GoPay dan Bank Jago Rilis Produk Simpanan Jangka Pendek

Produk tabungan masih akan menjadi fokus PT Dompet Anak Bangsa (GoPay) selanjutnya usai menjadi aplikasi independen pada tahun lalu. Lewat produk utamanya GoPay Tabungan by Jago, GoPay kembali memperkenalkan rekening simpanan bersama mitra ekosistemnya PT Bank Jago Tbk.

Rekening simpanan GoPay Tabungan by Jago adalah produk tabungan jangka pendek yang disebut memiliki sejumlah keunggulan, antara lain menabung mulai dari Rp1, fleksibilitas pencairan, tidak ada biaya administrasi dan biaya penalti, dan bunga sebesar 3,75% p.a.

“Inovasi GoPay masih akan disesuaikan dengan kebutuhan pengguna, misalnya transaksi pembayaran dan produk tabungan. Kami ingin bangun fondasi masyarakat untuk menabung, sebelum loncat ke produk lain, seperti investasi,” ujar Head of Banking & Financial Management GoPay Andreas Santopen ditemui usai peluncuran produk GoPay Tabungan by Jago, Rabu (31/1).

Saat ini, GoPay Tabungan by Jago memiliki tiga jenis rekening. Pertama, rekening utama yang telah lebih dulu diperkenalkan pada Oktober 2023. Kedua, rekening utama Syariah, dan terakhir rekening simpanan. Seluruh produk dan layanannya telah dijamin LPS serta diawasi BI dan OJK.

Pihaknya mengklaim sejak pertama kali rilis hingga sekarang, GoPay Tabungan by Jago meraup 700 ribu pengguna dengan kenaikan transaksi hingga 5 kali lipat. Adapun, transaksi di aplikasi GoPay didominasi oleh layanan pembayaran tagihan, e-commerce, pulsa hingga QRIS.

Dari hasil risetnya, pihaknya menemukan sejumlah pengguna GoPay kesulitan memulai menabung karena anggapan produk tabungan di bank perlu dana dalam jumlah besar dengan biaya administrasi tinggi. Selain itu, aksesnya juga sulit karena lokasi kantor cabang jauh.

Berdasarkan data LPS pada 2022, rasio simpanan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia masih rendah dengan tingkat 38,8% dibandingkan negara-negara di Asia Tenggara, seperti Singapura (141%), Thailand (135,69%), dan Malaysia (122,59%).

“Kami akan terus menambah fitur-fitur baru GoPay Tabungan untuk menumbuhkan kebiasaan menabung bagi masyarakat,” tambah Head of Customer Value Management Bank Jago Irene Santoso.

Sinergi Bank Jago dan Grup GoTo telah terjalin pada berbagai ekosistem bisnisnya. Diawali dengan sinergi pembukaan rekening, Bank Jago kini telah terintegrasi sebagai salah satu metode pembayaran di aplikasi Gojek secara otomatis, baik layanan GoRide, GoFood, dan GoSend.

Application Information Will Show Up Here

Hukumonline Umumkan Pendanaan Seri B dari Media Development Investment Fund

Memasuki usianya yang ke-24, pengembang regulatory technology (regtech) Hukumonline mengumumkan perolehan pendanaan seri B dari Media Development Investment Fund (MDIF). Tidak disebutkan nominal investasi yang diberikan. Dana segar akan difokuskan untuk mendukung pengembangan produk dan layanan di bidang hukum selanjutnya.

MDIF sendiri merupakan lembaga pendanaan nonprofit berbasis di New York yang bekerja sama dengan media-media independen dari seluruh dunia. Sejak tahun 1996, MDIF telah mengucurkan pendanaan senilai $311 juta bagi 150 perusahaan media di 47 negara.

Sebelumnya di tahun 2019 lalu, Hukumonline juga telah mendapatkan pendanaan seri A dengan nilai yang tidak disebutkan dari Emerging Media Opportunity Fund (EMOF).

Sejak debut di 2020, Hukumonline menyajikan platform online yang menjadi rujukan praktisi hukum dan regulasi di Indonesia dengan menyediakan referensi beleid yang mudah diakses. Selain layanan gratis direktori, perusahaan juga menyediakan solusi premium untuk membantu pengguna mendapatkan layanan analisis hukum dan ulasan khusus.

Selain itu, Hukumonline juga menyediakan serangkaian layanan legaltech seperti platform Regulatory Compliance System, Document Management System, layanan perizinan usaha, hingga konsultasi hukum. Diklaim saat ini sudah ada ribuan klien B2B yang terdiri dari perusahaan, kantor hukum ternama, lembaga pemerintahan, dan perguruan tinggi.

“Sistem kepatuhan hukum yang menjadi salah satu produk unggulan Hukumonline, yaitu Regulatory Compliance System (RCS), rcs.hukumonline.com, telah diadopsi oleh berbagai perusahaan besar di Indonesia, dalam kurun tiga tahun setelah peluncurannya,” ujar CEO Hukumonline Arkka Dhiratara seperti dikutip dalam pernyataan resminya.

Pengembangan selanjutnya

Hukumonline mengatakan tengah mengembangkan produk baru yang mengintegrasikan kapabilitas generative AI. Ini diklaim akan menjadi yang pertama di Indonesia, untuk memudahkan praktisi mendapatkan informasi yang lebih relevan dan cepat. Sebenarnya iterasi awal dari layanan ini sudah dikenalkan sejak April 2023 lalu, melalui laman ask.hukumonline.com.

Selain itu perusahaan juga akan memperluas lini Enterprise Solution. Salah satunya agar memperluas klien B2B dengan harapan bisa meningkatkan pertumbuhan sampai 4x lipat.

“Hukumonline menjadi pionir dalam membuka akses luas terhadap informasi dan analisis hukum berkualitas tinggi di Indonesia, termasuk inovasinya dalam penggunaan AI dan pengembangan berbagai produk barunya. Kami melihat adanya potensi ini untuk ruang pertumbuhan lebih lanjut, dan MDIF siap menjalin kerja sama lebih erat dengan Hukumonline dan mendukung tim di dalamnya mencapai target tersebut,” sambut CEO MDIF Harlan Mandel.

Saat ini Hukumonline juga memiliki dua sister platform. Eazybiz.id dan Justika.com. Easybiz.id adalah platform yang membantu startup dan UMKM untuk mendapatkan izin usaha. Sementara Justika merupakan platform online untuk konsultasi hukum.

TipTip Mulai Bidik Pemilik Brand Beriklan Lewat Komunitas

Platform monetisasi konten kreator TipTip mulai membidik pemilik brand untuk memanfaatkan kehadiran komunitas dalam memasarkan produknya. Solusi ini diyakini akan menjadi terobosan baru di dunia periklanan digital yang selama ini kurang bisa menggambarkan seperti apa “real conversion” di dunia offline.

“Platform ini akan live dalam kuartal pertama ini. Yang pasti ini akan jadi breakthrough karena di iklan digital selama ini mengukur impresi, brand awareness biasanya tidak ada masalah karena ada berbagai media sosial. Real conversion ke komunitas yang belum ada,” ungkap Founder & CEO TipTip Albert Lucius saat media gathering di Jakarta, Selasa (30/1).

Albert mencontohkan, sebuah merek kamera yang meluncurkan produk terbaru kini bisa beriklan digital atau mencari komunitas kamera secara spesifik di lokasi tertentu. Dalam platform yang akan segera dirilis, pemilik brand yang bisa menentukan sendiri target komunitas, mulai dari usia, pendapatan, dan lokasinya.

“Jadi bisa langsung lakukan activation. Kita tidak melawan awareness [seperti media sosial pada umumnya] karena di sini kita bermain di activation-nya.”

Sejak diperkenalkan pada kuartal IV 2023, sebanyak 15 brand lokal sudah memanfaatkan solusi ini. Albert menargetkan setidaknya pada akhir 2024 dapat menggaet 75 brand. Model monetisasi dalam solusi ini bersifat B2B, artinya ketika terjadi kesepakatan bisnis antar perusahaan maka aktivasi akan dilaksanakan sesuai dengan kampanye yang diinginkan.

Sebelumnya, TipTip memiliki dua model bisnis untuk mencetak pendapatan, semuanya berbasis komisi. Pertama, melalui konten digital yang dijual oleh semua konten kreator, sekitar 10% dari penjualan akan masuk sebagai komisi. Kedua, melalui sistem ticketing dengan komisi mulai dari 3%-5% untuk komunitas atau konten kreator yang ingin membuat event offline/online.

“Semuanya win win. Listing event dan konten di TipTip itu gratis, komisi hanya akan ditarik ketika ada pembelian saja dari konsumen.”

Dia melanjutkan, “Kegiatan kumpul-kumpul komunitas itu sudah ada dari sebelum TipTip ada. Apa yang kita lakukan itu hanya modernisasi prosesnya jadi lebih rapi. Kalau anggota komunitas hanya 10 belum jadi masalah, tapi akan jadi masalah kalau sudah ratusan. Kita digitalisasi prosesnya agar jelas auditnya, kreator dapat pendapatan berapa.”

Batal ekspansi ke Filipina dan Vietnam

Di saat yang bersamaan, Albert juga mengonfirmasi untuk membatalkan rencana ekspansi ke Filipina dan Vietnam pada tahun ini. Menurutnya, industri kreator digital di Indonesia masih begitu luas yang bisa digarap, pencapaian bisnis TipTip juga tumbuh positif sepanjang tahun lalu.

Diungkapkan TipTip memiliki lebih dari 500 ribu pengguna dengan pertumbuhan bulanan antara 20%-30%, serta gaet 25 ribu komunitas dan kreator yang tersebar di 250 kota di seluruh Indonesia. Lalu, volume transaksi tembus puluhan miliar Rupiah, tumbuh stabil sebesar 30% per bulannya.

“Dari segi user dan bisnis, kita terus berkembang. Makanya fokus di Indonesia dulu karena pasarnya besar sekali. Kita juga estimasi pemain seperti kita ini baru TipTip saja.”

Perusahaan akan perdalam penetrasi bisnisnya ke luar Jakarta, masuk kota lapis dua dan tiga. Selama ini pemasaran di Jakarta sudah terlalu penuh sehingga perlu ada perubahan strategi buat setiap brand, apalagi kalau ingin menggaet komunitas. Kegiatan kumpul komunitas juga makin kencang dilakukan pasca pandemi ini.

Untuk mendukung rencana tersebut, Albert mengaku pihaknya akan menggalang putaran baru. TipTip terakhir kali menggalang pendanaan Seri A sebesar $13 juta pada Desember 2022 dipimpin oleh East Ventures.

“Tujuan fundraising ini buat solidify bisnis TipTip, harapannya kalau orang ingin ikutan event komunitas bisa dicari lewat TipTip.”

Albert juga optimistis dengan prospek industri kreator. Ke depannya Indonesia akan masuk ke golden era dengan demografi penduduknya didominasi oleh generasi muda. Hal ini akan mempengaruhi tingkat konsumsi mereka yang bersinggungan langsung dengan ekonomi nasional.

Presiden Komisaris TipTip Triawan Munaf juga menyampaikan, generasi Z & millennial merupakan kekuatan utama di balik kemajuan industri kreatif di Indonesia. Mereka tidak hanya sebagai konsumen, tetapi juga sebagai pencipta konten dan pelaku kreatif yang mendorong revolusi produktivitas.

“Kita sedang menyaksikan masa keemasan produktivitas di Indonesia, dengan generasi muda memegang peranan utama dalam menciptakan keberlanjutan ekonomi kreatif,” ujar Triawan.

Application Information Will Show Up Here

Grup RedDoorz Bidik Profitabilitas pada 2024

Penyedia jaringan penginapan budget online RedDoorz membidik profitabilitas secara penuh pada 2024 usai merealisasikan arus kas positif (secara grup) pada kuartal akhir 2023. Terlepas dengan situasi pasar yang tengah tidak menentu, RedDoorz mencatat pertumbuh pendapatan sebesar 30% pada 2023 dan menjaga momentum pertumbuhannya di kisaran 30%-50% pada tahun ini.

Sebagaimana terlihat pada data berikut, RedDoorz melaporkan telah mencapai titik impas (breakeven) pada kuartal terakhir 2023. Sejak 2019 hingga Q4 2023, Grup RedDoorz menyebut telah menekan bakar uang setiap tahunnya sehingga perusahaan dapat mencapai arus kas positif dalam dua kuartal terakhir di 2023.

Sumber: RedDoorz

Bahkan, di kuartal keempat, tingkat pemesanannya (booking rate) disebut jauh lebih baik dari yang diperkirakan. Pemulihan pasca-pandemi yang lebih baik di sepanjang 2023 ikut berkontribusi terhadap pencapaian arus kas positif ini.

Presiden Direktur RedDoorz Indonesia Mohit Gandas berujar, pencapaian tersebut terealisasi berkat strategi otomatisasi yang dilakukan di sepanjang tahun. Alhasil, RedDoorz memulai tahun 2024 dengan biaya operasional (opex) yang jauh lebih rendah dibandingkan 2023.

Sejak 2022 ke 2023, RedDoorz berupaya mendorong efisiensi biaya lewat otomatisasi pada kegiatan operasionalnya, sehingga ini membuat perusahaan jauh lebih efisien dibandingkan pada tahun 2021.

“Kami lebih fokus ke properti yang lebih besar dan berkualitas sehingga setiap unit properti kini menghasilkan [pendapatan] lebih besar. Kami ingin mereplikasi [strategi] ini di 2024. Jadi, jika ingin menjaga pertumbuhan 30% dengan realisasi pendapatan sekarang dengan opex serupa di 2023, kami cenderung lebih profitable,” jelas Mohit kepada DailySocial.id.

Faktor lainnya, RedDoorz tengah fokus pada strategi multibrand, di mana saat ini ada 8 brand properti yang dipegang antara lain RedDoorz, SANS Hotel, Koolkost, RedPartner, Sunerra, Urbanview, Red Living, dan The Lavana. RedDoorz kini telah bermitra dengan sebanyak 285 hotel di segmen premium.

Adapun, Mohit menyebut tingkat kapasitas penginapan yang dikelolanya di Jakarta mencapai 60%-70%. Sementara, rata-rata gabungan kapasitas penginapan dari semua brand mencapai 45%. RedDoorz masih menjadi produk utama yang berkontribusi besar terhadao pendapatan grup.

Sebesar 70% dari total pengguna tercatat memesan langsung lewat aplikasi RedDoorz, 70% tercatat sebagai repeat user, dan 50% di antaranya adalah pengguna dengan tingkat pemesanan lebih dari 4x.

“Pasca-pandemi, para traveler kini lebih mengandalkan penginapan yang berkualitas. Properti yang kualitasnya lebih baik dan penilaiannya lebih baik, cenderung lebih banyak dipesan sekarang,” tambahnya.

Di tahun ini, RedDoorz berencana untuk agresif memperluas jaringan dan digitasi propertinya di Indonesia dengan potensi total pasar tersedia (TAM) di Asia Tenggara lebih dari 400 ribu properti.

Pihaknya akan menggenjot dukungan teknologi agar operasional para mitra lebih efisien, termasuk memanfaatkan pricing engine berbasis teknologi untuk memaksimalkan pendapatan mereka. Hal ini lantaran sebelumnya masih banyak pemilik properti yang menggunakan sistem manual dalam pencatatan pemesanan. Bahkan, jika memiliki sistem, tidak terkoneksi satu sama lain.

Terkait rencana IPO di 2027 maupun penggalangan dana baru pada tahun ini, Mohit enggan memberi komentar lebih lanjut. Rencana IPO pertama kali diungkap oleh Founder dan CEO RedDoorz Amit Saberwal tahun lalu.

Application Information Will Show Up Here

Platform PRIVASIMU Hadir untuk Bantu Perusahaan Patuhi UU PDP

PRIVASIMU, platform Pelindungan Data Pribadi (PDP), meresmikan kehadirannya pada Minggu (28/1). PRIVASIMU menawarkan solusi bagi perusahaan dalam memenuhi kepatuhan UU Nomor 27 Tahun 2022 tentang Pelindungan Data Pribadi (PDP).

“Beberapa perusahaan masih kebingungan dalam menentukan apa yang harus dipersiapkan untuk mengimplementasikan UU PDP yang akan berlaku pada Oktober 2024. Peluncuran PRIVASIMU diharapkan dapat membantu perusahaan dalam melakukan implementasi UU PDP,” ujar Founder PRIVASIMU Awaludin Marwan dalam keterangan resminya.

PRIVASIMU adalah anak usaha startup di bidang edukasi hukum HeyLaw, yang didirikan pada 2020 oleh Awaludin, pemerhati hukum teknologi. Klaimnya, PRIVASIMU adalah platform pertama di Indonesia yang diperuntukkan bagi keamanan data pribadi.

Platform tersebut dikembangkan oleh gabungan para konsultan pakar di bidang IT dari aspek hukum, tata kelola IT, hingga keamanan dan siber. Para konsultan tersebut tercatat pernah terlibat dalam penyusunan aturan PDP, seperti UU PDP, Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Pelindungan Data Pribadi, hingga standar kompetensi Data Protection Officer (DPO).

Platform ini diketahui melayani bisnis di berbagai sektor, mulai dari keuangan, kesehatan, pemerintahan, dan korporasi yang sering kali melibatkan data pribadi dengan tujuan untuk melindungi bisnis dari berbagai potensi kebocoran data dengan berkomitmen penuh terhadap praktik pelindungan data dan keamanan data.

Pihaknya menilai keamanan data operasional perusahaan terus menjadi kebutuhan krusial, terutama di tengah berkembangnya ekosistem internet dan pemanfaatan AI. Pihaknya berupaya untuk mengakomodasi tantangan di era big data, sesuai dengan kebijakan keamanan data.

Dalam perjalanannya, kami akan terus berinovasi memberikan layanan kepada perusahaan untuk memitigasi risiko hukum kebocoran data pribadi. Kami juga intens dan berkala untuk berkomunikasi dengan pihak pemerintah dalam melakukan konsultasi terhadap penerapan aturan PDP ini.” Tutup Awaludin.

Saat ini, sejumlah layanan dan solusi yang ditawarkan mencakup PDP Regulation Advisory, PDP Assessment & Strategy Development, Research & Publications, Training (pelatihan proteksi keamanan data), Technology (implementasi), Relations (relasi pemerintah terkait isu keamanan data), dan DPO-as-a-Service.

Adapun, sejumlah fitur PRIVASIMU yang telah tersedia untuk saat ini adalah Gap Assessment, Record of data processing activities (RoPA), Data Protection Impact Assessment (DPIA), dan Data Discovery.

Perlu diketahui, UU PDP disahkan sejak 2022, tetapi baru berlaku penuh pada Oktober 2024 dikarenakan adanya proses transisi. Dalam dua tahun terakhir, dugaan pelanggaran hukum data pribadi terus bertambah. Menurut data yang diungkap Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam), terdapat sekitar 668 juta data pribadi yang diduga pengungkapannya melanggar hukum.

Dari total angka tersebut, sebanyak 44 juta data pribadi diduga berasal dari aplikasi MyPertamina, 15 juta dari kasus Bank Syariah Indonesia/BSI, 35,9 juta dari MyIndiHome, 35,9 juta dari Direktorat Jenderal Imigrasi, 337 juta dari Kemendagri, 252 juta dari kebocoran sistem informasi daftar pemilu KPU.

“Rentetan kasus dugaan insiden kebocoran data pribadi di atas, menunjukkan rendahnya atensi pengendali data yang berasal dari badan publik, untuk memenuhi standar kepatuhan pelindungan data pribadi,” tutur Direktur Eksekutif Elsam Wahyudi Jafar seperti diberitakan Bisnis.com.

Adrian Gunadi Mundur dari Jabatan CEO Investree di Tengah Isu Mismanajemen

DealStreetAsia melaporkan Co-founder dan CEO Investree Adrian A Gunadi mengajukan pengunduran diri kepada dewan direksi, di tengah tuduhan pelanggaran dan tantangan lain yang dihadapi perusahaan. Salman Baharuddin (Chief of Sales Investree) dikabarkan akan mengisi kekosongan posisi tersebut.

Dalam surat pengunduran dirinya, Adrian menyampaikan pengunduran ini efektif per tanggal 31 Januari 2024. “Saya setuju surat ini tidak dapat dibatalkan dan tidak dapat dicabut dengan alasan apapun. Saya menegaskan bahwa saya tidak memiliki tuntutan lebih lanjut terhadap perusahaan dalam bentuk apa pun,” bunyi surat itu.

Dalam surat lainnya disebutkan bahwa Adrian mengaku mengalihkan dana Investree ke rekening bank pribadinya dan juga menggunakan posisinya sebagai direktur untuk menjadikan Investree sebagai penjamin perusahaan pribadi. Kabar pengunduran ini sudah beredar sejak awal tahun ini.

Sumber juga menyampaikan, para pemegang saham Investree telah mengadakan rapat umum luar biasa (RUPSLB) secara online pada 17 Januari 2024 untuk memberhentikan Gunadi dari jabatannya dan menggantikannya dengan Salman Baharuddin, yang sudah bergabung sejak tujuh tahun lalu. Sumber lain mengatakan bahwa Salman sudah cukup lama menangani operasional sehari-hari.

Terkait surat pengunduran ini, OJK mengaku belum menerima pemberitahuan dari Investree mengenai perubahan kepemimpinan.

Tersandung isu lainnya

Pengunduran Adrian dan tindakan penyalah gunaan ini merupakan efek bola salju yang terjadi di dalam internal perusahaan. Perusahaan mengalami isu kredit macet yang membengkak sejak tahun lalu dan likuiditas yang ketat.

Sumber DealStreetAsia menyampaikan Investree kesulitan menutupi biaya operasional karena tidak mampu mencetak pendapatan yang berarti. Ditambah, pendanaan Seri D disebutkan belum cair sejak pengumuman ke publik beredar pada Oktober 2023.

Sebagai catatan, pendanaan Seri D ini bernilai 220 juta Euro (Rp3,6 triliun) yang dipimpin oleh JTA International Holdings Qatar.

Sebelum pengumuman pendanaan ini, sejak Mei 2023, Investree masuk dalam radar OJK karena isu gagal bayar. Pendana di Investree belum dibayar hingga ratusan hari. Regulator pun turun tangan dengan menjatuhkan sanksi administratif pada 9 Januari 2024 karena “melanggar ketentuan yang berlaku”.

“Jika ditemukan pelanggaran ketentuan lebih lanjut, OJK akan mengenakan sanksi administratif sesuai ketentuan yang berlaku, antara lain teguran tertulis, denda, pembatasan kegiatan usaha, hingga pencabutan izin usaha,” kata Agusman (Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya).

Per hari ini (30/1), TKB90 Investree berada di angka 83,56%. Artinya persentase kredit bermasalah atau tingkat wanprestasi atau TWP kini mencapai 16,44%. Angka ini lebih rendah dari rata-rata industri lending sebesar 97,18% per September 2023.

Perusahaan pun diseret oleh para pendananya ke meja hijau hingga tiga kali gugatan dilayangkan. Nilai kerugian yang diungkap mencapai lebih dari miliaran Rupiah.

Application Information Will Show Up Here

Antler Kucurkan Pendanaan Pre-Seed Rp75 Miliar ke 37 Startup

Antler mengumumkan putaran investasi pre-seed senilai $5,1 juta (setara dengan Rp75 miliar) kepada 37 startup di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Portofolio binaan Antler mencakup 19 sektor, mulai dari AI, SaaS, fintech, hingga healthtech. Ada 7 startup Indonesia yang mendapatkan pendanaan ini, 6 di antaranya lulusan program residensi dan 1 di antaranya adalah startup yang mendapatkan pendanaan eksternal.

Investasi ini juga menandai komitmen awal dan jejak Antler di Malaysia, sebagai bagian dari kemitraan strategisnya dengan lembaga Dana Kekayaan Negara Khazanah.

Antler juga mengklaim, ini merupakan transaksi investasi pre-seed tertinggi dalam satu putaran pendanaan di Asia Tenggara, menunjukkan komitmen mereka dalam mendukung generasi entrepreneur digital di kawasan ini.

Co-founder & Managing Partner Asia Antler Jussi Salovaara mengakui bahwa masih banyak startup tahap awal yang potensial di Asia Tenggara. Hal ini membuat Antler tetap konsisten berinvestasi pada pendanaan di tahap awal, terutama pada startup yang bergerak di bidang AI bervertikalisasi (verticalized AI) dan industri 4.0.

“Melalui pendanaan ini, kami berupaya untuk membantu para founder membangun fondasi yang kuat untuk model bisnis berkelanjutan, dan mendorong inovasi jangka panjang dalam ekosistem teknologi global yang lebih luas,” ujar Jussi.

Hipotesis di bidang AI

Perkembangan AI akan memasuki babak baru di tahun 2024, terutama karena solusi AI akan terus disempurnakan dan disesuaikan dengan kebutuhan spesifik di masing-masing industri. Kita akan melihat pergeseran bisnis yang lebih besar ke arah verticalized AI, terutama di bidang media, manajemen pelanggan, dan integrasi Large Language Model (LLM). Sekitar 34% startup di portofolio investasi Antler di putaran ini telah memanfaatkan kekuatan verticalized AI.

Adapun startup Indonesia yang turut diinvestasi atas dasar hipotesis ini adalah Lunash, yakni solusi berbasis AI untuk meningkatkan kinerja penagihan utang dari hulu ke hilir, mulai dari sebelum kredit macet hingga pemulihan.

Tim pengembang Lunash / Antler

Hipotesis di bidang industri 4.0

Selain AI, Antler juga berfokus pada bisnis industri 4.0. Hipotesisnya, walaupun era Industri 3.0 awalnya didorong oleh sektor manufaktur, teknologi peninggalannya kini memiliki potensi besar untuk mentransformasi perubahan di semua sektor industri.

Prinsip-prinsip utamanya, seperti keterhubungan, pembuatan keputusan berbasis data, dan automasi kini banyak digunakan di sektor nondigital seperti konstruksi, transportasi, dan layanan kesehatan. Sekitar 34% startup di portofolio investasi Antler di putaran ini bergerak di Industri 4.0.

Adapun sejumlah startup lokal di bidang ini yang diinvestasi Antler adalah DASH, AssetFindr, Konstruksi.AI, Ternakin, dan YOBO. Berikut masing-masing deskripsi startup tersebut:

  • DASH: Solusi logistik ramah-lingkungan untuk pelaku bisnis, menawarkan penyewaan kendaraan listrik untuk membangun armada kendaraan listrik terbesar di Indonesia untuk layanan pengiriman on-demand.
  • AssetFindr: Ekosistem pemeliharaan aset menyeluruh yang menyediakan real-time insight, manajemen risiko tingkat lanjut, dan pengambilan keputusan berdasarkan data.
  • Konstruksi.AI: Solusi SaaS bagi perusahaan konstruksi dan kontraktor untuk membuat sistem alur kerja dokumen yang efisien dan quality control secara real-time.
  • Ternakin: Solusi IoT bagi petani ikan untuk meningkatkan produktivitas dengan mengoptimalkan pemanfaatan kolam dan meningkatkan efisiensi pengadaan stok.
  • YOBO: Solusi CRM Penjualan dan otomatisasi penjualan yang dapat mengidentifikasi pelanggan bernilai tinggi. Khusus YOBO, ini adalah pendanaan eksternal diberikan ke Antler — startup ini tidak mengikuti Residency Program dari Antler.

Hipotesis untuk solusi hiperlokal

Selanjutnya, Antler juga fokus berinvestasi di startup Asia Tenggara yang membangun solusi hiperlokal dengan skalabilitas global. Dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi digital global mencapai $17,5 triliun pada tahun 2025, gelombang baru startup mulai bermunculan di Asia Tenggara.

Startup-startup ini mengembangkan produk digital yang memenuhi kebutuhan hiperlokal di Asia Tenggara – sambil tetap mempertahankan potensi untuk berekspansi ke pasar global. Ada banyak peluang pertumbuhan di sektor seperti fintech, komunikasi, operasional bisnis, dan sebagainya. Berbagai solusi yang relevan dengan keadaan lokal namun dapat diekspansi ke masyarakat global pun sedang dikembangkan.

Founder SPUN / Antler

Salah satu startup Indonesia di bidang ini yang turut diinvestasi adalah SPUN. Mereka mengembangkan platform pembuatan dan pengelolaan izin untuk wisatawan non-wisata, memanfaatkan AI dan otomatisasi untuk menyederhanakan dan mempercepat proses perizinan untuk kebutuhan profesional di seluruh dunia.

“Dinamika pasar Indonesia yang unik menawarkan peluang besar bagi para pelaku startup. Itulah mengapa kami di Antler berkomitmen untuk mengumpulkan talenta-talenta terbaik bangsa untuk membangun karya yang hebat. Kami bekerja sama dengan para founder yang tidak hanya didorong oleh modal (capital), tetapi juga berambisi kuat untuk menjadi bagian dari komunitas inovator dan orang-orang dengan visi yang sama – yang akan menciptakan perbedaan nyata, baik secara lokal maupun global,” kata Partner Antler Indonesia Agung Bezharie.

Startup Genomik Mesh Bio Terima Pendanaan Seri A Rp55 Miliar Dipimpin East Ventures

Startup deep tech di bidang kesehatan berbasis di Singapura Mesh Bio mengumumkan telah meraih pendanaan seri A sebesar $3,5 juta (sekitar Rp55,3 miliar) dipimpin oleh East Ventures. Elev8, Seeds Capital, dan beberapa investor lainnya turut serta dalam putaran tersebut.

Sebelumnya East Ventures juga menyuntikkan sejumlah dana dengan nominal dirahasiakan untuk Mesh Bio pada Oktober 2023. Putaran pendanaan sebelumnya mencakup putaran pendanaan awal sebesar $1,8 juta pada Oktober 2021. Perusahaan didirikan pada 2018 oleh Andrew Wu (Co-Founder dan CEO) dan Arsen Batagov (Co-Founder dan CTO).

Mesh Bio akan menggunakan dana segar ini untuk menawarkan teknologi digital twin atau kembar digital kepada para penyedia layanan kesehatan, serta memperluas penerapan solusi ini di Hong Kong dan Asia Tenggara, terutama di Indonesia dan Filipina.

Di Filipina, perusahaan telah mendapatkan persetujuan peraturan dan melakukan uji coba penerapan salah satu teknologi digital twin mereka dengan sistem kesehatan masyarakat di Singapura yang menandakan peluang besar dalam meningkatkan hasil kesehatan pasien dengan penyakit kronis.

Pada bulan Oktober 2023, Mesh Bio menerima persetujuan dari Otoritas Ilmu Kesehatan Singapura (Health Sciences Authority/HSA) untuk memasarkan HealthVector® Diabetes sebagai perangkat lunak dari alat medis. HealthVector® Diabetes saat ini dalam tahap uji coba implementasi di beberapa rumah sakit, antara lain: Singapore General Hospital (SGH), Tan Tock Seng Hospital (TTSH), serta beberapa poliklinik terpilih untuk potensi penerapan klinis.

“Kami senang mengumumkan penutupan pendanaan seri A Mesh Bio. Langkah penting ini memberdayakan kami untuk memperluas solusi kesehatan digital untuk manajemen penyakit kronis di Asia Tenggara,” kata Co-Founder dan CEO Mesh Bio Andrew Wu dalam keterangan resmi, Selasa (30/1).

Produk Mesh Bio

Visualisasi dari teknologi digital twin Mesh Bio

Wu melanjutkan, Asia Tenggara punya banyak kebutuhan layanan kesehatan yang belum terpenuhi, dan fokus Mesh Bio adalah mengatasi kesenjangan ini secara efektif.

Tingginya prevalensi penyakit kronis, mulai dari diabetes hingga penyakit jantung di Asia Tenggara telah mendorong lebih banyak dokter umum yang kurang memiliki pelatihan spesialis di bidang endokrinologi untuk menangani pasien dengan penyakit kronis.

Mesh Bio memberikan solusi digital mutakhir untuk membantu penyedia layanan kesehatan dalam manajemen pasien. Solusi Mesh Bio memberikan data pasien dan analisis prediktif yang membekali para dokter dengan informasi dan diagnosis tentang pasien mereka dan penyakit yang mereka derita.

Salah satu produknya adalah DARA® Health Intelligence Platform, memungkinkan pemberian layanan berbasis data sehingga meningkatkan keterlibatan pasien dan kesehatan. Berdasarkan data tersebut, DARA menyediakan analisis prediktif untuk mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko penyakit kronis sehingga mereka bisa mendapatkan diagnosis dan pengobatan lebih dini.

Selain itu, platform tersebut juga memungkinkan para dokter untuk mendapatkan dan memanfaatkan pengetahuan dari komunitas praktisi kesehatan global yang sesuai dengan praktik dan pedoman klinis terbaik, serta penilaian pasien secara holistik.

Disebutkan DARA telah digunakan oleh lebih dari 120 pusat kesehatan di Singapura, Malaysia, dan Indonesia untuk pemeriksaan kesehatan preventif. Tak hanya itu, Mesh Bio telah memperluas platform untuk manajemen penyakit kronis melalui HealthVector® Diabetes.

“Kami senang untuk terus mendukung Mesh Bio. Dalam lanskap layanan kesehatan yang berkembang pesat saat ini, Mesh Bio hadir dengan menawarkan teknologi terdepannya yang dirancang untuk merevolusi perawatan pasien. Pendekatan inovatif mereka dalam memanfaatkan analisis prediktif merupakan terobosan baru, memungkinkan layanan kesehatan yang lebih personal dan preventif. Kami menantikan kolaborasi lebih lanjut dalam mentransformasikan sistem layanan kesehatan di Asia Tenggara dan sekitarnya,” kata Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

GMV Food Delivery di Asia Tenggara Hanya Naik 5% Sepanjang 2023

Laporan tahunan “Food Delivery Platforms in Southeast Asia” yang diterbitkan Momentum Works mengungkapkan total GMV layanan pesan-antar makanan di Asia Tenggara diperkirakan sebesar $17,1 miliar—hanya tumbuh 5% (yoy) sepanjang 2023. Angka pertumbuhan ini persis seperti yang terjadi di 2022.

Pertumbuhan terbesar datang dari Vietnam ($1,4 miliar atau 27%) dan diikuti Malaysia ($2,4 miliar atau 9%). Thailand dan Indonesia mencatat pertumbuhan satu digit, masing-masing GMV sebesar 2,7% ($3,7 miliar) dan 2,2% ($4,6 miliar). Sementara Singapura tetap terjaga di GMV yang sama, sebesar $2,5 miliar.

Bila melihat secara volume, Indonesia tetap jadi pasar terbesar, disusul Thailand. Singapura dan Filipina berada di urutan yang sama, lalu diikuti Malaysia, dan Vietnam.

Momentum Works

“Tingginya konsumsi makanan dan minuman, rendahnya penetrasi pesan-antar makanan, dan konsolidasi yang sedang berlangsung, menyisakan banyak ruang pertumbuhan bagi platform pesan-antar makanan di wilayah ini. Sambil berfokus pada kemampuan inti mereka, para pemain terkemuka juga perlu memperhatikan potensi perubahan pasar dan tantangan yang muncul,” kata Founder & CEO Momentum Works Jianggan Li dalam keterangan resmi, Senin (29/1).

Walau sebagian negara di kawasan ini hanya cetak pertumbuhan satu digit, ada catatan kecil yang menarik terjadi di Filipina. Di sana sebagian besar pasar pesan-antar makanannya dioperasikan oleh jaringan restoran cepat saji.

“Meskipun pasar tersebut tidak termasuk dalam cakupan laporan ini, kami memperkirakan ukurannya mendekati ⅓ dari total platform GMV di negara tersebut,” tulis laporan tersebut.

Lebih lanjut, berdasarkan kontribusi dari masing-masing pemain, Grab masih dinobatkan sebagai kontributor terbesar di kawasan ini, sebesar 55% atau $9,4 miliar dari total GMV. Foodpanda dan Gojek diperkirakan menyumbang 15,8% ($2,7 miliar) dan 10,5% ($1,8 miliar), atau masing-masing mengalami penurunan sebesar 12,9% dan 10,0% YoY.

Berikutnya, Shopee dan LINE MAN menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Keduanya diperkirakan berkontribusi masing-masing sebesar 8,8% ($1,5 miliar) dan 8,1% ($1,4 miliar).

Momentum Works

Pangsa pasar Grab mendominasi secara signifikan di Singapura, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. ShopeeFood, yang hanya menerima sedikit perhatian dari luar karena persaingan e-commerce yang lebih besar yang diperjuangkan oleh Shopee, justru mengalami pertumbuhan paling besar (hampir ⅔); sedangkan LINE MAN di Thailand juga mencatatkan pertumbuhan dua digit.

Sorotan utama

Laporan ini juga menyoroti tren industri pada tahun 2023. Berikut rangkumannya:

  1. Merek F&B premium menghadapi tantangan meskipun belanja regional untuk F&B mulai pulih: belanja F&B di Asia Tenggara akhirnya pulih hingga melampaui tingkat sebelum pandemi ($125,2 miliar pada 2023 vs $115,7 miliar pada 2019). Namun, banyak merek premium (terutama di Singapura) mendapati tahun ini lebih sulit dibandingkan tahun 2022, dan banyak yang mengambil langkah pemotongan biaya di tengah ketidakpastian makro dan inflasi, yang mungkin meningkatkan sensitivitas harga di kalangan pengunjung kelas menengah.
  2. Masuknya merek-merek F&B asal Tiongkok secara massal meningkatkan persaingan: Pada tahun 2023 terjadi percepatan masuknya dan ekspansi merek-merek F&B Tiongkok ke Asia Tenggara. Tren ini terlihat dari 30 gerai Luckin Coffee di Singapura dan hampir 4.000 gerai Mixue di seluruh Asia Tenggara. Namun merek-merek dalam berbagai kategori dan ukuran juga telah hadir di wilayah tersebut. Mereka memanfaatkan pengetahuan mereka dalam pengoperasian toko, pemasaran, pengoperasian pengguna, dan manajemen waralaba. Harapkan lebih banyak lagi di tahun 2024.
  3. Pemain utama food delivery telah mencapai profitabilitas: Sebagian besar platform telah mencapai atau berada di jalur yang tepat untuk mencapai titik impas EBITDA yang disesuaikan (adjusted EBITDA), dengan beberapa target untuk mencapai arus kas bebas positif pada tahun 2024. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh pengalaman Meituan dan Uber, profitabilitas mungkin tidak akan bertahan lama – platform harus terus menyeimbangkan pertumbuhan dengan profitabilitas yang berkelanjutan.

“Setelah satu hingga dua tahun melakukan pengurangan biaya, optimalisasi operasional, dan terkadang PHK, sebagian besar platform, menurut definisi mereka sendiri, telah mencapai tingkat profitabilitas tertentu. Konsolidasi yang sudah terjadi di sektor ini diperkirakan akan berlanjut pada tahun 2024,” tulis laporan tersebut.

  1. Para pemain pesan-antar makanan terus melakukan perbedaan strategi, memanfaatkan iklan untuk meningkatkan pendapatan: Para pemain pesan-antar makanan utama terus memanfaatkan produk iklan untuk mengunci lebih banyak investasi dari merchant. Kemudian, memperluas portofolio produk periklanannya untuk memenuhi berbagai kebutuhan dari semua merek, termasuk jaringan F&B besar, merchant UKM F&B, dan FMCG.
  2. Ruang untuk pertumbuhan basis pengguna dan optimalisasi operasional di kawasan ini: Grab hanya memiliki 5% dari 600 juta populasi di kawasan ini sebagai pelanggan transaksi bulanan. Di tengah tren topline sektor yang datar, populasi yang belum terlayani di kota-kota besar, ekspansi ke kota-kota kecil, dan melayani wisatawan memberikan peluang pertumbuhan lebih lanjut bagi platform pesan-antar makanan. Pemain didorong untuk terus mengoptimalkan operasi untuk mengurangi biaya dan meningkatkan keuntungan mereka.

Melihat Kesiapan Industri Memasuki Era Agritech 2.0

Butuh delapan tahun bagi eFishery untuk “buka jalan” betapa seksinya industri perikanan di Indonesia sampai akhirnya merengkuh status unicorn pada tahun lalu. Pemain sejenisnya, baik yang bergerak di akuakultur dan agrikultur, ikut kecipratan rezeki karena investor mulai menengok mereka.

Pasalnya, industri pertanian, perhutanan, dan perikanan merupakan penyumbang PDB terbesar ketiga setelah manufaktur dan perdagangan, dengan persentase sebesar 12,4% pada 2022. Walau besar, industri ini punya segudang masalah, mulai dari inkonsisten kualitas produk, akses modal, fluktuasi harga, dan rantai pasok.

Didukung oleh pendekatan teknologi yang diusung startup, sisi hulu dan hilir mulai teredukasi dengan konsep baru ini. Namun, sektor ini tak lepas dari tantangan lainnya, terutama penurunan permintaan pasca-pandemi. Bagaimana startup ini mempertajam strategi mereka dalam menghadapinya?. Bagaimana juga dari sisi investor mengamati evolusi startup di sektor ini?.

Pertanyaan ini dibahas melalui sesi “Are agritech & aquatech ripe for Version 2.0 to scale to next level?” dalam konferensi tahunan Indonesia PE-VC Summit 2024 yang diselenggarakan oleh DealStreetAsia.

Diskusi panel ini menghadirkan empat pembicara: Anthony Tjajadi (Partner Trihill Capital), Aldi Adrian Hartanto (Managing Partner Ascent Venture Group), Liris Maduningtyas (Co-Founder & CEO JALA), Witny Tanod (Co-Founder, Chief Marketing & Corporate Affairs Gokomodo).

Agritech & Aquatech 1.0

Witny menyampaikan pada periode 1.0 ini Gokomodo merasa bersyukur karena mereka telah menemukan product market fit yang tepat sebagai landasan penting sebelum berinovasi lebih jauh. Gokomodo fokus pada pengadaan dan pengiriman agri-input atau produk dan bahan baku pertanian, seperti pupuk yang dibutuhkan para pelaku agrikultur, sehingga mereka dapat menerima produk akhir dengan tepat waktu, kualitas tinggi dan harga wajar.

“Solusi kami sudah membuat rantai pasok jadi lebih efisien dan lebih mudah diakses oleh konsumen. Dari berbagai limitasi sebelumnya, kami jadi memahami bahwa versi 1.0 Gokomodo telah memberikan nilai tambah,” ucapnya.

Tidak jauh berbeda, Liris menyampaikan pihaknya menyelesaikan satu per satu masalah di budidaya udang yang saat ini jadi fokus utama perusahaan. Meluncurkan aplikasi yang bisa membantu petani udang adalah salah satu solusi yang ditawarkan JALA.

“Jadi tingkat adopsi teknologi ke dalam industri akuatik sudah ada, namun masih perlu penetrasi lebih jauh ke dalam diri para petani. Tujuannya agar mereka benar-benar dapat manfaatnya. Sebab, teknologi itu selalu dapat mengatasi beberapa masalah, meminimalkan risiko, meminimalkan biaya rantai pasokan, dan lain-lain,” kata dia.

Dorong disrupsi lebih jauh

Baik Aldi dan Anthony sepakat bahwa aspek sains yang menjadi ‘beauty’ harus lebih digalakkan untuk keberlanjutan industri ini. Anthony mengaku dirinya sudah menggeluti industri agrikultur sejak 30 tahun lalu, namun hingga detik ini masih minim disrupsi di sisi hulunya.

“Jadi perbaiki pasokannya, perbaiki sumbernya. Mungkin kembali ke lab dan mendeteksi, menemukan pupuk baru, benih baru, pestisida baru, atau apa pun. Saya ingin lebih banyak disrupsi dan teknologi, serta lebih banyak orang yang terlibat di sisi hulu bisnis,” ujar Anthony.

Aldi juga mengingatkan, menerapkan lebih banyak teknologi di sisi hulu, banyak memberikan pengaruh pada efisiensi di keseluruhan rantai pasok. Saat itu, startup perlu memikirkan bagaimana bisa meningkatkan profitabilitasnya, misalnya dengan membuat merek baru khusus untuk produk ayam potong karena punya margin yang lebih tinggi.

“Namun sebelumnya harus mengatasi masalah pasokan. Kami prediksi model farming-as-a-service jadi tren yang kami perkirakan akan terjadi,” kata dia.

Tantangan menuju 2.0

Liris menyoroti tantangan talenta yang dibutuhkan untuk buat inovasi sains di sektor akuakultur masih sulit dicari. Lulusan pertanian masih lebih tertarik bekerja di bank atau jadi pegawai negeri sipil, ketimbang menyalurkan ilmunya di bidang yang sesuai. Di samping itu, perjalanan untuk penetrasi ke para petani agar naik level dari dasar ke lanjutan tetap dibutuhkan.

Agar perusahaan tetap efisien, JALA memanfaatkan keberadaan big data yang sumbernya diperoleh dari cara yang murah dan efisien, yakni melalui aplikasi yang diunduh para petani.

“Dengan big data, kami bisa mengumpulkan data historis dan data terkini dari petani, mengambil sampelnya untuk membuat prediksi dan proyeksi biomassa mereka tanpa perangkat keras. Jadi itu solusi termurah menurut saya. Langkah pertama bagi petani di aquatech untuk membiasakan diri dengan teknologi.”

Witny menambahkan, bermitra dengan ekosistem dibutuhkan untuk masuk ke tahap berikutnya 2.0, baik dengan pemerintah, akademisi, petani, investor, dan startup.

“Kami punya banyak program yang mendapat dorongan dari pemerintah sendiri untuk dorong petani milenial. Kami juga berdiskusi dengan pemerintah itu sendiri, saat membuat produk baru. Kami perlu menjadi lebih baik lagi. Jadi kami tidak bisa berdiri sendiri, tapi semuanya harus saling dukung,” pungkasnya.