Berdayakan Komunitas Ibu, Orami Resmikan Platform Social Commerce “IbuSibuk”

Platform digital parenting Orami meresmikan kehadiran platform social commerce “IbuSibuk” dalam rangka pemberdayaan komunitas di kalangan ibu. Langkah tersebut, menjadi alternatif bagi para ibu untuk meraup penghasilan tambahan, juga pelatihan eksklusif berkaitan dengan pengembangan diri dan menjadi influencer profesional.

Dalam keterangan resmi, Head of Business Development Orami (bagian dari SIRCLO Group) Raymond Wirya Santosa menuturkan, membesarkan komunitas momfluencers menjadi salah satu fokus utama IbuSibuk setelah perusahaan mengamati tren menarik yang ada di komunitas ibu Orami. Semua anggota komunitas ini sangat aktif di media sosial, sehingga menjadikan mereka sosok yang sangat influential.

“Kami melihat potensi bahwa media sosial yang digunakan para ibu ini bisa menjadi hal yang produktif. Hipotesis ini terbukti dengan pertumbuhan pesat komunitas IbuSibuk dan disambut juga dengan ratusan brand yang telah menggunakan jasa IbuSibuk untuk membantu pertumbuhan bisnisnya. Adanya simbiosis mutualisme ini yang kami harap dapat membuat IbuSibuk untuk terus memberikan manfaat bagi para ibu maupun brand dari berbagai skala,” kata Raymond, Rabu (25/5).

Tampilan fitur dan layanan IbuSibuk di aplikasi Orami

IbuSibuk merupakan program pemberdayaan ekonomi ibu yang menghubungkan mereka dengan berbagai brand untuk berkolaborasi di berbagai macam program social commerce, baik sebagai nano-influencers, maupun reseller. Anggota tidak hanya diberi akses ke berbagai kampanye dari brand, tetapi juga mendapatkan pelatihan eksklusif yang berkaitan dengan pengembangan diri dan pelatihan untuk menjadi influencer profesional.

Platform tersebut juga memfasilitasi anggota untuk mengembangkan diri dan membangun koneksi dengan komunitas sesama ibu. Beberapa kelas eksklusif hingga sesi webinar telah secara rutin diselenggarakan dengan membahas berbagai topik terkini seputar parenting, manajemen waktu, personal branding, serta berbagai topik yang mendukung Ibu untuk menjadi influencer yang semakin andal.

Sejatinya platform yang sudah dirilis kurang lebih selama satu tahun ini mengklaim telah memiliki lebih dari 50 ribu anggota di seluruh Indonesia. Sebanyak 60% dari anggota ini datang dari wilayah Jabodetabek dan sisanya tersebar di 75 kota di tanah air. Selain itu, mayoritas anggota IbuSibuk adalah ibu rumah tangga yang kini punya penghasilan tambahan. Dengan prospek yang masih cerah, ditargetkan anggota IbuSibuk dapat mencapai 100 ribu pada akhir tahun ini.

Untuk selanjutnya, IbuSibuk akan dilengkapi dengan fitur terbaru, yakni “IbuSibuk Reseller”, memungkinkan anggota tidak hanya berpartisipasi di berbagai kampanye brand, namun juga memperoleh penghasilan tambahan dari rumah dengan menjadi reseller.

Hingga saat ini, terdapat lebih dari 200 brand yang bekerja sama dengan IbuSibuk, baik dari segmen multi-nasional maupun UMKM. Lalu, ada lebih dari 1.500 kampanye influencers yang telah berjalan di platform dalam kurun waktu enam bulan. “Hal ini membuktikan bahwa strategi pemasaran dengan menggunakan nano-influencers sangat menarik bagi pemilik usaha sebagai salah satu cara meningkatkan awareness terhadap produk mereka.”

Potensi momfluencers

Proses pembuatan konten promosi yang dilakukan oleh salah satu anggota IbuSibuk / Orami

Generasi Ibu Indonesia saat ini juga terkenal sangat sosial dan aktif terhubung dengan komunitas. Mereka tidak hanya menjalin koneksi dengan sesama Ibu tetapi juga mampu saling memberikan opini dan rekomendasi terkait berbagai produk kebutuhan rumah tangga dan pengasuhan.

Hal tersebut sejalan dengan temuan yang dikutip dari Weber Shandwick. Disebutkan bahwa sebanyak 55% Ibu masa kini mengaku sering dimintai pendapat tentang keputusan pembelian orang lain. Mereka juga secara aktif rutin membagikan rekomendasi produk ataupun layanan ke orang-orang di sekitar mereka.

Alhasil, tak heran bila konsep social commerce ini tepat untuk segmen ibu, terutama ibu rumah tangga. Sebab, social commerce mampu menjembatani para ibu untuk menggunakan platform e-commerce tidak hanya untuk belanja, tapi juga meraup penghasilan tambahan dengan menjadi agen pemasaran.

Alternatif pemasaran ini, tentunya menjadi angin segar bagi brand dari berbagai skala. Dengan menyuguhkan pengalaman sosial yang berbeda dari sebelumnya, social commerce memungkinkan brand untuk menjangkau konsumen secara lebih luas. Accenture juga mencatatkan bagaimana sarana berbelanja ini turut membuka peluang bagi brand untuk mengembangkan pengalaman dan terhubung dengan pelanggan secara baru, berkat keterlibatan influencer dan kreator ke dalam prosesnya.

Application Information Will Show Up Here

Platform Marketplace Sneaker “Novelship” Terima Pendanaan Seri A 146 Miliar Rupiah

Platform marketplace sneaker dan apparel autentik Novelship menerima pendanaan seri A bernilai mendekati $10 juta atau sebesar 146 miliar Rupiah yang dipimpin oleh GSR Ventures dan East Ventures. Selain itu turut berpartisipasi K3 Ventures dan iGlobe Partners. Dana segar akan digunakan untuk memperkuat posisinya di kawasan regional dan global.

Berdiri di tahun 2018, Novelship merupakan marketplace untuk produk fashion dengan edisi terbatas, seperti sepatu sneaker, pakaian streetwear, dan berbagai koleksi lain. Novelship melakukan kurasi untuk memastikan autentikasi barang di setiap koleksinya. Beberapa merek yang dijual di antaranya adalah Nike, Air Jordan, Yeezy, Supreme, dan Kaws.

Co-Founder & CEO Novelship Richard Xia mengatakan bahwa potensi pasar produk sneaker dan streetwear sangat besar, terutama pertumbuhan penjualan yang didominasi oleh gen Z. Di samping itu, street culture memiliki basis komunitas yang loyal dan peluangnya terbilang langka di segmen ritel. Ia memperkirakan pasar sneaker dan streetwear di Asia Pasifik bernilai $33 miliar, utamanya pertumbuhan ini tercapai selama masa pandemi.

Untuk itu, pendanaan ini akan digunakan untuk mempercepat ekspansi sehingga posisinya dapat memenangkan pasar, tak hanya di Asia, tetapi juga dunia. Saat ini, Novelship masih akan fokus memperkuat pasarnya di Asia sebelum ekspansi ke kawasan lain. Dengan kehadirannya di Singapura, Malaysia, Indonesia, Australia, Selandia Baru, dan Taiwan, pihaknya menargetkan dapat memimpin negara-negara tersebut.

“Pengalaman mendalam, wawasan tentang e-commerce, dan koneksi luas dari para investor dan mentor terbaik kami di kawasan ini dapat membantu Novelship untuk melayani lebih banyak pelanggan di seluruh Asia Pasifik dan dunia,” ungkap Xia dalam keterangan resminya.

Sementara itu, Managing Partner East Ventures Willson Cuaca meyakini seiring berkembangnya budaya sneaker di Asia, Novelship berada di posisi yang tepat untuk memberikan pengaruh nyata di pasar ini.

“Novelship juga dapat menjadi salah satu marketplace paling populer di kalangan Gen Z. Kami percaya pada para pendiri untuk membawa Novelship pada fase pertumbuhan selanjutnya,” tambah Willson.

Uji coba pembayaran dengan kripto

Partner di GSR Ventures Jefferson Chen meyakini Novelship mengembangkan platform unik yang berpotensi menjadi one-stop marketplace untuk memenuhi kebutuhan konsumen, terutama generasi Z, baik secara fisik maupun virtual. 

Menurut Richard Xia, pihaknya tengah menyiapkan sejumlah rencana ekspansi, seperti memperkenalkan metode pembayaran dengan cryptocurrency (kripto), menambah kemitraan dengan merek sneaker atau apparel lain, dan mengeksplorasi integrasi metaverse di dunia ritel.

Pihaknya telah melakukan uji coba pembayaran cryptocurrency sehingga dapat melayani lebih banyak pelanggan bernilai tinggi. Dengan uji coba ini, Novelship mencatat peningkatan nilai pesanan rata-rata per pelanggan. Salah satunya, sepatu sneaker seharga lebih dari $200 ribu telah dibeli dengan pembayaran token digital.

“Kami selalu mendengarkan para pelanggan kami dan berusaha untuk memberikan pengalaman pelanggan yang luar biasa,” tutur Xia.

Adapun di sepanjang 2021, Novelship menyebut telah mengantongi pertumbuhan volume penjualan sebesar 5,3 kali dan telah melayani konsumen di seluruh Asia Pasifik (APAC).

Application Information Will Show Up Here

Bibit Kantongi Dana Segar Lebih dari 1,1 Triliun Rupiah Dipimpin GIC

Platform wealthtech Bibit mengumumkan telah meraih pendanaan sebesar lebih dari $80 juta (lebih dari 1,1 triliun Rupiah) dalam putaran yang dipimpin GIC Private Limited (GIC). Putaran ini diikuti pula oleh Prosus Ventures dan investor lain yang sebelumnya telah mendukung Bibit.

Sebelumnya, kabar mengenai masuknya GIC ke Bibit sudah tercium sejak Februari 2022. GIC merupakan lembaga dana investasi pemerintah Singapura. Bukalapak dan Bank Jago adalah salah satu portofolionya di Indonesia.

Bibit akan memanfaatkan dana segar untuk meluncurkan produk dan layanan baru, mengembangkan teknologi, merekrut talenta terbaik, serta memperkuat program edukasi demi meningkatkan penetrasi investasi yang tengah marak di Indonesia.

Co-founder & CEO Bibit Sigit Kouwagam mengatakan, pihaknya percaya bahwa setiap orang berhak atas masa depan yang lebih baik. Bibit hadir untuk membantu masyarakat Indonesia berpartisipasi di pasar modal, serta mencapai tujuan keuangan mereka dengan cara-cara investasi yang benar.

“Kami merasa sangat antusias menyambut GIC sebagai investor baru kami dan sangat senang atas para mitra investor yang selama ini mendukung kami untuk mengakselerasi misi ini,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (25/5).

Bibit mengawali kiprahnya pada awal 2019 pasca diakuisisi Stockbit, layanan bagi investor untuk berbagi ide mengenai investasi saham, berita, dan informasi secara real-time. Platform Bibit didesain sebagai “robo-advisor” reksa dana di Indonesia, membantu investor memiliki portofolio sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi. Dari data yang diberikan, 90% pengguna Bibit merupakan investor milenial yang sebelumnya tidak berpengalaman terkait investasi.

Diklaim, saat ini, Bibit telah membantu jutaan investor, yang sebagian besar merupakan generasi milenial dan investor pemula, di 500 kota di Indonesia untuk membangun portofolio investasi berdasarkan profil risiko dan tujuan keuangan mereka dengan cara-cara yang aman, sederhana, dan mudah.

Selama setahun terakhir, perusahaan telah mencatat beberapa pencapaian, di antaranya peluncuran Stockbit Sekuritas, fitur e-IPO yang memungkinkan pengguna berpartisipasi dalam proses IPO yang 100% online. Selain itu juga ada peresmian Stockbit Academy sebagai sarana masyarakat belajar saham secara gratis dari para financial mentor yang sudah berpengalaman. Serta, ditunjuk oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia sebagai Mitra Distribusi (Midis) Penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di awal 2022.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor reksa dana di Indonesia tumbuh sebesar 80,3% (YoY) dari 4,41 juta investor di bulan April 2021 menjadi 7,95 juta di bulan April 2022.

Sementara itu, pada periode yang sama, jumlah investor saham meningkat 66,7% (YoY) dan telah menyentuh angka 3,83 juta investor. Pertumbuhan disokong oleh melesatnya jumlah investor ritel. Lebih dari separuh investor ini diklaim menggunakan Bibit dan Stockbit sebagai aplikasi investasi. Terlepas dari pertumbuhan yang signifikan, perlu dicatat bahwa jumlah masyarakat yang berinvestasi di pasar modal masih berada di bawah angka 4% dari total populasi.

Kompetitor terdekatnya, Pluang, sebelumnya mengumumkan perolehan pendanaan pada awal tahun ini sebesar $55 juta yang dipimpin Accel. Kemudian diikuti jajaran investor lainnya, di antaranya Trung Nguyen, Andy Ho, Aleksander Leonard Larsen, dan Jeffrey Zirlin (pendiri Axie Infinity), BRI Ventures, Gold House, beserta investor sebelumnya yang terdiri dari Square Peg, Go-Ventures, UOB Venture Management, dan Openspace Ventures, dan lainnya.

Selain itu ada juga Ajaib yang sudah resmi menjadi unicorn setelah menutup putaran pendanaan seri B $153 juta.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Telkomsel Hadirkan tSurvey, Platform Survei Digital dengan Pemanfaatan Data Telko

Telkomsel memperluas portofolio bisnis layanan digital dengan meluncurkan platform tSurvey.id. Ini adalah platform survei digital yang menawarkan solusi bagi seluruh kebutuhan riset pelanggan, baik dalam lingkup akademik, komersial lintas industri, sosial, maupun keperluan riset lainnya secara luas.

Solusi ini beririsan langsung dengan apa yang ditawarkan oleh JakPat, Populix, dan beberapa platform lainnya. Kapabilitas platform tSurvey ini diperkaya dengan data insight telco, sehingga memiliki beberapa keunggulan, mulai dari jangkauan basis responden yang luas, fitur respondent targeting dengan profil yang akurat, keluaran hasil yang lebih cepat, dan fitur manajemen survei yang user friendly.

Direktur Planning and Transformation Telkomsel Wong Soon Nam menuturkan, peluncuran platform ini merupakan bentuk nyata komitmen perusahaan dalam melanjutkan positioning sebagai digital ecosystem enabler dengan melahirkan inovasi dan teknologi terdepan.

“Juga bagian dari upaya kami untuk membantu dan memfasilitasi berbagai pemangku kepentingan, baik akademisi, profesional, LSM, dan lainnya dalam membuka lebih banyak peluang kemajuan dengan mendorong penguatan kultur pengambilan keputusan berbasis data,” ujar Nam saat konferensi pers virtual, Selasa (24/5).

tSurvey hadir sebagai hasil dari program inkubasi internal Telkomsel InnoXtion (kini Telkomsel TINC Polaris) yang bertujuan mendukung terciptanya data-driven decision-making culture.

Telkomsel sendiri memiliki basis pengguna yang besar mencapai 170 juta orang se-Indonesia. Terdapat pula data internet, suara, SMS yang dapat diutilisasi menjadi insight baru buat perusahaan dalam mengambil keputusan bisnis, terutama yang sangat mengedepankan aspek konsumer.

Sejak tahun lalu, unit bisnis Data Solution Group Telkomsel melakukan berbagai pengembangan berkelanjutan guna memastikan tSurvey menjadi platform survei digital dengan kapabilitas unggul di pasar industri market research. Kemudian, pada bulan Desember 2021 tSurvey mulai diutilitasi secara komersial dan melayani kebutuhan riset pasar bagi sejumlah perusahaan di lintas industri, seperti ride hailing, e-commerce, dan FMCG.

Salah satu pengguna tSurvey adalah Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LM FEB UI) untuk pelaksanaan studi dan penyusunan laporan tahunan bertajuk “2022 Consumer Insight Report” untuk mengetahui perilaku konsumsi masyarakat Indonesia dari berbagai aspek. Dalam proses penyusunannya, tSurvey mampu mengumpulkan 1.500 responden se-Indonesia dalam waktu satu hari. Umumnya, dengan kuantitas tersebut membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

“Pengguna dapat menentukan sendiri respondennya, bisa berdasarkan behaviour, konsumsi penggunaan datanya, dan sebagainya sehingga hasilnya dapat lebih akurat. Juga tidak ada batasan maksimal responden,” tambah VP Data Solutions Telkomsel Mia Melinda.

Kompetitornya di pasar

Kehadiran tSurvey tentunya meramaikan platform survei digital di Indonesia, sebelumnya dihuni oleh Populix dan JakPat. Sejak tahun lalu, Populix memperbarui layanan “Populix for Business” dengan meningkatkan UI/UX guna memudahkan klien memperoleh banyak informasi tentang proyek riset yang mereka lakukan.

Melalui aplikasi baru tersebut, Populix memiliki ambisi untuk menjadi “toko serba ada” bagi bisnis dalam melakukan berbagai penelitian dan mendapatkan wawasan konsumen. Untuk mendukung pengumpulan data, aplikasi Populix kini dapat mengenali tagihan (misalnya dari pembelian di e-commerce) responden dengan teknologi optical character recognition atau pemindaian nota lewat kamera, dinilai akurasinya sampai 93%.

Konsep pengumpulan data melalui nota pembelian ini bukan hal baru, sebelumnya ada startup Pomona yang lakukan hal serupa untuk membantu brand memahami pelanggannya.

Tidak hanya Populix, layanan serupa juga disuguhkan startup asal Yogyakarta bernama Jakpat. Menggunakan aplikasi dan pendekatan gamifikasi, mereka mengajak masyarakat umum menjadi responden sebuah survei yang sesuai dengan kriteria/profilnya.

SwipeRx Tutup Pendanaan Seri B 396 Miliar Rupiah, Siap Akselerasi Bisnisnya di Indonesia

SwipeRx (sebelumnya bernama mClinica Pharmacy Solutions) mengumumkan pendanaan seri B sebesar $27 juta atau sebesar 396 miliar Rupiah dalam bentuk ekuitas dan pinjaman. Pendanaan ini dipimpin oleh MDI Ventures serta partisipasi dari Bill & Melinda Gates Foundation, Johnson & Johnson Impact Ventures, Susquehanna International Group (SIG), dan sejumlah investor terdahulu.

Rilis ini sekaligus mengonfirmasi pemberitaan kami pada Desember 2021 lalu. MDI sendiri sudah mendukung mClinica sejak pendanaan awal mereka di tahun 2014, kemudian masuk ke pendanaan lanjutan di tahun 2017. Sementara layanan SwipeRx juga sudah mulai debut di Indonesia sejak tahun 2017.

Disampaikan oleh Founder & CEO SwipeRx Farouk Meralli, dana segar yang didapat akan digunakan untuk mengakselerasi pertumbuhan bisnis mereka di Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Rencananya SwipeRx akan menambah jaringan apotek, memperluas layanan logistik kesehatan untuk memenuhi kebutuhan B2B, hingga menambah jumlah talenta baru.

Selain itu, SwipeRx juga fokus untuk memperluas basis komunitas dan solusi pengadaan stok obat-obatan untuk apotek di Asia Tenggara.

“Kami ingin merealisasikan visi kami untuk membangun jaringan farmasi terbesar di Asia Tenggara dalam beberapa tahun terakhir. Pendanaan ini memperkuat komitmen kami untuk mendisrupsi dan mendukung sektor farmasi yang sangat tersegmentasi agar dapat meningkatkan layanan kesehatan publik,” ujar Meralli dalam keterangannya resmi.

Sementara itu, CEO MDI Ventures Donald Wihardja menambahkan bahwa SwipeRx memiliki potensi besar untuk dapat menjawab tantangan di industri farmasi dengan menghubungkan berbagai pengusaha/pemilik apotek dalam satu platform.

“Perusahaan farmasi dapat memanfaatkan sistem pembelian ritel, kapasitas logistik bertaraf nasional, opsi pembiayaan usaha, dan platform B2B yang terintegrasi sebagai keunggulan layanan SwipeRx,” tuturnya.

SwipeRx merupakan platform farmasi asal Singapura yang didirikan oleh Farouk Meralli, veteran di industri kesehatan masyarakat dan farmasi. Dengan pengalamannya, Meralli berupaya membawa SwipeRx sebagai aplikasi all-in-one B2B commerce dan komunitas para ahli farmasi terbesar di Asia Tenggara.

SwipeRx menghadirkan fitur untuk meningkatkan kapasitas manajemen apotek dan menjadikan jalan satu pintu untuk berbagai keperluan, mulai dari edukasi, pembelian, hingga pembiayaan inventaris. Layanan ini memungkinkan para pemilik apotek kecil untuk meningkatkan kapasitas, ketersediaan, dan keterjangkauan obat, hingga mengakses opsi pendanaan usaha.

Melalui forum online, pengguna SwipeRx dapat terhubung untuk saling berkomunikasi maupun memperoleh edukasi dan informasi tentang obat-obatan melalui platform. Selain itu, pengguna juga dapat bergabung dalam jaringan pembelian untuk pengadaan stok apotek.

Digitalisasi farmasi

SwipeRx berupaya mengatasi tantangan di industri farmasi, salah satunya adalah terjadi fragmentasi di mana banyak apotek kecil yang belum terdigitalisasi dan bergabung ke dalam jaringan yang lebih luas.

Dihubungi DailySocial.id secara terpisah, Farouk Meralli menyebutkan bahwa digitalisasi di industri farmasi diperlukan untuk dapat meningkatkan akses healthcare kepada konsumen, terlebih jika melihat skala pasar di Indonesia. Di samping itu, perluasan channel pada produk farmasi penting agar pemilik apotek dapat meningkatkan skala bisnis dan kinerja keuangan.

Saat ini, SwipeRx telah merekrut lebih dari 235 ribu mitra apoteker profesional dan bermitra dengan 45 ribu apotek di Asia Tenggara. Di Indonesia, SwipeRX telah memiliki lebih dari 8000 mitra apotek ritel. Adapun 5000 di antaranya tercatat telah bertransaksi di platform B2B. Utamanya, SwipeRx membidik pasar apotek (mom-and-pop store) yang beroperasi secara silo dan belum terdigitalisasi.

“Indonesia merupakan pasar terbesar SwipeRx di Asia Tenggara, di mana 70% dari total tim kami berasal dari Indonesia. Saat ini, SwipeRx mengalami pertumbuhan pesat di Indonesia berkat akselerasi penambahan jumlah mitra apotek. Mitra kami melihat ada nilai unggul dari solusi yang ditawarkan SwipeRx dan hal ini dapat membantu mereka meningkatkan bisnisnya,” ungkap Meralli.

Lebih lanjut, ia memastikan bahwa SwipeRx bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, BPOM, dan perusahaan farmasi milik BUMN, termasuk Biofarma, Indofarma, Kimia Farma, dan Phapros sehingga memungkinkan SwipeRx untuk memperkuat ekosistem farmasinya di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Platform Lowongan Kerja KitaLulus Tutup Pendanaan Seri A, Segera Ekspansi Bisnis

KitaLulus, platform lowongan kerja berorientasi komunitas, hari ini (24/5) mengumumkan perolehan pendanaan seri A dengan nominal dirahasiakan yang dipimpin oleh Tiger Global. Selain itu, Goodwater Capital, Rocketship.vc, Indogen Capital, FEBE Ventures, dan Go-Ventures turut berpartisipasi dalam putaran ini..

Putaran ini diraih selang kurang dari tiga bulan sejak diumumkan perolehan pendanaan tahap awal yang dipimpin oleh Go-Ventures.

Perusahaan akan memanfaatkan dana segar ini untuk tiga hal. Yakni, menskalakan platform teknologinya; membangun tim produk dan teknik kelas dunia; dan memperluas posisi terdepan pasarnya di Indonesia dengan merambah ke 20 kota baru, seperti Balikpapan, Kediri, dan Cirebon. Saat ini KitaLulus hadir di 15 kota di seluruh Indonesia.

Diklaim, perolehan dana segar ini didukung oleh traksi kuat yang berhasil dicapai KitaLulus dibandingkan pemain sejenisnya dalam waktu enam bulan sejak diluncurkan pertama kali di tahun lalu. Terdapat lebih dari satu juta pengguna aktif yang menggunakan KitaLulus untuk mencari pekerjaan, meningkatkan keterampilan, dan jaringan.

Platform ini memfasilitasi hampir dua juta lamaran pekerjaan yang memenuhi syarat setiap bulan, dengan lamaran pekerjaan meningkat dua kali lipat dari bulan ke bulan sejak diluncurkan. Berbagai perusahaan berbondong-bondong bergabung dengan KitaLulus dan rata-rata menemukan kandidat yang cocok dalam tiga hari. Nama-namanya, mulai dari Shipper, Mustika Ratu, Japfa Group, Segari dan Trans F&B.

“[..] Seluruh tim kami bekerja sangat keras untuk mengikuti pertumbuhan yang cepat ini, dan memastikan pemberi kerja dan pengguna senang. Ini termasuk memperkuat tim produk dan teknik kami di Indonesia untuk membangun platform yang sangat skalabel untuk melayani jutaan pengguna”, kata Co-Founder KitaLulus Wei Chuan Chew (Wibowo) dalam keterangan resmi.

Platform berbasis komunitas

KitaLulus adalah platform pekerjaan berorientasi komunitas pertama yang disetujui oleh Kementerian Tenaga Kerja di Indonesia. Melalui platform, pengguna dapat membuat profil, melihat pekerjaan yang tersedia, mengikuti tes penyaringan singkat, dan melakukan kontak langsung dengan calon pemberi kerja melalui WhatsApp.

Pengguna juga dapat bergabung dengan komunitas profesional atau pendidikan yang relevan di mana mereka dapat terlibat satu sama lain, bertukar catatan untuk tampil lebih baik dalam wawancara, dan berbagi kiat untuk meningkatkan pekerjaan mereka.

Selain itu, KitaLulus memungkinkan pengguna untuk mengambil kursus online untuk mempersiapkan diri mereka menghadapi ujian pemerintah dan profesional, dengan ribuan siswa yang membayar telah mendapat manfaat dari kursus di platform.

Co-Founder KitaLulus Stevien Jimmy menambahkan, Indonesia memiliki salah satu populasi usia kerja terbesar di dunia. Sayangnya, banyak orang kehilangan pekerjaan selama pandemi. Dengan tingkat perekrutan yang mulai bangkit, semua bisnis pun turut mempekerjakan kembali. Timnya berkomitmen untuk membangun KitaLulus demi membantu Indonesia kembali bekerja dengan memungkinkan orang untuk memperluas jaringan, meningkatkan keterampilan, dan menemukan pekerjaan impian mereka.

“Seiring waktu, kami juga bercita-cita untuk memberi mereka akses ke layanan keuangan dasar. Solusi tradisional termasuk media sosial, papan pekerjaan, dan agen perekrutan sama sekali tidak cocok untuk memecahkan tantangan yang dihadapi oleh massa”, kata Stevien.

“Kami terkesan dengan pertumbuhan organik KitaLulus yang kuat. KitaLulus berada di posisi yang tepat untuk membangun platform pekerjaan yang menentukan kategori di Indonesia, pasar internet terbesar ke-4 di dunia, dan kami sangat antusias untuk bermitra dengan mereka,” tambah Partner Tiger Global Griffin Schroeder.

Platform lowongan kerja di Indonesia

Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah banyak platform lowongan kerja yang menawarkan layanan perekrutan dengan nilai tambah yang berbeda. Misalnya Kalibrr yang menggabungkan platform perekrutan berbasis AI dan layanan employer branding untuk membantu perusahaan menunjukkan nilai-nilai mereka, menarik kandidat tepat, dan merealisasikan proses yang mulus.

Untuk pemain lokal juga ada beberapa platform yang menangani kebutuhan serupa seperti Urbanhire, Ekrut, Nusatalent, dan beberapa lainnya. Selama pandemi mereka juga cukup aktif membantu perusahaan untuk melakukan digitalisasi sistem HR. Misalnya, Urbanhire, kini mereka tidak hanya memosisikan diri sebagai portal lowongan pekerjaan saja, tetapi HR technology dan talent solutions, berkat kemitraan strategisnya dengan Mercer.

Sementara dengan pendekatan berbasis komunitas, Atma juga belum lama ini meluncur dengan fokus di kalangan blue collar. Debut mereka turut diiringi pendanaan pre-seed 73 miliar Rupiah dari sejumlah investor strategis.

Application Information Will Show Up Here

East Ventures Terlibat di Pendanaan Pebble, Merevolusi Model Bisnis Dompet Digital Lewat Blockchain

Hari ini (24/5) East Ventures mengumumkan keterlibatannya di pendanaan awal Pebble, startup fintech pembayaran berbasis di New York. Putaran investasi ini menyusul debut produk Pebble pasca-bergabung di program akselerasi Y Combinator.

Selain East Ventures, pendanaan $6,2 juta atau setara 91 miliar Rupiah ini juga  didukung Y Combinator, Lightshed Ventures, LD Capital, Soma Capital, Cadenza Capital, Eniac Ventures, dan Global Founders Capital. Sejumlah investor individu juga terlibat, di antaranya Odell Beckham Jr. (superstar NFL), Matthew Bellamy (vokalis Muse), Richard Ma (CEO Quantstamp), dan Leore Avidar (CEO Alt).

Pebble mengembangkan sebuah aplikasi dompet digital berbasis blockchain, memungkinkan pengguna menyimpan, membelanjakan, dan mengirim uang secara efisien. Bahkan lewat mekanisme tertentu, pengguna bisa mendapatkan benefit berupa kredit bernilai tertentu atas nominal atau transaksi yang terjadi di dalam aplikasi.

“Pebble didirikan untuk memperkenalkan standar baru pada keuangan pribadi. Melalui dompet digital Pebble, pengguna dapat memperoleh 5% keuntungan dari persentase hasil tahunan atau Annual Percentage Yield Rewards dari uang mereka, serta cashback sebesar 5% tanpa batas di 55 merchant rekanan seperti Amazon, Domino, AirBnB, Adidas, dan banyak lagi,” jelas Co-founder & CTO Pebble Sahil Phadnis.

Selain itu, mereka telah berkolaborasi dengan Mastercard untuk merilis kartu debit untuk setiap penggunanya.

Dengan visi untuk memberdayakan sebanyak mungkin orang secara finansial, Pebble akan menggunakan dana segar yang didapat untuk mendorong ekspansinya ke pasar global. Pebble berencana untuk merilis aplikasinya di Asia Tenggara pada akhir tahun 2022.

Pemanfaatan blockchain di sistem aplikasi

Dalam proses bisnisnya, saat pengguna menyetorkan uangnya ke aplikasi, Pebble mengubahnya menjadi sebuah mata uang berbasis blockchain dengan nominal US$ (stablecoin) yang disebut dengan USDC (US dollar-denominated blockchain-based currency). Kemudian, mereka akan meminjamkannya ke lembaga keuangan yang terdaftar secara resmi.

Teknologi USDC dinilai bisa memberdayakan transaksi global tercepat dan termurah, sehingga banyak lembaga keuangan besar di dunia bersedia untuk membayar lebih dalam mengakses stablecoin. Semua keuntungan ini dapat diakses pengguna tanpa harus memahami kompleksitas dari kripto.

Melalui website Pebble, para pengguna dapat mengumpulkan mata uang open rewards (diberi nama “Pebbles”) yang bertujuan untuk memudahkan perkenalan ekonomi blockchain bagi para pengguna yang belum memahami kripto. Pada dasarnya saat ini Pebbles belum memiliki nilai atau fungsi apa pun; namun mata uang tersebut akan menjadi kunci untuk menyelaraskan insentif tim, investor, mitra, merchant, dan para pengguna untuk membangun ekonomi global baru di atas blockchain — secara bersama-sama.

Meskipun aplikasi Pebble saat ini hanya tersedia di Amerika Serikat, Co-founder & CEO Pebble Aaron Bai mengatakan, “Komunitas Pebble telah menyatukan orang-orang di seluruh dunia yang bersemangat untuk membangun sistem keuangan berstandar global di blockchain.”

Tugas berat membangun kepercayaan

Para founder Pebble percaya bahwa adopsi massal dari teknologi blockchain akan terjadi jika para pengguna dapat melihat manfaat sebelum menilai kripto berdasarkan stereotipe.

Menurut analisis kami, dengan beberapa kejadian yang menimpa ekosistem keuangan global beberapa waktu terakhir — termasuk turunnya nilai beberapa stablecoin akibat krisis yang memberikan kesan bahwa jaminan stabilitas nilai tersebut gagal dibuktikan —menjadi salah satu pekerjaan terberat pemain seperti Pebble untuk membangun kepercayaan di publik. Apalagi basis utama layanan mereka adalah menggunakan stablecoin.

Namun demikian, konsep ini menarik. Sebelumnya platform cyrpto-earn lain membungkus layanan seperti itu melalui sebuah aplikasi wealthtech atau investasi, dengan konsep pengguna meletakkan terlebih dulu sejumlah kripto untuk diputar kembali. Sementara yang dilakukan Pebble lebih kepada menggantikan kebiasaan pengguna dengan dompet digital yang sehari-hari digunakan — yang secara tidak langsung turut mempromosikan blockchain kepada khalayak yang lebih luas.

Catatan Menarik dari Petinggi EMTEK dan IDN Terkait Masa Depan Media

Masih dalam sesi lanjutan Fortune Indonesia Summit 2022, dua pemimpin media besar, Managing Director EMTEK Susanto Hartono dan Founder dan CEO IDN Media Winston Utomo memaparkan beberapa catatan menarik terkait “The Future of Media”.

Perkembangan internet mengubah cara masyarakat mengonsumsi konten. Jika dulu kita terbiasa menggunakan media televisi untuk menikmati tayangan, kini kita dapat menonton melalui perangkat dengan layar kecil. Apa artinya bagi industri media?

Konsumsi konten

Saat membuka sesi, Sutanto menyebut bahwa TV punya peran penting terhadap konsumsi konten. TV memiliki jangkauan siaran yang luas dan sumber pendapatannya jelas, yakni iklan. Namun, perkembangan digital mulai menggeser peran TV terkait konsumsi konten.

Masyarakat mulai menikmati tayangan video melalui perangkat pintar. Kehadiran platform digital juga memudahkan kreator untuk mencari sumber pendapatan. Ia menyadari tren pergeseran ini, bahkan sebelum pandemi Covid-19 terjadi.

“Konsumsi konten pada platform digital membuat terjadi demokratisasi. Orang bisa pilih konten yang ingin ditonton dan content provider menjadi tidak bergantung pada perusahaan besar terkait konten apa yang akan disiarkan,” ujar Sutanto.

Bagi konglomerasi media EMTEK, ujar Sutanto, akselerasi digital ini mendorong perusahaan untuk berinvestasi di platform OTT Vidio. Meski konsumsi konten tumbuh cepat, platform juga harus memikirkan kelangsungan bisnis dengan strategi monetisasi.

Format konten

Sementara itu, Winston Utomo menyoroti tentang evolusi pada format konten, mulai dari koran, TV, hingga internet. Dengan evolusi ini, ia menekankan pentingnya beradaptasi terhadap perubahan format. Kebutuhan konten akan tetap ada, tetapi format konten akan berubah mengikuti perkembangan zaman. Jika tidak beradaptasi, tentu akan ditinggalkan audiens.

Saat ini, format konten yang banyak kita konsumsi di era digital beragam, mulai dari konten video dengan durasi pendek, medium, hingga panjang. Ada pula konten berformat livestreaming.

“Penting pula untuk maintain loyalitas audiens. Bukan berarti, audiens yang pindah [platform] tidak baik. Ini justru memacu kami untuk membuat konten yang lebih baik,” ujarnya.

Di sisi lain, Sutanto justru menyoroti fenomena seleksi alam yang akan terjadi, baik pada platform maupun kreator. Meningkatnya variasi konten dinilai akan memunculkan beragam kebutuhan audiens. “Pada akhirnya audiens tidak mungkin memakai semua platform. Audiens akan memilih platform yang sering dipakai,” tuturnya.

Maka itu, ia menilai perlu ada strategi multiplatform dan variasi konten untuk memberikan keseimbangan bisnis. Di EMTEK, platform Vidio akan menjadi fokus utama, sedangkan media televisi menjadi pelengkap. Pihaknya juga mendorong kolaborasi untuk mengakomodasi berbagai variasi konten. Salah satunya konten olahraga sebagai sumber monetisasi bagi audiens yang mau membayar (willing-to-pay).

Industri menjanjikan

Menurut Winston, tak hanya publisher dan platform yang punya peran penting di media digital, tetapi juga content creator. Menariknya, mengutip sebuah riset, ia menyebut bahwa potential revenue yang dapat diperoleh oleh kreator di 2025 dapat menyamai potential revenue perusahaan teknologi raksasa, seperti Facebook dan Google.

Dengan pertumbuhan digital sebesar 20% setiap tahunnya, ini membuat content creator menjadi salah satu profesi menjanjikan di masa depan karena siapapun dapat membuat konten.

Sementara Sutanto menilai bahwa konsumsi konten digital justru membuka peluang bagi media untuk memanfaatkan data analitik. Ini dapat memungkinkan media untuk melihat stickineess audiens. Berbeda dengan televisi yang mengandalkan data rating Nielsen dan kurang akurat untuk mengetahui stickiness audiens.

“Kita bisa tahu berapa banyak audiens yang menonton lebih dari lima menit. Ini menunjukkan kualitas penonton dan membantu memprediksi konten yang dapat diproduksi sesuai targeted market. Ada formulasi,” tutupnya.

GoTo Akan Tambah Modal Lewat “Private Placement”

PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (IDX: GOTO) akan melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu atau private placement. Perusahaan akan melepas sebanyak-banyaknya 118 miliar lembar saham seri A dengan nilai Rp1 per saham atau 10% dari total modal ditempatkan dan disetor.

Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen GoTo mengatakan bahwa dana yang diperoleh akan digunakan oleh perseroan untuk mendukung kebutuhan modal kerja perseroan, PT Tokopedia, PT Dompet Anak Bangsa, dan/atau PT Multifinance Anak Bangsa.

Adapun, pelaksanaan private placement ini akan menunggu perseteujuan di Rapat Umum Pemegang Saham (RUPST) yang akan digelar pada 28 Juni 2022. Belum ada keterangan mengenai waktu pelaksanaan private placement ini. Namun, periode pelaksanaannya akan dilakukan dalam jangka waktu satu tahun sesuai dengan ketentuan Pasal 25 POJK No. 22.

“Tujuan penambahan modal ini adalah dalam rangka mengembangkan kegiatan perseroan dan memperkuat posisi permodalan perseroan,” demikian pernyataan manajemen GoTo Group beberapa waktu lalu.

Apabila pelaksanaan PMTHMETD sudah efektif, persentase kepemilikan saham akan terdilusi sebesar maksimum 9,09%. Pelaksanaan aksi korporasi ini juga tidak akan mengakibatkan perubahan rasio hak suara saham seri B terhadap saham seri A.

Tambahan modal

Langkah GoTo untuk mencari tambahan modal baru, memberi sinyal terkait rencananya untuk dual listing. Padahal, belum lama ini, GoTo baru mencatatkan penawaran umum saham perdana di BEI pada Maret lalu.

Dalam prospektus IPO GoTo, GoTo berencana melantai di bursa negara lain, di antaranya adalah New York Stock Exchange (NYSE), National Association of Securities Dealers Automated Quotations (NASDAQ), Hong Kong Stock Exchange (HKSE), Singapore Stock Exchange (SGX), atau London Stock Exchange (LSE).

Di samping itu, perusahaan juga memiliki rencana besar untuk membangun hyperlocal melalui tiga anak usahanya, yakni Gojek (ride-hailing), Tokopedia (e-commerce), dan GoTo Financial (fintech). Dengan strategi ini, GoTo berupaya mengakselerasi pertumbuhan pengguna baru, user engagement, dan penetrasi produk yang baru diluncurkan.

Dari dana hasil IPO tersebut, sebanyak 30% akan digunakan oleh perusahaan, 25% dialokasikan untuk PT Dompet Anak Bangsa (GoPay), dan sekitar 5% untuk PT Multifinance Anak Bangsa (bagian dari GoFinance).

Per September 2021, GoTo mencatatkan pendapatan sebesar Rp3,40 triliun dan kerugian besar sebesar Rp11,58 triliun. Adapun, total aset GoTo tercatat sebesar Rp158,17 triliun.

Saat ini harga saham GoTo tercatat berada di level Rp290-300 per saham.

UpBanx Mulai Debut, Manfaatkan Lisensi “P2P Lending” Modal Rakyat

Platform fintech UpBanx mulai membuka diri ke publik, setelah melewati stealth mode selama hampir setahun beroperasi. Perusahaan memanfaatkan lisensi p2p lending milik Modal Rakyat untuk mengembangkan platform perbankan digital buat kreator dan brand.

Kepada DailySocial.id, CEO UpBanx Wafa Taftazani menjelaskan rencana memanfaatkan lisensi Modal Rakyat ini tentunya ada nilai lebih dan kurangnya. Nilai lebih yang ditawarkan adalah saat penyaluran dana ke peminjam sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan OJK. Dari segi risiko pun, sudah lebih minim dikarenakan mitra P2P di Modal Rakyat punya kualifikasi yang sangat baik saat melakukan analisa kelayakan peminjam.

“Minusnya, karena UpBanx tidak menyalurkan pembiayaan langsung, maka approval juga tidak ada di kami meskipun menurut tim kami itu potential leads. UpBanx harus tetap ikuti approval dari P2P,” ujarnya.

Hal lainnya yang turut menjadi perhatian dari kekurangan memanfaatkan lisensi P2P lending ini adalah nominal pinjaman dana yang ditentukan maksimal Rp2 miliar, menurut ketentuan OJK. Kendati begitu, menurut Wafa, UpBanx akan selalu berusaha mencari cara, misalnya dengan menjalin kerja sama dengan P2P lainnya agar peminjam yang membutuhkan dana lebih dari itu tetap bisa terakomodasi.

Sebelumnya, sempat tersiar kabar bahwa UpBanx akan memanfaatkan lisensi BPR Sentral Mandiri dan didukung ekosistem fintech milik Fazz Financial. Wafa pun menampik bahwa rencana menggunakan lisensi Modal Rakyat sudah ada dari awal. “Tidak ada pergeseran fokus, rencana kerja sama dengan Modal Rakyat sudah ada dari awal.”

UpBanx sendiri terlahir dari diskusi Wafa bersama Hendra Kwik (CEO Fazz Financial) yang menyarankan dirinya untuk menggabungkan seluruh pengalaman dalam mengelola brand [dari Shopee], kreator [dari YouTube], dan fintech [dari Modal Rakyat] menjadi satu.

UpBanx diluncurkan dengan harapan dapat menyelesaikan pain point terkait financing yang kerap dihadapi para kreator. Selain itu, ingin memberikan wadah kepada ekosistem ini sudah bisa saling berkolaborasi, sampai dengan mengoptimalkan aset kripto dan NFT untuk monetisasinya. UpBanx bergabung dalam Y Combinator batch Winter 2022.

“Awalnya tidak ada niat serius-serius banget di sini. Iseng daftar YC [Y Combinator], ternyata masuk. Begitu masuk sudah tidak bisa main-main lain karena diwajibkan menandatangani sejumlah dokumen legal, termasuk salah satunya harus resign dari kantor lama untuk full time di startup baru ini. Bersyukur banget banyak atensi dari investor hingga akhirnya menutup pendanaan yang kemarin,” imbuh Wafa secara terpisah dalam wawancara bersama DailySocial.id beberapa waktu lalu.

Diterangkan lebih jauh, pengalaman pengguna baik brand dan kreator akan sepenuhnya dipenuhi dalam satu aplikasi. Mereka akan dipertemukan dengan pihak lainnya, seperti transaksi jual beli ataupun dalam hal financing. Ketika pengguna registrasi dan melakukan pengajuan pembiayaan, tim UpBanx akan segera menindaklanjuti dengan menggali kebutuhan dari brand/kreator itu sendiri agar solusi UpBanx berikan dapat lebih tepat sasaran.

“Jadi brand dan kreator seperti punya advisor sendiri, terkait kebutuhan pembiayaan dan produk lain yang ada di UpBanx. Harapannya akan lebih tepat untuk mendapatkan solusi pembiayaan dan creator side. Lalu kami sempat dapat info dari beberapa calon debitur yang kesulitan mengajukan langsung ke P2P kemudian tidak ter-follow up.”

Selain menyediakan solusi keuangan, UpBanx juga akan memfasilitasi kolaborasi yang lancar antara kreator dan brand. Dalam waktu dekat, perusahaan akan bertindak sebagai platform peluncuran Web3 untuk kreator dan brand, untuk meningkatkan interaksi dengan penggemar lewat cara baru yang inovatif.

Dalam pengembangannya, UpBanx telah didukung oleh jajaran investor dan angel investor. Nama-namanya adalah Y Combinator, Alpha JWC Ventures, Alto Partners Multi-Family Office, Number Capital, UBI Capital, Raffi Ahmad dan Nagita Slavina, jaringan kreator Collab Asia dan DRM (Digital Rantai Maya), dan sejumlah angel investor ternama. Termasuk di jajaran angel investor ini adalah Melvin Hade (Partner GFC), Hendra Kwik (CEO Fazz Financial), Hendoko Kwik (CEO Modal Rakyat), Budi Handoko (CEO Shipper), dan Arya Setiadharma (CEO Prasetia Dwidharma).

Saat ini aplikasi UpBanx dapat diunduh di Play Store dan sedang tahap testing untuk App Store. Daftar tunggu untuk pengguna sudah dibuka sebelum akhirnya resmi diluncurkan untuk publik.

Application Information Will Show Up Here