East Ventures Tegaskan Komitmen Investasi pada Startup Tahap Awal

Sebagai salah satu venture capital (VC) paling aktif berinvestasi ke startup Indonesia, East Ventures mengaku tidak akan pernah berhenti memberikan dana segar kepada startup terpilih meski di kondisi krisis global saat ini.

Dalam acara temu media, Selasa (9/5), Co-Founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menilai fundamental ekonomi Indonesia sudah baik. Pada kesempatan tersebut, East Ventures menyampaikan pandangan dan prioritas perusahaan. Mulai dari Climate Impact innovation Challange (CIIC) bersama dengan Temasek Foundation, hingga Women with Impact.

East Ventures juga berkomitmen untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dan membawa dampak positif kepada masyarakat melalui inisiatif dan praktik yang berlandaskan environmental, social, and governance (ESG).

Fokus investasi tahap awal

Salah satu alasan Willson dan timnya menaruh keyakinan pada startup tahap awal dalam membangun bisnisnya adalah potensi untuk berkembang. Meski saat ini sudah mulai banyak startup yang mencapai profitabilitas, masih banyak juga startup membutuhkan dukungan untuk membangun bisnis.

Saat ini, memang ada beberapa VC yang fokus ke startup yang sudah mencapai profitabilitas sejak awal. Namun, tidak demikian dengan East Ventures. Menurutnya, tekanan tersebut akan membuat pendiri startup lainnya enggan membangun bisnis karena harus memikirkan profit sejak awal.

“Menurut saya, inovasi harus mengambil risiko. Artinya harus melakukan investasi, membangun teknologi, membangun platform, meningkatkan barrier-to-entry, dan pada waktunya akan mendorong startup menuju profitabilitas,” kata Willson.

Krisis ekonomi yang terjadi secara global ternyata tidak membuat East Ventures mengurangi investasi mereka ke startup di Indonesia. Willson menilai semakin banyak pendiri startup yang menawarkan solusi dengan skala yang besar. Ia menyebut krisis ekonomi yang terjadi justru akan menyaring perusahaan secara organik. Perusahaan yang baik, bisa mempertahankan bisnisnya, sedangkan perusahaan yang tidak baik, terpaksa menghentikan bisnis mereka.

“Kami tidak akan menghentikan pendanaan. Saat ini ekosistem startup di Indonesia sudah semakin baik karena sudah dibangun sejak sepuluh tahun terakhir,” kata Willson.

Sejak didirikan pada 2009, East Ventures telah bertransformasi menjadi sebuah platform holistik yang menyediakan investasi tahap awal hingga tahap lanjutan ke lebih dari 300 perusahaan teknologi di Asia Tenggara.

Hingga kuartal I 2023, sudah ada 20 startup yang didanai oleh East Ventures. Sebesar $6,7 miliar masuk ke dalam kategori investasi lanjutan (follow-on funding). East Ventures juga sudah mengantongi $86 miliar annualized GMV dengan $1 miliar Asset Under Management (AUM). Tercatat sebanyak 90% portofolio mereka telah memiliki margin yang positif.

Kualitas pendiri startup

Disinggung terkait kriteria startup yang akan didanai, Willson menegaskan bahwa ia selalu melihat kualitas dari pendirinya. Dari situ, ia bisa mendapatkan informasi terkait layanan atau produk yang punya potensi untuk berkembang.

“Ketika perusahaan menjadi besar, apakah mereka bisa menjadi pendiri startup yang ideal dan mampu memimpin perusahaan. Kita juga melihat dari produk, pasar, hingga kategori,” kata Willson.

Ia menambahkan, East Ventures fokus pada pendiri startup yang dapat menghadirkan solusi terhadap masalah yang besar di kategori yang besar, serta akan menjadi tren yang baru. East Ventures mengklaim telah berinvestasi ke perusahaan terbaik. Saat ini, sebanyak 80% investasi di Growth Fund berasal dari Seed Fund yang sudah mereka miliki.

Sebagai perusahaan ventura yang memiliki keyakinan pada ekosistem startup di Indonesia, East Ventures merupakan investor pertama unicorn Indonesia, yaitu Tokopedia dan Traveloka. Perusahaan lainnya yang tergabung dalam portofolio East Ventures adalah Ruangguru, SIRCLO, Kudo (diakuisisi oleh Grab), Loket (diakuisisi oleh Gojek), Tech in Asia, Xendit, IDN Media, MokaPOS (diakuisisi oleh Gojek), ShopBack, KoinWorks, Waresix, dan Sociolla.

Startup Chat Commerce Mimin Umumkan Pendanaan Awal dari Otto Digital

Mimin, startup chat commerce enabler dan asisten virtual pengoperasian bisnis, hari ini (05/5) mengumumkan pendanaan tahap awal dengan nominal dirahasiakan dari Otto Digital, bagian dari Salim Group. Nantinya Mimin akan menggarap komunitas UMKM dari Otto Digital yang tersebar di seluruh Indonesia, sejalan karena menjadi target utama dari layanan Mimin.

Dana segar akan dimanfaatkan untuk mengembangkan produk dan fitur baru demi melayani para UMKM dan penjual online, serta memperkuat infrastruktur teknologi dan software manajemen pesanan.

CEO Otto Digital Reginald Hamdani menyampaikan, ketertarikan Otto Digital terhadap Mimin karena startup tersebut memberikan solusi yang relevan bagi para UMKM dan membantu pelaku usaha dalam meningkatkan efisiensi penggunaan WhatsApp sebagai sarana jualan.

“Investasi ini sejalan dengan visi Otto Digital dalam membangun ekonomi dengan memberdayakan masyarakat dan memperluas pertumbuhan ekonomi hingga pedesaan. Mimin adalah salah satu enabler yang kita butuhkan untuk mewujudkannya. Karena itu, investasi kami merupakan salah satu bentuk komitmen dalam membangun UMKM Indonesia yang lebih kuat,” ungkap dia dalam keterangan resmi.

Reginald melanjutkan, pihaknya juga menaruh kepercayaan yang tinggi terhadap rekam jejak pendiri Mimin, yakni Joseph Simbar (CEO) dan Bayu Eka Putra (COO). Joseph merupakan serial entrepreneur yang berpengalaman dalam dunia teknologi, terutama SaaS enterprise selama 15 tahun. Sementara itu, Bayu memiliki pengalaman lebih dari 17 tahun sebagai manajemen eksekutif di berbagai perusahaan multi-industri.

“Pendiri Mimin mempunyai visi besar dan komitmen yang kuat. Kombinasi dari dua hal inilah yang menjadi kunci kesuksesan. Dengan usia yang relatif muda, kapasitas dan energi yang tinggi, kami percaya mereka dapat menyetir pengembangan Mimin ke jalur yang tepat,” tambah Reginald.

Industri chat commerce

Mimin mengutip dari dua sumber laporan, bahwa menurut Research and Markets, dalam lanskap industri jual-beli di Indonesia, social commerce diperkirakan tumbuh sebesar 17,9% per tahun dari 2022-2028. Didukung dari laporan Populix pada 2022, sebanyak 86% masyarakat Indonesia sudah pernah berbelanja melalui media sosial dan aplikasi chat, seperti TikTok Shop (45%), WhatsApp (21%), Facebook (10%), dan Instagram (10%).

Kenaikan tersebut menunjukkan bahwa mayoritas penjual online di Indonesia memiliki berbagai kanal penjualan. Tidak hanya membuka toko online di platform e-commerce, banyak penjual yang berfokus mempromosikan jualannya melalui media sosial dan aplikasi chat. Untuk mengelola penjualan social commerce ini, rata-rata penjual mengandalkan pencatatan order, pengecekan ongkir, dan penerimaan pembayaran secara manual. Proses manual ini cenderung memakan waktu dan rentan dengan risiko human error.

Mimin menawarkan automasi chat commerce dan platform pengelolaan pesanan agar para pelaku bisnis dapat lebih mudah menjalankan tokonya. Melalui Mimin, penjual dapat dengan mudah memasukkan pesanan dari format order yang telah tertulis melalui WhatsApp pada aplikasi Mimin dan secara otomatis memberikan invoice dan konfirmasi pembayaran.

Dengan solusi tersebut, pelaku usaha dapat memproses pesanan 70% lebih cepat dan akurat. Tidak hanya itu, setiap pembeli yang pernah melakukan transaksi pun dapat dengan mudah dihubungi kembali untuk diberikan penawaran yang sifatnya lebih personal dan relevan.

CEO Mimin Joseph Simbar menuturkan, berdasarkan temuan di lapangan, banyak penjual dan pembeli yang lebih nyaman melakukan transaksi secara conversational, misalnya melalui WhatsApp atau DM Instagram. Mimin hadir untuk membantu penjual online dengan mempermudah pemrosesan setiap pesanan melalui solusi otomatis, sehingga penjual bisa menghemat waktu dan tenaga, serta mengembangkan bisnis mereka lebih jauh.

“Kami pun memberikan insight relevan bagi para pelaku usaha agar mereka bisa berinovasi berdasarkan insight tersebut,” kata dia.

Saat ini, aplikasi Mimin telah digunakan oleh para UMKM di 20 provinsi dan 55 kota di Indonesia yang bergerak di berbagai industri, terutama F&B rumahan, fesyen, serta kebutuhan sehari-hari. Untuk memperbesar jangkauannya, Mimin berkolaborasi dengan pemerintah daerah di beberapa daerah seperti Sragen dan Kep. Riau serta mendekati komunitas UMKM lokal dengan memberikan pelatihan dan pendampingan. Salah satunya, pelatihan Mimin yang tengah berlangsung di Sragen dan Kep. Riau berhasil mengundang 10.000 UMKM untuk bergabung dan menggunakan Mimin untuk mengelola bisnis mereka.

Untuk melayani perusahaan ritel dengan skala lebih besar, Mimin juga menyediakan layanan Mimin Pro, penjual bisa dengan mudah memproses pesanan yang datang melalui chat, lalu mendelegasikan penyelesaian transaksi tersebut kepada cabang terdekat. Hal ini membantu meningkatkan omzet bagi perusahaan, serta menguntungkan pembeli karena membuat biaya ongkir menjadi lebih terjangkau. Layanan ini telah digunakan oleh brand ritel ternama seperti Hero Supermarket, Bumame Farmasi, dan LotteMart untuk menghubungkan pembeli dengan cabang terdekat.

Jagofon Konfirmasi Perolehan Pendanaan dari Orbit Startups

Platform marketplace ponsel bekas Jagofon dilaporkan menerima pendanaan awal sebesar $150 ribu atau sekitar 2,3 miliar Rupiah dari Orbit Startups, program pengembangan startup tahap awal dari pemodal ventura AS, SOSV.

Dikabarkan pertama kali dalam rangkuman SEA Digest di laman DealStreetAsia beberapa waktu lalu, Jagofon tertulis menerima initial funding diikuti dengan program insentif untuk mendukung pertumbuhan dan penggalangan dana di luar kegiatan demo day.

Founder & CEO Jagofon Stéphane Becquart mengonfirmasi laporan ini, dan mengungkap bahwa perolehan pendanaan tersebut untuk mendorong pertumbuban bisnis dan memperkuat tim Jagofon, baik di sourcing dan operasional.

“Kami akan terus menambah produk kategori produk di luar smartphone, seperti tablet, PC, smartwatch, dan aksesoris produk terkait. Kami juga akan mempercepat SEO dan mendorong keberadaan Jagofon di berbagai channel, termasuk di media sosial, sembari enhance platform kami dengan berbagai fitur baru dan kapabilitas,” paparnya dihubungi oleh DailySocial.id.

Tahun lalu, Jagofon tercatat telah mengumpulkan pendanaan awal sebesar $549 ribu atau setara Rp8 miliar. Pendanaan ini dikucurkan oleh sejumlah investor individu di antaranya Antoine de Carbonnel (CMO Gojek), Gregoire Dumoulin (CEO Bak2 Group), dan Pascal Viguie. Sebelumnya, Jagofon telah memperoleh pendanaan pra-awal senilai $254 ribu.

Tingginya permintaan smartphone bekas di Indonesia mendorong Becquart untuk meluncurkan Jagofon pada 2020 lalu. Dalam pengembangannya, Jagofon mengaplikasikan teknologi machine learning dan AI untuk menghasilkan rekomendasi berbasis data dan prediksi penjualan ponsel bekas kepada para mitra.

Pasar ponsel bekas

Lembaga riset International Data Corporation (IDC) melaporkan penjualan ponsel bekas dan rekondisi global mencapai 282 juta unit di 2022 atau naik 11,5 persen dari tahun sebelumnya dengan total penjualan perangkat 253,4 juta unit.

Menurut Manajer riset IDC Anthony Scarsella, situasi ekonomi global mendorong mayoritas konsumen untuk menghemat pengeluaran. Ini membuat ponsel rekondisi masih diminati karena harganya lebih terjangkau. “Perangkat bekas lebih kuat menghadapi hambatan pasar dibanding ponsel baru karena di banyak wilayah selera konsumen tetap tinggi,” ujarnya dikutip dari Kompas.com.

Sebagai tambahan, baru-baru ini Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) merilis survei penetrasi terbaru. Survei ini dilakukan pada periode 10 Januari-27 Januari 2023 yang mencakup 38 provinsi dengan total responden sebanyak 8.510 responden.

Disebutkan, penetrasi internet Indonesia kini menembus 78,19% di 2023 atau sebesar 215,6 juta dari total 275,7 juta jiwa. Survei juga menemukan tingkat penetrasi urban sebesar 77,36 persen dari jumlah populasi di daerah urban. Sementara, penetrasi internet di daerah rural mencapai 79,79 persen dari total jumlah penduduk di daerah rural.

“Peningkatan penetrasi sebesar 1,17% ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap penggunaan internet, khususnya semenjak pandemi Covid-19 di 2020,” tutut Ketua Umum APJII Muhammad Arif, Rabu (8/3) lalu.

Startup Penyedia Bahan Baku Manufaktur Bababos Raih Pendanaan Awal Dipimpin East Ventures

Platform pengadaan bahan baku manufaktur, Bababos, hari ini (14/03) mengumumkan perolehan investasi tahap awal yang dipimpin East Ventures. Tanpa menyebutkan nominal, perusahaan berencana menggunakan dana segar tersebut untuk membangun platform yang seamless untuk menjembatani manufaktur industri kecil dan menengah (IKM) dengan bahan baku berkualitas dari pemasok terbaik.

Bababos didirikan oleh Fajar Adiwidodo (CEO), Sigit Aryo Tejo (COO), dan Hendrik Panca CFO) pada Q3 2022. Mereka melihat rantai pasok bahan baku yang masih sangat terfragmentasi, khususnya bagi para pelaku IKM. Manufaktur IKM seringkali menghadapi keterbatasan akses ke bahan baku berkualitas, harga yang kurang transparan, dan keterbatasan dukungan finansial untuk modal kerja.

Di sisi lain, para pemasok juga seringkali mengalami kesulitan dalam merencanakan persediaan inventaris karena permintaan yang tersebar. Bababos coba memecahkan masalah kompleks ini dengan menyediakan solusi rantai pasok end-to-end yang mampu dengan baik mengagregasi permintaan bahan baku dari para manufaktur IKM. Hal ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah signifikan bagi para manufaktur IKM dan juga pemasok bahan baku.

Co-Founder & CEO Bababos Fajar Adiwidodo mengungkapkan, “Bababos hadir untuk menjadi platform pengadaan terpadu (one-stop procurement), bekerja sama dengan para pemasok terpilih dan terbaik untuk memberikan dampak positif dan membawa kemajuan bagi industri manufaktur Indonesia. Kami yakin pendanaan ini akan semakin mendukung misi kami dalam menyediakan akses rantai pasokan yang adil bagi para manufaktur IKM.”

Bababos menerapkan model bisnis managed-marketplace di mana perusahaan berperan aktif dalam proses transaksi dari hulu ke hilir, dari pembelian bahan baku ke supplier hingga pengiriman barang ke customer. Perusahaan juga memanfaatkan teknologi digital dalam menunjang proses bisnis Bababos. Hal ini memungkinkan proses transaksi melalui web aplikasi Bababos terjadi dengan lebih efisien, cepat, dan akurat.

Terdapat tiga solusi utama yang ditawarkan, yaitu penyediaan bahan baku manufaktur, agregasi permintaan, dan fasilitas tempo. Perusahaan menawarkan efisiensi bagi para manufaktur IKM untuk harus mengelola berbagai pemasok melalui solusi belanja terpadu (one-stop-shop) dalam melakukan pengadaan berbagai bahan baku produksi, mulai dari baja dan berbagai logam lainnya, hingga polimer dan bahan kimia.

Dari segi monetisasi, Bababos mengaku menerapkan margin yang wajar, juga mengusahakan harga terbaik dengan mengumpulkan dan mengelompokkan permintaan bahan baku dari banyak pembeli. Fasilitas tempo sendiri merupakan pembayaran fleksibel untuk meringankan beban finansial dari para pelaku IKM manufaktur, sehingga pelaku IKM dapat fokus pada tujuan bisnis utama mereka yaitu memproduksi barang jadi berkualitas tinggi.

Sejak diluncurkan, Bababos telah mengalami pertumbuhan yang luar biasa sejak diluncurkan, tercatat pertumbuhan pendapatan bulanan rata-rata yang melebihi 100%. Saat ini Bababos melayani lebih dari 50 manufaktur IKM, dengan beberapa di antaranya telah mengalami peningkatan bisnis 2-3 kali lipat setelah bermitra dengan Bababos.

Dalam keterangan resmi, Partner East Ventures Melisa Irene mengungkapkan, “Bababos adalah salah satu bukti nyata dari solusi berbasis teknologi untuk industri konvensional yang sangat terfragmentasi. Kami yakin Bababos dan solusinya membuka banyak peluang untuk para pelaku IKM, tulang punggung dari ekonomi negara, di industri yang memiliki potensi yang tinggi.”

Fokus pada manufaktur IKM

Perkembangan industri manufaktur menjadi satu hal yang sangat krusial terhadap kemajuan ekonomi Indonesia, saat ini Industri manufaktur menyumbang sekitar 20% dari GDP Indonesia. Di dalam industri manufaktur, IKM merupakan tulang punggung karena memiliki peran yang sangat penting dalam pemenuhan produksi barang jadi di Indonesia.

Akan tetapi, karena business size yang cenderung lebih kecil, IKM seringkali tidak mendapatkan fasilitas dan akses supply chain terbaik, terutama dalam pengadaan bahan baku. Masalah inilah yang kemudian menginspirasi para founder untuk mengembangkan Bababos, yang memiliki visi menjadi platform pemenuhan bahan baku terbaik bagi para IKM manufaktur di Indonesia.

Bababos mengintegrasikan pendekatan yang modern ke dalam industri tradisional dengan mendigitalisasi semua proses pengadaan dan memanfaatkan big data untuk mengelompokkan permintaan secara akurat berdasarkan kebutuhan bahan baku dan persebaran geografis. Hal ini memungkinkan pengiriman yang lebih cepat dan tepat waktu dari pemasok ke pelanggan, memberikan pengalaman yang seamless dan penghematan biaya.

Manufaktur IKM secara instan mendapatkan akses ke bahan baku berkualitas dengan harga yang kompetitif, sementara para pemasok mendapatkan akses ke permintaan agregat melalui platform Bababos. Hal ini dinilai akan berdampak positif terhadap perencanaan dan utilisasi produksi pemasok.

Dalam wawancara terpisah, Fajar juga mengungkapkan, “Ke depannya, Bababos berencana untuk terus mengembangkan sistem internal agar dapat menyediakan layanan yang semakin maksimal kepada para manufaktur IKM dan juga memberikan kemudahan bagi supplier sebagai partner Bababos. Saat ini, customer Bababos dapat bertransaksi dan memantau proses transaksi secara digital melalui situs Bababos.”

Hingga saat ini, Bababos hadir di Jabodetabek beserta Jawa Timur. Sesuai dengan misinya untuk membantu sebanyak mungkin manufaktur IKM dalam hal pemenuhan bahan baku, Bababos juga berharap dapat segera menjangkau lebih banyak manufaktur IKM seiring dengan pengembangan layanannya.

Selain Bababos, sudah ada beberapa pemain yang menyediakan solusi serupa pengadaan yang berfokus pada bahan bangunan termasuk Tokban, Proyekin, dan BukaBangunan.

Startup Biotech Asa Ren Umumkan Pendanaan Awal 123 Miliar Rupiah

Platform biotech yang menghadirkan tes DNA dengan harga terjangkau “Asa Ren” telah merampungkan pendanaan awal sebesar $8,15 juta atau sekitar 123,5 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh Top Harvest dan Marcy Venture Partners, serta Kejora Capital (Kejora-SBI Orbit Fund dan Orbit Capital Malaysia).

Investor lainnya yang turut terlibat dalam pendanaan kali ini di antaranya Northstar Ventures, Naya Capital, Marcy Venture Partners, PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk, dan beberapa angel investor yang tidak disebutkan identitasnya.

Perusahaan akan menggunakan dana segar ini untuk melakukan inovasi dalam industri kesehatan Indonesia melalui data genomik guna mempercepat perkembangan teknologi penemuan obat dan perawatan kesehatan yang disesuaikan dengan profil genetik setiap individu.

Saat ini, Asa Ren telah menyediakan aksesibilitas tes DNA langsung pada konsumen dengan menawarkan lebih dari 360 laporan — termasuk risiko kesehatan (predisposed risk), informasi keturunan (ancestry), dan laporan lainnya untuk orang dewasa hingga anak-anak. Asa Ren mengklaim sebagai salah satu perusahaan data DNA pertama di Indonesia.

“Mendapatkan kepercayaan mitra terkemuka dan investor global adalah suatu kehormatan bagi Asa Ren. Hal ini juga merupakan batu loncatan yang besar dalam capaian perkembangan industri genomik dan kesehatan di Indonesia. Perusahaan kami akan terus berfokus membangun industri ini bersama dengan mitra,” kata Founder & CEO Asa Ren Aloysius Liang.

Asa Ren juga akan menggunakan dana segar untuk memperluas upayanya dalam memperdalam kemampuan digital, mengembangkan bioinformatika klinis, paspor kesehatan elektronik, dan database clinico-genomic yang berfokus pada penyakit tidak menular.

Perusahaan juga memiliki rencana untuk menambahkan layanan diagnosa medis dan melengkapi profil data kesehatan para pelanggan. Hingga saat ini Asa Ren telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan lebih dari 47 mitra rumah sakit dan klinik, serta menargetkan pengembangan ke lebih dari 60 mitra pada tahun 2023 ini.

“Kerja sama yang mereka lakukan, kapabilitas laboratorium yang mereka miliki, dan target yang mereka tuju menjadi poin unggul yang kami lihat dari perusahaan ini,” kata Founder Top Harvest Capital Adam Ghobarah.

Saat ini ada beberapa startup lain di bidang biotech yang juga telah mendapatkan dukungan dari pemodal ventura. Salah satu yang cukup serupa adalah Nalagenetics, mereka baru bukukan pendanaan seri A pada pertengahan tahun 2022 lalu. Layanan utama mereka adalah mengembangkan perangkat produk dan layanan pengujian genetik.

Nalagenetics telah mengembangkan modul klinis untuk farmakogenomik, nutrigenomik, dan prediksi risiko kanker payudara. Kemudian berencana untuk mengembangkan modul baru seputar skor risiko poligenik untuk mengatasi kondisi kompleks dan pembunuh terbesar di Asia Tenggara, yang mencakup penyakit kardiometabolik, kanker, dan kondisi neurodegeneratif.

Perluas layanan tes DNA di Indonesia

Data yang dirilis Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) mengungkap, lebih dari 70% kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan deteksi dini melalui profil DNA masing-masing individu. Penyakit itu termasuk diabetes, jantung, stroke, dan kanker. Namun, hanya 17% dari total pengeluaran anggaran kesehatan yang dialokasikan untuk melakukan pencegahan penyakit.

Secara khusus saat ini tes DNA masih tergolong layanan bertarif mahal. Melalui tes ini, bisa diketahui informasi lebih detail terkait gen, garis keturunan, kepribadian, bakat hingga risiko penyakit orang.

Asa Ren mengembangkan peralatan, tenaga ahli, serta laboratorium yang semuanya berada di Jakarta sehingga sampel untuk tes DNA tidak harus dikirim ke luar negeri. Harapannya bisa memudahkan pengguna dan tentunya menjadikan harga tes DNA menjadi lebih terjangkau.

“Indonesia adalah negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi di Asia Tenggara dengan lebih dari 1.300 kelompok etnis. Hal ini membuka peluang untuk inovasi dalam bidang kesehatan melalui penelitian genetik. Kami percaya kehadiran Asa Ren akan mempercepat inovasi ini,” kata Founder dan Managing Partner Kejora Capital Andy Zain.

Application Information Will Show Up Here

East Ventures Pimpin Pendanaan Startup Keamanan Siber Peris.ai

Startup keamanan siber lokal Peris.ai berhasil meraih pendanaan baru yang dipimpin East Ventures. Magic Fund berpartisipasi pada pendanaan ini. Peris.ai menawarkan produk dan layanan yang bertujuan untuk memastikan keselamatan dan keamanan data, serta infrastruktur digital di kawasan Indonesia dan Asia Pasifik.

Rencananya, dana segar yang didapat akan difokuskan untuk membangun dan meningkatkan platform keamanan sibernya, meningkatkan kemampuan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan machine learning, serta membina komunitas peretas (hacker) etis.

Co-Founder &  CEO Peris.ai David Samuel adalah mantan Co-Founder & CTO Ritase. Ia mendirikan Peris.ai bersama mantan Cybersecurity Head di perusahaan yang sama, Deden Gobel, yang kini menjabat sebagai CTO Peris.ai. Pengalaman dan keahlian dari keduanya telah terbukti di industri teknologi, utamanya dalam keamanan siber.

Peris.ai menawarkan 4 produk utama yaitu Pandava, Korava, Bima, dan Ganesha. Masing-masing fitur menawarkan solusi yang berbeda. Salah satunya Korava yang menyediakan platform pencari celah keamanan perusahaan (platform bounty) yang didukung oleh peretas etis, pemantauan dan perlindungan tanpa henti terhadap jaringan, sistem, dan data, serta respons insiden dan layanan pemulihan.

Selain itu, perusahaan juga mengintegrasikan AI dan machine learning untuk memungkinkan perlindungan yang lebih efisien dan efektif karena sistem dapat terus belajar dan beradaptasi dengan ancaman baru. Penggunaan AI dan machine learning memungkinkan analisis dan interpretasi data yang masif, menyediakan ragam informasi dan rekomendasi yang lebih dipersonalisasi.

Saat ini, solusi yang ditawarkan oleh Peris.ai berbasis langganan dengan paket Starter seharga $350/bulan dan paket Pro di harga $413/bulan. Sementara untuk paket Enterprise, tingkatan harga akan berbeda disesuaikan kebutuhan organisasi. Perusahaan juga menyediakan platform berbasis SaaS khusus untuk industri berisiko tinggi dan perusahaan dengan infrastruktur TI yang kompleks.

Perusahaan memiliki misi untuk menghubungkan organisasi dengan peneliti keamanan TI independen di seluruh dunia dalam satu platform dengan satu tujuan, untuk menyediakan lingkungan digital yang lebih aman. Beberapa perusahaan yang sudah menggunakan layanan Peris.ai termasuk Xfers, CrediBook, Fita, dan lainnya.

Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca mengungkapkan, “Tingkat keamanan suatu organisasi hanya sekuat titik terlemahnya. Hal ini membutuhkan pendekatan yang holistik, termasuk relevansi ke pasar lokal. Kami yakin Peris.ai membangun solusi keamanan siber berdasarkan kearifan lokal dan regional.”

Keamanan siber di Indonesia

Indonesia dengan 210 juta pengguna internet saat ini telah menjadi salah satu penggerak ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Meskipun begitu, pertumbuhan digital yang cepat ini juga diikuti dengan ancaman keamanan siber atau cyber security yang juga meningkat secara signifikan.

Berdasarkan data dari Laporan National Cyber Security Index (NCSI), skor indeks keamanan siber Indonesia tercatat sebesar 38,96 poin dari 100 pada 2022. Sementara itu, Indonesia berada di peringkat ke-24 pada Global Cybersecurity Index dari 194 negara di seluruh dunia dengan skor 94,88. Angka ini juga menempatkan Indonesia di posisi ke-6 dari negara-negara di ASEAN.

Di Indonesia sendiri, isu keamanan siber bukanlah hal baru. Mulai dari perusahaan teknologi hingga internal lembaga pemerintahan tidak imun terhadap ancaman siber. Masalah kebocoran data menjadi salah satu yang paling sering terjadi di Indonesia, seperti pada Bukalapak dan Youthmanual di tahun 2019.

Pemerintah melalui BSSN juga telah menyusun strategi keamanan siber Indonesia sebagai acuan bersama seluruh pemangku kepentingan keamanan siber nasional. Fokus dari strategi ini meliputi tata kelola, manajemen risiko, kesiapsiagaan dan keamanan, perlindungan infrastruktur informasi vital, kemandirian kriptografi nasional; pembangunan kapasitas, kapabilitas, dan kualitas; kebijakan keamanan siber; dan kerja sama internasional.

Tepat pada tanggal 20 September 2022, pemerintah juga telah resmi mengesahkan Rancangan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (RUU PDP) yang telah dibahas sejak 2016. Pengesahan ini disebut sebagai sesuatu yang baik dalam hal kepastian hukum. Harapannya, UU PDP ini bisa memberi titik terang bagi kelamnya dunia maya di Indonesia.

Surplus Kantongi Pendanaan Awal dari SPIL Ventures

Startup pengembang layanan food waste preventionSurplus” mengumumkan pendanaan awal dari Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL Ventures). Tidak disebutkan  nilai investasi yang diberikan.

Co-Founder & CEO Surplus Indonesia Muhammad Agung Saputra mengatakan, lewat pendanaan ini perusahaan ingin mengembangkan lebih lanjut model B2B untuk membangun ekosistem end-to-end dalam pencegahan timbulnya food waste.

“Dengan pendanaan awal ini, Surplus Indonesia akan melakukan perluasan market pengguna layanan aplikasi Surplus. Kami juga berharap kolaborasi pentahelix yang melibatkan banyak pihak, antara akademisi, pebisnis, komunitas, pemerintah, dan media dapat terjadi untuk menjadi dasar dalam pencegahan timbulan food waste di Indonesia,” kata Agung.

Sebelumnya Surplus juga sempat melakukan crowdfunding. Namun  kesulitan untuk mendapatkan pendonor karena kurangnya awareness Surplus di mancanegara, target yang mereka inginkan pun tidak tercapai.

Sampai saat ini, Surplus telah bekerja sama dengan beberapa pusat perbelanjaan (seperti Mall Sarinah), perhotelan (meliputi Marriott International Group, Swiss Belhotel International, Ascott Group, Artotel Group), middle-high F&B brand, supplier sayur dan buah, serta industri rumahan maupun UMKM.

“Adapun alasan SPIL Ventures memberikan pendanaan ke Surplus Indonesia dikarenakan kami melihat inovasi pengembangan aplikasi yang tidak hanya dalam bentuk suatu marketplace tetapi juga secara langsung memberikan solusi terhadap dampak lingkungan terutama terkait food waste,” kata VP Investment SPIL Ventures Sumarny Manurung.

Pertumbuhan positif Surplus

Diluncurkan pada Maret 2021, Surplus menjadi food rescue app pertama di Indonesia yang dapat digunakan untuk memesan produk makanan dan minuman overstock dari bisnis F&B dengan harga diskon 50% pada waktu tertentu.

Surplus sudah beroperasi di area Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan Bali. Mereka juga mengaku telah mempunyai sekitar 100 ribu pengguna aktif.

Surplus juga menjadi salah satu green tech startup dengan sertifikasi B-corp yang memiliki misi dalam pencegahan masalah food waste. Dukungan dari pemerintah juga telah didapatkan Surplus Indonesia, antara lain dari Kemenparekraf, KemenkopUKM, Dinas PPKUKM DKI Jakarta, dan Pemda Yogyakarta.

Dampak yang telah dihasilkan dari pemesanan di aplikasi Surplus sampai Desember 2022 meliputi 30 ribu ton makanan terselamatkan, mencegah kerugian hingga $80 ribu, dan mencegah potensi emisi hingga 350 ton CO2 eq.

“Platform ini dikembangkan untuk menjadi solusi dalam memaksimalkan penjualan produk overstock dari bisnis F&B agar tidak tersia-siakan dan hanya berakhir menjadi food waste,” ujar Agung.

Application Information Will Show Up Here

Suryanesia Kantongi Pendanaan Awal 31 Miliar Rupiah Dipimpin Intudo Ventures

Startup penyedia solusi energi terbarukan Suryanesia mengantongi pendanaan awal sebesar $2 juta atau sekitar 31 miliar Rupiah yang dipimpin Intudo Ventures. Putaran ini juga disuntik oleh sejumlah angel investor, termasuk eksekutif di perusahaan consulting, private equity, dan sovereign wealth funds.

Suryanesia berdiri pada Agustus 2021, menawarkan akses terhadap energi terbarukan untuk sektor komersial dan industrial. Sekadar informasi, putaran awal ini merupakan pendanaan eksternal pertama yang diperoleh Suryanesia.

Founder dan CEO Suryanesia Rheza Adhihusada mengatakan, Indonesia berperan sebagai medan perang dalam melawan perubahan iklim. “Misi kami adalah memberdayakan konsumer, pelaku bisnis, dan pemerintah untuk memanfaatkan teknologi dan solusi baru untuk mengatasi perubahan iklim dan mempercepat transisi ke energi terbarukan,” ujarnya dalam keterangan resmi.

Pengembangan Suryanesia dipimpin oleh tim berpengalaman yang antusias terhadap perubahan iklim. Diawali Rheza yang sebelumnya konsultan di Bain & Company, diikuti oleh Nikesh Shamdasani sebagai Head of Engineering dengan keahlian mendalam dan telah berpengalaman memasang sistem tenaga surya 17 MWp di Indonesia. Terakhir, Grant Adsit bergabung menjadi Head of Business Development, sebelumnya berkarier sebagai eksekutif marketing di Colliers.

Sebagai penyedia Solar-as-a-Service, Suryanesia memfasilitasi pembiayaan, pemasangan, pengoperasian, dan pengelolaan sistem tenaga solar pada area rooftop milik klien. Melalui solusinya, energi bersih yang dihasilkan dapat membantu pemilik bangunan menghemat biaya listrik dan mengurangi jejak karbon tanpa dikenakan biaya di depan (upfront).

Pihaknya menyasar segmen bangunan komersial, seperti mal, serta manufaktur di sektor FMCG, tekstil, farmasi, furnitur, hingga plastik dengan target penghematan berkisar $20.000-$50.000 per tahun. Solusi ini juga dapat dimanfaatkan perusahaan multinasional atau publik yang ingin mendorong keberlanjutan dengan pengurangan karbon.

Akselerasi proyek

Pendanaan ini akan digunakan untuk menambah SDM sehingga dapat mempercepat pemasaran dan pengerjaan proyek. Suryanesia juga berencana ekspansi jangka panjang untuk menawarkan solusinya ke segmen residensial dan produksi tenaga independen (battery storage, wind power) agar dapat mengakomodasi kebutuhan energi terbarukan (renewable energy) di Indonesia. 

Pihaknya berupaya memberikan pengalaman seamless dan end-to-end, mencakup pemahaman klien dan regulatory management agar klien dapat menikmati penghematan energi. Adapun, pihaknya melakukan analisis struktural yang ketat dengan memberikan rekomendasi kuat untuk memastikan bangunan milik klien aman terhadap instalasi panel surya.

Founding Partner Intudo Ventures Patrick Yip menambahkan, “selama satu dekade ke depan, kami meyakini Indonesia dapat mendorong dekarbonisasi. Solusi Suryanesia dapat membantu pemangku kepentingan di sektor komersial dan industrial untuk mengarungi jejak karbon sambil meningkatkan profitabilitas mereka. Kami menantikan upaya mereka menciptakan masa depan lebih hijau untuk Indonesia.”

Sebagaimana diketahui, Pemerintah telah menetapkan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025. Meski jejak startup energi belum panjang di Indonesia, hal ini justru memunculkan peluang bagi pemangku kepentingan untuk mengembangkan solusi menekan emisi karbon.

Salah satunya memanfaatkan panel surya sebagai opsi energi terbarukan paling populer. Di Indonesia, startup yang menawarkan solusi surya semakin berkembang, seperti Xurya, SUN Energy, Warung Energi, dan SolarKita. Namun, para pengembang tak jarang terhambat dalam memasarkan produknya. Selain butuh modal intensif dan waktu untuk bisa profit, masih banyak anggapan panel surya itu mahal dan butuh pemeliharaan yang berkelanjutan.

Maka itu, korporasi besar kini mengambil inisiatif untuk mendorong ekosistem startup energi di Tanah Air. Salah satunya adalah Pertamina New and Renewable Energy (Pertamina NRE) yang mengalokasikan dana sebesar Rp7,7 triliun untuk investasi startup energi. Inisiatif Energy Fund ini akan dikelola bersama MDI Ventures.

Startup Wellness “Fita” Memperoleh Pendanaan 30 Miliar Rupiah dari Telkomsel INDICO

Platform preventive healthcare berbasis reward Fita memperoleh pendanaan sebesar $1,9 juta atau sekitar 30 miliar Rupiah dari Telkomsel Ekosistem Digital (INDICO). Dana segar ini akan diprioritaskan untuk pengembangan produk yang user-oriented dan fitur penunjang bagi professional coach.

Fita merupakan platform kesehatan yang berfokus pada pencegahan sakit dan gaya hidup sehat. Visinya memimpin pasar platform kesehatan terintegrasi di Indonesia. Salah satu komitmen Fita adalah menghadirkan dua produk antarmuka, yakni aplikasi Fita untuk end-user dan platform professional coach Coach at the Center of Health (CATCH) yang dirilis baru-baru ini.

Sementara, Telkomsel INDICO merupakan anak usaha Telkomsel yang didirikan sebagai holding company bagi sub-bisnis digital Telkomsel. Selain Fita, portofolio INDICO lainnya adalah Kuncie (edtech) dan Majamojo (game).

CEO Fita Reynazran (Rey) Royono mengatakan, pihaknya fokus membangun awareness dan fondasi produk yang kuat, serta menarik minat masyarakat lewat fitur bernilai tambah di tahun ini. Pihaknya juga terus melakukan kegiatan edukasi terkait kesehatan dan nutrisi dengan menggandeng certified coaches.

“Ternyata keinginan masyarakat untuk hidup sehat sangat tinggi. Hal ini terlihat dari pertumbuhan pengguna Fita yang kini telah mencapai 350.000 pengguna aktif setiap bulannya,” tutur Rey dalam keterangan resminya.

Dalam kurun waktu setahun, Fita telah diunduh sebanyak 2,5 juta kali, juga didukung lebih dari 200 coach bersertifikat, 800 konten tutorial olahraga, dan 200 resep makanan sehat. Dari sisi penjualan, pertumbuhannya mencapai lima kali dalam tiga bulan terakhir. Dengan pencapaian ini, Fita mengklaim sebagai startup kesehatan dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia.

CEO INDICO Andi Kristianto menambahkan, “pendanaan ini adalah bagian dari komitmen awal kami untuk mendukung pertumbuhan bisnisnya. Kami menilai Fita layak mendapat pendanaan karena mereka mampu memaksimalkan potensi dan resources yang dimiliki, dan telah merealisasikan rencana bisnis sesuai komitmen mereka.”

Pengembangan masif

Pihaknya mengungkap rencana pengembangan produk secara masif ke depan. Pertama, Fita akan masuk ke ranah offline melalui keanggotaan (membership) di fasilitas gym dan kelas olahraga. Program kesehatan juga akan diperluas ke kategori penyakit kritis dan kesehatan jiwa, seperti diabetes, hipertensi, women health, serta mindfulness.

Sumber: Telkomsel Fita
Sumber: Fita

Di samping itu, Fita akan memperluas cakupan pembelian produk dan perangkat kesehatan secara online, misalnya wearable, suplemen, dan vitamin. Ada pula rekomendasi paket asuransi yang tepat untuk pengguna.

Menurut Rey, pengembangan ekosistem produk dan layanan kesehatan yang lengkap akan menandai kesiapan Fita untuk membuka peluang pendanaan eksternal atau di luar lingkungan Telkomsel.

“Tahun 2023 akan menjadi gerbang bagi kami untuk scale up menuju profitability yang matang. Kami membuka potensi kerja sama secara luas bagi siapapun termasuk potential investor untuk penetrasi sektor kesehatan digital bersama Fita. Melihat potensi dan antusiasme market yang luar biasa, kami optimistis dalam lima tahun mendatang, Fita memiliki kesempatan besar untuk mencapai pemerataan di sektor healthtech dan fitness Indonesia.”

Dalam wawancara dengan DailySocial.id sebelumnya, Rey mengungkapkan tantangan mengembangkan produk wellness masih besar. Pasalnya, pasar healthtech Indonesia saat ini 70% masih didominasi layanan telemedicine yang akselerasinya meningkat pesat tahun lalu. Pasar wellness mulai memperlihatkan tren pertumbuhan mengingat banyak masyarakat Indonesia kini mulai memperhatikan kesehatan di era Covid-19.

Sekadar informasi, dalam pengembangan solusi digital, Telkomsel berfokus pada dua hipotesis besar. Pertama, hipotesis “inside-out“, Telkomsel berpotensi melepas (spin off) solusi ini untuk membesarkan valuasinya apabila sukses di pasar. Kedua, hipotesis “outside-out” berfokus dalam mencari ide atau use case yang punya keterkaitan erat dengan business unit Telkomsel.

Application Information Will Show Up Here

Eratani Memperoleh Pendanaan Awal 57 Miliar Rupiah

Startup agritech Eratani memperoleh pendanaan tahap awal (seed funding)  $3,8 juta atau setara 57 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin perusahaan investasi asal Singapura, TNB Aura, dan diikuti partisipasi dari AgFunder, B.I.G Ventures, serta investor pra-awal mereka, yakni Trihill Capital.

Founding Partner dari TNB Aura Vicknesh R. Pillay menilai banyak tantangan di lingkup rantai pasok pertanian nasional. “Namun, kami meyakini Eratani punya pendekatan farmers-centric dalam meningkatkan ketahanan pangan berkelanjutan di Indonesia,” tuturnya dalam keterangan resmi.

Sebelumnya, Eratani menerima pendanaan pra-awal sebesar Rp23 miliar yang dipimpin Trihill Capital, serta partisipasi dari Kenangan Kapital dan Kopital Network. Pendanaan tersebut dimanfaatkan untuk mendampingi lebih dari 10.000 petani binaan di Pulau Jawa dengan total sebesar 8.000 hektar lahan padi dan telah berkontribusi lebih dari 52.000 ton beras dalam kurun satu tahun.

Eratani didirikan Andrew Soeherman (CEO), Kevin Juan Tanggo Laksono (COO), dan Angles Gani (CPO) pada Juni 2021. Misinya adalah memberikan pendampingan menyeluruh kepada petani Indonesia dengan memfasilitasi akses pada modal usaha dan membangun ekosistem dari hulu (upstream) hingga ke hilir (downstream).

Adapun, program pendampingan ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas para petani binaan Eratani dari awal hingga akhir proses tanam. Pendampingan ini meliputi pengecekan pH tanah, perawatan tanaman, cara menghadapi serangan hama, penyediaan sarana produksi pertanian yang berkualitas, hingga penyaluran hasil panen dengan harga yang terstandardisasi.

Rencana selanjutnya

“Putaran kali ini akan membuat kami semakin kuat dan gencar untuk mengembangkan Eratani melalui kontribusi kami secara langsung dalam memaksimalkan potensi pertanian di Indonesia,” Co-Founder & CEO Eratani Andrew Soeherman.

Eratani akan menyempurnakan program pendampingan untuk memaksimalkan produktivitas petani, ekspansi ke wilayah binaan baru, digitalisasi proses pertanian, serta pengembangan SDM dan teknologi. Pihaknya memproyeksikan dapat menggandeng hingga 50.000 petani binaan pada akhir 2024.

Selain itu, Eratani juga akan memaksimalkan kerja sama yang dimiliki bersama dengan Kementerian Pertanian Indonesia dan BULOG Indonesia untuk mengembangkan ekosistem pertanian di Indonesia dan mengawali misi swasembada pangan di Indonesia.

Dalam wawancara terdahulu dengan DailySocial.id, Andrew mengungkap ada dua isu utama yang dihadapi oleh sektor pertanian, yakni (1) 98% proses dari hulu ke hilir belum terdigitalisasi dan (2) 93% petani masih melakukan kegiatan usaha sendiri dan tidak terorganisir.

Berdasarkan riset McKinsey sebelumnya, sebanyak 50%-70% hasil panen di Indonesia tidak pernah sampai ke pasar. McKinsey memperkirakan produktivitas petani di Indonesia harus naik 60% jika ingin memenuhi kebutuhan pangan sebanyak 280 juta jiwa. Itu pun bisa terealisasi apabila petani mampu meningkatkan hasil panen, mengurangi kerugian pasca-panen, hingga dapat mendistribusikannya ke kota besar.

Application Information Will Show Up Here