Mengenal Ngampooz, Platform Manajemen Acara Pendidikan

Menggunakan teknologi, dunia pendidikan diharapkan terus berevolusi ke arah yang lebih baik. Salah satu layanan yang mencoba mengambil peran tersebut adalah Ngampooz, sebuah platform yang memudahkan pelajar dan mahasiswa mencari informasi dan mendaftar berbagai macam acara pendidikan, termasuk info beasiswa.

Ngampooz resmi diluncurkan pada Agustus 2018 silam. Ditenagai teknologi web, Ngampooz berusaha menjadi direktori acara mengenai pendidikan sekaligus menjadi tempat mendaftar yang mudah. Dari data internal, Ngampooz saat ini mereka telah berhasil mendapatkan lebih dari 100 ribu pengguna dan memiliki lebih dari 70 rekanan dengan 250 acara.

Dikembangkan oleh Muhammad Ainur Rony dan Gatot Wicaksono, Ngampooz saat ini tengah berusaha mengembangkan layanannya hingga menjangkau pengguna di daerah-daerah di Indonesia. Saat ini Ngampooz beroperasi di wilayah Jabodetabek, Banten, dan Karawang.

“Delapan puluh persen dari event yang ada memang seputaran pendidikan, hal ini dikarenakan Ngampooz ingin menjadi niche player. Tujuan Ngampooz dibuat adalah membantu pelajar dan mahasiswa yang mengadakan event dapat merasakan proses digitalisasi, terutama di daerah-daerah agar informasi bisa tersebar merata,” ujar Business Development Ngampooz Rizka Tia.

Tidak hanya terbatas di acara pendidikan

Dijelaskan Rizka, Ngampooz menerapkan model bisnis dengan mengambil keuntungan dari setiap tiket acara berbayar sebesar 3 persen.

“Untuk event yang tidak berbayar, kami tidak mengenakan biaya apa pun kepada partner atau event organizer kami, namun jika event yang berbayar, kami hanya meminta 3% dari setiap tiket terjual,” imbuh Rizka

Ngampooz tidak hanya dibekali fitur untuk acara pendidikan. Mereka juga memiliki fitur Open Class, sebuah fitur yang memungkinkan pengguna berbagi pengetahuan mereka. Open Class juga  memungkinkan pengguna Ngampooz membuka kursus hingga menentukan lokasi hingga harga dari “kursus” yang dibuat.

Fitur selanjutnya yang juga diperuntukan untuk insan pendidikan adalah Scholarship. Sebuah fitur yang ditujukan bagi pelajar SMA/SMK tingkat akhir yang ingin mencari beasiswa. Dalam kasus ini Ngampooz memposisikan diri sebagai marketplace beasiswa. Ngampooz sudah menjadi official partner Asosiasi Dosen Indonesia dan beberapa universitas.

“Target Ngampooz tahun ini adalah melakukan ekspansi ke beberapa daerah Indonesia, agar semua pelajar dan mahasiswa mendapatkan informasi untuk menunjang pendidikan mereka, dengan target user yang ingin dicapai adalah 750.000 users,” tutup Rizka.

Application Information Will Show Up Here

HubSehat Tawarkan Solusi Data Rekam Medis di Genggaman

Satu dari banyak startup di bidang healthcare yang beroperasi di Indonesia adalah HubSehat. Startup ini mengusung misi untuk memudahkan pengguna dalam hal mendapatkan dan mengelola data rekam medis. Termasuk dengan menghubungkannya dengan dokter atau pihak-pihak terkait dengan mudah. Sebagai Rekam Medis elektronik.

HubSehat merupakan startup asal Indonesia yang mulai didirikan sejak tahun 2016. Perlahan tapi pasti, bisnis yang berjalan dengan modal sendiri ini mulai meluncurkan aplikasi mobile, April 2017 untuk Android dan Agustus 2017 untuk iOS.

Startup yang diprakarsai CEO Fredy Tan dan VP of Product Anny ini berusaha menyelesaikan beberapa masalah tentang kesehatan, seperti data rekam medis pasien yang tersebar hingga prosedur kesehatan yang berulang seperti cek darah dan lainnya.

HubSehat kemudian hadir menawarkan solusi sebagai layanan  aplikasi yang mampu mengelola data-data rekam medis pasien untuk dihubungkan dengan dokter, rumah sakit, labs dan pihak-pihak terkait yang membutuhkan

“Salah satu permasalahan di industri kesehatan Indonesia adalah tidak terkoneksinya data pasien dari satu tempat pelayanan kesehatan dengan lainnya, sehingga di saat ada pelayanan yang membutuhkan data riwayat penyakit sebelumnya menjadi terhambat, memakan waktu, dan merepotkan karena harus melewati prosedur yang berbelit di setiap instansi pemberi layanan kesehatan,” terang Supervisor Marketing HubSehat Evry Zony.

Zony lebih jauh menjelaskan bahwa HubSehat memiliki beberapa fitur yang menjadi unggulan, seperti fitur yang memungkinkan pasien untuk menyimpan catatan medis, mulai dari diagnosa, pengobatan, tindakan, hasil lab, rontgen, imunisasi, alergi dan lainnya.

Data-data tersebut nantinya dimasukkan tanpa mengetik satu-persatu. Data tersebut juga dapat disinkronkan dengan dokter tertentu untuk dapat memonitor riwayat kesehatan secara menyeluruh dan lengkap.

Sementara bagi dokter aplikasi ini menawarkan fitur tren kasus yang ada di wilayah sekitar, pengelolaan pasien, jadwal dokter visit dan sinkronisasi data dengan pasien.

“Demi meningkatkan dan memenuhi kebutuhan user dan pasien yang sudah menggunakan [aplikasi] HubSehat [saat ini] on progress berafiliasi dengan lembaga kesehatan lain sebagai contoh akan menjalin kerja sama dengan rumah sakit luar Indonesia sebagai sarana second opinion untuk para pasien. [Rencananya] juga akan berafiliasi dengan para provider caregiver untuk memenuhi kebutuhan user atau pasien yang membutuhkan caregiver / home care, insurance, provider dan healthcare community app,” lanjut Zony.

Potensi ekspansi

Pihak HubSehat, sebagai bagian dari industri healthcare tanah air, optimis bahwa masih banyak peluang dan potensi yang bisa digali. Mereka juga optimis bisa menjawab kebutuhan masyarakat dengan solusi yang mereka tawarkan.

Hingga saat ini Zony mengklaim HubSehat sudah berhasil mendapatkan 1000 pengguna aktif. Penerimaan positif ini membuka peluang mereka untuk ekspansi, sambil merampungkan kerja sama dengan lebih banyak pihak.

Di tahun 2019 ini HubSehat fokus menyelesaikan beberapa fitur baru, termasuk menjalin kerja sama dengan pihak-pihak terkait untuk melengkapi solusi yang ditawarkan.

“Untuk ekspansi ke luar masih kita kerjakan sih fiturnya. Estimasi akan kita launch akhir Maret 2019. Saat ini dominan masih dengan Malaysia dan Singapura. Baru kita buka akses di app, kita masih wait and see. Kita tidak mendirikan kantor di sana, lebih ke dalam bentuk partnership aja,” imbuh Zony.

Application Information Will Show Up Here

 

Restoku Jembatani Kebutuhan Pemilik Bisnis Kuliner UKM di Indonesia

Industri kuliner saat ini masih mengalami pertumbuhan yang positif di Indonesia. Restoran dan warung kaki lima bersaing menarik perhatian masyarakat yang semakin banyak menyukai pengalaman makan di luar rumah.

Laporan Kementerian Perindustrian mencatat pada triwulan II 2018 pertumbuhan industri makanan dan minuman mencapai 8,67%. Angka ini melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,27%. Sektor industri makanan dan minuman mampu memberikan kontribusi terhadap PDB industri pengolahan nonmigas hingga 35,87%.

Melihat peluang yang ada, Restoku, sebuah startup lokal yang berbasis di Yogyakarta, menghadirkan platform berbentuk aplikasi yang mempermudah kinerja para pelaku usaha kuliner.

“Sebenarnya saya mengawali ini dari sebuah masalah yang saya temui, bahwa perlu adanya sebuah aplikasi yang menyediakan ekosistem  menyeluruh untuk UKM kuliner. Saya perlu melakukan perubahan, karena saya pribadi juga seorang pelaku usaha kuliner,” kata CEO Restoku Ageng Sajiwo kepada DailySocial.

Cara kerja Restoku

Restoku didirikan oleh Ageng Sajiwo dan R. Dimas Agil Tedjo. Kedua pendiri tersebut mengklaim telah memiliki pengalaman di industri kuliner. Secara khusus ada tiga fitur yang tersedia di platform Restoku. Pertama adalah Point of Sale (POS). Fitur ini digunakan untuk mencatat uang masuk dan uang keluar. Fitur ini juga mempermudah untuk pengaturan stok dan pengelolaan pelanggan.

Kedua adalah Fitur Point of SDM, pada fitur ini pelaku usaha kuliner khususnya pemilik restoran bisa dengan mudah mendapatkan karyawan baru tanpa perlu melakukan seleksi. Mereka bekerja sama dengan perusahaan training center yang terstandarisasi.

Ketiga adalah fitur Point of Supply, fitur yang juga mudah diakses untuk para pelaku usaha kuliner yang ingin memperoleh harga bahan baku murah. Restoku juga sudah bekerjasama dengan para supplier yang sudah di seleksi berdasarkan lokasi, jenis produksi, jenis bahan yang di supply, higienitas, dan legalitas.

“Tiga fitur terintegrasi dalam aplikasi Restoku dan tersimpan dengan aman di cloud/server Restoku. Hanya dengan satu genggaman para pelaku usaha bisa dengan mudah untuk menjalankan usaha kuliner,” kata Ageng.

Saat ini Restoku mengklaim telah memiliki 500 pengguna aktif dan aplikasi Restoku sudah diunduh 5000 kali. Pengguna Restoku saat ini masih didominasi dari Yogyakarta. Selain itu ada juga pengguna dari Jakarta, Semarang, Batam dan kota-kota lainnya. Restoku juga memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana tahun ini.

“Dengan mengandalkan ketersediaan baik barang maupun jasa yang dibutuhkan para pelaku UKM kuliner didalam sebuah aplikasi yang saling terintegrasi. Nantinya Restoku dapat menjadi enabler teknologi yang mudah, murah, dan sekaligus bersifat edukatif,” kata Ageng.

Application Information Will Show Up Here

Jadi Mitra Ovo, Platform P2P Lending Do-It Siap Layani Seluruh Indonesia

Startup p2p lending Do-It siap mengembangkan layanannya ke seluruh Indonesia berkat kemitraannya dengan Ovo sebagai penyalur pinjaman online, baik channel online maupun offline. Do-It akan menjangkau 115 juta basis pengguna Ovo di 300 kota agar semakin kenal dengan layanan fintech lending.

“Tujuan kerja sama ini adalah meningkatkan awareness publik akan teknologi finansial, yang pada akhirnya dapat membantu mewujudkan inklusi keuangan. Pada tahap ini, kami bekerja sama dengan Ovo untuk menjangkau 115 juta basis pengguna Ovo di 300 kota agar bisa tersentuh produk pinjaman online Do-It,” terang Direktur Do-It Kadi kepada DailySocial.

Kadi tidak merinci lebih lanjut bagaimana bentuk nyata dari kemitraan ini. Kemungkinan besar, Do-It akan tersedia di aplikasi Ovo dan pengguna bisa langsung memanfaatkan layanan Do-It langsung dari sana.

Dari pantauan DailySocial, Ovo sudah mengirim notifikasi kepada para penggunanya yang terpilih terkait layanan Do-It. Namun sejauh ini belum tersedia langsung dalam aplikasi Ovo, sehingga untuk pengajuan pinjaman masih diarahkan ke aplikasi Do-It.

Notifikasi dari Ovo untuk perkenalan layanan Do-It / DailySocial
Notifikasi dari Ovo untuk perkenalan layanan Do-It / DailySocial

Rencana ini sebelumnya pernah disinggung CPO Ovo Albert Lucius yang menyebut Ovo akan melengkapi layanan finansial meliputi asuransi, cicilan online tanpa kartu kredit, dan pinjaman online. Seluruh layanan tersebut akan paralel hadir pada kuartal pertama tahun ini lewat kemitraan dengan berbagai perusahaan.

Kadi menjelaskan untuk dukung kemitraan ini, pihaknya berkomitmen akan terus memberikan edukasi kepada lebih banyak orang lewat roadshow dan membuat acara di berbagai lokasi. Tahun lalu Do-It melakukan kegiatan di 12 kota di Jawa, Sumatera, Bali, dan Sulawesi.

“Tahun ini kami akan lebih meningkatkan edukasi keuangan di bagian Indonesia Timur.”

Model bisnis Do-It

Tim Do-It / Do-It
Tim Do-It / Do-It

Do-It sudah berdiri sejak 1 Februari 2018 dan telah mengantongi surat terdaftar dari OJK per tanggal 23 Mei 2018. Untuk model bisnisnya, Do-It tidak hanya memberikan kredit yang sifatnya konsumtif juga produktif. Nasabah bisa memanfaatkan dana yang mereka terima untuk bangun usaha.

“Fokus kami selalu memberikan yang terbaik kepada pengguna, di mana pemilik dana akan mendapatkan imbal hasil yang menarik dan calon peminjam bisa memperoleh dana talangan dengan cepat.”

Dari penjelasannya, Do-It memberikan pinjaman dana cepat dengan nominal dari Rp600 ribu sampai Rp1 juta dengan tenor 7 hari-14 hari. Bunga tahunan yang dipatok tidak melebihi 10,4%. Ambil contoh, untuk pinjaman sebesar Rp1,2 juta beban bunga yang diberikan adalah 1,4%. Ketika jatuh tempo tiba maka nasabah harus membayar Rp1,216 juta.

Dokumen yang dibutuhkan untuk mengajukan pinjaman hanya KTP nasabah, tanpa agunan sama sekali. Lalu mengisi kelengkapan informasi lainnya lewat aplikasi Do-It, seperti nomor handphone, pendapatan yang mapan, dan akun bank. Kemudian mengisi jumlah dan durasi pinjaman yang diinginkan. Seluruh proses ini diklaim hanya butuh waktu 5 menit saja.

“Do-It didukung dengan teknologi yang canggih, sesuai moto kami yaitu aman, cepat, dan nyaman. Setelah pengajuan pinjaman, pencairan hanya dalam hitungan menit. Selain itu, tim desk collection kami bekerja sesuai aturan OJK. Kenyamanan nasabah sangat kami utamakan.”

Setelah masuk ke proses analisa dalam kurun waktu 1 hari, apabila nasabah lolos dana akan langsung ditransfer ke rekening bank. Juga mengirimkan hasil verifikasi lewat SMS. Apabila ada keterlambatan pembayaran, nasabah akan dikenakan denda 1% dari total pinjaman dalam tiga hari pertama. Jika nasabah baru bisa bayar di hari berikutnya (hari ke-4), denda naik jadi 4%.

Adapun untuk pemberi pinjaman, Do-It memberi imbal hasil sebesar 14%-18% per tahun sesuai dengan tingkat risikonya. Untuk registrasinya, minimal harus berusia 18 tahun, berdomisili pajak di Indonesia dengan memberikan bukti NPWP, dan KTP.

Tanpa menyebut angka spesifik, Kadi menerangkan hingga Desember 2018 Do-It telah melayani lebih dari 60 ribu nasabah di 30 provinsi di Indonesia.

Foodizz Hadirkan Platform Edukasi Khusus Industri F&B

Makin maraknya pertumbuhan industri kuliner di Indonesia ternyata tidak dibarengi dengan pengetahuan hingga wawasan yang luas dari sisi manajemen, bisnis hingga pengalaman dari pendirinya. Tidak heran banyak pemilik restoran besar hingga kaki lima terpaksa harus tutup dalam waktu kurang dari 2 tahun karena beratnya kompetisi dan bisnis kuliner yang makin besar jumlahnya.

Melihat peluang tersebut, Foodizz, sebuah platform belajar online to offline khusus untuk industri F&B, hadir di Indonesia. Startup yang didirikan CEO Andrew Ryan Sinaga, COO Rifki Ramdan, Content Advisor Rex Marindo, dan Technology Advisor Gito Wahyudi ingin mencoba membantu para pebisnis kuliner memulai dan mengembangkan bisnis mereka melalui sebuah platform edukasi bisnis kuliner.

“Tingkat kegagalan pebisnis kuliner pemula mencapai angka 90% (9 dari 10 gagal dalam menjalankan bisnis kuliner). Faktor utama yang menyebabkan kegagalan ternyata bukan dikarenakan modal atau jejaring, melainkan pengetahuan tentang bisnis kuliner yang minim,” kata Andrew kepada DailySocial.

Didukung tim yang ada, perusahaan mencoba untuk menjembatani masyarakat yang ingin memulai bisnis kuliner mereka, melalui kelas belajar di platform. Melalui situs dan aplikasi Foodizz yang secara resmi telah diluncurkan awal Januari 2019, pengguna bisa memilih kelas yang telah disediakan dengan pengajar dari kalangan profesional.

“Foodizz adalah platform pendidikan F&B pertama di Indonesia. Kami menyediakan pengalaman belajar online to offline untuk komunitas belajar dan memiliki 18.000 lebih anggota komunitas,” kata Andrew.

Pilihan kelas dan paket berlangganan

Untuk memudahkan pengguna menentukan kelas belajar yang relevan, Foodizz telah menyediakan pengajar yang berasal dari kalangan profesional. Mereka antara lain Co-Founder Warunk Upnormal Rex Marindo dan Stefanie Kurniadi, ex GM McDonald Indonesia Koko Handiono, CEO Serasa Food Yuszak M Yahya, pakar International Food Safety Syamsul Arifin, Sales Director CRP Group Hendra Noviyanto, dan Founder Smart Legal Bimo Prasetio.

Tujuh pengajar tersebut akan memberikan informasi dan edukasi yang relevan, untuk membantu pengguna melancarkan bisnis kuliner mereka.

“Intinya adalah Foodizz memberikan sarana pembelajaran Online to Offline, berupa e-learning platform melalui aplikasi dan situs, serta sarana offline melalui workshop, meetup, dan juga buku cetak,” kata Andrew.

Hingga saat ini Foodizz mengklaim telah memiliki sekitar 1000 pengguna aktif, dan 150 pengguna di antaranya adalah pengguna yang berbayar. Untuk biaya berlangganan sendiri, perusahaan mengenakan biaya Rp2,5 juta untuk berlangganan 6 bulan dan Rp3.5jt untuk berlangganan 12 bulan.

“Secara khusus model bisnis dari Foodizz adalah freemium subscription model seperti yang diterapkan oleh Netflix untuk aplikasinya,” kata Andrew.

Disinggung apakah Foodizz memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana, Andrew menegaskan, kegiatan fundraising sudah menjadi bagian rencana perusahaan.

Application Information Will Show Up Here

Startup Kedai Kopi On Demand “Koppi” Resmi Meluncur

Konsumsi kopi yang terus meningkat di ibukota menginspirasi Koppi untuk membawa inovasi baru di bisnis kedai kopi. Koppi hadir untuk menjawab isu yang selama ini dihadapi konsumen setiap kali menikmati kopi.

Model bisnis Koppi cukup sederhana. Konsumen hanya perlu mengunduh aplikasi untuk melakukan pemesanan kopi (pre-order) atau menu minuman lainnya yang disediakan. Berikutnya mereka menentukan waktu pengambilan pesanan (pick up) atau memanfaatkan layanan kurir (delivery).

Perusahaan bekerja sama dengan layanan kurir sepeda Westbike Messenger untuk pengantaran dengan jarak maksimal 2 km. Ada lima kurir terdedikasi dari Westbike di tiap gerai yang siap melayani pengantaran.

Apabila di atas 2 km, Koppi menggunakan jasa GrabFood dengan jarak maksimal pengantaran 15 km. Untuk pembayarannya Koppi telah bekerja sama dengan Go-Pay dan kartu kredit.

Founder dan CEO Koppi Tony Arifin menuturkan Koppi hadir untuk mengakomodasi kebutuhan serta tren ngopi masyarakat perkotaan. Hal ini bisa dilihat dari menjamurnya kedai kopi di Jakarta dari skala kecil sampai besar.

“Penikmat kopi kini sudah menyebar ke segala lapisan usia, status sosial, dan gender. Tantangannya adalah bagaimana ngopi itu bisa lebih cepat dan mudah, terjangkau, dan rasa kopi harus berkualitas,” terangnya, Kamis (31/1).

Dia memaparkan, berdasarkan hasil survei internal Koppi ada beberapa isu menonjol yang memengaruhi seseorang untuk mengonsumsi kopi setiap hari, yakni masalah kecepatan, kemudahan, harga, dan kualitas rasa.

Responden mengaku enggan untuk mengantre lebih dari 15 menit hanya untuk membeli segelas kopi atau menunggu layanan pengantaran lebih dari 45 menit. Lamanya durasi pengantaran menyebabkan turunnya kualitas kopi. Membuatnya jadi tidak segar dan sudah encer.

Harga per cangkir kopi pun turut disorot. Responden mengaku kemampuan mereka untuk membeli kopi setiap hari hanya Rp15 ribu-Rp35 ribu. Di sisi lain, kendati banyak merek kopi menawarkan harga terjangkau, sayangnya tidak dibarengi dengan rasa yang ditawarkan seperti terlalu manis atau sebagainya.

“Kami hadir untuk mengatasi seluruh isu tersebut. Target konsumen kami adalah mereka yang rela mengeluarkan uang Rp15 ribu-Rp35 ribu untuk secangkir kopi dengan rasa terbaik.”

Tony mengaku pihaknya mendesain cup kopi tidak mudah tumpah dan dibungkus dengan boks khusus sehingga aman saat pengantaran ke lokasi tujuan. Untuk pengantaran dengan sepeda, diharapkan pesanan sampai dalam waktu maksimal 15 menit. Sementara dengan GrabFood maksimal 30 menit.

Apabila konsumen memilih pick up, pesanan sudah siap dalam waktu 1,5 menit. Proses singkat ini terjadi karena aplikasi Koppi sudah terintegrasi dengan mesin POS, sehingga pembayaran bisa langsung diterima.

Pemberdayaan petani kopi lokal dan difabel

Meski menjual kopi dengan harga terjangkau, Tony mengklaim pihaknya menjaga betul kualitas kopi yang dipakai. Koppi membeli kopi langsung dari petani kopi di Pengalengan, Jawa Barat dengan grade A tanpa syarat dan perantara.

Pihaknya akan menggandeng lebih banyak petani lokal, dengan seleksi yang cukup ketat. Koppi merekrut Hidenori Izaki yang pernah menyabet titel World Barista Champion 2014 sebagai Beverage Manager.

“Koppi hanya menggunakan kopi grade A, dipantau langsung oleh barista kami Hidenoki Izaki. Ke depannya tentu kami akan perbanyak gandeng petani kopi lokal agar konsumen punya banyak pilihan.”

Perusahaan juga berkomitmen untuk meningkatkan kompetensi barista baik dari kemampuan teknis dan pengetahuan, serta memberikan kesempatan barista disabilitas (tuli). Dalam menjalankan program ini Koppi bekerja sama dengan komunitas Handai Tuli. Diharapkan setiap gerai Koppi akan ada dua barista disabilitas yang siap mengembangkan kemampuannya.

Terkait rencana Koppi pada tahun ini, Tony mengungkapkan pihaknya akan agresif buka 40 gerai di Jakarta dengan pemilihan di daerah perkantoran. Rencananya ada dua jenis gerai yang siap dibangun, yaitu gerai khusus pengantaran online dan sit-in.

Untuk target penjualannya, Tony memasang target yang cukup ambisius sekitar 500 cangkir setiap harinya. Koppi baru memiliki satu gerai yang siap menerima pesanan di Oakwood Kuningan, Jakarta.

Koppi mengaku terbuka untuk pendanaan eksternal untuk bantu merealisasikan visi dan misi perusahaan. Tony sendiri masih enggan menyebut perusahaan telah menerima pendanaan eksternal atau secara penuh masih menggunakan dana sendiri.

Application Information Will Show Up Here

Mengenal Cari Aja, Aplikasi Direktori Sebagai Ajang Promosi Lokasi

Pesatnya jumlah pengguna internet, bisnis UKM, serta wisata lokal di Indonesia, mendorong aplikasi direktori Cari Aja untuk hadir sejak tahun lalu. Tak sekadar ingin jadi direktori, Cari Aja menambah berbagai fitur penunjang seperti cek saldo e-money dan waktu salat sebagai diferensiasinya.

“Cari Aja melihat masih banyak jenis tempat, produk, dan jasa di mana pelanggan harus dapat melihat, merasakan produk atau jasa tersebut langsung di tempat dan tidak bisa dilakukan secara online. Oleh sebab itu, kami memfokuskan untuk memudahkan pencarian dan promosi tempat yang menawarkan produk dan jasa tersebut,” terang CMO Cari Aja Fera kepada DailySocial.

Cari Aja ingin mempermudah pengguna dalam mencari berbagai lokasi yang tidak terdeteksi Google Maps dalam radius 5 km. Ada 16 kategori yang tersedia, mulai dari mini market, pom bensin, ATM, bank, tempat perbelanjaan, kesehatan, hotel, otomotif, transportasi, edukasi, hiburan, gedung dan perkantoran, kecantikan, olahraga, dan ibadah.

Disebutkan Cari Aja telah mendapatkan pendanaan dari angel investor dengan detail yang tidak disebutkan. Sejak diluncurkan di Google Play Store dan App Store pada Januari 2018, diklaim Cari Aja telah memiliki lebih dari 70 ribu pengguna (Android) dan 2.500 pengguna (iOS).

Direktori yang tersimpan dalam aplikasi, sambung Fera, dilakukan dengan tiga cara. Pertama, lewat tim pencari Cari Aja yang terjun langsung melakukan pencarian dan pendataan. Kedua, dari pengguna Cari Aja dapat menambahkan tempat yang direkomendasikan langsung dari aplikasi.

Terakhir, dari pemilik usaha. Mereka dapat menambahkan usaha mereka dalam direktor dan melakukan klaim bahwa tempat usaha mereka adalah pemilik yang sudah terverifikasi. Caranya cukup dengan memanfaatkan fitur “Add Place” dan mengisi informasi yang berkaitan dengan tempat yang ditambahkan. Contohnya: nama tempat, alamat, jam operasional, jenis tempat, nomor telepon, dan lain-lain.

Untuk menjamin validitas informasi, tim Cari Aja akan mengecek selambat-lambatnya 2 x 24 jam kerja. Jika semua informasinya sudah benar, maka lokasi yang direkomendasikan akan segera tampil di aplikasi Cari Aja.

“Selain penambahan tempat baik oleh tim kami atau pengguna, kami memiliki tim Quality Assurance yang bertugas untuk memeriksa informasi yang ditambahkan ke Cari Aja apakah sudah lengkap dan benar.”

Dengan pilihan ini, dia berharap para pemilik usaha dapat memiliki kesempatan lebih luas untuk meningkatkan visibilitas bisnis mereka sehingga dapat lebih berkembang dan semakin dikenal para pengunjung.

Tantangan dan inovasi berikutnya

Tim CariAja / CariAja
Tim CariAja / CariAja

Fera menuturkan sebagai aplikasi direktori, pihaknya memiliki tantangan bagaimana selalu menyajikan data terbaru. Pasalnya, data yang disajikan tidak hanya informasi umum saja, tapi juga termasuk harga menu, nomor telepon, jam operasional dan sebagainya.

Untuk itu pihaknya akan terus melakukan pembaruan informasi secara rutin. Pengguna pun ikut dilibatkan, apabila menemukan informasi yang belum diperbarui mereka dapat melaporkan langsung ke tim.

“Caranya klik “Merchant” yang ingin dilaporkan. Pilih ikon titik tiga di pojok kanan atas dan kirim laporannya. Laporan akan kami proses paling lambat dua hari kerja.”

Perusahaan juga terus mengembangkan fitur yang relevan dengan kebutuhan penggunanya. Yang terbaru, Cari Aja menghadirkan fitur cek saldo e-money (khusus untuk Android dan memiliki fitur NFC) dan waktu salat.

“Biasanya untuk pengecekan saldo harus memiliki akses langsung ke mesin NFC reader di ATM atau minimarket. Kini pengguna tidak perlu was-was lagi saat akan masuk toll dan melakukan pembayaran lainnya.”

Cari Aja belum melakukan strategi monetisasi pada tahun-tahun pertamanya. Fera mengatakan perusahaan masih fokus perbanyak pengguna dan data tempat di seluruh Indonesia.

“Misi kami adalah memperkenalkan Cari Aja sebagai platform yang memudahkan masyarakat menemukan tempat sekaligus membantu pelaku usaha dalam mempromosikan usaha mereka.”

Application Information Will Show Up Here

TADOtv Tawarkan Konsep Video Interaktif, Pengguna yang Tentukan Alur Cerita

TADOtv merupakan aplikasi video ponsel yang menawarkan konsep interaktif. Model penyampaian kontennya seperti ini, misal pengguna memilih menonton sebuah film pendek, tiap beberapa menit pengguna akan disuguhkan opsi guna menentukan jalan ceritanya. Dari video-video yang sudah ada, rata-rata ada dua pilihan opsi yang diberikan untuk tiap skenario.

Sebagai contoh di film pendek berjudul “Bucin”, di sebuah adegan makan malam dua sejoli, sang perempuan bertanya kepada laki-laki yang terus-menerus sibuk dengan ponselnya: “lagi sibuk chatting sama siapa?”. Lantas pengguna aplikasi disuguhkan dua opsi: (1) dengan teman atau (2) dengan Ayu. Setiap pilihan akan memiliki jalan ceritanya masing-masing.

Dapatkan pendanaan awal dari Insignia Ventures Partners

Diberitakan oleh DealStreetAsia, pengembang TADOtv yakni PT Karya Anak Digital baru saja mendapatkan pendanaan awal (seed funding) dari Insignia Ventures Partners. Tidak disebutkan nominal pendanaan yang didapat platform video interaktif tersebut.

Dari kabar yang sama, sebelumnya TADOtv juga sudah mendapatkan dana modal dari Merah Putih Incubator, Stellar Kapital, Prasetia Dwidharma, Benson Capital dan Everhaus. Kami sudah mencoba menghubungi founder TADOtv untuk menanyakan lebih lanjut seputar pendanaan tersebut dan akan memperbarui artikel ini.

Sebelum merilis TADOtv, pengembang terlebih dulu menghadirkan aplikasi TADO (Tanya Dong). Masih berkutat dengan video, namun konsepnya tanya-jawab antara influencer dengan penggemarnya. Konsep gamifikasi diterapkan, untuk memberikan reward kepada pemainnya.

Startup ini didirikan oleh dua founder, yakni Steven Koesno dan Dominik Laurus.

Bekerja sama dengan pembuat konten

Pada situs resminya, TADOtv turut menginformasikan bahwa pihaknya membuka peluang untuk pembuat konten bergabung di jaringannya. Setiap konten yang dibuat diharuskan memiliki alur cerita lebih dari satu, sehingga diharapkan memberikan pengalaman yang unik untuk tiap pemirsa.

Untuk mengelola video tersebut, dari sisi pengembang konten TADOtv menyiapkan CMS (Content Management System) khusus sehingga memudahkan pembuat video membubuhkan opsi skenario.

Application Information Will Show Up Here

Lacak.io Dukung Armada Logistik Skala UKM Tersistem secara Digital

Industri logistik masih memiliki banyak tantangan dalam menyambut percepatan industri 4.0. Lacak.io berusaha menjawab tantangan tersebut dengan produk yang mereka sediakan.

Co-Founder dan CCO Lacak.io Danny Chiang menjelaskan, bisnisnya menyediakan solusi bagi perusahaan logistik kecil menengah di Indonesia untuk bisa scale-up, mengubah armada tradisional tanpa sistem menjadi armada yang terkoneksi secara digital.

Lacak.io memungkinkan pihak manajemen mendapatkan visibilitas terbaik dari actionable data armada seperti data sensor suhu muatan, suhu mesin, level bahan bakar, dan gaya berkendara; data kinerja armada apakah sudah terutilisasi maksimal atau belum; data jumlah pengiriman apakah tepat waktu atau tidak.

Dikelola juga data perawatan armada yang dilakukan tepat waktu atau tidak. Data ini dianggap penting untuk menjaga armada dalam kondisi selalu prima mengingat armada kendaraan adalah mesin utama penghasil uang bagi perusahaan logistik.

“Selain mendapat visibility data terbaik dengan terkoneksinya armada mereka secara digital, maka kesempatan bisnis mereka untuk bekerja sama dengan korporasi besar juga akan terbuka lebih lebar,” terang Danny kepada DailySocial.

Model bisnis Lacak.io

Dalam menyajikan layanannya, Lacak.io menggunakan teknologi web interface untuk pemantauan dengan fitur seperti visibilitas data lokasi, laporan, notifikasi, utilitas armada, jumlah pengiriman, jadwal perawatan, dan evaluasi gaya berkendara.

Untuk menunjang tim lapangan yang lebih mengandalkan smartphone, pihaknya menyediakan pemantauan praktis dengan aplikasi Lacak Live. Pada dasarnya, aplikasi ini mengubah smartphone pengemudi menjadi GPS pelacak. Tim lapangan lainnya seperti kurir, sales, driver, atau engineer yang tidak memungkinkan untuk menggunakan perangkat GPS pelacak, Lacak.io menyediakan aplikasi Lacak Mobile.

Aplikasi tersebut memungkinkan lokasi tim lapangan dan status kerjanya terpantau oleh perusahaan. Tidak hanya itu, tim lapangan bisa berkirim pesan dengan tim perusahaan dari aplikasi tersebut.

“Contohnya, mereka bisa melihat tugas hari ini ke mana saja dan melaporkan hasil pekerjaan menggunakan formulir elektronik, tanda tangan digital dan upload gambar yang sudah tersedia semua di Lacak Mobile.”

Menurutnya, produk yang ditawarkan ini adalah jawaban dari solusi yang sebenarnya di butuhkan perusahaan logistik. Kebanyakan produk manajemen armada hanya menawarkan pemantauan lokasi tanpa ada data yang bisa diterjemahkan untuk mengambil suatu keputusan bisnis.

Dalam menjalankan bisnisnya, Lacak.io menetapkan sistem monetisasi berdasarkan keanggotaan per perangkat. Ada tiga jenis keanggotaan dari enterprise, professional, dan basic dengan biaya bervariasi mulai dari Rp6,1 juta untuk enterprise pada tahun pertama saja dan jadi Rp2 juta pada tahun berikutnya.

Rencana bisnis

Danny menerangkan pada tahun lalu perusahaan yang aktif menggunakan layanan ini mencapai 80 perusahaan. Di antaranya DHL Supply Chain Indonesia, Jasa Marga, KMDI, Malaba, dan lainnya. Dilihat dari jumlah armada yang terkoneksi aktif dengan sistem Lacak.io ada sekitar 1.700 unit dengan pertumbuhan 376%.

Perusahaan ingin meningkatkan pencapaian tersebut hingga berkali-kali lipat pada tahun ini. Armada yang terkoneksi bisa mencapai 4 ribu dan menghubungkan 25 ribu kendaraan barang atau setara dengan 0,32% dari total keseluruhan kendaraan barang terdaftar di Indonesia.

Untuk mencapai itu, Lacak.io sedang mengembangkan layanan yang lebih menyasar ke visualisasi gambar dan video sehingga tidak hanya data kendaraan yang dapat terlihat, melainkan situasi lingkungan sekitar dapat terlihat. Bakal ada juga Driver Status Monitoring System untuk mengirimkan notifikasi saat supir terdeteksi ter-distract oleh smartphone, merokok, menelepon, atau kelelahan.

Berikutnya tim sedang menyiapkan Advance Driver Assistance System yang memungkinkan pendeteksian dua detik lebih dini untuk driver sehingga meminimalisir tingkat kecelakaan dari tabrakan belakang.

Perusahaan tengah mencari pendanaan eksternal untuk mengembangkan bisnis Lacak.io sebesar Rp6 miliar di tahun ini. Danny mengaku saat ini masih dalam proses pitching ke investor.

“Putaran paling pertama sebenarnya sudah sejak 2016 waktu itu bentuknya convertible note dari teman. Kalau benar-benar dari eksternal ini baru pertama kalinya.”

Sebanyak 60% dari dana tersebut nantinya akan digunakan untuk mendorong pemasaran dan membuka kantor perwakilan di beberapa provinsi seperti Jawa, Bali, Makassar, dan Medan. Sisanya untuk pengembangan teknologi, layanan, serta pengembangan tim operasional.

Stoqo Facilitates Culinary Business for Grocery Shopping

Stoqo is an online supplier providing a variety of grocery for culinary business. They connect distributors of various groceries – such as cooking oil, coffee, flour etc – on one platform. In addition, for some ingredients, such as fresh vegetables and meat, customers are connected to the market sellers. Stoqo’s main targets are the owners of restaurant, cafe, catering, and home-based culinary business.

In order to maximize operation this year, Stoqo is reportedly having raised a series A funding from Monk’s Hill Partners and Accel Partners India at the end of December 2018. There’s no information of further details and nominal. Previously, Stoqo became one of nine startups with opportunity to join the Alibaba’s acceleration program eFounders Fellowship in Hangzhou.

Aswin Andrison (Stoqo’s Co-founder and CEO) started Stoqo from selling rice in Cipinang. Then, he had to deliver orders directly to each customer. Business model digitization have them acquired more than 2500 types of products which currently on demand in the culinary business. Stoqo’s vision: “to empower the underserved to work for a better life.”

“The segment crowded with players is e-commerce B2C. In B2B, especially for culinary business grocery, Stoqo is one pioneer,” Andrison said in an interview with SWA.

Stoqo provides delivery service for 6 days a week. The fastest delivery is tomorrow, for any order submitted before 2 pm. By ordering more than Rp300,000, they’re making free delivery, it’s for additional value due to culinary players are quite “sensitive” with this kind of cost.

Customers don’t have to pay in advance, COD is available. Currently, Stoqo only serves around Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi.

As a B2B commerce, Stoqo provides partnership opportunities for suppliers of culinary grocery. In providing efficiency for logistics, Stoqo has lanched STOQOHub in Pasar Rebo. It’s a storage house for raw materials from suppliers before being delivered to consumers.

“As it implies, STOQOHub #1 reflects STOQO’s heart or operational center to facilitate Customer Experience and Operational team to serve customers,” he said.

Stoqo's Co-founder, Angky William and Aswin Andrison
Stoqo’s Co-founder, Angky William and Aswin Andrison / Alpha JWC Ventures

Aside from Andrison, Stoqo has another co-founder and also CTO, Angky William. Previously, Andrian worked as a consultant at McKinsey, and Angky was a software engineer at Amazon.

As Andrison said, the grocery procurement for SMEs engaged in culinary industry is quite challenging. Using proper and efficient management, it can grow 40%-60% profits. However, when something goes wrong, it’ll sent the business to bankruptcy, kind of risky. What Stoqo did was using technology to make SME’s players more productive, encouraging business optimization and product innovation.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here