Startup Kesehatan Mental Riliv Bukukan Pendanaan Awal Dipimpin East Ventures

Startup penyedia layanan kesehatan mental (mental health) Riliv mengumumkan telah meraih pendanaan tahap awal (seed round) yang dipimpin oleh East Ventures. Tidak disebutkan nominal investasi yang diberikan, sejumlah investor turut andil di putaran ini termasuk Benson Capital, Sankalpa Ventures, Teja Ventures, Telkom Indonesia melalui program akselerasi Indigo, dan angel investor Shweta Shrivastava.

Dana segar akan dimanfaatkan untuk memperluas layanan kesehatan mental Riliv ke sektor yang lebih luas, seperti masyarakat umum yang membutuhkan layanan kesehatan terintegrasi, serta industri yang spesifik memberikan akses tenaga kesehatan mental bagi karyawan.

“Terdapat peningkatan pengguna Riliv hingga hampir 400% selama pandemi baik dari pekerja maupun pengguna umum seperti pelajar dan ibu rumah tangga. Kebanyakan dari mereka memiliki masalah yang dengan perasaan cemas dan tidak aman terkait kondisi mereka saat ini,” ujar Co-Founder & CEO Riliv Audrey Maximillian Herli.

Lebih lanjut Audrey mengatakan, “Kehadiran konseling daring dan konten-konten mindfulness yang terpadu dari Riliv dapat memperkenalkan kesehatan mental sebagai kebutuhan yang wajar bagi Gen Y, Z, dan Alpha dalam bonus demografi Indonesia saat ini. Kami membuka pintu bagi semua pihak untuk bekerja sama menanggulangi kesehatan mental bersama.”

Seiring perkembangannya, Riliv terus bertumbuh hingga menyediakan layanan konseling psikolog daring lewat sebuah aplikasi. Pengguna bisa memanfaatkan self-help seperti meditasi, journalling, dan juga sleepcast untuk membantu istirahat. Selain itu, Riliv juga menawarkan layanan Employee Assistance Program yaitu Riliv for Company yang menjangkau perusahaan untuk mendapatkan layanan konseling dan program wellness bagi karyawan.

“COVID-19 semakin meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan mental. Layanan Riliv menjadi semakin relevan dengan kebutuhan pasar saat ini dan kami yakin Riliv dapat membantu masyarakat Indonesia untuk mendapatkan akses layanan kesehatan mental dengan mudah. Kami senang bisa mendukung Maxi dan Audy untuk memajukan industri mental health di Indonesia,” sambut Co-Founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Layanan terkait mental health bermunculan

Isu kesehatan mental memang tengah menjadi topik populer akhir-akhir ini. Riset Kesehatan Dasar 2018 yang diselenggarakan oleh Kemenkes menunjukkan bahwa lebih dari 21 juta jiwa masyarakat Indonesia mengalami masalah psikologis emosional dan depresi. Riset pada tahun 2020 juga menunjukkan bahwa gangguan mental meningkat hampir 2 kali lipat saat pandemi Covid-19.

Melihat peluang tersebut, sejumlah startup hadir dengan berbagai bentuk layanan kesehatan mental. Beberapa pemain yang mirip dengan Riliv adalah Kalbu, Kalm, Bicarakan.id, hingga Halodoc yang turut gulirkan paket layanan kesehatan mental di ekosistem telemedisnya.

Application Information Will Show Up Here

POS Startup Olsera Bags 35.8 Billion Rupiah Seed Funding from Kejora-SBI Orbit Fund

The Point-of-sales (POS) platform, Olsera, announced a seed funding today (1/7) worth of $2.5 million or equivalent to 35.8 billion Rupiah from Kejora-SBI Orbit Fund — a joint managed fund between Kejora Capital (Indonesia) and SBI Holdings (Japan).

Using this fresh fund, Olsera will continue to strengthen its technology infrastructure, recruit more talent, and help digitize the MSME business players in more than 200 other cities in Indonesia.

Founded in 2014, Olsera is said to have served more than 10,000 MSMEs in 300 cities in Indonesia to digitize their business. The Olser’s POS solution is not only limited to recording transactions, users are also assisted with ERP features which include inventory management, accounting, marketing, personnel, services, and other functions.

“As fellow entrepreneurs, we understand very well that building and maintaining a business in this current situation is not an easy matter. Since 2015, we ourselves have continued to learn and focus on one thing, how Olsera can help other entrepreneurs to grow bigger by implementing technology to simplify business management,” Olsera’s Co-founder & CEO, Novendy Chen said.

Product variants as value proposition

In terms of developing POS services, Olsera directly competes with many players. Some of those are Moka, Qasir, majoo, Pawoon, Youtap, iSeller, and several others. Therefore, it is important for each player to focus on emphasizing its value proposition.

For Olsera, product innovation is the key to providing added value to its users. In 2020, the company launched the Zenwel service to make it easier for business players in the service sector to manage online reservations. Recently, they introduced the Olsera Store e-commerce enabler to help MSMEs manage online sales.

“During the pandemic, we observe some MSMEs are negatively affected by sales as they’re doing offline businesses. We launched Olsera Store for offline businesses can shift into online, therefore, they can continue run the business,” Olsera’s Co-founder & CTO, Ali Tjin said.

Ali continued, “At the same time, business players in the service sector suffer losses related to the implementation of social distancing. We wanted to help them, in order for Zenwel to grow. Specifically designed for the service business, Zenwel is equipped with calendar scheduling features, online reservations, CRM and loyalty programs to support their customer acquisition and retention.”

Tight competition in POS market

The global POS market size has reached $10.39 billion in 2021, projected to grow 9.5% from 2021 to 2028. This is indeed a very large market. In Indonesia alone, MSME ecosystem channels quite a big potential and becomes an important component in the national economy.

Kemenkop UKM data shows that around 64.2 million MSMEs have contributed to the country’s economy by 61.07 percent or Rp. 8,573.89 trillion. The government has set an ambitious target to bring 30 million MSMEs into the digital economy by 2024. As of September 2021, the Indonesian E-Commerce Association (idEA) recorder around 16.4 million (25%) had entered the digital ecosystem; almost doubled during the pandemic.

This potential encourages innovators to present the most relevant POS services, especially in the MSME segment. In our observation, some POS players have also received support from investors, even two of them have exited through acquisitions and IPOs, below is the list:

Platform Latest Funding Details
Moka AcquiredA  Acquired by Gojek at $130 million
Qasir Series A Undisclosed
Majoo Seed Funding Collecting $8,5 juta in total from two seed round
Pawoon Series A 30% shares acquired by DIVA
Youtap It’s a joint ventures of Salim Group and Youtap Global
iSeller Pre-Series B $8 million
Cashlez IPO The market cap has reached Rp354,92 billion
Olsera Seed Funding $2,5 million

Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Application Information Will Show Up Here

Startup POS Olsera Terima Pendanaan Awal 35,8 Miliar Rupiah dari Kejora-SBI Orbit Fund

Startup pengembang platform point-of-sales (POS) Olsera hari ini (07/1) mengumumkan perolehan pendanaan awal $2,5 juta atau setara 35,8 miliar Rupiah dari Kejora-SBI Orbit Fund — dana kelolaan hasil kerja sama antara Kejora Capital (Indonesia) dan SBI Holdings (Jepang).

Dengan dana segar ini, Olsera akan terus memperkuat infrastruktur teknologi, merekrut lebih banyak talenta, dan membantu digitalisasi usaha para pelaku UMKM di lebih dari 200 kota lainnya di Indonesia.

Didirikan sejak 2014, Olsera mengklaim telah melayani lebih dari 10.000 UMKM di 300 kota di Indonesia untuk mendigitalkan bisnis mereka. Solusi yang dihadirkan POS Olsera bukan hanya sebatas pencatatan transaksi saja, pengguna juga dibantu dengan fitur ERP yang mencakup pengelolaan inventori, akuntansi, pemasaran, personalia, pelayanan, dan fungsi lainnya.

“Sebagai sesama pengusaha, kami sangat memahami bahwa membangun dan mempertahankan bisnis di masa seperti ini bukanlah hal yang mudah. Sejak 2015, kami sendiri terus belajar dan berfokus pada satu hal, bagaimana Olsera dapat membantu para pengusaha lainnya untuk semakin bertumbuh dengan menerapkan teknologi yang memudahkan pengelolaan usaha mereka,” ungkap Co-founder & CEO Olsera Novendy Chen.

Variasi produk jadi proposisi nilai

Tidak dimungkiri di ranah pengembangan layanan POS Olsera berhadapan langsung dengan banyak kompetitor. Sebut saja Moka, Qasir, majoo, Pawoon, Youtap, iSeller, dan masih banyak lainnya. Untuk itu, penting bagi masing-masing pemain untuk fokus menekankan proposisi nilai mereka.

Bagi Olsera, inovasi produk dijadikan kunci untuk memberikan nilai lebih kepada penggunaannya. Pada 2020 lalu, mereka meluncurkan layanan Zenwel untuk memudahkan pelaku usaha di bidang jasa untuk kelola reservasi secara online. Baru-baru ini, mereka perkenalkan layanan e-commerce enabler Olsera Store untuk membantu UMKM untuk bisa mengelola jualan secara online.

“Selama pandemi berlangsung, kami melihat cukup banyak UMKM yang terkena dampak di penjualan karena bisnis yang dimilikinya masih offline. Kami meluncurkan Olsera Store sehingga para pebisnis dapat mengubah toko offline mereka menjadi online agar dapat terus menjalankan bisnisnya,” ujar Co-founder & CTO Olsera Ali Tjin.

Ali melanjutkan, “Di saat yang sama, para pelaku usaha di bidang jasa menderita kerugian terkait penerapan social distancing. Kami ingin membantu mereka, dan dikembangkanlah Zenwel. Didesain khusus untuk lini usaha jasa, Zenwel dilengkapi dengan fitur penjadwalan kalender, reservasi online, CRM dan program loyalty untuk mendukung akuisisi dan retensi pelanggan mereka.”

Riuh kompetisi pemain POS

Secara global, ukuran pasar layanan POS secara global telah mencapai $10,39 miliar pada tahun 2021, diproyeksikan akan bertumbuh 9.5% dari 2021 sampai 2028 mendatang. Tentu ini pasar yang sangat besar, pun demikian di Indonesia, potensi datang dari ekosistem UMKM yang sangat besar dan menjadi komponen penting dalam perekonomian nasional.

Data KemenkopUKM menunjukkan sekitar 64,2 juta UMKM memiliki kontribusi terhadap perekonomian negara sebesar 61,07 persen atau senilai Rp8.573,89 triliun. Pemerintah sendiri memasang target ambisius, yakni membawa 30 juta UMKM untuk masuk ke dalam ekonomi digital di tahun 2024. Per September 2021, Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) mencatat sekitar 16,4 juta (25%) sudah masuk ke dalam ekosistem digital; bertumbuh hampir 2 kali lipat semasa pandemi.

Potensi tersebut mendorong para inovator untuk menghadirkan layanan POS paling relevan, khususnya di segmen UMKM. Dari catatan kami, sejumlah pemain POS juga telah mendapatkan dukungan dari investor, bahkan dua di antaranya sudah exit melalui akuisisi dan IPO, berikut daftarnya:

Platform Pendanaan Terakhir Keterangan
Moka Diakuisisi Diakuisisi Gojek senilai $130 juta
Qasir Seri A Tidak disebutkan
Majoo Pendanaan Awal Total dana yang dikumpulkan dalam 2 putaran seed $8,5 juta
Pawoon Seri A 30% saham diakuisisi DIVA
Youtap Merupakan hasil joint ventures Salim Group dan Youtap Global
iSeller Pra-Seri B $8 juta
Cashlez IPO Kapitalisasi pasarnya telah mencapai Rp354,92 miliar
Olsera Pendanaan Awal $2,5 juta
Application Information Will Show Up Here

Init-6 Invests in the “Showwcase” Community Platform fo Developers

After channeling investment in local cloud service provider IDCloudHost, in early 2022, Init-6 announced another funding to Showwcase.

Showwcase is a US based startup that specifically provides a professional network designed to connect developers, build communities, and discover new opportunities. Due to the increasing number of developers today, making platforms like Showwcase is considered very relevant.

This is a seed round funding and the value is undisclosed. In total, Init-6 has currently invested in 15 portfolios. Most of them are startups from Indonesia. Showwcase, in fact, has plans to expand in Indonesia.

Init-6’s Partner, Nugroho Herucahyono revealed to DailySocial that they invested in Showwcase because of the lack digital talents. There is an imbalance between supply and demand for tech talents.

“One of the problems that we observe is the lack of solutions that can accommodate the needs of tech talent to connect, share knowledge, showcase technology skills, and find opportunities in the technology community. Seeing that problem, we believe Showwcase can be the answer to represent the needs of technology talent in the market. We believe that the Showwcase platform can bridge the supply and demand gap for technology talent.”

Launched in 2020, Init-6 was founded with focus on investing in early-stage startups. Init-6 made its first investment into the edtech platform Eduka. Throughout 2022, they plan to invest in more startups in Indonesia.

Platfotm for developers

The increasing number of training platforms, such as coding classes and coding bootcamps, has generate more developers in Indonesia. However, there are not many platforms that provide opportunities for them to create networks and broaden their insights. In the future, Showwcase wants to be a forum for developers in Indonesia to establish online connection.

A local platform that prior to offer a similar concept was Dicoding. Since the beginning, Dicoding has utilized its website platform to reach developers and potential developers in Indonesia. There are several activities that can be followed through the website, ranging from developer competitions, developer events, and learning channels with programming topics.

Another platform that offers a similar concept is Kotakode. the platform also functions as a channel for Q&A for programmers.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Init-6 Berikan Pendanaan Kepada Platform Komunitas Developer “Showwcase”

Setelah sebelumnya berinvestasi di penyedia layanan cloud lokal IDCloudHost, awal tahun 2022 ini Init-6 kembali mengumumkan pendanaan kepada Showwcase.

Showwcase adalah startup asal Amerika Serikat yang secara khusus menghadirkan jaringan profesional yang dibangun untuk developer agar saling terhubung, membangun komunitas, dan menemukan peluang baru. Karena semakin banyak jumlah developer yang hadir secara online saat ini, menjadikan platform seperti Showwcase dinilai sangat relevan untuk mereka.

Putaran pendanaan kali ini adalah pendanaan tahap awal yang diterima oleh Showwcase. Tidak disebutkan lebih lanjut nilai investasi yang diberikan. Secara total saat ini Init-6 telah memiliki sekitar 15 portofolio. Sebagian besar adalah startup asal Indonesia. Saat ini Showwcase memiliki rencana untuk melakukan ekspansi di Indonesia.

Kepada DailySocial.id, Partner of Init-6 Nugroho Herucahyono mengungkapkan alasan mereka memberikan pendanaan kepada Showwcase adalah masih sedikitnya talenta digital saat ini. Ada ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan untuk talenta teknologi.

“Salah satu masalah yang kami amati adalah kurangnya solusi yang dapat mengakomodasi kebutuhan talenta teknologi untuk terhubung, berbagi pengetahuan, menunjukkan keterampilan teknologi, dan menemukan peluang di komunitas teknologi. Melihat masalah itu, kami yakin Showwcase bisa menjadi jawaban untuk mewakili kebutuhan talenta teknologi di pasar. Kami yakin bahwa platform Showwcase dapat menjembatani kesenjangan penawaran dan permintaan untuk talenta teknologi.”

Diluncurkan pada tahun 2020 lalu Init-6 didirikan dengan fokus mereka yaitu berinvestasi ke startup tahap awal. Init-6 memberikan investasi perdananya ke platform edtech Eduka. Rencananya sepanjang tahun 2022 ini, akan ada lagi rencana investasi Init-6 untuk startup di Indonesia.

Pertumbuhan platform untuk developer

Makin bertambahnya platform pelatihan seperti coding class hingga coding bootcamp, telah melahirkan developer baru di Indonesia. Namun demikian belum banyak platform yang memberikan peluang untuk mereka membuka jaringan dan memperluas wawasan. Showwcase ke depannya ingin menjadi wadah bagi para developer di Indonesia untuk menjalin relasi secara online.

Platform lokal yang sebelumnya juga menawarkan konsep serupa adalah Dicoding. Sejak awal, Dicoding memanfaatkan platform website yang dimiliki untuk menjangkau pengembang dan calon pengembang di Indonesia. Ada beberapa kegiatan yang bisa diikuti melalui web Dicoding, mulai dari kompetisi developer, acara developer, hingga kanal pembelajaran dengan topik pemrograman.

Platform lain yang menawarkan konsep serupa adalah Kotakode. Kotakode juga berfungsi sebagai kanal tanya jawab dan diskusi para programmer.

Atur Toko Bantu UMKM Kelola Usaha di Marketplace, Sediakan Teknologi dan Layanan Menyeluruh

Bertujuan untuk meminimalisir biaya saat memasarkan dan menjual produk mereka, platform e-commerce enabler Atur Toko, hadir menawarkan teknologi dan layanan kepada UMKM. Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO Atur Toko Bagus Dewantara mengungkapkan, berawal dari sebuah proyek lalu muncul ide untuk kemudian mengembangkan teknologi yang relevan kepada UMKM guna memperluas kanal penjualan mereka.

Berangkat dari hipotesis tersebut bersama dengan pendiri lainnya yaitu Christiono Hendrawan, Asfar, dan Ricky Erri Thoiffur dibuat software sendiri agar bisa digunakan untuk merchant lebih banyak lagi.

Atur Toko resmi meluncur tahun 2019 lalu. Saat ini mereka telah memiliki sekitar 5 ribu merchant dan 200 brand yang tersebar di seluruh Indonesia. Secara khusus Atur Toko membantu optimalisasi penjualan brand dengan Team Brand Manager dari platform untuk mengelola strategi penjualan produk di marketplace.

Selain menyediakan teknologi Atur Toko juga menyediakan layanan pendukung. Di antaranya adalah tim fulfillment, store management, hingga gudang yang dikelola sendiri.

“Bisa dibilang platform kami sangat komprehensif secara end-to-end membantu mereka yang baru mulai berjualan hingga brand besar untuk mendorong pertumbuhan bisnis,” kata Bagus.

Produk unggulan Atur Toko

Saat ini teknologi Atur Toko telah terintegrasi dengan enam marketplace besar di Indonesia. Sistem yang terintegrasi memungkinkan UMKM untuk memonitor tokonya di berbagai platform marketplace hanya dengan satu dashboard; termasuk mendapatkan data penjualan, stok produk, layanan branding, pinjaman modal, hingga chatboard.

Terdapat tiga produk unggulan yang bisa dipilih oleh pengguna. Di antaranya adalah AturToko+, omnipos dan Buat Toko+. Masing-masing memiliki layanan yang bisa dimanfaatkan oleh penjual baru hingga brand besar.

Untuk saat ini produk yang paling banyak dipilih oleh pengguna adalah AturToko+. Salah satu alasan mengapa makin banyak pengguna memilih produk yang bisa membantu pengguna memasarkan produk mereka dengan bantuan dari tim Atur Toko adalah, agar mereka bisa lebih fokus kepada produksi dan memastikan barang berkualitas.

“Selain itu kami melihat makin banyak di antara mereka yang ingin memiliki kanal penjualan lebih luas lagi dengan biaya yang rendah. Sementara saat ini kebanyakan di marketplace biayanya cukup tinggi dengan besarnya potongan yang dibebankan kepada mereka. Jika ada kanal penjualan lain dengan biaya yang rendah tentunya akan lebih membantu mereka,” kata Bagus.

Bagi mereka penjual baru yang belum memiliki produk bisa bergabung bersama dengan Atur Toko menjadi Drop Ship. Hanya dengan memasarkan semua katalog yang berasal dari brand UMKM yang bergabung dengan Atur Toko, mereka bisa mendapatkan penghasilan tambahan sebagai penjual.

Untuk memudahkan pengguna melakukan pembayaran disediakan pilihan yang bisa dikustomisasi. Meskipun sebagai platform Atur Toko mengedepankan komputasi awan (cloud) namun disediakan pilihan lain untuk mempermudah mereka mengelola bisnis. Ke depannya Atur Toko juga akan mengenakan biaya tahunan untuk pengguna.

“Saya melihat layanan ini bukan one model fit for all ada beberapa variasi model yang kami hadirkan meskipun hanya sedikit pilihannya. Fokus utama kami ke depannya adalah komputasi awan,” kata Bagus.

Gudang e-commerce dan rencana penggalangan dana

Tim dan manajemen Atur Toko / Atur Toko

Bekerja sama dengan pemerintah daerah, Atur Toko mendirikan gudang e-commerce untuk pengembangan UMKM. Gudang e-commerce memungkinkan pelaku UMKM untuk berfokus pada produksi saja sementara Atur Toko akan mengelola keseluruhan proses dan meningkatkan penjualan UMKM. Mulai dari foto produk, manajemen media sosial, kebijakan harga, media pengemasan produk, hingga proses pengiriman kepada pembeli.

Sepanjang tahun 2021, Atur Toko telah berhasil melakukan inisiasi dengan beberapa Pemda untuk menggagas kerja sama pendirian gudang e-commerce bagi UMKM Binaan Pemda. Di antaranya di daerah Garut, Gorontalo, Bekasi, Kalimantan Barat, dan Mojokerto. Di tahun 2022, Atur Toko menargetkan untuk melakukan penetrasi ke 20 Pemerintahan Daerah.

“Selain dapat menyimpan semua produk dari UMKM, Gudang E-commerce Atur Toko juga berfungsi sebagai tempat pelatihan bagi pelaku UMKM yang ingin mengembangkan bisnis. Harapannya kami bisa mengawal usaha mereka, setelah mereka selesai melakukan pelatihan dengan Atur Toko,” kata Bagus.

Setelah menjalankan bisnis secara bootstrap, saat ini Atur Toko telah mengantongi pendanaan awal yang diperoleh dari angel investor. Rencananya pada kuartal pertama tahun 2022 ini, perusahaan akan melakukan penggalangan dana tahapan lanjutan.

Sebelumnya perusahaan mengklaim sempat dilirik oleh dua perusahaan teknologi Indonesia untuk kemudian diakuisisi. Namun demikian karena tidak adanya kesepakatan di antara kedua belah pihak, proses akuisisi tersebut tidak dilanjutkan.

“Tujuan kami sejak awal adalah bisa menciptakan supply chain dengan biaya yang rendah untuk supplier. Yang menarik dari social commerce adalah, semua biaya bisa sangat rendah karena memanfaatkan kanal seperti media sosial untuk berjualan, sehingga mereka bisa fokus kepada penyediaan produk yang bagus dan dari sisi logistik bisa memuaskan untuk pelanggan,” tutup Bagus.

JaPang Provides Grocery Supply Chain Innovation to Focus on Outside Java

The huge opportunity to disrupt the system of providing rice, chicken and eggs as staple food for the community has inspired Jaringan Pangan (JaPang) to present a breakthrough in the distribution system empowered by technology. In particular, JaPang serves lots of customers outside Java for its product and technology services. This startup officially launched in April 2021, targeting the B2B segment.

Jaringan Pangan Indonesia’s Founder & CEO, Benny Tjong said to DailySocial that the reason they focus on rice, chicken and eggs is because the products has a large volume. For rice alone, the market opportunity is recorded at around $22 billion per year.

“Aside from volume basis, these products are not easily rotten. Rice is guaranteed as a lifetime product, while we sold frozen chicken, it can stay longer. Likewise for eggs, which mostly have at least 30 days shelf life from its laying,” Benny said.

Partnership with local farmers

In order to provide these products, JaPang has established partnerships with local farmers. It is expected to give them direct access to the target market, which is still difficult. At least 350 rice farmers have joined, 100 chicken farmers and 20 chicken egg farmers. JaPang also has 45 B2B clients in various cities.

“We also sell complimentary products such as cooking oil and sugar. We developed our private label for all of these products. These products are also complementary to basic food products,” Benny added.

Focusing on cities outside Java, JaPang claims to have covered most cities in Kalimantan. They also target Sulawesi, Maluku and Papua. In particular, JaPang has several revenue streams, B2B for distributors and agents, as well as B2B2C specifically for retail and their flagship initiative, “Jawara” (JApang WARung RAkyat).

Jawara for B2B2C

In addition to bridging the distributors and agents needs, JaPang helps them distribute and sell all products. Apart from having partners in various areas and even in several cities that are included in the primary city category, JaPang will open its own depot, all of which are managed by the JaPang team. This is related to the company’s next step to develop the B2B2C segment, Jawara.

“We present Jawara for SMEs by creating a social impact for those novice entrepreneurs who want to star a business. In terms of capital, we will provide capital in the form of stock by selling rice, eggs and chicken,” Benny said.

He added that they also partnered with several financial institutions to provide capital. It is expected that more partners from other financial institutions will join JaPang to help the Jawaras.

This latest initiative is still concentrated in the Greater Jakarta area. However, JaPang targets to expand throughout Indonesia in the future. In the first quarter of 2022, they target to reach around 10 thousand Jawaras.

In order to simplify the process, JaPang will be managing the launched depots. In the future, the it can be functioned as a dark store (that only serves online transactions) and will adopt an omnichannel strategy for pick up or delivery. Currently, JaPang has 5 depots in Jabodetabek and 5 others outside Java.

“Currently, we have reached more than 100 Jawaras in Jabodetabek and it is estimated to reach 500 this month. In January 2022, Jawara is to expand to Surabaya, followed by other big cities,” Benny said.

Fundraising plan

To date, JaPang has secured seed funding with a total value of $500 thousand or equivalent to 7.1 billion Rupiah. This amount is a combination of the founders’ investment and fresh funds from several angel investors. In order to accelerate business growth and expansion plans, JaPang is currently in the process of finalizing the pre-series A fundraising. If it goes well, JaPang will announce the news at the end of January 2022.

In addition to fundraising, JaPang is currently developing an app. It has been launched for B2B clients, but since it is still difficult to adopt them online, this app is currently available for internal. In the future, JaPang will develop an app for all partners to buy products, as well as for Jawara and the end consumers.

“It’s not exclusive for Jawara, buyers will be able to find out where the nearest Jawara is. Everything is currently under development forthe app,” Benny added.

In 2022, JaPang will focus on introducing Jawara to the wider market. This includes acquiring more Jawaras, especially those who are affected by the pandemic and want to earn additional income by joining Jawara. The logistics development alone is part of the company’s roadmap. They are currently utilizing third party logistics.

“Our focus remains on B2B and Jawara clients, as well as how we can have food security and help SMEs have economic resilience,” Benny said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

JaPang Hadirkan Inovasi “Supply Chain” Produk Bahan Pangan, Fokus di Luar Jawa

Besarnya peluang untuk mendisrupsi sistem penyediaan beras, ayam, dan telur sebagai bahan pangan pokok masyarakat, dimanfaatkan oleh Jaring Pangan (JaPang) untuk berinovasi menghadirkan terobosan sistem distribusi yang diberdayakan teknologi. Secara khusus JaPang banyak melayani pelanggan di luar Jawa untuk layanan produk dan teknologi mereka. Menyasar segmen B2B, startup ini resmi meluncur bulan April 2021 lalu.

Kepada DailySocial.id, Founder & CEO Jaring Pangan Indonesia Benny Tjong mengungkapkan, alasan mereka untuk fokus kepada beras, ayam, dan telur adalah karena memiliki volume yang sangat besar. Untuk beras sendiri tercatat dalam peluang pasar bisa mencapai sekitar $22 miliar per tahunnya.

“Selain basis volume,  kami melihat produk tersebut memiliki ketahanan dalam waktu yang cukup lama. Untuk beras sudah terjamin sebagai lifetime product, sementara untuk ayam karena kami menjual dalam bentuk beku bisa memiliki daya tahan yang lama. Demikian juga untuk telur, yang kebanyakan memiliki daya tahan selama 30 hari semenjak bertelur,” kata Benny.

Jalin kemitraan dengan petani lokal

Untuk menyediakan produk tersebut, saat ini JaPang telah menjalin kemitraan dengan petani lokal. Harapannya bisa memberikan akses langsung mereka kepada target pasar, yang selama ini masih sulit untuk dilakukan. Sedikitnya sudah ada 350 petani padi yang bergabung, 100 peternak ayam, dan 20 peternak telur ayam. JaPang juga telah memiliki 45 klien B2B di berbagai kota.

“Kami juga menjual complimentary product seperti minyak goreng dan gula. Semua produk tersebut kami buat sendiri mereknya melalui private label. Produk tersebut turut melengkapi menjadi produk sembako,” kata Benny.

Fokus kepada kota-kota di luar pulau Jawa, saat ini JaPang mengklaim telah menjangkau sebagian besar kota di pulau Kalimantan. Pulau lain yang juga disasar di antaranya adalah Sulawesi, Maluku, hingga Papua. Secara khusus JaPang memiliki beberapa revenue stream, yaitu B2B untuk distributor dan agen, juga B2B2C khusus untuk ritel dan inisiatif unggulan mereka, “Jawara” (JApang WArung RAkyat).

Kembangkan Jawara untuk B2B2C

Selain menjembatani kebutuhan distributor dan agen, JaPang juga turut membantu mereka mendistribusikan dan menjual semua produk. Selain sudah memiliki mitra di berbagai area dan bahkan sudah ada di beberapa kota yang masuk dalam kategori primary city, JaPang akan membuka depo sendiri yang semuanya dikelola sendiri oleh tim JaPang. Hal tersebut diklaim ada kaitannya dengan beberapa strategi ke depan perusahaan untuk mengembangkan segmen B2B2C yaitu Jawara.

“Jawara kami hadirkan untuk pelaku UKM dengan menciptakan suatu social impact untuk mereka yang ingin memiliki usaha tapi tidak mengetahui bagaimana cara memulainya. Bagi mereka yang tidak memiliki modal akan kita berikan modalnya dalam bentuk stok dengan berjualan beras, telur dan ayam,” kata Benny.

Ditambahkan olehnya, untuk pembiayaan modal selain disediakan oleh JaPang sendiri, mereka juga bermitra dengan institusi finansial untuk menyediakan pilihan tersebut. Harapannya akan lebih banyak lagi mitra institusi finansial lainnya yang bergabung dengan JaPang membantu para Jawara.

Inisiatif baru ini masih terkonsentrasi di wilayah Jabodetabek. Namun ke depannya JaPang menargetkan akan memperluas hingga ke seluruh Indonesia. Harapannya pada kuartal 1 tahun 2022 mendatang bisa merangkul sekitar 10 ribu Jawara.

Untuk mempermudah proses, nantinya JaPang akan mengelola depo-depo yang akan di buka sebelumnya. Depo tersebut ke depannya juga akan berfungsi sebagai dark store (konsep toko ritel yang hanya melayani transaksi secara online) dan akan mengadopsi strategi omnichannel yang bisa diambil langsung atau diantar. Saat ini JaPang telah memiliki 5 depo di Jabodetabek dan 5 lainnya di luar pulau Jawa.

“Saat ini jumlah Jawara di Jabodetabek sudah mencapai 100 lebih jumlahnya dan diperkirakan akan mencapai 500 Jawara bulan ini. Bulan Januari 2022 mendatang rencananya Jawara akan merambah Surabaya, dilanjutkan dengan kota-kota besar lainnya,” kata Benny

Rencana penggalangan dana

Saat ini JaPang telah mengantongi pendanaan awal dengan total nilai $500 ribu atau setara 7,1 miliar Rupiah. Jumlah tersebut merupakan gabungan investasi para pendiri dan dana segar dari beberapa angel investor. Untuk mempercepat pertumbuhan bisnis dan memperluas rencana ekspansi, JaPang saat ini tengah dalam proses finalisasi penggalangan dana pra-seri A. Jika sesuai dengan rencana, dana segar tersebut bisa dikantongi oleh JaPang akhir bulan Januari 2022.

Selain penggalangan dana, JaPang juga masih mengembangkan aplikasi. Untuk saat ini aplikasi klien B2B sudah diluncurkan, namun karena masih sulitnya untuk mengadopsi mereka secara online, aplikasi tersebut masih digunakan secara internal. Ke depannya JaPang akan mengembangkan aplikasi yang bisa digunakan semua mitra untuk membeli produk, demikian pula untuk Jawara dan end consumer.

“Bukan hanya untuk para Jawara namun juga pembeli nantinya bisa mengetahui lokasi terdekat Jawara ada di mana. Semua masih dalam proses pengembangan untuk aplikasi,” kata Benny.

Tahun 2022 mendatang fokus JaPang masih ingin memperkenalkan Jawara lebih luas lagi. Termasuk di dalamnya menambah jumlah Jawara, terutama bagi mereka yang terdampak pandemi dan ingin mendapatkan penghasilan tambahan dengan bergabung menjadi Jawara. Pengembangan logistik sendiri juga menjadi bagian dari roadmap perusahaan. Saat ini mereka masih memanfaatkan logistik pihak ketiga.

“Fokus kita tetap kepada klien B2B dan Jawara, serta bagaimana kita bisa memiliki ketahanan pangan dan membantu UKM memiliki ketahanan ekonomi,” kata Benny.

Raih Pendanaan dari Arise, Pitik Kembangkan Teknologi di Sektor Budidaya Unggas

Di tengah lanskap pertumbuhan sektor agrikultur dan akuakultur di Indonesia, budidaya unggas menjadi salah satu area yang belum banyak mengalami inovasi dari sisi teknologi. Hal ini mengungkap inefisiensi operasional yang tinggi serta banyaknya lapisan perantara dalam rantai nilai. Berusaha untuk menyelesaikan masalah ini, Pitik mengembangkan solusi teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasi peternakan yang berfokus pada budidaya unggas.

Perusahaan berhasil meraih pendanaan tahap awal dengan nilai yang tidak disebutkan dari Arise, dana kelolaan dari MDI Ventures dan Finch Capital; serta Wavemaker Partners. Rencananya, dana segar akan digunakan untuk mempercepat pengembangan produk, integrasi rantai pasok, dan perluasan wilayah operasi untuk menjangkau lebih banyak petani.

Co-founder & CEO Pitik Arief Witjaksono mengungkapkan, “Mampu mengurangi inefisiensi di peternakan dengan teknologi adalah langkah penting pertama untuk memastikan bahwa peternak unggas Indonesia dapat menghasilkan ayam berkualitas tinggi dan sekaligus menguntungkan.”

Sediakan sistem manajemen full-stack

Mulai beroperasi di pertengahan tahun 2021, Pitik menyediakan sistem manajemen peternakan full-stack untuk memungkinkan transparansi data di seluruh rantai nilai untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasi para peternak unggas. Misi utama perusahaan adalah untuk memajukan dan menyejahterakan peternak ayam di Indonesia.

Pitik menawarkan tiga solusi teknologi dalam platformnya. Pertama, Farm IoT (Internet of Things), sebuah sensor yang terhubung dan perangkat IoT yang dipasang di seluruh kandang untuk menyatukan kondisi kandang secara otomatis dan mengirimkan informasi terkini ke aplikasi secara real-time. Selanjutnya, Pitik Farm Algorithm yang didukung dengan Artificial Intelligence untuk mengoptimalkan kinerja produksi, mendeteksi potensi isu di kandang, dan memberikan rekomendasi peningkatan efisiensi kandang.

Terakhir, Pitik Digital Assistance yang memiliki beberapa fitur, seperti early warning system untuk mendeteksi masalah dan memberikan rekomendasi peningkatan performa berdasarkan algoritma, smart dashboard untuk memantau kondisi kandang, serta automated task management untuk mengelola kandang dan program pertumbuhan ayam dengan lebih mudah.

“Teknologi kami dirancang agar mudah diterapkan dan digunakan oleh setiap peternak unggas di Indonesia, terlepas dari ukuran peternakan atau infrastruktur mereka. Mengemas teknologi dengan model bisnis yang transparan dalam pengadaan input pertanian dan penjualan ayam, kami ingin memastikan petani Indonesia dapat meraup keuntungan yang lebih serta berdampak pada peningkatan kesejahteraan mereka,” tambah Co-founder & COO Pitik Rymax Johana.

Selain teknologi, perusahaan juga membantu para peternak untuk mendapatkan pasokan sapronak (sarana produksi peternakan) yang lebih baik dengan harga kompetitif, memberikan akses permodalan, dan memberikan dukungan penjualan agar pada akhirnya masyarakat Indonesia dapat mengonsumsi daging ayam dengan kualitas yang lebih baik dan harga yang lebih terjangkau.

Pendanaan di sektor budidaya

Minat investor terhadap sektor budidaya semakin tinggi, hal ini dibuktikan dengan banyaknya pengembang solusi teknologi di sektor ini yang meraih pendanaan. Salah satunya eFishery yang bergerak di bidang budidaya ikan dan udang. Solusi yang dikembangkan pun semakin beragam mulai dari sistem manajemen, permodalan, hingga online grocery.

Selain itu, ada juga JALA Tech, startup pengembang perangkat teknologi akuakultur yang belum lama ini mengumumkan pendanaan terbarunya.

Untuk solusi yang menargetkan peternak unggas, belum ada banyak pemain yang fokus menggarap segmen ini. Salah satu perusahaan rintisan dengan target pasar serupa Pitik adalah Chickin, layanan yang menawarkan inovasi perangkat teknologi yang dapat membantu mengefisiensi sistem pengelolaan kandang. Keduanya bercita-cita memudahkan para peternak untuk melakukan budidaya unggas secara optimal, produktif, dan efisien.

Sementara itu, pasar unggas di Indonesia saat ini telah mencapai $7,4 miliar dengan CAGR 7% selama tahun 2015 – 2020. Pasar ini memiliki peluang pertumbuhan yang masih sangat besar melihat konsumsi ayam per kapita Indonesia 5,9x lebih rendah dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya, hal ini menciptakan banyak ruang untuk pertumbuhan.

Di samping itu, disrupsi teknologi kian dibutuhkan melihat tingkat produktivitas budidaya unggas di Indonesia yang menunjukkan angka kematian 7,3x lebih tinggi dan rasio konversi pakan (FCR) 1,4x lebih tinggi dibandingkan dengan tolak ukur di industri. Dengan memanfaatkan solusi IoT dan pengetahuan operasional pertanian yang mendalam, perusahaan rintisan diharapkan mampu memberi solusi atas permasalahan ini.

Otozilla Hadir sebagai Platform “Social Commerce” Produk Otomotif

Bertujuan untuk memperluas edukasi dan kesadaran masyarakat umum akan pentingnya perawatan kendaraan pribadi yang digunakan sehari-hari, platform social commerce yang fokus kepada otomotif Otozilla diluncurkan. Salah satu fokusnya ialah mefasilitasi komunitas.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO Otozilla Kenny Joseph mengungkapkan, Indonesia saat ini menjadi negara terbesar yang memiliki komunitas pecinta otomotif di Asia Tenggara. Membuktikan peluang untuk mengakomodasi layanan dan kebutuhan mereka.

“Kebanyakan mereka yang tergabung dalam komunitas bukan hanya tertarik dengan satu brand kendaraan saja, namun juga ingin memperluas networking. Harapannya bisa didapatkan lebih banyak informasi hingga rekomendasi bengkel dan keperluan perawatan kendaraan mobil dan motor lainnya,” kata Kenny.

Selain komunitas, Otozilla juga berfungsi sebagai marketplace yang menawarkan kesempatan kepada merchant untuk menjual mobil dan motor hingga produk dan jenis perawatan kendaraan lainnya dalam satu platform. Masing-masing penjual diharuskan membayar biaya keanggotaan premium, bisa memanfaatkan platform yang berfungsi sebagai media sosial, pengelolaan anggota hingga aktivasi acara untuk berbagai komunitas otomotif.

Meskipun belum memiliki mitra bengkel dan merchant yang banyak jumlahnya, namun Otozilla mengklaim memiliki produk yang sudah tervalidasi dan terjamin kualitasnya.

“Untuk komunitas saat ini kami tidak mengenakan biaya, sehingga mereka bebas untuk membuat halaman khusus untuk masing-masing anggota di komunitas. Kita juga menyediakan Organizational Management System yang bisa digunakan oleh mereka yang ingin mengelola anggota dan menggelar kegiatan otomotif di Otozilla,” kata Kenny.

Berbeda dengan platform seperti Carsome hingga OLX Autos, Otozilla ingin menjadi platform social commerce yang menyediakan satu wadah untuk semua kegiatan komunitas otomotif di tanah air. Pemain serupa yang sebelumnya telah menawarkan konsep serupa adalah Modifikasi.com. Saat ini Otozilla telah mendapatkan pendanaan pre-seed dari beberapa angel investor.

“Kami cukup beruntung mendapatkan angel investor yang memiliki latar belakang selama 20 tahun di dunia otomotif. Dengan demikian bisa membantu kami untuk menambah wawasan dan memperluas jaringan di dunia otomotif,” kata Kenny.

Meluncurkan software DASH

Untuk memberikan informasi yang lengkap seputar kondisi kendaraan pengemudi, Otozilla meluncurkan DASH. Harapannya bisa memberikan solusi untuk membantu pengemudi lebih paham dan juga terbantu dalam pemeliharaan mobil dan keselamatan dalam berkendara.

Dengan menggunakan perangkat (hardware) yang bisa dibeli di berbagai layanan e-commerce, nantinya bisa didapatkan informasi yang akurat seputar kondisi kendaraan pribadi. Semua bisa dilakukan dengan menyematkan software yang dikembangkan sendiri oleh Otozilla di masing-masing kendaraan.

“Indonesia termasuk negara yang cukup tertinggal dengan teknologi ini dibandingkan negara lainnya. Ke depannya kita ingin mengembangkan teknologi ini melalui integrasi dengan layanan lainnya yang dikembangkan sendiri maupun melalui kemitraan dengan pihak terkait,” kata Kenny.

Biaya berlangganan yang ditawarkan untuk DASH sekitar Rp200 ribu (lifetime) untuk versi awal. Untuk versi berikutnya Otozilla akan mengenakan biaya berlangganan selama 6 hingga 12 bulan untuk pelanggan. Mereka menargetkan bisa menjual DASH sebanyak 2,5 juta unit di tahun 2022 mendatang.

Otozilla juga memiliki rencana untuk meluncurkan fitur emergency berupa tombol khusus yang bisa diakses oleh pengemudi. Rencananya fitur tersebut akan diluncurkan pada kuartal ketiga tahun depan.

“Kami ingin ke depannya lebih banyak lagi masyarakat umum yang mengerti dan memahami kondisi mobil dan motor mereka. Bukan hanya pecinta otomotif saja, namun masyarakat umum yang tidak terlalu menyukai otomotif namun kerap menggunakan kendaraan mereka untuk memberikan kenyamanan saat berkendara,” tutup Kenny.

Application Information Will Show Up Here