DSLaunchpad: Meet the Startups

Setelah melalui rangkaian seleksi dan meloloskan 107 startup terbaik di Indonesia, kini program inkubasi startup terbesar di Indonesia, DSLaunchpad telah memasuki minggu kedua. Startup yang berhasil lolos juga telah dipertemukan dengan mentor-mentor terbaik yang akan membantu mereka selama program inkubasi ini.

Pada minggu pertama, para peserta telah diberikan tugas untuk menyelesaikan Idea and Validation startup masing-masing dan mulai menyusun dan menyelesaikan business model canvas mereka. Tugas-tugas yang diberikan ini dapat membantu peserta belajar serta memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam mengembangkan startup dengan bimbingan mentor-mentor terbaik.

Terbantu Pengalaman Mentor

Seperti yang kita ketahui, salah satu keuntungan mengikuti program DSLaunchpad adalah peserta yang berhasil lolos dapat dipertemukan dengan mentor-mentor yang sarat dengan pengalaman. Hal ini juga dirasakan oleh startup penyedia aplikasi pencarian teman bermain sepak bola asal Bandung, Sportigo. Melalui co-founder mereka, Bimo Priambudi, Sportigo merasa mentor-mentor yang dihadirkan oleh DSLaunchpad adalah mentor-mentor yang sangat capable dan penuh dengan pengalaman. Mereka juga merasa sangat terbantu karena mulai diberi arahan mengenai business model yang tepat karena pada tahap awal ini mereka masih merasa memiliki terlalu banyak jenis business model yang ingin diterapkan. Selain itu para pengalaman para mentor juga membantu mereka dalam penyusunan strategi scale-up untuk startup.

Menemukan Cara Validasi ke User

Jawaban senada juga kami temukan dari startup penyedia platform berbagi cerita dan informasi untuk pecinta kopi, coffespace. Menurut sang founder, Rizky Beny, sebelum mengikuti program DSLaunchpad Ia mengalami cukup banyak kendala dan tidak tahu harus konsultasi ke siapa mengenai kendala tersebut. Namun, setelah mengikuti program inkubasi online ini, Ia merasa mendapatkan banyak bantuan dari mentor dalam mengatasi kendala yang ditemui sebagai seorang founder, terutama tentang bagaimana cara melakukan validasi ke user. Selain itu, Ia juga merasa penjelasan dari mentor sangat mudah untuk dipahami.

Mendapat Kesempatan Networking

Bagi startup pemula, keuntungan lain yang dapat dimaksimalkan selama mengikuti rangkaian program ini adalah kesempatan untuk berkenalan dengan para mentor dan perusahaan modal ventura ternama yang bekerja sama dengan DSLaunchpad. Hal ini juga diutarakan oleh co-founder gonigoni, Firza Maulana Nasution. Menurutnya, program DSLaunchpad juga dapat  membantu startup pemula yang membutuhkan banyak networking dalam mengembangkan bisnisnya. Selain dengan para mentor dan ventura, kesempatan networking ini juga dapat dimanfaatkan untuk berkenalan dengan sesama founder startup lainnya. Hal ini sendiri juga membuka kesempatan mereka untuk saling berkolaborasi dalam menciptakan inovasi baru setelah mengikuti program ini.

Selain pengalaman-pengalaman yang telah diceritakan di atas, tentunya masih banyak lagi keseruan dan pengalaman yang didapatkan oleh para peserta untuk memenuhi motivasi mereka dalam mengikuti program ini. Bagi Firza sendiri, motivasi dalam mengikuti program DSLaunchpad ini adalah keinginan untuk belajar lebih dalam tentang startup dan mendapat bimbingan terkait validasi sekaligus bagaimana mewujudkan ide-ide yang dimiliki. Masa pandemi yang membuat para peserta tidak bisa melakukan mentoring secara face to face pun dirasa tidak terlalu berpengaruh karena para mentor dapat membimbing dan cukup friendly dalam menjelaskan sehingga mereka merasa lebih leluasa untuk bercerita dan bertanya kepada mentor.

Memilih Business Model yang Tepat

Selain mendapatkan bimbingan dari mentor masing-masing, para peserta DSLaunchpad juga mendapatkan kesempatan untuk menimba ilmu dari super mentor tiap minggunya. Minggu ini, Super Mentor Session yang diselenggarakan oleh DSLaunchpad mendatangkan CEO JAS Kapital, Izak Jenie, untuk membahas topik business model secara lebih lanjut.

Tentunya sebagai seorang founder kita harus hati-hati dalam memilih business model yang tepat dan sesuai dengan bisnis yang dijalani. Menurut Izak, ada empat hal yang harus diketahui oleh founder sebelum menentukan business model untuk startupnya. Pertama, berapa besar market size yang dimiliki. Bila setelah dikerucutkan secara spesifik market size tetap besar, maka kemungkinan business model tersebut worthed. Kedua, apakah bisnis kita susah ditiru oleh orang lain. Kita harus dapat membayangkan apakah dalam waktu satu bulan akan ada bisnis yang sama muncul di permukaan. Semakin susah ditiru, maka business model semakin bagus. Ketiga, apakah produk bisnis ini dapat digunakan berulang-ulang. Bila konsumen memang membutuhkan produk sehingga melakukan penggunaan berulang, maka business model tersebut dapat bertahan dan berkembang. Yang terakhir, seorang founder juga harus dapat mengukur apakah unit economy-nya profitable atau tidakBila hal-hal tersebut dapat dijawab dengan baik, maka dapat dikatakan startup tersebut memiliki business model yang baik.

Pengalaman-pengalaman dan keseruan lain dalam mengembangkan startup melalui DSLaunchpad ini sendiri akan terus bertambah seiring dengan masa mentoring yang dilakukan oleh para peserta. DSLaunchpad sendiri akan berlangsung selama empat minggu hingga tanggal 15 Mei 2020 nanti. Saat ini, program inkubasi online terbesar di Indonesia ini telah memasuki minggu keduanya.  Rangkaian program DSLaunchpad ini juga diharapkan dapat terus membantu para peserta dalam mengembangkan startupnya dengan dibantu oleh mentor-mentor yang siap membagikan pengalaman dan pengetahuan mereka seputar dunia startup.

Peluang Kontribusi dan Pengembangan Produk bagi Startup selama Pandemi

Masa pandemi membuat beberapa startup kesulitan karena harus mengadaptasikan produknya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan baru bagi masyarakat. Mulai dari penyesuaian operasional hingga menciptakan produk baru harus dilakukan untuk tetap bertahan.

Hal ini juga dilihat oleh MDI Ventures dan Telkom Group yang mengadakan webinar berseri bertajuk “Behind The Wheel”. Webinar ini akan membahas banyak topik seputar bagaimana startup-startup di Indonesia dapat berkontribusi dan beradaptasi selama masa pandemi ini. Sehingga mungkin dapat membantu menambah pemahaman tentang adaptasi yang dibutuhkan selama situasi sulit ini.

Webinar ini sendiri akan memiliki empat rangkaian selama bulan Ramadan. Pada seri Behind The Wheel minggu pertama yang telah dilaksanakan Rabu (29/4) kemarin, tema yang diangkat adalah “IndonesiaBergerak Initiatives to Fight COVID-19“ Seri ini juga turut menghadirkan tiga orang pembicara antara lain Sandhy Widyasthana (COO & Portofolio Director MDI Ventures), Dika Maheswara (CEO Paket.ID), Rama Raditya (CEO dari Qlue), dan dimoderatori oleh Alvin Evander (Head of Synergy & Accelerator MDI Ventures). Melalui tema ini, masing-masing pembicara menjabarkan pendapatnya tentang bagaimana sebaiknya startup berperan dalam menghadapi masa pandemi.

Berkontribusi Kepada Masyarakat

Masa pandemi ini bisa menjadi momen startup untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat melalui platform-nya. Kontribusi tersebut, diharapkan dapat meringankan beban pemerintah sekaligus memaksimalkan produk atau layanan yang dimiliki startup selama pandemi. Hal ini juga yang menggerakkan MDI Ventures untuk menciptakan program IndonesiaBergerak. COO & Portofolio Director MDI Ventures, Sandhy Widyasthana, menjelaskan bahwa melalui program ini startup-startup yang bergabung dapat memanfaatkan platform-nya untuk secara sukarela membantu memenuhi kebutuhan masyarakat selama masa pandemi di jalur independen.

“Melihat kondisi covid ini, kami tergerak untuk melakukan aktivitas nirlaba untuk berkontribusi kepada masyarakat.” ujar Sandhy

IndonesiaBergerak sendiri sejauh ini terdiri dari delapan startup yang berada di portofolio MDI Ventures yaitu Kata.ai, Alodokter, Paket.ID, Qlue, Opsigo, Qiscus, Privy.ID, dan Volantis.  Startup-startup ini saling mengintegrasikan platform-nya dengan bekerja sama juga dengan pemerintah dalam menekan angka penyebaran virus corona.

Melihat New Normal sebagai Peluang

Hal yang juga menjadi pusat pembahasan dari webinar ini adalah bagaimana startup dapat beradaptasi dengan kondisi baru atau new normal setelah masa pandemi ini berakhir. Salah satu cara untuk melakukan hal tersebut adalah dengan melihat kondisi new normal sebagai peluang mengembangkan produk.

Hal ini juga dilakukan oleh startup Paket.ID yang memanfaatkan situasi ini dengan melakukan pengembangan produk baru setelah melihat adanya peningkatan kebutuhan distribusi kebutuhan medis.

“Kita sedang menyiapkan modul-modul yang bisa dipakai untuk segmen rumah sakit dan farmasi, itu salah satu inisiatif kita untuk adaptasi dengan Covid-19 ini” ucap CEO Paket.ID, Dika Maheswara.

Hal senada juga disampaikan oleh CEO Qlue, Rama Raditya. Ia menambahkan bahwa kondisi new normal harus dilihat sebagai peluang menciptakan produk baru yang mungkin sebelumnya belum terpikirkan.

“Contohnya sekarang semua orang harus pake masker, awalnya kita kan mengolah data dari cctv itu tidak mendeteksi orang pake masker, tapi sekarang kita jadi punya modul baru untuk mendeteksi berapa persen orang yang keluar rumah nggak pake masker” ucapnya.

Ajang Pembuktian Para Startup

Dari sudut pandang venture capital, kondisi pandemi ini juga dapat membuktikan apakah suatu startup memiliki agility untuk beradaptasi dan bisa survive dalam berbagai situasi sehingga dapat lebih meyakinkan untuk didanai. Selain itu, masa pandemi ini juga tidak diharapkan malah menurunkan produktivitas startup. Startup yang terkena dampak atau penurunan performa harus dapat melihat peluang-peluang untuk melakukan pivoting agar bisnisnya tetap dapat berjalan dengan baik.

“Startup juga harus lebih semangat lagi dalam mencari peluang dan di satu sisi nggak boleh terlalu kaku, pivoting itu sangat penting” tambah Sandhy

Bagi MDI Ventures, mereka sendiri tetap akan melanjutkan investasi, namun tetap melihat juga startup yang memiliki impact positif sekaligus berencana untuk menolong startup bagus yang sedang mengalami kesulitan di situasi ini.

Selain ketiga hal di atas, tentunya masih banyak lagi pembahasan mengenai peran startup dalam masa pandemi yang bisa kita ikuti melalui rangkaian seri webinar Behind The Wheel yang juga mengusung tema Empowering People to Fight COVID-19 During Ramadan ini.

Pada seri kedua minggu depan, tema yang akan diangkat adalah “How Technology can Support Work From Home”. Melalui tema ini akan dibahas mengenai bagaimana startup dapat menyediakan produk teknologi yang dapat mendukung produktivitas kita selama work from home. Pembicara yang akan hadir pada seri ini adalah Edmon Makarim (Pakar hukum Telematika), Marshall Pribadi (CEO PrivyID), Evan Purnama (CTO Qiscus), dan Kuncoro Wastuwibowo (AVP Synergy Telkom Group). Bagi kalian yang tertarik untuk mengikuti seri webinar minggu depan, silahkan mendaftarkan diri secara gratis melalui link berikut ini.

Disclosure: Artikel ini merupakan bagian dari publikasi seri webinar Behind The Wheel yang diselenggarakan oleh MDI Ventures.

Transformasi Digital Dorong Kolaborasi Startup dan Korporasi

Perkembangan teknologi memiliki banyak pengaruh terhadap dunia bisnis. Mulai dari usaha kecil dan menengah (UKM) hingga korporasi besar terus terdorong untuk melakukan transformasi digital dalam menjalankan usaha. Transformasi digital menjadi sesuatu yang tak terhindarkan apabila perusahaan ingin terus bertahan dalam era ekonomi digital. Kompetisi untuk memenangkan masing-masing pasar juga dapat menjadi semakin ketat dengan pemanfaatan teknologi yang dilakukan.

Adaptasi terhadap perkembangan teknologi tersebut dapat dilakukan dalam bentuk digitalisasi operasional internal perusahaan ataupun produk akhir yang bersentuhan langsung dengan konsumen. Transformasi digital yang dilakukan juga dapat membuat perusahaan menemukan inovasi-inovasi baru yang dapat memberikan dampak terhadap keberhasilan usahanya.

Perubahan Korporasi di Era Digital

Dorongan untuk melakukan transformasi digital ini juga terus diterima oleh korporasi bila tidak ingin kehilangan daya saing dan ingin mempertahankan relevansinya. Hal ini juga didukung oleh perubahan perilaku konsumen yang semakin beralih untuk melakukan transaksi digital. Sehingga, korporasi yang masih mengutamakan pelayanan dan produk secara konvensional akan mengalami kesulitan untuk terus bertahan.

Transformasi digital juga dapat memberi banyak keuntungan lain untuk korporasi selain dalam persaingan pasar. Melalui adaptasi teknologi tersebut, korporasi juga dapat meningkatkan efisiensi operasional perusahaan, penghematan biaya, dan pelayanan terhadap konsumen yang lebih baik. Selain itu, korporasi juga dapat menemukan peluang untuk menciptakan produk atau layanan baru untuk terus menjaga kelangsungan bisnisnya

Meningkatnya Pertumbuhan Startup Baru

Transformasi digital juga tidak hanya mendorong korporasi untuk mengubah operasional perusahaannya, tetapi juga ikut berperan dalam meningkatnya pertumbuhan startup-startup baru di Indonesia. Startup-startup ini muncul dengan kategori bisnis yang bervariasi seperti agrotech, edutech, healthtech, fintech, dan lain-lain. Hal ini juga membuktikan bahwa dengan adaptasi teknologi, kita bisa melihat banyak peluang untuk menciptakan produk-produk baru sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Peningkatan pertumbuhan ini juga dapat dilihat dari adanya peningkatan jumlah investasi terhadap startup-startup baru. Menurut DailySocial Startup Report 2019, ada peningkatan jumlah investasi yang dilakukan terhadap startup early stage dan pre-series A dari tahun sebelumnya. Hal ini juga dapat memperlihatkan kepercayaan investor terhadap produk atau layanan baru yang terus dihadirkan oleh startup-startup baru yang menghadirkan inovasi dari pemanfaatan kemajuan teknologi untuk masing-masing industrinya.

Peluang Kolaborasi Startup dan Korporasi

Pertumbuhan startup yang terus meningkat serta transformasi digital yang dilakukan oleh korporasi juga dapat mempertemukan keduanya untuk mencari peluang kolaborasi dalam menciptakan inovasi-inovasi baru yang saling menguntungkan. Bagi korporasi, berkolaborasi dengan startup membuat mereka dapat melihat potensi-potensi ruang bisnis baru bagi perusahaan. Selain itu, mereka juga dapat melakukan penghematan biaya bila dapat mengintegrasikan produk-produk startup tersebut untuk memenuhi kebutuhan internal maupun eksternal perusahaan.

Bagi startup sendiri, berkolaborasi dengan perusahaan juga dapat mendatangkan keuntungan dalam operasional perusahaan. Kolaborasi ini dapat membantu startup mendapatkan modal untuk mengembangkan bisnisnya serta bantuan dalam memasuki pasar yang sesuai dengan keduanya. Dengan begitu, integrasi produk melalui kolaborasi ini dapat menjadi sarana untuk saling mengatasi kebutuhan masing-masing dan menemukan peluang-peluang bisnis baru bagi startup dan korporasi.

Salah satu korporasi yang telah melihat pentingnya kolaborasi dengan startup dalam menciptakan inovasi produk baru adalah Pegadaian. Melalui kolaborasinya dengan Tokopedia, mereka dapat memberikan kemudahan bagi calon konsumen yang ingin melakukan investasi emas melalui platform online. Bagi Pegadaian sendiri, hal ini juga dapat membantu mereka memperluas segmen baru sebagai upaya menjangkau masyarakat dalam melakukan investasi emas melalui Pegadaian. Sedangkan bagi Tokopedia, kolaborasi ini juga membantu mereka meningkatkan kualitas fitur dan peningkatan jumlah pengguna.

Upaya Pegadaian dalam melakukan transformasi dengan kolaborasi ini juga diakui oleh VP of Digital Business Partnership & Development Pegadaian, Herdi Sularko. Menurutnya, saat ini sudah ada beberapa produk Pegadaian yang dapat diintegrasikan dengan startup seperti tabungan emas, pembiayaan kendaraan bermotor, dan produk cash-in cash-out yang memudahkan top-up serta penarikan uang dari dan ke e-wallet.

Saat ini Pegadaian sedang melakukan transformasi bisnis, terutama dari sisi digital capacity untuk bisa berkolaborasi dengan para startup” ujar Herdi dalam sesi Super Mentor DSLaunchpad DailySocial.

Selain itu, salah satu upaya Pegadaian dalam berkolaborasi untuk mendukung ekosistem startup teknologi juga dapat dilihat dari dukungan mereka terhadap program inkubasi startup secara online terbesar di Indonesia, DSLaunchpad. Melalui dukungan ini, Pegadaian membuka kesempatan bagi startup yang mengikuti program inkubasi tersebut untuk berkolaborasi dengan platform mereka. Hal ini juga dapat memperlihatkan bahwa pemanfaatan integrasi produk korporasi dan startup sangat terbuka luas dan dapat saling menguntungkan.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh Pegadaian

Application Information Will Show Up Here

Fore Coffee’s Expansion Plan After Raising 147 Billion Rupiah Funding

After raising a US$9.5 million or around 147 billion Rupiah funding, Fore Coffee looks for more opportunity to expand and added more outlets as currently reach 100 units in total. They’ve also expanded business to Bandung, Surabaya, and Medan. Since 2018, Fore Coffee app is claimed to have positive results in sales with increasing team numbers.

The Co-founder, Elisa Suteja told DailySocial that Fore Coffee has achieved business growth after closing the series A funding in April 2019 with an additional US$1 million for the previous US$8.5 million. It was led by East Ventures. Participated also in this round, SMDV, Pavilion Capital, Agaeti Venture Capital, and some angel investors.

“In addition to the expansion, we’ll also increase collaboration with some local brands,” Suteja said.

Previously, Fore Coffee has strategic partnership with Airy, a partnership-based Accommodation Network Operator (ANO) company in Indonesia. The synergy has marked a strong commitment from both companies towards the 1000 locations movement.

This year, Fore has set some targets. One is to ensure the best service for customers, although they found a change in customers’ behavior.

“Customer behavior will develop along with market developments. I think 2019 is an interesting year for Indonesian customers, with many encouragement to use a number of different digital wallets, influencing how comfortable they feel to transact through their cellphones. We see fewer people using cash nowadays,” she added.

In Indonesia, Fore has several competitors. One of them is the startup backed by Alpha JWC Ventures named Kopi Kenangan. They have just closed around US$ 20 million series A funding in December 2019.

In terms of product, it has countless rivals due to the rising popularity if coffeeshop business, especially targeting the productive age group. Another example of a similar business is Janji Jiwa.

Business challenge during pandemic

herbal drinks
Introlducing herbal drinks in time of pandemic

Amid the Covid-19 outbreak, it’s another challenge for Fore Coffee to stay in the game. However, with the existing potential, the company seeks to see and learn from the current conditions, to run ‘business as usual’. The company also seeks to learn from the current crisis to make a better company. Customers can have Fore Coffee as per usual with the delivery service through the Fore, GoFood or GrabFood applications.

Fore has launched a strategic step by introducing a series of Traditional Herbal products to meet the urban demands for local flavored herbal beverages. The two newest menus, Wedang Uwuh and Temulawak Rumbu are available at Fore Coffe outlets and online delivery.

“Through online sales and delivery, Fore’s target is to bring traditional Indonesian native drinks closer to the Indonesian people and easily accessible, therefore, customers can have a taste of it any time, especially during this period. With a simple application, customers can also send drink gifts to family and relatives,” Suteja said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Berhasil Kumpulkan Dana 147 Miliar Rupiah, Fore Coffee Genjot Ekspansi

Setelah mengumpulkan pendanaan sekitar US$9,5 juta atau setara 147 miliar Rupiah, Fore Coffee masih terus genjot ekspansi pasar, untuk terus menambah jumlah outlet yang saat ini sudah sekitar 100 unit. Mereka juga telah memperluas layanan ke Bandung, Surabaya, dan Medan. Sejak dirilis tahun 2018 lalu, aplikasi Fore Coffee diklaim mengalami pertumbuhan penjualan positif dan telah memiliki jumlah tim yang terus bertambah.

Kepada DailySocial Co-founder Elisa Suteja mengungkapkan, pertumbuhan bisnis banyak terjadi setelah Fore Coffee menutup pendanaan seri A bulan April 2019 lalu, dengan tambahan US$1 juta melengkapi perolehan di putaran sebelumnya US$8,5 juta. Pendanaan tersebut dipimpin oleh East Ventures. Turut bergabung SMDV, Pavilion Capital, Agaeti Venture Capital, dan beberapa angel investor turut terlibat dalam putaran pendanaan tersebut.

“Selain melakukan ekspansi, kami juga makin giat menjalin kemitraan dengan beberapa brand lokal,” kata Elisa.

Sebelumnya Fore Coffe juga telah menjalin kemitraan strategis dengan Airy, perusahaan Accommodation Network Operator (ANO) di Indonesia yang berbasis kemitraan. Sinergi menandakan komitmen kedua perusahaan dalam gerakan ekspansi di 1000 titik lokasi.

Tahun ini ada beberapa target yang ingin dicapai oleh Fore. Salah satunya memastikan untuk bisa memberikan layanan terbaik kepada pelanggan, meskipun adanya perubahan kebiasaan dari target pelanggan.

“Perilaku pelanggan akan berkembang seiring dengan perkembangan pasar. Saya pikir tahun 2019 adalah tahun yang menarik bagi pelanggan Indonesia, dengan banyaknya dorongan untuk menggunakan sejumlah dompet digital yang berbeda, memengaruhi bagaimana mereka merasa nyaman bertransaksi melalui ponsel mereka. Kami melihat semakin sedikit orang menggunakan uang tunai saat ini,” kata Elisa.

Di Indonesia, Fore memiliki beberapa pesaing. Salah satunya startup yang mendapat dukungan awal dari Alpha JWC Ventures, yakni Kopi Kenangan. Mereka baru saja menutup pendanaan seri A pada Desember 2019 lalu berkisar US$20 juta.

Dari sisi produk, rivalnya lebih banyak lagi, karena bisnis minuman kopi memang tengah naik daun, khususnya menargetkan kalangan usia produktif. Salah satu pemain yang turut mendapatkan peruntungan adalah Janji Jiwa.

Tantangan jalankan bisnis saat pandemik

Luncurkan produk jamu saat pandemik
Luncurkan produk jamu saat pandemik

Di tengah persebaran Covid-19 ini, menjadi tantangan tersendiri bagi Fore Coffee untuk tetap bisa menjalankan bisnis. Namun melihat potensi yang ada, perusahaan berupaya untuk melihat dan belajar dari kondisi saat ini agar ‘business as usual’ tetap bisa berjalan. Perusahaan juga berupaya untuk memastikan bisa belajar dari krisis saat ini untuk menjadikan perusahaan yang lebih baik. Fore Coffee tetap dapat dinikmati langsung dengan layanan delivery melalui aplikasi Fore, GoFood, atau GrabFood.

Salah satu langkah strategis yang dilakukan Fore Coffee adalah meluncurkan seri produk Jamu Tradisional untuk memenuhi kebutuhan konsumen urban atas produk minuman herbal bercita rasa lokal. Dua menu terbaru tersebut, yaitu Wedang Uwuh dan Temulawak Rempah tersedia di store Fore Coffe dan dipesan secara online.

“Melalui penjualan online dan delivery, target Fore ingin membawa minuman tradisional asli Indonesia lebih dekat dengan masyarakat Indonesia dan mudah dijangkau sehingga dapat dinikmati oleh siapa saja dan kapan saja, terutama di waktu seperti ini. Dengan pengaturan aplikasi yang mudah, customer juga dapat mengirimkan minuman ini kepada keluarga dan kerabatnya” ujar Elisa.

Application Information Will Show Up Here

Tiga Alasan Kenapa #SemuaBisa Buat Startup

Banyak orang ingin membuat startup, tetapi tidak banyak yang benar-benar merealisasikan keinginan tersebut. Banyak calon founder yang akhirnya kalah oleh keraguan yang mereka buat sendiri. Keraguan bahwa dirinya bisa membuat startup sesuai dengan mimpinya, karena terhalang oleh berbagai hal seperti modal, kemampuan, pengetahuan, atau takut menghadapi persaingan yang semakin ketat. Sehingga pada akhirnya membuat startup hanya menjadi impian semata.

Padahal, kesempatan untuk membangun startup, khususnya di Indonesia masih terbuka luas. #SemuaBisa membangun startup impiannya, walau hal tersebut memang bukan hal mudah. Namun, dengan akses informasi dan koneksi yang tepat, semua hal bisa diwujudkan. Buat para founders yang masih ragu dalam mewujudkan mimpinya, inilah tiga alasan untuk meyakinkan diri bahwa kamu pasti bisa membangun startup impianmu.

Masih Banyak Ide yang Belum Tereksplorasi

Untuk memulai startup, kamu butuhkan ide dan visi yang ingin dibangun serta manfaat dari implementasi ide tersebut bagi masyarakat. Saat ini banyak sekali kategori startup bermunculan di Indonesia. Mulai dari edukasi, finansial, kesehatan, pertanian, dan masih banyak lagi. Walaupun dengan banyaknya kategori, belum semua startup dapat menjawab semua permasalahan yang ada di masyarakat. Masih ada berbagai masalah yang dapat diatasi dengan solusi teknologi dan inovasi.

Banyak kesempatan untuk berpikir luas dan mengeksplorasi permasalahan tersebut hingga menemukan ide yang cocok untuk startup kamu. Temukan inspirasi ide untuk membuat startup dari hal-hal terdekat di sekitarmu, atau bahkan masalah yang kamu alami dan rasakan sendiri. Dalami dan eksplorasi lebih lanjut inspirasi yang kamu temukan dari hal-hal tersebut dan gunakanlah untuk memulai startup.

Bangun Tim dari Orang Terdekat

Setelah menemukan dan yakin terhadap ide yang dimiliki, membangun tim menjadi hal yang sangat penting. Kamu bisa mulai dengan mengajak orang terdekat untuk menjadi partner seperti teman kuliah, rekan kerja, atau keluarga. Kamu juga bisa memanfaatkan relasi yang mereka miliki untuk mengembangkan tim sesuai dengan kebutuhan startupmu, hingga menjangkau pasar yang ingin diincar. Dengan memulai dari orang terdekat, akan lebih mudah untuk meyakinkan ide startup yang sedang dibangun agar tim tersebut memiliki visi yang sama.

Tersedia Program Inkubasi Startup yang Inklusif

Bila kamu merasa memiliki pengetahuan terbatas mengenai startup, atau belum mendapatkan akses koneksi yang baik kepada ekosistem industri teknologi di Indonesia, maka kini saatnya menepiskan keraguan tersebut. Bergabunglah dengan DSLaunchpad, program inkubasi startup teknologi terbesar di Indonesia yang dapat membantu kamu memulai dan mengembangkan startup, serta membuktikan bahwa kesempatan untuk menjadi founder startup dimiliki oleh siapapun.

Melalui program ini, kamu akan mendapatkan wawasan dari mentor-mentor luar biasa seperti Kevin Aluwi (Co-CEO Gojek Indonesia), Fajrin Rasyid (Presiden Bukalapak), dan banyak mentor lainnya yang memiliki nama besar dalam industri digital di Indonesia lainnya. Kamu juga berkesempatan untuk bertemu para investor yang menjadi VC partner program DSLaunchpad, mulai dari East Venture, MDI Ventures, BRI Ventures, dan masih banyak lagi. Total ada 15 mentor dan 20 VC Partners yang terkonfirmasi akan berpartisipasi di DSLaunchpad.

Semua rangkaian program DSLaunchpad akan kamu ikuti 100% secara online dan #DiRumahAja. Sehingga dimanapun kamu berada, letak geografis bukanlah hambatan untuk dapat menjadi seorang founder startup. Tunggu apalagi, segera daftarkan diri anda secepat mungkin karena registrasi hanya dibuka sampai dengan 10 April dan buktikan kalau #SemuaBisa buat Startup!

Informasi lengkap mengenai DSLaunchpad silahkan kunjungi https://dailysocial.id/dslaunchpad

Perkuat eFisheryFund, eFishery Gandeng Alami Sharia Hadirkan “PayLater” Syariah

eFisheryFund, ditujukan membantu para petani ikan/udang mendapatkan tambahan modal, menggandeng Alami Sharia sebagai mitra dan mendorong kehadiran paylater berbasis syariah. Layanan pembiayaan eFishery yang diperkenalkan awal tahun ini juga telah bermitra dengan iGrow, BRI Syariah, Amartha, dan Batumbu.

Kepada DailySocial, CEO eFishery Gibran Huzaifah mengungkapkan, melalui eFisheryFund para petani kini bisa terhubung dengan institusi rekanan eFishery untuk mendapatkan pinjaman guna meningkatkan pengembangan bisnisnya.

“Kemitraan strategis ini merupakan bagian dari produk eFisheryFund dan eFisheryFeed yang sudah diluncurkan sebelumnya. Intinya adalah kami menciptakan program PayLater yang disebut Kabayan (Kasih, Bayar Nanti), di mana pembudidaya pengguna eFishery bisa membeli pakan dengan bayar nanti.”

Gibran menegaskan perbedaan antar mitra lebih kepada proses transaksi dan cara kerjanya.

“Dengan Alami Sharia bisa dibilang transaksinya adalah syariah, akad murabahah, proses transaksi dan disbursement bisa sesuai sama model Kabayan milik eFishery,” kata Gibran.

Meskipun masih baru, perusahaan mengklaim layanan ini mulai banyak dilirik oleh para pembudidaya ikan/udang. Kebanyakan pinjaman yang diajukan dimanfaatkan petani untuk membeli pakan yang langsung dibeli dari platform eFishery dan keperluan tambahan modal usaha.

Untuk memastikan para petani memiliki rekam jejak yang baik saat mengajukan pinjaman, eFishery menerapkan proses kurasi yang cukup ketat.

“Kami memiliki sistem credit scoring sendiri dengan menggunakan data yang ada dari IoT, aplikasi, serta data lapangan milik eFishery,” kata Gibran.

Saat ini eFisheryFund sudah diluncurkan di 10 kabupaten. Rencananya tahun  ini eFishery akan menambah area layanan pembiayaan hingga ke 100 kabupaten. Kebanyakan para peminjam berasal dari kawasan di luar Jabodetabek.

Memperluas kanal bisnis

eFishery smart feeder
eFishery smart feeder

Selain eFisheryFund, tahun ini eFishery juga telah meluncurkan produk eFisheryFresh. Inovasi ini dihadirkan berangkat dari masalah distribusi. Setelah pembudidaya panen, mereka cukup kesulitan menjual produk dengan nilai tawar yang tinggi, karena kurangnya kanal penjualan yang efisien.

Melalui eFisheryFund dan eFisheryFresh, perusahaan mencoba menambah kanal bisnis untuk membantu lebih banyak petani pembudidayaan ikan. Dua produk itu dikembangkan berdasarkan masukan dan riset mengenai permasalahan yang kerap dihadapi petani ikan/udang.

Perusahaan terakhir mendapatkan pendanaan Seri A senilai Rp58 miliar dari Wavemaker, 500 Startups dan sejumlah investor lain pada akhir tahun 2018 lalu. Hingga kini eFishery belum melancarkan penggalangan dana tahapan lanjutan.

Fokus perusahaan kini disebutkan adalah mengembangkan platform digital untuk membantu proses bisnis tambak dari hulu ke hilir.

Application Information Will Show Up Here

Pertimbangan Menentukan Gaji Founder Startup Menurut Co-Founder Bukalapak Fajrin Rasyid

Selain fokus mengembangkan bisnis, Co-Founder & President Bukalapak Fajrin Rasyid cukup aktif memberikan kiat pengembangan bisnis digital, baik sebagai pemateri di berbagai acara maupun melalui blog pribadinya. Ulasan terbaru yang ia tulis di laman Medium memberikan tips menarik seputar penentuan gaji founder startup yang ideal.

DailySocial berkesempatan untuk berbincang langsung dengan Fajrin untuk mendalami topik tersebut. Menurutnya, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan sebagai takaran gaji ideal seorang founder, meliputi latar belakang pendidikan, pengalaman hingga kondisi startup.

“Secara umum latarbelakang pendidikan dan pengalaman dari sisi kandidat yang menentukan, namun juga dipengaruhi oleh sisi startup itu sendiri (tahapan startup, kondisi keuangan). Seorang kandidat yang sama bisa jadi akan ditawarkan gaji yang berbeda di dua startup yang berada di tahap berbeda,” terang Fajrin.

Kondisi keuangan startup

Secara langsung Fajrin menegaskan kondisi keuangan perusahaan mempengaruhi penentuan besar kecilnya gaji seorang founder atau CEO. Untuk startup baru idealnya harus memiliki sebuah patokan atau UMR untuk semua karyawan. Khusus untuk CEO, paling tidak bisa berada di atasnya. Nantinya jika startup mengalami pertumbuhan yang positif tentunya bisa disesuaikan lagi.

Ia turut mencatat dua poin penting yang wajib diperhatikan. Pertama, sebuah perusahaan pasti memiliki komponen gaji karyawan. Targetkan agar keuangan startup segera membaik sehingga dapat segera menggaji founder. Apabila startup tidak pernah mungkin menggaji founder, barangkali perlu dipikirkan kembali model bisnis startup tersebut, jangan-jangan memang tidak sustainable. Bagaimana mungkin startup akan sustainable atau memperoleh keuntungan jika membayar gaji saja tidak bisa?

Poin penting lainnya ada di laporan keuangan, harus tetap menuliskan komponen gaji founder di dalam laporan laba rugi. Namun, di dalam neraca, idealnya dapat memasukkan kembali komponen tersebut ke dalam perusahaan sebagai tambahan modal. Hal ini memiliki beberapa manfaat, yakni laporan laba rugi yang lebih sesuai dengan kenyataan, serta gambaran akan modal utuh yang founder keluarkan untuk membangun startup tersebut. Apabila nantinya startup memiliki dana cukup untuk menggaji, tambahan modal ini dapat dihentikan.

Benchmark

Co-Founder Bukalapak Fajrin Rasyid dan CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin saat menyambut kunjungan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di kantornya / Bukalapak
Co-Founder Bukalapak Fajrin Rasyid dan CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin saat menyambut kunjungan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di kantornya / Bukalapak

Poin menarik yang juga menarik disebutkan oleh Fajrin adalah persoalan benchmark atau patokan. Karena setiap startup itu unik, menjadikan proses penentuan tersebut tidak bisa disamakan. Dalam hal ini Fajrin memberikan contoh jika startup berada di tahap seed dan mengetahui bahwa rata-rata startup di tahap tersebut menggaji founder sebesar 10–15 juta Rupiah, maka rasanya terlalu berat bagi apabila ingin menggaji founder sebesar 40 juta Rupiah.

“Jika dibandingkan dengan kondisi di luar negeri seperti Amerika Serikat menurut saya perlu penyesuaian. Karena biaya hidup di tiap negara berbeda-beda. Gaji 3000 dolar di AS mungkin cukup bagi founder startup di tahap seed, tetapi bisa jadi terlalu besar bagi startup di tahap yang sama di Indonesia,” kata Fajrin.

Ia juga menambahkan apabila startup sudah memiliki investor, maka investor tersebut — terlebih jika ia sudah berinvestasi di banyak startup — dapat memberikan data benchmark terkait hal ini. Pada akhirnya jika startup sudah memiliki investor, maka sebaiknya keputusan akan gaji founder tidak lagi hanya diambil oleh CEO, tetapi juga atas persetujuan investor.

Hal lain terkait benchmark yang juga bisa menjadi pertimbangan adalah dengan bertanya hal ini: Apabila saya resign atau posisi saya digantikan oleh seorang profesional, berapa biaya yang kira-kira saya mau bayarkan untuk menggaji orang tersebut? Belum tentu biaya untuk menggaji orang tersebut sama dengan menggaji founder, tetapi setidaknya ini memberikan gambaran akan batas atas.

“Menurut saya, semestinya untuk komponen gaji pokok iya sama. Namun barangkali bagi founder atau CEO ekspatriat ada komponen semacam tunjangan kepindahan atau rumah untuk meng-cover kebutuhan perpindahan dari negara asal,” kata Fajrin.

Perlunya penentuan gaji founder

Di akhir ulasannya Fajrin menjelaskan alasan mengapa seorang founder startup perlu memiliki gaji yang ideal. Salah satunya pemimpin startup bekerja secara day to day. Founder digaji atas pekerjaan yang dia lakukan. Itulah mengapa, apabila ada lebih dari satu founder, tidak harus semuanya digaji dengan angka yang sama. Founder dapat digaji berbeda tergantung dari ruang lingkup pekerjaan dan tanggung jawabnya.

“Hal tersebut juga berlaku dengan co-founder lainnya, pada prinsipnya sama (mempertimbangkan kondisi startup). Yang membedakan adalah tanggung jawab dan beban kerja masing-masing. Tentunya hal ini perlu didiskusikan secara bersama di level pemegang saham,” kata Fajrin.

Intinya adalah gaji yang ditetapkan kepada pendiri startup idealnya tidak terlalu besar, namun lebih kepada bagaimana jika kondisi startup ideal profitable. Salah satu mindset yang dapat dipegang adalah keinginan membangun startup untuk jangka panjang.

Application Information Will Show Up Here

Alibaba Cloud Perkuat Eksistensi di Indonesia: 2000 Pelanggan di 2020

Kehadiran Alibaba Cloud di Indonesia memang disambut baik oleh para pegiat bisnis di Indonesia. Sudah banyak perusahaan besar di Indonesia yang meliputi kategori e-commerce, fintech, media, serta logistik yang sudah menggunakan jasa dari Alibaba Cloud. Alibaba pun masih ingin melebarkan eksistensinya di Indonesia.

Leon Chen, Head of Alibaba Indonesia menginginkan agar Alibaba Cloud bisa mencapai 2000 pelanggan di tahun 2020. Hal tersebut didasari oleh pesatnya pertumbuhan jumlah pelanggan dibandingkan dengan tahun lalu.

Alibaba Cloud

Leon mengatakan bahwa mereka bakal menambah sumber daya manusia (SDM) Alibaba Cloud di Indonesia. Hal tersebut tentunya akan mengambil talenta-talenta lokal Indonesia. Leon mengaku akan menambah talenta lokal hingga dua kali lipat pada tahun depan. Nantinya talenta itu akan dididik dalam sebuah workshop yang diadakan oleh Alibaba sendiri.

Alibaba juga berencana untuk membawa beberapa tool mereka ke Indonesia. Salah satu yang bakal dibawa adalah Cloud Storage Gateway dengan PolarDB buatan mereka ke Indonesia. Selain itu, Remote Direct Memory Access yang digunakan pada parallel cluster computing juga bakal diimplementasikan di Indonesia sehingga akses data akan menjadi lebih cepat lagi.

Alibaba pun juga akan menggelar sebuah program startup yang bernama Create @ Alibaba, sebuah inisiasi yang mengajak para wirausahawan muda dan startup-startup untuk dapat lebih berkembang lagi bersama Alibaba. Nantinya, yang terpilih akan mendapatkan mentoring yang diadakan di kantor pusat Alibaba di Hangzhou, Tiongkok. Selain itu, mereka juga bakal diperkenalkan kepada para investor-investor.

Alibaba juga mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan sudah mengikuti aturan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, Alibaba juga sudah siap untuk mendukung Inisiasi pemerintah Indonesia untuk digitalisasi di tahun 2020.

Menuai Profit, Happy5 Targetkan Pasar Global Melalui Platform “Culture Transformation”

Industri Software-as-a-service (SaaS) yang awalnya hadir sebagai solusi teknologi kini telah menjadi kebutuhan bagi semua sektor bisnis. Perusahaan berlomba-lomba mengimplementasi teknologi ini, mulai dari pemasaran digital, optimalisasi proses bisnis, pengembangan produk, serta manajemen SDM.

Dalam lima tahun terakhir, Happy5, perusahaan SaaS asal Indonesia, mencoba mengatasi isu yang terjadi di sektor SDM dengan mengembangkan cara kerja agile. Mereka percaya bahwa solusi

Didirikan pada tahun 2014, Happy5 telah melakukan pivot sebanyak dua kali. Awalnya, mereka bertumpu pada Happiness, lalu bergeser ke ranah Kultur, dan saat ini fokus memantau performa. Setelah tahun ketiga, fakta yang mereka temukan adalah kebahagian pegawai bukanlah penawaran yang cocok di pasar Indonesia dan memutuskan untuk beralih pada platform transformasi kultur.

Co-Founder dan CEO Happy5 Doni Priliandi mengatakan, “Perusahaan sedang ramai sekali mencanangkan transformasi kultur. Namun, mereka menemukan isu dalam menyampaikan nilai dan agenda transformasi, mendapat insight terkini dari pegawai, serta mengukur demonstrasi sikapnya.”

Menemukan bisnis model yang tepat

Happy5 mengawali bisnis ini dengan fokus pada validasi pelanggan terhadap produk yang bisa mengukur kebahagiaan pegawai, komunikasi langsung, serta pengakuan. Sampai pada akhirnya mereka sadar model ini tidak menghasilkan uang lalu memutuskan pivot.

Produknya tidak berubah, hanya preposisi nilai yang bergeser dari mengukur kebahagiaan pegawai menjadi media social enterprise. Mereka mulai menaruh harga sebesar Rp10,000 / bulan / pengguna yang dibayarkan di awal. Pengguna kebanyakan datang dari bagian komunikasi internal, sayangnya itu saja tidak cukup.

Hal ini berlangsung sampai mereka mengubah preposisi nilai menjadi platform transformasi kultur, di mana mereka bisa menaikkan harga 4 kali lipat dengan basis pengguna yang lebih besar, mulai dari tim di bawah departemen SDM hingga langsung ke level CEO.

Aplikasi ini menawarkan platform serba ada mulai dari komunikasi hingga kultur. Platform ini terbagi menjadi 3 fitur utama, Enterprise Social Media; Employee Recognition, and Employee Survey. Saat ini, BCA, Kompas Gramedia, Telkomsel, Pegadaian, dan XL mengandalkan Happy5 Culture untuk mewujudkan transformasi kultur dalam perusahaan.

Pada tahun ke-4, perusahaan mulai menuai profit. Dengan Pendapatan Berulang Tahunan senilai US$708.000, yang meningkat sebesar US$456.000 atau hampir 3 kali lipat dari tahun sebelumnya. Tahun ini, mereka melipatgandakan pendapatan menjadi US$1,3 juta dan masih terus bertambah. Margin kotor mereka mencapai 91% serta margin bersih berada di angka 5% pada 2019.

Sementara itu, mereka telah mengembangkan solusi menyeluruh yang menggabungkan manajemen adaptif dengan tinjauan kerja serta manajemen proyek yang didesain sedemikian rupa. Setiap proyek dihargai Rp140,000/orang/bulan.

Sampai saat ini, BCA, Kompas Gramedia, Telkom (di tim Amoeba), Pegadaian (di beberapa kantor wilayah) telah mempercayakan tim mereka dengan Happy5 Performance untuk melaksanakan manajemen kinerja agile.

‘Kami merasa sangat istimewa karena berkesempatan untuk membantu organisasi terkemuka di Indonesia seperti BCA dan Telkomsel. Hal ini merupakan awal yang baik untuk mempelajari implementasi dan peningkatan produk. Setiap proyek juga memberi ide bagaimana untuk bisa scale-up,” sambung Doni.

Skema pasar AS

Menurut riset oleh Market Expertz, pasar perangkat SDM global kini telah mencapai $15,8 miliar dan Amerika Utara menjadi yang terbesar di dunia. Dengan pasar SaaS yang terbatas di Indonesia, Happy5 berambisi menyasar pasar AS.

Doni berencana untuk melebarkan sayap ke pasar AS pada Q3 tahun 2020, dengan harapan bisa menggalang dana di sana.

“Di tahun 2020, Happy 5 harus bisa menapakkan kaki di AS, dengan atau tanpa pendanaan.”

Prioritas lainnya adalah untuk membangun tim teknisi yang lebih baik serta meningkatkan kualitas tim manajemen. Doni juga mengungkapkan target mereka selanjutnya untuk tumbuh dua kali lipat, mencapai angka $2,8 juta.

“Dengan pendanaan lanjutan, kami bisa bertumbuh hingga tiga kali lipat penjualan,” tambahnya.