AC Ventures Buat Program Edukasi untuk Founder Startup Tahap Awal

Perusahaan modal ventura AC Ventures (ACV) meluncurkan platform pendidikan untuk founder startup teknologi di negara berkembang bernama “ACV Academy”. Rangkaian program pelatihan ini tersedia secara gratis, dirancang untuk membawa ekosistem teknologi tahap awal ke tingkat pengetahuan baru.

“Kami senang dapat meluncurkan ACV Academy. Ini menyaring takeaways utama yang telah kami pelajari melalui investasi di lebih dari 120 perusahaan selama sepuluh tahun terakhir,” ujar Fonder & Managing Partner AC Ventures Adrian Li dalam keterangan resmi, Kamis (3/10).

Adrian melanjutkan, sejak awal tahun ini ACV memulai misi yang berani untuk memberikan panduan dan dukungan langsung kepada portofolio perusahaan mereka di Indonesia. ACV memosisikan dirinya sebagai perusahaan investasi teknologi yang menawarkan perangkat value creation kepada portofolionya.

Ide dasar di balik langkah ini adalah, jika ACV dapat membantu portofolionya mencapai keunggulan operasional sejak awal, maka mereka dapat melanjutkan untuk meningkatkan putaran pendanaan berikutnya dengan lebih baik. Hingga pada akhirnya, mereka dapat terus mencapai kesuksesan yang lebih baik di pasar dan menemukan skenario exit yang berarti.

Berlandaskan etos “Pembelajaran Eksponensial”, ACV Academy berupaya membantu lebih banyak startup teknologi di kawasan ini mencapai traksi dan skala yang sehat setelahnya.

Dalam waktu bersamaan, AC Ventures juga meluncurkan modul, buku pedoman untuk para pendiri startup yang berjudul Refining Recruitment for Startups. Buku ini disusun bersama dengan konsultan manajemen global dan firma pencarian eksekutif, Egon Zehnder.

Menjalankan perusahaan tahap awal merupakan tantangan dan mencari talenta yang paling sesuai adalah salah satu rintangan terbesar, terutama di pasar negara berkembang. Buku pedoman ini dirancang sebagai peta jalan bagi para pendiri startup yang perlu mendidik diri mereka sendiri tentang proses perekrutan secara menyeluruh.

Modul ini berisi lima bagian, yakni ‘Preparation’, ‘Start the search’, ‘Make the decision’, ‘Onboarding’, dan ‘Ongoing engagement via team building’. Di dalam buku, juga menampilkan anekdot dan testimonial menarik dari beberapa pendiri portofolio AC Ventures. Seluruh isinya dapat dijadikan sebagai alat rujukan secara berkelanjutan ketika para pendiri perusahaan teknologi membangun tim mereka.

“Pelajaran yang diberikan dan buku pedoman yang diterbitkan ini dibuat oleh pengusaha dan operator veteran mengenai strategi eksekusi utama, termasuk model rekrutmen hari ini. Kami senang menyaksikan ACV Academy berkembang ke ke depan dan memberikan nilai unik kepada para sendiri,” kata Adrian.

Dalam peluncuran ACV Academy, perusahaan membuat kegiatan webinar yang menghadirkan Sergio Salvador (Chief People Officer Carsome) dan Zhafira Loebis (Konsultan Egon Zehnder). Keduanya punya segudang pengalaman di bidang perekrutan dan membangun tim di startup teknologi.

Salvador menyampaikan, dirinya telah menyaksikan beberapa dan secara langsung, apa yang diperlukan untuk mengembangkan bisnis dari tim kecil menjadi tim besar. Ia pun mendukung inisiatif yang diambil oleh ACV melalui kehadiran ACV Academy.

“Dengan inisiatif seperti ini, saya pikir startup akan mendapatkan banyak keuntungan dari investor langsung seperti ACV. Saya berharap, inisiatif ini dapat menghasilkan lebih banyak kisah sukses startup di ekosistem,” ucapnya.

FishLog Raih Pendanaan Pra-Seri A 55 Miliar Rupiah

Startup aquatech FishLog mengumumkan perolehan pendanaan pra-seri A sebesar $3,5 juta (lebih dari 55 miliar Rupiah). Sejumlah investor ikut berpartisipasi dalam putaran tersebut, yakni BRI Ventures, Accel, Insignia Ventures Partners, Patamar Capital, Indogen Capital, dan Triputra Agri Group.

FishLog akan memanfaatkan dana segar tersebut untuk memperkuat jaringan rantai dingin perikanan domestik Indonesia melalui ekosistem yang dibangun. Termasuk akses ke pembiayaan dan mitra ekosistem. Kemudian, memperkuat peran FishLog dalam rantai pasokan global sebagai penggerak ekosistem dan mengembangkan keberlanjutan tenaga kerja di industri melalui “FishLog Academy”.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (3/10), Chief Investment Officer BRI Ventures Markus Rahardja menyampaikan, fokus FishLog yang menyeluruh dalam mendigitalkan rantai pasok perikanan menjadi solusi permasalahan cold storage dan menjaga distribusi logistik dari hulu hingga hilir.

Hal tersebut sejalan dengan tugas Badan Logistik Indonesia dalam menjaga stabilitas harga, stok, kualitas hasil perikanan, dan pemerataan distribusi, serta menerapkan sistem penamaan Unit Penyimpanan Stok Nasional dan Internasional (SKU) yang terstandardisasi.

“Kami sangat senang dapat bermitra dengan FishLog dengan peran inovatif yang mereka mainkan di industri perikanan Indonesia dan mendukung mereka untuk terus fokus pada Rantai Pasokan Terintegrasi di Industri Makanan Laut dan memperluas digitalisasi ekosistem FishLog secara global,” jelas Markus.

Sejak 2020, FishLog telah mendorong peningkatan penyimpanan dingin, mengolah, dan mendistribusikan perikanan Indonesia agar mampu memenuhi penawaran dan permintaan global dengan lebih baik.

FishLog mengaktifkan wilayah pesisir perikanan dengan mendirikan FishLog Quality Centers, platform hybrid offline-online yang bekerja dengan mitra cold storage lokal untuk memberikan para pemangku kepentingan lokal termasuk nelayan, agregator, dan pedagang, akses yang lebih besar kepada pembeli dengan mendaftarkan inventaris mereka di pasar FishLog dan mendigitalkan mereka operasi.

FishLog juga memungkinkan bisnis perikanan untuk memaksimalkan operasi hulu hingga hilir melalui empat produknya, penanganan inventaris, pembiayaan, B2B marketplace, dan Digitalisasi Cold Storage.

Sejumlah startup di bidang aquatech tampak mendapatkan perhatian lebih dari investor. Tahun ini saja beberapa pemain telah mendapatkan pendanaan, termasuk eFishery (Rp1,2 triliun), Aruna (Rp431 miliar), hingga Delos (Rp115 miliar).

Pencapaian dan rencana berikutnya

Suasana di FishLog Quality Center / FishLog

CEO & Co-founder FishLog Bayu Anggara mengatakan, meskipun ada potensi bisnis global yang sangat besar untuk sektor perikanan Indonesia, namun hal itu telah lama diganggu oleh inefisiensi dan fragmentasi. Misinya di FishLog adalah membuka potensi penjualan dan memaksimalkan utilitas penyimpanan industri perikanan Indonesia yang terfragmentasi, membangun cara terbaik dan paling terjangkau untuk memastikan keberlanjutan produk dan tenaga kerja di industri.

“Melalui pendanaan ini, kami akan terus membangun cold chain ekosistem enabler dan sistem operasi untuk perikanan di Indonesia. Visi kami adalah agar semua pemangku kepentingan di sektor ini dapat berpartisipasi secara produktif dalam industri ini, bertransaksi dengan aman, dipercaya oleh, dan terintegrasi dengan mulus satu sama lain,” kata Bayu.

Dia melanjutkan untuk mencapai visinya untuk industri perikanan yang lebih kuat di Indonesia, diperlukan banyak talenta yang mumpuni. Untuk itu, FishLog telah meningkatkan perekrutan dan ekspansi timnya. Saat ini, perusahaan memiliki lebih dari 200 karyawan.

Di sisi lain, sebagai bentuk berkontribusi pada pengembangan bakat industri yang berkelanjutan, pihaknya membentuk FishLog Academy. Program ini dibangun untuk mengembangkan dan memiliki standar yang sama dalam industri perikanan ini.

FishLog Academy adalah program intensif untuk menghasilkan talenta terbaik dalam hal ini industri yang menawarkan pendidikan profesional, pengembangan pribadi, dan peluang karier yang terjamin. Fishlog Academy berkomitmen untuk memperkuat keterampilan dan kemampuan talenta masa depan di industri perikanan.

FishLog Academy berfokus pada dua program yang akan menghasilkan talenta muda yang kompeten di bidang Quality Control dan Cold Storage Operations. Mereka akan langsung mendapat teori dan praktek langsung di FishLog Quality Center di seluruh Indonesia.

Selain itu, program lain di FishLog Academy adalah mempersiapkan talenta yang siap bekerja secara profesional, dan yang berkompeten di industri perikanan. Mereka akan diberikan pelajaran tentang Operasi & Manajemen Bisnis.

Ke depannya, perusahaan akan tetap menjadikan Indonesia sebagai pasar utama. Namun tetap membuka potensi perikanan domestik Indonesia di mata panggung global. Saat ini, perusahaan sedang mempersiapkan produk marketplace enabler untuk semua pemangku kepentingan perikanan di Indonesia, merampingkan proses rantai pasokan mereka menjadi lebih efisien dan transparan dengan cara yang lebih berkelanjutan.

“Kami telah membangun model yang kuat dan dapat direplikasi di seluruh Indonesia, kami sekarang berinisiatif untuk berkembang di rantai pasokan global,” tutup Bayu.

Application Information Will Show Up Here

Go-Ventures Pimpin Pendanaan Seri A “Skuad”, Startup HRIS Pekerja Remote

Startup SaaS penyedia solusi manajemen karyawan (HRIS) untuk pekerja remote “Skuad” mengumumkan perolehan pendanaan seri A yang dipimpin oleh lengan investasi GoTo, Go-Ventures. Sejumlah investor lain seperti Beenext, Anthemis, Boleh Capital, dan angel investor turut berpartisipasi dalam putaran ini.

Keterlibatan Go-Ventures tentunya menambah daftar portofolio startup asal luar Indonesia, setelah Safeboda (Uganda), Leanerbly (Inggris), Mobile Premier League (India), Mall91 (India), dan lainnya.

Skuad adalah startup HRIS asal Singapura yang didirikan pada 2020. Startup ini berfokus pada penyederhanaan proses menemukan dan mengelola talenta global sembari menghilangkan friksi-friksi yang ada. Hal tersebut memungkinkan perusahaan untuk membangun tim terdistribusi dengan mempekerjakan talenta global, tanpa mendirikan badan hukum di pasar baru. Layanannya mencakup orientasi, penggajian, tunjangan, pajak, dan kepatuhan lokal.

“Kami memulai Skuad karena kami menyadari bahwa bakat ada di mana-mana, tetapi peluang tidak. Dengan kompleksitas perekrutan di pasar luar negeri dan pembayaran lintas batas, perusahaan merasa sulit untuk menemukan dan merekrut bakat yang tepat dan membangun tim global,” ucap Founder dan CEO Skuad Sundeep Sahi dalam keterangan resmi seperti yang dikutip dari e27.

Solusi Skuad

Sahi menjelaskan, misi skuad adalah mengatasi tidak efisiensinya pasar perekrutan, dengan menyesuaikan antara peningkatan jumlah orang yang dapat kerja di mana saja dengan pemberi kerja yang membutuhkan jasa mereka.

Ada dua solusi yang ditawarkan Skuad, yakni membantu klien menemukan  talenta dan mengelola ketenagakerjaan untuk organisasi. Sehingga tidak perlu khawatir tentang regulasi, pajak, penggajian, dan aturan lokal lainnya.

Distribusi talenta terbaik, sambungnya, tidaklah merata. Secara sederhana, ekonomi di negara maju memiliki terlalu sedikit orang untuk mengisi terlalu banyak peran yang membutuhkan keterampilan khusus. Sementara, di negara berkembang, kondisinya terbalik. “Dalam hal ini, pengusaha ekonomi maju perlu membangun tim terdisitribusi dengan orang-orang berbakat yang tinggal dan bekerja di negara berkembang.”

Solusi yang ditawarkan Skuad bisa dibilang mendapat respons positif dari pasar. Dalam dua tahun terakhir, Skuad telah menjaring pengguna dari kalangan perusahaan yang tersebar di 34 negara (sekitar 50% di antaranya datang dari Amerika Utara dan Eropa) dan talenta di 94 negara (sekitar 80% dari negara berkembang).

Kemudian, memproses $120 juta pembayaran tahunan dalam 50 mata uang di seluruh dunia, dan mencatatkan kenaikan ARR (Annual Recurring Revenue) 3x lipat sejak Januari 2022. Sejumlah klien Skuad yang berasal dari Indonesia di antaranya Amartha, Akseleran, Funding Societies, dan Sayurbox.

Perusahaan akan melipatkagandakan pencapaiannya tersebut dengan mengambil sejumlah rencana strategis. Salah satunya, mengakuisisi Codejudge, platform penilaian bakat berbasis data yang mengotomatiskan proses wawancara. Nilai lebih yang ditawarkan tentunya akan memperkuat kemampuan perekrutan di Skuad. Disebutkan akuisisi terhadap startup berbasis di Amerika Serikat ini masih dalam tahap penyelesaian.

Enterprise Singapore dan Dukungannya untuk Startup di Asia Tenggara

Singapura selama ini dijadikan hub untuk ekosistem startup regional. Untuk memberikan kontribusi dan dukungan lebih kepada ekosistem startup, Enterprise Singapore menggelar SWITCH 2022. Yakni sebuah rangkaian acara pameran, konferensi, hingga networking antar penggiat startup dan stakeholder pendukungnya. Enterprise Singapore adalah agensi dari pemerintah Singapura yang didanai oleh Kementerian Perdagangan dan Industri setempat.

Rangkaian acara SWITCH tersebut  ditutup dengan SLINGSHOT, merupakan kompetisi pitching yang memberi startup platform internasional untuk memperkenalkan dirinya kepada perusahaan, veteran industri, dan investor; dengan harapan terbentuknya kolaborasi mutual.

Perluas ekosistem startup

Tugas utama Enterprise Singapore pada dasarnya menjadi enabler ekosistem startup dengan memastikan bisa melahirkan generasi founder baru dengan lancar sampai melakukan proses scale-up. Selain melayani pasar global, para startup tersebut diharapkan bisa go-global.

“Berbeda dengan kegiatan serupa lainnya, SWITCH bertindak seperti umbrella brand. Dan SLINGSHOT menjadi crown jewel yang merupakan global startup pitching competition,” kata Assistant CEO Enterprise Singapore Edwin Chow.

Terdapat sekitar peserta dari 90 negara yang bergabung dalam gelaran acara SWITCH 2022. Acara ini juga menampilkan lebih dari 350 pembicara dan lebih dari 300 peserta pameran dari penelitian global, investor, dan komunitas startup. Untuk komunitas startup Indonesia sendiri turut bergabung dalam kegiatan tersebut East Ventures yang memperkenalkan beberapa portofolio mereka.

Value proposition yang kami tawarkan adalah di Singapura semua startup dari berbagai negara bisa bertemu dan menemukan partner, investor, bahkan talenta,” kata Edwin.

Untuk pertama kalinya, SWITCH 2022 menampilkan tujuh mitra teknologi regional untuk membangun sinergi di seluruh ekosistem inovasi. Tema yang dibahas dalam acara ini di antaranya adalah inovasi keberlanjutan dan pembangunan perkotaan, teknologi ritel, dan kepercayaan digital.

Disinggung seperti apa potensi startup Indonesia di mata Enterprise Singapore, Edwin mengungkapkan dirinya sangat tertarik dengan apa yang ditawarkan oleh startup asal Indonesia. Dirinya telah bertemu dengan beberapa pendiri startup yang memiliki potensi untuk tumbuh secara positif, salah satunya adalah pendiri lulusan dari ITB.

“Yang mengejutkan bagi kami adalah mereka yaitu pendiri startup asal Indonesia sudah mengetahui Enterprise Singapore dan apa yang sudah kami lakukan selama ini,” kata Edwin.

Indonesia pasar terbesar di Asia Tenggara

Dalam kesempatan tersebut Menteri Perdagangan dan Industri Singapura, Gan Kim Yong turut menyampaikan apreasiasinya kepada komunitas startup dan pihak pendukung lainnya yang telah hadir dalam gelaran acara SWITCH 2022. Menurutnya akan menjadi lebih baik lagi bagi ekosistem startup Singapura jika memiliki kerja sama strategis dengan pihak terkait.

Sebagai negara yang memiliki pendidikan berkualitas, sumber daya bahkan peluang untuk membangun bisnis secara global, Singapura dinilai menjadi tempat yang tepat bagi komunitas startup di Asia Tenggara untuk berkumpul dan melakukan kolaborasi bersama.

“Dalam waktu dua tahun terakhir penuh tantangan dan sekarang sudah mulai banyak negara yang membuka diri dan kegiatan dan traveling sudah kembali normal. Singapura pun ingin melakukan engagement dengan negara lainnya untuk bisa membuat ekonomi berkembang. Industri startup menjadi hal yang penting, terutama dalam area digital ekonomi, kami ingin mencari inovasi dan solusi baru untuk memecahkan semua tantangan.”

Ditambahkan olehnya acara SWITCH 2022 menjadi platform yang baik untuk kalangan korporasi dan bisnis datang bersama melakukan kolaborasi untuk mengembangkan peluang baru, bukan hanya di Singapura tapi juga di regional. Tujuannya adalah untuk menciptakan inovasi baru dan solusi digital.

Indonesia sebagai negara yang menjadi target pasar bagi startup asing untuk melancarkan bisnisnya termasuk Singapura, selama ini sudah dikenal sebagai pasar yang bisa membuktikan, apakah model bisnis dan layanan yang ditawarkan oleh startup dari berbagai negara bisa berjalan sukses atau tidak.

Menurut Gan Kim Yong, Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi sangat besar di Asia Tenggara. Jika startup bisa sukses di Indonesia, dipastikan akan bisa melancarkan bisnis di negara lainnya termasuk Singapura. Namun demikian dirinya menegaskan, semua tentunya tergantung dari bisnis yang ditawarkan. Beberapa bisnis mungkin lebih mudah untuk tumbuh secara positif di negara lain, di pasar yang lebih kecil atau pasar yang memang sudah ditargetkan.

“Menurut saya ada cara berbeda yang bisa dilihat, bagi startup biasanya untuk pilot project lebih mudah untuk di eksekusi, di jalankan dan di akses. Khusus untuk Indonesia saya melihat potensi besar ada di green energy, termasuk di dalamnya renewable energy, solar, hydro dan lainnya.”

Untuk mempererat kerja sama antara Indonesia dan Singapura, telah dibangun data center di Nongsa Digital Park Batam. Dilansir dari Kompas.id, perusahaan asal Singapura, Data Center First, membangun pusat data berkapasitas 30 megawatt di Kawasan Ekonomi Khusus Nongsa, Batam, Kepulauan Riau. Investasi tahap pertama proyek yang diberi nama Nongsa One itu bernilai $40 juta atau sekitar Rp560 miliar. Hal itu diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan mempercepat transformasi digital Indonesia.

Data center tersebut kami lancarkan untuk membangun kerja sama strategis antara Singapura dengan Indonesia. Harapannya dapat membantu kami untuk mengembangkan bisnis demikian juga untuk Indonesia, jadi win win solution.”

Ulasan Pertumbuhan Ekonomi Digital Asia Tenggara 2022

Dalam laporan bertajuk e-Conomy Southeast Asia 2022: Through the Waves, Towards a Sea of Opportunity yang dirilis oleh Google, Temasek, dan Bain & Company terungkap, dalam waktu 24 bulan terakhir pandemi telah mengganggu bisnis di berbagai sektor. Namun telah mengakselerasi adopsi digital di berbagai sektor.

Hal menarik lain yang juga diungkap oleh Associate Partner Bain & Company Singapura Willy Chang dalam acara Switch 2022 adalah, saat ini kondisi sudah kembali berjalan normal, meskipun pandemi belum bisa dikatakan usai. Ke depannya juga akan mulai terlihat moderasi consumer consumption.

Sementara untuk kegiatan investasi, pemodal akan lebih ketat memberikan pendanaan dan penentuan valuasi. Imbasnya adalah bagaimana perusahaan harus segera memikirkan lajur yang tepat menuju profitabilitas.

Peningkatan layanan digital

Dalam laporan tersebut juga terungkap dalam waktu tiga tahun terakhir di Asia Tenggara pengguna internet berjumlah 460 juta orang, bertambah 100 juta dibandingkan tahun 2019 lalu. Kemudian terkait bisnis digital, beberapa sektor mengalami pertumbuhan selama pandemi, di antaranya adalah e-commerce, food delivery, transportasi, online grocery, online travel, dan video on-demand.

Untuk layanan e-commerce, tercatat menjadi yang mendapat keuntungan lebih selama pandemi bahkan hingga saat ini. Ke depannya di prediksi akan terus mengalami peningkatan. Untuk transportasi (ride hailing) justru sebaliknya, saat ini agak sedikit sulit bagi untuk kembali pulih. Salah satu alasannya adalah konsep bekerja hybrid di perusahaan masih terus diterapkan. Sehingga hanya sedikit yang melakukan pemesanan.

Persoalan naiknya harga bahan bakar juga menyulitkan sebagian besar mitra pengemudi untuk kemudian beroperasi, menjadikan sebagian dari mereka beralih profesi. Namun demikian untuk layanan food delivery tercatat terus mengalami peningkatan. Dilihat dari masifnya jumlah permintaan saat awal pandemi bahkan hingga saat ini.

Sektor lain yang akan mengalami perubahan bisnis selama pandemi adalah online media, dalam hal ini video on-demand dan online gaming. Untuk streaming musik berlangganan tercatat sempat mengalami penurunan pelanggan saat pandemi karena kurangnya kegiatan commute oleh sebagian besar pekerja kantoran.

Khusus untuk online travel sudah mulai banyak permintaan pembelian tiket pesawat terbang dengan makin banyaknya negara yang membuka kembali kegiatan wisata. Namun di sisi lain masih belum banyaknya penyediaan penerbangan di beberapa perusahaan penerbangan. Di tambah lagi dengan masih tingginya harga tiket pesawat saat ini.

Layanan finansial dan peluang investasi

Gopay, ShopeePay, hingga GrabPay juga mengalami pertumbuhan yang masif, bahkan masing-masing juga telah merilis layanan paylater. Karena di sisi lain produk finansial digital seperti fintech lending hingga paylater terus mengalami pertumbuhan yang positif dan diprediksi bakal terus meningkat.

Dalam laporan tersebut juga terungkap, dalam waktu tiga tahun terakhir ada beberapa model bisnis yang masuk dalam kategori memiliki peluang untuk sukses di sektor fintech. Di antaranya adalah pure-play fintech, consumer tech platform, establish financial services playerestablish consumer player, dan digital bank.

Di Indonesia sendiri untuk layanan bank digital sudah mulai marak bermunculan. Layanan ini memiliki peluang untuk sukses dilihat dari masih banyaknya masyarakat Indonesia yang masuk dalam kategori unbanked/underbanked sekitar 81%. Negara lain di Asia Tenggara yang juga memiliki potensi untuk layanan bank digital adalah Filipina dan Vietnam.

Untuk investasi, meskipun mengalami momen yang cukup kuat pada H1 2022, namun kebanyakan investor lebih berhati-hati dalam hal pemberian investasi. Fokus mereka saat ini lebih kepada bagaimana startup atau perusahaan yang mereka investasikan bisa mencapai profitabilitas.

Dalam laporan tersebut juga terungkap bahwa investasi untuk perusahaan tahap awal mengalami peningkatan.

Sementara untuk perusahaan yang masuk dalam kategori pendanaan tahapan lanjutan, cukup terkena imbas. Salah satu alasannya karena perusahaan pra-IPO berjuang untuk membangun rekam jejak pertumbuhan yang menguntungkan. Di sisi lain untuk growth stage mulai dari H12021-H12022 mengalami peningkatan investasi yang cukup tinggi.

Pendanaan dengan nominal yang besar banyak dikucurkan di regional, bahkan beberapa investor bersedia untuk terlibat dalam pendanaan berikutnya terutama untuk perusahaan yang terakselerasi selama pandemi. Terkait dengan valuasi, kebanyakan pemodal ventura berharap valuasi akan terus berkurang; hanya sebagian kecil yang melihat pemulihan dalam waktu dekat.

Dalam laporan tersebut juga dirilis beberapa perusahaan yang akan mencapai target kepada financial sustainability. Di antaranya adalah Grab pada H12023, GoTo pada Q12024, Bukalapak pada H22024, dan Shopee pada tahun 2023.

Melihat Sejauh Mana Digitalisasi dalam Bisnis Properti di Indonesia

Pandemi dinilai telah mengakselerasi pertumbuhan platform proptech di Indonesia. Hal ini ditengarai urgensi bisnis properti untuk bisa mempercepat semua proses dengan mengadopsi digital. Untuk melihat seperti apa tren dan gelombang berikutnya dari bisnis proptech di Indonesia, perlu dilihat juga perubahan dari kebiasaan di sisi pelanggan.

Dalam sesi temu media yang digelar Sinar Mas Land pekan lalu, hadir Maria Herawati Manik (Country Manager Rumah123), Indira Shadrina (Co-Founder & CCO IDEAL), Irawan Harahap (Chief Digital Tech and Ecosystem Sinar Mas Land), Mulyawan Gani (Chief Transformation Officer Sinar Mas Land), dan Bayu Seto (Partner Living Lab Venture). Diskusi tersebut membahas perkembangan dan potensi proptech di Indonesia.

Inovasi digital dan peluang konsumen muda

Setelah melakukan joint venture dengan 99.co, Rumah123 mencatat peningkatan jumlah kunjungan pengguna di website saat pandemi hingga sekarang. Untuk bisa terus menghadirkan inovasi yang relevan, mereka juga berupaya melakukan kegiatan secara online dengan mitra terkait hingga mendorong para agen mereka untuk lebih cepat melakukan follow up, ketika calon pembeli atau potential buyer sudah melakukan pencarian online.

“Apa yang terjadi adalah selama pandemi mulai banyak bermunculan pilihan pencarian properti secara online dengan menggunakan teknologi 3D. Sebelum pandemi teknologi tersebut belum banyak digunakan oleh pembeli hingga agen, dan hanya berfungsi sebagai pelengkap saja,” kata Country Manager Rumah123.com Maria Herawati Manik.

Namun demikian menurut Maria, meskipun dari kalangan pengembang properti sudah secara cepat mengadopsi digital, dari kalangan agen belum banyak yang mau melakukan kegiatan secara online. Untuk Rumah123 terus mendorong semua agen untuk melakukan kegiatan omnichannel, dengan menggabungkan proses pencarian secara online kemudian ditindaklanjuti lagi secara offline.

“Terutama dari generasi muda. Dibutuhkan waktu rata-rata sekitar satu minggu bagi mereka untuk melakukan penelitian rumah pilihan, bahkan beberapa membutuhkan waktu lebih. Sebagai platform kita mencoba untuk melihat seperti apa pain point mereka untuk bisa melancarkan kegiatan pembelian hingga final,” kata Maria.

Mulai bermunculan usia muda untuk pembelian properti juga dilihat oleh pengembang properti besar seperti Sinar Mas Land. Menurut Chief Transformation Officer Sinar Mas Land Mulyawan Gani, sejak tahun 2020 usia 40 tahun ke bawah mulai banyak yang melakukan pembelian properti. Diperkirakan dalam waktu lima tahun ke depan akan lebih banyak lagi generasi muda yang melakukan pembelian.

“Dengan adanya platform seperti Rumah123 hingga IDEAL, diharapkan bisa memberikan informasi yang lebih mendalam kepada calon pembeli. Ke depannya kita juga ingin memfokuskan kepada riset dan keputusan untuk membeli rumah, untuk itu edukasi menjadi penting bagi kami selaku property developer,” kata Mulyawan.

IDEAL juga memiliki misi untuk bisa menjadi platform yang relevan bagi calon pembeli yang ingin melakukan pembelian rumah melalui “responsible lending”. Memanfaatkan mitra pengembang ternama dan perbankan, platform mereka menghadirkan kemudahan untuk bisa melancarkan proses pembelian rumah para generasi muda saat ini.

“Kita melihat ketakutan terbesar generasi muda saat ingin membeli rumah adalah penolakan KPR yang ternyata kerap terjadi. Untuk itu sebagai platform fintech yang mendukung sektor properti, kita berharap bisa meminimalisir penolakan KPR tersebut di kalangan generasi muda,” kata Co-Founder & CCO IDEAL Indira Shadrina.

Perluas ekosistem melalui “Digital Hub”

Sinar Mas Land melakukan transformasi digital untuk memberikan pelayanan dan produk terbaik bagi masyarakat sejak tahun 2016. Dari segi infrastruktur, perusahaan menerapkan penyediaan jaringan fiber optic untuk internet berkecepatan tinggi, pengawasan lalu lintas melalui traffic command center, dan lain sebagainya.

Sejak tahun 2017 Sinar Mas Land pun menggelontorkan investasi senilai 1,5 triliun Rupiah untuk bisa melancarkan rencana mereka memperluas ekosistem. Ke depan, Sinar Mas Land menyiapkan dana investasi mencapai Rp5 -6 triliun untuk terus mengembangkan kawasan Digital Hub. Perusahaan sendiri mengklaim hingga saat ini sudah mengantongi revenue Rp1 triliun-Rp 1,2 triliun dari startup.

Mereka juga mengembangkan Digital Hub, sebuah kawasan seluas 26 hektar yang didedikasikan untuk komunitas, institusi pendidikan, startup, dan perusahaan multinasional di bidang teknologi digital dan kreatif. Perusahaan seperti Traveloka, Unilever, NTT, Grab, dan Apple kini telah masuk ekosistem digital Sinar Mas Land.

Dalam kesempatan tersebut juga dibahas upaya Sinar Mas Land untuk memperluas ekosistem mereka melalui Digital Hub. Saat ini sudah ada 4 startup unicorn di Indonesia yang berkantor di BSD. Dalam waktu dekat kawasan BSD juga bakal menjadi TikTok Hub bagi konten kreator TikTok di Indonesia.

“Selain menyediakan infrastruktur kami juga ingin fokus mengembangkan talenta digital. Di BSD saat ini sudah banyak sekolah hingga kelas untuk edukasi yang relevan yang diharapkan nantinya bisa menghubungkan talenta yang relevan dengan tech company hingga startup yang ada,” kata Chief Digital Tech and Ecosystem Sinar Mas Land Irawan Harahap.

Pelaku Industri P2P Lending Bicara Peluang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2023

Saat ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia tengah melambat. Resesi yang terjadi di global diprediksi bakal menghampiri Indonesia pada tahun depan. Apa artinya situasi ini bagi industri P2P lending dan dampaknya bagi pelaku usaha di Tanah Air?

Sesi #SelasaStartup kali ini mengulas cukup dalam mengenai keyakinan pelaku industri P2P lending dan perannya terhadap pertumbuhan ekonomi. Simak selengkapnya, rangkuman dari sudut pandang Yolanda Sunaryo sebagai Wakil Ketua Klaster Multiguna Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) sekaligus CEO RupiahCepat dan Betania Jezamin selaku CEO GandengTangan.

Peluang pertumbuhan

AFPI mengaku optimistis Indonesia dapat keluar dari masa resesi pada tahun depan. Menurut Yolanda, mungkin yang akan terjadi di Indonesia bukan resesi, melainkan kontraksi. Apa yang terjadi saat ini sebetulnya sudah pernah dirasakan ketika pandemi awal terjadi di 2020. Saat itu, TKB90 sejumlah P2P naik, karena borrower mengalami kesulitan keuangan.

Namun, situasi saat ini maupun ke depan dapat menjadi momentum bagi pemberi pinjaman atau lender untuk menyalurkan pinjaman. Platform P2P lending memfasilitasi penyaluran pinjaman dengan return hingga 21%. Imbal hasil ini tidak mungkin diberikan oleh lembaga keuangan konvensional. Tinggal bagaimana lender harus selektif dalam memilih sektor sesuai risiko yang dipahami.

Dari sisi peminjam atau borrower, banyak dari mereka sebetulnya belum terlayani lembaga keuangan. P2P dapat menjadi opsi alternatif apabila pengajuan mereka tidak diproses oleh lembaga keuangan, baik untuk kebutuhan mendesak atau modal usaha.

“Kami memprediksi penyaluran pinjaman di 2023 dapat naik hingga 25%. Pandemi tidak menyurutkan masyarakat untuk mencari berbagai peluang yang ada. Demikian juga peluang UMKM semakin tinggi. Kami optimistis pertumbuhan ekonomi dapat mencapai 5%,” paparnya.

Sementara, Betania (Jezzy) Jezamin menilai faktor perang Ukraina-Rusia memang berdampak besar ke sejumlah negara di dunia, tetapi tidak terlalu signifikan bagi Indonesia. Ia membandingkan resesi global yang terjadi di 2008 kala itu juga serupa.

Salah satunya dikarenakan Indonesia sedang mempersiapkan Pemilu 2009. Di samping itu, Indonesia tidak terlalu bermain pada instrumen sekuritas atau mortgage. Yang menarik, tuturnya, tahun politik akan dimulai di 2023. Mesin-mesin penggerak milik partai politik akan mulai bergerilya.

Jezzi menyebut setiap interaksi politik tersebut akan membutuhkan dukungan logistik. Dengan kata lain, situasi tersebut berpotensi menjadi stimulus ekonomi tidak langsung. Ia meyakini peluang pertumbuhan ekonomi masih besar di tahun depan. “Saya melihat [situasi] di 2023 akan sama seperti 2008 di mana Indonesia tidak terlalu terdampak,” katanya.

Langkah mitigasi

Yolanda menyebutkan sejumlah poin penting terkait upaya mitigasi dalam menekan potensi risiko kredit macet tahun depan. AFPI yang memayungi para pelaku industri terus memantau aktivitas penyaluran pinjaman.

Salah satunya memanfaatkan Fintech Data Center (FDC) atau pusat data nasabah untuk mencegah penyaluran pinjaman secara berlebih. “Apabila ada calon peminjam yang mengajukan lebih dari dua atau tiga, itu akan memengaruhi credit rating,” ucapnya.

Dari aspek bisnis, Yolanda menyarankan pelaku P2P agar lebih selektif dalam memfasilitasi penyaluran pinjaman. Misalnya, P2P di segmen produktif fokus pada sektor usaha yang tidak terdampak dari resesi atau tidak terlalu bergantung pada bahan baku impor.

“Dari sisi penyaluran pendanaan, kami tidak terlalu khawatir selama tingkat mitigasi risiko penyaluran sudah aman. Yang utama itu mengamankan risiko yang akan terjadi. Pertumbuhan akan tetap ada, tetapi melambat. Kami juga mendorong masyarakat agar lebih bijak dalam menentukan mana kebutuhan dan keinginan sebelum meminjam,” tambah Yolanda.

Peran P2P dan kolaborasi

Mengutip data AFPI, Yolanda mengungkap bahwa kebutuhan pinjaman/kredit di Indonesia mencapai Rp2.600 triliun. Sementara, lembaga keuangan konvensional, termasuk perbankan, pegadaian, dan pembiayaan, hanya mampu menyalurkan sekitar Rp1.000 triliun. Artinya, masih ada gap 650 triliun.

Maka itu, ia menilai kehadiran P2P lending punya peran besar dalam membantu memperkecil gap tersebut. “Banyak masyarakat yang pengajuan pinjamannya tidak dapat diproses oleh lembaga keuangan karena mereka tidak memenuhi persyaratan, seperti memiliki rekening bank. Demikian juga dengan hampir 50 juta UMKM yang tidak punya akses ke pinjaman,” ujar Yolanda.

Di sisi lain, Jezzi menyebut bahwa P2P sebagai bagian dari sektor keuangan masih terbilang muda di Indonesia. Sektor ini baru mengalami pertumbuhan di 2016. Namun, P2P telah mengalami ‘ujian’ pertamanya di 2020 ketika pandemi terjadi. Apa yang akan terjadi di tahun ini akan menjadi semacam ujian kedua.

Dari sudut pandang perusahaan, pemain P2P harus berhati-hati mengambil langkah agar dapat bertahan di tengah gejolak ekonomi. Namun di sisi lain, pemain P2P memiliki moral obligation untuk ambil peran dalam pemulihan ekonomi Indonesia.

“Kunci utama adalah kolaborasi dengan pemangku kepentingan terkait. Pemulihan ekonomi tidak bisa dilakukan sendiri. Bagi GandengTangan, kami fokus bikin Open API sehingga memudahkan siapa pun bermitra dengan kami, bisa langsung terintegrasi dengan cepat dan transparan,” tambahnya.

Sebagaimana mandat OJK menuntut sektor P2P menjadi pelaku industri keuangan yang sehat, Jezzi juga menyebut pentingnya untuk menjadi self-sustaining company. Mentality ini perlu dibangun agar startup dapat fokus menghasilkan pendapatan, dan tak melulu bergantung pada modal investor.

“Kecuali, ada rencana pengembangan inovasi baru, tentu butuh biaya besar. Artinya, fokus menyehatkan perusahaan itu utama karena OJK menuntut pelaku industri menjadi lembaga keuangan yang sehat,” tutupnya.

Platform Metaverse Lokal “Jagat” Resmi Diluncurkan

Platform digital lokal berbasis interaksi sosial “Jagat.io” meresmikan kehadirannya, setelah melalui fase tes awal sejak Agustus 2022. Platform Jagat.io dapat diakses melalui play.jagat.io, di situs web dan aplikasi mobile.

Jagat.io merupakan platform dunia visual pertama di Indonesia yang terhubung dengan kota nyata, yakni Ibu Kota Nusantara (IKN). Dalam aplikasinya, pengguna dapat memanfaatkan aplikasi ini untuk mengadakan rapat, pertemuan, nonton bareng film, konser virtual, pertunjukan karya digital, dan interaksi lainnya secara imersif.

Peresmian ini dilakukan oleh Presiden Joko Widodo bertepatan Hari Sumpah Pemuda, di Jakarta (28/10).

Founding Chairman Jagat Nusantara Wishnutama Kusubandio mengatakan, platform Jagat menghadirkan ekosistem teknologi yang terbuka dan inklusif bagi semua kalangan. Jagat Nusantara merupakan platform media sosial, platform e-commerce masa depan, serta platform olahraga dan hiburan masa depan.

“Sebuah platform social immersive berbasis web dan mobile yang menghubungkan pengguna dengan dunia virtual. Kita bisa bilang ini the next generation of social media, hasil kerja keras dan kolaborasi anak-anak muda kita,” kata Wishnu saat peluncuran.

Dia melanjutkan, “Kami sedang mempersiapkan platform ini untuk menjadi the next real estate platform untuk IKN melalui tokenisasi lahan. Bayangkan jika kita dapat memiliki lahan virtual yang juga mewakili kepemilikan lahan yang sesungguhnya nanti di IKN.”

Platform Jagat

Sementara itu, Co-founder & CEO Jagat Barry Beagan mengatakan, semua orang bebas mengekspresikan diri di platform ini. Dengan kehadiran avatar, masyarakat dapat mewujudkan kepribadian yang sesuai dengan aspirasi mereka atau persona suka-suka. Platform ini dapat diakses secara gratis.

Fitur-fitur yang dihadirkan terinspirasi dari interaksi sehari-hari, ataupun tatap muka secara online melalui kamera. Pengalaman otentik yang diciptakan Jagat menjawab peluang globalisasi di mana interaksi sosial menjadikan generasi muda di seluruh dunia menjadi semakin dekat.

“Jagat mengedepankan interaksi sosial yang berakar pada perasaan senang saat berkumpul interaksi sosial yang berakar pada perasaan senang saat berkumpul bersama teman-teman dan kebersamaan karena menurut kami bersosialisasi tidak bisa lepas dari entertainment,” ucap Barry.

Saat ini, platform Jagat menyuguhkan sensasi metaverse IKN agar pengguna bisa merasakan pengalaman berada di IKN, tepatnya di Titik Nol sebagai downtown (pusat kota) baru serta Istana Negara. Selanjutnya, Jagat akan mengembangkan ruang maupun interaksi baru dan diharapkan bisa membangun kreativitas generasi baru di Jagat, khususnya kalangan muda.

Agar pengalaman imersif, Jagat akan dikembangkan secara bertahap dengan mengumpulkan berbagai masukan dan menganalisis perilaku in-app dari pengguna untuk membuat lebih banyak inovasi sebagai platform inklusif. Nantinya, hal ini bertujuan memenuhi kebutuhan ekspresi lebih banyak masyarakat Indonesia.

Jagat menghadirkan partner-nya yang sudah terjun ke dunia virtual Jagat dengan konsep unik masing-masing, di antaranya Noice, Sociolla, Bumilangit, Hepmil Media Group, ROH Project, Indozone, Jakarta Intercultural School, Pijar Foundation, dan Play3.

Kehadiran Noice sebagai platform audio lokal pertama di Indonesia yang hadir di dunia metaverse merupakan bentuk komitmen dan kontribusi perusahaan untuk turut memajukan industri kreatif Indonesia.

“Dengan menyediakan wadah Noice Space di metaverse, kami ingin mengajak dan memfasilitasi kreator kami untuk bisa berinteraksi langsung dengan pendengar setianya dan memberikan pengalaman virtual yang spesial melalui avatar mereka di Jagat,” kata Chief Business Officer Noice Niken Sasmaya.

Saat ini Jagat telah mempersiapkan peta pengembangan yang tidak hanya membawa Ibu Kota Nusantara masuk ke dalam ekosistem Jagat, tapi juga brand dan kreator lokal untuk berkreasi dan beraktivitas secara nyata.

Menurut Barry, Jagat akan dikembangkan secara bertahap dengan mengumpulkan berbagai masukan dan mengalisis perilaku in-app dari pengguna untuk membuat lebih banyak inovasi di Jagat sebagai platform yang inklusif yang dapat memenuhi kebutuhan ekspresi masyarakat Indonesia.

“Kami melihat Nusantara sebagai aspirasi masa depan bangsa Indonesia, sama seperti Jagat yang membangun user-generated city. Jagat ingin menjadi sarana kreativitas masyarakat untuk menuangkan ekspresi serta harapan mereka untuk masa depan,” pungkas Barry.

Kinobi Dikabarkan Raih Pendanaan Lanjutan Dipimpin Binus Group

Startup pencari kerja “Kinobi” dikabarkan mengantongi pendanaan lanjutan yang diberikan PT Binus Investama Indonesia, entitas bagian dari Binus Group. Menurut sumber DailySocial.id, putaran ini bernilai $547 ribu (lebih dari 8,5 miliar Rupiah).

Disebutkan pendanaan ini diikuti oleh sejumlah investor, seperti Backstroke Consulting, dan investor individu, yakni Wong Chee Weng, Natasha Foong (Advisor Kinobi), Bernard Gunawan Hadipoespito (CEO Bina Nusantara), dan Roy Sim Yu Jie.

Bila informasi ini dikonfirmasi akurat, maka Kinobi menjadi startup kedua yang menerima pendanaan dari PT Binus Investama, setelah CoLearn. Pendanaan yang diberikan adalah putaran seri A senilai $17 juta pada awal tahun ini.

Kinobi merupakan startup penyedia portal manajemen karier untuk universitas dan perusahaan. Tujuannya membantu universitas demi mempersiapkan karier mahasiswa ataupun fresh graduate. Kinobi menyediakan fitur-fitur seperti CV builder, cover letter builder yang didesain untuk membantu membentuk kompetensi mereka.

Kinobi dirintis pada Mei 2020 oleh Benjamin Wong (CEO), Joshua Phua (CTO), Hafiz Kasman (COO). Perusahaan mengklaim telah bekerja sama dengan lebih dari 200 universitas di Indonesia, Singapura, Filipina, dan Vietnam. Sejumlah kerja sama telah dilakukan bersama universitas di Indonesia di antaranya ITS, ITB, UNPAD, dan UNAIR.

Fitur utama yang ditawarkan adalah CV builder atau aplikasi pembuat CV berbasis AI. Aplikasi ini dapat membantu mahasiswa untuk membuat CV dengan format yang sudah sesuai dengan Applicant Tracking System (ATS).

Portal karier Kinobi juga memiliki fitur job portal, pihak universitas dapat mengunggah lowongan kerja yang hanya dapat diakses oleh mahasiswanya. Hal ini tentu akan memudahkan universitas yang telah berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan dalam menyediakan lowongan kerja.

Baru-baru ini perusahaan merilis fitur tambahan, yakni Company Approval untuk permudah proses kerja sama antara universitas dan perusahaan membuka lowongan kerja; Job Approval untuk memungkinkan tim Kinobi atau whitelabel mengelola lowongan yang diunggah oleh perusahaan.

Berikutnya, Job Offer yang memungkinkan pelamar di job portal Kinobi tidak hanya menunggu panggilan, tapi juga bisa menerima atau menolak job offer dari perusahaan yang dilamar.

Ambisi Youvit Merevolusi Bisnis Vitamin Setelah Meraih Pendanaan Seri B

Gaya hidup sehat bukanlah sekadar tren yang muncul ketika pandemi Covid-19 menghantam negara ini. Pergeseran pola pikir masyarakat menuju pola hidup yang lebih sehat telah terjadi cukup lama. Di satu sisi, pandemi secara tidak langsung mempercepat laju pergeseran ini. Hal ini bisa diidentifikasi dengan kehadiran bisnis makanan sehat, ramainya pusat kebugaran, hingga perusahaan teknologi yang menyasar segmen ini.

Youvit merupakan salah satu perusahaan yang menyediakan produk kesehatan berupa vitamin. Bisnis ini dimulai oleh tiga wirausahawan dengan semangat untuk membangun pengalaman kesehatan konsumen yang menyasar negara-negara berpenduduk padat di wilayah Asia.

Setelah menghabiskan waktu 18 bulan untuk penelitian dan pengembangan produk, para pendiri berhasil memproduksi vitamin berbentuk gummy atau permen kenyal. Selain itu, vitamin ini juga memiliki kandungan yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan diet dan kebiasaan konsumen di Asia Tenggara.

Co-founder & CEO Youvit Wouter van der Kolk mengungkapkan, visi di balik produk Youvit adalah untuk mendisrupsi pasar vitamin yang dianggap kuno dan tradisional. Sementara, ada potensi pasar yang besar untuk produk-produk berkualitas yang secara khusus menyasar kaum milenial dari kelas menengah di pasar berkembang seperti Indonesia.

“Kami percaya bahwa industri nutrisi sedang tidak baik-baik saja dan siap untuk disrupsi. Banyak perusahaan besar yang menyasar pasar massal melabeli diri mereka sehat, padahal produksinya tidak sehat. Sementara itu, para milenial di negara berkembang ingin sebuah merek baru dan inovatif yang menawarkan produk premium yang terjangkau, dan memiliki passion untuk konsumen,” ujar Wouter.

Youvit telah memulai perjalanan untuk merevolusi industri vitamin di pasar Indonesia dengan membuat produk berkualitas dapat diakses oleh milenial urban kelas menengah. Produk unggulan pertama Youvit adalah gummy multivitamin untuk dewasa.

Hingga saat ini, kategori vitamin yang ditawarkan di platformnya cukup bervariasi. Mulai dari multivitamin kesehatan dewasa dan anak, hingga vitamin untuk masalah rambut rontok dan kulit. Produk-produk Youvit juga telah tersedia di lebih dari 20 ribu titik penjualan, termasuk di toko online dan e-commerce ternama.

Dalam hal distribusi, perusahaan juga mengoperasikan model omnichannel, termasuk penjualan melalui situs mereka. Berdasarkan data yang dikumpulkan, pihaknya mengungkapkan bahwa penjualan berbasis D2C (direct-to-consumer) menjadi saluran dengan pertumbuhan yang paling cepat. Nilainya telah bertumbuh 6x dari Q1 ’22 menuju Q3 ’22.

Perusahaan juga telah meluncurkan program loyalty yang disebut YOUVIT Club. Saat ini, keanggotaannya masih berbasis di grup WhatsApp.  “Tetapi kami melihat daya tarik dan minat yang sangat besar dan tengah mengupayakan untuk menciptakan ruang yang lebih permanen bagi komunitas kami,” ungkap Wouter.

Dalam komunitas ini, para anggota bisa mendapat konsultasi gratis serta saran-saran terkait kesehatan dan nutrisi dari tim yang berdedikasi, dipimpin oleh seorang ahli gizi Rachel Olsen. Komunitas ini juga secara aktif mengatur acara eksklusif untuk para anggota serta rutin memberikan penawaran khusus.

Rencana bisnis dan target pasar

Belum lama ini, Youvit berhasil membukukan pendanaan seri B senilai $6 juta atau lebih dari 93 miliar Rupiah dipimpin oleh Unilever Ventures. Putaran ini juga diikuti oleh investor sebelumnya DSG Consumer Partners dan beberapa investor baru. Perusahaan berambisi menjadi pemimpin merek vitamin untuk para “urban millennial” di wilayah Asia Tenggara.

Dana segar ini akan digunakan untuk memperluas jangkauan produknya serta meluncurkan bentuk baru dari merek vitamin yang diproduksi, seiring menambah talenta dalam timnya. Selain itu, juga untuk mendukung misi perusahaan merevolusi bisnis vitamin dalam bentuk yang lebih inovatif.

Sejalan dengan pergeseran pola hidup terkait perilaku pelanggan, Youvit bertujuan untuk memodifikasi kategori vitamin dari posisinya sebagai obat tradisional menjadi ruang gaya hidup yang lebih trendi, sembari mengubah (pivot) distribusinya dari ritel tradisional menuju omnichannel.

Perusahaan belum lama ini meluncurkan produk pertama mereka di Malaysia dan melihat adanya daya tarik yang kuat di pasar itu. Perusahaan juga akan segera meluncurkan rangkaian lengkap produknya termasuk di Guardian, Watsons, dan AEON mall serta online melalui Shopee dan Lazada Malaysia sebelum akhir tahun ini.

Disinggung mengenai target pasar, Wouter mengungkapkan bahwa milenial memiliki pandangan hidup yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Hal ini dilihat sebagai kesempatan untuk membangun merek untuk generasi baru menuju gaya hidup yang lebih sehat dan aktif. “Kami fokus di area perkotaan karena ini merupakan poros dari perkembangan itu,” tambahnya.

Wouter juga menegaskan bahwa Indonesia akan tetap jadi pasar utama, “Kami berencana menggandakan saluran ritel dan online serta berinvestasi dalam pemasaran dan pengembangan merek untuk tumbuh menjadi merek vitamin terkemuka di wilayah ini,” ujarnya.

Di Indonesia, beberapa pemain yang juga menyasar segmen serupa termasuk Lifepack dan perusahaan farmasi asal Singapura SwipeRx.