MailTarget Jadi MTARGET, Mantapkan Diri sebagai “Marketing Cloud Solution”

Menjelang akhir tahun 2018, platform SaaS pemasaran email MailTarget lakukan rebranding menjadi MTARGET. Nama baru akan digunakan secara efektif mulai tahun depan, dibarengi rencana menghadirkan lebih banyak varian produk pemasaran digital. Kendati berganti nama, layanan email marketing automation yang ada sebelumnya tidak akan banyak berubah.

Dalam keterangan tertulisnya Founder & CEO MTARGET Yopie Suryadi menerangkan,rebranding ini merupakan bentuk metamorfosis bisnisnya. Perubahan “Mail” menjadi “M” menandakan sesuatu yang lebih luas, terkait Marketing, Mail, Mobile dan lainnya.

Meski terjadi perubahan nama, fitur pemasaran email tetap akan menjadi layanan andalan MTARGET. Hanya saja solusi yang akan dihadirkan menjadi lebih luas dan diharapkan bisa membantu permasalahan lainnya di ranah digital marketing.

“Kami mulai membenahi sistem, menajamkan visi dan misi, dan menaruh core values di perusahaan. Termasuk mengubah mindset, dari berjualan menjadi bagaimana caranya kami berkontribusi terhadap dunia usaha. Kami menerapkan smart selling, membagi tipe user dan menaruh fokus di area user yang paling membutuhkan kontribusi kami,” terang Yopie.

Salah satu capaian bisnis MailTarget tahun ini merealisasikan rencana ekspansi. Layanannya kini sudah dipasarkan di Malaysia.

“Sepanjang 2018 kami mencapai growth 22% month-on-month, dengan pengguna mencapai 2100. Kami selalu mendengar apa yang menjadi masalah pengguna kami. Lalu kami kembangkan fitur yang dapat membantu dan bisa dipakai secara umum oleh yang lain.”

Dengan nama baru, Yopie dan tim siap menyongsong perjalanan startup dengan fokus baru, yakni sebagai “Marketing Cloud Solution”.

“Layanan kami di 2019 akan membantu para perusahaan untuk lebih personal dan dekat dengan para customer-nya melalui data dan tools yang tepat. Kami masih akan menyasar pangsa pasar bisnis. Diharapkan setelah fundraising berikutnya kami bisa dengan segera membantu para UKM Indonesia.”

Qoala Digitalkan Proses Klaim Asuransi

Penetrasi asuransi di Indonesia baru menyentuh angka 1,7%, tergolong rendah dibandingkan negara tetangga. Melihat minimnya ketertarikan tersebut, startup insurtech Qoala mencoba hadir menyederhanakan proses klaim asuransi dengan pendekatan digital. Diharapkan memberikan citra positif layanan asuransi dan pengalaman pengguna yang lebih baik.

Founder dan CEO Qoala Harshet Lunani menjelaskan, perusahaan mengembangkan layanan secara end-to-end dengan teknologi; mulai dari tahap KYC, fraud management saat proses klaim, dan proses pembayaran. Dengan solusi tersebut, perusahaan asuransi dapat mengurangi biaya operasional dan menciptakan pengalaman klaim yang machine-driven.

Contoh pemrosesannya, Qoala dapat membantu menilai kerusakan layar ponsel dalam hitungan detik melalui embedded machine learning pada teknologi video assesment. Dengan teknologi ini, perusahaan asuransi dimungkinkan untuk dapat memproses dan membayar klaim asuransi lebih cepat.

“Kami bertujuan untuk terus mendukung pertumbuhan industri asuransi dan inklusi asuransi dengan menyediakan layanan mobile yang sepenuhnya automated dengan proses yang disederhanakan,” terang Harshet, Kamis (13/12).

Fokus bisnis Qoala lebih mengarah ke post-sales, berbeda dengan pemain agregator yang pre-sales. Secara regulasi, belum ada payung hukum yang selaras dengan model bisnis Qoala. Oleh karena itu, diungkapkan saat ini perusahaan masih dalam proses pendaftaran untuk masuk ke regulatory sandbox mengikuti aturan POJK Nomor 13/2018 tentang inovasi keuangan digital (IKD).

“Sejak 3-4 bulan lalu kami sudah mulai berkomunikasi dengan OJK. Mereka cukup terbuka dengan model bisnis seperti ini karena bisa mendukung industri asuransi,” tambah COO dan Co-Founder Qoala Tommy Martin.

Pada tahap awal ini, Qoala baru menyediakan produk yang khusus mengurangi risiko bagi para konsumen yang bepergian seperti produk 90 menit penundaan penerbangan tanpa klaim dan 100% pengembalian uang untuk pembatalan kereta. Dua produk ini dihadirkan berkat kolaborasi antara Asuransi ACA dan Simasnet.

Nasabah yang membeli asuransi dari perusahaan asuransi cukup mendaftarkan polisnya ke dalam sistem Qoala. Berikutnya mengunggah KTP, tiket penerbangan (apabila membeli asuransi perjalanan), dan memasukkan nomor rekening bank untuk permudah pembayaran klaim. Nanti sistem Qoala akan memberi notifikasi apabila ada pembayaran klaim.

Nasabah tidak perlu lagi melakukan dokumentasi ulang apabila ingin klaim atas risiko yang menimpa mereka. Pasalnya, dalam sistem Qoala juga terhubung dengan jadwal dari berbagai maskapai penerbangan.

Harshet mengatakan dengan teknologi Qoala nasabah dapat menerima klaim asuransi perjalanannya dalam kurun waktu 1,5 jam saja. Sementara kalau memakai proses manual, bisa memakan waktu hingga 4 jam.

“Perusahaan asuransi dapat menghemat biaya operasional hingga 25% dari 40% biaya yang mereka keluarkan setiap kali membayarkan klaim asuransi perjalanan kepada nasabahnya.”

Dalam model bisnisnya, Qoala menganut konsep B2B2C. Ada delapan mitra travel yang sudah bekerja sama dengan perusahaan; di antaranya Pegipegi, Panorama JTB, Padiciti, MNC Travel, Bravo Wisata, Travel Nusa, dan sebagainya.

Rencana bisnis

Tommy melanjutkan dalam waktu dekat, perusahaan akan merilis beragam teknologi untuk mendukung produk asuransi umum. Asuransi produk gadget ditargetkan bakal rilis dalam waktu dekat.

Berikutnya adalah asuransi kendaraan dengan teknologi. Bahkan dalam situs, Qoala tengah mempersiapkan produk asuransi untuk e-commerce, kesehatan, dan p2p lending.

“Tidak menutup kemungkinan kami akan mengembangkan ke asuransi jiwa, namun untuk tahap awal kami akan mengedukasi masyarakat dengan asuransi umum yang produknya bisa dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.”

Untuk mengakses layanan Qoala, sementara ini bisa diakses melalui versi PWA (Progressive Web Apps). Harshet menjelaskan paling lambat aplikasi Qoala bakal meluncur pada kuartal I/2019.

Qoala beroperasi sejak Februari 2018 dan kini memiliki 30 karyawan, lebih dari separuh adalah tim engineering. Diklaim Qoala telah digunakan oleh puluhan ribu pemegang polis. Perusahaan telah menerima investasi awal dengan nilai yang tidak disebutkan dari Central Capital Ventura (CCV), Seedplus, dan Genesia Ventures.

Aplikasi Mobile Banking Telkomsel Hadir, Gaet 24 Mitra Bank

Telkomsel resmi memperkenalkan aplikasi mobile banking (mBanking) untuk 168 juta penggunanya di Indonesia. Aplikasi ini merupakan bentuk baru dari layanan mBanking Telkomsel yang sudah hadir sejak 2008.

Vice President Digital Advertising and Banking Telkomsel Harris Wijaya mengungkapan, layanan ini bertransformasi menjadi aplikasi mengikuti perkembangan pasar, seiring dengan penetrasi smartphone yang semakin tinggi serta gaya hidup digital masyarakat. 

“Maka itu, kami mengubah model layanan dan tampilannya dalam bentuk aplikasi. User interface juga dibuat kekinian sesuai kebutuhan pengguna,” ungkap Harris ditemui di acara peluncurannya, di Jakarta.

Untuk menggunakan aplikasi ini, pengguna Telkomsel wajib melakukan registrasi ke bank sesuai dengan rekening yang dimilikinya.

Saat ini, Telkomsel telah bermitra dengan 24 bank untuk aplikasi versi Android, sedangkan versi iOS baru ada 18 bank. Aplikasi iOS baru akan hadir di akhir bulan ini.

Adapun, aplikasi ini menggunakan basis menu USSD dan SMS untuk bertransaksi, baik transaksi perbankan maupun transaksi dengan mitra merchant. Misalnya transaksi pembayaran, pembelian pulsa, atau listrik. 

GM Digital Banking Telkomsel Rudy Anto Herlambang menyebutkan, transaksi berbasis SMS dan USSD dipilih karena dinilai lebih unggul dari sisi keamanan. Terlebih, penggunaan SMS dan USSD dapat digunakan di kondisi jaringan apapun.

“Ini tantangan buat kami [saat memilih SMS dan menu USSD]. Buat yang tinggal di area yang jaringan broadband-nya baik, tentu [akses internet] tidak jadi masalah,” ujar Rudy.

“Justru dengan menu USSD, kami ingin tangkap segmen anak muda dan sekaligus membantu lokal yang tidak mengembangkan aplikasi, lebih helpful. Menurut saya, saat ini belum ada aplikasi multi-bank, atau yang menyediakan layanan untuk semua bank,” tambahnya.

Telkomsel mencatat ada 18 juta pengguna yang mendaftar layanan mBanking (sebelum aplikasi), tetapi hanya 10 juta pengguna yang aktif. Rudy menargetkan ada tambahan satu juta pengguna baru yang memakai aplikasi mBanking di 2019. Telkomsel juga berencana menambah enam mitra bank di tahun depan.

Application Information Will Show Up Here

Grab Dapat Pendanaan Tambahan dari Yamaha Motor Senilai 2 Triliun Rupiah

Yamaha Motor dan Grab hari ini (13/12) mengumumkan kerja sama strategis untuk memaksimalkan potensi transportasi roda dua di Indonesia. Sebagai bagian dari kesepakatan, Yamaha Motor mengucurkan investasi ke Grab senilai $150 juta (setra 2,1 triliun Rupiah). Ini adalah investasi lanjutan yang melibatkan perusahaan di bidang otomotif setelah sebelumnya Hyundai dan Kia Motors suntikan dana setara 3,5 triliun Rupiah.

Melalui kemitraan ini Yamaha Motor dan Grab akan mengembangkan serangkaian solusi. Pertama, perusahaan akan memanfaatkan teknologi Yamaha untuk meningkatkan keselamatan mitra dan penumpang layanan berbasis sepeda motor. Kedua, Yamaha akan memberikan insentif berupa kemudahan akses pembelian bagi siapa saja yang tertarik menjadi mitra layanan ride-hailing Grab.

“Selain meningkatkan keselamatan dan kenyamanan, [akan ada] penerapan teknologi Yamaha Motor tipe baru sebagai sistem transportasi yang lebih melibatkan pengguna. Kami juga memprediksi adanya peningkatan dalam sistem mobilitas di masa depan, dan terciptanya solusi-solusi mobilitas baru,” sambut General Manager of Motorcycle Business Operations Yamaha Motor Takuya Kinoshita.

Untuk menjangkau visi jangka panjang kedua negara, kerja sama ini akan turut diisi dengan eksplorasi teknologi terbaru seperti robotika untuk menjawab isu-isu terkait sistem mobilitas.

President Grab Ming Maa mengatakan, keamanan mitra pengemudi dan pelanggan merupakan hal yang paling penting bagi Grab. Harapannya kerja sama ini dapat melahirkan solusi inovatif untuk layanan ride-hailing.

Sebelumnya tahun ini Grab telah menargetkan untuk melakukan penggalangan dana baru hingga $3 miliar. Beberapa perusahaan besar dan pemodal ventura sudah turut andil, di antaranya Booking Holdings, Microsoft, Toyota, hingga Kasikorn Bank.

Application Information Will Show Up Here

OLX Gandeng OtoSpector Hadirkan Layanan Inspeksi Mobil

Untuk optimalkan layanan iklan mobil, OLX luncurkan terobosan baru dengan menghadirkan fitur inspeksi. Inovasi ini disediakan dalam rangka membantu calon pembeli dapatkan informasi kondisi mobil secara komprehensif. Layanan ini hadir atas kerja sama OLX dengan OtoSpector.

“Layanan insepeksi mobil hadir bagi pengguna yang membutuhkan pengecekan kondisi mobil secara detail. Melalui kerja sama dengan OtoSpector, pengguna akan mendapatkan laporan mendalam tentang kondisi mobil yang akan dibeli,” terang Chief Commercial Officer OLX Indonesia Agung Iskandar.

Sebelum melakukan inspeksi, calon pembeli dianjurkan menghubungi penjual untuk menentukan jadwal pengecekan. Setelah itu calon pembeli dapat melakukan pesanan proses inspeksi dengan melengkapi formulir yang disediakan OLX, baik di situs maupun di aplikasi. Tim OtoSpector akan melakukan inspeksi sesuai jadwal dan lokasi yang ditentukan.

Setelah inspeksi dilakukan, dalam jangka waktu 1×24 jam laporan mengenai kondisi mobil akan dikirimkan langsung melalui email calon pembeli.

OLX dan OtoSpector melakukan pengecekan kondisi mobil pada 150 titik meliputi bagian interior, eksterior, mesin, sampai dengan kelengkapan dokumen. Kondisi masing-masing titik ini yang akan ditulis dalam detail laporan.

“OtoSpector juga memberikan garansi mesin 30 hari kepada pengguna jika hasil inspeksi mobil masuk ke dalam kategori baik. Kami berharap layanan ini dapat membantu pengguna OLX sebelum memutuskan untuk membeli mobil bekas,” terang CEO OtoSpector Jeffrey Andika.

Sebelumnya terkait dengan layanan penjualan mobil, OLX juga menjalin kerja sama dengan platform BeliMobilGue. Selain itu OLX juga bermitra dengan Futuready untuk mudahkan pembeli mendapatkan asuransi.

Application Information Will Show Up Here

DataOn Resmikan “GreatDay HR”, Startup Manajemen SDM untuk UKM

Perusahaan manajemen sumber daya manusia (SDM) DataOn hari ini (12/12) mengumumkan kehadiran anak usaha barunya GreatDay HR. Dengan segmen layanan sama, unit usaha baru tersebut akan menyasar kalangan UKM. Pemisahan unit bisnis ini dilakukan agar GreatDay HR bisa lebih fokus menggarap segmen tersebut.

DataOn sudah berdiri sejak 1999 dan diklaim menjadi perusahaan manajemen HR terbesar di Indonesia untuk segmen korporasi. Produk DataOn, yakni SunFish HR telah mendukung lebih dari 1,4 juta karyawan di lebih dari 1.200 perusahaan di 35 negara.

“Tim untuk GreatDay HR sudah dipecah dari DataOn agar bisa fokus menangani solusi HR untuk skala UKM. Tim kami terus tumbuh pesat, kemungkinan sekarang ada 50 orang. Sedangkan DataOn punya 300 karyawan,” terang Founder dan CEO DataOn dan GreatDay HR Gordon Enns, Rabu (12/12).

Secara startup, GreatDay HR berbentuk PMA dengan basis pusat di Singapura di bawah naungan Publica Holding Pte Ltd. Untuk dukung akselerasi bisnis, Enns mengumumkan perolehan investasi pra seri A senilai $2,5 juta yang dipimpin oleh Otium Ventures. Diikuti pula investor dari Indonesia dan Thailand.

Investasi ini akan digunakan untuk mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Area Jabodetabek menjadi fokus awal, kemudian merambah ke Jawa secara perlahan hingga ke seluruh Indonesia. Pihaknya juga akan membawa produk ini ke beberapa negara di Asia Tenggara.

“Investor melihat produk ini dapat dibawa keluar negeri karena umumnya permasalahan yang dihadapi itu sama dengan Indonesia.”

Fitur GreatDay HR

GreatDay HR adalah aplikasi mobile yang bisa permudah mengelola data sumber daya manusia. Fitur di dalamnya termasuk untuk mengajukan reimburse, melaporkan kehadiran/cuti, penggajian, pelaporan PPh 21, pengurusan BPJS, dan penjadwalan kerja.

Semua pengguna menerima informasi termasuk permintaan yang membutuhkan persetujuan mereka, pengumuman perusahaan, pengingat status kehadiran, atau status karyawan yang diunggah di media sosial internal perusahaan.

Yang membedakan GreatDay HR dengan pemain sejenis, menurut Enns terletak di sisi penerapan konsep media sosial yang terintegrasi dalam aplikasi untuk mendukung komunikasi yang lebih baik.

Pengelolaan tugas, penelusuran aktivitas, dan umpan balik berkelanjutan memungkinkan terjadinya komunikasi lebih terstruktur, sehingga menghasilkan data yang dapat diakumulasi menjadi dasar untuk social performance management.

Enns menjelaskan fitur GreatDay dihadirkan untuk mendorong karyawan saling berbagi hal hebat yang sudah mereka lakukan setiap harinya. Unggahan ini dibagikan ke seluruh “followers”, termasuk tim kerja dan memperoleh “like” pada setiap unggahan.

“Like” ini dapat menambah poin untuk penilaian profil karyawan terbaik dan perusahaan dapat memberikan reward atas kontribusi mereka. Poin dan gamification tersebut bakal menunjang kontribusi/penggunaan konten micro-learning, penelurusan tugas, berbagi media sosial, dan interaksi lainnya.

“Menciptakan keterlibatan karyawan adalah tantangan berkelanjutan bagi banyak perusahaan. Padahal karyawan yang terlibat aktif dan menikmati waktu mereka di tempat kerja, umumnya memiliki prospek karir yang lebih baik dan tentunya menambah nilai lebih bagi perusahaan.”

Sediakan fitur finansial

Secara bertahap Enns bersama tim akan terus mengembangkan fitur di dalam aplikasi agar semakin menjawab kebutuhan para UKM. Salah satu fitur yang bakal dikuatkan adalah digital employee benefits, sebuah solusi finansial yang terintegrasi dalam aplikasi.

Perusahaan menghubungkan pengguna dengan berbagai pemain di industri jasa keuangan seperti multi-finance, asuransi, investasi, bank, wallet, dan online payment di dalam aplikasi. Pengguna dapat mengatur keuangan mereka dalam slot bahkan sebelum waktu gajian tiba.

Ketika gaji sudah masuk, dana secara otomatis akan terpotong dari dalam aplikasi. Seluruh tagihan pun akan terselesaikan pada saat itu juga. Mitra pun akan mendapat potensi nasabah baru yang datang dari kalangan UKM.

“Melalui program kerja sama dengan mitra keuangan, kami dapat menawarkan opsi yang lebih baik kepada karyawan seperti asuransi, pinjaman berbiaya rendah, dan lainnya. Mulai Januari 2019, kami akan umumkan beberapa kerja sama terbaru terkait fitur ini.”

Untuk berlangganan aplikasi, UKM hanya perlu menyediakan biaya Rp9 ribu per karyawan dalam setiap bulannya. Ness mengatakan untuk integrasi layanan dengan UKM tidak dikenakan biaya sama sekali.

“Kalau perusahaan mau pakai SunFish HR itu biayanya bisa memakan $100 juta sampai $10 miliar. Sementara kalau ini biaya integrasinya tidak ada, hanya biaya per kepala karyawan saja,” tutupnya.

GreatDay HR pertama kali dirilis sejak awal tahun ini, Ness menyebut telah memiliki 120 pengguna dari kalangan UKM dengan total 140 ribu karyawan. Aplikasi secara harian dikunjungi hingga 80 ribu kali oleh para karyawan. Pengguna tersebar di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina.

Catcha Group: Fintech dan Healthtech Diprediksi Jadi Unicorn Indonesia Selanjutnya

Awal tahun ini, Catcha Group merilis delapan prediksi untuk industri startup di Asia Tenggara. Kini Catcha Group kembali merilis tiga prediksi lanjutan terkait masa depan industri startup Indonesia di tahun 2020 mendatang.

Pertama, pendanaan ke startup Indonesia diprediksi melampaui Singapura. Hal ini diperkuat dengan target Indonesia menambah startup berstatus unicorn selanjutnya sebagaimana dikemukakan pula oleh Menkominfo Rudiantara.

Menurut Patrick Grove, Co-founder & Group CEO Catcha Group, dengan target punya lebih dari empat unicorn dalam beberapa tahun mendatang, Indonesia punya potensi untuk menggeser Singapura sebagai negara dengan alokasi pendanaan terbesar di Asia Tenggara saat ini.

Kemudian fakta lainnya adalah Indonesia memiliki pasar yang luas dengan populasi sebagai kekuatannya. Populasi digital Indonesia mencapai 131 juta, jauh lebih besar dibanding Singapura, yang hanya 5 juta. Saat ini total kapitalisasi startup besar di Indonesia mencapai $20 miliar, sedangkan Singapura $22 miliar.

Tak hanya itu, Grove juga mengungkap deal pendanaan seri C tengah naik di Indonesia meski pertumbuhannya lambat. Singapura justru sebaliknya.

“Posisi Indonesia dengan pasar 26 kali lebih besar dari Singapura memberikan ruang untuk tumbuh signifikan sebagaimana terlihat dari total pendanaan yang disuntik ke startup Indonesia” papar Grove.

Prediksi kedua, Indonesia bakal memegang porsi terbanyak sebagai penghasil “Next Indonesia unicorn” atau Nexicorn (startup) bernilai $100 juta. Pertumbuhan pengguna internet, perkembangan ekonomi, tingginya peluang suntikan investasi, hingga market size akan mendorong Indonesia untuk mencapai hal itu.

Fintech dan healthcare mulai diburu investor

Sejalan dengan hal di atas, Catcha Group memprediksi ada dua unicorn selanjutnya di Indonesia, dan masing-masing datang dari sektor fintech dan healthcare. Kedua sektor ini dinilai tengah mendominasi pertumbuhan startup di Tanah Air.

Pasar healthcare Indonesia diprediksi mencapai $363 miliar di 2025, naik 18 kali lebih besar dari $20 miliar di 2010. Besarnya nilai tersebut turut didorong oleh tingginya permintaan terhadap layanan kesehatan.

Sebagaimana disampaikan VP Products Halodoc Alfonsius P Timboel, industri kesehatan indonesia mengalami banyak tantangan, seperti kurangnya tenaga medis. Saat ini hanya 160 ribu dokter di Indonesia yang melayani 250 juta populasi Indonesia.

Ada dua startup yang mengisi pasar layanan healthcare berbasis digital di Indonesia, yakni Halodoc dengan valuasi $13 juta dan Alodokter dengan $12,1 juta.

Beralih ke fintech, ada banyak sekali pemain yang masuk ke pasar Indonesia. Wajar mengingat setiap startup berusaha mengambil kue pasar yang sangat besar ini. Laporan mengungkap bahwa 64 persen orang Indonesia berusia 25 tahun tidak memiliki rekening bank (unbanked). Ini merepresentasikan potensi kuat bagi startup fintech.

Bicara market size, nilainya di Indonesia pada 2017 mencapai $22 miliar, estimasinya akan meroket ke $54 miliar di tahun 2025. Adapun peneterasi layanan fintech di Indonesia sudah mencapai 46 persen terhadap 133 juta pengguna internet.

Karena hal ini, investor lokal dan luar punya alasan kuat untuk menyuntik dananya di luar sektor e-commerce karena gencarnya upaya perusahaan lokal masuk ke pasar dan pemerintah yang mulai memberikan dukungan terhadap sektor ini.

Sebagai gambaran, deal pendanaan untuk startup fintech di Indonesia terus naik dari hanya tiga di 2014, meningkat ke 11 (2015), 21 (2016), dan 53 di 2017.

Tokopedia Umumkan Perolehan Pendanaan 16 Triliun Rupiah yang Dipimpin oleh Softbank dan Alibaba

Hari ini (12/12) Tokopedia resmi mengumumkan perolehan pendanaan terbaru senilai $1,1 miliar (setara dengan 16 triliun Rupiah). Putaran pendanaan kali ini dipimpin oleh SoftBank Vision Fund dan Alibaba Group dengan partisipasi Softbank Ventures Korea, serta investor-investor Tokopedia sebelumnya. Kabar tentang pendanaan ini sudah tersiar sejak akhir November lalu.

Tokopedia berencana menggunakan tambahan modal tersebut untuk mendorong pembangunan teknologi dan infrastruktur yang akan memberdayakan jutaan bisnis lokal untuk tumbuh dan memberikan pengalaman terbaik bagi pelanggan.

“Dalam sembilan tahun pertama kami, Tokopedia fokus untuk membangun marketplace terbesar di Indonesia yang menyediakan barang fisik serta digital. Memasuki tahun kesepuluh, Tokopedia akan mengembangkan ekosistem kami menjadi infrastructure-as-a-service (IaaS) di mana teknologi logistik, fulfillment, pembayaran, dan layanan keuangan kami akan memberdayakan perdagangan, baik online maupun offline. Ini akan memperluas skala dan jangkauan Tokopedia, sekaligus meningkatkan efisiensi operasional bagi jutaan bisnis dan mitra,” ujar Co-Founder & CEO Tokopedia William Tanuwijaya.

Sejauh ini Tokopedia sudah menjangkau 93% kecamatan di Indonesia di lebih dari 17.000 pulau. Pada tahun ini gross merchandise value (GMV) Tokopedia meningkat hingga empat kali lipat. Saat ini Tokopedia juga telah melakukan pengiriman di hari yang sama (same-day delivery) untuk 25% transaksi yang terjadi dalam platformnya.

“Tokopedia telah menyediakan akses ke lebih dari 100 juta jenis produk kepada masyarakat Indonesia. Kami mendukung dan percaya kepada kekuatan entrepreneur lokal, dan melihat potensi pertumbuhan Tokopedia akan terus berkelanjutan,” sambut Lydia Jett, Senior Investor SoftBank Investment Advisers sekaligus Anggota Dewan Tokopedia.

Pada pemberitaan sebelumnya tersiar kabar mengenai kondisi kepemilikan saham saat ini di Tokopedia. William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison disebut memegang kurang dari 8% saham perusahaan. Softbank secara total (termasuk melalui afiliasinya) memiliki lebih dari 38% saham perusahaan. Alibaba, melalui Taobao, menjadi investor terbesar kedua dengan kepemilikan 25%.

Application Information Will Show Up Here

Pemerintah Libatkan Pemain Fintech untuk Salurkan Kredit Ultra Mikro

Kementerian Keuangan mengumumkan uji coba penyaluran kredit ultra mikro (UMI) dengan menggandeng pemain beberapa fintech. Beberapa pemain yang diajak kerja sama yakni Gopay, Tcash, Bukalapak dan T-Money. Tujuannya agar distribusi bantuan dari pemerintah buat pengusaha mikro dapat lebih maksimal daripada sebelumnya.

UMI adalah program lanjutan dari bantuan sosial menjadi kemandirian usaha yang menyasar usaha mikro di lapisan terbawah, khususnya untuk yang belum bisa difasilitasi perbankan melalui program kredit usaha rakyat (KUR). UMI memberikan fasilitas pembiayaan maksimal Rp10 juta per nasabah dengan tenor sampai 52 minggu dan kupon 2%-4%.

Kredit disalurkan oleh lembaga keuangan bukan bank (LKBB). Di antaranya Pegadaian, Bahana Artha Ventura, dan Permodalan Nasional Madani (PNM). Sumber pendanaan UMI diambil dari APBN, kontribusi pemerintah daerah, dan lembaga keuangan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pemerintah menganggarkan dana untuk subsidi KUR sebesar Rp11,8 triliun pada tahun ini. Sementara pada tahun depan anggarannya meningkat jadi Rp12,1 triliun.

“Itu subsidi bunganya. Sementara untuk penyalurannya bisa melampaui Rp100 triliun atau 30% dari total korporasi kredit usaha menengah,” katanya, Selasa (11/12).

Menurutnya selama ini penyaluran KUR banyak dilakukan oleh bank pelat merah seperti BRI yang memiliki jaringan hingga ke pelosok desa. Namun saat ini teknologi digital membantu penetrasi ke usaha kecil, tanpa harus ada banyak overhead cost yang harus dikeluarkan.

Dengan menggandeng empat pemain fintech, uji coba ini bertujuan untuk mengukur tingkat penerimaan debitur pembiayaan UMI terkait transaksi secara elektronik.

Tahun depan UMI bakal memasuki tahun ketiganya. Pemerintah mengalokasikan dana ultra mikro sebesar Rp2,5 triliun, pada tahun lalu sebesar Rp1,5 triliun. Sebanyak Rp3 triliun sudah disiapkan untuk tahun depan.

Basis data debitur lebih terekam

Direktur Utama BAKTI Kemkominfo Anang Latif menjelaskan, untuk pengajuan UMI cukup mudah karena hanya dengan melampirkan kartu keluarga dan KTP. Debitur bisa memilih penerimaan dananya mau tunai atau lewat elektronik melalui Gopay, Tcash, T-Money, atau Bukalapak.

Untuk dorong transaksi elektronik di tingkat masyarakat lapis bawah, pemerintah akan mendorong pemain fintech tersebut untuk memperbanyak merchant yang bisa menerima pembayaran elektronik dengan metode scan kode QR. Bakal dibuka pula, integrasi kode QR dapat lintas pemain fintech, tidak hanya berlaku untuk satu pemain saja.

Dengan demikian, pemerintah pun akan semakin mudah merekam kebiasaan debitur dari transaksi non tunai yang mereka lakukan sehari-hari, agar bisa lebih cepat menyalurkan bantuan sosial sebelum mereka butuhkan.

“Ini masih uji coba mau kita lakukan selama tiga bulan. Nanti ada evaluasi kalau memang perlu diperpanjang ya tidak masalah, fleksibel lah.”

Terkait penyimpanan data, sambungnya, belum diputuskan bolanya apakah basis data ini bakal disimpan di Kemkominfo atau di Kemenkeu.

Dalam kesempatan yang sama CEO Tcash Danu Wicaksana menambahkan, perusahaan akan menyasar anggota koperasi di kawasan Lombok Timur, NTT untuk penyaluran kredit UMI. Di sana terdapat lebih dari 1.200 debitur koperasi yang masih menerima pinjaman dalam bentuk tunai.

“Wilayah ini secara khusus dipilih sebagai salah satu upaya Tcash dalam membantu masyarakat setempat yang memiliki keterbatasan akses terhadap layanan keuangan formal untuk pengembangan bisnis mereka,” kata Danu.

Nantinya debitur akan diarahkan untuk memanfaatkan salah satu metode pembayaran di Tcash yakni kode akses USSD *800# mengakomodasi masyarakat unbanked yang masih menggunakan feature phone.

Alpha JWC Ventures Terlibat dalam Pendanaan Startup SaaS Vietnam Base.vn

Alpha JWC Ventures terlibat dalam pendanaan pra-seri A untuk Base.vn (Base), startup asal Vietnam yang mengembangkan platform SaaS untuk korporasi. Nominal pendanaan mencapai $1,3 juta. Selain Alpha JWC, pendanaan ini turut dipimpin Beenext.

Investor sebelumnya yakni 500 Startup dan VIISA turut mendukung juga. Suntikan modal ini sekaligus menjadi yang terbesar di Vietnam untuk sektor SaaS dan B2B.

“Misi Base adalah membangun masa depan (proses) kerja. Kami membayangkan dalam lima tahun ke depan perusahaan akan beroperasi dan mengelola secara efektif pekerjaannya melalui teknologi,” terang Co-founder & CEO Base Hung Pham.

Hung juga menjelaskan bahwa dalam dua tahun terakhir mereka telah membangun model khusus yang mampu mengintegrasikan berbagai aplikasi ke dalam satu kanal terpusat.

Menanggapi investasi ini Co-founder & Managing Partner Alpha JWC Chandra Tjan menyebutkan, bahwa menjual solusi untuk kalangan korporasi memiliki tantangan tersendiri. Base dengan produknya diyakini bisa menjadi pemimpin SaaS di Vietnam.

“Hung adalah serial entrepreneur dengan strong technical founder dan kami percaya Base akan menjadi platform SaaS terkemuka di Asia Tenggara dan sekitarnya,” imbuh Chandra.

Ini adalah pendanaan Alpha JWC Ventures pertama di Vietnam. Chandra dalam keterangan resminya menjelaskan, setelah Indonesia, Singapura, dan Malaysia; pihaknya percaya Vietnam akan menjadi negara yang akan memiliki startup teknologi besar di Asia Tenggara.

Melalui pendanaan ini pihak Base juga merencanakan ekspansi regional. Namun untuk saat ini, prioritasnya merekrut lebih banyak talenta untuk pengembangan produk.

“Prioritas pertama kami memperoleh lebih banyak talenta untuk pengembangan produk dan membangun landasan yang kuat untuk ekspansi di Asia Tenggara pada pertengahan 2019. Dengan produk, tim yang solid, dan investor strategis; kami optimis dapat menjadi platform SaaS terkemuka di wilayah ini,” tutup Hung.