Hedosophia dikabarkan menjadi pemimpin dalam putaran ini, dengan partisipasi nilai mayoritas dari total pendanaan (est $30 juta).

Selain itu ada juga limited partner yang bergabung dengan total keterlibatan hampir seperlima dari total saham yang diperdagangkan, yakni Gemini Investments. Diketahui LP ini juga masuk sempat berpartisipasi ke pendanaan Kopi Kenangan dan Payfazz.

Adapun daftar investor lainnya yang turut terlibat dan belum disebut dalam pemberitaan sebelumnya meliputi Cormano Trade & Investment, Saison Capital, Dogan Online, Cambium Grove Capital, Alter Global, Delaware, January Capital, Orion Advisor, TS Guardians, dan Endeavor Catalyst.

Dengan pendanaan tersebut, saat ini BukuKas diperkirakan telah mencapai valuasi $195 juta.

Hingga April 2021, BukuKas telah berhasil merangkul 6,3 juta pemilik toko dan pelaku usaha kecil, yang mana hampir separuhnya atau sebanyak 3 juta pengguna di antaranya adalah pengguna aktif bulanan. BukuKas mencatatkan akumulasi nilai transaksi sebesar hampir $25,9 juta miliar, atau setara 2,2% dari PDB Indonesia.

BukuKas menargetkan pada 2022 mendatang, perusahaan dapat menumbuhkan jumlah pengguna hingga 20 juta UMKM.

Sementara itu rival utamanya BukuWarung pada awal Juni 2021 ini juga baru mengumumkan penutupan pendanaan seri A yang dipimpin oleh Valar Ventures dan Goodwater Capital. Putaran ini menghasilkan nilai investasi $60 juta, membawa valuasi perusahaan di kisaran $190 juta.

Baik BukuKas dan BukuWarung sama-sama menyuguhkan aplikasi untuk membantu pelaku UMKM melakukan pencatatan transaksi harian. Misi jangka panjangnya untuk menghadirkan layanan fintech komprehensif bagi UMKM di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Startup Perawatan Gigi KLAR Peroleh Investasi Awal dari AC Ventures dan Kenangan Fund

Startup teknologi perawatan gigi estetika KLAR mengumumkan investasi tahap awal yang dipimpin oleh AC Ventures dan diikuti oleh partisipasi dari Kenangan Fund. Perusahaan tidak menyebut nominal yang didapat dalam putaran ini.

Dana segar ini akan dimanfaatkan KLAR untuk mencapai empat tujuan bisnis utamanya. Pertama, pengembangan dan riset untuk mengoptimalkan biaya perawatan agar pasien dapat menikmati layanan kualitas internasional tanpa menguras banyak biaya. Kedua, memperbesar tim agar dapat menjadi pemimpin di pasar.

Ketiga, dana akan dialokasikan untuk memperkuat posisi KLAR sebagai brand andalan pasien dan dokter gigi mitra yang menginginkan solusi merapikan gigi tanpa proses yang rumit. Terakhir, KLAR akan menambah portofolio produk pendukung untuk merapikan gigi pasien secara menyeluruh.

Co-Founder & CEO KLAR Ellen Pranata menyampaikan, pendanaan ini adalah langkah awal mengembangkan KLAR. Ia melihat semakin banyak pasien yang ingin memiliki gigi yang rapi dan senyum yang menarik untuk menambah rasa percaya diri, namun menginginkan proses yang nyaman tanpa mengorbankan estetik.

“Kami dan investor sedari awal sepakat bahwa tujuan bisnis kami adalah untuk memberikan solusi teknologi perawatan gigi yang reliable bagi masyarakat Indonesia,” kata Ellen dalam keterangan resmi, Selasa (29/6).

Potensi pasar untuk aligner di Indonesia diestimasi bisa mencapai $3 miliar (Rp43 triliun). Dengan pertumbuhan PDB per kapita dan meningkatnya minat perawatan diri dan estetika, KLAR yakin permintaan aligner di Indonesia akan terus meningkat. Di Indonesia, selain KLAR, ada RATA yang bermain di segmen yang sama.

“KLAR mencoba menyelesaikan masalah yang selama ini ada dengan solusi yang lebih baik, terjangkau, dan lebih nyaman. Didukung dengan tim pendiri yang solid dan jaringan industri yang kuat, kami percaya KLAR memiliki kapasitas yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin di industri estetika gigi di Indonesia,” ucap Founder & General Partner AC Ventures Michael Soerijadji.

Model bisnis KLAR

Salah satu varian produk yang ditawarkan KLAR untuk perawatan gigi / KLAR

KLAR sendiri dirintis pada September 2020 oleh Ellen Pranata, Adelia Susanto, dan David Sugiharta. Ellen sebelumnya adalah Direktur Cobra Dental, salah satu perusahaan importir dan penjual peralatan dental. Bersama Ellen, Adelia Susanto (Chief Orthodontist KLAR) merupakan spesialis ortodonti yang memiliki banyak pengalaman terkait perawatan dengan clear aligners.

Sementara, David (COO) adalah dokter gigi yang ahli di bidang prosthetics, aesthetics, dan full mouth rehabilitations. Ketiga eksekutif ini juga didampingi oleh penasihat senior, seperti Gita Prihanto (eks-COO RuangGuru dan eks-Senior Director Grab Indonesia) dan Adrian Susanto (CEO Cobra Dental).

KLAR mengandalkan model bisnis B2B2C, melengkapi layanan yang ditawarkan dokter gigi mitra dengan menghadirkan teknologi aligner berkualitas, sehingga mereka dapat menawarkan produk tersebut ke pasien. Dokter gigi dan pasien dapat berinteraksi dan memantau status perawatan dari jarak jauh dengan aplikasi KLAR Smile.

Nilai tambah tersebut menobatkan KLAR sebagai pembeda di industri karena dapat mengurangi jumlah kunjungan dan waktu yang dihabiskan untuk kontrol berkala. Dalam waktu kurang dari setahun, perusahaan telah bermitra dengan lebih dari 600 dokter gigi (dokter gigi umum dan spesialis) di seluruh penjuru negeri.

Untuk memfasilitasi kebutuhan masyarakat terhadap gigi yang rapi dan senyum yang menarik, KLAR telah hadir di lebih dari 100 klinik gigi yang tersebar di 32 kota. Jakarta, Bali, dan Surabaya menjadi tiga kota paling strategis bagi perkembangan bisnis KLAR. Beroperasi di tengah pandemi Covid-19, startup ini tetap mampu meningkatkan pendapatan dengan pesat.

KLAR mengelola operasional perusahaan dari hulu ke hilir secara mandiri, bahkan mereka telah memiliki fasilitas produksi khusus untuk memproduksi aligner transparan, KLAR Aligner. Dengan pendekatan ini, maka KLAR dapat menjaga kualitas serta menekan biaya produksi.

KLAR Aligner dikembangkan oleh spesialis ortodonti berpengalaman. Setiap set produk KLAR dibuat secara personal, sesuai dengan kebutuhan khusus setiap pasien. Bahkan, ultra-clear aligner dari KLAR menjadi satu-satunya produk aligner lokal buatan Indonesia yang terdaftar secara resmi di Kementerian Kesehatan RI. Alhasil, produk ini terjamin aman dan nyaman untuk digunakan. KLAR Aligner juga menawarkan perawatan maloklusi gigi secara menyeluruh untuk memastikan tata letak gigi dan gigitan yang sehat setelah perawatan.

“Kami menawarkan kualitas perawatan estetik gigi kelas dunia, tetapi kami mampu menawarkannya dengan harga yang lebih terjangkau karena keseluruhan proses produksi dan perawatan kami dilakukan di Indonesia,” tambah Ellen.

Saat ini KLAR didukung oleh 20 orang profesional berencana untuk terus menambah jumlah tim menjadi setidaknya 80 orang di tahun 2021, demi memenuhi permintaan yang kian meningkat.

Kevin Aluwi dan Sejumlah VC Lokal Turut Terlibat dalam Pendanaan Awal Gotrade

Jumat (25/6) lalu platform investasi saham asal Singapura, Gotrade, mengumumkan perolehan pendanaan awal senilai $7 juta yang dipimpin oleh LocalGlobe. Di putaran tersebut, Co-Founder & CEO Gojek Kevin Aluwi turut serta menjadi angel investor.

Sejumlah pemodal ventura lokal juga terlibat di dalamnya, di antaranya Amand Ventures, Prasetia Dwidharma, dan Brama One Ventures. Yang terakhir adalah pemodal ventura berbasis di Surabaya yang telah berinvestasi di sejumlah startup, termasuk Ayoconnect, Halodoc, NalaGenetics, dan lain-lain.

Gotrade sendiri hadir menawarkan kemudahan untuk melakukan trading saham dari bursa Amerika Serikat. Saat ini layanan tersebut juga sudah bisa diakses oleh pengguna di Indonesia secara terbatas. Sejak diluncurkan, hingga saat ini, mereka masih menjalankan model undangan bagi pengguna barunya.

Model tersebut mengharuskan calon pengguna untuk terlebih dulu mendapatkan undangan dari pengguna sebelumnya. Hal ini dilakukan lantaran aplikasi memang masih di tahap awal. Statistik yang disampaikan Gotrade telah menggaet lebih dari 100 ribu pengguna sejak 13 minggu aplikasi diluncurkan.

Startup ini didirikan sejak tahun 2019 oleh David Grant, Norman Wanto, dan Rohit Mulani. Mereka juga tengah bergabung dalam program akselerator Y Combinator [YC menjadi salah satu investor tahap awalnya].

Salah satu proposisi nilai yang coba ditawarkan Gotrade, mereka meleburkan batasan geografis untuk investasi, dengan tidak memungut komisi dan menghapus ukuran setoran minimum. Pengguna dari 150 negara dapat membeli saham pecahan di Dow Jones, S&P 500, dan NASDAQ mulai dari $1.

Platform investasi atau wealthtech memang cukup berkembang di Indonesia, seiring meningkatkan kemauan kalangan muda (milenial dan gen Z) untuk mulai berinvestasi sejak dini. Beberapa startup lokal yang mengembangkan layanan terkait juga mendapatkan dukungan yang cukup baik dari investor. Misalnya Ajaib, bulan Maret 2021 lalu mereka baru merampungkan putaran pendanaan seri A dengan total nilai mencapai 1,3 triliun Rupiah. Setelah Sequoia juga mengumumkan pendanaan lanjutan 938 miliar Rupiah pada Mei 2021.

Di luar itu, juga masih banyak platform lain yang tawarkan layanan investasi dengan berbagai instrumen. Adapun yang juga memberikan akses ke bursa saham AS adalah Pluang – baru terbatas S&P 500; mereka juga didukung Go-Ventures sebagai investor, saat ini juga terintegrasi di ekosistem layanan Gojek.

Application Information Will Show Up Here

Kantongi Pendanaan Awal, Gotrade Ingin Permudah Masyarakat Berinvestasi di Saham Perusahaan Amerika Serikat

Platform investasi saham berbasis di Singapura, Gotrade, telah mengumpulkan $7 juta atau setara 101 miliar Rupiah pendanaan dalam putaran seed yang dipimpin oleh LocalGlobe. Turut terlibat Social Leverage, Picus Capital, dan Raptor Group, serta angel investor yang terkait dari petinggi GoCardless, Skyscanner, Morgan Stanley, Deutsche Bank, dan Rapyd.

Pendanaan awal ini rencananya akan digunakan perusahaan untuk meningkatkan bisnis dan pengembangan produk lebih lanjut, termasuk fokus kepada edukasi pengguna.

“Pasar Amerika Serikat (AS) adalah salah satu penghasil kekayaan terbesar dalam sejarah, tetapi akses ke sana untuk pengguna di luar AS terbilang sulit karena banyaknya hambatan yang kerap ditemui pengguna secara global,” Founder Gotrade Rohit Mulani.

Pendanaan tersebut diterima setelah Gotrade diluncurkan dan hanya bisa digunakan melalui undangan (by invitation only), menghasilkan 20% pertumbuhan dari minggu ke minggu. Lebih dari 100 ribu  pengguna telah mendaftar dalam 13 minggu sejak aplikasi diluncurkan dan diperkenalkan melalui proses word-of-mouth dan referensi pelanggan.

“Berinvestasi di pasar saham seharusnya tidak diperuntukkan bagi mereka kalangan menengah ke atas saja. Kalangan milenial hingga gen Z yang memahami dunia digital lebih dari siapa pun memiliki kesempatan untuk berinvestasi di beberapa perusahaan dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Gotrade membuka Wall Street bagi pengguna kesempatan untuk memiliki saham,” kata Co-founder GoCardless dan CEO Nested Matt Robinson.

Pengguna di Indonesia selain dengan Gotrade, juga bisa berinvestasi ke saham perusahaan AS lewat platform lokal Pluang, hanya saja baru terbatas S&P 500. Sementara beberapa aplikasi lain [dari luar negeri] yang juga cukup populer seperti eToro dan Passfolio.

Tawarkan kemudahan proses trading

Didirikan tahun 2019 lalu oleh David Grant, Norman Wanto, dan Rohit Mulani, Gotrade menawarkan pengguna global akses ke kepemilikan perusahaan-perusahaan asal Amerika Serikat, dengan menghilangkan batasan geografis untuk investasi, dengan tidak memungut komisi dan menghapus ukuran setoran minimum. Pengguna dari 150 negara dapat membeli saham pecahan di Dow Jones, S&P 500, dan NASDAQ mulai dari $1.

Transaksi berlangsung secara seamless dan real time, meskipun perdagangan hanya dilakukan ketika pasar AS dibuka. Semua fractional shares ditampilkan di halaman portofolio pengguna, tempat mereka dapat melacak kinerja, menambahkan perusahaan ke Wish List, dan menjual saham yang tidak ingin lagi mereka miliki. Ketika dividen pada share dibayar, secara otomatis akan masuk ke akun pengguna.

Aplikasi Gotrade dirancang khusus untuk membuat perdagangan lebih menarik dan mudah digunakan dengan menu dan layar yang diciptakan untuk pelanggan milenial dan pengguna tech savvy dari segala usia. Untuk meningkatkan keamanan pengguna, Gotrade hanya bisa digunakan dengan akun uang tunai yang didanai penuh tanpa fasilitas margin.

Tanpa membebankan biaya komisi, Gotrade mengumpulkan sedikit biaya pada pertukaran mata uang dari deposito, dan pendapatan bunga yang dihasilkan dari uang tunai. Saat ini aplikasi bisa diakses secara gratis, tapi ke depannya Gotrade berencana untuk menambahkan pilihan berlangganan berbayar premium kepada pengguna.

“Kami telah menghilangkan hambatan tersebut dengan pecahan saham, tidak ada komisi, hak kepemilikan, inactivity atau biaya dividen dan pengalaman pengguna yang intuitif. Misi kami adalah membuat investasi dapat diakses oleh siapa saja,” kata Rohit.

Application Information Will Show Up Here

Fokus Kembangkan Teknologi Pembelajaran Bahasa Asing, LingoTalk Galang Pendanaan Pre-Seed

Besarnya potensi untuk mengembangkan sektor edutech banyak dimanfaatkan oleh penggiat startup untuk kemudian meluncurkan platform pembelajaran berbasis teknologi. Tak terkecuali oleh LingoTalk, yang hadir menyediakan opsi belajar bahasa asing.

Kepada DailySocial, CEO LingoTalk Andre Benito mengungkapkan, LingoTalk hadir untuk memberikan pilihan belajar bahasa asing secara personal dan efisien. Dengan demikian, bagi pengguna yang ingin menambah wawasan dan kemampuan bahasa asing mereka, bisa melihat secara langsung sejauh mana kapabilitas dan penyerapan pembelajaran selama menggunakan aplikasi tersebut.

“Mimpi besar kami adalah bisa membuat suatu kurikulum yang efisien dengan mengurangi waktu belajar dimulai dari bahasa asing. Mengedepankan teknologi, LingoTalk juga ingin mengadopsi artificial intelligence ke dalam platform,” kata Andre.

Untuk bisa mengembangkan teknologi lebih advance, saat ini LingoTalk sedang menjajaki penggalangan dana untuk tahap pre-seed. Sebelumnya mereka telah mengantongi investasi dari angel investor. Jika dana segar bisa diperoleh dalam waktu dekat, perusahaan ingin fokus kepada product development, merekrut lebih banyak tim engineer, dan mengembangkan sistem rekomendasi.

“Kami menyediakan platform pembelajaran yang akan membuat pengguna semakin nyaman dalam mengakses materi dan belajar bahasa asing di LingoTalk, karena yang menjadi kunci utama bagi kami adalah efisiensi pembelajaran dan personalisasi materi sesuai kebutuhan dengan menggunakan teknologi mutakhir,” kata Andre.

Setelah berhasil membangun LingoTalk aplikasi web di bulan Agustus 2020 lalu, kini mereka memperkenalkan aplikasi LingoTalk Mobile Learning kepada pengguna. Dengan konsep berlangganan yang rencananya akan diluncurkan Q3 tahun ini, nantinya pengguna dengan mudah bisa melanjutkan pilihan paket yang diinginkan secara langsung. Pilihan yang ditawarkan oleh Lingotalk saat ini adalah Pay Per Package.

“Dengan menawarkan konsep subscription kita juga bisa mempertahankan retention dan tentunya mempermudah proses kepada pengguna. Saat ini perjanjian yang kami tawarkan dengan para tutor freelance dan in-house adalah negosiasi dari awal rate mereka,” kata Andre.

Teknologi AI dan kolaborasi

Saat ini LingoTalk menyediakan layanan pembelajaran 10 bahasa internasional berbasis one-on-one, kelas intens, dan kurikulum bahasa yang terpersonalisasi. Mereka telah memiliki lebih dari 10000 pengguna aktif di seluruh Indonesia dengan spesifikasi berbagai usia mulai dari anak, remaja, hingga dewasa.

Meskipun saat ini sudah ada beberapa platform digital yang menawarkan pembelajaran bahasa asing di Indonesia, LingoTalk mengklaim memiliki perbedaan yang cukup signifikan dengan platform serupa lainnya. Salah satunya adalah menerapkan teknologi artificial intelligence ke dalam platform.

Sejak awal LingoTalk dibangun dengan mengembangkan aset yang ada, namun fokus perusahaan ke depannya adalah mengembangkan teknologi. LingoTalk juga ingin memberikan rekomendasi yang lebih personal dan relevan kepada pengguna.

“Kita akan terus mengikuti perkembangan teknologi, awalnya memang masih memanfaatkan tutor, namun kedepannya jika sudah memiliki satu juta pengguna, kami bisa mengembangkan teknologi yang relevan. Misalnya dengan memanfaatkan AI coach, dan bisa lebih fokus kepada spesifik rekomendasi di setiap bahasa yang kami tawarkan,” kata Andre.

Saat ini LingoTalk telah menjalin kolaborasi dengan platform terkait seperti Kiddo. Salah satu potensi yang tengah dikembangkan oleh LingoTalk adalah dengan menawarkan pembelajaran bahasa asing untuk anak.

“Untuk target pengguna saat ini kita cukup beragam. Mulai dari mahasiswa yang ingin melanjutkan studi ke luar negeri hingga profesional muda. Namun ke depannya segmentasi untuk anak akan kami kembangkan memanfaatkan tren FOMO (fear of missing out) di kalangan orang tua,” kata Andre.

Application Information Will Show Up Here

Paragon Pictures Announces Pre Series A Funding from SALT Ventures and Inter Studio

Paragon Pictures today (22/6) announced the pre-series A funding from SALT Ventures and Inter Studio. The investment value is undisclosed. The production house is known operating under Ideosource Entertainment (part of NFC Indonesia and M Cash) which is also an early stage investor.

This additional capital will be focused on producing several new intellectual property (IP) in various forms, including live streaming content with GoPlay, animated children’s videos, series for the OTT platform, and new feature films.

“Our vision is to produce local content in various formats with a unique and fresh perspective for the Indonesian people and globally,” Paragon Pictures’ CEO, Robert Ronny said.

Previously, the IP developer had published several content variants, including several films entitled “Losmen Bu Broto”, “Backstage”, the animation “Ini Budi”, also the live streaming of JKT48 on GoPlay.

“The film industry is included in the pent-up demand industry, it means consumer demand for films by filmmakers, especially in Indonesia, will continue to boom after this pandemic ends,” SALT Ventures’ Managing Partner, Andika Sutoro Putra said.

Meanwhile, Kevin Sanjoto as Inter Studio’s partner added, “In my observation, geographically, politically and culturally, Indonesia was born as a large and unique country, and has a variety of positive local wisdom spread across various regions. Based on those things, the current content ecosystem developing in Indonesia still has enormous opportunities and attractiveness to be able to grow massively.”

In a general note, Inter Studio Group is a production house that has been operating for more than 50 years in Indonesia.

Ideosource Entertainment’s CEO, Andi S. Boediman said, “Furthermore, this investment will open up opportunities to collaborate with Inter Studio in developing new films based on IP assets owned by Inter Studio.”

Since 2018, Ideosource Entertainment has focused on investing in the Indonesian film industry and has been involved in funding various films such as “Keluarga Cemara”, “Gundala”, “Sobat Ambyar”, and “Bebas”. In addition, they have also invested in a number of digital platforms, including GoPlay and Cinepoint.

Regarding companies engaged in the IP sector, there is Visinema which previously invested by a venture capital. In series A led by Intudo Ventures, the company led by Angga Dwimas Sasongko managed to secure 45.5 billion Rupiah in funds.

Entering the same industry, IDN Media introduced IDN Pictures around mid-2020 by acquiring Demi Istri Production House.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Paragon Pictures Umumkan Pendanaan Pra-Seri A dari SALT Ventures dan Inter Studio

Paragon Pictures hari ini (22/6) mengumumkan perolehan pendanaan pra-seri A dari SALT Ventures dan Inter Studio. Tidak disebutkan nominal yang didapat. Diketahui, rumah produksi tersebut saat ini berada di bawah naungan Ideosource Entertainment (bagian dari NFC Indonesia dan M Cash) yang juga merupakan investor tahap awalnya.

Dana modal tambahan ini akan difokuskan untuk memproduksi beberapa intellectual property (IP) baru dengan beragam bentuk, termasuk konten live streaming bersama GoPlay, video animasi anak, serial untuk platform OTT, hingga film layar lebar baru.

“Visi kami adalah menghasilkan konten lokal dalam berbagai format dengan sudut pandang yang unik dan segar bagi masyarakat Indonesia dan juga internasional,” ujar CEO Paragon Pictures Robert Ronny.

Sebelumnya pengembang IP tersebut sudah mempublikasikan beberapa varian konten, termasuk film berjudul “Losmen Bu Broto”, “Backstage”, animasi “Ini Budi”, hingga sajian live streaming JKT48 di GoPlay.

“Industri perfilman termasuk dalam pent-up demand industry, artinya permintaan konsumen akan film-film karya filmmaker khususnya di Indonesia akan booming setelah pandemi ini berakhir,” jelas Managing Partner SALT Ventures Andika Sutoro Putra.

Sementara itu, Kevin Sanjoto selaku Partner Inter Studio menambahkan, “Dalam pandangan saya, secara geografis, politik dan budaya, Indonesia lahir sebagai negara besar dan unik, serta memiliki ragam kearifan lokal positif yang tersebar di berbagai wilayah. Dari keunikan tersebut, ekosistem konten yang saat ini berkembang di Indonesia masih memiliki peluang dan daya tarik yang sangat besar untuk dapat bertumbuh secara masif.”

Seperti diketahui, Inter Studio Group merupakan rumah produksi yang sudah berjalan lebih dari 50 tahun di Indonesia.

CEO Ideosource Entertainment Andi S. Boediman mengatakan, “Lebih lanjut, investasi ini akan membuka kesempatan untuk berkolaborasi dengan Inter Studio dalam mengembangkan film-film baru berdasarkan aset IP yang dimiliki oleh Inter Studio.”

Sejak tahun 2018, Ideosource Entertainment telah memfokuskan investasi di industri film Indonesia dan telah turut dalam pendanaan berbagai film seperti “Keluarga Cemara”, “Gundala”, “Sobat Ambyar”, dan “Bebas”. Selain itu, mereka juga berinvestasi ke sejumlah platform digital, termasuk GoPlay dan Cinepoint.

Terkait perusahaan yang bergerak di bidang IP sendiri, sebelumnya ada Visinema yang juga terima pendanaan dari venture capital. Di seri A yang dipimpin Intudo Ventures, perusahaan yang dinakhodai oleh Angga Dwimas Sasongko berhasil membukukan dana 45,5 miliar Rupiah.

Masuk ke ranah yang sama, IDN Media pada pertengahan tahun lalu juga melahirkan IDN Pictures dengan mengakuisisi rumah produksi Demi Istri Production.

Kredivo Bags 1.4 Trillion Rupiah Debt Funding from Victory Park Capital

The multi-finance startup Kredivo announced additional credit from a US-based investment company, Victory Park Capital Advisors, LLC (VPC) worth of $100 million (more than 1.4 trillion Rupiah). This is the VPC’s second time to top up with the same nominal for Kredivo, the first collaboration occurred in July 2020.

In a virtual press conference with media held by the company today (22/6), Kredivo Indonesia’s CEO, Umang Rustagi said that the funds will be fully channeled to Kredivo’s consumers in Indonesia in need for credit. The company plans to expand financing products beyond just cash loans and transactions on e-commerce platforms.

Positioned as a multi-finance company, Kredivo is preparing financing products for health, education, and vehicles. “The funds provided through this collaboration will be able to accelerate our business scale in 2021 and in the following years, also help achieve our target to serve 10 million customers in Indonesia by 2025,” Rustagi said.

Currently, Kredivo claims to have more than three million users in Indonesia. This number is equivalent to 40% of credit card users totaling 8 million people, after being deducted by an estimate that one person has more than one credit card.

“Kredivo’s consumer growth and disbursement needs in Indonesia are growing rapidly. Through our research, new users have been using the paylater for the past year,” Kredivo’s VP Marketing & Communications, Indina Andamari said.

Rustagi continued, VPC’s decision to top up credit at Kredivo was due to the large potential for the unbanked group in Indonesia. In addition, the company’s ability to maintain risk management and successfully become a sustainable business in the midst of a pandemic over the past year.

Separately, in an official statement, VPC’s Partner, Gordon Watson said, “We are very impressed with Kredivo’s resilience and business growth and are certainly very pleased to continue to strengthen our collaboration with Kredivo. The company represents a unique combination of growth, scale, risk management and financial inclusion in one of the world’s most attractive emerging markets.”

In addition to VPC, Kredivo has previously partnered with a number of local banks as institutional lenders, including Bank Permata with a value of IDR 1 trillion and Partners for Growth with a value of IDR 283 billion. Both institutions entered last year.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Justika Receives Seed Funding from East Ventures and Skystar Capital, Expanding Legal Services for Public

A marketplace for legal services, Justika announced an undisclosed seed funding led by East Ventures, with participation from Skystar Capital. The fresh funds will be used for product development, marketing and talent recruitment to provide added value to users.

East Ventures’ Co-Founder & Managing Partner, Willson Cuaca said the access to legal justice is still a big problem in Indonesia. This is due to the complex procedures and the lack of information about legal access.

Justika has built a platform that can connect lawyers and clients, where they can use various available features. We believe that Justika will democratize legal access and help millions of Indonesians to better understand the law,” he said in an official statement, Tuesday (22/6).

Supporting Willson’s statement with a quote from the “Research Report on Access to Justice in Indonesia 2019” released by the Indonesian Judicial Research Society, Indonesian Legal Roundtable, and the Indonesian Legal Aid Foundation, around 110 million Indonesians have experienced significant legal problems in the last two years.

As many as 71% of them give up on finding solutions because the difficulty to gain access, either because they don’t know what to do or don’t know where to go. Despite these challenges, Justika believes that there is great potential in this industry. With the legal market estimated to be worth $7.5 billion, Justika plans to expand the user base and its product line.

Currently, Justika focuses on three legal areas often faced by the community,  family law, law involving small and medium enterprises, and property law. The company plans to expand and provide access to other legal services the community needs.

“We plan to double our revenue by targeting 7,000 unique monthly paying users next year,” Justika’s Co-Founder and CEO Melvin Sumapung said.

Justika is a digital platform created to connect people who need legal services with lawyers and other support services, such as company establishment agents and translators. The Justika platform is not only innovating how people find lawyers, but also how lawyers work.

Justika uses natural language processing technology or NLP to match clients with attorneys based on service specialties. Once matched, clients can consult a lawyer and get a reply in less than five minutes.

Furthermore, lawyers can also provide other services depending on the client’s needs, such as review or drafting of documents, telephone consultations, negotiations, and advocacy in court. On the other hand, lawyers can easily establish connection with clients through Justika.

Justika is part of Hukumonline legal portal founded by Ahmad Fikri Assegaf, a senior partner at the firm AHP (Assegaf Hamzah & Partners). Ahmad also acts as a co-founder at Justika. Hukumonline now plays an important role in providing better access to justice through online databases, legal analysis, legal clinics, and news.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Kredivo Kembali Peroleh Pinjaman Kredit 1,4 Triliun Rupiah dari Victory Park Capital

Startup multifinance Kredivo kembali mengumumkan tambahan kredit dari perusahaan investasi asal Amerika Serikat, Victory Park Capital Advisors, LLC (VPC) sebesar $100 juta (lebih dari 1,4 triliun Rupiah). Ini kedua kalinya VPC melakukan top up dengan nominal yang sama untuk Kredivo, kerja sama pertama kali terjadi pada Juli 2020.

Dalam konferensi pers virtual bersama sejumlah media yang digelar perusahaan hari ini (22/6), CEO Kredivo Indonesia Umang Rustagi menyampaikan, dana tersebut akan disalurkan sepenuhnya ke konsumen Kredivo di Indonesia yang membutuhkan kredit dalam memenuhi kebutuhannya. Perusahaan berencana untuk memperluas produk pembiayaan tidak hanya sekadar pinjaman cepat (cash loan) dan transaksi di platform e-commerce saja.

Dengan status sebagai multifinance, Kredivo sedang mempersiapkan produk pembiayaan untuk kesehatan, pendidikan, dan kendaraan bermotor. “Dana yang tersedia melalui kerja sama ini akan mampu mengakselerasi skala bisnis kami pada 2021 dan tahun-tahun selanjutnya, juga membantu mencapai target kami untuk melayani 10 juta pelanggan di Indonesia pada 2025,” ujar Rustagi.

Saat ini Kredivo mengklaim telah memiliki lebih dari tiga juta pengguna di Indonesia. Angka tersebut setara dengan 40% pengguna kartu kredit yang berjumlah 8 juta orang, setelah dikurangi dengan diestimasi satu orang memiliki lebih dari satu kartu kredit.

“Pertumbuhan konsumen Kredivo dan kebutuhan disbursement di Indonesia sangat cepat. Dalam riset kami disampaikan pengguna baru menggunakan paylater itu satu tahun belakangan,” tambah VP Marketing & Communications Kredivo Indina Andamari.

Rustagi melanjutkan, keputusan VPC untuk melakukan top up kredit di Kredivo tak lain karena masih besarnya potensi kelompok unbankable di Indonesia. Serta, kemampuan perusahaan dalam menjaga manajemen risiko dan berhasil menjadi bisnis yang sustain di tengah pandemi selama setahun terakhir.

Secara terpisah dalam keterangan resmi, Partner VPC Gordon Watson mengatakan, “Kami sangat terkesan dengan resiliensi dan pertumbuhan bisnis Kredivo dan tentunya sangat senang dapat terus mempererat kerja sama kami dengan Kredivo. Perusahaan ini merepresentasikan kombinasi unik antara pertumbuhan, skala bisnis, manajemen risiko, dan inklusi keuangan di salah satu pasar berkembang paling atraktif di dunia.”

Selain VPC, sebelumnya Kredivo telah bermitra dengan sejumlah bank lokal sebagai lender institusi, di antaranya Bank Permata senilai Rp1 triliun dan Partners for Growth senilai Rp283 miliar. Keduanya masuk pada tahun lalu.

Application Information Will Show Up Here