Blanja Gandeng LinkAja sebagai Platform Pembayaran Digital

Layanan e-commerce hasil joint venture Telkom Indonesia dengan eBay, Blanja, menggandeng LinkAja sebagai platform dompet elektronik utama. LinkAja merupakan hasil joint venture sejumlah solusi pembayaran milik BUMN. Hingga saat ini LinkAja mengklaim telah memiliki 25 juta pengguna pada awal April 2019.

Langkah Blanja ini mengikuti jejak Tokopedia (menggunakan Ovo) dan Bukalapak (menggunakan Dana) yang menggunakan layanan pembayaran pihak ketiga yang memiliki lisensi uang elektronik dari Bank Indonesia.

Tahun ini Blanja juga mencoba meningkatkan traffic dengan fokus pertumbuhan bisnis secara organik, berbentuk penempelan poster dan informasi yang mengandung QR Code, agar lebih banyak konsumen yang mengunduh aplikasinya.

Tahun lalu Blanja berhasil meningkatkan jumlah traffic hingga 43%. Diharapkan hingga akhir tahun ini, traffic bisa meningkat hingga 50% di semua platform Blanja.

“Kami memang mulai memfokuskan penggunaan aplikasi kepada pengguna, namun demikian pengguna yang mengakses di desktop dan mobile browser masih cukup besar jumlahnya,” kata CEO Blanja Jemy Confido.

Menambah jumlah penjual dan produk

Selain memperluas relasi dengan komunitas, kalangan UKM, dan pihak terkait lainnya, Blanja memanfaatkan ekosistem Telkom Group untuk menyediakan produk digital milik Telkom. Termasuk di dalamnya adalah IndiHome dan Wifi.id.

“Ke depannya kami juga berencana untuk menyediakan pendaftaran dan pembayaran produk smart home yang semua masuk dalam ekosistem Telkom Group,” kata Jemy.

Pelanggan yang sudah berbelanja juga berkesempatan untuk mendapatkan beragam hadiah undian dengan menukarkan Koin Blanja yang merupakan reward berupa koin virtual yang bisa ditukarkan dengan hadiah-hadiah.

Disinggung berapa jumlah pengguna aktif Blanja saat ini, Jemy enggan menyebutkan lebih lanjut. Secara keseluruhan Blanja telah memiliki sekitar 50 ribu penjual brand dan non-brand.

“Memanfaatkan sumber yang besar dari eBay, kami memberikan pilihan kepada pembeli untuk mendapatkan produk beragam dari mitra Blanja secara khusus, juga berbagai produk unggulan dari eBay,” kata Jemy.

Application Information Will Show Up Here

Regarding Acquisition Rumor, Bareksa Confirms the Ongoing Process to Raise Series B Funding

DealStreetAsia, today, has reported Ovo’s potential acquisition over Bareksa. Acquiring an online based investment platform might be the logic step for emoney platform to gain users and increase managed funds. However, both companies avoid to mention any information regarding this rumor.

Karaniya Dharmasaputra, Bareksa’s Co-Founder and CEO said to DailySocial, “The thing we agreed on to date is Bareksa-OVO partnership [announced last March] to make new innovations through synergy of e-money and e-investing in Indonesia.”

“Regarding investment, Bareksa is in its second fundraising [Series B] and in an intensive discussion with some potential investors. It’ll be used to scale up and expand Bareksa’s business and penetration,” he said

We try to confirm with Ovo team and received similar answer. Although, a party revealed the acquisition process is already ongoing. Ovo is previously rumored to acquire Taralite financing platform.

Bareksa is currently in a strategic partnership with two popular marketplace platforms, Bukalapak and Tokopedia, to speed up the mutual fund access for public. According to the Indonesia’s Association of Investment and Mutual Fund Consumer (APRDI) per December 2018, there are 995 thousand mutual fund investors registered and to be reached 1.49 million this year with managed fund (AUM) up to Rp565-580 trillion.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Tanggapi Rumor Akuisisi, Bareksa Ungkap Sedang Proses Galang Dana Seri B

Hari ini DealStreetAsia mengungkap potensi akuisisi Ovo terhadap Bareksa. Kepemilikan platform investasi berbasis online menjadi suatu langkah logis bagi platform uang elektronik dalam mendorong jumlah pengguna dan meningkatkan dana kelolaan. Meskipun demikian, ketika dikonfirmasi, kedua belah pihak sejauh ini menampik adanya proses tersebut.

Kepada DailySocial, Co-Founder dan CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra mengatakan, “Yang sudah disepakati sejauh ini adalah Bareksa-OVO partnership [diumumkan Maret lalu] untuk membuat terobosan baru berikutnya dengan menyinergikan e-money and e-investing di Indonesia.”

“Mengenai investment, Bareksa memang sedang melakukan second fundraising [Seri B] dan sedang berbicara secara intensif dengan beberapa strategic investor potensial. Akan digunakan untuk scale up dan expand Bareksa’s business and penetration,” ujarnya.

Pihak Ovo yang kami konfirmasi juga mengungkapkan pernyataan senada. Meskipun demikian, ada pihak yang menyatakan proses akuisisi tersebut sudah berjalan. Sebelumnya Ovo juga dikabarkan telah mengakuisisi platform pembiayaan Taralite.

Bareksa saat ini telah menjalin kemitraan strategis dengan dua platform marketplace ternama, Bukalapak dan Tokopedia, untuk mendorong kemudahan kepemilikan akun reksa dana bagi masyarakat. Menurut data Asosiasi Pelaku Reksadana dan Investasi Indonesia (APRDI) per Desember 2018, jumlah investor reksa dana yang terdaftar mencapai 995 ribu orang dan diharapkan tahun ini jumlahnya mencapai 1,49 juta orang dengan target dana kelolaan (AUM) mencapai Rp565-580 triliun.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Standardisasi QR Code Ditargetkan Mulai Berlaku Paruh Kedua 2019

Rencana Bank Indonesia (BI) menerbitkan standardisasi QR Code untuk sistem pembayaran uang elektronik mulai mencapai titik terang. Baru-baru ini pihaknya telah melakukan percobaan yang kedua mengenai teknisnya. Hal tersebut dijelaskan oleh Deputi Direktur Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran BI Ricky Satria. Ia juga mengatakan, seperti dikutip dari Tirto, bahwa standardisasi tersebut diharapkan bisa mulai berlaku pada paruh kedua tahun 2019.

Ini adalah uji coba kedua setelah sebelumnya dilakukan pada bulan November 2018 lalu. Program standardisasi ini oleh BI disebut sebagai “QR Indonesia Standard” (QRIS). Nantinya bakal bersifat merchant presented mode dan dapat memperluas interkoneksi. Tujuannya mendukung ekonomi keuangan digital di Indonesia. Adanya QRIS juga memungkinkan QR Code yang dimiliki perbankan dan fintech dapat saling dikolaborasikan.

Mengenai pengujian tahap dua ini Ricky turut memaparkan bahwa mereka fokus pada berbagai kemungkinan isu. Misalnya untuk penanganan isu ketika terjadi kasus pengguna melakukan transaksi dan saldo terpotong, namun merchant belum mendapatkan nominal dana. Selain itu juga melakukan antisipasi di daerah blankspot (tidak ada sinyal).

Hal lain yang tak kalah menarik, nantinya QRIS ini akan menghadirkan efisiensi kaitannya dengan penerimaan dana. Merchant dapat menerima dana yang berasal dari berbagai instrumen pembayaran, baik dari uang elektronik yang berbasis server, tabungan, maupun kartu debit.

Sebelumnya dalam uji coba pertama di tahun 2018 BI telah memberikan izin penggunaan QR Code untuk pembayaran kepada 12 perusahaan, termasuk Go-Pay, Ovo, TCash, BNI Yap! dan BRI (tiga nama terakhir kini sudah bersatu di platform LinkAja). Selain bersama industri fintech, BI kala itu juga menunjuk Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) sebagai lembaga khusus yang akan merampungkan standardisasi QR Code.

ASPI adalah lembaga yang dibentuk BI dengan melibatkan representasi seluruh pelaku industri sistem pembayaran di Indonesia. Lembaga tersebut diberi kewenangan dalam lingkup mikro dan teknis untuk membuat aturan main dalam industri sistem pembayaran dengan tetap memperhatikan ketentuan dan kebijakan.

Dana Kejar Pengembangan Produk, Gaet Samsung Pay dan Pegadaian

Aplikasi e-wallet Dana makin memperdalam penetrasi produknya dengan kemitraan bersama berbagai mitra seiring memasuki tahun pertamanya. Beberapa rencana kemitraan tersebut adalah integrasi dengan Samsung Pay, penyaluran untuk Pembiayaan ultra mikro (UMi) bersama Pegadaian, dan perluasan merchant baik offline maupun online.

Dalam waktu dekat Dana akan merilis layanan self on boarding untuk merchant UMK yang berminat menyediakan Dana sebagai alternatif pembayaran di toko mereka.

“Kita ini payment platform, jadinya kita launch self on boarding ini untuk merchant offline dan offline yang ingin bergabung ke Dana dalam hitungan menit saja. Ini masih dalam pilot, nanti bakal hadir di desa-desa,” terang CEO Dana Vincent Iswara, Senin (25/3).

Layanan self on boarding ini, lanjutnya, akan permudah merchant yang ingin bergabung. Proses pendaftarannya cukup lewat aplikasi Dana dan mengisi beberapa data pribadi dan usaha mereka. Nanti pihak Dana akan mengirimkan sticker kode QR yang bisa dipakai merchant.

Terkait kemitraan dengan Samsung Pay, Vincent belum bersedia mengungkapkan lebih jauh. Menurutnya, akan ada pengumuman resmi yang bakal diumumkan dalam waktu dekat.

Samsung Pay bermitra dengan Dana sebagai sumber dompet digital pengguna yang sudah pre-installed di perangkat Samsung. Uji coba ini masih bersifat tertutup atau closed beta testing di perangkat-perangkat tertentu, yakni Galaxy A30 dan Galaxy A50.

Vincent melanjutkan, terkait kemitraan dengan Pegadaian, Dana akan jadi aplikasi yang menyalurkan dana UMi dari mitra resmi yang ditunjuk pemerintah kepada para anggota. Ke depannya, aplikasi Dana bisa menerima pembayaran cicilan gadai di Pegadaian. Aplikasi Pegadaian pun akan terintegrasi dengan platform pembayaran Dana.

Pencapaian satu tahun Dana

Dana mulai beroperasi tepat pada 21 Maret 2018, yang dimulai dari pengumuman terintegrasinya dengan Bukalapak, Tix.id, dan BBM. Kemudian, pada Desember 2018, perusahaan meresmikan kehadirannya di merchant offline. Kini Dana tersedia di lebih dari 15 ribu titik lokasi sebagai platform pembayaran.

Beberapa merchant offline yang bermitra dengan Dana adalah Ramayana, KFC, Sour Sally, Kopi Kulo dan Kopi Kenangan. Dana juga bisa digunakan sebagai alat pembayaran di mesin kasir Moka POS.

Dari segi pengguna, Dana diklaim telah tembus lebih dari 10 juta pengguna aktif dengan rata-rata nilai transaksi mayoritas di angka Rp10.000-Rp500.000. Adapun volume transaksi yang diproses dalam sistem Dana per harinya tembus 1 juta transaksi dengan persentase yang merata datang dari merchant offline dan online.

“Kita enggak liat dari nominal tapi dari jumlah transaksinya, karena itu yang penting. Itulah mengapa kita enggak memperhatikan juga floating money. Sebisa mungkin harus nol karena kita ini kan payment platform, jadi harus sesering mungkin transaksi. Bisnis utama kita bukan di floating dana.”

Vincent juga menegaskan hingga kini sampai beberapa tahun mendatang, perusahaan belum memfokuskan pada strategi monetisasi. Dia beralasan, perusahaan masih fokus bangun infrastruktur, sehingga belum ditemukan skema monetisasi yang pas. Lagipula, pihaknya ingin memastikan Dana bisa dipakai ke seluruh lapisan masyarakat. Strategi monetisasi akan datang ketika saat tersebut sudah tiba.

“Kita sangat menonjolkan kualitas keamanan sistem yang benar-benar sekelas dunia. Segala jaminan transaksi di Dana kita jamin tidak ada dispute. Banyak user yang balik ke Dana secara organik, tanpa ada tarikan dari promosi. Ini penting sekali buat strategi long term,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Warunk Upnormal Rilis “Pay at Table”, Pembayaran dengan Kode QR Berbasis Aplikasi

Gerai makanan dan minuman asal Bandung Warunk Upnormal menghadirkan inovasi pembayaran non tunai dengan pemindai kode QR “Pay at Table” yang dapat diakses lewat aplikasi Upnormal. Inovasi ini untuk menjawab kebutuhan konsumen yang banyak berasal dari kalangan milennial dan generasi Z yang adaftif terhadap perkembangan teknologi.

Konsumen tidak perlu mengantre di depan mesin kasir setiap kali memesan menu. Cukup mengunduh aplikasi Upnormal, tersedia di Google Play dan iOS, dan melakukan registrasi. Di tiap meja tersedia kode QR yang dapat dipindai lewat aplikasi, secara otomatis akan terhubung ke layar menu makanan dan siap dipilih.

Dalam aplikasi ini tersedia opsi pembayaran dengan tunai di kasir atau dengan Go-Pay. Apabila memilih dengan Go-Pay, akan diarahkan langsung ke halaman Go-Pay untuk menyelesaikan pembayarannya. Metode ini dianggap lebih efisien daripada sebelumnya, konsumen memasukkan secara manual lewat secarik kertas berisi menu dan mengantre di depan kasir sebelum pesanan diantar.

“Dalam CRP Group ini kami selalu berinovasi dan fokus menciptakan consumer experience yang reliable. Ada keinginan dari target market kita yaitu kelompok milennial yang butuh sesuatu yang keren dan kekinian. Akhirnya kita jawab itu dengan fitur Pay at Table untuk mengakomodir mereka yang tidak ingin beranjak dari kursi,” terang Deputy Director Corporate Communication CRP Group Sarita Sutedja, Rabu (20/3).

Warunk Upnormal adalah salah satu dari sembilan brand yang ada di bawah naungan Cita Rasa Prima (CRP Group). Brand lainnya adalah Nasi Goreng Rempah Mafia, Bakso Boedjangan, Sambal Khas Karmila, Fish Wow Cheese, Ayam Bersih Berkah, Bakso Abang Sayang, Martabak Maskulin, dan Juice Kidding.

Tak hanya memudahkan dari sisi konsumen, inovasi tersebut juga memudahkan tim dalam memberikan pelayanan yang optimal. Waktu tunggu pun dipersingkat, sehingga pada akhirnya tim dapat mengirimkan pesanan dalam waktu tidak lama.

Untuk sementara fitur ini baru bisa dimanfaatkan di gerai Warunk Upnormal yang berlokasi di Indofood Tower (Jakarta) dan Dipati Ukur (Bandung). Implementasi di gerai lainnya akan secara perlahan digulirkan sepanjang tahun ini.

Gerai baru yang siap beroperasi, sambungnya, kemungkinan besar akan mengadopsi fitur ini lebih dahulu. Bila ditotal saat ini ada 97 gerai Warunk Upnormal tersebar di seluruh Indonesia. Ditargetkan bakal ada tambahan 100 gerai baru sepanjang tahun ini.

Ke depannya, perusahaan akan membuka opsi pembayaran non tunai lainnya agar konsumen memiliki semakin banyak pilihan. Hanya saja, untuk tahap awal ini dimulai dari Go-Pay, lantaran memiliki basis pengguna aktif yang cukup tinggi.

Sarita melanjutkan, terkait pengembangan fitur di aplikasi, akan lebih difokuskan untuk program loyalitas. Konsumen akan diajak untuk mengumpulkan poin setiap kali bertransaksi dan bisa ditukar dengan sejumlah keuntungan. Aplikasi ini sudah dirilis sejak Oktober 2018 dan telah menjaring sekitar 30 ribu pengguna aktif.

Adopsi teknologi lainnya

Tak hanya untuk kebutuhan eksternal, secara internal grup juga mulai memanfaatkan teknologi terkini agar tetap sejalan dengan perkembangan teknologi. Sarita menyebutkan, perusahaan bekerja sama dengan studio game Agate untuk pengembangan game interaktif untuk pelatihan karyawan.

Di dalam game ini karyawan akan diberi arahan terkait penyajian pesanan dan cara memasak sesuai takaran. Visualnya sama seperti saat bermain game masak memasak. Secara internal, metode ini sudah dipakai untuk melatih karyawan Warunk Upnormal, namun baru sebatas gerai milik sendiri, belum untuk gerai franchise milik mitra.

“Sebab gerai dari mitra ini cakupannya sudah sangat luas, sampai Gorontalo. Untuk mengadakan sesi pelatihannya itu butuh waktu dan biaya yang tidak sedikit, belum lagi kalau ada perubahan SOP. Kami masih menyempurnakan aplikasi game ini baru nanti dilepas untuk pelatihan mitra.”

Application Information Will Show Up Here

BukaDompet Resmi Ditutup, Dana Jadi Platform Pembayaran Utama Bukalapak

Mulai memperkenalkan Buka Dana di bulan September 2018 sebagai platform alternatif untuk pembayaran digital, Bukalapak akhirnya menutup BukaDompet sebagai platform pembayaran utama dan mengalihkannya ke platform Dana, kini bernama Saldo Bukalapak (berikutnya disebut sebagai Saldo), mulai tanggal 25 Februari kemarin.

Kepada DailySocial, Head of Corporate Communication Bukalapak Intan Wibisono mengungkapkan, BukaDompet memang diintegrasikan ke Dana. Hasil transaksi penjualan di BukaDompet tetap dapat diakses oleh seller sebagai Saldo dan dicairkan, namun marketplace dan virtual product buyer akan diarahkan untuk menggunakan metode pembayaran lainnya.

“Kami yakin Saldo dapat makin menguatkan kepercayaan masyarakat terhadap reliabilitas kami sebagai platform belanja online. Kami akan terus berinovasi tanpa henti dengan harapan dapat mendorong kemajuan para usaha kecil kami untuk naik kelas dan memberikan solusi bagi kebutuhan pengguna Bukalapak di seluruh Indonesia.”

Pengguna Bukalapak yang masih mempunyai sisa saldo di BukaDompet, saldo tersebut bisa dicairkan ke rekening bank (minimal Rp25 ribu) ataupun dipindahkan ke DANA (minimal Rp10 ribu).

“Kehadiran Bukalapak ingin terus berinovasi dalam memberikan kemudahan bagi para pengguna, salah satunya dalam hal bertransaksi di Bukalapak,” kata Intan.

Diawali pembekuan oleh Bank Indonesia

Di awal tahun 2018 BukaDompet dibekukan operasionalnya oleh Bank Indonesia karena tidak memiliki izin uang elektronik untuk pengelolaan dompet digital dengan perputaran di atas Rp1 miliar. Tokopedia, Paytren, dan Shopee juga sempat mengalami hal yang sama.

Baik Paytren maupun Shopee akhirnya memperoleh izin dari regulator, sedangkan Tokopedia menggandeng Ovo sebagai platform uang elektroniknya.

Meskipun sempat mengusahakan BukaDompet untuk memperoleh lisensi uang elektronik, akhirnya Bukalapak memilih jalan yang serupa dengan Tokopedia dengan merangkul Dana. Baik Dana maupun Bukalapak memiliki pemilik saham yang sama, yaitu konglomerat media Emtek dan Ant Financial (anak perusahaan Alibaba Group).

Application Information Will Show Up Here

Alami Gangguan Teknis, Tcash Tunda Konversi ke LinkAja Hingga Awal Maret

Setelah mengalami kendala teknis sejak Jumat (22/2) pagi hingga malam ini, Tcash akhirnya menunda peleburan layanannya ke aplikasi LinkAja. Dengan demikian, pelanggan Tcash masih bisa menggunakan layanan tersebut seperti semula.

Dalam keterangan resminya, CEO Tcash Danu Wicaksana mengatakan setelah menganalisis secara menyeluruh, pihaknya memutuskan untuk menunda migrasi aplikasi mobile Tcash ke LinkAja hingga minggu depan

“Kami mengucapkan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi. Pelanggan akan kami kembalikan ke aplikasi Tcash seperti semula, di mana akun dan saldo pelanggan dipastikan aman,” kata Danu.

Sebelum migrasi ini berjalan, Danu menyebut bahwa pihaknya telah melakukan berbagai persiapan bisnis maupun teknis. Namun, kendala teknis muncul pada saat proses konversi update aplikasi Tcash ke LinkAja. Akibatnya, pelanggan sulit untuk login ke aplikasi LinkAja.

Kendati demikian, layanan berbasis lainnya tetap berjalan normal, seperti pembayaran dengan NFC dan token, pengisian saldo di mitra Tcash dan ATM, hingga layanan USSD (*800#) bagi pengguna ponsel non-smartphone.

“Pelanggan Tcash yang lebih dari 95 persen memakai ponsel Android, akan menerima SMS petunjuk untuk update aplikasi mereka kembali ke aplikasi Tcash. Dengan begitu mereka bisa kembali bertransaksi secara normal. Namun, pelanggan iOS belum bisa menggunakan aplikasi Tcash dalam beberapa hari ke depan,” ujar Danu.

Sungguh disayangkan mengingat peleburan Tcash menjadi LinkAja baru diresmikan hari ini. Danu sendiri telah didapuk memimpin LinkAja yang bernaung di bawah PT Fintek Karya Nusantara (Finarya).

LinkAja merupakan sistem pembayaran berbasis Quick Response (QR) Code yang akan dikelola kongsi empat bank BUMN (Mandiri, BNI, BRI, dan BTN), Telkomsel, dan Pertamina.

Rencananya usai peleburan Tcash, bakal menyusul platform e-money berbasis server milik bank BUMN, seperti My QR milik BRI dan Yap! dari BNI, yang akan melebur ke dalam sistem pembayaran LinkAja awal Maret mendatang.

Application Information Will Show Up Here

Mengenal MetaPos dan Mobey, Produk Fintech dari VisioNet (UPDATED)

PT VisioNet Data Internasional (VDI) memiliki dua layanan fintech yang siap dikembangkan di tahun 2019. Mereka adalah MetaPos dan Mobey. Aplikasi point of sales dan kanal pembayaran berbasis mobile.

MetaPos merupakan solusi point of sales berbasis mobile. Dikembangkan dengan tujuan untuk membantu merchant dalam manajemen opersional bisnis sehari-hari. Selain itu juga didesain agar memudahkan pemilik bisnis untuk memonitor seluruh aktivitas (finansial) secara mudah.

Business Development VisioNet Adrianus Ryan menjelaskan, MetaPos menghadirkan beragam fitur seperti pencatatan transaksi, manajemen inventory, hingga sistem loyalitas dan promosi. Sebagai pembeda dan nilai tambah, Metapos juga menghadirkan fitur split bill dan split payment yang dikombinasikan dengan berbagai macam pembayaran.

Produk fintech lainnya dari VisioNet adalah Mobey, yakni sebuah kanal pembayaran berbasis mobile yang sudah tersertifikasi NSICCS, Visa, Master, dan JCB. Mobey mampu menerima transaksi dengan kartu debit dan kartu kredit.

Mobey sendiri hadir guna memenuhi kebutuhan akan pembayaran non-tunai yang lebih luas. Ditujukan untuk pembayaran di tempat, seperti untuk kebutuhan cash on delivery dalam pengiriman barang belanja online dan lain sebagainya. Dengan kata lain solusi Mobey merupakan solusi on-the-spot payment.

Layanan MetaPos dan Mobey sendiri saat ini sudah terdaftar di Bank Indonesia di kategori ​Sistem Pembayaran per ​5 Desember 2018.

Integrasi MetaPos dan Mobey

Kedua produk tersebut juga didesain untuk dapat saling terintegrasi. Mobey hadir sebagai salah satu pilihan pembayaran di MetaPos. Dengan harapan lebih memudahkan penggunaan.

“Mobey merupakan salah satu channel pembayaran yang tersedia di MetaPos. Dengan adanya Mobey, proses pembayaran dilakukan secara terintegrasi, tanpa harus melakukan input ulang nominal pembayaran. Merchant dapat menerima pembayaran dari berbagai jenis kartu hanya dengan menggunakan satu device saja,” jelas Andrianus.

Saat ini MetaPos dan Mobey sama-sama mencoba untuk terus dikembangkan dan dibawa ke pangsa pasar yang lebih luas. MetaPos sendiri sebenarnya sudah mulai dikenalkan pada tahun 2017. Sementara Mobey baru satu tahun setelahnya.

“Tahun ini akan ada perombakan desain yang cukup signifikan agar semakin mempermudah pengoperasian MetaPos. Tidak lupa kami juga akan merilis versi iOS untuk memenuhi permintaan merchant. Kami punya tujuan besar untuk mengintegrasikan MetaPos dengan inovasi-inovasi digital lain dari VisioNet, seperti City Application dan Mall Application,” tutup Andrianus.

Update :  VisioNet merupakan perusahaan terpisah dengan PT Visionet Internasional (pengembang Ovo) dan berada di bawah naungan PT Visionet Data Internasional.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

LPPOM MUI Rilis Pembaruan Aplikasi “Halal MUI” dan Pemindai Kode QR untuk Pembayaran Digital

Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika (LPPOM) Majelis Ulama Indonesia (MUI) merilis pembaruan versi aplikasi Halal MUI dan mengintegrasikan kode QR dengan aplikasi iCash untuk pembayaran digital. Inovasi ini dirilis dalam rangka hari jadi MUI yang ke-30.

Wakil Direktur LPPOM MUI Sumunar Jati menjelaskan aplikasi Halal MUI versi terbaru sudah dilengkapi dengan pembaruan fitur pencarian restoran halal dan pemindai barcode untuk memeriksa label halal dalam suatu produk. Seluruh informasi yang disediakan aplikasi ini sudah terhubung dengan database MUI dan konsumen bisa langsung mengaksesnya. Secara total ada lebih dari 700 ribu produk yang terdata.

“Kami mau memudahkan orang-orang yang ingin mencari tempat makan halal. Nanti jumlahnya [restoran] akan terus kita tambah. Kita ikuti tren millenial untuk memanfaatkan fasilitas ini,” terangnya, kemarin (16/1).

Hasil pemindai barcode produk dari aplikasi Halal MUI / DailySocial
Hasil pemindai barcode produk dari aplikasi Halal MUI / DailySocial

Di samping itu, dalam aplikasi juga dilengkapi dengan pendaftaran sertifikasi halal online untuk para pemilik usaha yang nantinya akan terhubung dengan situs Cerol-SS23000 (Certification Online). Dilengkapi pula dengan pembaruan tampilan UI/UX yang lebih responsif, dan call center LPPOM MUI.

Berhubungan dengan sertifikasi halal, sambung Sumurnar, pihaknya juga memperbarui Cerol-SS23000 menjadi versi terbaru 3.0. Dalam situs ini, pengalaman konsumen dalam melakukan registrasi akan lebih mudah, sekaligus aman. Ada menu tabulasi, pop up form, penjadwalan dan monitoring yang real time.

Pada versi sebelumnya, pembaruan fitur tersebut belum hadir. Pemilik usaha harus berkali-kali mencocokkan jadwal dengan auditor LPPOM MUI untuk didatangi tempat usahanya. Proses ini memakan waktu yang lama, sehingga tidak efektif buat kedua belah pihak.

Pihaknya menjamin dengan adanya pembaruan situs, pemilik usaha dapat mengantongi sertifikat halal dalam kurun waktu 48 hari. Proses registrasi ini, menurut Sumunar, bakal lebih dipersingkat ke depannya. Seluruh proses sekarang ini sudah tidak menggunakan kertas apapun, hanya saja dalam menerbitkan sertifikat halal masih harus di cetak fisiknya.

LPPOM MUI mengaku masih belum menemukan metode yang tepat untuk meyakinkan para pengurus terdiri dari para alim ulama bahwa menggunakan teknologi digital tidak akan menurunkan keabsahan legalitas suatu sertifikat.

“Sekitar seminggu sampai 10 hari dari total 48 hari itu [proses registrasi] sebenarnya lama di tahap tanda tangan para kyai. Masih lamanya di situ. Tentunya kami ingin meningkatkan layanan ke industri, makanya butuh waktu untuk meyakinkan mereka. Makanya kami nasih cari-cari metode yang tepat.”

Integrasi kode QR dengan iCash

Inovasi lainnya yang diumumkan oleh LPPOM MUI adalah integrasi QR Code Halal Resto versi 2.0 dengan aplikasi iCash (Islamic Cash) untuk pembayaran digital. Kode QR ini sebenarnya sudah dimiliki oleh tiap restoran yang sudah meregistrasikan usahanya ke LPPOM MUI dan wajib dipajang di bagian depan restoran.

Namun fungsinya baru terbatas untuk memberikan informasi, promosi, dan validasi otentifikasi produk bersertifikat halal khususnya untuk kategori restoran.

Secara total ada lebih dari 5 ribu restoran yang sudah memiliki kode QR tersebut. Namun untuk implementasi dengan iCash, menurut Sumunar bakal mulai direalisasikan pada Februari 2019. Tahap pertama dimulai dari restoran dengan jaringan yang sudah besar, seperti Solaria, McDonald’s, dan Pizza Hut.

“Secara sistemnya sudah siap tinggal di hubungkan saja dengan restoran-restoran. Harapannya bulan depan konsumen sudah bisa bertransaksi pakai iCash.”

Sumunar beralasan, pihaknya lebih memilih iCash sebagai platform pembayaran ketimbang aplikasi lainnya lantaran aplikasi ini memiliki semangat yang sama. Yakni menyosialisasikan kembali produk-produk lokal berbasis syariah. Dia pun meyakini iCash nantinya bisa diterima dengan baik di lapangan.

Konsumen perlu mengunduh aplikasi iCash dan memindai kode QR yang ada di restoran untuk pembayarannya. Aplikasi ini dirilis BNI Syariah. Tak hanya untuk pembayaran di restoran, iCash dapat digunakan untuk PPOB, asuransi, voucher, pembayaran sertifikasi halal, sedekah, dan produk finansial lainnya yang disediakan bank syariah.

Sejak 2012 LPPOM MUI telah menerbitkan sertifikat halal sebanyak 65.116 untuk 55.626 jumlah perusahaan. Bila ditotal ada 688.615 produk yang sudah berlabel halal.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here