The Integration of E-money and Apps Marketplace Resulting an Easy Access for Public Purchasing

The total credit card distribution as recorded in June 2019 is at 17.21 million. Debit cards available for online transactions are also limited. These two become the obstructions to all Indonesian users in buying or paying for digital products on the app market platform, such as Google Play and App Store.

The app market integration with local e-money platforms becomes an alternative to increase app purchasing. According to Bank Indonesia, in November 2019, the nominal for transactions using electronic money exceeded 16 trillion Rupiah, it’s 8 times higher from January’s record at less than 2 trillion Rupiahs.

Google Play was prior to collaborating with GoPay, while the App Store officially took a similar step with Dana this week.

GoPay quoted a huge number of transactions. The total expense of Indonesians spending on mobile apps in 2018 is to reach $313.6 million (more than 4.3 trillion Rupiah).

Based on iPrice’s data compilation, GoPay and Dana are on the top three positions for the largest monthly active users in Indonesia. The integration of both platforms with the app marketplace is likely to increase the consumption of digital products in Indonesia because Google Play and iOS App Store are worldwide’s two biggest marketplace(s) for applications.

Asia Pacific, including Indonesia, is a treasure market for Google Play’s app market, in terms of users and developers. App Annie noticed the significant growth in download and consumer spend rate. In 2017, the Asia Pacific Region has contributed over $11 billion of Google Play’s total income of $22 billion, in the games and dominating apps categories.

Consumer record download / App Annie
Consumer record download / App Annie

As quoted in App Annie’s report titled “State of Mobile 2020”, in terms of global gross app revenue, both Google Play and Apple’s App Store are improving. Google Play with 13.2% in the first quarter of 2019 (compared to the previous year), while the App Store made a similar increase by 19.6%.

Worldwide gross app revenue / AppIntentiv
Worldwide gross app revenue / AppIntentiv

If there is one thing to expect from the e-money integration with the app marketplace is the opportunities for local developers to have acceptance. The easy payment is to encourage the app development ecosystem growth.

With the average rate of $1-$2 per app, there shouldn’t be any obstacles for local consumers to pay for the digital content. This is a key to unlock the door to market education in order to support anti “digital products piracy”. Not only the applications and games, but also movies, music, and books.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

 

Integrasi Uang Elektronik dan Pasar Aplikasi Mudahkan Pengguna Indonesia Lakukan Pembelian

Data jumlah kartu kredit yang beredar pada tahun Juni 2019 ada di angka 17,21 juta. Jumlah kartu debit yang bisa digunakan untuk bertransaksi online juga masih terbatas. Dua hal ini yang selama ini menghambat pengguna di Indonesia untuk membeli atau membayar produk digital di marketplace aplikasi, seperti Google Play dan App Store.

Integrasi marketplace aplikasi dengan platform e-money lokal menjadi langkah alternatif menarik untuk menggenjot pertumbuhan pembelian aplikasi. Menurut data Bank Indonesia di bulan November 2019, tercatat nominal transaksi menggunakan uang elektronik mencapai lebih dari 16 triliun Rupiah, melonjak 8 kali lipat dibanding bulan Januari yang tercatat kurang dari 2 triliun Rupiah.

Google Play sudah lebih dulu hadir merangkul GoPay, sedangkan App Store mulai melangkah menggandeng Dana secara resmi minggu ini.

Data yang dikutip pihak GoPay cukup fantastis. Total pengeluaran masyarakat Indonesia untuk belanja aplikasi mobile tahun 2018 mencapai $313,6 juta (lebih dari 4,3 triliun Rupiah).

Menurut kompilasi iPrice, GoPay dan Dana merupakan top three untuk jumlah pengguna bulanan platform uang elektronik terbesar di Indonesia. Integrasi keduanya dengan marketplace aplikasi akan membuka peluang meningkatnya konsumsi produk digital di Indonesia, karena de facto Google Play dan iOS App Store merupakan dua marketplace aplikasi paling besar di dunia.

Asia Pasifik, termasuk Indonesia, merupakan pasar penting bagi ekosistem aplikasi di Google Play. Tidak hanya pengguna tetapi juga pengembang. App Annie mencatat adanya pertumbuhan signifikan pada pertumbuhan download dan consumer spend. Di tahun 2017 regional Asia Pasifik menyumbang lebih dari $11 miliar dari total $22 miliar pendapatan Google Play, dengan kategori games dan aplikasi yang banyak mendominasi.

Consumer record download / App Annie
Consumer record download / App Annie

Menurut laporan App Annie bertajuk “State of Mobile 2020”, secara global gross app revenue, baik Google Play maupun Apple App Store, mengalami peningkatan. Google Play mengalami peningkatan 13,2% di paruh pertama 2019 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, sedangkan App Store meningkat 19,6% di paruh pertama 2019 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Worldwide gross app revenue / AppInventiv
Worldwide gross app revenue / AppInventiv

Salah satu yang diharapkan dari integrasi e-money dengan marketplace aplikasi adalah terbukanya peluang pengembang lokal untuk mendulang penerimaan. Kemudahan pembayaran menjadi pintu untuk mendorong tumbuhnya ekosistem pengembangan aplikasi.

Dengan rata-rata harga aplikasi berkisar antara $1-$2, seharusnya tidak ada lagi penghalang bagi konsumen lokal untuk membayar konten-konten digital yang diminatinya. Ini merupakan senjata paling ampuh mengedukasi pasar dalam membantu memerangi penggunaan “produk digital bajakan”. Tak hanya soal aplikasi dan permainan, tetapi juga film, musik, dan buku.

Kaleidoskop Industri Fintech Pembayaran dan Lending Selama Tahun 2019

Dinamika perjalanan startup fintech terus menggeliat hingga tahun ini, terutama untuk dua industri fintech terbesar, yakni pembayaran dan lending. Masih tajamnya jumlah underbanked dan unbanked masih menjadi optimisme pemain fintech untuk terus bergerak maju.

Berbekal laporan e-Conomy SEA 2019, ada 51% penduduk Indonesia yang masuk ke golongan unbanked; underbanked 26%; dan banked 23%. Sementara, secara umum, 75% penduduk di Asia Tenggara masuk kategori underbanked dan unbanked. Mereka ini kurang terlayani karena berbagai alasan, salah satunya infrastruktur dan regulasi yang ketat.

Satu data ini menjadi pendukung bahwa baik di Indonesia, maupun negara lain di ASEAN punya peluang yang besar untuk menggarap lini pembayaran dan lending. Maka, tak heran, bila pada tahun ini ada sejumlah pemain lending yang ekspansi ke luar Indonesia.

Investasi terbesar dipegang oleh sektor fintech

Menurut laporan DSResearch, tercatat ada 110 investasi yang diumumkan startup dan/atau investor per 18 Desember 2019. Dari jumlah ini, fintech mendapatkan porsi terbanyak dengan 23 transaksi, disusul SaaS (9), e-commerce (8), dan logistik (6).

Bila dijabar lebih dalam, mengutip dari Fintech Report 2019, pendanaan untuk startup fintech lending dengan tahap tertinggi adalah Akulaku yang memperoleh pendanaan Seri D sebesar $100 juta dipimpin Ant Financial.

Kemudian menyusul kompetitor terdekatnya, Kredivo dengan pendanaan Seri C senilai $90 juta (lebih dari Rp1,2 triliun) dipimpin Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund dan Square Peg.

Berikutnya untuk Seri B, terdapat Investree, Amartha, KoinWorks, dan UangTeman. Besar kemungkinan perusahaan ini akan kembali menggalang dana untuk tahun depan, seperti halnya Investree yang sudah sesumbar sedang dalam penggalangan Seri C untuk ekspansi regional tahun depan.

Bagaimana dengan fintech pembayaran? Menurut laporan kami, dari 23 transaksi, hanya ada satu pendanaan yang masuk ke vertikal fintech ini, yakni Aino. Startup ini memperoleh pendanaan tahap awal sebesar $4 juta dari TIS.

Mereka bergerak di bidang platform pembayaran non tunai dengan menggunakan uang elektronik di sektor publik, seperti tiket transportasi, bayar parkir, tol, vending machine, hingga tiket wahana wisata.

Ekspansi ke negara ASEAN

Kembali ke premis awal, baik Indonesia maupun negara ASEAN lainnya, kecuali Singapura, punya potensi yang besar untuk menggalakkan bisnis lending dan pembayaran.

Indonesia selalu menjadi benchmark suatu perusahaan, bila sukses menjadi pemain terdepan di sini, artinya ada optimisme yang tinggi ketika ekspansi ke negara lain. Mereplikasinya lalu menyesuaikan dengan unsur lokalisasi yang berlaku di negara tersebut.

Keyakinan inilah yang membuat pemain lending yakin untuk ekspansi ke negara tetangga. Diantaranya adalah Kredivo dan Investree. Kredivo berencana untuk masuk ke Filipina pada tahun ini. Wacana ini kembali menyeruak, setelah pending sejak pertama kali sesumbar di 2018.

Sementara, Investree akan melanjutkan ekspansinya ke Filipina, setelah sukses hadir di Thailand dan Vietnam. Di Vietnam, Investree hadir dengan brand eLoan. Sementara di Thailand tetap dengan brand Investree Thailand. Model bisnis yang ditawarkan kurang lebih mirip dengan Indonesia, pembiayaan invoice dan modal usaha.

Pemain lainnya adalah Kredit Pintar yang masuk ke pasar Filipina dengan brand Atome. Layanan yang disajikan juga kurang lebih sama yakni payday loan dengan nominal dari Rp270 ribu sampai Rp2,7 juta.

Kolaborasi incar vertikal fintech yang lain

Pergerakan vertikal fintech, berkat teknologi, tidak harus melulu menyediakan satu lini produk saja. Sebabnya, kebutuhan finansial seorang manusia itu selalu berkembang.

Jalur pertama masuk ke layanan finansial adalah melalui e-wallet ketika ia hanya punya smartphone, tapi tidak punya rekening bank (unbanked). Semakin ia terbiasa transaksi non tunai, di tambah hadirnya asumsi bahwa ekonominya meningkat.

Disitulah muncul kebutuhan produk pinjaman payday loan, mengingat mereka belum masuk sebagai nasabah bank. Bila mereka adalah pengusaha, maka ada kebutuhan pinjaman untuk mengembangkan usahanya.

Semakin terbentuklah skoring kredit yang bisa dipakai untuk menentukan kualitas finansial seseorang. Di saat yang sama, mereka bisa masuk sebagai nasabah bank untuk menerima fasilitas finansial lebih dalam, atau bisa membeli produk asuransi, dan mulai berinvestasi.

Logika inilah yang melatarbelakangi perkembangan produk fintech, terlihat dari pergerakan para pemain fintech pembayaran dari awal hingga kini. Ovo segera menghadirkan produk reksa dana, bekerja sama secara strategis, sekaligus menunjuk CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra sebagai Presiden Direktur Ovo.

Karaniya Dharmasaputra
Co-Founder CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra yang kini jadi Presdir Ovo

Di saat yang bersamaan, Ovo merilis dua produk turunan lending bersama Taralite, portofolio di bidang lending, untuk menyasar pinjaman produktif untuk pengusaha dan payday loan untuk mitra GrabCar. Vertikal bisnis Ovo diperluas untuk bisnis big data dengan membuat smart vending machine “Ovo SmartCube.”

Perusahaan bersama Tokopedia pada awal tahun ini merilis Ovo PayLater untuk memudahkan transaksi dalam platform tanpa harus memiliki kartu kredit.

Kompetitor terdekatnya, GoPay perluas fungsinya tidak hanya mendukung seluruh layanan dalam ekosistem Gojek saja. Kini menyentuh berbagai fasilitas baik di sektor publik, hadir sebagai salah satu opsi pembayaran di Samsung Pay bersama Dana.

Tak lupa, bermitra dengan pemain global lainnya seperti Boku dari Inggris, membuka pintu bagi mitra global Boku di Indonesia untuk menggunakan GoPay sebagai opsi pembayaran digital.

Saldo GoPay kini mendukung untuk pembelian reksa dana di aplikasi Bibit atau beli emas lewat Pluang. Untuk produk lending, GoPay memanfaatkan Findaya dalam merilis PayLater pada tahun lalu.

Pluang juga menjadi mitra untuk salah satu produk di Bukalapak yakni Cicil Emas, dalam rangka memperkuat jajaran produk finansial sebelumnya BukaEmas dan BukaReksa.

Polda Metro Jaya menggandeng GoPay sebagai mitra pembayaran non tunai untuk pembuatan dan perpanjangan SIM. Memperdalam penetrasi GoPay di layanan publik
Polda Metro Jaya menggandeng GoPay sebagai mitra pembayaran non tunai untuk pembuatan dan perpanjangan SIM. Memperdalam penetrasi GoPay di layanan publik

Rumor terpanas yang terjadi tahun ini adalah konsolidasi Dana dan Ovo untuk mengalahkan dominasi GoPay. Dikatakan selambat-lambatnya pada kuartal pertama tahun depan rampung. Kedua belah pihak kompak tidak mau berkomentar terkait rumor yang beredar.

Pemain pembayaran berikutnya ada LinkAja yang agresif merilis berbagai produk, seperti syariah, produk PayLater kerja sama dengan Kredivo. Terakhir, hadir sebagai alternatif metode pembayaran di aplikasi Gojek dan Grab, yang sebelumnya dimonopoli oleh GoPay dan Ovo.

LinkAja memperkuat kehadirannya di jaringan publik milik negara, misalnya untuk Commuter Line dan dalam waktu dekat segera hadir di MRT Jakarta.

Dari sisi pemain lending, semakin banyak yang tertarik sebagai agen penjualan SBN agar memberikan nilai tambah buat para investor. Di samping itu, platform mereka juga dijadikan sebagai channel penjualan produk asuransi. Seperti yang dilakukan oleh Tanamduit dengan Premiro.

Peluang e-commerce dan merchant online-nya tidak menyurutkan incaran para pemain lending untuk bermitra dengan platform marketplace. Seperti yang dilakukan Modalku untuk Tokopedia yang merilis produk Modal Toko.

Catatan fintech lending, belajar dari Tiongkok

Sebelum mengawali kaleidoskop, Indonesia boleh bernafas lega karena regulatornya yang aktif mengawal perkembangan fintech karena belajar dari negara lain. Tiongkok menjadi contoh negara yang memiliki bahan ajar terbaik untuk tidak melakukan kesalahan yang sama, sekaligus patut diwaspadai gerak geriknya.

Tahun ini menjadi senjakala untuk industri p2p lending di Tiongkok. Regulator memerintahkan kepada seluruh pemain p2p lending untuk transisi jadi penyedia pinjaman kecil dalam dua tahun mendatang.

Mereka harus memenuhi syarat modal minimal tidak kurang dari RMB 50 juta (hampir Rp100 miliar) untuk menjadi perusahaan pinjaman kecil regional. Sementara untuk operasi nasional, nominalnya naik tidak kurang dari RMB 1 miliar (hampir Rp2 triliun).

Di saat yang bersamaan, mereka harus membersihkan pinjaman outstanding dalam waktu kurang dari setahun sebelum beralih ke pinjaman kecil. Platform yang diindikasi fraud dan memiliki risiko kredit serius akan dilarang melakukan transisi dan dipaksa tutup.

Penertiban ekstrem ini diambil karena ingin menghapus praktek shadow banking dan skema ponzi yang dianut para pemain p2p lending ‘nakal’, mengakibatkan gurita skandal.

Bisnis p2p lending di Tiongkok mulai tumbuh sejak 2011 dan sempat mencapai volume penyaluran RMB 1,3 triliun (setara Rp2.644 triliun) pada Juni 2018. Pada puncaknya, ada 50 juta investor tercatat di platform ini tersebar di sekitar 6.200 platform.

Saking menggeliatnya, disebutkan muncul tiga platform baru setiap harinya. Pertimbangan regulator untuk tidak meregulasi secara disengaja dengan harapan lebih mudahnya akses menerima pendanaan buat pengusaha kecil di sana, tapi malah jadi malapetaka.

Tercatat, saat ini hanya 427 platform p2p lending yang beroperasi pada akhir Oktober 2019, menurut data termutakhir dari China Banking and Insurance Regulatory Commission (CBIRC).

Pengetatan aturan yang ekstrem akhirnya membuat Lufax, salah satu pemain p2p lending terbesar di sana, menyatakan untuk keluar total dari ranah ini dan beralih ke pinjaman komersial biasa di bawah bank.

Lufax berdiri pada 2011, disebutkan pada akhir tahun lalu memiliki dana kelolaan sekitar RMB 370 miliar (setara Rp752 triliun), 80% dana tersebut berasal dari portofolio p2p lending.

Pengalaman mahal ini sudah sepatutnya menjadi perhatian buat semua stakeholder di industri terkait. Pendekatan yang dilakukan OJK untuk mengatasi isu di Tiongkok agar tidak terjadi di Indonesia, kian hari kian ketat.

Untuk mencegah skema ponzi, OJK menerapkan kewajiban escrow account. Sementara untuk risiko borrower meninggal atau masa sulit, dibuka peluang kerja sama dengan asuransi kredit, atau restrukturisasi hutang.

Terobosan lainnya, OJK menerapkan collection dengan menggunakan jasa collector yang bersertifikasi resmi, memanfaatkan Fintech Data Center dan membatasi akses smartphone konsumen untuk skoring kredit, membatasi tingkat bunga dan penalti tidak boleh melewati pokok, wajib menggunakan digital signature, dan masih banyak lagi.

Pemain yang tidak mematuhi aturan tersebut, jangan harap bisa mendapat izin usaha dari OJK. Terhitung OJK baru memberikan izin untuk 25 pemain p2p dan 119 pemain yang lain tengah dalam proses perizinan.

Pemberian izin usaha p2p lending untuk 12 pemain dari OJK / DailySocial
Pemberian izin usaha p2p lending untuk 12 pemain dari OJK / DailySocial

Jumlah penambahan izin ini sempat mandeg dari 2017 hanya ada satu, baru terjadi penambahan pada awal 2019 berangsur-angsur hingga menjelang akhir tahun. OJK mengeluarkan sekaligus untuk 12 perusahaan dalam satu waktu.

Bukan tanpa sebab, fintech lending ini melibatkan uang publik sehingga regulator harus berhati-hati dalam memberikan izin. Sejak 2018 sampai November 2019, Satgas Waspada Investasi menemukan 1.898 fintech lending ilegal.

Mereka mencoba tindakan fraud karena ada beberapa server-nya dioperasikan di negara lain. Protocol internet-nya berjalan dinamis, tidak dari satu negara saja yang terdeteksi, melainkan ada dari Amerika Serikat, kemudian berubah ke Tiongkok, dan Eropa.

Selain mengencangkan aturan dari berbagai sisi, bahkan OJK sudah mewacanakan rencana pembatasan pemain lending. Kendati, menurut Direktur Pengaturan Perizinan dan Pengawasan Fintech OJK Hendrikus Passagi masih menunggu rekomendasi dari AFPI terkait angka idealnya.

“AFPI belum pernah menyampaikan kepada kami, sebab kalaupun kami mau batasi harus ada dasarnya yaitu dari AFPI sebab mereka yang paling paham, apa sebenarnya kebutuhan dari publik. Tentunya kami akan tunggu usulan mereka,” katanya, Kamis (19/12).

[Panduan Pemula] Cara Tarik Saldo GoPay ke Rekening Bank

Saldo GoPay, selain bisa untuk dipakai belanja dan menggunakan layanan GoRide dan Gocar, juga bisa ditransfer ke rekening bank untuk keperluan lainnya. Karena fiturnya ini, banyak pengguna yang menggunakan GoPay sebagai metode pembayaran transaksi online.

Jadi, seperti apakah cara transfer saldo GoPay ke rekening bank? Mari kita langsung coba!

  • Jalankan aplikasi GoJek di smartphone Anda, kemudian di bilah GoPay (paling atas), tap tombol Lainnya. Lalu, pilih menu Tarik.

Screenshot_20191205-150345_Gojek(1)

  • Selanjutnya, sebelum memasukkan nominal yang ingin ditransfer atau ditarik, pertama-tama tambahkan no rekening bank Anda terlebih dahulu.

Screenshot_20191205-150424_Gojek(1)

  • Masukkan nama bank, nama pemilik rekening, dan nomornya.

Screenshot_20191205-150351_Gojek(1)

  • Setelah ditambahkan, sekarang nomor rekening tersebut akan selalu muncul setiap kali Anda menarik dana.
  • Sekarang, masukkan nominal yang ingin ditarik lalu tap tombol Tarik.

Screenshot_20191205-150436_Gojek(1)

  • Langkah selanjutnya, GoPay akan meninjau kembali perintah penarikan dana Anda. Jika sudah pas, tap tombol Konfirmasi.

Screenshot_20191205-150457_Gojek(1)

Terakhir, GoPay akan meminta Anda memasukkan PIN keamanan sebelum dana ditransfer ke rekening yang Anda pilih. Selesai, dana akan ditransfer di jam kerja dengan biaya tambahan.

[Panduan Pemula] Cara Beli Diamond Game Free Fire di Go-Jek

Gojek tidak hanya menawarkan kemudahan soal transportasi saja. Tapi juga layanan top up berbagai keperluan termasuk gaming. Salah satu game yang sudah didukung adalah game Free Fire.

Cara membeli diamond di GoJek sangat mudah, hampir sama mudahnya dengan topup pulsa atau token PLN Anda.

  • Buka aplikasi Gojek yang sudah terinstall di perangkat Anda.
  • Setelah berada di halaman utama, klik Menu Lainnya.

Cara Beli Diamond Game Free Fire di Gojek (1)

  • Kemudian setelah masuk ke Menu Lainnya, klik Go-Bills atau menu Tagihan.
  • Di menu Tagihan atau Go-Bills, Anda akan melihat beberapa layanan yang bisa dibayar dengan Gojek.

Cara Beli Diamond Game Free Fire di Gojek (2)

  • Pilih layanan Game Voucher di menu tersebut.

Cara Beli Diamond Game Free Fire di Gojek (3)

  • Jangan lupa untuk memilih game Free Fire yang supaya tidak terjadi kesalahan.
  • Setelah memilih game Free Fire, kemudian pilih berapa jumlah Diamond yang ingin Anda beli. Ada beberapa pilihan dari 5 Diamond sampai 3640 Diamond.
  • Pilih sesuai budget Anda.

Cara Beli Diamond Game Free Fire di Gojek (4)

  • Jangan lupa juga untuk mengisi Player ID di kolom yang sudah tersedia.

Cara Beli Diamond Game Free Fire di Gojek (5)

  • Klik Lanjut.
  • Selanjutnya, Anda tinggal membayar top up Diamond dengan saldo Gopay atau PayLater.

Selesai, sekarang jalankan game Free Fire dan lihat diamond yang sudah dibeli.

Pengguna TransferWise Bisa Kirim Uang dari Luar Negeri ke Akun Dana, Gopay, dan Ovo

TransferWise, startup remitansi berbasis di Eropa disebut sudah mulai memproses pembayaran internasional ke beberapa e-wallet Indonesia, Filipina, dan Bangladesh. Dikutip dari Reuters, langkah tersebut dilakukan untuk melebarkan jangkauan penerimaan pembayaran dan menjadi keseriusan perusahaan dalam memasuki pasar Asia.

Di luar itu, pertimbangan paling besar mungkin karena maraknya penggunaan aplikasi e-wallet di kawasan tersebut, sekaligus masih banyaknya kalangan unbanked di negara berkembang yang disasar.

“Ini pengakuan bahwa mungkin di masa depan kita akan melihat dompet yang sama dengan rekening bank,” terang CEO  TransferWise Kristo Käärmann.

Untuk Indonesia pengguna TransferWise bisa melakukan pengiriman uang ke Gopay, Ovo, dan Dana. Ketiganya saat ini masuk dalam jajaran pemimpin pasar untuk aplikasi pembayaran digital di Indonesia berkat integrasi dan kolaborasi yang dilakukan dengan banyak layanan.

Sementara untuk Filipina pengguna TransferWise dapat melakukan pembayaran ke layanan GCash yang juga didukung oleh Ant Financial dan PayMaya. Dan untuk Bangladesh memungkinkan penggunanya mengirimkan ke BKash.

Prosesnya masih satu arah, aplikasi e-wallet tersebut hanya bisa menerima pengiriman uang dari luar. Sementara untuk pengiriman uang belum bisa dilakukan.

Detail biaya pengiriman dan dana maksimal juga belum diinformasikan. Namun jika melihat batasan yang ada di aturan Bank Indonesia mengenai e-money, maksimal nilai yang disimpan 10 juta Rupiah, dengan transaksi per bulan maksimal 20 juta Rupiah.

Di Indonesia, layanan remitansi sendiri diatur oleh Bank Indonesia. Setiap pemain yang akan menghadirkan layanan terkait wajib untuk mendapatkan lisensi dari otoritas. Sejauh ini sudah ada beberapa pemain yang menawarkan solusi pengiriman uang ke luar negeri, salah satunya Top Remit.

Cara Patungan GoPay dengan Teman di Aplikasi Go-Jek

Fungsi dari fitur chat di aplikasi GoPay sebenarnya bukan seperti yang Anda bayangkan. Tak seperti fitur serupa di layanan aplikasi pesan instan, fitur Chat di Gojek punya fungsi lebih di mana sesama pengguna Gojek bisa saling traktir, saling kirim saldo GoPay atau bisa juga untuk patungan beli sesuatu.

  • Jalankan aplikasi GoJek seperti biasa, kemudian tap menu Chat.

Screenshot_20191024-105900_Gojek

  • Klik ikon plus di kanan atas layar smartphone Anda, kemudian pilih kontak teman yang akan diajak patungan.

Screenshot_20191024-105941_Gojek

  • Setelah dipilih, tap tombol tambah di kiri bawah dan tap Minta.

Screenshot_20191024-105954_Gojek

  • Masukkan nominal yang diinginkan dan tap Konfirmasi.

Screenshot_20191024-110213_Gojek

  • Selanjutnya, permintaan akan dikirimkan dan penerima akan melihat notifikasi seperti ini.

Screenshot_20191024-110200_One UI Home

  • Di smartphone penerima, tap tombol Bayar.

Screenshot_20191024-110209_Gojek

  • Kemudian konfirmasi pembayaran

Screenshot_20191024-110219_Gojek

  • Masukkan PIN GoPay Anda, dan selesai.

Screenshot_20191024-110226_Gojek

  • Pesan notifikasi selanjutnya akan dikirimkan kepada kedua belah pihak.

Screenshot_20191024-110233_Gojek

  • Sekarang, Anda sudah mendapatkan saldo GoPay yang diminta. Selamat berbelanja.

Boku Partners with GoPay as a Payment Option at Global Services in Indonesia

Boku mobile payment platform partners with GoPay. The agreement creates an opportunity for its global partners in Indonesia to use GoPay as the digital payment option.

The company based in London, England, plays the role as a payment solution that connects 170 operators worldwide to its global partners, such as Apple, Facebook, Google, Microsoft, Netflix, Spotify, and Paypal.

“Our mission is to create seamless transactions and partnering with GoPay is a big step to achieve the goal,” Boku’s CEO, Jon Prideaux said.

GoPay is one of the leading players in the digital payment in Indonesia. Google, one of Gojek’s investors, has put GoPay as one of its payment options in late July 2019.

Aside from its own app, GoPay (with Dana) will be available through Samsung Pay.

“With Boku’s global merchants network, we can help Indonesian traditional consumers to participate in the digital economy worldwide,” Gopay’s SVP Digital Product, Timothius Martin said.

This maneuver makes sense due to Indonesia’s e-wallet market has been rapidly growing. Redseer‘s report projected the market to grow up to US$25 billion or Rp354 trillion by 2025, multiple times over US$1.5 billion equivalent to Rp21.2 trillion in 2018.

“We aim to continue the collaboration with GoPay to introduce non-cash payment to more users and more acquisitions of Indonesia’s global partner users,” he added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Boku Gandeng GoPay untuk Opsi Pembayaran Layanan Global di Indonesia

Platform pembayaran mobile Boku menggandeng GoPay dalam sebuah kesepakatan kerja sama. Kesepakatan ini membuka pintu bagi mitra global Boku di Indonesia menggunakan GoPay sebagai opsi pembayaran digital.

Boku adalah perusahaan asal London, Inggris, yang bergerak sebagai solusi pembayaran yang menghubungkan 170 operator seluler di seluruh dunia dengan mitra global seperti Apple, Facebook, Google, Microsoft, Netflix, Spotify, hingga Paypal.

“Misi Boku adalah menciptakan transaksi lebih sederhana dan kemitraan dengan GoPay ini merupakan langkah besar mewujudkan misi itu,” ujar CEO Boku Jon Prideaux.

GoPay sendiri adalah salah satu pembayaran digital paling populer di Indonesia. Sebelumnya di akhir Juli 2019, Google, salah satu investor Gojek, telah memasukkan GoPay sebagai salah satu metode pembayaran yang didukungnya.

Tak cukup melalui aplikasinya sendiri, GoPay (bersama Dana) akan dapat digunakan melalui Samsung Pay.

“Dengan jaringan merchant global dari Boku, kami dapat segera membantu konsumen tradisional Indonesia berpartisipasi dalam ekonomi digital dunia,” ucap SVP Digital Product GoPay Timothius Martin.

Manuver Boku ini dapat dipahami karena pasar dompet elektronik di Indonesia tumbuh dengan cepat. Laporan Redseer memperkirakan pasar itu akan tumbuh hingga US$25 miliar atau Rp354 triliun pada 2025 nanti, naik berkali-kali lipat dari US$1,5 miliar atau Rp21,2 triliun pada 2018.

“Kami berharap melanjutkan kolaborasi dengan GoPay untuk menghadirkan pembayaran nontunai ke lebih banyak pengguna dan menambah akuisisi pengguna bisnis global yang beroperasi di Indonesia,” tutup Prideaux.

Application Information Will Show Up Here

Samsung Pay Resmi Gandeng Dana dan GoPay

Setelah sebelumnya diperkenalkan awal tahun 2019, Samsung Pay meresmikan kerja sama strategis dengan Dana dan GoPay untuk pengguna smartphone Samsung di Indonesia. Kepada media, Head of Product Marketing IT and Mobile Samsung Electronics Indonesia Denny Galant mengklaim, kehadiran Samsung Pay sebelumnya telah disambut baik di berbagai negara. Di Indonesia, Samsung Pay menggandeng Dana dan GoPay yang dinilai sudah memiliki positioning yang kuat dan platform dompet elektronik yang populer di Indonesia.

“Tujuan utama kami adalah memberikan kemudahan layanan kepada pengguna. hanya satu akses dan cara cepat dan mudah memanfaatkan camera, proses pembayaran menggunakan Dana dan GoPay bisa melalui smartphone Samsung.”

Semua smartphone Samsung yang diluncurkan tahun 2019 secara otomatis bisa memanfaatkan Samsung Pay secara pre-installed. Untuk seri lainnya juga bisa memanfaatkan Samsung Pay dengan mengunduh aplikasinya, selama versi OS smartphone tersebut adalah Android Pie. Samsung Pay hanya berfungsi sebagai akses, bukan dompet elektronik yang diterbitkan oleh Samsung.

“Kita berupaya untuk memberikan kemudahan kepada pengguna yang saat ini banyak menggunakan aplikasi dompet digital. Berdasarkan riset Kadence Indonesia tahun 2019, sebanyak 57% pengguna smartphone telah memiliki uang elektronik dalam aplikasi maupun kartu fisik,” kata Denny.

Samsung sendiri saat ini mengklaim telah memiliki 70% market share untuk seri premium. Jumlah tersebut bisa dimanfaatkan Dana dan GoPay untuk memperluas layanan sekaligus menambah jumlah pengguna. Untuk saat ini Samsung Pay dengan Dana sudah bisa dinikmati pengguna, sementara untuk GoPay, baru bisa diluncurkan awal tahun 2020 mendatang.

Jaminan keamanan Dana

Pengguna yang ingin menikmati akses akun Dana di Samsung Pay, tidak harus mengunduh aplikasi Dana. Di aplikasi Samsung Pay, integrasi platform Dana sudah lengkap dengan pilihan pembayaran, transfer, dan lainnya.

Pengguna tidak perlu lagi membuka aplikasi Dana jika ingin melakukan pembayaran. Hanya dengan akses camera, QR Code yang diminta untuk proses pembayaran bisa langsung di-scan dan secara otomatis akan terkoneksi dengan akun Dana pengguna.

“Sebagai global player yang telah memiliki jumlah pengguna yang besar, kami melihat kerja sama ini sangat menguntungkan Dana. Sesuai dengan misi dan visi dana memudahkan penyebaran cashless society di Indonesia,” kata CEO Dana Vincent Iswara.

Dari sisi keamanan, Dana menjamin semua proses berlapis telah diterapkan, sehingga para pemilik akun Dana tidak perlu merasa khawatir akan akses terbuka yang terdapat dalam Samsung Pay.

Setelah kerja sama dengan Dana dan GoPay, Samsung Pay juga memiliki rencana untuk menjalin kemitraan dengan platform dompet elektronik lainnya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here