Laporan DSResearch: Tren Inovasi dan Transformasi Digital di Korporasi 2020

Korporasi selalu dihadapkan dengan tantangan bisnis yang dinamis yang disebabkan oleh banyak faktor. Mulai dari kebiasaan konsumen yang berubah, relevansi produk/layanan, hingga disrupsi teknologi dari pemain baru. Kondisi tersebut membuat perusahaan harus gesit menyusun langkah-langkah transformatif kaitannya dengan strategi, model bisnis, tatanan organisasi, hingga digitalisasi.

Kondisi tersebut tentu juga dialami para korporasi di Indonesia. Untuk melihat bagaimana para perusahaan di Indonesia mengagendakan transformasi, DSResearch menyusun laporan bertajuk Laporan Transformasi Digital Korporasi 2020. Di dalamnya peneliti melakukan wawancara lebih dari 20 narasumber dari perusahaan berskala besar, baik di posisi C-Level maupun Mid-Level.

Adapun perusahaan yang disurvei dipilih lima sektor berbeda meliputi perbankan, keuangan non-perbankan, telekomunikasi, transportasi dan pariwisata, serta FMCG. Beberapa perusahaan tersebut termasuk BCA, Bank Mandiri, Zurich Insurance, Telkom, XL Axiata, Blue Bird, Garuda Indonesia, HM Sampoerna dll.

Selain membahas mengenai tren transformasi bisnis terkini, laporan ini banyak menampilkan studi kasus proses transformasi dari perusahaan-perusahaan yang menjadi narasumber. Peneliti menggunakan tiga komponen identifikasi untuk menemukan pola-pola transformasi yang dilakukan, meliputi komitmen pemangku kebijakan, perjalanan inovasi, dan produk inovasi; dibungkus dengan kerangka kerja yang relevan untuk pengukuran.

Berikut ini beberapa poin menarik yang dirangkum dalam laporan:

  • Di tingkat korporasi, penempatan transformasi bisnis difokuskan untuk dua hal, yakni peningkatan pangsa pasar atau pelayanan konsumen; dan pengembangan produk atau aset bisnis. Dimulai dari meningkatkan sumber daya yang sudah dimiliki, dilanjutkan dengan eksplorasi dan membuka peluang-peluang baru.
  • Covid-19 memberikan pukulan untuk beberapa jenis bisnis, utamanya di sektor transportasi dan pariwisata. Namun beberapa celah masih bisa dioptimalkan dengan baik, misalnya untuk bisnis logistik. Sementara untuk sektor lain seperti perbankan, pandemi menjadi momentum untuk adaptif dengan implementasi teknologi.
  • Di sektor perbankan, beberapa tahun terakhir kegiatan transformasi mengarah pada realisasi “open banking platform”. Pendekatan digital juga terus dimaksimalkan untuk meningkatkan pengalaman pengguna yang lebih baik. Kolaborasi dengan fintech juga makin dioptimalkan – misalnya dengan membuka layanan API untuk diintegrasikan oleh para pengembang aplikasi.
  • Perusahaan telekomunikasi di Indonesia tidak lagi hanya terpaku pada bisnis utama mereka, tapi juga mulai banyak mengeksplorasi peluang lain khususnya terkait layanan OTT. Namun tidak sedikit yang gagal. Pendekatan kolaboratif akhirnya dipilih dengan membentuk CVC, lab inovasi, atau program akselerasi.
  • Perusahaan FMCG sudah merasakan adanya disrupsi, namun kebanyakan belum memiliki komitmen yang serius untuk melakukan transformasi digital. Ditandai dengan tidak adanya roadmap digital atau sumber daya khusus yang disiapkan untuk mengarah ke sana. Mereka merasa masih cukup mengandalkan kanal-kanal distribusi yang sifatnya “terbuka”, seperti dengan menghadirkan lapak di platform online marketplace.

Selain itu, dalam laporan turut dirangkum tentang kultur organisasi, perjalanan inovasi, hingga inovasi teknologi dari tiap perusahaan yang menjadi narasumber, dilengkapi dengan contoh-contoh yang relevan. Selengkapnya, unduh laporan: Laporan Transformasi Digital Korporasi 2020 (versi Bahasa Indonesia) dan Corporate Digital Transformation Report 2020 (English version).


Disclosure: Dalam penyusunan white paper ini, DSResearch bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemkominfo)

Pentingnya Data dalam Transformasi Bisnis Digital

Dalam era digital ini, hampir semua dokumen dapat disimpan dalam bentuk data digital untuk melakukan penghematan operasional dan akses data yang lebih mudah. Selain itu, penyimpanan data secara digital juga dapat mengoptimalkan analisis data secara berkala untuk membantu perusahaan dalam mengembangkan bisnisnya. Akan tetapi, semakin berkembangnya sebuah usaha, data yang terkumpul dan perlu disimpan pun juga semakin banyak. Sehingga, aktivitas backup atau pencadangan data pun semakin penting untuk dilakukan. Sebagai sebuah perusahaan, rusaknya data yang telah dikumpulkan dengan susah payah dalam jangka waktu yang lama tentu menjadi mimpi buruk yang menyakitkan. Oleh karena itu, disiplin dalam melakukan backup data secara berkala harus menjadi perhatian pelaku usaha.

Solusi Backup Data Otomatis dari Synology

Dengan banyaknya jumlah data dan ukuran data yang semakin besar, maka setiap aktivitas backup pun membutuhkan perhatian khusus. Apabila backup dilakukan secara manual secara berkala, maka dibutuhkan seorang staf khusus yang bertugas melakukan hal ini (biasanya System Administrator/Sysadmin). Namun dalam transformasi bisnis digital, otomatisasi adalah salah satu hal yang penting untuk membuat kinerja perusahaan menjadi lebih efektif dan efisien.

Saat ini di pasaran tersedia berbagai vendor untuk backup. Namun, biaya yang dikeluarkan cukup besar karena mereka menarik biaya untuk setiap CPU socket/ VM host (system) atau untuk license fee. Salah satu solusi yang lebih hemat biaya untuk backup data otomatis adalah Active Backup for Business (ABB) dari Synology. Layanan ini merupakan solusi software yang terintegrasi dengan produk hardware berupa NAS (Network Attached Storage) yang juga ditawarkan oleh Synology, sehingga IT admin tidak perlu menggunakan banyak software untuk mengelola backup data.

Banyak keuntungan yang ditawarkan oleh Synology dengan penggunaan ABB bagi perusahaan, baik yang berskala kecil dan mikro, hingga perusahaan besar. Dengan lisensi gratis dan tanpa subscription fee, biaya yang dikeluarkan hanya untuk hardware saja. Fitur-fitur yang tersedia lewat berbagai penggunaan teknologi dalam Active Backup for Business juga menjadikan layanan ini sangat menguntungkan untuk pengguna. Berikut kami hadirkan beberapa keunggulan penggunaan ABB dari Synology.

1. Menghemat Ruang Penyimpanan dengan Global Deduplication

help_03

Bila perusahaan Anda memproses data yang banyak dan berukuran sangat besar, fitur ini dapat sangat bermanfaat karena memungkinkan Anda untuk memperkecil ukuran data yang disimpan pada perangkat penyimpanan. Fitur ini sangat bermanfaat untuk menghemat kapasitas data karena apabila ada blok data yang identik, sistem secara pintar hanya akan menyimpan satu blok data saja. Fitur ini berjalan secara otomatis sehingga Anda dapat dengan mudah membackup semua perangkat tanpa perlu pusing akan file yang identik.

2. Instant Restore to Synology Virtual Machine Manager

screenshot-mk2demo.synology.me-5101-2020-03-06-15-08-59-542

Integrasi antara Active Backup for Business dengan Synology Virtual Machine Manager (VMM) merupakan salah satu solusi bagi pengguna dalam pemulihan bencana (disaster recovery) ketika mengalami kehilangan/kerusakan data akibat berbagai hal. Bukan hanya dokumen, sistem juga dapat memulihkan data aplikasi yang dicadangkan sebelumnya secara instan dalam waktu singkat.

3. Menghemat Waktu Backup dengan CBT Incremental Backup

help_01

Pemanfaatan teknologi CBT (Change Block Tracking) sangat bermanfaat untuk Anda yang membutuhkan backup dengan cepat dan tanpa memakan storage terlalu banyak. Cara kerjanya adalah dengan tidak melakukan pencadangan keseluruhan data ketika pengguna melakukan backup secara berkala. Sistem secara pintar akan menganalisis mencari blok data yang identik antara data yang dicadangkan dengan blok data yang sebelumnya sudah ada di dalam perangkat penyimpanan. Sehingga sistem hanya akan menambahkan data tambahan saja, tanpa harus menimpa data lama dengan data baru yang identik.

4. Centralized Management Dashboard

screenshot-mk2demo.synology.me-5101-2020-03-06-15-30-55-641

Untuk melakukan pengelolaan data lebih mudah, Active Backup for Business juga dilengkapi dengan dashboard untuk memantau aktivitas backup yang dapat diakses lintas platform dan perangkat. Fitur ini sangat bermanfaat bagi perusahaan yang menjalankan operasionalnya di berbagai wilayah berbeda, namun dengan pengelolaan data yang terpusat. Fitur ini juga memudahkan tim IT perusahaan Anda untuk secara cepat mengetahui sumber suatu problem agar dapat diatasi dengan lebih cepat.

Layanan Active Backup for Business telah digunakan oleh perusahaan besar untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi perusahaannya dengan beberapa produk yang direkomendasikan seperti RS1219+ (8 bay), RS2818RP+ (12 bay), atau SA3400 (16 bay).

1589176488439

Produk-produk ini juga didukung dengan prosesor Intel serta memiliki kapasitas maksimum mulai dari 192 TB hingga 1536 TB. Masing-masing produk tersebut pun juga memiliki keunggulannya masing-masing sehingga dapat memenuhi berbagai jenis kebutuhan perusahaan. Berikut tabel perbandingan spesifikasi masing-masing produk unggulan tersebut:

RS1219+ RS2818RP+ SA3400
Drive Bays 8 16 12
Maximum Drive Bays with Expansion Unit 12 28 96 (RX1217sas) / 180 (RX2417sas)

CPU

Intel Atom C2538

Quad Core 2.4 GHz

Intel Atom C3538

Quad Core 2.1 GHz

Intel Xeon D-1541

8-Core 2.1 (base) / 2.7 (turbo) GHz

System Memory 2 GB DDR3 4 GB DDR4 16 FB DDR4 ECC RDIMM
Memory Expandable up to 16 GB (8 GB x 2) 64 GB (16 GB x 4) 128 GB (32 GB x 4)
Warranty 3-year, extendable to 5-year 5-year

Manfaat layanan ini dirasakan oleh SHISEIDO Taiwan, sebuah perusahaan perawatan pribadi multinasional. Sejak tahun 2018, mereka mampu mempersingkat waktu proses backup secara signifikan dan mereduksi ukuran data mereka yang tadinya sebesar 58TB menjadi hanya 28TB saja, sehingga penggunaan kapasitas server pun menjadi lebih efisien.

Layanan ini juga digunakan oleh UNESCO, salah satu badan khusus PBB yang bergerak dalam bidang pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan. Dengan menggunakan layanan ini, mereka dapat melakukan backup secara terpusat dari 50 PC dan server, serta dapat dipantau melalui dasbor yang sederhana. Di Indonesia sendiri, layanan ini juga telah digunakan oleh TEKIRO Indonesia. Melalui Active Backup for Business, mereka mampu menghemat sekitar 60% total storage dan ratusan juta biaya license fee.

logo tekiro

Data merupakan hal yang sangat berharga. Sebab, data merupakan inti dari bisnis yang telah bertransformasi secara digital. Keamanan dan keutuhan data menjadi sangat penting dan perlu menjadi perhatian khusus bagi pelaku bisnis secara umum. Maka, solusi backup data otomatis juga perlu menjadi pertimbangan agar kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien. Apabila Anda membutuhkan rekomendasi atau pertanyaan lebih lanjut mengenai produk Synology, silahkan langsung mengisi form melalui link berikut ini.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh Synology

Strategi Bank OCBC NISP untuk Penetrasi Produk Dompet Digital ONe Wallet

Bank OCBC NISP meramaikan percaturan layanan dompet digital dengan meluncurkan ONe Wallet. Dengan didapatnya izin dari Bank Indonesia awal Maret 2020 lalu, mereka siap bertransformasi dengan mengadopsi teknologi digital dan memanjakan para nasabahnya dengan berbagai fitur.

Pihak OCBC NISP menjelaskan kehadiran dari ONe Wallet ini sejalan dengan strategi mereka “Beyond Traditional Banking” untuk terus bertransformasi dan berinovasi.

“ONe Wallet akan kami fokuskan untuk memberi kemudahan dan kenyamanan layanan untuk nasabah payroll khususnya pada sektor riil dengan penghasilan pada kisaran UMR. Upaya ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mendorong Gerakan Nasional Non Tunai dan meningkatkan inklusi keuangan Indonesia,” papar Head of Strategy and Innovation Bank OCBC NISP Ka Jit.

Ka Jit melanjutkan bahwa ada beberapa fitur atau layanan yang menjadi unggulan dari ONe Wallet ini, antara lain terintegrasi dengan fitur perbankan korporasi untuk pendistribusian gaji karyawan, fitur transaksi sehari-hari, tarik tunai di ATM Bank OCBC NISP dan selanjutnya akan terintegrasi dengan 400 ribu merchant dan aplikasi ONe Mobile.

Siasat di tengah persaingan dompet digital

Untuk informasi, di tahun 2020 hingga saat ini BI sudah mengeluarkan izin untuk 4 penyelenggara uang atau dompet elektronik. Selain ONe Wallet juga ada AstraPay, YourPay, dan Eidupay.

Daftar penyedia dompet digital dan uang elektronik ini bisa saja semakin bertambah. Tapi pilihan masyarakat tetap akan berdasarkan pada daya guna dan kemudahan askes dari layanan tersebut.

Layanan dompet digital juga mulai akrab dengan keseharian masyarakatnya. Integrasi dengan berbagai macam merchant dan sistem membuat dompet digital menjadi pilihan banyak orang. Beberapa nama yang cukup tenar saat ini adalah GoPay, Ovo, Dana, dan LinkAja.

Dompet digital seolah menjadi salah satu teknologi yang mulai jadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia. Selain karena kemudahan yang ditawarkan juga karena integrasi dan penawaran yang beragam bisa menyajikan pilihan terbaik bagi para penggunanya.

Berlomba-lomba di ranah integrasi, inovasi, dan juga penawaran untuk akuisisi pengguna tak terelakkan lagi. Mau tidak mau, sebagai salah satu pemain baru ONe Wallet harus bergegas, baik dalam hal integrasi maupun memperkaya fitur. Salah satu yang sudah masuk dalam rencana besar ONe Wallet adalah terintegrasi dengan ONe Mobile dan juga terhubung dengan produk-produk finansial lainnya dari OCBC NISP.

“Sejalan dengan kebutuhan masyarakat yang terus berkembang, Bank OCBC NISP pun akan segera meluncurkan secara resmi dan terus mengembangkan fitur-fitur ONe Wallet, di antaranya pembayaran melalui QRIS dan penambahan variasi pembayaran tagihan yang dapat dilakukan melalui aplikasi ONe Wallet. Bank juga akan mengintegrasikan layanan ONe Wallet dengan One Mobile sehingga lebih maksimal dalam memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia,” jelas Ka Jit.

Application Information Will Show Up Here

Transformasi Digital Dorong Kolaborasi Startup dan Korporasi

Perkembangan teknologi memiliki banyak pengaruh terhadap dunia bisnis. Mulai dari usaha kecil dan menengah (UKM) hingga korporasi besar terus terdorong untuk melakukan transformasi digital dalam menjalankan usaha. Transformasi digital menjadi sesuatu yang tak terhindarkan apabila perusahaan ingin terus bertahan dalam era ekonomi digital. Kompetisi untuk memenangkan masing-masing pasar juga dapat menjadi semakin ketat dengan pemanfaatan teknologi yang dilakukan.

Adaptasi terhadap perkembangan teknologi tersebut dapat dilakukan dalam bentuk digitalisasi operasional internal perusahaan ataupun produk akhir yang bersentuhan langsung dengan konsumen. Transformasi digital yang dilakukan juga dapat membuat perusahaan menemukan inovasi-inovasi baru yang dapat memberikan dampak terhadap keberhasilan usahanya.

Perubahan Korporasi di Era Digital

Dorongan untuk melakukan transformasi digital ini juga terus diterima oleh korporasi bila tidak ingin kehilangan daya saing dan ingin mempertahankan relevansinya. Hal ini juga didukung oleh perubahan perilaku konsumen yang semakin beralih untuk melakukan transaksi digital. Sehingga, korporasi yang masih mengutamakan pelayanan dan produk secara konvensional akan mengalami kesulitan untuk terus bertahan.

Transformasi digital juga dapat memberi banyak keuntungan lain untuk korporasi selain dalam persaingan pasar. Melalui adaptasi teknologi tersebut, korporasi juga dapat meningkatkan efisiensi operasional perusahaan, penghematan biaya, dan pelayanan terhadap konsumen yang lebih baik. Selain itu, korporasi juga dapat menemukan peluang untuk menciptakan produk atau layanan baru untuk terus menjaga kelangsungan bisnisnya

Meningkatnya Pertumbuhan Startup Baru

Transformasi digital juga tidak hanya mendorong korporasi untuk mengubah operasional perusahaannya, tetapi juga ikut berperan dalam meningkatnya pertumbuhan startup-startup baru di Indonesia. Startup-startup ini muncul dengan kategori bisnis yang bervariasi seperti agrotech, edutech, healthtech, fintech, dan lain-lain. Hal ini juga membuktikan bahwa dengan adaptasi teknologi, kita bisa melihat banyak peluang untuk menciptakan produk-produk baru sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Peningkatan pertumbuhan ini juga dapat dilihat dari adanya peningkatan jumlah investasi terhadap startup-startup baru. Menurut DailySocial Startup Report 2019, ada peningkatan jumlah investasi yang dilakukan terhadap startup early stage dan pre-series A dari tahun sebelumnya. Hal ini juga dapat memperlihatkan kepercayaan investor terhadap produk atau layanan baru yang terus dihadirkan oleh startup-startup baru yang menghadirkan inovasi dari pemanfaatan kemajuan teknologi untuk masing-masing industrinya.

Peluang Kolaborasi Startup dan Korporasi

Pertumbuhan startup yang terus meningkat serta transformasi digital yang dilakukan oleh korporasi juga dapat mempertemukan keduanya untuk mencari peluang kolaborasi dalam menciptakan inovasi-inovasi baru yang saling menguntungkan. Bagi korporasi, berkolaborasi dengan startup membuat mereka dapat melihat potensi-potensi ruang bisnis baru bagi perusahaan. Selain itu, mereka juga dapat melakukan penghematan biaya bila dapat mengintegrasikan produk-produk startup tersebut untuk memenuhi kebutuhan internal maupun eksternal perusahaan.

Bagi startup sendiri, berkolaborasi dengan perusahaan juga dapat mendatangkan keuntungan dalam operasional perusahaan. Kolaborasi ini dapat membantu startup mendapatkan modal untuk mengembangkan bisnisnya serta bantuan dalam memasuki pasar yang sesuai dengan keduanya. Dengan begitu, integrasi produk melalui kolaborasi ini dapat menjadi sarana untuk saling mengatasi kebutuhan masing-masing dan menemukan peluang-peluang bisnis baru bagi startup dan korporasi.

Salah satu korporasi yang telah melihat pentingnya kolaborasi dengan startup dalam menciptakan inovasi produk baru adalah Pegadaian. Melalui kolaborasinya dengan Tokopedia, mereka dapat memberikan kemudahan bagi calon konsumen yang ingin melakukan investasi emas melalui platform online. Bagi Pegadaian sendiri, hal ini juga dapat membantu mereka memperluas segmen baru sebagai upaya menjangkau masyarakat dalam melakukan investasi emas melalui Pegadaian. Sedangkan bagi Tokopedia, kolaborasi ini juga membantu mereka meningkatkan kualitas fitur dan peningkatan jumlah pengguna.

Upaya Pegadaian dalam melakukan transformasi dengan kolaborasi ini juga diakui oleh VP of Digital Business Partnership & Development Pegadaian, Herdi Sularko. Menurutnya, saat ini sudah ada beberapa produk Pegadaian yang dapat diintegrasikan dengan startup seperti tabungan emas, pembiayaan kendaraan bermotor, dan produk cash-in cash-out yang memudahkan top-up serta penarikan uang dari dan ke e-wallet.

Saat ini Pegadaian sedang melakukan transformasi bisnis, terutama dari sisi digital capacity untuk bisa berkolaborasi dengan para startup” ujar Herdi dalam sesi Super Mentor DSLaunchpad DailySocial.

Selain itu, salah satu upaya Pegadaian dalam berkolaborasi untuk mendukung ekosistem startup teknologi juga dapat dilihat dari dukungan mereka terhadap program inkubasi startup secara online terbesar di Indonesia, DSLaunchpad. Melalui dukungan ini, Pegadaian membuka kesempatan bagi startup yang mengikuti program inkubasi tersebut untuk berkolaborasi dengan platform mereka. Hal ini juga dapat memperlihatkan bahwa pemanfaatan integrasi produk korporasi dan startup sangat terbuka luas dan dapat saling menguntungkan.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh Pegadaian

Application Information Will Show Up Here

Dampak Pandemi Covid-19, Transformasi Digital Tak Sekadar Jargon

Rabu (18/3), Ketum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan (Hippindo) Budihardjo Iduansjah menyampaikan ke media, omzet harian toko di mall turun mencapai 50%-80% seiring gerakan #DiRumahSaja yang diinisiasi untuk meminimalkan penularan Covid-19. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemilik merek, imbuhnya, mereka mengandalkan transaksi dari cabang toko yang ada di daerah (luar Jabodetabek) – mengingat banyak wilayah yang belum ketat memberlakukan anjuran untuk tidak ke luar rumah.

Sayangnya, menurut data terkini (23/3) pukul 12.00 WIB, sudah ada 514 kasus yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Beberapa pemerintah daerah pun juga sudah menganjurkan warganya untuk mengurangi aktivitas di luar rumah. Di Jawa Tengah misalnya, sekolah sudah mulai diliburkan sejak satu minggu terakhir. Beberapa kantor pemerintahan, seperti Dinas Dukcapil, menutup beberapa jenis layanan yang biasanya ramai diserbu, seperti perekaman data KTP-el.

Bukan tidak mungkin jika pusat perbelanjaan di daerah juga akan mengalami penurunan jumlah kunjungan. Poinnya, solusi yang coba diandalkan terkait skalabilitas bisnis bisa saja tidak akan bekerja seperti yang diharapkan – mengandalkan cabang toko di daerah.

Data Corona
Data sebaran virus Corona per 23 Maret 2020 pukul 12.00 WIB / Kemenkes

Tidak hanya dirasakan pebisnis ritel besar, di Blitar banyak UKM yang sudah mulai mengeluh. Kebanyakan pengusaha memproduksi jajanan untuk oleh-oleh di tempat wisata seperti untuk dipasarkan di Yogyakarta. Padahal menjelang lebaran, biasanya produksi mereka justru ditambah untuk menyambut arus mudik. Tapi sejak Februari, mereka terpaksa mengerem bisnisnya. Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Yogyakarta Bobby Ardyanto pada Rabu (11/3) mengatakan, dampak Covid-19 mengakibatkan penurunan jumlah wisatawan 30%-50%.

Harus mau bertransformasi

Perlu solusi, pasalnya sektor perdagangan menjadi yang kedua paling berkontribusi dalam perekonomian Indonesia. Hingga kuartal pertama 2019, BPS masih mencatatkan pertumbuhan 5,26% (yoy). Bisnis ini melibatkan banyak pihak, mulai dari pemain besar hingga mikro di level rumahan. Ketika terjadi pandemi, ada beberapa aspek yang bisa diperhatikan untuk memastikan proses ekonomi tetap berjalan dengan baik.

Pertama penjualan, terkait bagaimana pemilik ritel memfasilitasi konsumennya dengan kanal-kanal yang memudahkan proses pembelian. Kedua adalah logistik, tidak hanya terkait penyampaian barang ke konsumen, namun juga pada rantai pasokan bahan baku. Seperti dirasakan PT Sarimelati Kencana Tbk sebagai pemegang merek waralaba Pizza Hut di Indonesia. Direktur Jeo Sasanto menyampaikan, kini terjadi kenaikan harga baku dan pasokan yang mulai menipis.

Pendekatan digital tentu bisa memberikan solusi atas masalah tersebut, namun harus ada kemauan bisnis untuk melakukan transformasi. Saking seringnya diserukan, banyak yang menanggap transformasi digital sebagai jargon-jargon kampanye merek teknologi belaka. Padahal lebih dari itu, transformasi dapat dimaknai tentang upaya melakukan akselerasi bisnis dengan melibatkan alat-alat teknologi. Prosesnya tidak dengan menggantikan semua model bisnis manual ke digital, namun dengan mencoba melihat peluang yang dapat membantu proses bisnis tertentu dengan digital.

Misalnya dengan studi kasus bisnis niaga di atas. Transformasi bukan dengan dimaknai bahwa bisnis harus menutup unit ritel tradisional yang telah dimiliki, lalu menggantinya dengan pendekatan berbasis e-commerce. Sebaliknya, teknologi dapat dijadikan komplementer untuk memungkinkan bisnis merangkul target pasar yang lebih luas. Salah satu strateginya dengan memanfaatkan online-to-offline, misalnya merek tetap memiliki toko fisik untuk meningkatkan “presence” dan pengalaman belanja, sembari memberikan akses pembelian secara online untuk kemudahan.

Upaya tersebut akan sangat bermanfaat saat bisnis dipaksa untuk melakukan “shifting” dikarenakan keadaan darurat. Alih-alih menjadi sepi, sebagai contoh bisnis restoran, di saat “lockdown” karena pandemi bisnis bisa menggencarkan promosi layanan pesan antar melalui aplikasi online – yang menyelesaikan sekaligus dua permasalahan yang disampaikan di atas, soal kanal penjualan dan logistik. Rantai pasokan pun dapat mulai mengandalkan platform online yang bahkan bisa menghubungkan pebisnis dengan produsen bahan baku – sebut saja dengan aplikasi TaniHub untuk mendapatkan produk sayuran segar.

Beragam jajanan yang biasa dijual kalangan UKM / Unsplash
Beragam jajanan yang biasa dijual kalangan UKM / Unsplash

Untuk UKM dengan modal pas-pasan, lantas bagaimana melakukannya? Yang patut dicatat, untuk melakukan transformasi tidak melulu harus mengeluarkan biaya mahal untuk belanja infrastruktur dan/atau layanan aplikasi. Mulailah dari yang paling berdampak bagi bisnis. Ambil contoh untuk warung makan, bisa dimulai dengan mendaftarkan bisnisnya dan menu-menunya ke aplikasi seperti GrabFood, GoFood atau Traveloka Eats. Untuk bisnis lain, misalnya yang diproduksi UKM di Blitar di atas, mulai manfaatkan media sosial dan online marketplace untuk menaruh katalog produk.

Lantas apakah cukup sampai di situ? Tentu tidak. Transformasi digital membutuhkan komitmen dan keuletan. Sederhananya, online adalah sebuah pasar, di sana banyak pedagang lain yang menjajakan varian produk serupa. Sama seperti di pasar tradisional, yang perlu dilakukan pedagang adalah menawarkan produknya kepada orang yang lewat. Di online, orang bisa menawarkan melalui media sosial, menggunakan promo diskon, manfaatkan iklan berbayar dan lain sebagainya.

Yang paling menantang dari transformasi

Dengan demikian, ada empat hal yang idealnya akan didapatkan bisnis, setidaknya sebagai ukuran umum dari hasil transformasi. Yakni memastikan bisnis tetap kompetitif, menghadirkan efisiensi dalam proses bisnis, meningkatkan kepuasan pelanggan dan memudahkan pebisnis untuk mengambil  berbagai keputusan strategis.

Menurut Head of Enterprise Market KPMG Singapura Jonathan Ho, ada tiga tantangan yang paling sering dikeluhkan pelaku UKM dalam mengadopsi digital. Pertama terkait pemahaman urgensi transformasi digital itu sendiri. Transformasi digital di satu sisi bukan hanya tentang teknologi, tapi lebih tentang bagaimana bisnis bisa bersaing secara lebih intensif dalam perkembangan yang ada saat ini. Pebisnis sering membuat persepsi bahwa digitalisasi adalah soal biaya operasional yang bertambah, padahal jika diaplikasikan justru sebaliknya, teknologi menekan biaya di banyak aspek.

Kedua adalah minimnya pengetahuan mengenai keterampilan digital yang relevan dengan bisnis. Faktanya tidak semua bisnis membutuhkan situs web, beberapa hanya perlu melakukan promosi melalui kanal yang sesuai. Pemahaman yang kurang sering kali membuat keputusan transformasi digital yang diambil kurang sesuai dengan kebutuhan bisnis itu sendiri. Selai membuang-buang waktu, mungkin banyak investasi yang dikucurkan pada akhirnya akan menjadi sia-sia. Kadang yang dibutuhkan hanya mulai menjual secara gratis melalui platform marketplace saja.

Dan yang ketiga, pebisnis kadang merasa “insecure” dengan dunia digital. Misalnya mereka takut apakah nantinya pembayaran akan ditunaikan dengan mulus – misalnya beberapa marketplace menahan pembayaran sampai produk benar-benar di tangan atau memaksa pebisnis menggunakan layanan e-wallet yang terintegrasi. Atau kekhawatiran lain, misalnya takut ide produknya direplikasi orang lain karena banyak dipublikasikan di media sosial. Memang, seluruh kemungkinan buruk itu bisa saja terjadi, namun skeptisme berlebih kadang justru membuat bisnis tidak ke mana-mana, tidak mau bertransformasi.

Sehingga poin penting yang tak boleh luput dari upaya melakukan transformasi, membetulkan pola pikir pebisnisnya itu sendiri. Selain itu, momen “musibah” pandemi Covid-19 kini menjadi pelajaran penting. Bahwa transformasi digital di masa sekarang adalah kebutuhan.

OCBC NISP Ventura Siapkan 400 Miliar Rupiah untuk Berinvestasi di Startup Fintech, Proptech hingga Edutech

Tantangan disrupsi digital menginspirasi Bank OCBC NISP meluncurkan strategi beyond banking melalui pembentukan  corporate venture capital  (CVC). Bernama “OCBC NISP Ventura”, unit investasi tersebut debut bersama dengan perolehan izin beroperasi dari OJK per Januari 2020.

Kepada DailySocial, Head of Strategy & Innovation OCBC NISP Ka Jit menjelaskan, tujuan pembentukan CVC ini adalah menciptakan ekosistem digital yang mampu menggerakkan transformasi sektor perbankan.

“Kami mendirikan OCBC NISP Ventura untuk menciptakan nilai transformatif dengan memanfaatkan potensi semangat kewirausahaan dan startup di Indonesia dengan jaringan perbankan yang luas untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang terus berkembang,” ujar Ka Jit.

Saat ini situs ocbcnispventura.com tengah dalam persiapan, sebagai kanal informasi terpusat dari unit ventura. Sementara tim internal sudah mulai bekerja, termasuk melakukan analisis mengenai startup potensial yang akan diinvestasi.

“Rekan-rekan founder dapat mengirimkan proposal (pitch-deck) melalui email [email protected],” terangnya.

Siapkan dana 400 miliar Rupiah

Perusahaan juga telah menunjuk Darryl Ratulangi sebagai Managing Director yang akan bertanggung jawab mengemban visi OCBC NISP Ventura. Manajemen bank akan turut serta dalam fungsi pengawasan jalannya perusahaan dengan menempatkan beberapa anggota manajemen sebagai komisaris.

“Sejalan dengan komitmen untuk mengembangkan ekosistem digital di Indonesia, OCBC NISP Ventura akan fokus pada UKM dan startup teknologi yang bergerak di industri pembiayaan bisnis, fintech, properti (proptech), logistik, media, kesehatan (healthtech), pendidikan (edutech), data analisis, e-commerce dan on-demand,” jelas Ka Jit.

Dana senilai 400 miliar Rupiah juga telah disiapkan sebagai modal dasar, dengan kepemilikan 99,9% oleh Bank OCBC NISP. Selain berinvestasi, beberapa program yang akan dijalankan termasuk inkubasi startup dan kemitraan strategis. Di fase awal, perusahaan targetkan bisa membina pengembang solusi digital yang mampu meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia.

Perkembangan CVC di Indonesia

Terminologi disrupsi yang santer digaungkan sejak pertengahan dekade terakhir membuat pengembangan CVC di Indonesia cukup kencang. Ini menjadi strategi multi-guna. Selain memberikan peluang keuntungan melalui model bisnis ventura seperti “exit”, juga membuka peluang korporasi untuk menjalin kemitraan strategis dengan startup pengembang platform digital inovatif.

Berdasarkan catatan tim DSResearch per Desember 2019, berikut ini daftar CVC di Indonesia beserta startup binaannya:

Daftar CVC di Indonesia

Dan berikut ini daftar torehan “exit” pemodal ventura lokal sepanjang tahun 2019. CVC milik Telkom Group pimpin perolehan, melalui aksi korporasi akuisisi dan IPO:

Telkomsel Perkenalkan Layanan Seluler berbasis Aplikasi “by.U” sebagai Upaya Bertransformasi Digital

Telkomsel resmi memperkenalkan produk terbarunya “by.U” yang diklaim sebagai layanan seluler berbasis digital pertama di Indonesia. Disebut digital karena seluruh aktivitas pembelian hingga pemakaian sepenuhnya dilakukan melalui aplikasi.

Layanan prabayar by.U membidik generasi Z yang saat ini dianggap sudah melek digital alias digital savvy. Segmen tersebut umumnya sangat mengandalkan smartphone dalam menjalankan aktivitas.

Direktur Utama Telkomsel Emma Sri Hartini mengungkapkan bahwa peluncuran by.U merupakan salah satu upaya perusahaan untuk bertransformasi di era digital. Ini menjadi gebrakan inovasi Telkomsel di industri seluler yang selama ini perkembangannya mulai stagnan.

Maka itu, ungkap Emma, layanan by.U sengaja dibuat untuk membidik segmen pasar yang tidak bisa tercapai dengan produk-produk yang sudah ada, yakni simPATI, AS, dan Loop. Pasalnya, belum seluruhnya masyarakat Indonesia dan pelanggan Telkomsel sudah melek digital.

“Telkomsel sudah 24 tahun berdiri dan sudah dipandang sebagai brand lama. Makanya kami launch by.U untuk merangkul generasi muda yang mana secara ekosistem sudah siap. Jadi produk ini tidak akan menganibalisasi produk existing kami yang sudah kuat posisinya,” papar Emma di acara peluncuran by.U di Jakarta, Kamis (11/10/2019).

Layanan seluler serba digital

“Gen Z itu tidak mau diatur produknya, mereka tidak product-driven. Berbeda dengan selama ini produk-produk yang sudah ada di-drive oleh operator. Nah, by.U ini bisa dikustomisasi sesuai kebutuhan pengguna,” papar Emma.

DailySocial sempat menyaksikan rekan mendaftar sebagai pelanggan by.U. Diawali sign up dengan akun Google atau Facebook, pemilihan nomor, pengiriman starter pack, pembayaran, hingga registrasi kartu seluruhnya dilakukan via aplikasi. Pengalamannya sangat seamless dengan User Interface (UI) yang simple.

Metode pembayaran yang tersedia di aplikasi by.U
Metode pembayaran yang tersedia di aplikasi by.U

Perlu diketahui, lewat aplikasi ini, kita dapat memilih nomor sendiri. Kartu SIM dapat dikirim ke rumah atau diambil sendiri. Metode pembayarannya bisa melalui LinkAja, GoPay, Virtual Account, serta kartu kredit/debit. Untuk registrasi, pengguna tinggal scan KTP atau KK saja.

Uniknya, pengguna by.U tak hanya bisa memilih nomor sendiri, tetapi juga paket kuota (disebut topping) yang akan dibeli berdasarkan aplikasi yang digunakan. Misalnya, topping Instagram 3GB/30 hari seharga Rp12.500 atau WhatsApp 2GB/30 hari seharga Rp8.500.

Demi meniadakan keterlibatan manusia, Telkomsel juga mengembangkan chatbot sendiri bernama Nindy yang dapat diakses sendiri di dalam aplikasi. Chatbot ini akan menggantikan peran customer service.

Saat ini by.U baru diluncurkan di beberapa wilayah di Pulau Jawa, seperti Depok, Sukabumi, Cianjur, dan Bogor. Ketersediaan by.U akan menyusul di seluruh wilayah Indonesia yang ekosistem digitalnya sudah kuat. Aplikasinya juga akan tersedia untuk publik di Android dalam waktu dekat.

Sebagaimana disampaikan di awal, kehadiran by.U menjadi salah satu strategi utama Telkomsel dalam melakukan transformasi digital. Emma mengungkap bahwa by.U dikembangkan secara agile dengan membentuk tim dan divisi tersendiri di Telkomsel.

Bahkan sebelum layanan ini resmi diperkenalkan, by.U sudah lebih dulu melalui uji coba pasar dengan menggunakan nama “hup” untuk versi beta.

Pada kesempatan sama, Tribe Leader Smart Attacker Telkomsel Trio Y G Lumbantoruan menambahkan bahwa pengembangan by.U akan terus dilakukan. “Ya seperti MVP, perlahan-lahan fiturnya akan ditambahkan sesuai dengan kebutuhan pasar.”

BTN Resmi Akuisisi Modal Ventura Milik Anak Usaha Pelat Merah

Bank Tabungan Negara (BTN) resmi mengakuisisi perusahaan modal ventura (PMV) untuk dukung bisnis utama perseroan di bidang pembiayaan perumahan. Perseroan akan meminta persetujuan kepada OJK untuk merealisasikan rencana tersebut.

Keputusan ini diambil setelah perseroan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diselenggarakan hari ini (29/8). Dalam RUPS juga dibahas mengenai evaluasi kerja sepanjang semester I/2019 dan perubahan struktur manajemen perseroan.

“Kami akan menindaklanjuti persetujuan RUPSLB hari ini tentang akuisisi PMV untuk kemudian kami mohonkan persetujuan kepada OJK, supaya dapat ditindaklanjuti sebagai langkah strategis bisnis yang dilakukan perseroan dalam pengembangan bisnis,” ucap Corporate Secretary BTN Achmad Chaerul dalam keterangan resmi.

BTN mengakuisisi PT Sarana Papua Ventura (SPV), anak usaha PT Bahana Artha Ventura (BAV), yang merupakan anak usaha PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero). Pemilihan ini sekaligus diharapkan menjadi sinergi BUMN yang diamanatkan oleh Kementerian BUMN.

BAV sendiri punya anak usaha PT Sarana Nusa Tenggara Timur Ventura yang sudah diakuisisi saham mayoritasnya oleh BRI. Kini di-rebranding menjadi BRI Ventures dan dinakhodai oleh Nicko Widjaja, yang sebelumnya memimpin PMV milik Telkom, MDI Ventures.

Perseroan telah menyiapkan anggaran untuk mengambilalih saham SPV. Dana tersebut akan digunakan sebagai penyertaan modal dan pengembangan bisnis PMV dalam jumlah sebanyak-banyaknya 90% yang akan dilaksanakan secara bertahap.

Menurut Chaerul, pengelolaan PMV akan tetap fokus untuk mendukung bisnis utama perseroan di bidang pembiayaan perumahan dan meningkatkan pendapatan non-bunga, sehingga dapat memperkuat pertumbuhan kredit dan laba perseroan.

Masuknya BTN, tentunya meramaikan peta persaingan perusahaan bank pelat merah yang ramai kini memiliki CVC sendiri. Dari empat bank pelat merah, tinggal BNI saja yang belum resmi.

Pihak BNI sudah berkoar-koar mengungkapkan wacana ini sejak tahun lalu. Pemberitaan terakhir mengatakan BNI akan mengumumkannya pada akhir tahun 2019. Belum diputuskan apakah akan membentuk baru atau akuisisi yang sudah. BNI menyiapkan anggaran Rp600 miliar hingga Rp700 miliar untuk aksi korporasi ini.

Keseluruhan rencana perbankan untuk akuisisi modal ventura ini, salah satunya adalah mempertahankan kepemilikan saham di Finarya (LinkAja) agar tidak terdilusi.

Sri Widowati Ditunjuk Jadi Chief Digital Transformation di Unilever Indonesia

Hari ini (05/4) Unilever Indonesia mengumumkan penunjukkan Sri Widowati sebagai Chief Digital Transformation and Growth Officer. Sebelumnya Wido dikenal sebagai Country Director Facebook Indonesia. Jabatan yang diduduki Wido ini juga baru ada tahun ini, setelah Unilever beroperasi selama 86 tahun di Indonesia.

Dalam sambutannya Presiden Direktur Unilever Indonesia Hemant Bakshi menyampaikan bahwa transformasi digital merupakan salah satu agenda utama Unilever untuk mempertahankan keunggulan bisnis agar tetap menang di masa mendatang. Ia juga mengungkapkan salah satu tren yang paling nyata dalam beberapa tahun terakhir adalah pergeseran perilaku dan gaya hidup konsumen yang semakin modern.

Chief Digital Transformation and Growth Officer akan memiliki peran strategis dalam menciptakan strategi yang transformatif, disruptif dan tepat sasaran bagi setiap segmen konsumen. Wido juga akan fokus pada pengelolaan digital hub, consumer and market intelligence.

“Pengalaman Wido selama lebih dari 20 tahun di dunia marketing, ditambah peran pentingnya di industri digital beberapa tahun belakangan ini tentu dapat membawa inovasi bagi Unilever Indonesia. Saya optimis bahwa Wido merupakan sosok yang tepat untuk memimpin perjalanan transformasi digital kami,” sambut Hemant.

BCA Resmikan Layanan Pembayaran Online “OneKlik”

BCA meresmikan kehadiran OneKlik sebagai solusi pembayaran online di aplikasi merchant. Sebelumnya layanan ini sudah hadir secara pilot sejak awal 2018 dengan menggandeng Blibli.

“Sekarang minat masyarakat sangat tinggi untuk belanja online, melalui inovasi terbaru kami OneKlik, kami yakini dapat menambah kenyamanan masyarakat dalam melakukan pembayaran belanja online,” terang Wakil Presiden Direktur BCA Armand Hartono, Rabu (9/1).

Menurutnya, OneKlik adalah inovasi berbasis Application Programming Interface (API) yang melengkapi fitur API BCA lainnya, seperti online transfer, informasi saldo, mutasi rekening, virtual account, dan lainnya.

Sejak diluncurkan pada awal 2017, API BCA diklaim telah dimanfaatkan sekitar 400 nasabah bisnis dengan mayoritas penggunanya bergerak di bidang fintech dan e-commerce.

Perusahaan akan memfokuskan nasabah bisnis dengan transaksi tinggi sebagai mitra OneKlik untuk tahap awal. Saat ini baru ada empat mitra, yakni Shopee, Bukalapak, Blibli, dan Go-Pay.

“Kami mau sasar mitra dengan transaksi [menggunakan BCA] yang tertinggi untuk tahap awal,” tambah Direktur BCA Henry Koenaifi.

Henry enggan membeberkan lebih detail terkait target pendapatan yang bisa diraup perusahaan lewat kehadiran layanan teranyarnya ini.

OneKlik merupakan solusi yang memungkinkan nasabah membayar di merchant dalam satu kali klik. Nasabah cukup registrasi sumber dana dari kartu debit BCA, menentukan limit belanja harian (saat ini maksimal Rp1 juta), dan memasukkan OTP.

Setelahnya, OneKlik dapat langsung digunakan untuk bayar belanja. Saat hendak membayar, nasabah tidak perlu memasukkan kembali kode OTP. Begitu masuk ke layar pembayaran, pilih OneKlik, dan transaksi selesai.

Kendati sudah tidak butuh OTP, BCA menjamin keamanan OneKlik sudah berlapis. Satu sumber dana hanya dapat terhubung ke satu aplikasi merchant, dan satu akun merchant hanya dapat terhubung ke satu sumber dana.

Pun dari sisi limit harian transaksi juga dibatasi demi mencegah dampak yang terlalu dalam, serta menjaga akun dari penyalahgunaan pihak yang tidak bertanggung jawab.

Dalam kesempatan yang sama, turut hadir CEO Shopee Chris Feng. Dia menerangkan inovasi OneKlik adalah bentuk komitmen perusahaan untuk meningkatkan platform dengan terus berinovasi untuk memenuhi kebutuhan para pengguna. Termasuk memperkuat kerja sama dengan mitra untuk menawarkan berbagai opsi pembayaran.

“Shopee menyambut baik kolaborasi bersama dengan BCA dalam peluncuran metode pembayaran terbaru melalui OneKlik. Kami menantikan kerja sama berikutnya dalam menyediakan lebih banyak pilihan serta kemudahan berbelanja bagi pengguna Shopee,” ujar Chris.