Vietnam-based Ride Hailing Service “FastGo” Prepares Expansion to Indonesia

An app-based transportation service from Vietnam, FastGo, plans for expansion to Indonesia and Myanmar. Ngutyễn Hữu Tuất, FastGo’s CEO, mentioned the plan. The expansion will start by the end of 2018.

In his statement, as quoted from Vietnam News, Tuất and his team are targeting to acquire 30% of Indonesia’s market-share knowing the current market is fully dominated by GO-JEK and Grab. In Myanmar, they’re being more ambitious to be the second leading ride-hailing service after Grab.

Expansion to Indonesia is not without reason. Aside from the crowded target market, FastGo admitted having a strategic partner. However, there’s no further detail on who supports them behind the expansion.

In realizing its mission, FastGo is finalizing the Series B funding of $50 million (or IDR 754 billion). Tuất believes it is to be disbursed in early 2019

Previously, GO-JEK had first made a debut in Vietnam market by launching Go-Viet. FastGo becomes the most serious competitor downtown with 15,000 driver partners in Hanoi and Ho Chi Minh City.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

MMA Forum Indonesia 2018 Akan Bahas Potensi dan Masa Depan “Mobile Marketing”

Mobile Marketing Association (MMA) Forum Indonesia 2018 akan kembali diselenggarakan untuk kelima kalinya pada 17 Oktober 2018 mendatang, bertempat di The Ritz-Carlton Jakarta. Tahun ini, MMA Forum akan mengambil tema #ShapetheFuture untuk menunjukkan bagaimana pemasaran melalui mobile akan menentukan masa depan sebuah bisnis.

Dalam sesi yang diselenggarakan, akan hadir 25 pembicara bergengsi. Para pemateri akan memberikan insight tentang bagaimana teknologi, mulai dari 5G hingga artificial intelligence (AI), akan menjadi alat ampuh bagi perusahaan dan agensi dalam memperkuat hubungan dengan konsumen, terutama anak muda, yang semakin piawai menggunakan teknologi.

Beberapa pemateri yang akan diundang termasuk Erick Thohir (President Commissioner Mahaka Group), Hemant Bakshi (President Director Unilever Indonesia), Dharnesh Gordhon (President Director Nestlé Indonesia), dan Axton Salim (Director Indofood). Turut hadir juga pemateri dari lanksap digital di antaranya Morden Chen (General Manager UC Ads), Aske Østergård (Founder Decision Lab), Pravin Shetty (Vice President POKKT APAC), Dale Kim (Country Manager LINE Indonesia), Edi Taslim (CEO Kaskus), dan Irzan Raditya (CEO and Co-Founder Kata.ai)

“Para pembicara juga akan berbagi wawasan tentang bagaimana perusahaan-perusahaan bisa meningkatkan pendapatan dengan mengintegrasikan teknologi mobile di dalam proses bisnis mereka. Melalui teknologi mobile, perusahaan bisa memahami keinginan dan kebutuhan para konsumen. Pemahaman ini kemudian bisa dipenuhi melalui pemakaian teknologi secara inovatif,” kata CEO MMA, Greg Stuart.

Peserta Forum bisa mendengarkan para pembicara saat diskusi panel tentang menjalankan strategi di antara lanskap pemasaran yang kompleks, cara untuk unggul dalam penggunaan mobile, dan solusi mobile untuk bertumbuh secara berkelanjutan.

“Di MMA Forum, pemateri dan peserta berkumpul untuk bertukar wawasan tentang tren industri terbaru dan meramalkan tren yang akan datang. Isi dari Forum ini akan menjadi bahan untuk menciptkan strategi mobile marketing, baik itu meningkatkan kesadaran atas sebuah merek tertentu atau memanfaatkan keampuhan video,” kata Managing Director MMA APAC, Rohit Dadwal.

Forum MMA Indonesia 2018 akan dilanjutkan dengan penghargaan tahunan MMA SMARTIES ™ Indonesia 2018 yang keempat. SMARTIES adalah program penghargaan global yang menghormati dan merayakan prestasi karya terbaik di industri mobile marketing.

Untuk pendaftaran dan informasi lebih lanjut tentang Forum MMA Indonesia 2018, termasuk agenda terbaru dan profil pembicara, silakan kunjungi: https://www.mmaglobal.com/forumindonesia2018.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Mobile Marketing Association Forum Indonesia 2018

GoWork Dapatkan Pendanaan 150 Miliar Rupiah

Operator coworking space premium GoWork hari ini (10/10) mengumumkan perolehan pendanaan senilai 150 miliar Rupiah. Pendanaan ini dipimpin oleh venture capital asal Tiongkok Gobi Partners dan perusahaan pengembang properti/ritel terkemuka Indonesia Paradise Property.

GoWork terbentuk dari merger Rework dan GoWork di awal tahun 2018. Selama dua tahun beroperasi, GoWork berkembang di 16 titik lokasi di Jakarta, Surabaya, dan Bali; mengoperasikan 25.000 meter persegi ruang kerja. Untuk mendorong percepatan, GoWork menjalin kemitraan strategis dengan pengelola properti.

Dengan capaian 8.000 anggota dan 600 perusahaan yang tergabung ke dalam ruang kerja, GoWork cukup optimis bahwa bisnisnya akan terus bertumbuh. Hal tersebut yang turut meyakinkan para founder untuk segera memperluas jaringan pasar dengan ekspansi domestik.

“Misi kami sangat sederhana, membantu masyarakat mencapai yang terbaik dengan mengubah cara bekerja dan bersosialisasi. Melalui GoWork kita bisa mendorong pertumbuhan diri dan perusahaan dengan ekosistem jaringan pendukung. Dengan filosofi ‘work&play’, kami memberikan akses eksklusif ke lebih dari 30 restoran, kafe, pusat bisnis dan ruang pertemuan melalui aplikasi selular GoWork,” sambut CEO GoWork, Vanessa Hendriadi.

Kay-Mok Ku, Managing Partner for ASEAN Gobi Partners, menyampaikan harapannya kepada GoWork. Setelah sebelumnya mendanai KR Space (operator coworking space terbesar di Tiongkok), mereka ingin GoWork tumbuh menawarkan solusi coworking space terbaiknya. Kay-Mok menilai GoWork memiliki potensi inovatif untuk merevolusi ruang kerja di Indonesia.

Sementara itu Anthony Prabowo Susilo selaku COO The Paradise Group menyampaikan, “Komitmen tim GoWork terhadap kualitas desain, pemilihan lokasi prima, dan perhatian mereka untuk memberikan pengalaman luar biasa untuk semua tenant membuat kami terkesan. Kerja sama ini akan sangat bermanfaat untuk waktu dekat dan jangka panjang, didukung oleh jaringan luas properti kami.”

“Fokus kami menciptakan jaringan ekosistem dan komunitas dengan mendorong para anggota giat menciptakan nilai lebih bagi satu sama lain. Interaksi ini terjalin karena berbagai acara komunitas yang kami adakan,” tutup Vanessa.

Application Information Will Show Up Here

Pendanaan Startup Asia Tenggara Catat Rekor, Per Agustus 2018 Capai 46 Triliun Rupiah

Investasi yang diberikan venture capital (VC) di Asia Tenggara dilaporkan meningkat tahun ini, menuju rekor nilai investasi tertinggi. Hingga Agustus 2018, peningkatannya sudah mencapai 16% jika dibandingkan dari keseluruhan nilai yang dikucurkan pada tahun 2017. Per Agustus, nilainya mencapai $3,16 miliar (setara hampir 46 triliun Rupiah), sementara tahun 2017 membukukan $2,72 miliar.

Laporan tersebut disampaikan Singapore Venture Capital and Private Equity Association. Menurut Chairman Thomas Lanyi, lingkungan bisnis (khususnya digital) di Asia Tenggara menjadi lebih hidup berkat para pemain yang mulai meningkatkan gairah bisnis. Asia Tenggara menjadi basis pasar potensial dengan total penduduk mencapai 640 juta.

Angka tersebut diprediksikan masih akan terus meningkat hingga akhir tahun 2018, seiring dengan target pencarian dana baru yang dilakukan startup besar untuk kebutuhan ekspansi. Beberapa startup yang beroperasi di Indonesia yang turut meramaikan dominasi nilai pendanaan, seperti Grab, GO-JEK, dan Traveloka.

Selain itu, perekonomian digital di wilayah regional ini memang diproyeksikan terus meningkat. Hasil riset Google-Temasek memaparkan bahwa di tahun 2025 mendatang ekonomi digital di Asia Tenggara diprediksi akan melebihi angka $200 miliar. Sementara di tahun 2017 nilainya tercatat sekitar $50 miliar.

Asosiasi juga turut menyoroti soal batasan kabur antara venture capital dan ekuitas swasta (perusahaan yang memberikan pendanaan melalui unit investasinya). Pasalnya di wilayah ini, pendanaan tidak selalu dipimpin perusahaan modal ventura (VC). Beberapa perusahaan teknologi global mulai memainkan peran, sebut saja Alibaba, Tencent, Google, hingga Microsoft.

Kondisi di Indonesia

Sebelumnya pada pertengahan tahun lalu, OJK menyampaikan catatannya terkait penyaluran investasi oleh VC untuk startup di Indonesia. Per bulan Mei 2018, angkanya sudah mencapai 8,22 triliun Rupiah, meningkat 14,95% dibandingkan periode yang sama di tahun 2017. Menurut otoritas kinerja positif didorong hasil perbaikan bisnis para pelaku usaha lokal.

Menimbang data yang dimiliki, OJK optimis hingga akhir tahun nanti pertumbuhannya akan mencapai dua digit. Hal tersebut didorong beberapa hal, salah satunya insentif pajak dari pemerintah.

Grab Peroleh Investasi dari Microsoft, Jalin Sinergi Pengembangan Teknologi Pintar

Microsoft mengumumkan investasinya kepada Grab dengan nilai transaksi yang tidak disebutkan. Investasi ini membuka peluang kerja sama antar dua perusahaan, khususnya memaksimalkan platform Azure ke sistem bisnis Grab. Keduanya disebut akan berkolaborasi dalam pengembangan proyek teknologi dengan big data dan artificial intelligence.

Grab dan Microsoft akan mengeksplorasi teknologi pengenalan gambar dengan computer vision untuk meningkatkan pengalaman penggunaan aplikasi. Implementasinya, pengguna dapat memfoto lokasi di mana dia berada, lalu aplikasi secara otomatis akan menerjemahkan menjadi alamat untuk pick-up.

Sebelumnya Grab memang dikabarkan tengah menargetkan pengumpulan investasi hingga $3 miliar untuk tahun ini. Kabar terbaru, existing investor Softbank sepakat memberikan dana tambahan sekitar $500 juta. Sebelumnya mereka juga telah mengumpulkan investasi $2 miliar yang dipimpin Toyota, termasuk dari Co-founder Microsoft Paul Allen.

Kebutuhan pendanaan tersebut untuk merealisasikan ambisi Grab sebagai “super app“, tidak hanya melayani jasa transportasi, namun akan mengoptimalkan ekosistem aplikasi untuk berbagai hal. Beberapa yang sudah diungkapkan adalah untuk layanan pengiriman makanan, optimasi uang elektronik, pinjaman mikro, dan berbagai kebutuhan gaya hidup lainnya.

Dari sisi Microsoft, investasi ini dilakukan untuk meningkatkan penetrasi platformnya untuk bisnis teknologi besar di Asia Tenggara. Sejauh ini, lawan terberat Microsoft untuk platform komputasi awan adalah Amazon Web Services (AWS). Untuk sektor ride hailing, AWS telah menjalin kerja sama khusus dengan Didi Chuxing untuk eksplorasi teknologi terbaru.

Application Information Will Show Up Here

Pengembang NLP Bahasa Indonesia Prosa.ai Dapatkan Investasi dari Kaskus

Hari ini (08/10), Kaskus secara resmi mengumumkan investasinya ke Prosa.ai, pengembang platform Natural Language Processors (NLP) untuk Bahasa Indonesia. Tidak disampaikan terkait detail pendanaan yang diberikan. Sejauh ini produk Prosa.ai fokus pada layanan Text & Speech-based Processing Tools yang dibuat kustom sesuai dengan kebutuhan kliennya.

Dalam sambutannya, CEO Kaskus, Edi Taslim menyampaikan bahwa perusahaan melihat Prosa.ai memiliki potensi dan kompetensi yang besar melalui layanannya. Prosa.ai dinilai sebagai perusahaan perangkat lunak pertama yang berhasil menghadirkan NLP komprehensif untuk Bahasa Indonesia. Dalam waktu dekat, Kaskus akan mengaplikasikan layanan Prosa.ai guna menyaring berita hoax maupun negatif di forum, sehingga dapat menghadirkan konten yang lebih positif kepada Kaskuser.

“Kami sangat senang bisa menjadi salah satu partner awal dalam pengembangan Prosa.ai melalui investasi ini. Kami harap investasi ini bisa membantu pengembangan Prosa.ai ke depannya,” ujar Edi.

Prosa.ai diinisiasi pada awal tahun 2018, dipimpin oleh Ayu Purwarianti sebagai NLP Chief Scientist. Produk yang dikembangkan memiliki misi untuk meniru kemampuan manusia dalam menganalisis sebuah teks dan percakapan.

Dalam implementasinya Prosa.ai memiliki dua produk utama. Pertama adalah Prosa Text (nama produk untuk rekognisi teks), menyediakan jasa dalam bentuk API dan juga customized application. Beberapa di antaranya adalah identifikasi berita hoax, hate speech, ekstraksi opini, klasifikasi jenis dokumen, ekstraksi informasi khusus, tools dasar NLP, dan lain-lain.

Sementara Prosa Speech (nama produk untuk rekognisi suara), memungkinkan mesin untuk mengenali ucapan dalam Bahasa Indonesia, mensintesis ucapan, mengenali identitas pengucap, dan mengenali maksud serta emosi dari ucapan. Hal ini memungkinkan mesin untuk menerima masukan dan keluaran dalam bentuk ucapan, seperti pada voice-commands, voice-id biometrics, atau sistem media monitoring.

“Kami sangat senang dan bangga mendapatkan dukungan dari Kaskus untuk semakin mengembangkan layanan Prosa.ai. Dengan memiliki SDM lokal yang kompeten, kami yakin dapat menghadirkan teknologi NLP terdepan yang dapat memberikan solusi terhadap kebutuhan klien dan partner,” sambut CEO Prosa.ai, Teguh Budiarto.

Startup P2P Lending Modal Rakyat Fokus Sasar UMKM dan Milenial

Industri fintech lokal kedatangan pemain baru. Bernama Modal Rakyat, startup tersebut menyajikan layanan p2p lending untuk pelaku UMKM. Modal Rakyat resmi melakukan soft launching pada Juli 2018 lalu, pasca resmi terdaftar dan mendapatkan izin pengawasan dari OJK.

Startup ini didirikan oleh empat orang co-founder, yakni Stanislaus Tandelilin (Co-Founder SaleStock), Hendoko Kwik, Christian Hanggra, dan Wafa Taftazani (Country Strategic Partnership Manager YouTube Indonesia).

“Layaknya Dianrong di Tiongkok dan Capital Trust di India, kami ingin menjadi teknologi finansial lending satu-satunya yang menyediakan penyaluran modal ke dua segmen produktif, yaitu segmen usaha mikro dan juga kecil menengah. Penetrasi yang kami harapkan adalah sampai ke seluruh pelosok Indonesia,” ujar CEO Stanislaus Tandelilin, yang akrab dipanggil Stanis, kepada DailySocial.

Peluang pendanaan UMKM terbuka lebar

Kendati lanskap p2p lending sudah banyak pemainnya, tim Modal Rakyat tetap optimis. Mereka mengungkapkan bahwa saat ini setidaknya ada lebih dari 57 juta UMKM yang membutuhkan akses pendanaan. Peningkatan tersebut turut dibarengi dengan kesadaran masyarakat terhadap edukasi finansial.

“… hal itu dibuktikan dengan banyaknya generasi milenial yang mulai menjadi pendana di Modal Rakyat,” lanjut Stanis.

Menargetkan kalangan muda sebagai pemberi pinjaman, Modal Rakyat turut melahirkan inovasi produk untuk mengakomodasi kebutuhan dan tren yang ada. Salah satu yang sedang dijalankan adalah penggunaan fitur streaming video layaknya Instagram TV untuk memberikan introduksi UMKM yang akan meminjam dana. Dalam video akan ditampilkan informasi tentang jenis usaha, tempat usaha, bahkan kegiatan usaha dari peminjam.

Di sisi konsumen (peminjam), dalam beberapa waktu mendatang Modal Rakyat juga akan meluncurkan opsi pinjaman kepada segmen mikro ke agen atau warung pulsa dengan memanfaatkan teknologi big data dan machine learning. Stanis sangat meyakini, produk tersebut nantinya akan menjadi terobosan solusi finansial di segmentasi usaha mikro.

Sementara opsi pinjaman yang sudah ada, untuk sektor usaha kecil dan menengah produk Modal Rakyat adalah pembiayaan invoice. Sedangkan untuk usaha mikro Modal Rakyat memberikan modal usaha, baik dalam bentuk tunai maupun dalam bentuk barang yang siap dijual.

Platform Modal Rakyat
Laman pendanaan di platform Modal Rakyat / Modal Rakyat

Tengah merampungkan proses pendanaan

Untuk meningkatkan cakupan dan traksi bisnis, saat ini tim Modal Rakyat menyampaikan tengah memproses penutupan pendanaan awal (seed funding) dengan nilai mencapai 7 digital. Saat ini sudah ada beberapa investor yang hendak berpartisipasi. Tim Modal Rakyat tentang mendiskusikan dan memastikan kepengurusan izin untuk pendanaan tersebut ke OJK.

Selain itu banyak hal yang juga diupayakan untuk menggaet pemberi pinjaman dana. Keuntungan yang ditawarkan sendiri mencapai 18% per tahunnya, dengan tenor peminjaman yang cukup beragam, mulai dari satu bulan. Penyaringan UMKM sebagai peminjam juga menjadi konsentrasi tim Modal Rakyat.

“Kami hadir sebagai alternatif platform pendanaan yang menumbuhkan kekayaan dengan bunga di atas deposito. Tidak lupa kami juga mengurangi risiko pendanaan yang ada lewat agunan dan asuransi,” ujar Stanis.

Terkait proses menjamin mutu peminjam Stanis juga menjelaskan mekanisme survei lapangan yang dilakukan.

“Sejauh ini kami melakukan survei ke lapangan dan mengambil video dari setiap usaha yang kami datangi. Hal ini sejalan dengan tujuan kami dalam memastikan transparansi dan keamanan bagi para pendana.”

Gandeng Investree, Bukalapak Luncurkan BukaModal

“Semua akan fintech pada waktunya”, tampaknya pertanyaan tersebut masih cukup relevan saat ini. Tatkala banyak platform teknologi yang terus meluncurkan inovasi di bidang finansial. Terbaru ada BukaModal, sebuah fitur dari marketplace Bukalapak untuk membatu masalah permodalan bagi para pelapak (merchant).

Dalam merealisasikan BukaModal, Bukalapak bekerja sama dengan layanan p2p lending Investree. Investree sendiri memiliki fitur “Online Seller Financing” untuk pembiayaan modal bagi pebisnis online.

Bagi pelapak yang ingin meminjam di BukaModal, ada syarat utama yang harus dipenuhi. Hanya pelapak terdaftar dengan penjualan Rp2 juta per bulan selama 6 bulan terakhir yang bisa mengajukan peminjaman. Syarat tersebut juga untuk memastikan proses peminjaman dan pencairan yang relatif mudah dan cepat.

BukaModal di Bukalapak
Menu BukaModal di aplikasi Bukalapak / Bukalapak

Sementara itu, pinjaman yang diberikan berkisar Rp2 juta sampai dengan Rp2 miliar. Jangka waktu pelunasan cicilan yang ditawarkan mulai dari 6 hingga 24 bulan. Saat ini menu BukaModal sudah tersemat di aplikasi Bukalapak, tepatnya di bagian Pinjaman & Investasi.

Application Information Will Show Up Here

Traveloka Reportedly Looking for Rp6 Trillion New Funding

Traveloka reportedly raising funds to $400 million (equal to Rp6 trillion) from investors to accelerate expansion. Investment also needed to support the secondary service improvement (besides flight ticket and hotel booking), such as concerts or entertainment shows.

Currently, Traveloka has accommodated consumers in many countries. Providing more than 40 payment options, besides Indonesia, Traveloka is now available in Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapore, and the Philippines. Traveloka ecosystem is developing rapidly, they recently get into new business for car rental and PayLater credit option.

Last year, Traveloka officially joined Indonesia’s unicorn startup boards after acquiring investment from Expedia worth of $350 million – it takes the company to more than $2 billion valuations. In addition, Traveloka investors are also East Ventures, Hillhouse Capital Group, JD.com, and Sequoia Capital.

Application Information Will Show Up Here


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

GO-JEK Expands Further to Singapore

GO-JEK reportedly prepares a regional expansion, Singapore to be the next target. It’s currently on progress, to be finalized before October 2018. Although the market share is not as big as other countries, such as Vietnam, there are some strategic aspects for the “karya anak bangsa” on-demand startup to gain.

Aside from being known as a hub for digital companies in Southeast Asia, Singapore is also the base of its main competitor, Grab. On the other hand, the expansion is quite challenging for GO-JEK because two-wheeler isn’t allowed as Singapore’s public transportation mode. GO-JEK, as quoted in TechCrunch, is discussing with ComfortDelGo as the biggest taxi provider in town.

However, GO-JEK’s app ecosystem is complete enough to escort car transportation. Supported by GO-PAY, it’s possible for any other services, such as ticket booking or car advertising can be brought into the market. Besides, ride-sharing consumers in Singapore are demanding for options post-Uber acquisition by Grab.

On the expansion, GO-JEK is being serious. Previously, the company was reportedly to raise funding for expansion ammo to the amount of IDR 30 trillion. After Vietnam, GO-JEK’s next targets are Thailand, the Philippines, and Singapore. However, it’s not really the problem, take the regulation issue in the Philippines as an example.

Having IDR 75 trillion value and supported by global investors, such as Tencent and Google, no wonder they have an ambitious target for the current mission in the region.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here