Grab Umumkan Lima Startup Finalis Grab Ventures Velocity Angkatan Ketiga

Grab mengumumkan lima finalis startup terpilih dalam program Grab Ventures Velocity (GVV) Angkatan 3. Mereka ialah Luna POS, KliknClean, Printerous, GetCraft, dan Workmate.

Pada angkatan ini, Grab menyesuaikan fokusnya ke satu jalur, yakni Program Dukungan Usaha Kuliner dari tema besar “Memberdayakan Pengusaha Mikro” dan memilih startup yang dapat mendukung operasional usaha kuliner dan mempertahankan bisnisnya dengan teknologi.

Penyesuaian ini diambil karena kondisi terkini, sekitar 80% startup di Asia dan 60% usaha kuliner di Indonesia terkena dampak negatif dari pandemi. Awalnya, Grab mengangkat tema pemberdayaan UKM, tepatnya warung makan dan logistik B2B.

Pengumuman ini turut dihadiri oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate, serta jajaran manajemen Grab Indonesia, melalui video conference yang digelar pada hari ini, (15/5).

Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi mengatakan, di tengah pandemi perusahaan memahami bahwa startup juga menghadapi dampak yang tidak terduga. Melalui bimbingan GVV Angkatan 3, mereka berupaya untuk membina startup agar dapat bertahan dan bangun fondasi bisnis yang kuat seperti saat ini.

Grab Ventures Velocity Angkatan
Acara pengumuman finalis Grab Ventures Velocity Angkatan 3 yang diadakan secara online / Grab

“Lewat program GVV kami berupaya agar startup punya bisnis yang kuat dan memberikan dampak positif buat UKM lewat teknologi,” ujarnya.

Dia menuturkan, kelima startup yang terpilih setelah melewati tahapan seleksi. Grab menerima pengajuan lebih dari 100 startup pada angkatan ini. Kelimanya ini adalah ahli di berbagai sektor, seperti manajemen keuangan, solusi kebersihan, branding, pemasaran, dan solusi tenaga kerja yang bermanfaat dalam mendukung UKM di bidang kuliner.

Kelima startup, dalam 16 minggu ke depan akan memperoleh bimbingan yang dapat memperkuat model bisnis mereka di tengah pandemi. Seluruh proses akan dilakukan secara online. Selama program berlangsung, startup akan menguji layanan mereka ke basis merchant GrabFood.

Adapun saat ini Grab memiliki lebih dari 400 merchant GrabFood. Merchant yang tertarik dapat mendaftarkan diri kepada Grab yang kemudian akan disambungkan kepada layanan dari startup tersebut. Layanan yang ditawarkan harapannya dapat membantu mereka meningkatkan kinerja, sekaligus mengurangi biaya operasional.

Menjelang program berakhir, startup akan melakukan pitching kepada Grab. Mereka yang berhasil akan mendapat kesempatan untuk berkolaborasi bersama Grab dalam bentuk kemitraan komersial.

“Objektif kami mengadakan GVV bukan mencari startup yang kita danai. Kami tidak memberikan funding, melainkan meningkatkan founder capability. Setelah berhasil, mereka bisa menjadi partner dengan kami secara komersial dan masuk ke platform kami.”

Lima startup finalis GVV Angkatan 3

1. Luna POS: menyediakan solusi kasir, manajemen inventaris, dan akunting berbasis cloud untuk UKM di Indonesia. Melalui solusi ini, Luna POS membantu usaha kuliner untuk mengurangi waktu yang dialokasikan untuk pekerjaan admnistrasi dan dapat fokus pada inti bisnis mereka.

2. KliknClean: menyediakan solusi pembersihan total bagi usaha kuliner untuk mempertahankan standar kebersihan, termasuk membersihkan dengan desinfektan, pengendalian hama, dan fogging dengan desinfektan untuk mencegah penyebaran virus dan bakteri.

3. Printerous: memberikan solusi percetakan dalam memenuhi kebutuhan percetakan dan pengepakan bisnis makanan dan minuman, dan membuat desain khusus untuk memperkuat upaya branding seperti kemasan, kantong kertas, label stiker, menu, dan lain-lain.

4. GetCraft: menghubungkan para creator terpilih dan kualitas seperti influencer, fotografer, desainer, penulis, dan lain-lain dengan usaha kuliner yang ingin membuat strategi pemasaran serta mempromosikan bisnisnya. Startup ini juga memberikan akses ke artikel, riset terbaru, webinar, dan pelatihan yang menyajikan beragam konten edukatif untuk membuat strategi dan kampanye pemasaran yang terdepan.

5. Workmate: menyediakan solusi tenaga kerja digital yang memberikan usaha kuliner kemampuan untuk mengelola sumber daya dan manajemen tenaga kerja dalam satu platform.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner program Grab Ventures Velocity

MRT Jakarta Luncurkan Program Akselerator, Buka Peluang Kerja Sama dengan Startup

Meliat perkembangan startup digital di Indonesia yang sangat mengesankan, PT MRT Jakarta (Perseroda) merasa perlu turut terlibat dalam pengembangan ekosistemnya. Sebagai langkah awal, perusahaan meluncurkan program akselerator bernama “MRTJ ACCEL”. Program ini akan mulai dibuka pada 8 Juni 2020 mendatang.

Kegiatan tersebut akan berlangsung selama 6 bulan untuk startup  yang terpilih. Peserta juga akan mendapatkan akses ekosistem MRT Jakarta seperti pengguna jasa MRT Jakarta, fasilitas stasiun, ratangga, dan area di kawasan berorientasi transit di sekitar stasiun. Selain itu juga akan mendapatkan pembinaan dari pihak MRT, mentor terpilih, hingga venture capital.

“Program ini bertujuan menciptakan kerja sama menguntungkan bagi perusahaan dan startup tersebut. Dan tentunya akan berdampak baik bagi peningkatan pendapatan, branding, hingga pengalaman pengguna jasa MRT Jakarta,” ungkap Direktur Utama MRT Jakarta William Sabandar.

Program akselerator startup MRTJ ACCEL yang diinisiasi MRT Jakarta
Program akselerator startup MRTJ ACCEL yang diinisiasi MRT Jakarta

Sebagai perusahaan transportasi massal perkotaan berbasis rel pertama di Indonesia, MRT Jakarta memiliki mandat untuk mengembangkan bisnis yang dimilikinya, salah satunya melalui pendapatan non-tiket seperti telekomunikasi, hak penamaan stasiun, retail, dan iklan. Selain itu, perseroan juga senantiasa mencari dan mengembangkan peluang bisnis baru, salah satunya melalui program kerja sama dengan platform digital.

Bagi startup yang tertarik mengikuti MRTJ ACCEL dapat melihat informasi di situs web accel.jakartamrt.co.id atau mendengarkan siaran elektronik di tautan berikut.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner untuk program akselerator MRTJ ACCEL

Accelerating Asia Naikkan Nilai Investasi hingga 2 Miliar Rupiah untuk Startup Binaannya

Perusahaan modal ventura tahap awal Accelerating Asia mengumumkan perubahan dalam cara investasinya, juga menaikkan nominal investasi hingga 200 ribu dolar Singapura (lebih dari 2 miliar Rupiah), melalui instrumen pendanaan SAFE note, sekitar 7%-10% ekuitas per startup yang akan mengikuti program akselerator batch ke-3.

Bila dirinci, startup akan menerima investasi maksimal 200 ribu dolar Singapura, termasuk dana dukungan 25 ribu dolar Singapura untuk membangun bisnisnya, akses ke program akselerator, dan program tambahan senilai 225 ribu dolar Singapura. Kenaikan ini, membuat Accelerating Asia percaya diri berada dalam posisi yang kuat dalam pertaruhan startup yang berasal dari program akseleratornya.

“Sambil terus menjalankan hubungan baik dengan pendiri startup untuk meningkatkan pertumbuhan mereka, menerima pendanaan, dan meningkatkan bisnis mereka ke tingkat selanjutnya,” ucap Co-Founder dan General Partner Accelerating Asia Amra Naidoo dalam keterangan resmi.

Dibandingkan dua batch sebelumnya, Accelerating Asia berinvestasi sebesar 100 ribu dolar Singapura, juga berbentuk SAFE note. Ini adalah akronim dari Simple Agreement for Future Equity yang diperkenalkan pertama kali oleh Y Combinator pada 2013.

Silicon Valley memilih SAFE sebagai dokumen de facto yang digunakan untuk investasi tahap awal karena modelnya lebih ramping, lebih murah untuk dieksekusi, dan lebih mudah untuk melakukan uji tuntas (due diligence) daripada opsi lainnya.

“Di Accelerating Asia, kami setuju untuk juga menggunakan SAFE untuk investasi awal kami. Kami juga memfasilitasi investasi lain di perusahaan portofolio kami melalui SAFE. Kami percaya bahwa SAFE punya keuntungan baik bagi founder, investor, maupun ekosistem startup secara umum,” terang Co-Founder dan General Partner Accelerating Asia Craig Dixon secara terpisah kepada DailySocial.

Program akseleratornya itu sendiri sudah berjalan sejak dua tahun dan telah berkembang menjadi komunitas dengan lebih dari 39 founder startup dari 19 startup yang tersebar di 9 negara. 40% di antaranya dipimpin perempuan atau mitra pendiri ventura. Saat berpartisipasi dalam program flagship-nya tersebut, seluruh startup binaannya berhasil memperoleh investasi kolektif senilai lebih dari 55 juta dolar Singapura.

Akselerator batch ke-3

Suasana Demo Day Cohort 1 Accelerating Asia
Suasana Demo Day Cohort 1 Accelerating Asia

Dixon melanjutkan dalam batch ke-3 pendaftaran sudah dibuka hingga Mei 2020. Seluruh proses akan berlangsung secara online, sehingga gangguan pandemi tidak menyurutkan ambisi perusahaan untuk menggelar program akseleratornya.

“Program kami dirancang untuk memberikan nilai tinggi dari para ahli pemula, investor dan mentor dalam format yang fleksibel, di mana pun mereka berada. Sebab mengumpulkan semua founder dalam satu tempat yang sama adalah pekerjaan yang sulit.”

Mereka juga tidak secara spesifik menyasar tema tertentu untuk tiap batch-nya. Dixon menyebut, Accelerating Asia adalah VC dan program akselerator yang agnostik vertikal, artinya terbuka untuk startup dari sektor manapun. Untuk dua batch sebelumnya, startup binaannya terdiri dari startup B2B dan B2G. Kendati demikian, mereka juga terbuka untuk startup B2C.

Dalam batch ke-2, ada sembilan startup yang bergerak di bisnis B2B, seperti logistik, big data, edutech, agritech, dan e-commerce. Seluruh startup memperoleh pendanaan yang tinggi dari angel investor, modal ventura, dan perusahaan keluarga dalam pendanaan gabungan sekitar 2,5 juta dolar Singapura. Delapan startup diantaranya memperoleh pendanaan eksternal, seperti iFarmer, Numu, IZY.ai, dan Privoshop, dalam program 100 hari.

“Untuk tahap pendanaan, kami fokus ke startup pra-seri A yang memiliki traksi, produknya berasal dari pengalaman pengguna, dan punya model bisnis yang kuat. Jika Anda tidak yakin apakah Anda cocok untuk ikut program ini, kami mendorong para pemula untuk mendaftar untuk melalui prosesnya, agar dapat pemahaman tentang apa yang dicari investor dan akselerator.”

Dari 19 startup binaan dari batch sebelumnya, 10% di antaranya datang dari Indonesia. Nama-namanya adalah startup SaaS B2B Datanest dan startup travel IZY.ai. “Indonesia adalah pasar yang menjanjikan, kami selalu mencari kesempatan bermitra dengan startup dan mitra.”

Di luar program, Accelerating Asia bekerja sama dengan jaringan angel investor lokal ANGIN untuk membangun jaringan, entah berbentuk webinar, event untuk membangun portofolio, negosiasi kesepakatan dengan angel investor yang tertarik menjadi LP atau berinvestasi bersama. Pihak ANGIN juga memfasilitasi koneksi startup, dan berkomitmen untuk terlibat dengan founder lokal melalui berbagai program.

“Kami juga bekerja erat dengan investor di berbagai tingkatan dalam ekosistem startup Indonesia, seperti family offices, VC, angel investor. Beberapa dari mereka telah berinvestasi ke Fund kami dan/atau co-invest bersama Accelerating Asia di startup portofolio kami,” tutupnya.

YukStay Tergabung di Y Combinator, Ramaikan Persaingan Startup Proptech di Indonesia

YukStay adalah startup proptech yang kembangkan layanan online marketplace untuk penyewaan apartemen dan indekos. Saat ini baru beroperasi di seputar Jabodetabek dan Surabaya.

Awal tahun 2020, mereka turut tergabung dalam program akselerator bisnis Y Combinator bersama beberapa pemain lokal lain yakni Pahamify dan Newman’s. Seperti diketahui, keikutsertaan ke program tersebut turut memberikan keuntungan kepada startup mendapatkan seed round berkisar 2 miliar Rupiah.

Didirikan tahun 2018, YukStay digawangi dua founder yakni Jacky Steven dan Christopher Kung. Sebelum melibatkan diri di YC, mereka juga sudah mengumpulkan pendanaan $4 juta atau setara 65 miliar Rupiah dari sejumlah investor dalam putaran seri A, termasuk Insignia Ventures dan K3 Ventures.

Persaingan di lanskap terkait

Menerapkan model bisnis B2B2C, YukStay tidak hanya mengakomodasi kebutuhan hunian temporer untuk konsumen, mereka juga membantu pemilik properti. Kepada pemilik properti, ada tiga layanan yang diberikan selain listing, meliputi kepengurusan syarat legal terkait sewa-menyewa, membantu calon konsumen untuk melihat unit properti, dan pengelolaan/pemeriksaan inventaris saat peralihan pengguna properti.

Selain penyewaan unit apartemen secara penuh, mereka juga mendaftar unit properti co-living, yakni konsep hunian dan fasilitas bersama dengan kamar privat. Minimal keanggotaan yang diterapkan ialah 6 bulan. Setiap properti juga sudah dilengkapi dengan fasilitas dasar, seperti furnitur, tempat tidur, almari, konektivitas wifi hingga jasa perawatan. Menariknya lagi, pengguna juga bisa mencicil pembayaran biaya sewa.

Tim YukStay / YukStay
Tim YukStay / YukStay

Proptech di Indonesia

Dengan cakupan wilayah yang lebih luas, di segmen serupa sebelumnya juga sudah ada platform Travelio dan Mamikos. Keduanya turut membantu pemilik properti mengelola unitnya. Terakhir untuk akselerasi bisnis, Travelio menerima putaran pendanaan seri B hingga 253,6 miliar Rupiah dari sejumlah investor, termasuk Pavilion Capital, Gobi Partners, Samsung Venture dan lainnya. Sementara Mamikos, lebih fokus mengelola dan memasarkan unit di kategori indekos.

Model bisnis proptech pun juga makin beragam. Misalnya yang sudah tenar sebelumnya ada C2C marketplace, bentuknya portal yang memungkinkan pemilik properti mengiklankan secara mandiri unitnya dan konsumen bisa melihat daftar lengkap properti di wilayah tertentu. Beberapa pemain yang sudah ada di Indonesia seperti 99.co, Rumah12, Rumah.com, Lamudi dan lain sebagainya.

Startup proptech di Indonesia
Startup proptech di Indonesia

Fintech untuk properti juga sudah mulai hadir, memberikan opsi mekanisme pembiayaan pembelian atau penyewaan properti. Beberapa pemain yang ada seperti Gradana, CicilSewa dan CrowdDana.

Gradana terapkan konsep p2p lending untuk memfasilitasi konsumen akhir produk cicilan untuk DP dan pembelian properti. Sementara CicilSewa memberikan pinjaman penyewaan properti. Dan CrowdDana hadirkan skema equity crowdfunding untuk membantu pengembangan unit properti.

Peta persaingan

Dinamika bisnis penyewaan properti di Indonesia terus menggeliat seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat urban akan hunian sementara. Aksi perusahaan pun terus digencarkan, tahun lalu 99.co memutuskan untuk membentuk joint venture bersama REA Group, menyepakati sinergi dengan platform Rumah123 di Indonesia. Sebelumnya 99.co juga mengakuisisi UrbanIndo dan telah menyatukan listing properti ke layanannya.

Di Indonesia juga beroperasi unit bisnis milik PropertyGuru. Mereka menjalankan dua situs, yakni Rumah.com dan Rumahdijual.com yang diakuisisi pada akhir 2015 lalu. Di Indonesia, operasionalnya turut didukung konglomerasi EMTEK Group sebagai investor di putaran pendanaan seri D.

Lamudi juga turut andil dalam persaingan. Mereka hadir sejak tahun 2014. Satu tahun beroperasi, pada tahun 2015 perusahaan melakukan akuisisi platform PropertyKita. Selain di Indonesia, saat ini mereka juga beroperasi di Filipina. Sementara operasional Lamudi di Timur Tengah telah diakuisisi Emerging Markets Property Group pertengahan tahun lalu.

Application Information Will Show Up Here

Studi Banding ke Program Akselerator Y Combinator

Pada Oktober 2019, Y Combinator (YC) membuat daftar 100 startup binaan yang berhasil mencapai growth dan membukukan total valuasi mencapai US$155 miliar plus membuka lebih dari 50 ribu lapangan kerja. Dua dari Indonesia, yakni Payfazz (peringkat 66) dan Xendit (peringkat 53) – kebetulan keduanya bergerak di bidang fintech.

Secara terpisah, tim DSresearch mendapatkan konfirmasi bahwa kedua startup tersebut saat ini sudah menggaet status centaur, alias membukukan pendanaan lebih dari US$100 juta, dan terus menggalang pendanaan baru untuk mendukung ekspansi bisnis. Pertumbuhannya memang terus meningkat pasca keikutsertaannya dalam program akselerasi.

Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO PayFazz Hendra Kwik memaparkan saat ini perusahaannya tengah alam penggalangan pendanaan seri B. “Ada banyak [investor], kebanyakan adalah strategic financial sector. Gabungan dari investor hedge fund, ada late stage investor dan strategic financial service investor. Prosesnya masih berjalan karena belum kita tutup.”

Pasca meluncur pada 2016 dan mengikuti akselerasi di tahun 2017, bisnis PayFazz tergolong tumbuh eksponensial. Berbasis keagenan, saat ini mereka telah memiliki 450 ribu anggota aktif dengan 2,5 juta unduhan aplikasi. sebarannya di seluruh Indonesia, dengan 40% terpusat di Pulau Jawa. Y Combinator dan MDI Ventures jadi investor awal PayFazz.

Perjalanan menuju Y Combinator

Pada dasarnya YC merupakan program akselerasi yang menyasar startup di tahap awal. Dengan mekanisme seleksi dan pengajaran yang dianggap relevan dengan model bisnis digital, para startup peserta dibina untuk memastikan solusi yang ditawarkan mendapatkan pangsa pasar yang tepat.  Docker, Reddit, Stripe, DoorDash, Airbnb dan Dropbox juga merupakan alumni program akselerasi yang digadang-gadang sebagai yang terbaik di dunia tersebut.

Untuk bisa masuk ke sana, ada serangkaian tahapan yang harus dilalui. Co-Founder & CEO Vahanalytics Shivalik Sen menceritakan pengalamannya ketika tergabung dalam YC Summer 2017. Setidaknya ada 5 tahap yang harus dilalui, dimulai dari yang paling awal yakni membuat akun di situs YC. Kedua, akan ada serangkaian formulir yang harus diisi. Selain berisi tentang informasi data diri, di sana turut disuguhkan beberapa pertanyaan yang “tricky” mengenai startup dan model bisnisnya.

Contoh pertanyaan:

  • Why did you pick this idea to work on? Do you have domain expertise in this area? How do you know people need what you’re making?
  • Who writes code, or does other technical work on your product? Was any of it done by a non-founder? Please explain.
  • Please tell us something surprising or amusing that one of you has discovered. (The answer need not be related to your project.)

Kendati hanya formulir online, menurut Shivalik bagian ini justru yang paling banyak menghabiskan waktu. Jawaban yang diharapkan untuk setiap pertanyaan adalah detail, founder diminta bercerita sekaligus meyakinkan tim YC melalui data-data pendukung. Konon setiap pertanyaan yang diajukan memang sudah didesain sedemikian rupa, sehingga ada berbagai aspek –termasuk teknis dan psikologis—yang dapat ditangkap oleh juri dari setiap isian yang diberikan.

Setelah proses sebelumnya selesai, semua peserta terdaftar tinggal menunggu beberapa waktu setelah tenggat waktu pendaftaran. Setiap peserta yang dinyatakan lolos tahap “screening” akan mendapatkan email untuk melakukan wawancara melalui video call. Waktunya kurang lebih 10 menit, meminta founder menjawab pertanyaan yang menegaskan kembali mengenai pemahamannya tentang visi startup, model bisnis dan founder.

Proses seleksi program Y Combinator
Proses seleksi program Y Combinator

Panggilan video tersebut hanya merupakan proses wawancara awal, karena selanjutnya bagi peserta yang lolos akan mendapatkan undangan untuk mengikuti wawancara langsung dengan mitra YC di Mountain View, California. Beberapa mitra akan bertemu untuk bertanya, beberapa bahasan umum yang disodorkan meliputi:

  • Tell us about what you’re building.
  • Tell us about your clients.
  • Who are these people specifically (referring to the clients)?
  • It seems like you’ve got a solid team, a working product and your first paying clients, what’s next?
  • Have you thought about the XXX [country] market?
  • So there are competitors in the XXX [country] already?
  • Why haven’t XXX [competitor] started using this?
  • What about XXX [competitor] in the XXX [country] ?
  • How are you going to accelerate growth?
  • What kind of sales cycle are you looking at for this?
  • How can you shorten this sales cycle and grow fast?

Kendati sudah di Silicon Valley, tidak menjamin startup pasti diterima. Setelah wawancara tersebut mitra YC masih akan mendiskusikan hasilnya. Bagi yang masih lanjut, maka akan diberitahu untuk mengikuti rangkaian proses setelahnya, mulai dari akselerasi sampai dengan demo day.

Panduan mencapai pertumbuhan

Di YC, startup tidak dianjurkan mengadopsi growth hack. Menurutnya, pendekatan salah saut misi penting program tersebut mengarahkan startup pada pertumbuhan jangka panjang. Growth hack dikesampingkan agar meminimalkan startup dengan aksi-aksi serampangan demi matriks eksponensial di jangka pendek. Bekerja sama dengan 25 pakar pertumbuhan bisnis yang bekerja di perusahaan teknologi dunia, YC telah meramu pendekatannya sendiri dalam mendidik startup binaannya mencapai pertumbuhan.

Untuk mencapai pertumbuhan tentu perlu investasi –baik dalam bentuk uang, sumber daya dan lain-lain. Di YC, setiap founder didorong untuk memeriksa retensinya masing-masing. Misalnya dengan memilih serangkaian metrik yang sesuai dengan model bisnis. Matriks yang dipilih harus berimplikasi pada pendapatan dan traksi, bukan unduhan aplikasi dan sebagainya. Retensi ini mencakup pada tiga hal, yakni stabilitas di jangka panjang, sesuai dengan tolok ukur rata-rata di vertikal bisnis, dan selalu menumbuhkan kelompok pelanggan baru.

Untuk startup tahap awal, pada dasarnya setiap orang bertanggung jawab untuk menjaga pertumbuhan bisnis. Namun di YC, melalui pendanaan awal yang diterima, startup akan diminta untuk membentuk tim growth-nya sendiri selama sudah membuktikan poin-poin retensi yang didefinisikan bersama oleh founder dan mentor. Untuk tahun pertama, YC menyarankan tim growth terdiri dari 1 product manager, 2-3 engineer dan 1-2 data scientist.

Rata-rata tim growth khusus ini dibentuk setelah startup memiliki setidaknya 15 engineer dan mendapati retensi yang kuat. Kesalahan paling umum yang dilakukan CEO adalah mendukung terlalu lama untuk merekrut PM yang difokuskan pada pertumbuhan.

Tim growth yang baik juga memainkan peran “pertahanan” yang mumpuni. Ini juga terkait dengan peluncuran dan peningkatan fitur layanan, biasanya pengembangan sering melewatkan faktor terkait pengguna. Tim growth yang ideal memiliki kemampuan untuk memahami akar permasalahan dalam hitungan menit, sembari memperhitungkan antisipasi untuk setiap dampak negatif yang terjadi. Sehingga perekrutan PM menjadi hal krusial. Standardisasi perekrutan PM di YC adalah harus menemukan orang yang berorientasi pada data, memiliki pengalaman di bidang terkait, dan jika memungkinkan sebelumnya pernah menjadi founder startup.

Strategi pertumbuhan di program Y Combinator
Strategi pertumbuhan di program Y Combinator

Setelah memiliki tim, YC akan mendorong startup binaannya melakukan serangkaian inisiatif terpadu di tahun awalnya. Pertama, menentukan tujuan absolut dan metrik kunci bisnis. Tujuan absolut ini diartikan sebagai sasaran yang benar-benar didefinisikan secara terukur, berupa angka-angka yang pasti. Misalnya untuk startup O2O, alih-alih mengatakan target peningkatan konversi 10%, lebih baik meletakkan target menambah 5 juta mitra retail baru. Jika perlu tujuan tersebut dibuat menjadi sub-bagian yang lebih rinci agar setiap poinnya memiliki takaran yang lebih realistis.

Langkah berikutnya startup diminta mengidentifikasi saluran pertumbuhan didasarkan perilaku pengguna yang ada. Biasanya dengan menjawab pertanyaan seperti:

  • How do customers find solutions/solve this issue today?
  • How do your best users use your product today? Can you do something to get more such users to discover the product quickly?

Untuk memantau pertumbuhan, penggunaan alat-alat seperti data set, segmentation tools, dasbor eksperimen, dan proses peer review sangat disarankan. Dasbor membantu tim untuk menjalankan berbagai percobaan dan menguji hasilnya sebelum mengusulkan setiap gagasan untuk ditambahkan ke produk. Berikut contoh dasbor yang diterapkan di internal Airbnb pada awal perkembangan mereka:

Contoh dasbor analisis yang dimiliki Airbnb / Y Combinator
Contoh dasbor analisis yang dimiliki Airbnb / Y Combinator

Untuk menguatkan seluruh hipotesis yang dimiliki, user research juga perlu dilakukan. Prinsipnya seperti ini, 10 ribu pengguna pertama akan memiliki karakteristik berbeda dengan 10 ribu pengguna kedua. Kadang detail keduanya tidak dapat ditemukan instan melalui data saja, melainkan harus benar-benar meminta umpan balik. Banyak pendekatan yang bisa dilakukan, mulai dari yang manual seperti meminta masukan sampai ke yang semi otomatis dengan menerapkan track UX aplikasi.

Kegiatan growth adalah aktivitas berulang. Jadi akan ada serangkaian iterasi hingga capaian bisnis terus meningkat. Ketika dilakukan dengan benar, program pertumbuhan akan menyebar ke seluruh organisasi, menjadikan evidence-based mindset sebagai bagian dari DNA perusahaan.

Mengupayakan pendanaan seri A

Pada dasarnya YC hanya akan memberikan pendanaan awal sebagai modal dasar startup menggali potensi pertumbuhan – merealisasikan materi-materi yang telah didapat dalam 3 bulan masa pendidikan. Namun demikian program akselerator tersebut juga mempersiapkan startup untuk memasuki pendanaan tahap lanjut, baik dengan menghubungkan/mempromosikan ke jaringan investor global yang dimiliki maupun membekali dengan teknik-teknik bisnis.

Para pakar di YC telah merumuskan jangka waktu yang tepat untuk startup dalam menggalang pendanaan seri A. Pertama, selama 6-12 bulan sebelum penggalangan, pastikan founder telah menjalankan metrik yang tepat untuk bisnisnya. Kuncinya adalah menunjukkan data tren perkembangan bisnis yang mengesankan. Setelah itu buat cerita tentang startup, tujuannya untuk membuat investor percaya dan selaras dengan visi-visi yang ingin dicapai.

Kemudian di fase ini founder juga disarankan untuk mulai rajin berjejaring. Kendati program seperti YC memfasilitasi jaringan investor, namun peran aktif founder akan sangat menentukan.

Tahapan proses pendanaan awal yang diterapkan Y Combinator
Tahapan proses pendanaan awal yang diterapkan Y Combinator

Kemudian di dua bulan sebelum fundraising benar-benar diluncurkan, founder harus menentukan secara pasti berapa besar dana yang ingin dikumpulkan, termasuk rencana-rencana yang akan digalakkan. Lalu, YC juga selalu menyarankan startup untuk membuat backup plan, berisi aksi yang akan dilakukan ketika penggalangan dana gagal. Karena bisa jadi investor membutuhkan waktu lebih untuk melihat pembuktian kinerja startup dan komitmen founder terhadap bisnis. Di tahap ini founder juga perlu mulai belajar presentasi, untuk mengartikulasikan tujuan dan harapan dalam sebuah pitch-deck.

Mendekati waktu pitching, kira-kira satu bulan sebelum proses penggalangan dana benar-benar dimulai, founder harus benar-benar fokus untuk melakukannya. Bahkan YC merekomendasikan, jika tugas sebagai CEO terlalu sibuk, bisa mendelegasikan sebagian kepada profesional atau anggota tim lain yang bisa menggantikan, sebagai co-CEO.

Hitung juga pro-ratas, juga terkait dengan saham yang akan diberikan dan tersisa pasca penggalangan. Bagian ini biasanya membutuhkan bantuan tim legal untuk merumuskan, sembari mempersiapkan dokumen-dokumen penunjang yang diperlukan. Lantas setelah siap, mulai jadwalkan agenda pertemuan dengan investor untuk melakukan pitching.

Kemudian lakukan pitching, mungkin beberapa kali sembari melakukan improvisasi jika menemukan aspek-aspek yang kurang. Berikan masing-masing investor informasi yang cukup tentang status penggalangan dana untuk mempertahankan rasa urgensi dan membuat mereka berani maju dalam proses. Proses tindak lanjut menjadi penting, jadi jangan ragu untuk menanyakan.

Cerita tentang kegiatan akselerasi

Ragam kegiatan selama program akselerasi Y Combinator
Ragam kegiatan selama program akselerasi Y Combinator

Program akselerasi YC berjalan selama tiga bulan, dua kali per tahun. Sesi pertama berjalan antara Januari-Maret, kemudian yang kedua Juni-Agustus. Proses seleksi biasanya dibuka di bulan-bulan sebelumnya melalui situs web. Setiap startup yang terpilih dan didanai akan diwajibkan hadir ke Silicon Valley untuk menjalankan proses pendidikan. Bersama mitra dan mentor, startup akan bekerja secara intensif dalam menemukan bentuk bisnis terbaik.

Selama siklus program berjalan, YC menyelenggarakan acara makan malam bersama seminggu sekali, mengundang berbagai tokoh bisnis di dunia startup. Para pendiri didorong untuk melakukan “mini demo day”, sembari meningkatkan koneksi dengan orang-orang yang mungkin dapat membantu pertumbuhan bisnis. Acara makan malam ini juga menjadi tenggat waktu mingguan bagi setiap startup untuk menyelesaikan tugas tertentu, dan harus dibicarakan saat pertemuan.

Startup juga akan memiliki jam kerja, menempati ruang-ruang yang disediakan. Termasuk untuk melakukan kegiatan mentoring secara individu. Waktunya cukup fleksibel, layaknya jam kerja startup masa kini. Setiap hari pembicaraan yang dilakukan akan fokus pada isu dan fase pertumbuhan startup.

Kemudian acara puncaknya pada demo day, bisa dihadiri sampai 1000 investor. Fokusnya mempresentasikan produk atau layanan mereka, meyakinkan yang dikerjakan dapat menuai traksi yang baik. Pasalnya pasca proses akselerasi tidak jarang startup mengubah ide atau fitur di layanan mereka. Di sesi itu juga menjadi kesempatan bagi founder untuk berbaur dengan investor, sembari memperkenalkan diri dan memikat ketertarikan untuk putaran pendanaan berikutnya.

Setelah demo day, tim YC tetap berhubungan erat dengan startup untuk membantu bernegosiasi penggalangan dana lanjutan. Alih-alih saat demo day, YC memang menyarankan penggalangan dana dilakukan di waktu terpisah, bukan terlalu dini. Selain itu sebenarnya juga ada acara seperti prototipe day dan rehearsal day dengan format yang lebih santai. Demo day juga dijalankan untuk para alumni YC dalam kerangka waktu yang terpisah.

Testimoni peserta Y Combinator dari Indonesia
Testimoni peserta Y Combinator dari Indonesia

Karena jaringan alumni juga terus dijaga, dan YC dinilai sebagai yang paling kuat untuk jejaring di dunia startup. Bukan hanya karena ukurannya, tapi komitmen yang kuat untuk saling membantu.

Grab dan BRI Ventures Resmi Membuka “Grab Ventures Velocity” Gelombang Ketiga

Warung makan dan logistik menjadi tema pilihan Grab untuk gelombang ketiga program Grab Ventures Velocity (GVV). Potensi pasar yang sedang besar-besarnya menjadi alasan mereka memilih kedua vertikal tersebut.

GVV merupakan program akselerasi milik Grab yang berjalan sejak 2018. Sejasa, BookMyShow, SayurBox, dan Qoala adalah beberapa nama startup yang dipilih dari dua gelombang yang sudah diadakan.

Banyaknya pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) adalah alasan fundamental kenapa usaha mikro dalam berbagai sektor jadi peluang bagi startup digital. Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, warung merupakan salah satu jenis usaha mikro yang punya masa depan cerah jika terhubung dengan ekosistem.

“Jumlah usaha mikro itu 63 jutaan mulai dari pertanian, perkebunan, perikanan sampai warung; namun sesuai namanya usahanya mereka kecil-kecil, di sektor pertanian lahan mereka pun sempit. Jadi dibutuhkan startup baru yang bisa jadi partner usaha mikro untuk bisa terhubung dalam ekosistem,” ujar Teten.

Managing Director Neneng Gunadi menambahkan, meningkatnya industri kuliner dan kebutuhan pergudangan serta pengantaran untuk mendukung dunia usaha.

“Untuk usaha warung makan itu potensinya cukup besar, kuliner jadi sesuatu yang ngetren. Kedua, logistik jadi sangat penting di Indonesia. Jadi pada tahun ini kita menyasar ke dua hal itu,” sambung Neneng.

Gandeng BRI Ventures

Grab menggandeng BRI Ventures sebagai mitra strategis penyelenggeraan GVV tahun ini. Dalam kerja sama ini baik Grab maupun BRI Ventures sama-sama urunan dana dan fasilitas untuk mengakomodasi peserta.

“Tidak hanya cash, tapi fasilitas juga. Ekosistem yang dimiliki oleh Grab dan ekosistem yang dimiliki oleh BRI, nilai alokasinya kurang lebih 50-50,” ucap CEO BRI Ventures Nicko Widjaja.

Program GVV ini resmi dibuka mulai 03-31 Maret 2020. Sama seperti gelombang sebelumnya, Grab memperkenankan startup dalam negeri maupun luar negeri mengikuti program akselerasi ini.

Dan serupa sebelumnya, Grab menjanjikan startup yang diterima dalam program ini akan mendapatkan pilot project untuk menjajakan layanan mereka di platform Grab. Itu artinya startup tersebut punya kesempatan memperkenalkan produknya ke puluhan juta pengguna Grab.

“Itu kan sesuatu banget, karena mereka bisa memaksimalkan customer kita. Mereka bisa cek, pertumbuhannya akan seperti apa karena basisnya besar banget. Mereka juga akan dapat bimbingan dari C-level startup termasuk dari kami tentang bagaimana caranya agar jadi unicorn,” pungkas Neneng.

Program GVV gelombang ketiga ini dijadwalkan berlangsung selama 16 minggu. Pihak Grab berharap akan ada lebih banyak yang bergabung ke dalam program ini dengan asumsi dampak yang diberikan ke masyarakat juga akan lebih besar dari sebelumnya.

Disclosure: DailySocial.id adalah strategic partner Grab Ventures Velocity batch 3

Tantangan Pengukuran dan Manajemen Dampak bagi Wirausaha Sosial di Indonesia

Kurangnya pengetahuan, kemampuan untuk mengembangkan bisnis dan jaringan, serta modal usaha yang dialami oleh pelaku wirausaha sosial sering kali menjadikan hambatan bagi mereka untuk mengembangkan bisnis dan dampak sosial yang ingin dicapai secara berkelanjutan. Padahal, dengan mengadopsi misi untuk memecahkan permasalahan sosial dan ekonomi, terutama meliputi bidang kesejahteraan (welfare), pendidikan, dan kesehatan, serta menggunakan proses inovasi dan teknologi, wirausaha sosial sangat berperan sebagai agen perubahan bagi berbagai permasalahan yang ada di Indonesia.

Selain itu, analisis mengenai bagaimana wirausaha sosial dapat mengelola dan dampak dalam proses memecahkan permasalahan sosial melalui wirausahanya tidak selalu dijadikan prioritas. Seharusnya, pengukuran dan pengelolaan dampak menjadi keharusan bagi seluruh wirausaha sosial, agar seluruh aktivitas bisnis menjadi efektif, efisien, dan mempercepat pemecahan masalah tersebut. Selain itu, wirausaha sosial juga relatif kesulitan untuk menyeimbangkan antara menghasilkan profit dan memberikan dampak sosial.

Melihat permasalahan ini, Social Innovation Acceleration Program (SIAP) telah mengintegrasikan pengukuran dan pengelolaan dampak (Impact Management & Measurement) ke dalam kurikulum inkubasi yang telah dilakukan pada tahun 2019 di Jakarta, Solo, Malang, dan Makassar. Melalui program inkubasi bersama British Council, SIAP telah berhasil menginkubasi 123 wirausaha sosial dari berbagai sektor pemberdayaan, seperti: pemberdayaan perempuan, anak muda, dan kaum disabilitas.

Tahun ini, SIAP akan kembali menggelar inkubasi ke-9 di Bandung pada tanggal 13 Maret-4 April 2020 dengan target 30 peserta dari berbagai sektor. Beberapa materi yang akan diajarkan adalah Impact Management & Measurement, Business Model Innovation, Product Development, Growth & Sustainability, Go-to-market Strategy, Pitch & Investment, dll dengan 10 Mentor yang sudah expert di industri startup, khususnya Social Enterprise. Para mentor tersebut adalah: Gibran Huzaifah (CEO eFishery), Yunita Anggraeni (Co-founder Geek Hunter), dll.

Salah 1 peserta inkubasi dan akselerasi SIAP di tahun 2018, telah berhasil mengakselerasi idenya, yaitu Rhaka Ghanisatria – Co-founder dan CEO Menjadi Manusia, sebuah social-platform untuk mereka yang ingin berbagi & mendengar cerita-cerita tentang kehidupan dari berbagai sudut pandang, dan diharapkan mampu menjadi sebuah tangga untuk mendapatkan setitik harapan bagi mereka yang memiliki persoalan-persoalan dalam kehidupan. Dalam 1,5 tahun, Menjadi Manusia telah berhasil menyebarkan dampak sosial melalui content ke lebih dari 10 juta orang melalui Youtube, Instagram, Spotify & Website.

Pada program inkubasi ini, para founder akan mendapat kesempatan untuk mendapatkan hands-on mentoring dari para expert, networking dengan angel investor dan venture capital, dan akses kerjasama dengan stakeholder di bidang sosial.  Segera daftar SIAP Incubation Batch 9 ini di: http://bit.ly/SIAPincubation9 sebelum tanggal 30 Februari 2019! Mengenai informasi selanjutnya, bisa didapatkan di www.socialinnovation.id atau melalui instagram @socialinnovation.id.

Program akselerator SIAP 2020

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Social Innovation Acceleration Program (SIAP)

Fokus pada “Daily Consumer Innovation”, Gojek Xcelerate Putaran Ketiga Digelar

Untuk ketiga kalinya program akselerator besutan Gojek bersama Digitaraya, Gojek Xcelerate, kembali digelar. Berbeda dengan putaran pertama dan kedua, kini tema yang diangkat “daily consumer innovation” atau inovasi digital yang mampu membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Tema tersebut dirasa cukup dekat dengan Gojek, karena mereka memiliki lini produk terkait. Oleh karenanya perusahaan cukup percaya diri bisa memberikan insight mendalam berbekal pengalaman dan kompetensi tim internal.

Kepada DailySocial, Gojek Xcelerate Lead Yoanita Simanjuntak mengungkapkan, secara khusus program ini menyasar startup Indonesia yang menawarkan kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses produk lokal berkualitas dunia. Selain itu diharapkan memiliki elemen sosial untuk turut menciptakan dampak positif bagi masyarakat sekitar — misalnya dengan memberdayakan UKM dalam proses produksi atau distribusi produk.

“Dengan tema daily consumer innovation, kami menargetkan startup berpangsa pasar B2C yang menyediakan solusi sejalan dengan Gojek untuk senantiasa memudahkan kehidupan sehari-hari melalui inovasi teknologi.”

Melibatkan mentor dari Gojek

Sesi pelatihan bersama VP Data Science
Sesi pelatihan bersama VP Data Science

Salah satu masukan menarik yang didapatkan Xcelerate dari peserta adalah, banyak dari mereka yang masih membutuhkan ilmu hingga pengalaman yang relevan untuk pengembangan bisnis digital. Mulai dari mengelola talenta hingga mengembangkan model bisnis. Meskipun pada akhirnya pendanaan merupakan salah satu tujuan utama, namun dengan kurikulum yang dibuat secara khusus oleh Gojek diharapkan bisa menambah sumber daya dan wawasan mereka.

Cara kerjanya tidak jauh berbeda dengan program akselerator lainnya, secara rutin peserta akan mengikuti kelas khusus menghadirkan mentor hingga pakar di bidang tertentu. Kurikulum Gojek juga disampaikan oleh para leader, product manager Gojek.

“Dalam program Gojek Xcelerate, para startup akan mendapatkan sesi bootcamp selama satu minggu, dengan berbagai kurikulum dari Gojek, Google dan rekanan global lainnya; sesi mentorship dengan McKinsey, UBS Bank dan Digitaraya; dan diakhiri dengan Demo Day di mana para startup mempresentasikan produk dan model bisnis mereka,” kata Yoanita.

Ditambahkan olehnya, melalui program ini startup bisa bertemu secara langsung dengan VC dan investor potensial yang ada dalam jaringan Gojek Xcelerate — juga tim leadership Gojek, sehingga para startup memiliki kesempatan untuk terintegrasi maupun bergabung ke dalam ekosistem Gojek. Hal tersebut yang diklaim membedakan Gojek Xcelerate dengan program akselerator lainnya.

“Pengalaman jatuh bangun kami adalah pembelajaran yang bisa dibagikan kepada para startup, sehingga dapat membantu mereka menghindari kesalahan yang kami buat dulu. Ini termasuk bagaimana membuat keputusan yang tepat pada waktu yang tepat untuk pertumbuhan yang bersifat jangka panjang dan berkelanjutan,” kata Yoanita.

Target Gojek Xcelerate

Melalui kategori baru di putaran ketiga ini, tim Gojek dan Digitaraya menemukan banyak potensi yang masih bisa digali oleh startup yang sudah mendapatkan funding dan secara khusus menyasar sektor daily consumer innovation. Mulai dari produk makanan beku (fozen food) hingga marketplace penyewaan mainan anak dan keperluan bayi.

“Definisi kesuksesan kami adalah seberapa besar nilai yang dirasakan partisipan/startup alumni Gojek Xcelerate dan juga ekosistem di sekitarnya. Kami berharap Gojek Xcelerate dapat membantu mempersingkat perjalanan para startup mencapai pertumbuhan yang berskala besar,” kata Yoanita.

Beberapa startup lulusan Gojek Xcelerate di antaranya adalah Qlue, Travelio, Peto, Izy.ai dan Crewdible. Startup tersebut punya latar belakang industri yang berbeda-beda. Crewdible misalnya bergerak di bidang pergudangan logistik, Izy di industri perhotelan, Peto di perawatan hewan peliharaan, Travelio di pemesanan akomodasi dan Qlue di solusi smart city.

Rencananya program ini akan berjalan hingga Maret 2020 dengan target 20 startup terpilih dalam lima gelombang. Digitaraya, Google Developers Launchpad, McKinsey & Co. dan UBS menjadi mitra Gojek dalam program ini.

“Melalui Gojek Xcelerate kami ingin memberikan akses kepada para startup untuk bisa bertemu dengan mentor unggulan Gojek, praktisi kelas dunia, dan calon investor serta sumber pendanaan lain untuk mengembangkan bisnis mereka ke depannya. Ini merupakan salah satu perwujudan komitmen Gojek untuk terus memberikan dampak sosial positif yang lebih luas bagi masyarakat dengan mendukung perkembangan industri startup dan inovasi teknologi di Indonesia,” tutup Yoanita.

Application Information Will Show Up Here

Facebook Accelerator Putaran Kedua Segera Digelar, Incar 15 Startup Regional

Program flagship Facebook, Facebook Accelerator Singapore mengumumkan batch kedua mengincar 15 startup terpilih dari Asia Tenggara untuk bergabung sebagai peserta.

Program yang didukung Infocomm Media Development Authority (IMDA) ini, menggaet pemain akselerator global Plug and Play untuk mendukung gelaran acara. IMDA adalah badan hukum pemerintah Singapura yang berada di bawah Kementerian Komunikasi dan Informasi Singapura (MCI).

Head of Startup Program APAC Facebook Jason Lin menjelaskan, Facebook Accelerator adalah program pelatihan selama enam bulan untuk mendukung startup inovatif berbasis data. Pihaknya mencari startup yang tumbuh cepat dan ingin mengintegrasikan alat dan produk Facebook.

“Atau untuk mereka yang fokus pada penggunaan data dan AI dengan cara yang terpercaya dan transparan untuk meningkatkan skala bisnis mereka secara transparan,” terang Jason, kemarin (5/12).

Dia melanjutkan, startup terpilih akan memiliki akses ke pelatihan langsung melalui tiga tahapan bootcamp untuk belajar bagaimana meningkatkan skala bisnis dan menangani tantangan. Selama program berlangsung, startup akan dibimbing oleh praktisi dari Facebook dan pemerintah Singapura.

Juga, kesempatan untuk berjejaring dengan modal ventura regional dan investor untuk membantu mereka tumbuh. Jason menekankan pula, Facebook tidak memberikan pendanaan ekuitas buat startup, melainkan membuka kesempatan sebagai mitra potensial.

Program yang sebelumnya dikenal “Startup Station Singapore” ini, mensyaratkan startup yang dapat bergabung minimal sudah meluncurkan produk; bisnis didorong oleh data; punya model bisnis yang jelas dan terukur; sedang memecahkan masalah nyata dalam pasar yang besar dan dapat ditangani; berbasis di Asia Tenggara.

Sumber: Facebook
Sumber: Facebook

Adapun fokus area dan tema startup yang dapat menyelaraskan pada produk, teknologi, dan platform Facebook, termasuk juga social/coversational commerce, messaging, AR/VR; data innovator yang berupaya memanfaatkan data untuk mendorong pertumbuhan bisnis jangka panjang dengan cara yang etis dan berkelanjutan.

“Kami sedang melakukan regional roadshow ke enam titik untuk mencari startup potensial. Kami berharap startup dari Indonesia ada lebih banyak yang terpilih dalam batch kedua.”

Pada batch pertama, terpilih 11 startup yang datang dari berbagai segmen, dari turisme, hospitality, hingga kesehatan. Mayoritas datang dari Singapura, di antaranya Jumper.ai, Peoplewave, Envolve, Vouch, dan Waitrr. Satu-satunya perwakilan dari Indonesia adalah Qlue.

Pendaftaran startup dalam batch kedua sudah dibuka sejak awal November hingga 14 Januari 2020. Jason mengatakan, seluruh aplikan yang masuk akan di-review untuk diseleksi lebih lanjut oleh tim Facebook Accelerator.

Pengumuman startup terpilih akan diselenggarakan pada Februari 2020. Program akan kick off sebulan kemudian, untuk Sprint 1. Kemudian, Sprint 2 dimulai Juni 2020, terakhir Sprint 3 adalah demo day pada September 2020.

Gojek Xcelerate Batch Kedua Pilih 10 Startup Karya Founder Perempuan

Program akselerator besutan Gojek bersama Digitaraya, Gojek Xcelerate, telah sampai di batch kedua dengan tema startup karya founder perempuan dari Indonesia dan Asia Pasifik. Diharapkan peserta terpilih bisa mengakselerasi partisipasi perempuan di industri teknologi.

Kali ini, Digitaraya menggaet Simona Ventures yang merupakan pemodal ventura yang fokus mengembangkan bisnis dan inisiatif membawa misi sosial terkait kesenjangan gender dan pemberdayaan perempuan. Sebelumnya kedua pihak telah berkolaborasi saat menggelar program APAC Women Founders Accelerators pada Maret 2019.

SVP Product Management Gojek Dian Rosanti menjelaskan, Gojek Xcelerate batch kedua fokus melatih startup yang dipimpin perempuan mengenai strategi penting dalam mengembangkan bisnis, menghubungkan mereka dengan pemimpin perempuan sukses dari berbagai industri. Serta memberikan akses jejaring mentor dan investor yang memiliki kesamaan visi.

“Dalam proses pelatihan Gojek Xcelerate, para startup mendapatkan materi komprehensif mengenai strategi product and market fit, growth hacking, fundraising, pitch, training, leadership, dan culture building dari Gojek,” terangnya, Jumat (1/11).

Ada 10 startup terpilih yang telah selesai mengikuti program akselerasi selama satu bulan terakhir. Diisi dengan berbagai pelatihan intensif bersama sejumlah mentor Gojek dan mentor kelas dunia lainnya dari Google, McKinsey & Company, dan UBS.

Peserta dari Indonesia ada e-commerce fesyen Love and Flair dan startup penyedia layanan survei dan riset Populix. Berikutnya Jio Vio dan Pixyvlz (India), Kobe (Singapura), Paynamics dan 1Export (Filipina), Elevait (Tiongkok), PurelyB (Malaysia), dan Event Banana (Thailand).

Hari ini adalah demo day, puncak kegiatan dari seluruh rangkaian acara. Seluruh peserta memiliki kesempatan untuk pitching ke hadapan para investor global yang tertarik dengan ide-ide mereka. Kemungkinan terbesarnya adalah mereka bisa mendapatkan pendanaan, namun bukan dari Gojek.

Chief Corporate Affairs Gojek Nila Marita menambahkan, dalam demo day Gojek membuka exposure kepada para peserta akselerator dengan akses mentor dan investor. Sehingga harapannya mereka bisa mengakselerasi kemampuan pertumbuhan bisnis startup masing-masing.

Dia menegaskan, pertimbangan Gojek untuk merangkul startup dari akselerator yang akan masuk ke dalam ekosistemnya bukan dilihat per batch-nya. Melainkan dari seluruh batch yang bakal diselenggarakan Gojek sampai Maret 2020. Targetnya akan ada dua batch lagi yang segera digelar.

“Kami baru mempertimbangkan mana yang cocok [masuk ke ekosistem] itu dalam satu cycle dulu. Sambil paralel [Xcelerate berlangsung] kita lihat [calon startup] tapi bukan per batch, melainkan satu cycle dari empat batch tersebut,” terang Nila.

Ketimpangan peran perempuan dalam industri teknologi

Mengacu dari hasil riset ILO berjudul “Women in Business and Management: The business case for change” tahun 2019, menemukan lebih 60% responden setuju bahwa inisiatif keragaman gender meningkatkan hasil bisnis dan reputasi. Selain itu, lebih mudah menarik dan mempertahankan karyawan, serta lebih kreatif dan inovatif.

Mirisnya partisipasi perempuan di sektor teknologi masih tergolong sedikit. Sementara ekonomi digital diprediksi akan tumbuh pesat di Indonesia dan Asia Tenggara dalam satu dekade ke depan.

Dilihat dari jumlah startup yang mendaftar pada batch ini juga terlihat sangat timpang dibandingkan batch pertama yang mengambil tema machine learning. Pada batch pertama, startup yang mendaftar ada 1050 startup. Sementara pada batch kedua hanya 86 startup di Asia Pasifik.

Dian menerangkan para founder perempuan di dunia teknologi sering kali menghadapi tantangan dalam mengembangkan startup mereka dibandingkan founder laki-laki. Tidak hanya terkait stigma sosial, tetapi juga kurangnya jejaring dukungan dan akses terbatas pada pendanaan.

Di Gojek, persentase posisi manajer ke atas dari perempuan sekitar 33% dibandingkan laki-laki. Angka ini sedikit lebih tinggi dari rata-rata global yakni 30%. Namun, untuk persentase di product manager dan engineer saja, angkanya cenderung lebih sedikit sekitar 20%.

“Kami percaya bahwa industri teknologi yang lebih beragam secara gender akan mendorong lebih banyak inovasi dan mengakselerasi pertumbuhan sebuah bisnis,” tutup Dian.