Tawarkan Pengalaman Baru, Bank Mandiri Siap Hubungkan Layanan Bank dan Virtual Imersif

Setelah ramai transformasi perbankan ke ranah digital, kini industri perbankan nasional memasuki babak baru dengan mantap merambah dunia realitas virtual, Metaverse.

Eksplorasi ini dilakukan guna memenuhi semua kebutuhan nasabah dan menawarkan pengalaman yang berbeda dari banking konvensional maupun digital pada umumnya. Dengan teknologi AR, VR, dan AI yang ditawarkan, Metaverse digadang mampu mewujudkan interaksi di sektor perbankan pada dunia virtual selayaknya di kehidupan nyata. 

Bank Mandiri siapkan diri untuk ekspansi ke Metaverse

Untuk membangun masa depan dunia perbankan nasional dan mewujudkan visi beyond banking, Bank Mandiri berencana untuk melakukan inovasi dengan memperluas layanan digitalnya ke dalam dunia Metaverse.

Diketahui baru-baru ini (16/3),  bank berpita emas ini sudah mengumumkan rencana ekspansi bisnis ke metaverse dengan menandatangani nota kesepahaman  dengan WIR Group, perusahaan yang berfokus pada teknologi Metaverse seperti Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR), dan Artificial Intelligent.

Direktur Information Technology PT Bank Mandiri, Tbk (Persero), Timothy Utama, dalam talkshow yang bertajuk “The Future of Immersive Livin’ Experience in Metaverse” menyatakan konsep yang diusung di Metaverse membuka peluang sebesar-besarnya bagi layanan keuangan milik Bank Mandiri, mulai dari simpan-pinjam, transaksi pembayaran, trade, layanan basic banking hingga advance banking, untuk dapat hadir melayani nasabah tanpa dibatasi oleh ruang fisik.

“Konsep Metaverse ini  seperti parallel universe dari dunia nyata, di mana nantinya kita tidak hanya menghadirkan layanan perbankan seperti yang saat ini ada di dunia nyata, but kita juga bisa menghadirkan inovasi-inovasi yang belum ada, beyond banking.”

Pak  Tim, begitu Timothy biasa disapa, menjelaskan, penggarapan ekspansi Bank Mandiri ke Metaverse masih tahap awal dan butuh rencana komprehensif. Selain itu, diharapkan dengan adanya rencana ini, Bank Mandiri dapat ikut membantu mendorong pertumbuhan ekonomi digital Indonesia sesuai dengan visi pemerintah.

“Metaverse ini masih pada tahap early stage, kami pun masih perlu belajar. Namun, kami melihat komunitas di Metaverse ini bisa sangat besar dan apabila kami dapat berkolaborasi dengan mereka, peluang bisnis  dapat tercipta dan akan jadi win-win solution untuk komunitas maupun Bank Mandiri. Inovasi-inovasi berikutnya yang kami rencanakan di Livin’ by Mandiri, saya rasa memiliki potensi juga untuk bisa dikolaborasikan di Metaverse,” jelas Tim.

Kendati demikian, kita bisa melihat model prototipe Metaverse Indonesia yang akan dikembangkan tersebut pada pameran Digital Transformation Expo (DTE) di perhelatan G20 yang akan berlangsung tahun ini di Bali.

Metaverse dan regulasi di belakangnya

Kata “Metaverse” gencar menjadi perbincangan setelah raksasa dunia Facebook, mengumumkan perubahan namanya menjadi “META”. Konsep metaverse yang sudah lama hadir ini sebenarnya banyak ditemukan dalam game. Contohnya game berbasis web, second life yang menawarkan  interaksi virtual menggunakan avatar. 

Tak hanya untuk hiburan, beberapa ahli berpendapat bahwa Metaverse ini juga berpotensi melahirkan banyak peluang ekonomi baru. Apalagi dengan munculnya terobosan dari beberapa raksasa industri perbankan yang mulai menjajaki Metaverse. Para pemain di sektor ini akan ditantang untuk menciptakan pengalaman bertransaksi yang sangat mengesankan di dunia realitas virtual 3D.

Sementara untuk persiapan pengaturan dan pengawasan model bisnis baru ini, OJK sebagai regulator masih mempelajari lebih lanjut mengenai potensi industri keuangan di Metaverse. OJK juga bersedia untuk menyediakan platform sandbox sebagai sarana pengujian inovasi sebelum diluncurkan ke publik. Hal ini dilakukan dengan semangat bahwa OJK perlu mengantisipasi segala kemungkinan yang muncul dari pengembangan dunia Metaverse yang dimanfaatkan oleh perbankan maupun institusi keuangan lainnya.

Perluas Layanan Digital, Bank Mandiri Jajaki Metaverse

Saat ini layanan digital menjadi pilihan terbaik yang dapat ditawarkan oleh lembaga jasa keuangan terutama perbankan kepada seluruh nasabahnya. Hal ini mendorong bank untuk terus update dan adaptif terhadap semua perkembangan teknologi, tidak terkecuali Bank Mandiri.

Bank Mandiri sebagai salah satu bank terkemuka di Indonesia yang memiliki layanan finansial digital terkini, saat ini mulai menjajaki bisnis di ekosistem metaverse. Metaverse sendiri merupakan sebuah platform yang menggabungkan terknologi AR, VR, dan AI untuk dapat berinteraksi di dunia virtual yang unik selayaknya urban lifestyle di kehidupan nyata.

Kolaborasi Bank Mandiri dengan WIR Group, dalam mengembangkan Metaverse

Baru-baru ini (16/3), Bank Mandiri menandatangani nota kesepahaman bersama dengan WIR Group untuk mengembangkan layanan perbankan berbasiskan teknologi virtual di dunia metaverse.

“Dengan adanya Bank Mandiri di Metaverse, tentunya akan ikut mendorong pertumbuhan ekonomi digital Indonesia, ini sejalan dengan visi pemerintah Indonesia,” Darmawan Junaidi, Direktur Utama PT Bank Mandiri, Tbk (Persero), mengatakan dalam sambutannya.

Meskipun saat ini baru memasuki tahap awal pengembangan, Bank Mandiri meyakini bahwa kedepannya Metaverse bisa menjadi platform yang tepat untuk mewujudkan visi beyond banking.  Metaverse menjadi tempat yang ideal untuk melakukan ekspansi bisnis perbankan digital tanpa dibatasi oleh ruang fisik. Tentu kedepannya future banking yang berbasis advanced technology tersebut akan didambakan oleh masyarakat.

Layanan Perbankan Digital di Metaverse

Perbankan digital bukanlah hal yang baru bagi Bank Mandiri. Jauh sebelum ide untuk mengeksplorasi Metaverse, Bank Mandiri telah lebih dahulu memiliki layanan digital. Salah satunya adalah financial super app  Livin’ by Mandiri yang diluncurkan kepada publik pada tahun 2021 silam.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai regulator juga mendukung pengembangan bisnis di sektor keuangan dengan perantara teknologi digital seperti metaverse ini. Bahkan regulator berencana untuk menyediakan sandbox sebagai tempat pelaku industri bereksplorasi agar bisa lebih yakin dalam mengembangkan layanan baru sebelum akhirnya dinikmati masyarakat.

Metaverse kedepannya akan jadi perpanjangan layanan digital Bank Mandiri. Dengan pemanfaatan segala teknologi yang ada, tentunya layanan perbankan digital di metaverse akan menjangkau masyarakat yang lebih luas dan semakin mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat. Ekosistem metaverse diharapkan dapat memberikan value proposition dan banking experience yang terbaik bagi pengguna dan tentunya lebih fresh lagi.

Tren Esports Sponsorship di Asia Tenggara

Industri game di kawasan Asia Tenggara dan Taiwan (GSEA) diperkirakan bernilai US$5 miliar pada 2019. Menurut Niko Partners, pada 2019, jumlah mobile gamers di GSEA mencapai 227 juta orang dan jumlah pemain PC mencapai 154,3 juta orang. Berkembangnya industri game di GSEA juga akan mendorong pertumbuhan industri esports. Alasannya, gamers di GSEA tidak hanya senang bermain game, tapi juga aktif di dunia esports.

Berdasarkan data dari Niko Partners, jumlah penonton di Asia Tenggara mencapai 100 juta orang. Audiens esports di masing-masing negara biasanya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu populasi dan konektivitas internet. Semakin besar populasi sebuah negara, semakin besar pula jumlah penonton esports di negara itu. Sementara itu, infrastruktur internet yang baik akan mendorong pertumbuhan ekosistem esports di sebuah negara.

Banyaknya jumlah penonton memang bisa menumbuhkan ekosistem competitive gaming. Karena, biasanya, semakin besar jumlah penonton, semakin banyak pula perusahaan yang tertarik untuk menjadi sponsor. Memang, saat ini, sponsorship masih menjadi sumber pemasukan utama di dunia esports. Lalu, bagaimana tren sponsorship di Asia Tenggara?

Industri Endemik Masih Mendominasi Sponsorship untuk Esports

“Perusahaan yang paling sering menjadi sponsor esports adalah perusahaan-perusahaan endemik industri game, seperti produsen komputer, gaming peripherals, maupun ponsel,” kata Darang S. Candra, Director for Southeast Asia Research, Niko Partners ketika ditanya tentang tren esports sponsorship di kawasan Asia Tenggara. Meskipun begitu, perusahaan-perusahaan non-endemik  alias perusahaan yang tidak ada kaitannya dengan dunia game dan esports pun mulai tertarik untuk mendukung pelaku esports. “Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan-perusahaan non-endemik juga mulai masuk ke sponsorship esports di ASEAN,” ujar Darang. Lebih lanjut dia menjelaskan, perusahaan non-endemik tersebut biasanya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang makanan/minuman, perbankan, dan transportasi.

Yamaha jadi salah satu perusahaan otomotif yang mendukung esports.

Di Indonesia, beberapa perusahaan endemik yang menjadi sponsor esports antara lain Acer Predator, ASUS ROG, Logitech, dan Razer. Mengingat di Indonesia mobile esports sangat populer, beberapa perusahaan smartphone juga aktif menjadi sponsor, seperti Xiaomi dan Samsung. Sementara itu, beberapa perusahaan non-endemik yang ikut aktif di kancah esports lokal adalah Red Bull yang menjadi sponsor dari Bigetron Esports dan ONIC Esports serta Sukro yang mendukung RRQ dan EVOS Esports.

BCA menjadi salah satu bank yang aktif mendukung pelaku esports di Indonesia. Salah satu turnamen esports yang BCA dukung adalah Piala Presiden. Mereka menyebutkan, alasan mengapa mereka tertarik untuk masuk ke komunitas esports adalah karena mereka ingin menggaet hati anak-anak muda, yang memang senang dengan competitive gaming. Contoh bank lain yang mendukung esports adalah BNI, yang belum lama ini menjadi sponsor dari Ladies Series MLBB 2021.

Dari segi nilai sponsorship, perusahaan endemik juga masih unggul. Meskipun begitu, Darang menyebutkan, semakin banyak perusahaan non-endemik yang menjadi sponsor esports. Pandemi COVID-19 menjadi salah satu alasan di balik tren tersebut. Pasalnya, kompetisi esports masih bisa diselenggarakan secara online walau pemerintah melakukan lockdown dan masyarakat disarankan untuk melakukan social distancing. Memang, pada awal tahun 2020, ketika pandemi COVID-19 baru dimulai, konten esports bahkan dianggap bisa menjadi pengganti dari siaran olahraga. Karena, ada banyak kompetisi olahraga yang harus ditunda atau bahkan dibatalkan.

Vici Gaming yang memenangkan ONE Esports Singapore Major. | Sumber: Talk Esports

Sementara itu, jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, Singapura menjadi negara yang menarik esports sponsorship dengan nilai yang paling besar. Menurut Darang, alasannya sederhana, yaitu karena Singapura sering menjadi tuan rumah dari turnamen esports dengan hadiah besar. Salah satu turnamen esports yang diadakan di Singapura belum lama ini adalah ONE Esports Singapore Major 2021, yang menawarkan hadiah sebesar US$500 ribu. Dan pada Mei 2021, Free Fire World Series 2021 Singapore digelar di Marina Bay Sands. Total hadiah dari kompetisi Free Fire itu mencapai US$2 juta.

Apa yang Membuat Ekosistem Esports Asia Tenggara Unik?

Hampir semua negara-negara di Asia Tenggara merupakan negara mobile first. Karena itu, tidak heran jika industri mobile game berkembang pesat di kawasan ASEAN. Alhasil, ekosistem esports yang berkembang pun merupakan ekosistem mobile game. Darang menyebutkan, hal ini juga terlihat pada kontrak esports sponsorship di kawasan Asia Tenggara. Di ASEAN, mobile esports menjadi minat utama para sponsor. Meskipun begitu, Darang menyebutkan, di Asia Tenggara, tidak ada satu game yang mendominasi kontrak sponsorship.

Mobile game tetap menjadi yang paling diminati oleh para sponsor. Beberapa game yang paling banyak mendapatkan sponsor dalam pergelaran turnamen di seantero Asia Tenggara antara lain Free Fire, Arena of Valor, PUBG Mobile, dan Mobile Legends,” ungkap Darang. Ketika ditanya mengapa mobile game populer, dia menjawab, “Pengguna dan penonton mobile esports merupakan segmen terbesar esports di Asia Tenggara. Game ponsel juga mudah diakses, tidak memerlukan spec dan perlengkapan mahal seperti PC dan konsol, serta keberlanjutan turnamen-turnamennya mampu bertahan di kala pandemi. Hal-hal tersebut menjadikan mobile esports sebagai segmen paling populer di Asia Tenggara.”

 

Esports jadi salah satu cabang olahraga bermedali di SEA Games 2019. | Sumber: Esports Observer

Selain populernya mobile game, satu keunikan lain dari ekosistem esports di Asia Tenggara adalah aktifnya pemerintah dalam mengembangkan industri competitive gaming. Buktinya, esports telah dimasukkan dalam beberapa ajang olahraga bergengsi. Misalnya, di Asian Games 2018, esports dinobatkan sebagai cabang olahraga eksibisi. Sementara di SEA Games 2019, esports bahkan menjdi cabang olahraga bermedali. Esports juga akan kembali menjadi bagian dari SEA Games 2021 dan Asian Games 2022. Di Indonesia, esports juga akan menjadi cabang olahraga eksibisi Pekan Olahraga Nasional (PON) 2021. Pemerintah bahkan memilih Lokapala, mobile MOBA buatan developer lokal, menjadi salah satu game yang diadu.

“Satu hal yang unik dan membedakan Asia Tenggara dengan kawasan lain adalah keterlibatan pemerintah sebagai sponsor atau penyelenggara acara esports,” kata Darang. “Sebagai contoh, pemerintah Indonesia melalui PB Esports dan Kemenparekraf, pemerintah Malaysia melalui MDEC, dan pemerintah Singapura melalui SGGA tercatat cukup terlibat dalam penyelenggaraan turnamen esports di negara masing-masing.”

Sumber header: Dot Esports

Pembelajaran Penting untuk Startup dalam Menjalankan Kolaborasi Strategis dengan Perbankan

Dewasa ini, seiiring dengan meningkatnya penggunaan platform digital, kolaborasi antara perbankan dengan startup menjadi hal yang lumrah. Integrasi antar platform menghasilkan inovasi baru yang semakin mempermudah masyarakat melakukan transaksi perbankan sesuai kebutuhan di berbagai platform yang tersedia.

Bagi startup, kolaborasi yang terjalin dengan perbankan dapat dilihat sebagai sebuah potensi yang bisa dipergunakan untuk memperbesar skala bisnis dan meningkatkan kualitas produk yang dimiliki. Selain itu, dengan kolaborasi yang baik, ‘gap’ yang selama ini ada antara perbankan dan startup, dapat dihilangkan.

Lebih lanjut, berikut beberapa keunggulan yang dapat diperoleh startup ketika berkolaborasi dengan perbankan:

Memperluas Jangkauan Pengguna

Kolaborasi yang terjadi antara perbankan dan startup membantu memperluas jangkauan pengguna. Startup dapat meningkatkan jumlah pengguna dan jumlah transaksi pada platformnya melalui nasabah perbankan yang melakukan transaksi. Selain itu jumlah nasabah dan jaringan distribusi perbankan yang besar, membuat startup dapat menghemat tenaga dan fokus menghadirkan invoasi lainnya.

Dari sisi perbankan, adanya kolaborasi digital dengan startup membantu memperluas jangkauan nasabah yang selama ini tidak terjangkau dengan layanan konvensional. Baik startup maupun perbankan, diuntungkan dengan adanya kolaborasi ini.

Menciptakan Variasi Produk atau Layanan Baru

Kolaborasi dan kerjasama yang dilakukan oleh startup dan perbankan tidak hanya sebatas pada transaksi pembiayaan saja. Hal lainnya yang dapat dilakukan adalah menciptakan produk baru dengan cara mengintegrasikan platform yang dimiliki oleh startup dengan perbankan melalui pemanfaatan API. Startup dapat menambahkan layanan perbankan yang dibutuhkan oleh pengguna ke dalam platform yang dimiliki melalui API atau Application Programming Interface. Salah satu contohnya adalah Mandiri API, sebuah platform yang memungkinkan startup dapat bekerjasama dengan salah satu bank terbesar di Indonesia, Bank Mandiri, dengan cara mengintegrasikan produk dan layanan yang dimiliki oleh Bank Mandiri ke dalam platform digital yang dimiliki oleh startup.

Dengan adanya mandiri API ini, nasabah dapat melakukan transaksi langsung di platform milik startup, mulai dari pembayaran melalui direct debit, kemudahan layanan pinjaman online, hingga melakukan top up atau cek saldo uang elektronik langsung di platform yang dimiliki oleh startup tersebut.

Startup juga dapat meningkatkan nilai bisnis yang mereka miliki dengan menghadirkan transaksi perbankan di platform yang mereka miiki. Pada akhirnya, kolaborasi ini akan menguntungkan semua pihak, baik pengguna, perusahaan startup, maupun perbankan.

Meningkatkan Kepuasan Konsumen

Kolaborasi yang dilakukan oleh startup dan perbankan akan semakin mempermudah nasabah dalam memenuhi kebutuhannya. Ini tentunya akan meningkatkan kepuasan pengguna, baik pengguna platform startup secara langsung maupun pengguna jasa perbankan secara umum. Peningkatan kepuasan pengguna platform akan mendorong penambahan jumlah pengguna serta nilai bisnis yang startup miliki, sehingga ke depannya, startup akan semakin mudah untuk mengembangkan bisnis. Bank sebagai pemilik layanan akan terbantu dengan penambahan channel transaksi melalui platform startup.

Teknologi yang dimiliki oleh startup pun tentunya akan meningkatkan efisiensi pelayanan perbankan. sehingga nasabah akan semakin mudah melakukan transaksi finansial. Pada akhirnya, nasabah akan melihat kolaborasi ini sebagai sebuah kemudahan mereka dalam mengakses berbagai macam jasa perbankan.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh Bank Mandiri

Sambut Pertumbuhan Bank Digital, Bank Mandiri Buka API Portal untuk Seluruh Startup Indonesia

Perkembangan kebutuhan dan kebiasaan nasabah dalam bertransaksi dari waktu ke waktu membuat industri perbankan harus terus melakukan inovasi dan transformasi dalam pengembangan produknya. Salah satu faktor yang juga harus diperhatikan adalah pertumbuhan bank digital yang mendorong perubahan pelayanan terhadap nasabah. Selain itu, hadirnya startup di banyak kategori membuat bank harus dapat menyesuaikan produknya agar dapat digunakan dengan maksimal oleh pengguna platform startup tersebut.

Hal ini dilihat oleh Bank Mandiri sebagai kesempatan dengan membuka API Platform yang dapat diintegrasikan dengan produk-produk startup yang ada di Indonesia. Mandiri API ini sendiri dapat membantu Bank Mandiri dalam melayani nasabahnya melalui platform yang dimiliki oleh pihak ketiga. Sehingga transformasi digital yang dilakukan ini diyakini dapat membuat bank dapat lebih efisien dalam melayani nasabah di setiap kebutuhannya.

Pendorong Kolaborasi dengan Startup

Pemanfaatan API yang diperluas melalui kolaborasi dengan startup membantu Bank Mandiri untuk memperluas penggunaan dan pemanfaatan produknya oleh nasabah. Bagi startup, mengintegrasikan produknya dengan API dapat membantu mereka berinovasi dan mengembangkan produknya lebih jauh. Selain itu, salah satu keuntungan dalam pemanfaatan API adalah kemudahan integrasi yang ditawarkan. Melalui integrasi tersebut, startup dapat mengimplementasikan produk atau layanan dari Bank Mandiri tanpa perlu mengubah fungsi dan tampilan dari aplikasi yang dimiliki, sehingga pengguna dapat memanfaatkan masing-masing fitur dengan mudah tanpa perlu banyak penyesuaian baru. Tidak hanya itu, pemanfaatan API yang tepat juga dapat menghadirkan proses transaksi yang lebih cepat dan memberikan pengalaman terhadap transaksi yang makin mempermudah penggunanya.

Berbagai startup dari tiap kategori dapat mengembangkan pelayanannya dengan penggunaan API ini. Mulai dari e-commerce, fintech, atau startup apapun yang membutuhkan transaksi yang cepat bagi penggunanya. Kemudahan penggunaan serta kecepatan proses transaksi tersebut dapat membuat kepuasan pengguna meningkat dan mengundang datangnya pengguna baru ke dalam platform mereka.

Mendekatkan Produk Perbankan kepada Pengguna

Adanya pemanfaatan API ini dapat semakin mendekatkan produk bank kepada pengguna. Bank tidak lagi hanya terbatas pada penyimpanan dan transfer dana, tetapi juga menjangkau dan memenuhi berbagai kebutuhan lainnya, mulai dari transaksi di e-commerce, melakukan peminjaman dana, hingga melakukan pembayaran tagihan rutin seperti asuransi kesehatan dan listrik bulanan. Semua dapat dinikmati oleh nasabah menggunakan produk perbankan yang telah terintegrasi dengan produk pihak ketiga tempat nasabah bertransaksi melalui API ini. Bagi bank sendiri, adanya pemanfaatan API  ini mempermudah pengguna untuk bertransaksi secara cepat serta mengetahui informasi finansial yang mereka miliki pada platform yang mereka gunakan.

Saat ini, pengguna mungkin sudah tidak asing dengan layanan perbankan yang telah mengadopsi digital dalam penggunaannya. Diantara pengguna mungkin pernah melakukan top-up e-money melalui smartphone atau bertransaksi dengan cepat dan mudah saat transfer sejumlah uang menggunakan virtual account yang tersedia. Kemudahan tersebut didapatkan dari penggunaan API yang sudah terintegrasi lewat kolaborasi produk perbankan dengan pihak ketiga seperti startup yang banyak menyediakan kebutuhan penggunanya.

Kolaborasi yang dilakukan antara bank dengan startup dapat menciptakan “simbiosis mutualisme” bagi keduanya. Di satu sisi, startup dapat terus berinovasi dalam mengembangkan bisnisnya dengan dukungan dari insitusi keuangan yang terpercaya. Di sisi lain, bank dapat memperluas cakupan penggunaan dan terus mengembangkan produk perbankan agar semakin dekat dalam melayani nasabah. Pemanfaatan API memungkinkan transaksi yang lebih cepat dan mudah dengan mengandalkan otomatisasi. Bagi konsumen sendiri, hal ini sangat manguntungkan, sebab dengan platform yang terintegrasi, seluruh transaksi dapat dilakukan tanpa secara seamless.

Dalam rangka memperkenalkan Mandiri API, Bank Mandiri juga menyelenggarakan talkshow bertajuk “Bulding Digital Ecosystem Through Mandiri API” yang dapat disaksikan di channel YouTube Bank Mandiri.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh Bank Mandiri

Laporan DSResearch: Tren Inovasi dan Transformasi Digital di Korporasi 2020

Korporasi selalu dihadapkan dengan tantangan bisnis yang dinamis yang disebabkan oleh banyak faktor. Mulai dari kebiasaan konsumen yang berubah, relevansi produk/layanan, hingga disrupsi teknologi dari pemain baru. Kondisi tersebut membuat perusahaan harus gesit menyusun langkah-langkah transformatif kaitannya dengan strategi, model bisnis, tatanan organisasi, hingga digitalisasi.

Kondisi tersebut tentu juga dialami para korporasi di Indonesia. Untuk melihat bagaimana para perusahaan di Indonesia mengagendakan transformasi, DSResearch menyusun laporan bertajuk Laporan Transformasi Digital Korporasi 2020. Di dalamnya peneliti melakukan wawancara lebih dari 20 narasumber dari perusahaan berskala besar, baik di posisi C-Level maupun Mid-Level.

Adapun perusahaan yang disurvei dipilih lima sektor berbeda meliputi perbankan, keuangan non-perbankan, telekomunikasi, transportasi dan pariwisata, serta FMCG. Beberapa perusahaan tersebut termasuk BCA, Bank Mandiri, Zurich Insurance, Telkom, XL Axiata, Blue Bird, Garuda Indonesia, HM Sampoerna dll.

Selain membahas mengenai tren transformasi bisnis terkini, laporan ini banyak menampilkan studi kasus proses transformasi dari perusahaan-perusahaan yang menjadi narasumber. Peneliti menggunakan tiga komponen identifikasi untuk menemukan pola-pola transformasi yang dilakukan, meliputi komitmen pemangku kebijakan, perjalanan inovasi, dan produk inovasi; dibungkus dengan kerangka kerja yang relevan untuk pengukuran.

Berikut ini beberapa poin menarik yang dirangkum dalam laporan:

  • Di tingkat korporasi, penempatan transformasi bisnis difokuskan untuk dua hal, yakni peningkatan pangsa pasar atau pelayanan konsumen; dan pengembangan produk atau aset bisnis. Dimulai dari meningkatkan sumber daya yang sudah dimiliki, dilanjutkan dengan eksplorasi dan membuka peluang-peluang baru.
  • Covid-19 memberikan pukulan untuk beberapa jenis bisnis, utamanya di sektor transportasi dan pariwisata. Namun beberapa celah masih bisa dioptimalkan dengan baik, misalnya untuk bisnis logistik. Sementara untuk sektor lain seperti perbankan, pandemi menjadi momentum untuk adaptif dengan implementasi teknologi.
  • Di sektor perbankan, beberapa tahun terakhir kegiatan transformasi mengarah pada realisasi “open banking platform”. Pendekatan digital juga terus dimaksimalkan untuk meningkatkan pengalaman pengguna yang lebih baik. Kolaborasi dengan fintech juga makin dioptimalkan – misalnya dengan membuka layanan API untuk diintegrasikan oleh para pengembang aplikasi.
  • Perusahaan telekomunikasi di Indonesia tidak lagi hanya terpaku pada bisnis utama mereka, tapi juga mulai banyak mengeksplorasi peluang lain khususnya terkait layanan OTT. Namun tidak sedikit yang gagal. Pendekatan kolaboratif akhirnya dipilih dengan membentuk CVC, lab inovasi, atau program akselerasi.
  • Perusahaan FMCG sudah merasakan adanya disrupsi, namun kebanyakan belum memiliki komitmen yang serius untuk melakukan transformasi digital. Ditandai dengan tidak adanya roadmap digital atau sumber daya khusus yang disiapkan untuk mengarah ke sana. Mereka merasa masih cukup mengandalkan kanal-kanal distribusi yang sifatnya “terbuka”, seperti dengan menghadirkan lapak di platform online marketplace.

Selain itu, dalam laporan turut dirangkum tentang kultur organisasi, perjalanan inovasi, hingga inovasi teknologi dari tiap perusahaan yang menjadi narasumber, dilengkapi dengan contoh-contoh yang relevan. Selengkapnya, unduh laporan: Laporan Transformasi Digital Korporasi 2020 (versi Bahasa Indonesia) dan Corporate Digital Transformation Report 2020 (English version).


Disclosure: Dalam penyusunan white paper ini, DSResearch bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemkominfo)

Tcash Jadi LinkAja Per 21 Februari Mendatang

Tcash secara resmi mengumumkan perubahan nama menjadi LinkAja, yang efektif bakal berlaku mulai 21 Februari mendatang. LinkAja, sebuah BUMN fintech yang tidak lagi sekadar platform pembayaran milik Telkom Group, menjadi ujung tombak untuk bersaing di sektor pembayaran digital yang makin kompetitif.

Sebelumnya kami telah memberitakan bahwa LinkAja merupakan joint venture enam BUMN besar, yaitu Telkom, Pertamina, Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BTN. BUMN Fintech ini akan menggunakan skema QR Code terstandar sebagai landasan platform pembayaran digital. Digadang-gadang mereka juga akan bermitra dengan raksasa pembayaran Tiongkok WeChat Pay dan Alipay.

Menurut Fintech Report 2018, Tcash adalah platform uang elektronik berbasis server terpopuler ketiga
Menurut Fintech Report 2018, Tcash adalah platform uang elektronik berbasis server terpopuler ketiga

Menurut Fintech Report 2018, Tcash adalah platform uang elektronik terpopuler ketiga di Indonesia setelah Go-Pay dan OVO. Dikabarkan CEO Tcash saat ini, Danu Wicaksana, bakal memimpin inisiatif LinkAja.

Di laman resmi yang dihadirkan Tcash, disebutkan tidak ada perubahan fitur berarti antara Tcash dan LinkAja. Pengguna existing Tcash tinggal memperbarui aplikasinya mulai tanggal 21 Februari dan secara otomatis akan dikonversi menjadi konsumen LinkAja. Saldo yang ada di dompet Tcash juga bakal secara utuh dipindahkan ke dompet LinkAja.

Sebelumnya di keterbukaan ke BEI, Telkom Group juga mengumumkan pendirian anak perusahaan yang khusus mengurusi fintech, PT Fintek Karya Nusantara (Finarya). Belum ada informasi lebih lanjut bagaimana kaitan antara Finarya dan LinkAja.

Tcash saat ini tidak lagi eksklusif untuk pengguna Telkomsel dan bisa digunakan oleh pengguna operator seluler apapun mulai pertengahan tahun lalu.

Application Information Will Show Up Here

MCI Demo Day, ‘Wisuda’ Inkubator dan Pengenalan Kepada Investor

Setelah mengikuti program Mandiri Digital Incubator yang diselenggarakan Mandiri Capital Indonesia (MCI) selama enam bulan, 14 startup telah dinyatakan ‘lulus’ dari masa pematangan bisnis lewat kegiatan MCI Demo Day pada hari Senin (27/2). Keempat belas startup tersebut antara lain adalah Limakilo, Iwak, Bulp, Pickpack, DompetSehat, Erzap, IdCloudHost, Jurnal, Danasedia, Konektifa, Taralite, Taxies, Atom, dan Folio. MCI Demo Day kemarin menjadi ajang ‘wisuda’ dan pitching bagi bisnis-bisnis rintisan Mandiri Digital Incubator agar lebih dekat dengan para investor.

Inisiatif MCI dalam menyelenggarakan MCI Demo Day yang bekerja sama dengan MDI Ventures dan DailySocial ini didukung penuh oleh Bank Mandiri. Pahala Mansury, Direktur Keuangan Bank Mandiri, mengatakan bahwa Bank Mandiri selalu berencana mengembangkan bisnis UMKM, baik yang berbasis teknologi maupun non teknologi.

“Kami pernah menjalankan Wirausaha Muda Mandiri. Lalu, kami berpikir untuk memiliki rumah untuk mengembangkan startup yang punya big impact bagi masyarakat. Kunci kesuksesannya ialah kolaborasi antara MCI, Bank Mandiri, dan Mandiri Digital Incubator,” ujar Pahala dalam sambutannya.

MCI Demo Day adalah acara puncak dari program pengembangan startup di Mandiri Digital Incubator. Selama enam bulan berlangsung, CEO Mandiri Capital Indonesia Eddie Danusaputro bercerita bahwa startup di Mandiri Digital Incubator mendapatkan training dan mentorship yang telah disiapkan kurikulumnya.

“Terutama untuk dua hal; product valuation dan market validation, termasuk business model-nya,” imbuhnya.

Mandiri Digital Incubator hadir sebagai medium untuk finetuning produk dari startup sekaligus mencari pendanaan. “Nah, memang kita yang mempunyai Mandiri Digital Incubator. Karena kita tidak mungkin yang mendanai semuanya, maka kita mengundang teman-teman venture capital ini untuk mendengarkan presentasi dari startup-startup ini, siapa tahu mereka berminat untuk funding,” cetus Eddie.

Selama program Mandiri Digital Incubator batch pertama berlangsung hingga puncaknya MCI Demo Day, beberapa startup telah mendapatkan funding dari investor, baik melalui MCI maupun investor lainnya.

“Saat ini kami dalam proses due dilligence [untuk investasi ke salah satu startup],” ujar Bisma Manda Samsu, Head of Finance, Treasury, and Operations MCI, yang menolak untuk menyebutkan nama-nama startup yang telah didanai karena belum dirilis.

Secara komposisi, ranah startup yang telah mendapatkan funding terhitung berimbang, yakni 50% fintech dan 50% non-fintech.

Bagi startup, rangkaian penyelenggaraan Mandiri Digital Incubator ini menjadi pengalaman yang menyenangkan tersendiri. CEO Danasedia Lutfi Adhiansyah adalah salah satu yang mengakuinya.

“Yang menarik sebenarnya adalah penyelenggaranya. Karena penyelenggaranya kan bank besar ya, Bank Mandiri. Jadi, ketika kita berada di bawah naungan Mandiri, kita mendapat exposure yang lumayan baik. Apalagi saya bergerak di bidang fintech,” terang Lutfi.

Senada Lutfi, CMO IdCloudHost M. Mufid Luthfi kurang lebih merasakan hal yang serupa. Kolaborasi antar startup adalah hal yang menurut Mufid perlu digarisbawahi dan meninggalkan kesan baik dari Mandiri Digital Incubator. “Meskipun kami perusahaan baru, tapi kami dapat pembinaan dari mentor-mentor terbaik. Di sini kita dilatih bagaimana membuat startup yang sustain,” aku Mufid.

Disclosure: DailySocial adalah media partner dari MCI Demo Day.

What You Should Know about E-money Growth in Indonesia

In the digital era, a cashless lifestyle is the future — or already the present — for many countries. In Indonesia for instance, a form of cashless payment method, card-based e-money, was introduced to fishermen in August this year.

Business players, including banks and telecommunications companies, have been trying to innovate to reach bigger audiences. Amid the growing efforts, the question remains: What is the current situation surrounding e-money growth in Indonesia?

Here are some current developments in cashless transaction methods.

E-money adoption by transportation sector

Public transportation has turned out to be the sector that has adopted e-money the most. Card-based e-money usage is now commonly found on Transjakarta public buses, the commuter line train service and toll gate payments, with Bank Mandiri and Flazz BCA cards being the main players. Paying parking and food bills are also a common use for BCA e-money.

In terms of nominal transactions, Bank Mandiri reportedly saw Rp 2.5 trillion (US$191.13 million) in income from its card-based e-money usage in 2015, while BCA brought in Rp 1 trillion through the same method.

Server-based e-money growing

Server-based e-money has started to see a place in Indonesia. BCA director Santoso Liem explained that the bank’s one-year-old Sakuku (server-based e-money) had been used by 135,000 people with an average of 80,000 to 90,000 transactions per month. The most popular uses were for phone credit, offline shopping and money withdrawals, he noted.

Meanwhile, Mandiri Capital Indonesia (MCI) commissioner Rahmat Broto Triaji said the bank planned to expand the availability of its e-cash (server-based e-money) with a target of 1,300 merchants next year. Mandiri has also signed a partnership with messenger application Line in the hope of bridging users with 300,000 offline and online shops registered in the application.

Safety and protection

It’s reported that the safety of card-based e-money was not ensured by any parties, even its host bank. “Since the beginning, card-based e-money has not been designed with consumer protection,” said Boedi Armanto, the Financial Services Authority’s (OJK) deputy commissioner for banking supervision II.

A security measure taken by Bank Indonesia is to limit money input, which is up to Rp 1 million per card. Meanwhile, server-based e-money, which is limited to Rp 10 million, has different safety measures as it uses a membership method.


Disclosure: The original article is in Indonesian and syndicated in English by The Jakarta Post

Mandiri Sekuritas dan Inovasi Menuju Kematangan Teknologi Finansial

Teknologi finansial  tengah berkembang di Indonesia. Ekosistemnya tidak hanya dirintis oleh para startup saja, melainkan juga oleh para institusi atau perusahaan finansial besar seperti bank. Salah satu bank yang sudah terlihat keseriusannya dalam memasuki ranah teknologi finansial adalah bank Mandiri melalui Mandiri Sekuritas. Inovasi seperti KYC (Know Your Customer) dengan menggunakan video call disebut salah satu dari sekian strategi Mandiri Sekuritas dalam memasuki pasar teknologi finansial.

Dalam wawancara dengan SWA, Direktur Utama PT Mandiri Sekuritas Silvano Rumantir mengungkapkan bahwa Mandiri Sekuritas dalam beberapa bulan terakhir telah meluncurkan fitur video call dalam proses verifikasi calon nasabah yang hendak membuka rekening baru di aplikasi Mandiri Online Security Trading (MOST). Menurutnya hal tersebut merupakan salah satu bentuk inovasi yang dilakukan Mandiri Sekuritas dalam menghadapi tantangan industri teknologi finansial.

Silvano juga menjelaskan bahwa saat ini perkembangan sektor teknologi finansial di Indonesia cukup menggembirakan, salah satunya karena bisa mendorong kalangan anak muda untuk mengembangkan layanan dan mulai berbisnis di sektor teknologi finansial teknologi ini. Mandiri Sekuritas sendiri menurut Silvano tengah mengembangkan platform teknologi yang bisa memberikan akses yang lebih mudah bagi apa nasabahnya. Pihaknya tidak mau ketinggalan dengan para kompetitor, terlebih pertumbuhan sektor teknologi finansial yang cukup pesat.

“Kami menggunakan kesempatan ini karena kalau kami tidak memanfaatkannya maka kompetitor pasti akan melakukannya. Kalau tidak dikembangkan, maka kami akan ketinggalan dengan yang lain. Meski begitu, kami tidak mau hanya ikut-ikutan yang lain. Menurut saya tanpa fintech pertumbuhannya akan segitu-gitu saja,” ujar Silvano.

Selain platform verifikasi menggunakan video call Mandiri Sekuritas beberapa waktu lalu juga meluncurkan aplikasi Moinves. Sebuah aplikasi mobile Andorid yang disiapkan untuk semakin memudahkan penggunanya mengakses reksadana.

Inovasi memang sudah seharusnya dilakukan oleh institusi finansial untuk menyongsong era digital, era teknologi finansial. Banyak cara untuk menjaga institusi finansial mapan untuk terus berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi. Di antaranya adalah mengembangkan layanan atau fitur teknologi mandiri, bekerja sama dengan startup, atau berperan menjadi penyokong dana perusahaan-perusahaan rintisan untuk berkembang.

Application Information Will Show Up Here