Privy Kantongi Pendanaan Seri C Sebesar 744 Miliar Rupiah Dipimpin KKR

Startup penyedia layanan tanda tangan digital dan identitas digital Privy mengumumkan pendanaan seri C senilai $48 juta atau sekitar 744 miliar Rupiah yang dipimpin perusahaan investasi global KKR. Putaran ini diikuti oleh investor terdahulu, yakni MDI Ventures, GGV Capital, dan Telkomsel Mitra Inovasi (TMI), serta investor baru Singtel Innov8.

Sebelumnya, GGV Capital memimpin putaran seri B di Privy dengan nilai $17,5 juta pada Oktober 2021.

Privy akan menggunakan dana segar untuk memperkuat posisinya sebagai penyedia tanda tangan digital dan identitas digital di Indonesia, mempercepat transformasi digital, serta mendukung pengembangan produk konsumen agar masyarakat dan pelaku bisnis dapat mengakses layanan lebih luas secara aman. Selain itu, perusahaan juga berencana ekspansi ke luar negeri untuk mempercepat pertumbuhan dengan dukungan jaringan investornya.

Dalam keterangan resminya, Co-founder dan CEO Privy Marshall Pribadi mengatakan pihaknya senang menyambut KKR sebagai salah satu investor baru di Privy. Dukungan KKR dan investor sebelumnya merupakan bukti kemajuan yang telah dibuat selama ini dan keyakinan pada visi jangka panjang Privy untuk membangun kepercayaan dan mendorong potensi transformasi digital di Indonesia.

“Dengan dukungan dan pengalaman global KKR, dikombinasikan dengan dukungan investor MDI Ventures, GGV Capital, dan TMI yang telah memainkan peran penting dalam membantu kami mencapai kesuksesan kami sejauh ini, Privy berada di posisi tepat untuk berinovasi lebih jauh dengan penawaran dan kemampuan lebih kuat, serta membangun fondasi yang kuat untuk ekspansi ke luar negeri,” ucap Marshall.

Sementara, Partner dan Head of Growth Equity Asia Pacific KKR Mukul Chawla mengatakan, “Privy telah memantapkan dirinya sebagai pelopor dalam ruang kepercayaan digital Indonesia dengan ambisi yang kuat. Kami sangat antusias dengan potensi pertumbuhan Privy dan peluang untuk memajukan transformasi digital dan kemakmuran Indonesia.”

Growth Technology Lead KKR di Asia Tenggara Louis Casey menambahkan, “Privy telah membangun platform terdepan di industri yang menggabungkan fitur-fitur utama, desain yang ramah pengguna, serta infrastruktur yang aman dan kuat. Kami ingin memanfaatkan jaringan global dan keahlian operasional KKR untuk membawa Privy ke tingkat pertumbuhan berikutnya dan memperluas kepemimpinannya dalam kepercayaan digital bagi individu dan perusahaan di Indonesia dan sekitarnya.”

Investasi di Privy merupakan bagian dari strategi KKR “Asia Next Generation Technology”. Privy menjadi portofolio investasi terbaru KKR pada kategori software di Asia Tenggara, menambah deretan portofolio di kawasan ini setelah platform e-commerce B2B asal Filipina GrowSari dan platform untuk merchant UKM asal Vietnam KiotViet.

Di kawasan Asia Pasifik, KKR juga menambah portofolionya, termasuk Education Perfect (Selandia Baru), dataX (Jepang), NetStars (Jepang), dan Livspace (India dan Singapura).

Mempercepat transformasi digital

Marshall melanjutkan, investasi terbaru ini dilandasi atas komitmen kuat pemerintah Indonesia untuk mempercepat transformasi digital pada empat sektor strategis, yakni infrastruktur digital, tata kelola digital, ekonomi digital, dan kewarganegaraan digital yang berkontribusi pada pengembangan komunitas digital di Asia Tenggara.

Adapun, ekonomi digital Indonesia diproyeksikan mencapai $146 miliar pada 2025, dan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara dengan nilai lebih dari $300 miliar pada 2030.

Menurut laporan Statista, pasar solusi identitas digital secara global diproyeksikan tumbuh dari $23,3 miliar pada 2020 menjadi $49,5 miliar pada 2026. Pertumbuhan pasar yang sangat cepat ini didorong oleh meningkatnya kasus penipuan identitas, pelanggaran data, dan peraturan pemerintah baru.

Didirikan pada 2016, Privy menawarkan berbagai layanan termasuk identitas digital, tanda tangan digital, verifikasi digital, dan produk dan layanan manajemen dokumen di berbagai sektor termasuk layanan keuangan, kesehatan, dan pendidikan.

Dalam perkembangannya di 2018, Privy menjadi lembaga non-pemerintah pertama yang mendapatkan lisensi sebagai Otoritas Sertifikat (CA) dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia. Setahun kemudian, menjadi penyedia layanan e-KYC pertama yang terdaftar di OJK.

Diklaim, saat ini Privy adalah pemimpin pasar dengan lebih dari 30 juta pengguna terverifikasi dan 1.800 konsumen perusahaan pada produk tanda tangan digital, verifikasi digital, dan langganannya, serta memproses lebih dari 40 juta tanda tangan digital per tahun.

Selain Privy, saat ini juga muncul startup dengan layanan serupa, misalnya TekenAja, Verihub, dan Vida.

Startup E-commerce B2B “Sinbad” Dikabarkan Galang Dana Seri A Dipimpin Centauri Fund

Startup e-commerce B2B Sinbad dikabarkan menggalang pendanaan seri A yang dipimpin oleh Centauri Fund, dana kelolaan patungan antara Telkom dan KB Financial Group.

Menurut sumber DailySocial.id, putaran yang bernilai $5,5 juta (lebih dari 85,9 miliar Rupiah) ini juga diikuti investor lainnya, seperti Genesia Ventures, Central Capital Ventura, dan MDI Ventures. Dua nama terakhir merupakan investor lama Sinbad yang berpartisipasi dalam putaran sebelumnya. MDI Ventures memimpin putaran tahap awal untuk Sinbad pada awal tahun 2020.

Startup yang dirintis pada 2018 oleh Emilio Wibisono dan Jabert Hachchouch ini bermain di ranah e-commerce B2B yang memiliki misi ingin menyederhanakan rantai pasok di Indonesia, mempermudah pedagang dan pemasok dalam proses pengadaan. Diklaim pemesanan produk melalui Sinbad akan langsung terhubung ke distributor utama dengan tarif terendah yang ada di pasaran.

Kategori produk yang dijual Sinbad mayoritas adalah FMCG, mulai dari makanan, minuman, susu, perawatan tubuh, perlengkapan bayi, dan hewan peliharaan. Seluruh barang ini disuplai oleh brand prinsipal utama.

Perusahaan mengklaim telah memiliki 5 ribu+ total SKU, berasal dari 80 brand. Sinbad disebutkan telah menjangkau lebih dari 150 kota untuk persebaran jaringan toko dan pemasok. Tidak banyak informasi lainnya yang bisa digali mengenai pencapaian Sinbad sejak berdiri hingga sekarang.

Tak hanya kemudahan berbelanja dengan harga kompetitif langsung dari pemasok, Sinbad juga menawarkan kemudahan belanja dengan fitur bayar nanti (paylater). Sebetulnya, solusi yang ditawarkan Sinbad bukanlah barang baru di Indonesia. Perusahaan berkompetisi langsung dengan pemain lainnya, seperti GudangAda, Credibook (CrediMart), Ula, Warung Pintar, GoToko, Dagangan, dan lainnya, untuk permudah pemilik warung berbelanja.

Potensi digitalisasi warung

Solusi untuk warung ini sebetulnya menyelesaikan isu yang sangat mendasar. Berdasarkan hasil riset bertajuk The Future of Southeast Asia’s Digital Financial Services, sekurangnya 92 juta penduduk berusia dewasa di Indonesia belum tersentuh layanan finansial perbankan (unbankable) – sehingga sulit bagi mereka untuk mengakses layanan digital transaksional secara langsung. Warung berpeluang untuk menjadi medium inklusi keuangan, khususnya lewat layanan digital.

Warung adalah sistem bisnis yang paling menjangkau – tempat ekonomi mikro di berbagai penjuru Indonesia berputar. Menurut data Sensus Ekonomi 2016 yang dirilis BPS, dari 26,4 juta unit Usaha Mikro Kecil (UMK) & Usaha Menengah Besar (UMB), sebanyak 46,38% masuk dalam kategori “Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor” – warung masuk di sana. Jumlah ini sekaligus menjadi yang paling besar di antara jenis usaha lain yang ada di Indonesia.

Diestimasi, ekonomi warung informal Indonesia saat ini terdiri dari 168 juta orang yang bertransaksi $252 miliar setiap tahun. Dalam rangka menuju ekonomi digital yang inklusif, maka digitalisasi sangat penting untuk mengatasi masalah inti yang dihadapi oleh warung di lingkungan kecil ini.

Dalam wawancara dengan DailySocial.id, Co-Founder Ula Nipun Mehra menjelaskan analisisnya mengapa startupnya mantap merambah sektor ini. Menurutnya, ritel tradisional seperti warung adalah pilar utama ekonomi Indonesia. Tulang punggung dari ekonomi konsumsi, sekaligus mempekerjakan jutaan orang.

“Peritel tradisional tergolong cost-effective dan memiliki pengetahuan mendalam mengenai pasar lokal. Namun, sektor ini adalah bagian paling rentan dari value chain karena mereka biasanya bekerja secara individual dengan skala kecil,” ujarnya.

Application Information Will Show Up Here

Kementerian BUMN Meluncurkan Tiga Dana Kelolaan untuk Investasi di Sektor Biotech, Energi, dan Agrikultur

Kementerian BUMN meresmikan peluncuran tiga dana kelolaan terdiri dari Bio Health Fund, Energy Fund, dan Agri Fund yang akan menjadi kendaraan investasi pada startup tahap early hingga growth di vertikal terkait. Tidak disebutkan berapa total komitmen investasi awal dari dana kelolaan ini.

Ketiga dana kelolaan tersebut akan disuntik dari PT Bio Farma, PT Pertamina, dan PT Pupuk Indonesia yang masing-masing akan membidik pendanaan di sektor biotech, energi, dan agrikultur di Indonesia. Sebelumnya, Bio Health Fund sudah lebih dulu diluncurkan pada Mei 2022 senilai $20 juta atau Rp292 miliar.

Adapun, peluncuran ini ditandai oleh penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) pada pembukaan BUMN Startup Day, Senin (26/9), oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir, dan Direktur Utama Pupuk Indonesia Bakir Pasaman, serta CEO MDI Ventures Donald Wihardja.

Erick Thohir menuturkan ada dua jenis kendaraan investasi yang didirikan BUMN. Pertama, dana kelolaan Merah Putih Fund dengan komitmen investasi sebesar $300 juta untuk startup soonicorn/centaur atau valuasi mendekati $1 miliar. Merah Putih Fund didukung lima BUMN meliputi Telkom, Telkomsel, Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, dan Bank Negara Indonesia. Kedua, dana kelolaan yang bersifat vertical-focused dengan inisiasi tahap awal dari Bio Health Fund, Energy Fund, dan Agri Fund.

(Ki-ka) CEO DailySocial.id Rama Mamuaya dan Menteri BUMN Erick Thohir pada pembukaan BUMN Startup Day, Senin (26/9) / DailySocial

Menurut Erick, Merah Putih Fund hadir untuk mengisi kekosongan pendanaan pada startup growth stage. Sementara, tiga dana kelolaan baru ini merupakan upaya transformasi BUMN dalam mencapai ketahanan di bidang pangan, kesehatan, dan energi untuk mendorong kekuatan ekonomi Indonesia.

Di samping itu, perusahaan yang terlibat masing-masing menawarkan kekuatan pada sinergi dan ekosistem, bukan hanya investasi. Bio Farma memiliki go-to market yang kuat, sedangkan Pertamina Power & New Renewable Energy (NRE) fokus terhadap pengembangan energi terbarukan yang ramah lingkungan. Adapun, Pupuk Indonesia dapat mendorong ekspansi bisnis pangan di Indonesia.

“Indonesia merupakan negara penghasil pangan, tapi sinergi agrikultur masih cukup rendah dibandingkan sektor lain. Makanya kami coba bangun masyarakat digital, baru masuk ke pendanaan. Kami melihat pertumbuhan ekonomi harus didasari oleh pertumbuhan ekonomi baru. Sudah seyogyanya kita bersama-sama membangun ekosistem yang dirajut oleh sektor swasta, UMKM, dan BUMN. Ini baru langkah awal,” jelasnya.

Berdasarkan laporan CB Insights, ada lima alasan teratas startup mengalami kegagalan di antaranya salah membaca kebutuhan pasar (42%), kehabisan dana (29%), susunan tim tidak sesuai (23%), kalah berkompetisi (19%), dan harga atau biaya tanggungan (18%).

Membuka akses inovasi

Ditemui usai acara, CEO MDI Ventures Donald Wihardja mengaku belum dapat mengungkap alokasi dari dana kelolaan tersebut. Untuk saat ini, baik Bio Farma, Pertamina, dan Pupuk Indonesia masih bertindak sebagai Limited Partner (LP) utama. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk membuka akses terhadap LP lain di luar.

“Bagi kami yang penting bukan capital gain, tetapi apakah mereka dapat membawa sinergi, produk baru, ke induk usaha. Contohnya, Bio Health Fund itu untuk pharmaceutical product, sudah terlihat produk apa yang dipasarkan. Ini semua upaya Bio Farma untuk mencari inovasi produk baru,” terangnya.

“Investasi [tiga dana kelolaan] ini menyasar tahap seed sampai seri B dan C, tetapi ini vertical-focused ya. Berbeda dengan Merah Putih Fund yang fokus pada startup soonicorn. Saat ini belum dapat saya share, tetapi ada satu deal yang ingin ditandatangani dengan Bio Farma,” ungkap Donald.

Mengutip Bisnis.com, Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani menilai startup biotech belum dapat tumbuh optimal di Indonesia karena sejumlah faktor, seperti aturan yang kompleks dan kurangnya kompetitor.

Rata-rata pemain biotech dipegang oleh perusahaan besar dan konglomerasi. Sementara startup-startup berbasis riset membutuhkan waktu lebih lama untuk go-to market karena kurangnya pendanaan dan tidak punya kepastian pendapatan.

BUMN Startup Day 2022: Ajang Sinergi Pelaku Startup Dengan BUMN Dalam Mendorong Pertumbuhan Bersama

Mengambil momen akselerasi pemulihan ekonomi, BUMN Startup Day 2022 lahir sebagai inisiatif Kementerian BUMN untuk mempertemukan dan menguatkan sinergi antara BUMN (yang bergerak di berbagai sektor dan industri) dengan startup yang dikenal gesit dan jeli memanfaatkan perkembangan teknologi. Acara ini akan diselenggarakan pada 26-28 September 2022 mendatang yang bertempat di Hall 3A ICE BSD City, Tangerang Selatan.

Program yang diselenggarakan Kementerian BUMN ini dinilai sangat penting bagi para founders perusahaan rintisan Indonesia untuk mencari peluang bisnis, menambah pengetahuan, sekaligus memperluas network. Acara ini juga terbuka bagi mahasiswa dan komunitas demi mengambil banyak manfaat tersebut.

BUMN Startup Day 2022 akan menyuguhkan agenda berbeda dibanding kegiatan startup pada umumnya, dengan membuka peluang investasi dan kemitraan bisnis antara BUMN dan startup secara langsung. Selain diskusi panel, pameran, rapid mentoring, dan investor pitching, ada sesi-sesi business matching di mana startup dan BUMN dari berbagai sektor industri dapat saling menjajaki kemitraan bisnis, seperti co-creation, co-branding, joint marketing, dll.

Sebagaimana yang telah disampaikan oleh Menteri BUMN Erick Thohir pada 23 Agustus 2022 sebelumnya, ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan tumbuh hingga Rp4.818 triliun pada 2030. Saat ini Indonesia menempati urutan kelima dengan jumlah perusahaan startup terbanyak di dunia dengan mencetak 2.346 startup. Dalam lanskap ekonomi digital itulah startup berperan penting, mulai dari menyediakan solusi digital terhadap kebutuhan sehari-hari, menciptakan lapangan pekerjaan, dan mendorong pencapaian dan daya saing teknologi Indonesia.

Oleh karenanya, Menteri BUMN Erick Thohir terus mendorong transformasi bisnis BUMN, khususnya melalui digitalisasi yang merupakan sebuah keharusan. BUMN telah mengambil keputusan strategis masuk ke ekosistem startup dengan membentuk anak perusahaan BUMN yang bergerak di bidang modal ventura. Hal ini tak lain karena BUMN menyadari startup sebagai aktor penting ekonomi masa depan.

Kementerian BUMN sudah mengidentifikasi potensi ekonomi digital dan startup. Kementerian telah membentuk lima (5) VC di bawah BUMN, yakni Mandiri Capital Indonesia (MCI), BNI Ventures, BRI Ventures, MDI Ventures (di bawah Telkom), dan Telkomsel Mitra Investasi (TMI), diikuti sejumlah program seperti workshop untuk menjaring potensi startup Indonesia. Kelima modal ventura tersebut telah berinvestasi di total 136 startup. Maka kali ini, Kementerian menggelar BUMN Startup Day 2022 untuk mempertemukan semua potensi BUMN dengan ekosistem startup Indonesia.

Kegiatan ini akan terbagi ke dalam dua segmen besar, yakni edukasi dan peluang bisnis. Di segmen edukasi, akan digelar diskusi panel dengan pembicara internasional dan mentoring yang memberi kesempatan startup Indonesia berdiskusi secara intens dengan pelaku startup yang sukses dan investor.

Diskusi panel pada acara ini menghadirkan pembicara dari dalam dan luar negeri, seperti Patrick Walujo (Co-founder & Managing Partner Nortstar Pacific), Wilson Cuaca (Co-founder & Managing Partner East Ventures), Jessica Tanoesoedibjo (Managing Director Motion Technology), Abheek Anand (Managing Director Sequoia Southeast Asia), Tito Costa (partner di Global Founders Capital – GFC), dan masih banyak lagi. Pada acara rapid mentoring, peserta dapat langsung berdiskusi dengan para pemimpin startup Indonesia yang telah lebih dulu maju dan mendapat pendanaan dari investor.

Sementara, di segmen peluang bisnis, ada business matching, atau penjajakan kolaborasi B2B, yang mempertemukan BUMN dari berbagai sektor dan industri dengan startup untuk menjajaki kerja sama bisnis, serta investor pitching yang memberi kesempatan startup untuk menawarkan peluang investasi kepada VC di lingkungan BUMN.

Acara dua hari ini ditujukan bagi startup yang sudah masuk fase early dan growth karena pada fase ini startup membutuhkan dukungan tidak hanya investasi, melainkan kemampuan manajerial untuk menjaga momentum yang tercipta dari fase-fase pertumbuhan sebelumnya. Sebagai pelengkap, akan dibahas pula topik-topik menarik seperti manajemen talenta, penguatan fundamental perusahaan, hingga peran perempuan dalam lanskap startup di Indonesia. Informasi lebih lanjut mengenai BUMN Startup Day 2022 bisa Anda kunjungi di halaman ini.

[Video] Rencana MDI Ventures Luncurkan Impact Fund

Melalui wawancara bersama DailySocial, VP Business Development MDI Ventures Alvin Evander mengungkapkan rencana peluncuran program Impact Fund pada pertengahan 2022.

Impact Fund, kata Alvin, merupakan pendanaan yang fokus ke startup-startup yang memiliki tujuan spesifik menyasar pada lingkungan dan sosial.

Dikelola secara terpisah dari dana MDI Ventures sebelumnya, Alvin menyebutkan saat ini adalah waktu yang pas bagi MDI Ventures meluncurkan Impact Fund.

Lalu, seperti apa kriteria startup yang bisa masuk dalam program ini? Apa target yang ingin dicapai MDI Ventures dalam peluncuran program Impact Fund?

Simak pembahasan tentang Impact Fund MDI Ventures yang terangkum di video wawancara berikut.

Untuk video menarik lainnya seputar modal ventura (venture capital) dan seperti apa dukungannya terhadap startup di Indonesia, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV di sesi VCTalks.

Paxel Kantongi Pendanaan Seri C Sebesar 340 Miliar Rupiah

Startup logistik Paxel mengantongi pendanaan seri C sebesar $23 juta atau lebih dari 340 miliar Rupiah. Putaran keempat ini disuntik PT Astra Digital Internasional (ADI), Central Capital Ventura (CCV), MDI Ventures, Susquehanna International Group (SIG), Endeavour Catalyst, FJ Labs, dan PT Amsaka Investama Sejahtera.

Paxel sebelumnya memperoleh pendanaan seri B senilai $9,4 juta atau setara Rp134,7 miliar Rupiah pada Maret 2022 yang dipimpin MDI Ventures, serta partisipasi dari SIG, PT Luminary Media Nusantara, Bamboo Gold Services, dan Galilee Capital Ventures.

Dalam keterangan resminya, Presiden Direktur Astra Djony Bunarto Tjondro mengatakan investasi ini sejalan dengan upaya perusahaan mempercepat transformasi digital melalui produk dan layanan inovatif. “Kami telah memiliki digital roadmap untuk memetakan perkembangan digitalisasi yang relevan dengan bisnis dan peningkatan kompetisi dan kemampuan digital Grup Astra,” tuturnya.

Presiden Direktur CCV Armand Widjaja menambahkan, saat ini pihaknya telah memperluas fokus investasi ke embedded finance, seperti logistik dan commerce, tak hanya fintech. Ia meyakini pertumbuhan bisnis Paxel akan memberikan dampak besar kepada industri UMKM di Indonesia.

Berdiri di 2017, Paxel menawarkan sejumlah layanan logistik yang membantu pelaku UMKM untuk melakukan pengiriman barang melalui Paxel sameday delivery, smart locker PaxelBox. PaxelBig, PaxelMarket, dan layanan jemput-kelola sampah ecommerce PaxelRecycle. 

Per Juni 2022, Paxel tercatat telah melayani lebih dari 2000 UMKM, 2 juta pengguna, dan mengirimkan lebih dari 17 juta paket dengan klaim tingkat ketepatan waktu di atas 98%. Jangkauannya meliputi 11 provinsi di 86 kabupaten/kota, 589 kecamatan dan 4.846 Desa di Pulau Jawa, Bali, Sulawesi, dan Sumatera.

Ekspansi pasar

Lebih lanjut, pendanaan ini akan dimanfaatkan untuk memperluas jangkauan operasional Paxel ke luar Pulau Jawa, serta memperkuat last mile dan fulfillment cold chain untuk melayani segmen B2C dan B2B. Pihaknya juga akan memperkuat SDM dan teknologi demi mencapai sustainability growth.

Di samping itu, pendanaan ini akan membuka pintu kolaborasi pengembangan layanan Paxel terhadap jaringan ekosistem raksasa yang dimiliki Astra, Telkom, dan BCA.

Paxel mengklaim dalam empat tahun terakhir telah mengantongi pertumbuhan pendapatan dan pengguna masing-masing sebesar 240% dan 176% per tahun. Selain itu, gross margin juga disebut tumbuh 3,6 kali dan menjadi positif pada kuartal ketiga 2020.

Industri logistik di Indonesia merupakan salah satu penyumbang PDB nasional terbesar dan terus tumbuh selama pandemi. Situasi lockdown memicu konsumen dan pelaku bisnis mencari alternatif untuk mendistribusikan produk ke konsumen, terutama di sektor F&B. Kami melihat Paxel memiliki solusi di bidang ini dan telah membangun infrastruktur yang memungkinkan pengiriman cepat.” ujar Managing Partner MDI Ventures Kenneth Li.

Industri logistik

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) di kuartal III 2021, Supply Chain Indonesia (SCI) memperkirakan sektor logistik dapat menyumbang Rp699,1 triliun terhadap PDB atau tumbuh 1,08% (YoY) di 2022

Chairman SCI Setijadi memproyeksikan kinerja sektor logistik, baik transportasi, pergudangan, dan kurir, membaik di sepanjang 2022. Pertumbuhan sektor ini akan didorong utamanya oleh sektor pengolahan, terutama non-migas, diikuti oleh sektor pertanian, perikanan, hingga perdagangan. Pada 2021, industri pengolahan non-migas disumbang sebagian besar dari industri makanan dan minuman (38,4%), kimia dan farmasi (11,4%), barang logam dan elektronik (8,7%), alat angkut 8,4%, serta tekstil dan pakaian 6,1%.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Akbar Djohan menambahkan, pertumbuhan industri logistik dalam negeri di 2022 akan dikerek dari dua sektor; (1) pasar yang telah terintegrasi dengan teknologi digital dan (2) logistik yang bersifat penting dan menjadi komoditas utama untuk mendongkrak penerimaan negara.

Application Information Will Show Up Here

MDI-Telkom Business Match Working 2022, Jembatani 49 Investor Dengan 100+ Startup Indonesia

MDI Ventures bersama dengan Telkom Indonesia berkolaborasi mempertemukan lebih dari 100 startup tahap awal (early stage) dan tahap berkembang (growth stage) di Indonesia dengan 49 investor melalui acara “MDI-Telkom Business Match Working 2022”. Ini merupakan sebuah acara virtual bertajuk pencocokan bisnis, dengan tujuan membuka peluang kolaborasi untuk sinergi berkelanjutan. 

Perhelatan ini sekaligus menjadi bagian dari program B20 Indonesia dengan acara utama B20 Indonesia Summit yang akan diadakan pada 13-14 November 2022 di Bali. B20 sendiri adalah salah satu forum dialog resmi komunitas bisnis global dalam rangka Presidensi G20 Indonesia yang dipimpin oleh KADIN Indonesia.

Dalam sambutannya, M. Fajrin Rasyid selaku B20 Digitalization Task Force Deputy Chair menyatakan, inisiatif ini sejalan dengan misi B20 yang menjembatani ekosistem startup dengan investor di berbagai industri guna mendorong pertumbuhan ekonomi digital dan inovasi di Indonesia. 

Seperti diketahui, saat ini ekonomi dunia digerakkan oleh teknologi digital. Pandemi Covid-19 semakin mengakselerasi pertumbuhan ekonomi digital. Data tahun 2021, kolaborasi ekonomi digital telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PDB Indonesia, sekitar 3% atau sebanyak US$70 miliar.

Tentunya diperlukan strategi digital untuk mengembangkan dan menciptakan ekosistem digital yang berkelanjutan guna mendongkrak produktivitas masyarakat Indonesia. 

Fajrin menambahkan, B20 Digitalization Task Force merumuskan rekomendasi kebijakan untuk mengatasi kesenjangan digital, terutama di bidang ekonomi digital. 

B20 Digitalization Task Force, kata Fajrin, ingin memastikan bahwa digitalisasi dapat mendorong pertumbuhan di masa depan, serta memastikan untuk dapat menjembatani kesenjangan digital, yang pada akhirnya menghasilkan transformasi digital yang inklusif.

“B20 Digitalization Task Force mendorong konektivitas dan akses universal  dalam ekonomi digital, mengusung terobosan untuk ekonomi digital yang berkelanjutan dan tangguh melalui infrastruktur digital dan memastikan pola pikir siap digital untuk individu dan UMKM,” kata Fajrin

Melalui kegiatan ini pula, diharapkan mampu membuka peluang bagi generasi produktif Indonesia untuk tumbuh dan mendapatkan hak inklusif di sektor kesehatan, energi, masyarakat cerdas, inklusivitas keuangan, dan sektor rantai pasokan, yang pada akhirnya akan menciptakan pertumbuhan ekonomi. 

CEO MDI Ventures Donald Wihardja menambahkan pihaknya secara konsisten terus mencari dan memantau startup terbaik di kawasan ini sekaligus mengeksplorasi peluang yang ada secara menyeluruh serta memastikan tidak ada inovator dan potensi yang tertinggal.

Jika melihat kondisi startup Indonesia saat ini, DailySocial.id mencatat sepanjang Q1 2022 pendanaan startup meningkat lebih dari 2x lipat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, memasuki Q2 2022 sejumlah gejolak muncul, turut berdampak langsung pada iklim investasi startup. 

Dengan hadirnya acara MDI-Telkom Business Match Working 2022 diharapkan mampu menciptakan kolaborasi ekonomi dan pengembangan bisnis yang berkelanjutan bagi semua pihak yang terlibat.

Libatkan lebih dari 100 startup tahap awal dan berkembang

Sebanyak 115 startup (61 startup tahap awal dan 54 startup tahap berkembang) telah bergabung dan telah dikurasi dari berbagai latar belakang dan industri, dari tahap awal hingga tahap pertumbuhan. Mereka hadir dari kategori edtech, fintech, proptech, artificial intelligence, agritech, dan masih banyak lagi. Dalam kegiatan ini, mereka melakukan 1-on-1 matchmaking pitching dalam jangka waktu 12 jam, yang menjelaskan dan berbagi inovasi dan bisnis mereka model kepada 49 investor yang menghadiri acara ini.

“Kami berharap acara hari ini akan membantu para pelaku startup menemukan mitra dan investor yang tepat untuk membantu mengembangkan bisnis mereka ke tingkat berikutnya,” tambah M. Fajrin Rasyid. 

Menurut Fajrin, tanpa kolaborasi, inovasi hanya sebuah ide yang tidak pernah berhasil. Untuk itu, perlu selain menghubungkan pelaku startup dengan modal ventura, pemerintah juga perlu bergandengan tangan dengan investor, perusahaan, dan lembaga dan individu visioner lainnya.

Melalui bantuan BUMN khususnya Telkom, investor dan startup akan memiliki wadah dan ekosistem untuk mengintegrasikan insiatif sektor publik dan swasta terkait transformasi ekonomi Indonesia yang inklusif dan memiliki dampak luas bagi masyarakat. 

MDI Ventures Segera Luncurkan “Impact Fund” Tahun Ini

Menurut definisinya, investasi berdampak atau impact investing adalah strategi investasi yang memiliki tujuan secara spesifik menyasar kepada lingkungan dan sosial, selain keuntungan secara finansial.

Melihat potensi tersebut, MDI Ventures berencana meluncurkan pendanaan berdampak atau impact fund dalam waktu dekat untuk memberikan peluang ke startup yang menyasar kepada dampak sosial, lingkungan dan governance (ESG).

Sebelumnya MDI Ventures telah memperluas horizon investasi dengan membentuk Arise Fund bersama Finch Capital, eMerge untuk angel investor, dan Bio-Health Fund bersama Biofarma.

Kepada DailySocial, VP Business Development MDI Ventures Alvin Evander menegaskan, saat ini, meskipun masih dalam entitas yang sama, pendanaan berdampak tersebut akan dikelola secara terpisah.

Masih dalam persiapan, rencananya impact fund ini akan diluncurkan pada Q2 atau Q3 tahun ini.

“Nanti kami akan meluncurkan impact fund secara dedicated berfokus kepada startup yang bisa memberikan kontribusi di social impact, khususnya untuk startup Indonesia. Opsi pendanaan ini kami luncurkan sebagai bagian dari ekspansi MDI Ventures selaku CVC,” kata Alvin.

Ditambahkan Alvin, perusahaan juga ingin melakukan ekpansi limited partner (LP). Sebelumnya Indonesia Impact Fund, yang dikelola Mandiri Capital Indonesia (MCI) dan UNDP, telah mengumumkan penutupan pertama untuk dana kelolaannya sejak Q4 2021.

Beberapa VC dan jaringan investor lokal dan global yang menyasar segmen ini adalah ANGIN, Teja Ventures, dan Beacon Fund dari Patamar Capital.

Kategori startup

Saat ini dianggap jadi waktu yang tepat bagi MDI Ventures meluncurkan impact fund untuk mendukung ekosistem startup di Indonesia. Meskipun enggan  menyebutkan secara spesifik, Alvin menegaskan, startup agritech, healthtech, edtech, hingga fintech yang fokus kepada financial inclusion menjadi pilihan berdasarkan pemahaman dan pengalaman yang telah mereka miliki.

“Namun tidak menutup kemungkinan kami juga akan melakukan eskplorasi kepada startup yang menyasar kepada climate tech dan mereka yang fokus kepada pemanfaatan energi dan waste management. Kami masih belajar dan bersedia untuk melakukan eksplorasi lebih mendalam,” kata Alvin.

Disinggung berapa nilai investasi yang akan diberikan melalui impact fund ini, Alvin belum menyebutkan nominal fund dan ticket size per startup. Mereka membuka kesempatan bagi startup di level awal (seed), Seri A, dan Seri B untuk  menghubungi mereka lebih lanjut jika pendanaan ini telah diluncurkan.

Terdapat beberapa poin penting yang di-highlight sebagai pertimbangan pemilihan pendanaan, mulai dari potensial bisnis, revenue, dan kondisi cashflow positif.

“Kita percaya sebagai perusahaan atau startup mereka bisa memiliki social impact yang positif walaupun bisnis mereka berjalan secara cepat. Hal tersebut merupakan tesis kami untuk impact fund. Harapannya kita ingin berinvestasi kepada startup yang bisa mendukung keduanya. Bukan berarti startup yang fokus kepada sosial tidak bisa mendapatkan keuntungan. Itu menjadi poin kita melalui pendanaan ini,” kata Alvin.

Ke depannya Alvin melihat impact fund atau pendanaan yang berbasis pada nilai ESG (Environmental, Social, and Governance) akan memiliki masa depan yang positif.

ESG tidak selalu fokus ke sosial dan lingkungan saja, tetapi juga menyentuh governance, sehingga bisa meminimalisir terjadinya fraud dan mengawasi potensi startup yang menyalahi aturan.

“Saya percaya ESG akan memiliki masa depan yang menjanjikan di ekosistem startup Indonesia, karena menurut kami startup sudah mulai harus melihat ke arah sana.”

Masyarakat semakin peduli

Di artikel DailySocial sebelumnya tercatat, pergeseran perilaku masyarakat akan memengaruhi pelaku bisnis dalam isu berkelanjutan. Startup yang fokus ke lingkungan seperti Nafas hingga platform food waste management Surplus telah membuktikan kondisi saat ini telah menimbulkan kebiasaan baru dan  kesadaran masyarakat umum akan kesehatan dan penerapan waste management yang tepat.

“Masa depan kategori ini jelas. Sains sudah memastikan gentingnya sejumlah isu lingkungan yang dapat berakibat pada tumbuhnya model bisnis berorientasi profit yang akan fokus pada menghindari kerusakan terhadap planet kita,” jelas Co-Founder & Chief Growth Officer nafas Piotr Jakubowski dalam suatu kesempatan wawancara.

Managing Director PT Ekonomi Sirkular Indonesia Muhammad Agung Saputra secara terpisah mengatakan, “Berbeda dengan platform lainnya, secara khusus Surplus bukan hanya sebagai food marketplace yang menjual produk makanan seperti beberapa pemain lainnya, namun konsepnya hanya menjual produk makanan berlebih dan imperfect product kepada pelanggan, untuk mengatasi permasalahan food waste.”

Cermati Is Reportedly Securing 250 Billion Rupiah Series D Funding Led by MDI Ventures

Financial product aggregator Cermati reportedly secured a Series D funding round worth more than $17 million (approximately 250.3 billion Rupiah). Until this news was published, no confirmation has been given by Cermati’s management.

Based on our source, this round is led by MDI Ventures. MDI, through the Centauri Fund, was Cermati’s previous investor that participated in Series C in May 2021. Blibli’s entity, Global Distribution Niaga Pte Ltd, also participated in the latest round.

Since it was founded in 2015, Cermati has grown to be more than just an aggregator of financial products. Last year, they announced a holding company named Cermati Fintech Group (CFG). This company oversees a number of financial business verticals, including Cermati.com (financial product aggregator), Cermati Protect (insurtech), Indodana (fintech lending), BaaS, and most recently Cermati Invest (APERD mutual funds).

Previously in an interview with DailySocial.id, Cermati’s CEO, Andhy Koesnandar said the company’s flagship product has succeeded in enriching Cermati’s experience in developing digital onboarding products for banking partners, insurance, and other financial institutions.

The company follows banking standardization in the process, for example through API components, Fraud Detection, Credit Scoring, and e-KYC. “This experience provides capital for us to continue to develop new business lines in CFG,” Andhy said.

As part of the Djarum Group, the company carries out many strategic partnerships with its portfolio. One of them is for BaaS to partner with BCA Digital and Blibli. This initiative was launched last year, therefore, BCA Digital users can perform banking activities through the Blibli application.

Andhy said the BaaS solution allows his team to expand the financial product offerings, from opening accounts, paylater, insurance, and others on all types of platforms virtually to third parties, therefore, they can have banking capabilities on their non-bank platforms.

“BaaS is the latest technology product offering from the Cermati Fintech Group, where we provide a technology stack to connect banks with digital platforms,” ​​he added.

In this case, Cermati developed an embedded finance strategy, opening banking services to be embedded in an application ecosystem that enables super application capabilities through Open API and BaaS capabilities. Cermati’s BaaS enables online and offline ecosystems to embed banking services, in addition to insurance and paylater used as service models in its ecosystems.

The presence of financial products can increase fintech users, reduce user friction, and increase loyalty. As for banking, BaaS technology offers a new way to partner with the ecosystem by providing banking services tailored to these customers.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Cermati Dikabarkan Raih Pendanaan Seri D 250 Miliar Rupiah Dipimpin MDI Ventures

Startup agregator produk finansial Cermati dikabarkan mengantongi dana segar baru dalam putaran seri D bernilai lebih dari $17 juta (sekitar 250,3 miliar Rupiah). Hingga berita ini diturunkan, belum ada konfirmasi yang diberikan manajemen Cermati.

Menurut informasi yang kami dapat, putaran ini kembali dipimpin oleh MDI Ventures. MDI, melalui Centauri Fund, merupakan investor sebelumnya yang berpartisipasi dalam seri C pada Mei 2021. Global Distribution Niaga Pte Ltd, entitas dari Blibli, turut serta dalam putaran teranyar ini.

Sejak berdiri pada 2015, Cermati kini berkembang lebih dari sekadar agregator produk finansial. Tahun lalu mereka mengumumkan perusahaan holding bernama Cermati Fintech Group (CFG). CFG ini membawahi sejumlah vertikal bisnis finansial, yakni Cermati.com (agregator produk finansial), Cermati Protect (insurtech), Indodana (fintech lending), BaaS, dan yang terbaru Cermati Invest (APERD reksa dana).

Sebelumnya dalam wawancara bersama DailySocial.id, CEO Cermati Andhy Koesnandar menuturkan Cermati.com, produk flagship perusahaan, berhasil memperkaya pengalaman Cermati dalam mengembangkan produk digital onboarding untuk mitra perbankan, asuransi, dan juga lembaga keuangan lainnya.

Perusahaan mengikuti standarisasi perbankan dalam prosesnya, misalnya melalui komponen API, Fraud Detection, Credit Scoring, dan e-KYC. “Pengalaman tersebut memberikan modal buat kami untuk terus mengembangkan lini bisnis baru di CFG,” kata Andhy.

Sebagai bagian dari Grup Djarum, perusahaan banyak melakukan kemitraan strategis dengan portofolionya. Salah satunya, untuk BaaS bermitra dengan BCA Digital dan Blibli. Solusi ini telah diluncurkan tahun lalu, jadi pengguna BCA Digital dapat melakukan aktivitas perbankan melalui aplikasi Blibli.

Andhy bilang, solusi BaaS ini sejatinya memungkinkan pihaknya memperluas penawaran produk keuangan, mulai dari pembukaan rekening, paylater, asuransi, dan lainnya di semua jenis platform secara virtual kepada pihak ketiga, sehingga dapat memiliki kemampuan perbankan dalam platformnya yang non-bank.

“BaaS adalah penawaran produk teknologi terbaru dari Cermati Fintech Group, di mana kami menyediakan technology stack untuk menghubungkan bank dengan platform digital,” ucapnya.

Dalam hal ini, Cermati mengembangkan strategi embedded finance, membuka layanan perbankan dapat tertanam dalam ekosistem aplikasi yang memungkinkan kemampuan aplikasi super melalui kemampuan Open API dan BaaS. Penawaran BaaS dari Cermati memungkinkan ekosistem online dan offline untuk menanamkan layanan perbankan, selain asuransi dan paylater yang digunakan sebagai model layanan dalam ekosistem mereka.

Kehadiran produk finansial dapat meningkatkan pengguna fintech, mengurangi user friction, dan meningkatkan loyalitas. Sementara bagi perbankan, teknologi BaaS menawarkan cara baru untuk bermitra dengan ekosistem dengan menyediakan layanan perbankan yang disesuaikan dengan pelanggan tersebut.

Application Information Will Show Up Here