[Panduan Pemula] Cara Beli Reksadana di Tokopedia

Minggu lalu, kita sudah belajar cara membuat akun Tokopedia Reksa Dana sebagai tahapan awal yang harus dilakukan sebelum melakukan pembelian. Setelah akun Anda disetujui – biasanya dalam waktu 1 x 24 jam – selanjutnya Anda sudah bisa melakukan investasi ke Reksadana dengan modal hanya Rp 20.000.

Cara Beli Reksadana di Tokopedia via Smartphone

  • Jalankan aplikasi Tokopedia di smartphone Anda, kemudian tap menu Keuangan – Reksa Dana.

Screenshot_2018-07-24-14-40-31-561_com.tokopedia.tkpd

 

  • Sesampainya di dashboard akun Reksa Dana Anda, tap tombol Beli. Sayangnya di Tokopedia hanya ada satu penjual jenis produk yang bisa dipilih, jadi Anda tidak bisa membeli Reksadana yang sesuai profil investasi Anda.

Screenshot_2018-08-01-14-59-45-481_com.tokopedia.tkpd

 

  • Lanjutkan, sekarang tentukan nominal pembelian yang diinginkan lalu tap tombol Beli Reksda Dana.

Screenshot_2018-08-01-15-02-31-027_com.tokopedia.tkpd

 

  • Selanjutnya, pilih jenis pembayaran yang menurut Anda paling mudah.

Screenshot_2018-08-01-15-02-50-863_com.tokopedia.tkpd

 

  • Setelah jenis pembayaran dipilih, langkah berikutnya adalah melakukan pembayaran sesuai metode yang Anda pilih. Sistem di Tokopedia nantinya akan mendeteksi pembayaran Anda secara otomatis dan riwayat pembelian akan ditampilkan di dashboard.

Screenshot_2018-08-01-15-06-06-391_com.tokopedia.tkpd

 

  • Aplikasi Tokopedia Reksa Dana juga menyediakan beberapa alat bantu dari yang terkait akun sampai dengan pengetahuan soal investasi Reksadana.

Screenshot_2018-08-01-14-59-54-156_com.tokopedia.tkpd

 

Cara Beli Reksadana di Tokopedia via Desktop

Untuk pembelian Reksadana di Tokopedia via desktop, caranya justru lebih mudah.

  • Kunjungi web Tokopedia.com, kemudian klik Kategori dan pilih Reksa Dana. Atau Anda juga bisa langsung klik tautan ini. Kemudian login ke akun yang sudah didaftarkan sebelumnya.
  • Begitu masuk ke dashboard, isikan nominal pembelian yang diinginkan dan klik Beli Reksa Dana.

cara beli reksana di tokopedia_1

 

  • Langsung pilih jenis pembayaran yang diinginkan.

cara beli reksana di tokopedia_2

 

  • Apabila Anda punya saldo TokoCash, bisa juga dijadikan tambahan pembayaran dengan mengaktifkan opsi Gunakan TokoCash sebagian.

cara beli reksana di tokopedia_3

 

  • Jika dirasa sudah benar, klik tombol Bayar dan selesaikan proses pembayaran sesuai metode yang dipilih.

Catatan

  • Membeli reksadana di Tokopedia relatif lebih mudah dan sederhana, sebab hanya ada satu penjual yang ditawarkan. Kelemahan dari situasi ini, Anda jadi sulit menentukan profil investasi dan juga menghitung resiko serta keuntungannya.
  • Pembayaran harus dilakukan segera, jika tidak pembelian Anda akan dibatalkan.
  • Selain membeli, Anda juga bisa menjual investasi Anda.

[Panduan Pemula] Cara Daftar Akun Tokopedia ReksaDana Menggunakan Smartphone

Investasi ReksaDana tidak hanya bisa dilakukan secara konvensional. Anda sekarang bisa membeli dan menjual ReksaDana melalui smartphone tanpa harus meninggalkan rumah, misalnya menggunakan BukaReksa di aplikasi BukaLapak atau Tokopedia ReksaDana.

Di panduan sebelumnya, saya sudah memberikan arahan bagaimana berinvestasi ReksaDana di BukaLapak. Supaya berimbang, kali ini saya ingin menunjukkan bagaimana melakukan invstasi yang sama di TokoPedia.

Tetapi, sebelum dapat membeli ReksaDana, fase pertama yang harus dituntaskan terlebih dahulu adalah membuat akun di sana. Proses ini tidak bisa instan, karena harus menunggu persetujuan dari pihak TokoPedia sehingga harus saya pisah dengan proses investasinya.

  • Jalankan aplikasi TokoPedia, jika belum punya unduh dan install terlebih dahulu.
  • Setelah terinstall, buat akun di Tokopedia, ikuti tutorial ini untuk petunjuk lebih lengkap.
  • Sekarang, saatnya membuat akun Tokopedia ReksaDana. Jalankan aplikasi dari awal, kemudian tap menu Keuangan – Reksa Dana.

Screenshot_2018-07-24-14-40-31-561_com.tokopedia.tkpd

 

  • Di jendela baru, tap tombol Mulai Investasi.

Screenshot_2018-07-24-14-48-38-277_com.tokopedia.tkpd

 

  • Lengkapi formulir yang diminta, pastikan datanya valid.

Screenshot_2018-07-24-14-50-20-712_com.tokopedia.tkpd

 

  • Di bagian bawah, Anda juga akan diminta mengunggah kartu identitas dan tanda tangan digital. Apabila sudah terisi dengan benar, tap tombol Selesai.

Screenshot_2018-07-24-14-50-46-361_com.tokopedia.tkpd

 

  • Selesai, permohonan akun Anda sedang diproses. Tokopedia akan mengirimkan email pemberitahuan apakah permohonan Anda diterima atau ditolak.

Screenshot_2018-07-24-14-51-07-528_com.tokopedia.tkpd

Lalu, apa yang harus dilakukan jika pendaftaran ditolak?

Sebenarnya tidak ada istilah ditolak. Yang benar belum disetujui. Tokopedia mempunyai kebijakan yang harus dipenuhi oleh pendaftar, misalnya tanda tangan digital harus sama dengan KTP, atau berkas KTP harus terlihat jelas dan lain sebagainya.

Di dalam email pemberitahuan nantinya, Tokopedia juga akan menyertakan keterangan mengapa akun belum bisa disetujui. Bagian itulah yang nantinya bisa Anda perbaiki melalui aplikasi yang sama.

Tokopedia Rilis Fitur Pembelian Tiket Pesawat

Tokopedia merilis fitur pembelian tiket pesawat melengkapi produk digital khususnya di bidang transportasi. Belum ada keterangan resmi dari Tokopedia perihal fitur terbarunya ini. Untuk sementara fitur ini baru tersedia di versi Android.

Sebelumnya Tokopedia baru memiliki layanan tiket kereta api untuk segmen transportasinya. Perusahaan memanfaatkan API PT Kereta Api Indonesia untuk menyediakan layanannya tersebut. Untuk kali ini, belum ada penjelasan dari Tokopedia apakah perusahaan memanfaatkan API dari masing-masing maskapai atau bermitra dengan salah satu pemain OTA.

Tokopedia menyediakan rute perjalanan domestik dengan maskapai seperti Air Asia, Batik Air, Citilink, XpressAir, Garuda, Kal Star, Lion Air, dan masih banyak lagi.

Proses pembeliannya sama seperti saat pengguna bertransaksi di Tokopedia. Memilih destinasi, jadwal penerbangan dari maskapai, kemudian mengisi data pribadi. Pengguna juga bisa menambahkan asuransi perjalanan setiap kali bertransaksi dari perusahaan asuransi yang telah bermitra dengan Tokopedia.

Metode pembayaran yang bisa dipakai TokoCash, kartu kredit, transfer bank, virtual account, pembayaran instan, dan pembayaran gerai. Pengguna juga dapat melakukan perubahan atau membatalkan penerbangan apabila terjadi sesuatu.

Layanan lain dengan fitur serupa

Layanan marketplace telah berkembang menjadi “layanan semua ada”, termasuk soal travel. Bukalapak sudah lebih dahulu meluncurkan fitur serupa sejak tahun lalu. Menurut perwakilan Bukalapak, perusahaan memiliki mitra sebagai penghubung API maskapai dengan Bukalapak.

Saat ini Bukalapak menyediakan ragam rute penerbangan domestik dan internasional, terutama di negara-negara Asia.

Blibli juga sudah memanfaatkan API Tiket.com untuk menyediakan layanan fitur tiket pesawat. Pihak Blibli dalam wawancara terdahulu menuturkan akan memanfaatkan database Tiket.com, seperti pembelian kamar hotel, tiket pesawat, dan kereta untuk menyasar pengguna Blibli.

Application Information Will Show Up Here

Hiruk Pikuk KTA Online, Produk Kartu Kredit Virtual Masa Kini

Dhimas sudah dua kali mencicil smartphone lewat aplikasi Akulaku, yang satu untuk ibunya dan satunya lagi untuk dirinya sendiri. Setelah dihitung-hitung besaran bunga yang ditetapkan, baginya justru lebih murah ketimbang mengambil cicilan di perusahaan multifinance.

Ia membeli smartphone seharga Rp2,1 juta dengan tenor enam bulan. Saat ia hitung, total bunga yang dibayarkan hanya sekitar Rp200 ribu.

“Waktu itu sebenarnya coba dua aplikasi, Akulaku sama Kredivo. Tapi akhirnya ambil yang paling cepat aja verifikasinya, yaitu Akulaku karena cuma dua jam saja tapi limit-nya Rp2,5 juta. Ada plus minus-nya sih. Tapi kalau ambil cicilan handphone di multifinance lebih mahal,” ujar Dhimas kepada DailySocial.

Berkat rekam jejaknya yang baik selama jadi nasabah Akulaku, setelah cicilan pertama lunas tanpa tunggakan ia mendapat kenaikan limit menjadi Rp7 juta saat memutuskan mengambil cicilan kedua.

Dhimas pun juga mulai tertarik untuk membeli pulsa prabayar secara mencicil, artinya dia baru bayar tagihan pulsa sebulan setelahnya. Fitur cicil pulsa itu ada di dalam aplikasi Akulaku. Biasanya dia beli pulsa sekitar Rp100 ribu-Rp200 ribu.

“Lebih enak beli pulsanya di sini [Akulaku] biar nanti pas akhir bulan pengeluarannya cukup sekali saja. Biar kelihatan uang [gajian] ke mana saja.”

Lukman tak jauh berbeda dengan Dhimas. Membeli barang secara mencicil jadi suatu kebiasaan yang ia lakoni saat ini. Lukman terdaftar sebagai nasabah di aplikasi Kredivo, mirip seperti Akulaku, sejak akhir tahun lalu. Limit yang ia dapat Rp14,5 juta. Dengan limit sebesar itu, ia beli kamera mirrorless seharga Rp5 juta, bunga 2,95% flat dan tenor 1 tahun. Beli mainan untuk anak, sampai pulsa pun juga dibeli lewat aplikasi tersebut.

Sama seperti Dhimas, Lukman beralasan belanja kebutuhan justru lebih simpel karena dia hanya sekali membayar semua tagihannya satu kali saja. Tidak harus keluar “uang printilan” setiap harinya.

“Pas gajian semuanya dibayar, jadi lebih simpel. Bunganya juga jauh lebih ringan. Kalau bayar sebelum jatuh tempo bisa enggak kena bunga.”

Potensi KTA online

Pengalaman Dhimas dan Lukman bisa memberi gambaran tentang kondisi produk Kredit Tanpa Agunan (KTA) yang makin merambah ke berbagai segmen masyarakat berkat perusahaan penyedia teknologi, meski bukan dari perusahaan jasa keuangan. Akulaku dan Kredivo adalah dua dari sekian banyak pemain startup fintech di Indonesia yang menggeluti potensi dari produk KTA berbasis smartphone.

Bila diibaratkan, produk KTA yang mereka kembangkan itu seperti kartu kredit virtual, bisa belanja apapun di toko online kapan saja sesuai dengan limit masing-masing. Bayar tagihannya cukup lewat rekening bank. Tak jauh berbeda dengan pengalaman bagi pemegang kartu kredit.

Pengalaman seperti inilah yang ingin diberikan para pemain tersebut kepada seluruh masyarakat Indonesia. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menuturkan, pasar KTA online masih sangat luas terutama di kelas menengah perkotaan.

Budaya konsumtif seperti pembelian barang-barang elektronik dan fesyen jadi pemicu meningkatnya permintaan KTA. Jenis debitur KTA pun kini beragam, bagi segmen yang punya rekam kredit kurang bagus biasanya menghindari bank dan memilih startup fintech.

Mereka yang malas berurusan dengan administrasi bank juga preferensinya lebih condong ke startup fintech, terlebih prosedurnya yang lebih mudah dan cepat. Meski kini bank memiliki fasilitas pengajuan secara online, mengingat bank adalah industri yang diatur dengan ketat, tetap saja banyak aturan yang harus dipenuhi.

“Berarti ada konsekuensi kemudahan dan kecepatan proses pengajuan KTA dari pemain fintech yang memang harus dibayar dengan bunga lebih mahal atau denda keterlambatan yang tinggi. Sehingga dengan kata lain, bank yang masuk ke KTA online tidak bersaing secara langsung dengan fintech. Pasarnya masih berbeda,” terang Bhima.

Tokopedia, sebagai salah satu layanan marketplace terbesar, ingin mendukung penguatan daya beli masyarakat Indonesia. Salah satunya dengan pengembangan produk dan layanan keuangan digital seperti KTA yang sudah meluncur sejak tahun lalu.

Menempatkan diri sebagai platform, Tokopedia menyediakan berbagai pilihan KTA dari mitra-mitra penyedia layanan tersebut dan memilih program sesuai para pengguna Tokopedia. Seluruh proses approval serta penagihan dilakukan sepenuhnya oleh mitra penyedia produk yang bersangkutan. Tokopedia hanya menjadi jalur distribusi pemasarannya.

“Kami melihat potensi besar dalam perluasan pemanfaatan produk dan layanan keuangan. Spesifik untuk KTA online, potensi pengembangannya masih sangat besar. Apalagi saat ini KTA merupakan salah satu jenis pinjaman favorit di antara pengguna Tokopedia,” terang Head of Fintech Tokopedia Samuel Sentana.

Kondisi masyarakat

Pemain KTA online juga unjuk bicara ketika membahas potensi bisnisnya. Co-Founder dan CEO Kredivo Akshay Garg mengatakan Indonesia masih menghadapi kesenjangan dalam hal penetrasi kartu kredit. Hanya 3,2% orang Indonesia yang memiliki kartu kredit dari hampir 260 juta populasi.

Ada 70 -80 juta segmen kelas menengah yang layak mendapatkan pinjaman tapi ditolak oleh bank karena profil pekerjaannya. Ini adalah celah besar untuk diisi pemain KTA berbasis online.

Mendukung pernyataan Akshay, COO TunaiKita Andry Huzain menambahkan berdasarkan data OJK, kebutuhan pinjaman nasional mencapai Rp1.600 triliun, namun baru sekitar Rp600 triliun yang sudah terlayani lewat bank.

TunaiKita merupakan perusahaan patungan antara WeCash Southeast Asia, JAS Kapital, dan Kresna Usaha Kreatif (KUK). Dalam memperoleh pinjaman, TunaiKita bekerja sama lewat skema p2p lending dengan investor dari bank dan lembaga keuangan konvensional yang selama ini tidak terlayani oleh lembaga-lembaga tersebut.

“Pendanaan berbasis fintech hadir sebagai alternatif untuk menjangkau masyarakat yang tidak terlayani oleh instrumen pendanaan konvensional, sehingga menjadi komponen penting dalam upaya meningkatkan inklusi keuangan secara nasional,” ucap Andry.

Masih timpangnya antara potensi dan realisasi pembiayaan, juga tercermin dari kontribusi transaksi e-commerce pada tahun lalu sekitar $10 miliar. Jauh dibandingkan total transaksi ritel offline di Indonesia sebesar $500 miliar.

Pangsa e-commerce masih 2% dari ritel offline. Ini dari pasar sesungguhnya dan masalah inklusi keuangan yang jauh lebih besar untuk dipecahkan,” tambah CEO Awan Tunai Dino Setiawan.

Sama seperti TunaiKita, Awan Tunai juga merupakan salah satu pemain KTA online. Dalam pendekatan bisnisnya, Awan Tunai lebih mengarah ke fasilitas pemberian cicilan untuk nasabah saat berbelanja di toko/agen offline yang sudah bermitra, seperti bengkel, toko susu, apotik, toko HP, dan toko bangunan.

Baik Kredivo, TunaiKita, Awan Tunai, dan Akulaku adalah sebagian dari sekian banyak startup fintech lending yang bergerak di produk KTA berbasis aplikasi.

Coba saja tengok Play Store dan App Store dengan kata kunci pencarian “pinjaman”, “uang”, “kilat”, “cepat”, “tunai”, dan sebagainya. Niscaya, Anda pasti menemukan berbagai aplikasi yang menyediakan jasa KTA online.

Masing-masing perusahaan mengeluarkan berbagai jurus sakti untuk menarik nasabah dengan berbagai penawaran. Entah itu proses verifikasi yang singkat, hanya cukup menggunggah KTP, bisa mendapat fasilitas bunga rendah, limit tinggi, dan sebagainya.

Istilah KTA ini sebenarnya juga ada di perbankan dan multifinance, biasanya di sering lebih dikenal dengan kredit multiguna. Produk ini bisa digunakan untuk kebutuhan konsumsi, renovasi rumah, naik haji, bayar sekolah, dan lainnya.

Dari data OJK, kinerja pembiayaan multiguna di multifinance mencapai Rp252,83 triliun per Mei 2018 atau naik 8,36% secara year-on-year (yoy). Pembiayaan ini mendominasi dibandingkan jenis lainnya seperti pembiayaan investasi Rp126,26 triliun dan pembiayaan modal kerja Rp23,36 triliun.

Sayangnya OJK, tidak merilis secara detail data soal kredit macet di multiguna. Secara keseluruhan NPL di mulfinance sebesar 3,12% di periode yang sama.

Untuk industri perbankan, mengutip data BI, kinerja kredit multiguna sebesar Rp491,49 triliun naik 13,88% secara yoy per April 2018. Di sektor ini saja, kredit macetnya sebesar 1,09%, naik tipis dibandingkan bulan sebelumnya 0,99%.

Survei penetrasi produk KTA

Bekerja sama dengan JakPat, DailySocial melalukan survei singkat terkait penetrasi produk KTA terhadap 1938 responden di Indonesia, mayoritas didominasi oleh kalangan usia 20-25 tahun (37,77%) dan 26-29 (23,43%).

Hasilnya cukup menarik, 55,37% responden mengatakan bahwa mereka pernah belanja online dengan fitur cicilan tanpa agunan. Yang tidak pernah, mereka beralasan memberatkan (38,5%), riba (26,01%), besaran bunga (22,31%), dan lainnya (13,18%).

Responden yang menyatakan pernah memakai, mengaku menggunakan fitur tersebut sekitar 1-3 kali (83,13%). Ada juga yang pernah pakai antara 3-10 kali (13,23%) dan di atas 10 kali (3,63%). Mereka memakainya untuk beli handphone (52,56%), barang elektronik (26,37%), properti (12,4%), barang mewah (2,24%), dan lainnya (6,43%).

Untuk opsi jawaban lainnya, ada yang menjawab untuk beli tiket pesawat, baju, modal usaha, bayar hutang, biaya medis, kendaraan, pulsa PLN, dan sebagainya. Responden menyatakan alasan mengambil produk cicilan ini, lebih ringan (50,89%), sama saja (33,83%), memberatkan (14,54%), dan lainnya (0,75%).

Secara umum responden menyebut proses pengajuan KTA yang ada sejauh ini lebih simpel (83,69%), sisanya menjawab rumit (16,31%). Ketika ditanya pertimbangan saat memilih perusahaan tempat mengambil cicilan, mayoritas dikarenakan penawaran bunga lebih ringan (31,13%), promosi yang ditawarkan menarik (27,59%), referensi orang lain (23,95%), reputasi perusahaan (15,94%), dan lainnya (1,4%).

Terkait perusahaan yang responden pilih untuk mengambil produk, responden mayoritas memilih bank (62,63%), fleksibel tergantung penawaran (21,81%), startup lending (8,48%), lembaga non bank (7,08%).

Terakhir, responden merasa paling familiar atau pernah gunakan pinjaman dari Akulaku (57,5%), Kredivo (44,55%), Home Credit (44,45%), UangTeman (34,4%), TunaiKita (31,8%), Kredit Pintar (29,54%), dan sisanya dari perusahaan seperti Dana Rupiah, Awan Tunai, Go Rupiah, Pinjaman Go, We Cash, dan sebagainya.

Dari hasil survei ini bisa disimpulkan bahwa responden sudah cukup familiar dengan produk KTA. Terlihat dari respons mereka yang mengatakan prosedur pengajuannya yang simpel. Hanya, responden masih mempercayakan bank sebagai institusi pemberi pinjaman, meski mereka masih mempertimbangkan opsi memilih perusahaan di luar bank karena mereka akan kembali melihat penawaran yang ditawarkan.

Mitigasi risiko

Profil beberapa penyedia layanan KTA online
Profil beberapa penyedia layanan KTA online

Produk KTA online dengan segala kemudahannya, juga menyimpan rasa was-was bagi perusahaan penyelenggaranya apabila nasabahnya gagal bayar hutang di kemudian hari. Wajib hukumnya untuk para penyelenggara memitigasi bisnis dengan mengembangan sistem credit scoring sendiri menggunakan teknologi termutakhir demi memastikan nasabah yang mereka pinjami adalah orang yang tepat.

Terlebih mereka bukan lembaga jasa keuangan yang diwajibkan OJK untuk terdaftar sebagai pelapor Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) atau dikenal OJK Checking (dulu BI Checking). SLIK adalah infrastruktur penting dalam industri keuangan untuk mitigasi risiko, terutama risiko kredit sehingga dapat menurunkan tingkat kredit macet.

SLIK menyimpan berbagai data akurat, antara lain data cicilan seperti Telkom, PLN, PDAM, termasuk BPJS. Kemudian nama ibu kandung, nama istri (dulu tidak ada), NPWP, fasilitas pinjaman, agunan, jaminan, informasi keuangan. Informasi penghasilan, data pasangan, informasi keuangan badan usaha yang lebih rinci dan informasi lain-lain.

Mitigasi risiko ini merupakan salah satu upaya para perusahaan penyelenggara untuk menekan kredit macet yang kemungkinan bakal terjadi ke depannya. Dalam ketentuan BI, bank diwajibkan untuk menjaga rasio kredit macet bersih (NPL nett) di bawah 5%. Rasio ini juga menjadi acuan bagi para penyelenggara dalam menunjukkan kualitas penyaluran, terlebih ada beberapa penyelenggara yang mendapat sumber dana pinjaman dari bank atau multifinance.

Andry Huzain menerangkan TunaiKita memanfaatkan lending robot yang mengombinasikan prinsip-prinsip finansial, teknologi mobile, big data, dan machine learning untuk mengevaluasi kredit dan menyetujui pinjaman dengan lebih cepat, berkualitas, dan bekerja 24/7.

Lending robot ini mampu mengelola risiko dalam penyaluran pinjaman secara transparan dan efisien. Proses pengajuan kredit pun bisa dituntaskan dalam hitungan detik jika nasabah tersebut memang punya kelayakan kredit yang tinggi. Nilai pinjaman yang ditawarkan mulai Rp500 ribu sampai Rp20 juta dengan tenor 10 hari hingga 6 bulan. Untuk pinjaman harian, bunganya dimulai 0,95% per hari.

Sejak berdiri tahun lalu hingga Q1 2018, TunaiKita telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp700 miliar dan menargetkan pertumbuhan bulanan 25%-30% setiap bulannya.

Sedangkan dari sisi Kredivo, perusahaan mengusung pelayanan cepat, mulai dari pengunduhan aplikasi sampai proses persetujuan kurang dari 5 menit. Proses checkout belanja hanya memakan dua kali klik saja, sehingga memudahkan konsumen dan mengurangi tingkat pengabaian keranjang bagi pedagang.

Akshay Garg mengatakan perusahaan mengembangkan sistem penilaian kredit dan verifikasi identitas digital yang memenuhi syarat sebagai pengguna potensial berdasarkan ribuan variabel yang berbeda. Ada kombinasi metodologi pembelajaran mesin dan statistik untuk menambang data di berbagai sumber, antara lain ponsel, grafik sosial, akun e-commerce, rekening bank, lokasi, dan sebagainya.

“Cara ini bertujuan untuk menghilangkan sebagian besar data palsu, serta peminjam buruk. Ada pemberitahuan berkala untuk membantu pengguna tetap mengetahui tanggal jatuh tempo mereka.”

Kredivo bekerja sama dengan lebih dari 200 perusahaan e-commerce yang bergerak di bidang marketplace, gadget & elektronik, pulsa, fesyen, perlengkapan rumah, jasa, travel & hotel, lifestyle, dan masih banyak lagi. Akshay mengklaim setiap bulannya dia mengklaim pertumbuhan bisnis secara keseluruhan tumbuh 20%.

Dalam kesempatan sebelumnya, Akshay menargetkan penyaluran pinjaman Kredivo sebesar US$150 juta (lebih dari Rp2 triliun) sepanjang tahun ini atau naik empat kali lipat dibandingkan sebelumnya US$40 juta (sekitar Rp500 miliar). Nasabah Kredivo diungkapkan telah menyentuh angka sekitar 500 ribu orang dan ditargetkan dapat tembus 1 juta.

Tahun lalu Kredivo mencatatkan sebanyak 20-25 ribu transaksi di e-commerce setiap harinya. Diharapkan tahun ini bisa tembus 150 ribu-200 ribu transaksi, seiring makin bertambahnya jumlah mitra e-commerce Kredivo.

Awan Tunai tak mau kalah. Mengingat pendekatan bisnis perusahaan yang berbeda, pihaknya memilih tidak masuk ke pasar e-commerce karena Dino Setiawan menilai pasar ritel offline jauh lebih besar karena juga mencakup pelaku UKM. Dalam mitigasi risiko, perusahaan bekerja sama dengan bank untuk menilai kredit, sementara AwanTunai menyediakan datanya.

“Kami menggunakan teknologi kami untuk membantu bank mengakses 85% orang Indonesia yang saat ini tidak dapat mereka layani. Bank itu sangat pandai dalam mengelola risiko, sedangkan fintech memiliki kekuatan yang dapat memproses pinjaman dengan biaya sangat rendah.”

Nominal pinjaman yang dapat diajukan antara Rp1,5 juta sampai Rp3 juta, tenor 9 bulan dan bunga mulai dari 3%. Hingga kini Awan Tunai menyalurkan ke lebih dari 10 ribu nasabah dari sekitar 150 ribu aplikasi yang mengajukan. Nilai pembiayaan yang telah disalurkan lebih dari Rp20 miliar dengan NPL yang selalu di jaga di bawah 5% sesuai industri.

Saat ini total mitra pengecer Awan Tunai ada lebih dari dua ribu toko yang tersebar di Jabodetabek. Perusahaan memperolah sumber dana pembiayaan dari lembaga keuangan, salah satunya KreditPlus sebesar $30 juta.

Secara industri, OJK mencatat hingga tengah tahun ini, NPL perusahaan fintech berada di kisaran 0,58%. Angka tersebut turun dibandingkan Januari 2018 di level 1%. Penurunan ini diklaim berkat teknologi kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) yang ketat menyeleksi calon peminjam karena banyak data yang diterima dan dikelola.

Buntut cerita Rupiah Plus

Cerita Rupiah Plus yang menjadi sorotan selama beberapa pekan belakangan karena cara penagihan hutang yang “tidak biasa” terhadap nasabahnya yang menunggak, menggerakkan asosiasi dan regulator untuk menenangkan masyarakat.

Rupiah Plus termasuk perusahaan yang menyediakan produk KTA online, mulai dari Rp800 ribu sampai Rp 1,5 juta dengan jangka waktu jatuh tempo 14 hari. Bila terlambat membayar akan dikenakan denda 2% per hari.

Kabar terbaru (13/7), OJK telah mengeluarkan sanksi berupa penangguhan proses izin usaha selama tiga bulan kepada pihak Rupiah Plus, mulai berlaku sejak awal Juli ini. Adapun status perusahaan tersebut baru mengantongi surat tanda terdaftar sebagai perusahaan p2p lending.

Direktur Pengaturan Perizinan dan Pengawasan Fintech OJK Hendrikus Passagi menuturkan dampak dari sanksi tersebut rencana-rencana perusahaan yang akan dilakukan ketika sudah mendapat izin harus ditunda. Mereka harus memperbaiki internal perusahaan dan persyaratan lainnya yang diminta OJK.

“Kami sudah evaluasi, penyelenggara sudah punya SOP yang spirit-nya mirip dengan SE OJK. Tapi karyawannya dan pihak ketiga tidak bertindak sesuai SOP. Artinya ada kesalahan pengendalian internal yang lemah, sanksi tetap ada untuk mereka,” kata Hendrikus, Jumat (13/7).

Di pihak lain, OJK juga menemukan kesalahan debitur Rupiah Plus. Debitur itu menunjukkkan kesengajaannya menghindar dari kewajiban membayar tagihan dengan menonaktifkan nomor ponselnya, sehingga sulit dihubungi. Menurut Hendrikus, solusi yang baiknya dilakukan penyelenggara adalah melaporkannya ke OJK karena sudah ada itikad tidak baik di sini, bukan dengan memakai data pribadi di luar persetujuan.

“Kami coba lihat dari dua sisi, jadilah penyelenggara yang adil dan transparan, kerahasiaan data konsumen harus dijaga. Jadi jalan tengahnya bisa laporkan ke OJK atau ke asosiasi, kumpulkan data debitur bermasalah dalam satu pusat data biar direkam.”

Entah sanksi dari OJK ini bisa dikatakan membuat timbulnya efek jera atau tidak. Terpampang jelas di laman situs Rupiah Plus di Pusat Bantuan, pihak Rupiah Plus berjanji tidak akan mengungkapkan informasi pribadi nasabah pada pihak ketiga tanpa persetujuan Anda. Namun janji tersebut akan diingkari bila nasabah menunggak dan kebutuhan layanan. Apakah pernyataan ini sejalan dengan aturan OJK?

Tak hanya OJK yang bisa memberi sanksi, asosiasi pun demikian. Menurut Legal Coordinator Fintech Lending Division Aftech Chandra Kusuma, asosiasi bisa memberikan surat teguran kepada Rupiah Plus bahkan sampai dikeluarkan dari keanggotaan asosiasi.

“Kepercayaan masyarakat perlu dijaga. Selama ini industri fintech lending sangat dipercaya masyarakat dan terbukti telah berkontribusi bagi perekonomian negara. Kami sangat yakin konsumen akan tetap percaya pada bidang usaha fintech, pelaku usaha lain masih banyak yang bersikap baik, patuh hukum, dan beretika,” kata Chandra.

Bhima Yudhistira ikut menambahkan, fintech dapat dengan mudah bagi-bagi kredit ke debitur lewat teknologi. Namun untuk penagihan biasanya berat dan mahal, akhirnya melakukan outsource ke pihak ketiga, mirip dengan yang terjadi di mulfinance. Akhirnya menimbulkan konflik antara debitur dan debt collector.

“Di sini OJK tidak bisa tinggal diam. Jangan karena fintech lalu pengawasan yang berkaitan dengan nasabah lalu diperlonggar. Atau kalau sudah ada aduan baru diproses, itu kurang bijak,” katanya.

Bila kembali ke cerita Dhimas dan Lukman, mereka mengaku proses pembayaran tagihan sangat mudah. Dhimas misalnya, dia bisa bayar tagihan lewat virtual account yang bisa dibayarkan di bank manapun. Lukman pun selalu berusaha bayar tepat waktu agar tidak dikenakan bunga sama sekali bila membayar di bawah 30 hari.

Sebenarnya seperti apa prosedur penagihan yang dilakukan oleh startup fintech? Tunai Kita misalnya, hanya menagih ke nomor kontak yang diberikan nasabah. Keseluruhan proses dilakukan tim Tunai Kita dan tidak melibatkan pihak ketiga.

“Tata cara kami mengikuti regulasi OJK tentang penagihan utang yang diterapkan di perbankan dan lembaga keuangan,” kata Andry Huzain.

Kredivo pun sependapat. Akshay Garg menginginkan Kredivo berjalan sebagai perusahaan untuk jangka panjang. Untuk itu perusahaan sangat menjunjung standar profesionalisme yang ketat.

“Rating aplikasi kami yang mewakili indeks kepuasan kepuasan adalah salah satu yang tertinggi di industri ini [4,5 bintang di Play Store dan 4,7 di App Store],” terang Akshay.

Founder dan CEO Uang Teman Aidil Zulkifli menambahkan, apabila ada nasabah yang kredit macetnya di atas 60 hari dari tanggal jatuh tempo, pihaknya baru akan menggunakan jasa pihak ketiga yang bersertifikasi dari APPI (Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia). Di bawah kurun waktu tersebut, perusahaan tetap menggunakan SOP sesuai standar berlaku di OJK.

“Jatuh tempo di Uang Teman dimulai dari 10-30 hari setelah tanggal tagihan, hitungannya bunga harian. Kalau di atas 60 hari baru kita pakai jasa pihak ketiga yang bersertifikasi. Ada track record bermitra dengan bank BUKU IV. Bila gagal baru di-write off, jadi kami tetap jaga image nasabah,” terang Aidil.

Aidil mengklaim dengan metode penagihan ini, perusahaan berhasil menjaga rasio NPL di bawah kisaran 3%. Saat ini perusahaan telah menyalurkan pinjaman lebih dari Rp500 miliar untuk sekitar 50 ribu nasabah. Uang Teman berharap tahun ini dapat tembus Rp1 triliun untuk penyaluran pinjamannya.

Apa yang dilakukan Awan Tunai juga tak jauh berbeda. Hanya saja Dino Setiawan menekankan bahwa industri fintech lending masih menjadi industri yang baru. Untuk beroperasi di skala besar, jelas bahwa perusahaan harus menyesuaikan diri dengan peraturan collections yang sudah ada.

“Industri baru, apalagi yang mencari inovasi baru pasti akan coba macam-macam. Jelas jika ada yang melanggar, itu perlu diperbaiki, atau ada hal jelek yang belum dilarang oleh peraturan, ya mekanisme seperti media atau lapor ke asosiasi atau regulator perlu dilakukan. Konsekuensi tidak bayar pinjaman pasti ada, mau di mana pun itu,” terang Dino.

Tindakan preventif Aftech

Peresmian acara Fintech Fair 2018 di Jakarta
Peresmian acara Fintech Fair 2018 di Jakarta

Pasca kejadian Rupiah Plus, Aftech makin gencar memformalkan dokumen “Pedomen Perilaku Layanan Pinjam Meminjam Daring yang Bertanggung Jawab” yang sempat molor dari jadwal pengesahan yang semestinya April 2018.

Direktur Kebijakan Publik Aftech Ajisatria Suleiman menuturkan, dokumen tersebut sebenarnya sudah disahkan secara informal untuk antar anggota asosiasi. OJK pun sudah memberikan restu. Namun pihaknya ingin diformalkan dengan membentuk komite etik yang terdiri atas tiga advokat idependen.

“Minggu depan [pekan ketiga Juli] kita akan angkat dewan komite etik, sudah ada nama-nama advokatnya. Kemudian kita juga sudah buat coworking grup khusus pinjaman harian. Mereka akan buat standarisasi SOP penagihan, semuanya sudah kita rapatkan dengan 18 anggota,” kata Aji, Jumat (13/7).

Berikutnya asosiasi juga telah menetapkan pilot project untuk sharing data yang dimulai dengan delapan perusahaan fintech. Sharing data ini dimaksudkan untuk memeriksa daftar blacklist dan fraud debitur. Ini mirip seperti SLIK yang sudah berlaku di industri jasa keuangan.

“Kita inginnya semua perusahaan ikut, tapi kan ini isunya lagi sensitif jadi dimulai dulu dari yang mau dulu. Sekarang sistemnya masih dibentuk, tapi sudah ada PIC-nya, Pak Izak Jenie.”

Lebih cerdas beri akses data

Pada dasarnya apapun aplikasi yang sudah diunduh di smartphone, ada data digital yang telah diambil oleh perusahaan pengembang aplikasi tersebut. Data digital tersebut bisa digunakan untuk credit scoring, membaca kebiasaan pengguna, verifikasi data, dan lainnya.

Seluruh data baru bisa diambil pemilik aplikasi ketika pengguna mendapat pertanyaan, meminta pengguna untuk memberi akses daftar kontak, SMS, lokasi, foto/dokumen, kamera, koneksi internet, nomor IMEI smartphone, dan riwayat panggilan. Lalu menjawab “ya” dari pop up tersebut.

“Ketika pakai smartphone dan pakai aplikasi apapun pasti ada pertanyaan yang meminta izin dibuka aksesnya terhadap smartphone Anda. Ketika pilih Yes, data Anda akan pindah ke pemilik aplikasi. Harus sadar sesadar-sadarnya bahwa data digital Anda sudah berpindah, terserah mau diapakan. Jadi jangan dikira hanya fintech online saja yang ambil data,” ungkap Hendrikus Passagi.

Dengan kata lain, sambung Hendrikus, apa yang dilakukan Rupiah Plus juga dilakukan perusahaan fintech lainnya dan seluruh aplikasi pada umumnya. Hanya saja ada kesalahan internal Rupiah Plus yang menyalahgunakan daftar kontak pengguna untuk kebutuhan penagihan.

DailySocial mencoba membandingkan dan menjabarkan akses data apa saja yang diminta berbagai aplikasi fintech kepada penggunanya. Agar adil, kami hanya membandingkan antar aplikasi yang bergerak di produk KTA online. Ada Kredivo, Akulaku, Awan Tunai, TunaiKita, Rupiah Plus, dan Uang Teman.

Data pribadi pengguna yang diminta penyedia layanan KTA online
Data pribadi pengguna yang diminta penyedia layanan KTA online

Kesimpulannya keenam aplikasi secara detail meminta informasi data digital pengguna, mulai dari informasi perangkat dan aktivitas aplikasi, riwayat panggilan, membaca kontak pengguna, mengirim dan melihat pesan SMS, kamara, foto dan dokumen baik di perangkat maupun eksternal, hingga koneksi Wi-Fi yang dipakai.

Namun yang sedikit berbeda, Akulaku dan Rupiah Plus juga mensyaratkan akses untuk mikrofon di perangkat. Kredivo, Awan Tunai, dan TunaiKita tidak meminta akses tersebut. Kemudian, hanya Kredivo yang mensyaratkan akses untuk kalender. Aplikasi lainnya tidak meminta akses itu.

Pada akhirnya, kemudahan yang ditawarkan produk KTA online jangan membuat Anda lengah. Tetap kritis saat memilih pinjaman, jangan sampai lengah untuk terperangkap ke layanan yang “abal-abal”. Harus bertanggung jawab atas segala risiko yang sudah dipilih dan tertib membayar angsurannya.

Saat mengunduh aplikasi baru, perhatikan apa saja data yang diminta oleh pemilik aplikasi. Pencurian data saat ini semakin mudah, bahkan bisa tidak disadari sama sekali. Pemilik layanan pun harus lebih berhati-hati dalam menyimpan data digital pengguna, jangan sampai jatuh ke pihak yang tidak bertanggung jawab.

Lanskap E-commerce di Indonesia dari Perspektif Konsumen

Laporan terbaru eIQ bertajuk “Uncovering the Value of Indonesia’s Top Online Platforms” mencoba menggambarkan kondisi terkini dari lanskap e-commerce dan online marketplace di Indonesia. Mengawali laporannya, ecommerceIQ mendaftar 6 platform teratas, didasarkan pada tingkat frekuensi kunjungan dan peringkat aplikasi di Play Store.

Gambar 1

Memvalidasi popularitas keenam pemain di atas, survei menanyakan kepada 1240 responden penikmat online shopping seputar beberapa faktor penilaian terhadap platform belanja online, mulai dari reputasi, perbandingan harga, hingga layanan logistik.

Gambar 2

Dari temuan tersebut maka dapat dipetakan pola-pola yang menjadi karakteristik masing-masing penyedia layanan.

(1) Kategori C2C dan B2C semakin melebur

Daftar 6 pemain teratas kebetulan memiliki porsi yang imbang antara kategori C2C (Consumer-to-Consumer): Bukalapak, Shopee, Tokopedia; dan B2C (Business-to-Consumer): Blibli, Jd.id, Lazada. Dari penilaian reputasi, masing-masing memiliki angka yang cukup berimbang, Blibli dan Tokopedia mendapati angka tertinggi. Penilaian terhadap reputasi umumnya didasarkan pada kepercayaan konsumen yang terbentuk dari beberapa faktor, di antaranya jaminan produk, kualitas layanan, hingga efektivitas sistem yang disajikan.

JD.id dan Shopee adalah pemain yang paling baru, keduanya memiliki cara berbeda untuk berbaur dalam persaingan dengan top-players yang ada. Shopee misalnya, dengan nilai investasi besar yang didapat dari perusahaan induk –Sea (dulunya Garena)—mereka memanjakan konsumen dengan beragam diskon produk. Dari tabel penilaian di atas, Shopee memiliki peringkat teratas dalam urusan produk murah dan biaya pengiriman gratis. Sedangkan JD.id menguatkan brand dengan jaminan produk jualannya asli.

Meleburnya kategori C2B dan B2C juga ditengarai hadirnya “Official Store” di online marketplace –sebagai contoh brand tertentu memiliki tempat khusus di Bukalapak untuk menjual produk dari distributor resminya. Implikasinya justru menguatkan SKU produk yang dimiliki C2C, hal tersebut sekaligus tervalidasi dalam penilaian kelengkapan produk dengan persentase tertinggi didapat oleh Tokopedia.

Namun demikian salah satu keuntungan yang dapat dioptimalkan oleh para pemain B2C ialah seputar pengalaman pelanggan. Beberapa aspek yang mulai dieksplorasi misalnya menekankan pada kualitas produk, peningkatan layanan logistik –misalnya Lazada mengakomodasi layanan eLogistics secara mandiri atau bekerja sama dengan layanan on-demand untuk one-day-delivery, opsi pembayaran yang lebih beragam –memungkinkan adanya mekanisme seperti cash-on-delivery.

Gambar 3

(2) Produk elektronik dan fesyen menjadi komoditas utama

Persentase tertinggi yang dihimpun dari responden survei menyatakan produk elektronik dan fesyen menjadi komoditas yang paling banyak. Dua kategori produk tersebut hampir merata kuat di platform e-commerce yang ada di Indonesia. Menyusul namun belum begitu signifikan ialah bahan kebutuhan sehari-hari.

Gambar 4

Untuk kategori fesyen, Shopee menjadi pemimpin. Yang menarik justru di kategori elektronik, layanan B2C lebih tinggi persentasenya –dalam hal ini Bukalapak dan Tokopedia. Sebelumnya banyak yang mengasumsikan secara kasat mata bahwa untuk pembelian barang-barang elektronik tendensi orang akan memilih produk B2C untuk jaminan kualitas. Blibli dan JD.id idealnya dapat mengeksplorasi lebih mendalam untuk kategori kebutuhan sehari-hari. Tren pembelian produk tersebut meningkat melalui e-commerce lantaran dukungan berbagai faktor, termasuk yang paling signifikan ialah logistik.

Tak kalah penting soal rata-rata pengeluaran untuk berbelanja secara online. Sebagian besar responden menjawab di angka Rp100.000 hingga Rp500.000. Mengindikasikan persentase terbesar komoditas produk yang paling sering dibeli dengan rentang harga tersebut –sehingga jika dihubungkan dengan data sebelumnya kategori fesyen paling masuk akal menjadi komoditas terbesar e-commerce di Indonesia saat ini.

Gambar 5

(3) Logistik masih menjadi isu utama efektivitas e-commerce

Terdapat beberapa hal yang dikeluhkan oleh responden saat menggunakan platform e-commerce. Pertama soal waktu pengiriman yang sering kali lama. Sebenarnya untuk proses pengiriman tidak sepenuhnya dikontrol oleh penyedia platform e-commerce, melainkan pihak ketiga yang dipilih konsumen. Hanya saja mau tidak mau logistik memang menjadi salah satu dari bagian sistem terpenting dari jual beli online. Isu lain cukup merata, hanya saja ada permasalahan tentang pengalaman pengguna untuk platform Bukalapak dan permasalahan harga barang yang terlampau mahal di Blibli –dengan persentase tertinggi.

Gambar 6

Kematangan dalam menggunakan layanan belanja online justru terlihat pada data di atas. Proses pembayaran tidak lagi menjadi isu yang signifikan di setiap platform yang ada. Persentase terbesar masih berada pada opsi transfer bank. Namun yang menarik opsi COD cukup mencolok untuk JD.id dan Lazada, lantaran keduanya memang memberikan opsi tersebut.

Gambar 7

(4) Tren penggunaan e-commerce berdasarkan gender

Beda jenis kelamin umumnya akan memiliki kecenderungan yang berbeda. Hal tersebut turut ditunjukkan pada opsi yang diberikan responden dalam pemilihan layanan e-commerce. Grafik di bawah ini menggambarkan perbandingan untuk peminat di masing-masing platform berdasarkan gender.

Gambar 8

Data di atas tentu didukung dengan ulasan selanjutnya, yakni soal kebutuhan yang banyak dicari. Shopee lebih banyak digunakan oleh pengguna perempuan, hal tersebut berkorelasi dengan kategori produk yang banyak dicari perempuan ialah seputar kecantikan. Sementara untuk produk kebutuhan sehari-hari pengguna laki-laki yang lebih banyak memiliki kecenderungan untuk melakukan pembelian secara online.

Grafik kategori di atas cukup relevan dengan pengalaman belanja yang diharapkan. Contohnya otomotif, didominasi oleh konsumen perempuan, pasalnya konsumen laki-laki memiliki kecenderungan lebih suka memanjakan diri  dengan produk otomotif secara langsung di bengkel, dan sebagainya.

Informasi lebih lanjut tentang cara mendapat laporan lengkapnya bisa diperoleh di sini:



Disclosure: artikel ini adalah hasil kemitraan DailySocial dan eIQ

Final Garuda Cup 2018 Akan Jadi Arena Bertempurnya 120 Gamer Pro

Memang masih ada banyak tantangan bagi industri eSport di tanah air, tapi semenjak pemerintah mengakui ranah ini melalui didirikannya IeSPA, perkembangannya berjalan lebih mulus. Turnamen-turnamen lokal bertambah banyak dan ada semakin banyak pihak yang tertarik untuk mendukung bidang ini (meski mungkin gaming bukanlah fokus bisnis mereka). Publik juga kian paham tentang potensi eSport berkat ekspansinya di perangkat bergerak.

Di bulan April 2018 silam, Mineski dan tim MET Indonesia telah memulai kompetisi Garuda Cup 2018. Sesi kualifikasinya dilangsungkan beberapa kali secara online serta ‘offline‘, dan sebentar lagi, 120 kontenstan akan berlaga dalam babak final yang digelar di Mall Taman Anggrek pada tanggal 19 sampai 20 Mei 2018.

 

Sedikit meringkas yang telah terjadi sejauh ini:

Kualifikasi Garuda Cup 2018 dimulai pada tanggal 28 April kemarin. Tiga tim tersaring secara online dan lima tim mengamankan slot menuju final sesudah sukses melewati qualifier di Mineski Infinity Kemanggisan Jakarta. Seminggu setelahnya, di tanggal 5 Mei, kualifikasi dilaksanakan di Mineski Infinity Arena Maranatha Bandung. Dan dengannya, penyelenggara mendapatkan lagi tujuh skuat (empat kualifikasi online dan tiga offline).

Babak kualifikasi ketiga kembali diselenggarakan di Mineski Infinity Kemanggisan, kali ini hanya secara ‘tatap muka’. Dari sana, lima tim lain memperoleh kesempatan bertanding di putaran final.

Andi Monang selaku head of MET Indonesia memperkirakan akan ada ribuan pengunjung memadati lokasi turnamen buat menyakikan tim jagoannya bertanding di grand final. Para finalis ini akan menguji kemampuan mereka mengadapi dua juara turnamen sebelumnya, yaitu Aerowolf dan Louvre.

MET Indonesia menyiapkan hadiah total Rp 50 juta. Lalu empat tim terbaik akan mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam PUBG Southeast Asia Championship di Thailand. Selanjutnya, pemenang event tersebut akan diberikan tiket ke PUBG Global Invitation Berlin 2018, yakni ‘kejuaraan resmi’ pertama PlayerUnknown’s Battlegrounds dengan prize pool senilai US$ 2 juta.

Garuda Cup 1

Grand final Garuda Cup 2018 akan dimeriahkan oleh dua permainan: PlayerUnknown’s Battlegrounds dan Mobile Legends: Bang Bang. Masing-masing game terdiri dari 80 dan 40 pemain.

Tokopedia merupakan sponsor utama Garuda Cup 2018. Sang perusahaan eCommerce memutuskan buat mendukungnya karena mereka melihatnya sebagai bentuk inisiatif yang memacu kreativitas anak bangsa. Turnamen kelas nasional seperti ini dapat menjadi batu lompatan bagi individu-individu bertalenta untuk mewujudkan mimpinya berkiprah di kejuaraan internasional.

Selain Tokopedia, Asus juga memegang peranan penting dalam penyelenggaraan Garuda Cup 2018. Perusahaan hardware asal Taiwan itu memfasilitasi arena eksibisi dengan perangkat Republic of Gamers dan smartphone ZenFone Max Pro M1. Selain itu, Asus berencana untuk memberikan empat tiket dan akomodasi buat para pemenang Garuda Cup menuju SEA Championship di bulan Juni 2018 nanti.

Garuda Cup 3

Jika kebetulan Anda tidak bisa datang ke lokasi acara, pertandingan-pertandingan di event tersebut dapat disaksikan secara live melalui Nimo TV -parner sekaligus platform resmi live stream Garuda Cup by Tokopedia Voucher Game. Layanan ini bisa diakses dari perangkat mobile, tersedia buat Android dan iDevice.

Ingin Pertemukan Startup dengan Investor Global, NextICorn International Summit Akan Digelar

Bertujuan untuk mempertemukan startup Indonesia dengan investor global, kegiatan NextICorn International Summit akan digelar tanggal 9-10 Mei 2018 mendatang di Bali. Acara ini diinisiasi oleh Kominfo bekerja sama dengan Amvesindo dan Global Consulting Ernst & Young.

Dalam acara tersebut, penyelenggara bakal mengundang investor global untuk hadir dan menemui startup terpilih. Chief Coordinator NextICorn Promotion Roadshow Calendar Donald Wihardja mengungkapkan, melalui kegiatan ini diharapkan bisa lebih mempromosikan Indonesia sebagai “digital paradise”.

“Kita perkenalkan Indonesia itu sebagai digital paradise, tempatnya bukan cuma bagus tapi pemerintah juga menyambut baik untuk digital initiative ini. Kita masyarakatnya juga sudah matang secara global, mahir pakai fintech, aplikasi, sehingga dapat menciptakan unicorn yang statusnya didapat hanya dengan customer di Indonesia,” kata Donald.

Donald menambahkan kegiatan ini bisa menjadi kesempatan yang baik untuk startup yang saat ini sudah memasuki tahapan pendanaan berikutnya dan masih kesulitan melakukan fundraising, usai mendapatkan pendanaan pra-seri A dan seri A.

Dari 70 startup terpilih nantinya akan melalui proses kurasi, berdasarkan kesiapan dari startup tersebut soal pendanaan. Proses kurasi dilaksanakan oleh Kominfo bekerja sama dengan Global Consulting Ernst & Young. Tujuan kurasi untuk membantu startup menyusun resume singkat dalam satu halaman mengenai gambaran serta model bisnis.

“Kita telah susun compendium atau booklet yang berisi informasi tentang startup tersebut sesuai dengan standar kebutuhan investor. Informasi yang disusun dalam compedium tersebut di antaranya model bisnis, kategori, proses, perkembangan terakhir startup tersebut, keadaan keuangan, serta potensi ke depannya,” kata Deputy to the Chairman for NextICorn Strategy Formulation Coordination Lis Sutjiati.

Dihadiri CEO dari startup unicorn Indonesia

Dalam acara tersebut rencananya turut hadir pendiri dari empat startup unicorn di Indonesia. Di antaranya adalah Nadiem Makarim (CEO & Founder Go-Jek), Ferry Unardi (CEO & Co-Founder Traveloka), William Tanuwijaya (CEO & Co-Founder Tokopedia) dan Achmad Zaky (CEO & Founder Bukalapak). Di hadapan pendiri startup lainnya serta investor, mereka nantinya akan memberikan presentasi dan mengisi sharing session dalam “Lane of Fame of Indonesian Unicorns.”

Pembicara internasional lain yang rencananya akan menghadiri acara tersebut dari ASEAN E-Sports Pioneer Nick Nash dan Eduardo Saverin yang merupakan salah satu pendiri Facebook.

“Ini pertama di dunia, ada negara punya program khusus untuk kolaborasi semua ekosistem dunia untuk bertemu VC dunia. Memang masih panjang jalannya, tapi kalau sudah ketemu, akan ada proses. Ini pemerintah sebagai proses akselerasi agar investor-investor dunia yang bisa menelurkan unicorn, ketemu dengan startup Indonesia,” kata Lis Sutjiati.

Bareksa Partners with Tokopedia to Launch the Same-Day Disbursement Mutual Fund

Today (4/23), in order to acquire more customers and to increase public’s financial literation, Bareksa, a mutual fund marketplace partners with Tokopedia and Syailendra Capital in introducing an online liquid mutual fund, to be disbursed and sent to their accounts on the same day (T+0) through Tokopedia.

William Tanuwijaya, CEO of Tokopedia, also presents in the grand launching. He said to the media that the company has around 40 million unique users and this strategic partnership is expected to add more services in Tokopedia.

“We, in Tokopedia, want to invite public to buy the fast and affordable mutual funds. Furthermore, Indonesia’s population can all be the investors start from Tokopedia,” he added.

The only online mutual fund initiated by Bareksa and e-commerce are targeted to acquire a million customers with billion rupiahs of managed funds during the first year.

Bareksa alone has paired with Tokopedia selling mutual funds since the late February 2018.

Regarding some investment of Bareksa and Tokopedia, Ady F Pangerang, the CEO of Bareksa, confirmed it as the joint venture, but the value is still undisclosed.

“Later, the existing investment will be used for marketing, operational, legal, and educational activities to all Tokopedia users,” he said.

Simple process

On the occasion, there’s an information of how Bareksa mutual funds work in Tokopedia app. By using the Tokopedia app, users can register as mutual fund’s customer with the minimum purchase of Rp10 thousand.

“Moreover, using E-Wallet in Tokopedia, users can top-up balance via bank transfer, to be saved in E-Wallet. The nominal purchasing of mutual funds can be directly transferred from Tokopedia E-Wallet,” he said.

Benefits for those purchasing mutual funds in Tokopedia are inclusive, safety, convenient within 5 minutes process, investors can directly sell investment and get a return up to 7%.

“Another privilege is the instant redemption, it’s a saving in the mutual fund to be used for shopping in Tokopedia or auto sweep, where the users will automatically enter the mutual fund account,” he added.

Currently, Bareksa has around 110 thousand investors, the number is increasing by 60% compared to Desember 2017. They also scored the increase of customer’s funding to Rp850 billion per 9 April 2018.

Supported by OJK

Sujanto, Managing Director of OJK, also presents to support the partnership of Bareksa and Tokopedia in launching the online mutual fund. Eyeing the current trend, he revealed the most purchased mutual funds are online-based.

“It’s probably because the fast and easy process that makes Indonesia’s population prefer the online mutual fund.”

However, seen from the number of population that really understand the mutual fund’s product, it is only 23% according to OJK. Therefore, it’s rather important for Bareksa and Tokopedia to improve education for the public regarding the mutual fund.

As the regulator, OJK fully supports the online mutual fund initiated by Tokopedia and Bareksa.

“If Tokopedia has claimed 40 million unique visitors, it’s obviously easier to educate people about the mutual fund. I also expected not only a million new customers but all Tokopedia users.” Sujanto explained.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Bareksa dan Tokopedia Luncurkan Reksa Dana yang Bisa Cair di Hari yang Sama

Bertujuan menambah jumlah nasabah sekaligus meningkatkan literasi keuangan masyarakat, hari ini (23/4), marketplace reksa dana BareksaTokopedia, dan Syailendra Capital meluncurkan layanan reksa dana online yang likuid, bisa dicairkan dan diterima di rekening nasabah di hari yang sama (T+0) melalui aplikasi Tokopedia.

Turut hadir dalam acara peluncuran tersebut CEO Tokopedia William Tanuwijaya. Kepada media William mengungkapkan saat ini Tokopedia memliki sekitar 40 juta pengguna unik, melalui kerja sama strategis ini diharapkan bisa menambah layanan yang ada di Tokopedia kepada pengguna.

“Kami di Tokopedia ingin mengajak lebih banyak masyarakat umum untuk membeli reksa dana secara cepat dan terjangkau. Agar selanjutnya masyarakat Indonesia bisa menjadi investor di mulai dengan Tokopedia,” kata William.

Layanan reksa dana online yang diklaim satu-satunya yang diinisiasi Bareksa dan layanan e-commerce menargetkan satu tahun pertama bisa mendapatkan satu juta nasabah dengan dana yang dikelola hingga miliaran rupiah.

Bareksa sendiri telah menggandeng Tokopedia berjualan reksa dana sejak akhir Februari 2018.

Disinggung berapa investasi yang digelontorkan Bareksa dan Tokopedia, CEO Bareksa Ady F Pangerang menegaskan, investasi yang diberikan merupakan patungan antara Tokopedia dan Bareksa, namun enggan menyebutkan nilai investasi tersebut.

“Nantinya investasi yang ada akan kami gunakan untuk kegiatan pemasaran, oprasional, legal dan edukasi kepada pengguna Tokopedia,” kata Ady.

Dipilihnya Syailendra Capital sebagai mitra Bareksa karena kemampuan Syailendra Capital untuk melakukan redemption dalam jumlah kecil hingga besar dan kapabilitas Syailendra mengelola ribuan transaksi per hari.

Proses mudah

Dalam kesempatan tersebut turut diinformasikan bagaimana cara kerja layanan reksa dana Bareksa di aplikasi Tokopedia. Hanya dengan memanfaatkan akun Tokopedia, pengguna kemudian bisa mendaftarkan diri menjadi nasabah reksa dana. Produk reksa dana Tokopedia menawarkan minimum pembelian Rp10 ribu.

“Nantinya memanfaatkan E-Wallet di Tokopedia, pengguna bisa melakukan Top Up via bank transfer, untuk kemudian disimpan di E-Wallet. Sesuai dengan jumlah yang ingin dibeli untuk reksa dana, semua bisa dipotong langsung dari dana yang tersimpan di E-Wallet Tokopedia,” kata Ady.

Keuntungan lain yang bakal didapatkan oleh nasabah jika membeli reksa dana di Tokopedia adalah, inklusif, keamanan, kenyamanan dengan proses yang hanya 5 menit saja, investor bisa menjual investasi secara langsung, dan bisa mendapatkan return hingga 7%.

“Keunggulan lainnya adalah instant redemption yaitu dana yang tersimpan di reksa dana bisa digunakan untuk belanja di Tokopedia dan auto sweep, di mana dana pengguna Tokopedia akan secara otomatis masuk ke akun reksa dana,” kata Ady.

Bareksa saat ini telah memiliki sekitar 110 ribu investor reksa dana, angka yang diklaim melonjak lebih dari 60% dibandingkan Desember 2017. Bareksa juga telah membukukan kenaikan jumlah dana yang diinvestasikan nasabah menjadi Rp850 miliar per 9 April 2018.

Didukung OJK

Dalam kesempatan tersebut turut hadir Direktur Pengelolaan Investasi Otoritas Jasa Keuangan Sujanto yang mendukung kerja sama antara Bareksa dengan Tokopedia meluncurkan layanan reksa dana online. Dilihat dari tren saat ini, Sujanto menyebutkan pembelian terbanyak reksa dana mulai didominasi secara online.

“Mungkin karena kemudahan dan kecepatan tersebut yang pada akhirnya banyak dipilih oleh kebanyakan masyarakat Indonesia.”

Namun demikian dilihat dari jumlah masyarakat yang memahami benar produk reksa dana, menurut OJK saat ini jumlahnya hanya mencapai 23%. Untuk itu penting bagi Bareksa dan Tokopedia meningkatkan kegiatan edukasi kepada masyarakat umum terkait reksa dana.

Sebagai regulator, OJK mendukung sepenuhnya reksa dana online yang di inisiasi oleh Tokopedia dan Bareksa.

“Jika Tokopedia saja saat ini mengklaim sudah memiliki 40 juta pengunjung unik artinya akan lebih mudah edukasi yang dilakukan Tokopedia terkait dengan reksa dana. Saya harap juga bukan satu juta nasabah baru target dari produk ini, tapi semua pengguna yang ada di Tokopedia,” kata Sujanto.

Application Information Will Show Up Here

Gandeng ORORI, Tokopedia Layani Jual Beli Emas

Tokopedia kembali berinovasi dengan mengenalkan layanan Tokopedia Emas. Layanan baru ini memungkinkan pengguna untuk membeli dan menabung emas digital dalam jumlah kecil, atau kisaran 0,5 hingga 1 gram. Layanan baru ini adalah bentuk kerja sama Tokopedia dengan aplikasi e-mas dari ORORI.

Tokopedia mengklaim menawarkan harga beli dan jual emas yang lebih kompetitif jika dibandingkan dengan platform jual beli emas lainnya. Emas dipilih jadi terobosan selanjutnya dari Tokopedia karena dinilai masih menjadi salah satu instrumen investasi yang paling diminati masyarakat Indonesia, terutama karena harga yang terbilang stabil dan cenderung naik setiap tahunnya dan karena tingkat likuiditas emas yang tergolong tinggi.

Managing Director Tokopedia Melissa Siska Juminto menjelaskan, Tokopedia Emas merupakan wujud komitmen perusahaan untuk terus memberikan kemudahan bagi Toppers (pengguna Tokopedia) untuk bisa memulai dan menemukan apa pun di platform Tokopedia, termasuk solusi investasi.

“Tidak mudah bagi semua orang untuk dapat langsung membeli emas batangan dalam jumlah besar. Di Tokopedia Emas pembelian emas dapat dimulai dari 500 rupiah sehingga diharapkan dapat mendorong keinginan Toppers untuk berinvestasi. Melalui solusi yang ditawarkan Tokopedia Emas, masyarakat memiliki akses ke pilihan investasi emas yang lebih ringan, mudah dan aman. Ini salah satu cara Tokopedia mendukung pengembangan inklusi keuangan lewat inovasi digital,” terang Melissa.

Tokopedia Emas adalah produk kedua dari Tokopedia untuk memudahkan penggunanya berinvestasi. Sebelumnya, bekerja sama dengan Bareksa Tokopedia menghadirkan Tokopedia Reksadana yang memudahkan pengguna berinvestasi reksa dana.

Menanggapi kerja sama ini Founder ORORI George B. Sumantri menjelaskan, “ORORI percaya bahwa logam mulia tidak diciptakan untuk kalangan tertentu saja. Melalui kerja sama dengan Tokopedia, kami ingin membantu lebih banyak lagi masyarakat agar dapat mengakses investasi emas yang lebih ringan, mudah dan aman secara online.”

Di Tokopedia Emas pengguna bisa bertransaksi kapan pun dan memantau harga beli dan jual secara real time mengikuti harga acuan emas global. Setelah mempunyai saldo emas digital yang cukup pengguna juga bisa dengan mudah menjual emasnya kembali. Dalam waktu dekat, tabungan emas tersebut juga dapat langsung dicairkan secara fisik ketika sudah mencapai 1 gram, untuk kemudian dikirimkan ke alamat pengiriman.

Untuk melengkapi layanan barunya Tokopedia menyediakan empat pilihan kurir pengiriman, yakni JNE, RPX dan kurir pribadi ORORI. Seluruh pengiriman emas wajib dilindungi oleh asuransi. Jadi jika terjadi masalah (kerusakan / kehilangan) dalam pengiriman, maka ORORI akan membantu dalam penyelesaian pengajuan klaim asuransi tersebut kepada pihak kurir pengiriman.

Tokopedia juga menjamin keaslian emas yang dibeli karena secara resmi dikeluarkan oleh PT Aneka Tambang (ANTAM) dan terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dan memiliki standar produk yang diakui oleh LMBA (Lembaga Bullion Market Association).

Application Information Will Show Up Here