Moka Segera Rilis GoStore, Mudahkan Merchant Buat Situs Toko Online

Moka, startup pengembang aplikasi point of sales untuk UKM, tengah menyiapkan produk terbarunya bernama GoStore. Platform tersebut didesain untuk membantu pengguna membuat dan mengelola toko online-nya. GoStore kemungkinan juga akan melengkapi ekosistem solusi merchant Gojek, karena seperti diketahui Moka telah sepenuhnya diakuisisi oleh decacorn tersebut.

Rencananya GoStore akan diluncurkan pada bulan November 2020. Untuk menggunakan platform anyar tersebut, pengguna harus terlebih dulu terdaftar di Moka. Karena layanan GoStore akan ada di opsi menu “Online Channel” di aplikasi Moka.

DailySocial sudah coba menghubungi pihak Moka untuk meminta keterangan, terkait visinya mengembangkan platform teranyar tersebut. Mereka masih enggan memberikan keterangan. Namun informasi mengenai GoStore sendiri sudah bisa disimak di laman bantuan Moka. Di sana dijelaskan mengenai definisi aplikasi hingga cara penggunaannya.

Laman tersebut menyebutkan, nantinya pengguna cukup membuat katalog terpusat di Backoffice Moka. Kemudian dengan GoStore, pengguna bisa membuat kanal toko online untuk membantu proses penjualan di berbagai tempat. Situs jualan tersebut juga secara otomatis dapat diintegrasikan dengan lokapasar di media sosial.

Terkait pembayaran, GoStore sudah otomatis terintegrasi dengan GoPay dan sistem pembayaran kartu kredit/debit. Bagian logistik juga unik, karena turut terintegrasi dengan fitur GoSend. Kendati banyak kanal distribusi dan fitur yang diterapkan, pengguna dapat mengelola semua keperluan secara terpusat di dasbor GoStore, termasuk pelaporan penjualan.

Terkait biaya penggunaan, GoStore hanya mengenakan merchant discount rate (MDR) 1,7% untuk GoPay dan 2,5% + Rp1.650 untuk kartu debit/kredit setelah pelanggan melakukan transaksi.

Momentum social commerce

April 2020 lalu disampaikan, bahwa layanan Moka telah menjangkau pengguna di 100 kota di Indonesia. Lebih dari 35 ribu restoran, cafe, dan gerai ritel lainnya manfaatkan aplikasi mobile POS yang dimilikinya. Dengan GoStore, Moka terlihat mengupayakan dan mendorong para pebisnis tersebut untuk masuk ke ranah jualan online.

Kendati belum diinfokan resmi, tidak menutup kemungkinan merchant (khususnya di bidang kuliner) akan didorong masuk ke GoFood juga.

Konsep GoStore pada dasarnya social commerce, yakni memberdayakan jejaring online (media sosial, marketplace, e-commerce dll) untuk distribusi produk. Layanan ini bisa relevan dengan pengguna Moka, karena tidak semua bisnis cocok berjualan online di marketplace ala Tokopedia atau Shopee. Misalnya gerai Nasi Padang, lebih cocok memiliki situs jualan online sendiri atau di media sosial, sehingga mudah dalam membatasi jangkauan publikasi/distribusi.

Pandemi juga dikatakan menjadi momentum bagi penetrasi social commerce, adanya berbagai pembatasan sosial menjadikan go-online pilihan untuk mempertahankan dan memajukan bisnis.

Beberapa pemain sebenarnya juga sudah sajikan layanan serupa –memudahkan pebisnis kecil untuk optimalkan kanal jualan online—sebut saja Woobiz, TapTalk.io, PowerCommerce, Jualio, Halosis, dan sebagainya. Tentu masing-masing punya value proposition, dan bagi GoStore integrasinya dengan platform Moka dan Gojek mungkin bisa jadi nilai plus.

Application Information Will Show Up Here

Pintek Luncurkan “Pintek Instan”, Penyesuaian Pinjaman Pendidikan di Tengah Pandemi

Platform p2p lending khusus sektor pendidikan Pintek meluncurkan produk terbaru bernama Pintek Instant. Co-Founder & Direktur Utama Pintek Tommy Yuwono mengatakan, layanan baru tersebut dibuat khusus untuk membantu orang tua pelajar dari pendidikan usia dini hingga perguruan tinggi selama situasi pandemi ini.

Menurut Tommy, sektor pendidikan terkena dampak yang cukup dalam dari wabah Covid-19 yang berkepanjangan. Pertama adalah membesarnya angka pengangguran dan kian turunnya pendapatan sebagian besar masyarakat. Di sisi lain ada sekitar 69 juta pelajar yang kehilangan akses pendidikan selama pandemi ini, hanya 40% dari penduduk Indonesia yang punya akses internet. Institusi pendidikan pun otomatis terkena imbasnya karena mereka butuh dana untuk melakukan digitalisasi kegiatan belajar-mengajar.

Sejatinya Pintek Instan ini merupakan versi upgrade dari Pintek Student. Bedanya, produk terbaru ini mampu melakukan persetujuan kredit hanya dalam satu jam.

Adapun batas kredit yang boleh diajukan mencapai Rp5 juta. Kebutuhan pendanaan pendidikan yang mendesak diiringi dengan gejolak ekonomi akibat pandemi membuat Tommy yakin Pintek Instan dapat membantu orang tua pelajar untuk melunasi segala keperluan di sekolah mulai dari uang pangkal, gawai untuk belajar jarak jauh, dan tagihan lainnya.

“Pintek Instant ini bisa dengan cepat diberikan, juga ada opsi untuk restrukturisasi, dan terintegrasi ke sekolah untuk pengajuannya,” ujar Tommy dalam webinar yang mereka selenggarakan.

Ada dua pilihan tenor yang tersedia bagi mereka yang ingin menggunakan Pintek Instan ini yakni 30 hari dan 90 hari. Opsi pelunasan 30 hari tidak dikenakan bunga, sedangkan opsi 90 hari dikenakan bunga 2,19%. Semua dengan batas pinjaman Rp5 juta.

“Pintek Instant terbatas ke sekolah-sekolah yang bekerja sama dengan kami. Jadi kami pun mengundang sekolah-sekolah yang membutuhkan solusi ini, di mana ada orang tua murid mengalami kendala, agar cash flow tidak berkurang, anak-anak murid bisa belajar dengan tenang, bisa menghubungi kami,” imbuhnya.

Selain Pintek, di Indonesia sudah ada platform fintech lending lain yang tawarkan pinjaman di sektor pendidikan. Dua di antaranya Cicil, KoinPintar dari KoinWorks, dan DanaDidik.

Pilihan restrukturisasi

Layanan Pintek sudah menjamah 20 provinsi di Indonesia dengan lebih dari 3 ribu peminjam. Selain itu mereka telah bekerja sama dengan 142 institusi pendidikan. Dengan skala yang sudah cukup besar dan kondisi pandemi ini, Pintek menyediakan opsi restrukturisasi pinjaman untuk Pintek Instan ini.

Tommy menjelaskan, pengajuan restrukturisasi dapat dilakukan dengan mengisi dokumen-dokumen yang dibutuhkan melalui customer service mereka. Jika hal itu sudah rampung mereka baru akan menawarkan skema cicilan yang baru yang tentu saja dengan persetujuan pemberi pinjaman.

“Kami juga meningkatkan atau menjustifikasi kriteria scoring kami untuk mencegah kredit macet,” tukas Tommy.

Melalui produk anyar ini Tommy menargetkan bisa memperoleh sekitar 5.000 peminjam baru dalam enam bulan ke depan. Target itu sangat mungkin tercapai mengingat kebutuhan pendanaan di sektor pendidikan yang masih besar selama masa pandemi ini dan jumlah p2p lending yang fokus di pendidikan masih tergolong sedikit di Tanah Air.

Pintek Instant ini juga merupakan kelanjutan dari rencana Pintek ketika berhasil mengantongi extension fund dari putaran pra-seri A mereka yang diumumkan Mei lalu. Saat itu Tommy menyatakan dana yang mereka peroleh saat itu akan difokuskan untuk mengembangkan teknologi yang mendukung industri pendidikan yang terdampak Covid-19.

BRI Kini Masuk Sebagai “Lender Institusi” di Modal Rakyat

Modal Rakyat menambah BRI ke dalam jajaran portofolio lender institusi yang terbaru. Komitmen awal BRI adalah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp30 miliar untuk usaha mikro melalui Modal Rakyat.

Co-Founder Modal Rakyat Stanislaus MC Tandelilin menerangkan, kolaborasi dari kedua perusahaan ini adalah wujud kolaborasi antara perbankan dengan p2p lending. Seluruh pembiayaan dari BRI ini akan difokuskan untuk usaha mikro dengan nilai penyaluran rata-rata Rp250 juta.

“Kami sangatlah beruntung bisa mendapat kepercayaan dari BRI. Kami berharap kerja sama ini bisa mengakselerasi inklusi keuangan, terutama para pelaku UMKM dalam menghadapi situasi pandemi,” terangnya dalam keterangan resmi, Selasa (13/10).

Secara terpisah, kepada DailySocial, Stanis menegaskan kerja sama ini bukanlah bagian dari sinergi antara BRI dengan Payfazz. “Tidak berkaitan. PT Modal Rakyat bekerja sama secara mandiri langsung dengan pihak BRI.”

BRI, melalui BRI Ventures, terlibat dalam putaran pendanaan Seri B di Payfazz senilai $53 juta pada Juli 2020. Payfazz yang digawangi oleh Hendra Kwik, juga menjabat sebagai komisaris di Modal Rakyat, perusahaan yang dipimpin oleh saudaranya Hendoko Kwik.

Setelah BRI, Stanis mengaku akan terus menambah lender institusi lainnya, yang terdekat adalah menggaet BPR. Saat ini ada sembilan institusi yang sudah menyalurkan dananya melalui Modal Rakyat, mereka datang dari multifinance, korporat, dan fintech. Sayangnya, nama-nama dari perusahaan ini tidak bisa disebutkan.

Perubahan fokus mencari lender institusi ini terefleksi dari kondisi saat ini, terjadi tren penurunan lender individu. Namun Stanis tidak merinci lebih jauh penyebab penurunan tersebut. “Namun lender institusi mulai naik dan kini mayoritas pendanaan Modal Rakyat didukung oleh institusi. Kami juga sedang menjajaki kerja sama dengan BPR.”

Adapun total lender yang terdaftar di Modal Rakyat berjumlah lebih dari 45 ribu orang. Sejak terdaftar di OJK pada Juni 2018, perusahaan telah menyalurkan pinjaman lebih dari Rp550 miliar kepada 4 ribu peminjam di seluruh Indonesia.

Perusahaan bermain di usaha produktif dengan bunga pinjaman mulai dari 12% – 30% per tahun dan nominal pinjaman antara Rp500 ribu sampai Rp2 miliar. Peminjam cukup mencantumkan identitas diri (KTP dan NPWP), data legalitas perusahaan (bila bukan usaha perorangan), dan memiliki rekening bank.

Tren manfaatkan dana institusi

Lender individu memang di satu sisi effort pengelolaannya jauh lebih berat daripada institusi. Pasalnya, perusahaan harus melakukan proses edukasi lewat customer service untuk membantu pengarahan risiko dan konsultasi, apalagi bila mereka baru terjun ke dunia investasi di p2p lending.

Sementara itu, lender institusi sudah lebih paham dengan risiko di sektor tersebut. Bagi fintech yang memanfaatkan dana jumbo ini mereka akan mendapat keleluasaan karena dapat lebih cepat menyalurkan pinjaman sesuai dengan target nasabah yang dibidik oleh tiap lender.

Dengan beragam kelebihan dan kekurangan ini, akhirnya membuat sebagian platform p2p lending memutuskan untuk memadukan antara keduanya agar semangat inklusi keuangan tetap terwujud. Dalam pemberitaan sebelumnya, ada UangTeman yang mengumumkan Bank Sampoerna sebagai salah satu lender-nya.

Lalu, beberapa perusahaan lainnya, ada KoinWorks yang gandeng Bank BTN, Bank Sampoerna, dan Bank CIMB Niaga. Investree yang bekerja sama dengan BRI Agro, Bank Mandiri, Bank BRI, dan tujuh institusi lainnya dari jasa keuangan dan investor dari luar negeri.

Berikutnya, Modalku yang bekerja sama dengan Bank Varia, Bank Sinarmas, BPR Bekasi Binatanjung, dan BPR Sukawati Pancakanti. Terakhir, Akseleran yang menggandeng Mandiri Tunas Finance, Bank Mandiri, dan Bank J Trust.

Application Information Will Show Up Here

Makin Gencar Berikan Pinjaman Produktif, UangTeman Tambah Lender Institusi

UangTeman mengumumkan Bank Sahabat Sampoerna (Bank Sampoerna) sebagai lender institusi. Komitmen dana yang disalurkan dirahasiakan, namun dianggap signifikan untuk membantu pengusaha mikro.

VP Corporate Finance & Investor Relations UangTeman Irfan Sidik menerangkan, nominal dana tersebut cukup signifikan dan diharapkan mampu membantu masyarakat yang akan memulai usaha kecilnya untuk mendapatkan pendanaan dengan cepat dan bertanggung jawab.

Dia melanjutkan, kerja sama ini menjadi salah satu bukti kolaborasi yang saling bermanfaat antara fintech lending dan perbankan untuk menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat. Inisiatif ini juga sejalan dengan komitmen industri keuangan dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional.

Menurutnya, peran fintech lending di masa pandemi masih menjadi peluang yang baik karena teknologi digital yang mereka gunakan dapat menyasar masyarakat luas dengan akurat dan cepat. “Kegiatan ini juga menjadi strategi jangka panjang kami untuk memberikan fasilitas pembiayaan yang mudah dan cepat,” kata dia dalam keterangan resmi, kemarin (7/10).

Berkaitan dengan itu, UangTeman merilis dua produk baru untuk membantu pelaku usaha mikro yang terkena dampak pandemi. Kedua produk itu adalah Installment dan Lite Installment.

Peminjam memiliki durasi pengembalian yang lebih panjang dari produk sebelumnya sekitar 10 hari-30 hari. Installment memberikan pinjaman dengan tenor tiga bulan, sementara Lite Installment maksimal hingga enam bulan.

Untuk nominal pinjaman meningkat jadi Rp20 juta dari produk sebelumnya yaitu mulai dari Rp1 juta hingga Rp8 juta. UangTeman mulai masuk ke kredit produktif dan membiayai usaha mikro, saat mereka baru berdiri di 2015 aktif membiayai kredit konsumtif.

OJK menerbitkan aturan yang mewajibkan penyelenggara fintech lending menyalurkan 20% portofolionya ke sektor produktif. Namun, dalam data OJK terpampang mayoritas penyaluran kredit lari ke sektor konsumtif sebanyak 66% dari Rp113,46 triliun per Juni 2020.

Oleh karenanya, OJK mendorong fintech lending berkolaborasi dengan perbankan dan pemerintah untuk meningkatkan kontribusinya.

Manfaatkan dana dari institusi

Tak hanya UangTeman, memanfaatkan dana dari institusi sebagai lender (Super lender) kini menjadi suatu strategi yang cukup penting buat fintech lending. Beberapa perusahaan lainnya, ada KoinWorks yang gandeng Bank BTN, Bank Sampoerna, dan Bank CIMB Niaga.

Disebutkan portofolio lender institusi di KoinWorks kini memegang 30% dari total penyaluran keseluruhan. Kebanyakan institusi yang bergabung berasal dari perbankan dan multifinance.

Selanjutnya, ada Investree yang bekerja sama dengan BRI Agro, Bank Mandiri, Bank BRI, dan tujuh institusi lainnya dari jasa keuangan dan investor dari luar negeri. Berikutnya, Modalku yang bekerja sama dengan Bank Varia, Bank Sinarmas, BPR Bekasi Binatanjung, dan BPR Sukawati Pancakanti. Terakhir, Akseleran yang menggandeng Mandiri Tunas Finance, Bank Mandiri, dan Bank J Trust.

Bagi fintech yang memanfaatkan lender institusi ini mereka akan mendapat keleluasaan karena dana jumbo tersebut dapat lebih cepat menyalurkan pinjaman sesuai dengan target nasabah yang dibidik oleh tiap lender. Sementara bagi institusi, mereka dapat meminimalisir risiko gagal bayar dan mendapat calon nasabah baru lewat fintech.

Application Information Will Show Up Here

Startup Edutech B2B Codemi Terima Pendanaan Tahap Awal dari Init-6

Startup edutech B2B Codemi mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal dengan nominal dirahasiakan dari Init-6. Codemi menjadi portofolio startup edutech kedua setelah Eduka yang dibidik oleh perusahaan investasi yang didirikan oleh Co-Founder Bukalapak Achmad Zaky tersebut.

“Kami selalu antusias dengan bidang edukasi dan pengembangan SDM. Pasca Covid-19, setiap perusahaan harus memikirkan ulang dan mengubah paradigma pengembangan SDM mereka agar bisa survive dan berkembang,” kata Zaky dalam keterangan resmi, Rabu (7/10).

Ia tertarik pada Codemi karena mereka mengerti kebutuhan perusahaan dan mampu memberikan solusi yang sangat membantu pengembangan SDM perusahaan, terutama di era pandemi.

Dalam pengumuman pendanaan ini sekaligus disampaikan Zaky telah ditunjuk menjadi komisaris di Codemi.

Fokuskan pengembangan produk

Founder & CEO Codemi Zaki Falimbany mengatakan, dana segar ini akan dimanfaatkan untuk berinovasi mengembangkan produk baru dan meningkatkan struktur keamanan. Ia ingin produk Codemi lebih adaptif terhadap kebutuhan pasar, terutama pada masa di mana training dan pengembangan SDM sulit dilaksanakan secara konvensional.

“Layanan Codemi yang berbasis cloud memungkinkan perusahaan untuk tetap mengadakan training secara online di tengah PSBB, selain lebih memudahkan karena bisa diakses secara berulang dan memungkinkan penghematan anggaran pelatihan,” tutur Zaki.

Pada saat yang bersamaan, Codemi mengumumkan tiga fitur baru untuk korporasi, yakni instructor led learning, collaborative learning, dan on the job learning. Instructor led learning adalah fitur yang memungkinkan karyawan atau mitra didampingi oleh instruktur dalam penyampaian materi, baik online maupun tatap muka secara langsung.

Sementara, collaborative learning memungkinkan karyawan mendapat kesempatan untuk bisa belajar, sehingga timbul diskusi antar pegawai dan menciptakan sesi coaching, mentoring, atau konseling. Terakhir, on the job training akan memberikan pengalaman baru buat karyawan untuk mempraktikkan materi training yang didapat secara langsung.

Zaki menuturkan ketiga fitur di dalam learning management system ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas korporasi dan menambahkan produk pelatihan pengembangan SDM dari Codemi yang lain. Sejumlah mitra korporasi Codemi datang dari berbagai sektor, di antaranya Frisian Flag, Manulife, Ranch Market, dan OK Bank.

“Tidak hanya kemudahan aksesibilitas, layanan training Codemi juga disertai dengan fitur gamifikasi agar para peserta training lebih termotivasi dalam mengikuti pelatihan dan terdapat sistem untuk memonitor perkembangan dari masing-masing karyawan yang mengikuti pelatihan sehingga perusahaan dapat mengukur efektivitas pelatihan,” tandasnya.

Pemain edtech lama

Codemi sudah didirikan sejak tahun 2013, awalnya mereka mengusung konsep “online open course”. Kemudian di tahun 2015 mengubah haluan bisnis menjadi LMS untuk membantu bisnis adakan pelatihan untuk karyawannya. Mereka juga sempat rilis beberapa layanan sekunder, salah satunya Pitakonan, fasilitasi masyarakat dengan fitur tanya-jawab seputar kewirausahaan.

Tahun 2018, bisnis Codemi makin moncer. Kala itu Zaki mengatakan startupnya capai profitabilitas. Tidak berhenti di sana, Codemi juga lakukan penggalangan dana untuk matangkan rencana ekspansi regional.

Blibli Rilis Fitur Langganan untuk Pemenuhan Kebutuhan Harian

Blibli merilis fitur “Langganan” agar konsumen dapat berhemat setiap belanja kebutuhan harian di kategori BlibliMart. Fitur ini dirilis karena terjadi pergeseran pola belanja konsumen akibat pandemi, sehingga konsumen jadi lebih selektif dalam mengatur pengeluaran.

Survei Kantar “Understanding Life and Trends in Indonesia” pada Agustus 2020 menyatakan bahwa 80% responden menjadi kian hemat dalam mengatur keuangan akibat Covid-19. Lebih dalam survei tersebut juga menyatakan, dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, lebih dari 60% responden bersedia mencoba metode belanja baru demi mendapatkan harga yang paling terjangkau.

Tren pasar ini melatarbelakangi perusahaan untuk merilis Langganan agar konsumen dapat berhemat ketika berbelanja kebutuhan primer.

VP Trade Partnership Blibli Stephanie Santoso menjelaskan, fitur ini memudahkan pelanggan mengatur pengeluaran kebutuhan sehari-hari dengan tersedianya potongan harga yang menarik, sistem pembayaran lengkap & terintegrasi, dan gratis ongkos kirim.

Diterangkan lebih jauh, fitur ini memberikan dua tipe keuntungan berbeda yang dapat dipilih sesuai kebutuhan konsumen. Pertama adalah harga tetap, pelanggan akan dikenakan harga yang sama walaupun terjadi perubahan harga selama periode berlangganan. Kedua, diskon tetap, pelanggan akan dikenakan persen atau nominal diskon yang sama walaupun terjadi perubahan harga selama periode berlangganan.

Keduanya dapat dipilih dengan periode langganan hingga 54 minggu untuk langganan frekuensi mingguan dan 12 bulan apabila memilih frekuensi bulanan.

“Dengan demikian, penghematan yang diterima konsumen akan setakar dengan jumlah langganan. Semakin banyak produk yang dijadikan langganan untuk periode yang lama, maka semakin besar pula penghematan yang dirasakan untuk jangka panjang,” tambah VP Public Relations Blibli Yolanda Nainggolan kepada DailySocial.

Dia juga menekankan, perusahaan tidak membebankan biaya di luar total order apabila menggunakan fitur ini. Namun apabila terdapat penambahan produk di luar paket berlangganan, konsumen akan diarahkan untuk membeli secara terpisah dengan cara reguler atau membuat paket langganan baru.

Untuk menikmati fitur tersebut, konsumen bisa membuka aplikasi Blibli lalu masuk ke halaman BlibliMart dan memilih tab Langganan. Setelah itu memilih produk yang akan dimasukkan ke dalam paket Langganan dan mengatur frekuensi paket. Pada saat check out, sistem pembayaran yang baru tersedia saat ini adalah auto debet melalui kartu debit dan kredit.

Ke depannya opsi akan diperluas, seperti menggunakan uang elektronik. Pendebetan ini dilakukan maksimal 4 hari sebelum pengiriman dan paket akan diterima maksimal 4 hari setelah pembayaran.

Yolanda melanjutkan, Langganan sudah bisa dinikmati ke semua area cakupan Blibli di seluruh Indonesia. Keunggulan ini terbantu berkat tersebarnya 20 gudang Blibli dan 32 titik Hub di 15 kota besar. Menurutnya kehadiran infrastruktur logistik ini memungkinkan perusahaan untuk melayani konsumen di tingkat nasional.

“Selain itu dukungan dari armada kurir sendiri Blibli Express Service (BES), Blibli dapat mempermudah produk-produk yang dipesan melalui fitur Langganan, di mana paket dapat dikirimkan dengan cepat dari hub ke alamat pelanggan.”

BlibliMart

Belanja groceries di BlibliMart termasuk salah satu kategori yang paling laku di Blibli. Dalam data Blibli pada paruh pertama tahun ini memperlihatkan produk sehari-hari tetap mengalami penjualan yang kuat, termasuk sembako seperti beras dan minyak goreng.

Meski tidak dirinci dalam angka, digambarkan jumlah order di BlibliMart meningkat hingga 3 kali lipat saat periode hari jadi perusahaan pada Juli kemarin. “Notabenenya ini berlangsung di tengah pandemi, dibanding bulan sebelumnya.”

Yolanda melihat pandemi telah memicu masyarakat untuk bergeser ke belanja online. Pada saat yang sama, mereka juga diharuskan untuk berdiam diri di rumah sehingga terdorong untuk mengeksplorasi penggunaan teknologi agar bisa menjalankan berbagai aktivitas, termasuk belanja dari rumah.

Behavior change di mana semakin banyak konsumen beralih ke online shopping, terlihat dari meningkatkan adoption rate terhadap e-commerce. Adoption rate pun terlihat jelas selama pandemi, termasuk di bulan Ramadan mengingat Ramadan adalah periode di mana pembelanjaan rumah tangga umumnya meningkat,” tutupnya.

Dalam mendongkrak kinerja dari kategori BlibliMart, perusahaan ekspansi bisnis ke Jawa Timur. Provinsi tersebut dipilih karena termasuk pasar terbesar di luar Jabodetabek. Jumlah seller meningkat sebanyak 2,5 kali di semester pertama 2020 jika dibandingkan periode sama di tahun sebelumnya.

Jumlah order pada BlibliMart di provinsi ini juga ikut meningkat sebanyak dua kali untuk periode yang sama. Produk yang paling banyak dibeli adalah Keperluan Bayi & Anak, Makanan Instan, dan Sembako, yang menunjukkan bahwa pelanggan Jatim memfokuskan konsumsi mereka pada kebutuhan primer.

Application Information Will Show Up Here

Grab Ventures Velocity Ketiga Telah Usai, Tiga Finalis Jadi Bagian Solusi untuk Merchant

Grab Ventures Velocity (GVV) akhirnya menyatakan lima startup finalis lulus dari program akselerasi tersebut. LunaPOS, Printerous, KliknClean, GetCraft, dan Workmate dinyatakan lulus setelah melewati rangkaian bimbingan dari Grab sejak Mei lalu.

Tema besar GVV angkatan ketiga ini masih tentang pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah dengan fokus pada usaha kuliner. Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi mengatakan, dalam jangka waktu tersebut kelima startup tadi menerima berbagai jenis bimbingan mulai dari pendanaan, pengelolaan keuangan, hingga strategi pengembangan bisnis langsung dari Group CEO & Co-Founder Grab Anthony Tan.

“Ini bukti nyata untuk mendukung ekosistem startup dan akselerasi ekonomi digital melalui digitalisasi ekonomi,” ujar Neneng.

Salah satu yang paling penting dari rangkaian bimbingan di program ini adalah kesempatan uji layanan selama delapan pekan dengan menawarkan layanan para finalis lewat platform GrabFood. Ini menjadi penting bagi para finalis karena seperti diketahui platform Grab merupakan salah satu yang terbesar di Asia Tenggara. Masuk ke dalam ekosistem aplikasi mereka merupakan akses langsung ke ratusan ribu merchant dan jutaan pengguna.

Marketplace untuk mitra merchant

Dari uji layanan tersebut, Grab memberi kesempatan kepada LunaPOS, Printerous, dan KliknClean untuk bergabung di dalam ekosistem Grab sebagai mitra bisnis resmi. Adapun LunaPOS menawarkan solusi kasir, manajemen inventaris, hingga layanan akuntansi berbasis cloud; Printerous menyediakan layanan percetakan dan pengepakan untuk bisnis kuliner; dan KliknClean menawarkan solusi pembersihan tempat usaha kuliner dengan disinfektan, pengendalian hama, hingga fogging.

Menurut Neneng, layanan ketiga startup itu sudah bisa diakses oleh mitra merchant Grab lewat marketplace Solusi Mitra GrabMerchant.

“Solusi mereka akan bisa ditemui oleh mitra merchant Grab adalah solusi kami yang baru. Marketplace kami akan memberikan layanan tambahan mulai POS, kebersihan, dan percetakan digital yang harganya terjangkau,” imbuh Neneng.

Kehadiran LunaPOS, Printerous, dan KliknClean menambah daftar startup yang digandeng oleh Grab dalam memenuhi kebutuhan merchant mereka. Dari situs resmi mereka, selain ketiga startup tersebut, ada nama-nama lain seperti Pawoon, Qasir, Majoo, Vireo, dan iSeller. Neneng mengatakan jumlah mitra di marketplace ini masih akan terus bertambah.

Sebagaimana pandemi mengubah banyak kebiasaan masyarakat, transformasi layanan ke platform digital merupakan salah satu dampak positif. Ini juga tercermin dari pencapaian Grab yang menerima lebih dari 350 ribu UKM dan 32 ribu pedagang tradisional ke dalam platform mereka sejak pandemi berlangsung.

“Sekitar 99% pelaku usaha itu kan UMKM, artinya potensinya gede banget. Oleh karena itu kami sangat mendukung startup-startup yang fokus membantu UMKM sehingga UMKM benar-benar bisa dibantu untuk bertahan apalagi di masa pandemi ini mereka harus digitalisasi,” pungkas Neneng.

Rangkaian program GVV angkatan ketiga sendiri sudah berlangsung sejak Maret 2020. UKM sektor kuliner dari awal sudah ditetapkan sebagai fokus untuk peserta angkatan teranyar ini. Grab menggandeng BRI Ventures sebagai mitra strategis dalam program ini.

Dari gelaran sebelumnya, GVV sudah menghasilkan beberapa startup lulusan program mereka. Nama-nama itu di antaranya adalah Qoala, TaniHub, SayurBox, BookMyShow dan Sejasa.

Disclosure: DailySocial adalah strategic partner Grab Ventures Velocity batch 3

Bisnis Asuransi Relatif Cepat Pulih dari Pandemi, Momentum Pertumbuhan Insurtech

Di antara banyaknya model bisnis yang berkembang di ekosistem startup Indonesia, teknologi asuransi (insurance technology – insurtech) menjadi salah satu yang kini banyak dilirik kalangan investor lokal maupun asing. Prinsip utamanya, insurtech mencoba merevolusi perilaku konsumen, dengan menghadirkan proses asuransi yang lebih sederhana, transparan, dan hemat.

Ada beberapa alasan mendasar mengapa insurtech diproyeksikan berkembang baik di sini. Seperti yang disampaikan Lifepal dalam sebuah kesempatan, mengutip hasil studi Munich Re Economic Research, Indonesia akan memimpin pertumbuhan premi asuransi kesehatan dan jiwa dari tahun 2019-2030, dengan CAGR sebesar 9,1%.

Sepanjang taun 2019, premi yang berhasil dibukukan sudah mencapai 185,3 triliun Rupiah untuk asuransi jiwa dan 80,1 triliun Rupiah untuk asuransi kesehatan.

Insurance growth

Pandemi Covid-19 turut tidak menyurutkan pertumbuhan bisnis asuransi di Indonesia. Dari data yang dirangkum Lifepal, ditunjukkan adanya pemulihan yang relatif cepat terkait pendapatan bruto premi untuk asuransi jiwa sepanjang tahun 2020. Apalagi di bulan Juni 2020, dibandingkan periode yang sama tahun lalu nilainya meningkat.

Insurance Indonesia

Momentum untuk insurtech

Di tengah pertumbuhan bisnis asuransi, ternyata jika menelisik lebih dalam masih banyak pain-points yang dihadapi calon nasabah. Proses mencari informasi, membeli, hingga mengklaim produk asuransi kadang tidak mudah, juga dirasa kurang transparan. Model bisnis konvensional menggunakan sistem keagenan, seorang agen akan “mendorong penuh” calon nasabah untuk berlangganan produk asuransinya, tanpa memberikan edukasi yang holistis dan komprehensif.

Pada akhirnya, di beberapa kasus, para agen tersebut justru menciptakan ketidakpercayaan di kalangan konsumen. Apalagi di era digital seperti saat ini konsumen juga dapat dengan mudah memvalidasi informasi yang disampaikan. Namun, ketika mencari tahu sendiri pun, misalnya lewat Google, banyak terminologi rumit dan rekomendasi bias yang ditemui, pada akhirnya tidak mengantarkan konsumen pada produk yang memberikan manfaat secara optimal.

Berbekal fakta tersebut, kemudian beberapa startup muncul menawarkan pemrosesan asuransi yang lebih memudahkan, melalui bantuan teknologi. Laporan DSResearch bertajuk “Insurtech Strategic Innovation” telah memetakan beberapa startup lokal yang sudah beroperasi di lanskap tersebut.

Insurtech in Indonesia

Lifepal sendiri menjadi salah satu pemain insurtech yang menawarkan kemudahan kepada pelanggan untuk menemukan dan membeli asuransi yang tepat untuk kebutuhannya yang spesifik. Di dalamnya menyajikan konten dan ulasan yang didesain untuk memudahkan konsumen melakukan perencanaan, dengan menyajikan daftar dan membandingkan produk asuransi. Saat ini ada sekitar 50 merek asuransi yang telah dirangkul, dengan 200 pilihan produk; berhasil menghadirkan sekitar 4 juta kunjungan situs setiap bulannya.

Perkembangan insurtech

Tahun 2020, beberapa startup insurtech makin kuatkan penetrasi bisnis, termasuk didukung melalui pendanaan baru. Teranyar, PasarPolis umumkan telah membukukan dana hingga 796 miliar Rupiah. Nilai tersebut turut didukung putaran terbaru seri B dari LeapFrog Investments, SBI Investment, Alpha JWC Ventures, Intudo Ventures, dan Xiaomi. Perolehan ini diklaim jadi yang terbesar untuk startup insurtech di regional.

Mei 2020 lalu, Igloo yang sebelumnya dikenal sebagai Axinan, juga umumkan pendanaan seri A+ senilai 238,4 miliar Rupiah. Mereka adalah startup asal Singapura yang telah memiliki basis operasional di Indonesia melalui kerja samanya dengan Sompo Indonesia. Ada juga Qoala yang bukukan pendanaan seri A senilai 209 miliar Rupiah pada April 2020 lalu.

Inovasi pun terus bergulir, beberapa pemain turut lahirkan produk berbasis insurtech tahun ini. Seperti yang dilakukan oleh Modal Rakyat, bekerja sama dengan Adira mereka hadirkan asuransi kendaraan. Inisiatif ini diluncurkan bebarengan dengan masuknya perusahaan ke bisnis e-procurement pembelian truk logistik.

Ada juga inovasi berbasis kecerdasan buatan yang diluncurkan Prixa. Mereka mengintegrasikan sistem healthtech dengan insurtech, menggandeng beberapa pemain di lanskap terkait. Layanannya disajikan dalam bentuk chatbot, dengan harapan memudahkan calon konsumen mendapatkan pemahaman seraya sedang chatting dengan seorang pakar.

Gambar Header: Depositphotos.com

10 Startup Ikuti “Demo Day” dalam Program Synrgy Accelerator Milik BCA

Synrgy Accelerator telah masuk memasuki batch ketiga. Total ada 10 startup yang sudah lolos seleksi. Semuanya telah mengikuti serangkaian kegiatan yang dilakukan selama tiga bulan terakhir. Kemarin (30/9) mempresentasikan diri dalam gelaran Demo Day.

“Selama program Synrgy Accelerator batch ketiga, kami bersama-sama mengeksplorasi kebutuhan setiap startup, setelah itu kami melengkapinya dengan sesi mentoring 1-on-1, workshop untuk mendukung pengetahuan mereka, dan sharing dengan ahli di berbagai bidang. Hingga akhirnya para startup mempersiapkan diri dengan baik untuk Synrgy Accelerator Demo Day,” terang SVP Digital Innovation Solution BCA Adi Prasetyo Susilo dalam pembukaannya.

Sementara itu Director GK-Plug and Play Aaron Nio memaparkan bahwa selama 3 bulan terakhir meski semua dilakukan secara virtual semangat para peserta tidak surut, sehingga semua program bisa berjalan dengan baik.

“Salah satu tujuan utama dari program ini adalah untuk memperkuat komitmen BCA dalam giving back untuk ekosistem teknologi di Indonesia, dan kami yakin startup dan solusi yang mereka kerjakan akan menjadi contoh tersebut,” terang Arron.

Berikut adalah 10 startup yang turut serta:

  • Aman: Aman merupakan sebuah platform digital yang memberikan pelayanan bagi individual maupun perusahaan untuk mencari dan mengelola asuransi yang tepat dan sesuai kebutuhan.
  • Bangku: Bangku merupakan startup yang memudahkan UKM dalam mencari pinjaman usaha. Mereka bekerja sama dengan berbagai institusi finansial untuk menghadirkan berbagai macam produk pinjaman melalui platformnya.
  • Katalis: menawarkan solusi pembayaran berbasis kartu yang bisa diimplementasikan di berbagai sektor. Solusi yang ditawarkan antara lain close-loop transaction, akses pintu, parkir, vending machine, dan lainnya.
  • Moodah: solusi yang ditawarkan adalah pencatatan keuangan berbasis digital. Targetnya para UKM yang membutuhkan pencatatan keuangan yang lebih baik agar bisa memperbaiki arus kas.
  • Nimbly: solusi yang ditawarkan adalah kemudahan pengelolaan bisnis dan automasi proses untuk perusahaan.
  • Sales1: Merupakan sebuah platform yang menawarkan solusi CRM bagi perusahaan di berbagai sektor.
  • Shortlyst: sebuah perusahaan data analitik yang menerapkan teknologi machine learning dan big data untuk menghadirkan solusi pengelolaan sumber daya manusia.
  • SmartEye: mengembangkan solusi AR dan VR untuk sektor pemasaran dan pelatihan.
  • Taphomes: startup ini bergerak di bidang properti dengan konsep Rent To Own (Sewa untuk Beli).
  • Vexanium: startup dengan keahlian di bidang blockchain dengan menawarkan solusi smart contract untuk bisnis atau perusahaan.