Memahami Istilah-istilah Teknis dalam Bisnis dan Produk Startup Digital

Melanjutkan pembahasan mengenai istilah yang sering digunakan dalam perbincangan bertema startup, kali ini DailySocial mencoba mengupas terkait kategori bisnis startup yang banyak dikembangkan di Indonesia. Juga varian teknologi yang sering dijadikan jargon dalam produk atau layanan startup digital.

Didasarkan pada sektor bisnis yang digarap, startup dikelompokkan ke dalam beberapa kategori bisnis berikut ini:

  • Agtech (Agriculture Technology); juga sering disebut agrotech, yakni sebutan bagi startup yang mengembangkan solusi di bidang pertanian. Produk untuk peternakan dan kelautan juga kerap dimasukkan ke dalam kategori ini – kendati sempat muncul istilah aquatech namun tidak begitu populer. Bentuk layanannya bermacam-macam, ada yang menawarkan sistem manajemen, pemantauan, penjualan, hingga pendanaan. Contoh startup: Aruna, Eden Farm, TaniHub, dll.
  • E-commerce; kategori pelaku usaha yang berkaitan dengan sektor niaga. Online marketplace juga bisa dimasukkan dalam kategori ini, walaupun ditinjau dari proses bisnis sering dianggap berbeda. E-commerce identik dengan B2C – brand menjual produk ke konsumen, sementara online marketplace identik dengan C2C – konsumen bertindak sebagai penjual dan pembeli. Seiring perkembangannya, platform seperti Tokopedia, Shopee dll mengakomodasi dua model tersebut.
  • Edtech (Education Technology); juga sering disebut edutech, adalah istilah untuk startup yang menggarap solusi seputar edukasi, baik untuk jenjang formal maupun non-formal. Varian layanannya meliputi materi digital, kursus online, hingga pencarian guru belajar. Contoh startup: Bensmart, Ruangguru, Zenius, dll.
  • Fintech (Financial Technology); yakni istilah untuk startup yang memberikan layanan keuangan digital. Jenis produknya mencakup pinjaman online, dompet digital, platform pembayaran, aplikasi investasi, dan urun dana. Di Indonesia setiap pemain fintech wajib terdaftar di Bank Indonesia dan/atau Otoritas Jasa Keuangan. Contoh startup: Bibit, Dana, Modalku, dll.
  • Healthtech (Health Technology); sering juga disebut medtech (medical technology) dan baru-baru ini mencuat istilah wellness, yakni produk startup yang menyasar pada layanan kesehatan dan pemenuhan gaya hidup sehat, seperti konsultasi dokter online, pembelian obat, pemesanan antrean klinik kesehatan, hingga perangkat lunak manajemen untuk institusi kesehatan. Contoh startup: Halodoc, Medigo, SehatQ, dll.
  • Insurtech (Insurance Technology); merupakan bisnis yang coba mendigitalkan manajemen produk asuransi, bentuknya berupa kanal informasi dan perbandingan produk, pemesanan layanan, hingga klaim asuransi. Contoh startup: Premiro, Qoala, Futuready, dll.
  • Legaltech (Legal Technology); beberapa sering menyebut lawtech (law technology), yakni produk startup digital yang meningkatkan akses, kemudahan, dan efisiensi penyelenggaraan jasa hukum, baik bagi masyarakat dan pemberi layanan termasuk advokat dan paralegal. Selain itu ada juga regtech (regulatory technology) sebagai segmen startup digital yang memberikan akses, meningkatkan kemudahan, dan efisiensi pelaku usaha untuk mematuhi berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku.. Contoh startup: PrivyID, Justika, Lexar, dll.
  • Loyalty Platform; layanan startup yang memfasilitasi sistem keanggotaan untuk meningkatkan loyalitas pelanggan sebuah merek atau bisnis. Biasanya mencatat total transaksi pengguna untuk brand tertentu, lalu mengkonversinya menjadi poin yang dapat ditukarkan dengan hadiah. Contoh startup: GetPlus, Tada, Pomona dll.
  • New Retail; sering disebut juga dengan istilah online-to-offline (O2O), yakni startup yang mentransformasi ritel tradisional dengan sentuhan teknologi tanpa menghilangkan model bisnis yang sudah ada. Misalnya melengkapi toko kelontong dengan produk-produk dari e-commerce atau memfasilitasi toko ritel dengan aplikasi yang meningkatkan pengalaman belanja. Contoh: Kopi Kenangan, Warung Pintar, Wahyoo dll.
  • On-Demand; yakni startup yang mengemas jasa pemesanan suatu layanan melalui aplikasi. Misalnya layanan pemesanan dan pengantar makanan, layanan pemesanan jasa cuci baju, dan sebagainya. Contoh startup: Sejasa, Mr Jeff, Kulina, dll.
  • OTA (Online Travel Agency); yakni startup yang menyediakan produk akomodasi perjalanan melalui aplikasi, termasuk tiket perjalanan, hotel, dan pertunjukan di tempat wisata. Contoh: Airy, Tiket.com, Traveloka, dll.
  • POS (Point of Sales); yakni startup yang menyediakan produk pendukung bisnis ritel, membantu mencatat transaksi dan mengelola alur kas. Contoh: Cashlez, Moka, Qasir, dll.
  • Proptech (Property Technology); merupakan startup yang menyediakan layanan digital di seputar bisnis properti, dapat berbentuk kanal konsultasi, layanan jual beli, layanan sewa, dan lain-lain. Contoh startup: Travelio, Rumah123, 99.co, dll.
  • Ride Hailing; startup yang menyediakan aplikasi untuk pemesanan jasa transportasi. Contoh: Bonceng, Gojek, Grab, dll.

Namun demikian, kadang satu menerapkan model bisnis yang mengombinasikan beberapa kategori di atas. Contohnya yang dilakukan iGrow, mereka adalah startup pertanian (agtech) yang menyajikan layanan melalui mekanisme fintech. Atau 99.co, menyajikan layanan proptech melalui pendekatan berbasis marketplace.

Produk teknologi startup

Selain kategori bisnis, ada cukup banyak terminologi yang kini mengemuka terkait produk teknologi yang digarap startup. Berikut beberapa yang populer di Indonesia:

  • AI (Artificial Intelligence); diterjemahkan menjadi kecerdasan buatan, ialah mekanisme untuk membuat sistem komputer bekerja cerdas seperti manusia. Sistem diprogram agar mampu membuat keputusan secara mandiri dengan mempelajari pola aktivitas dan data yang terekam sebelumnya. Contoh cara kerjanya seperti ini, misalnya AI yang diterapkan pada fitur rekomendasi di aplikasi e-commerce. Program AI akan mengamati tingkah laku pengguna dalam periode tertentu, mencatat perilaku dominan dari pengguna – misalnya pengguna X lebih suka barang bermerek alih-alih mementingkan harga, sehingga ketika nantinya pengguna kembali menggunakan aplikasi dan mencari sesuatu, sistem akan merekomendasikan barang-barang terkait didasarkan pada popularitas merek, sehingga lebih sesuai dan membuat pengguna merasa terbantu. Istilah “automation” juga sering disematkan dalam produk digital, pada dasarnya itu merupakan proses dan mekanisme kerja yang dihasilkan AI.
  • AR (Augmented Reality) dan VR (Virtual Reality); istilah ini mengacu pada konten virtual, keduanya memiliki cara kerja yang berbeda. AR adalah konten virtual yang dikombinasikan dengan realitas memanfaatkan perangkat penangkap gambar (kamera). Contohnya aplikasi desain interior yang banyak beredar di Playstore atau App Store, melalui ponsel pengguna bisa menyimulasikan penempatan perabotan di rumah – perabotnya adalah objek 3D virtual, sementara tempatnya merupakan gambaran nyata dan real-time dari tangkapan kamera. Aplikasi Pokemon-Go yang sempat populer juga menggunakan pendekatan ini. Sementara VR merupakan konten yang sepenuhnya realitas virtual yang disuguhkan kepada pengguna untuk menyuguhkan sesuatu. Misalnya untuk membuat pengguna merasakan pengalaman berada di dunia permainan – sehingga membutuhkan perangkat tambahan.
  • Big data; yakni pemrosesan data dalam jumlah yang besar, biasanya dihimpun dari pemrosesan terus menerus tanpa henti, misalnya dari aktivitas pengguna di media sosial; di dalamnya termasuk kegiatan pengambilan, pemilahan, pembelajaran, penerjemahan, hingga visualisasi data. Salah satu terminologi turunan yang juga populer adalah data analytics (kegiatan analisis dari hasil pemrosesan data, biasanya setelah divisualisasikan) dan data science (ilmu yang khusus mempelajari pengelolaan data).
  • Blockchain; yakni sebuah sistem revolusioner yang menghubungkan antarjaringan komputer secara terdesentralisasi dan terdistribusi. Maksudnya seperti ini, dengan mekanisme blockchain transaksi data dapat dilakukan secara langsung – sesederhana si A dapat langsung mengirimkan sesuatu ke si B tanpa perantara. Dikatakan revolusioner karena sejauh ini memang kebanyakan sistem masih tersentralisasi. Sebagai contoh saat mengirimkan pesan melalui aplikasi, dalam proses yang lebih detail, pesan itu tidak langsung sampai ke penerima, namun harus melewati server aplikasi lalu disampaikan ke penerima, sehingga pada dasarnya pesan tersebut jadi ada beberapa salinan – di perangkat pengirim, di server aplikasi, dan di perangkat penerima. Blockchain berusaha mengubah semua itu, tidak ada lagi penerima dan tidak ada lagi duplikasi, pesan yang dikirimkan benar-benar berpindah dari pengirim ke penerima – layaknya saat orang memberikan benda fisik kepada orang lain, benda tersebut sepenuhnya berpindah.
  • Chatbot; sering disebut juga sebagai asisten virtual, yakni salah satu produk kecerdasan buatan yang diterapkan pada aplikasi pesan, memungkinkan komputer untuk memahami dan menjawab setiap pesan yang dikirimkan. Biasanya diintegrasikan dengan aplikasi bisnis yang dimiliki perusahaan pengembang, agar dapat melakukan aksi secara otomatis.
  • IoT (Internet of Things); merupakan konsep konektivitas antar perangkat melalui sambungkan internet. Contoh penerapannya seperti yang dilakukan dalam produk eFishery, mereka mengembangkan perangkat pakan ikan yang dilengkapi dengan sensor. Sensor tersebut bertugas melakukan transmisi data dan mengoperasikan perangkat. Terhubung melalui konektivitas internet, pengguna dapat memantau dan mengontrol kinerjanya melalui aplikasi khusus.
  • Machine Learning; merupakan salah satu komponen terpenting AI, yakni algoritma komputer untuk mempelajari data, mengenali pola, dan membuat model berdasarkan data historis.
  • NLP (Natural Language Processing); merupakan salah satu produk AI, bekerja dengan machine learning untuk membantu komputer untuk menganalisis, memahami, dan memperoleh makna dari bahasa manusia. Layanan chatbot memanfaatkan NLP dalam kienrjanya.
  • SaaS, PaaS, dan … as a Services lainnya; yakni jenis aplikasi atau platform berbasis internet yang dapat digunakan secara cepat dengan konfigurasi sederhana. Misalnya Software as a Services (SaaS) untuk aplikasi kasir, memungkinkan pengguna memiliki sistem manajemen toko tanpa harus mengembangkan sendiri, menginstal di perangkat secara manual, dan menyediakan server untuk penyimpanan data. Atau Infrastructure as a Services untuk sistem server, memungkinkan pengembang membuat dan mengelola server tanpa harus membeli perangkat komputer dan memasang sistem operasi secara manual. Biaya berlangganannya juga fleksibel, bergantung intensitas penggunaan.

Tokocrypto Lahirkan Toko Launchpad sebagai Platform “Initial Exchange Offering”

Tokocrypto, platform jual beli mata uang kripto, memperkenalkan produk baru berupa “Toko Launchpad”. Yakni berupa platform yang menjembatani proyek blockchain dengan mekanisme Initial Exchange Offering (IEO).

Dalam inisiatif ini Tokocrypto memperkenalkan Swipe sebagai mitra pertama yang melakukan IEO. CCO Tokocrypto Teguh Kurniawan Harmanda menjelaskan mekanisme tersebut jadi pilihan mereka karena punya keunggulan dari mekanisme Initial Coin Offering (ICO) yang lebih dikenal sebelumnya.

Manda menyebut IEO unggul dalam hal keamanan. Pasalnya pengembang startup blockchain harus mengikuti due dilligence oleh platform jual beli kripto tadi. Hal ini nantinya yang otomatis menimbulkan rasa aman bagi para investor yang akan ikut dalam urun dana dalam IEO.

“Karena semuanya akan dijamin oleh exchange tersebut,” kata Manda.

Poin lain yang digarisbawahi oleh Tokocrypto lewat IEO ini adalah kepastian “melantai” di tempat jual beli kripto. Jaminan ini yang tak tersedia bila memakai mekanisme ICO.

Sudah jadi pengetahuan bersama, penipuan berkedok ICO sudah terjadi beberapa kali seiring membesarnya industri mata uang kripto. Celah itu yang kemudian melahirkan mekanisme IEO sebagai strategi baru bagi startup blockchain untuk mendapat pendanaan.

Swipe sendiri merupakan startup blockchain asal Singapura. Startup ini menawarkan kendali lebih kepada pemilik data agar monetisasi data mereka lebih adil. Dengan kata lain, pembelian data hanya akan terjadi atas seizin penggunanya.

CTO Swipe Andrew Marchen memberi contoh, apabila ada perusahaan yang membutuhkan data untuk proyeknya, Swipe akan mencarikan data sesuai dengan kebutuhan perusahaan tersebut. Teknologi Swipe memungkinkan mereka membantu perusahaan periset mendapatkan data yang dibutuhkan dengan konsensus dan imbalan bagi pemilik data.

Tokocrypto mengklaim pihaknya sebagai paltform jual beli mata uang kripto pertama yang melakukan IEO di Indonesia. Minimnya pengetahuan publik terhadap IEO, juga mata uang kripto dan blockchain pada umumnya, menjadi tantangan utama Tokocrypto.

Manda menekankan edukasi literasi berbasis komunitas sebagai faktor penting untuk melebarkan sayap bisnis mereka. Tokocrypto hingga saat ini sudah mengumpulkan 20 ribu anggota komunitas.

Namun Manda menyebut pihaknya tak bisa melakukan ini sendiri. Ia mendorong agar pelaku industri blockchain dan mata uang kripto di ranah lokal lebih bergeliat. Masalah yang ia soroti adalah penerbit mata uang kripto di Indonesia belum punya teknologi yang mengesankan sehingga industri blockchain lebih banyak diisi oleh pemain asal luar negeri.

“Masalahnya adalah mereka pintar dalam marketing tapi mereka tidak pintar dalam membuat aplikasi,” pungkas Manda.

Tokocrypto sendiri merupakan platform jual beli mata uang kripto yang digawangi oleh wajah-wajah dalam negeri, bersanding dengan pemain lokal lain seperti Indodax yang lebih populer. Volume transaksi di Tokocrypto sudah mencapai Rp4 miliar per hari. Mereka menargetkan volume itu naik 20 kali lipat menjadi Rp80 miliar pada akhir tahun ini.

Melihat Penerapan Blockchain dan Face Recognition di Ritel Modern Milik JD.com

Salah satu layanan yang menjadi andalan dari raksasa ritel JD.com adalah menyediakan bahan makanan segar kepada konsumen di Tiongkok. Pengiriman bahan makanan segar ini sudah dilakukan sejak tahun 2012. Melihat besarnya permintaan dan potensi, perusahaan kemudian memutuskan untuk menjalankan divisi bahan makanan segar secara independen.

JD.com kemudian mendirikan 7Fresh, sebuah supermarket premium khusus produk bahan makan segar, baik dari supplier lokal atau asing. Supermarket tersebut juga dilengkapi dengan teknologi terkini, misalnya memanfaatkan blockchain untuk memberikan ulasan histori produk.

DailySocial bersama dengan awak media asal Indonesia lainnya mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi 7Fresh yang terletak di kota Beijing, Tiongkok, beberapa waktu yang lalu.

Kombinasi produk segar dan penerapan teknologi

Suasana khas supermarket biasa memang tampak terasa ketika kami memasuki 7Fresh. Namun setelah dilihat lebih dalam, terpampang beragam produk bahan segar yang didatangkan dari 50 kawasan di Tiongkok. Terdapat juga beberapa produk yang diimpor dari berbagai negara. Bukan hanya untuk kebutuhan individu, 7Fresh juga menyuplai kebutuhan restoran yang tersebar di Beijing dan sekitarnya.

Sesuai dengan komitmen mereka mengantarkan barang dengan cepat, 7Fresh menjamin semua barang yang dibeli secara online melalui aplikasi JD.com dikirimkan hanya dalam waktu 30 menit saja di kawasan Beijing dan sekitarnya.

7Fresh menyematkan blockchain dalam bentuk tampilan layar di beberapa sudut rak. Hanya dengan mesin pemindai (scanner), pengunjung bisa mengetahui histori produk mulai dari awal di petani hingga tiba di toko.

Terkait dengan teknologi ini, JD.com menjalin kerja sama strategis dengan beberapa mitra untuk bisa mengimplementasikan tracking system. Semua informasi tersebut juga bisa diakses oleh pembeli melalui aplikasi.

Jika ada perubahan harga, sistem secara otomatis akan melakukan pembaruan. Sehingga saat barang dipindah, semua informasi yang muncul dipastikan aktual. Untuk pembayaran 7Fresh juga menyediakan pilihan non-tunai yang terintegrasi langsung dengan akun WeChat dan platform lainnya.

Memanfaatkan teknologi facial recognition

XMart manfaatkan facial recognition
XMart manfaatkan facial recognition

Toko ritel milik JD.com lainnya yang secara keseluruhan memanfaatkan teknologi adalah XMart. Toko yang lokasinya terletak di kantor pusat JD.com ini, dimanfaatkan oleh pegawai untuk membeli makanan dan minuman hingga kebutuhan sehari-hari.

Keunikan toko ini adalah pembeli tidak perlu melakukan pembayaran di kasir khusus. Semua barang yang dibeli terekam secara langsung oleh kamera yang tersebar di atap toko, kemudian akan mendeteksi apa saja produk yang dibeli dengan memanfaatkan sensor khusus.

Saat proses check-out, sensor akan mendeteksi langsung akun pengguna hanya dengan mengenali wajah dari pembeli tersebut. Teknologi facial recognition diterapkan oleh JD.com ke dalam toko XMart.

Investasi JD.com dalam penelitian dan pengembangan sumber daya tidak hanya meningkatkan operasinya, tapi diyakini berpotensi berkontribusi pada evolusi e-commerce untuk secara menyeluruh. Untuk mendukung kegiatan pengembangan, JD.com juga gencar merekrut profesional AI.

Application Information Will Show Up Here

DailySocial Kenalkan Token Kripto “DSX”, Merevolusi Industri Media dengan Blockchain (UPDATED)

Sebagai sebuah digital “media” company, DailySocial (selanjutnya disebut DS) menyadari betul tentang urgensi mengikuti perkembangan teknologi, tak terkecuali blockchain. Meningkatnya awareness masyarakat mengenai cryptocurrency memaksa DS untuk turut andil. Setelah melalui tahapan riset dan perundingan mendalam, kami sepakat memperkenalkan DailySocial Token (DSX).

DSX: Bikin kaya sekaligus pintar

Layaknya token kripto yang ada di pasaran, pengguna bisa mendapatkan melalui berbagai mekanisme, misalnya menambang atau membeli. DSX (yang merupakan token berbasis ERC20) akan didistribusikan kepada setiap pengguna yang membaca artikel DS secara utuh. Untuk artikel biasa akan mendapatkan 0,0000001 DSX per selesai membaca. Sementara untuk longform dan research akan mendapatkan 0,0000002 DSX per selesai membaca.

Nominal yang diberikan kami harap dapat menjadi motivasi kepada masyarakat Indonesia untuk lebih gemar membaca. Khususnya mengenai perkembangan bisnis dan digital. Konon semua sektor nantinya akan terdisrupsi oleh teknologi. Kesiapan di sisi masyarakat secara masif akan makin membuat Indonesia siap dengan era industri 4.0.

Gebrakan baru dalam industri media

Agar optimal, DS akan memulai dengan melakukan penyegaran situs dan aplikasi menggunakan pendekatan blockchain. Konsepnya seperti ini: DS akan menjadi sebuah portal yang sangat amat dipersonalisasi dengan kebutuhan pengguna. Menggunakan deep learning, selama 10 tahun DS berdiri telah mencoba memahami kebutuhan para pembaca.

Jadi katakanlah Anda seorang founder startup SaaS yang sedang ingin melakukan ekspansi ke Bandung dan Yogyakarta, maka ketika ada info mengenai ulasan pangsa pasar atau riset terkait, kami akan mengirimkan secara khusus kepada Anda. Jadi pastikan saat ini Anda telah teregistrasi di kanal DS.

Konsep blockchain juga kami terapkan untuk pertukaran beberapa informasi krusial. Misalnya untuk wawancara topik yang sangat sensitif atau rumor penting. Salah satu kode etik jurnalistik adalah memastikan privasi narasumber. Untuk itu DS mengembangkan kanal komunikasi berbasis blockchain untuk proses wawancara, sehingga memastikan pesan atau data yang disampaikan ditransfer secara utuh tanpa meninggalkan jejak di mana-mana.

Keren kan? Tunggu tanggal mainnya.

Update: Ini adalah bagian dari semangat menyemarakkan April Mop

Perusahaan “Fintech Enabler” Asal Tiongkok OneConnect Resmikan Kehadirannya di Indonesia

Penyedia platform teknologi keuangan (fintech enabler) asal Tiongkok, OneConnect, resmi beroperasi di Indonesia. Melalui anak usahanya PT OneConnect Financial Technology Indonesia, perusahaan menawarkan sejumlah solusi yang diharapkan dapat mempercepat digitalisasi layanan keuangan di tanah air.

Dalam sambutannya, CEO OneConnect Financial Technology Tan Bin Ru menyebut Indonesia sebagai pasar utamanya di Asia Tenggara karena Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi digital tercepat pada 2018, yakni senilai $27 miliar.

Berbekal teknologi dan pengalaman yang dimiliki perusahaan, ia ingin membagikan keduanya kepada ekosistem di Indonesia. Pihaknya menyiapkan $10 juta (Rp 140 miliar) untuk mendukung digitalisasi pasar keuangan di Indonesia.

“Dalam menghadapi perkembangan ekonomi saat ini, tidak mungkin tanpa tantangan, institusi finansial selalu membutuhkan solusi. Kami salah satu perusahaan teknologi yang sangat mengenal institusi finansial. Kami yakin solusi kami dapat memenuhi kebutuhan mereka,” ujar Bin Ru di acara peluncuran OneConnect di Jakarta, Rabu (20/02).

Ada sembilan kategori solusi yang ditawarkan OneConnect kepada bank dan institusi finansial di Indonesia, antara lain Perbankan Digital, Asuransi Digital, Investasi Digital, Cloud Ping An, Pendaftaran Akun dan Pelayanan Pintar, Platform Peminjaman Pintar, Klaim Asuransi Pintar, Alat Agen Pintar, dan Blockchain-Fimax.

Sebagai langkah pertamanya, OneConnect membidik pedagang pasar untuk memperkuat basis awal ekosistemnya di Indonesia. Untuk itu, pihaknya juga menandatangani kesepakatan kerja sama (MoU) dengan Asosiasi Pengelola Pasar Indonesia (ASPARINDO).

Kolaborasi ini mencakup kunjungan dan penyuluhan di pasar-pasar tradisional untuk membantu para pedagang dan kios bertransformasi ke arah digital.

We need to learn (financial technology) to speed up with the economy. Makanya, kami gandeng ASPARINDO untuk buka jalan sehingga teknologi kami bisa sampai ke daerah,” ujar Direktur Utama PT OneConnect Financial Technology Indonesia Hendra Tan.

Hendra juga memiliki misi untuk membangun ekosistem secara menyeluruh di Indonesia sehingga OneConnect dapat menjadi penyedia teknologi keuangan yang tidak hanya menyelesaikan masalah peminjaman modal (lending) saja di Indonesia.

That’s why we need data source, orang-orang perbankan [sebagai sumber daya di OneConnect], dan lainnya untuk membangun ekosistem di sini. Kami juga sudah bangun data center untuk bisa comply dengan regulasi di Indonesia,” tambahnya.

Sementara, Ketua Umum ASPARINDO Joko Setiyanto menambahkan, pihaknya akan memulai pilot project dari kerja sama ini di sejumlah pasar tradisional di Tangerang Selatan.

“Tidak mudah mendigitalkan pasar, perlu edukasi. Asal ada sosialisasi upaya ini pasti jalan. Yang terpenting bagi pedagang adalah kegunaan sehingga mereka bisa merasakan efisiensinya,” kata Joko.

Kristin Siagian turut terlibat dalam penulisan artikel ini.

PlayGame Umumkan Perolehan Pendanaan dari TRON

Platform “direct-to-play gaming” berbasis blockchain PlayGame (PXG) mengumumkan pihaknya telah mendapatkan pendanaan dari TRON (TRX), sebuah perusahaan pengembang protokol “decentralized blockchain” yang berbasis di Beijing. Dalam pengumumannya tidak disebutkan mengenai detail dan nominal investasi yang diberikan.

Pendanaan ini akan difokuskan PlayGame untuk mempercepat roadmap perusahaan meluncurkan Proof of Play dan sistem payment gateway berbasis cryptocurrency. Selain itu PlayGame juga berencana melakukan ekspansi ke Asia Tenggara, Jepang, Korea, dan juga Tiongkok.

Diharapkan kemitraan dengan TRON juga akan membuka peluang kerja sama strategis dan aliansi dengan berbagai mitra, khususnya di bidang blockchain.

Sejak didirikan pada Juni 2018, PlayGame terus bertumbuh melesat. Menjelang akhir 2018 lalu, pihaknya mengumumkan keberhasilan ICO (Initial Coin Offerings) untuk token PXG yang ditawarkan. Mereka mencapai hard cap, alias semua token berhasil ludes terjual. Di saat yang sama, mereka mulai memperkenalkan Proof-of-Play, solusi “smart contract” untuk diaplikasikan pada game.

“Berdasarkan pengalaman kami dalam mengembangkan game, pemain curang (cheaters) adalah masalah yang pelik. Terutama bila ada insentif uang. Sementara fokus pertama kami di platform adalah kompetisi online, semua orang bisa masuk dengan entrance fee dan menang pool prize yang terkumpul dari entrance fee tersebut,” jelas tim PlayGame dalam sebuah kesempatan wawancara dengan DailySocial.

“Tentunya kami mengacu ke blockchain untuk solusi ini. Proof-of-Play kami ciptakan agar semua aksi divalidasi oleh jaringan konsensus kami. Semua aksi dari pemain akan dicatat dan logika game akan tertulis dalam bentuk smart contract, sehingga ada pihak ketiga (jaringan konsensus) yang akan memvalidasi semua aksi pemain dengan smart contract dari game yang berlaku, untuk membuktikan bahwa tidak terjadinya kecurangan.”

Marketplace Kripto Korea Selatan Upbit Fokus Kembangkan Ekosistem di Indonesia

Salah satu bursa crypto asset asal Korea Selatan yang meresmikan kehadirannya di Indonesia adalah Upbit. Didirikan oleh Dunamu Inc. pada tahun 2017, Upbit mengklaim sebagai bursa pertukaran crypto asset terbesar di Korea Selatan dengan teknologi blockchain kelas dunia dan bisa diakses melalui melalui situs dan aplikasi Android dan iOS.

“Selama ini perusahaan Korea Selatan selalu mencari pasar baru untuk mengembangkan bisnis. Indonesia sebagai salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki potensi besar untuk berkembangnya crypto asset, menjadi ideal untuk ekspansi bisnis kami,” kata CEO Upbit APAC Alex Kim.

Upbit muncul sebagai salah satu bursa crypto asset yang memperdagangkan transaksi berbasis IDR secara real time untuk lebih dari 150 crypto asset.

“Saat ini Upbit merupakan satu-satunya platform crypto asset digital yang meluncurkan aplikasi dalam versi iOS. Di Korea Selatan sendiri hampir 80% transaksi dilakukan melalui aplikasi,” klaim Alex.

Berkonsultasi dengan BAPPEBTI

Di Indonesia industri blockchain dan cryptocurrency sudah mendapatkan perhatian dari pemerintah. BAPPEBTI menyatakan bahwa bitcoin merupakan sebuah komoditas digital dan bukan sebagai alat pembayaran. BAPPEBTI bertugas untuk mengawasi, namun belum ada aturan yang pasti terkait dengan bursa kripto dan hal-hal terkait di dalamnya.

Selain Upbit, pelaku usaha crypto asset asing mulai berdatangan ke Indonesia, termasuk GoPax dan Liqnet. Dengan jaringan yang dimilikinya, kehadiran Upbit di Indonesia diharapkan bisa menjembatani pemain kripto di Indonesia untuk berkiprah secara global.

Disinggung tentang target pengguna platform-nya, Alex menegaskan Upbit menerima semua kalangan masyarakat.

“Memang jika dilihat industri kripto saat ini masih dalam early stage. Namun saya melihat ke depannya bursa pertukaran crypto asset akan menjadi relevan di kalangan mainstream sehingga pengguna dan industrinya bisa tumbuh bersama,” kata Alex.

Application Information Will Show Up Here

AI dan Blockchain Siap Hadir di Platform Penyedia Jasa Legal “Kontrak Hukum”

Usai mendapat suntikan investasi dari Kaskus, Kontrak Hukum berencana menanamkan dua teknologi terkini ke dalam platform-nya pada tahun ini, yakni artificial intelligence (AI) dan blockchain. Kedua teknologi ini dinilai dapat memberikan pengalaman terhadap penyediaan jasa hukum lebih baik di masa depan.

Menurut Chief Operating Officer KontrakHukum Jimmy Karisma R, pihaknya saat ini tengah melakukan riset sembari melakukan pengembangan untuk mengimplementasi kedua teknologi tersebut. Harapannya, teknologi ini dapat memberikan layanan berkualitas dari sisi kecepatan dan kredibilitas.

“Kami tidak ingin sekadar memindahkan [layanan jasa hukum] dari offline ke online. Kami ingin ada teknologi di belakangnya. Dan kami lihat kiblat di Amerika Serikat, di mana kedua teknologi ini sering digunakan untuk kebutuhan legal,” ungkapnya ditemui DailySocial di GDP Power Lunch di Jakarta.

Jimmy mencontohkan, dengan AI proses review kontrak bisa lebih efisien waktu hingga 50-60 persen. Teknologi ini dapat memampukan sistem untuk membaca dan menghasilkan summary dari isi kontrak. Para lawyer tidak perlu membaca kontrak lagi.

Sementara contoh use case untuk teknologi blockchain adalah menghindari potensi manipulasi kontrak atau materi legal apapun di dalam sistem. Hal ini karena blockchain memiliki sifat transparan dan terdistribusi dalam konsep kerjanya.

“Rencananya [teknologi ini] sudah bisa di-roll out kuartal ketiga tahun ini karena sekarang masih riset dan pengembangan,” ucap Jimmy.

Kontrak Hukum saat ini memiliki tiga bisnis utama, yaitu penyedia layanan jasa hukum, ada tiga jasa pembuatan kontrak, pembuatan badan usaha, dan pendaftaran merek.

Perusahaan membidik target pasar UMKM dan pelaku usaha startup. Saat ini, Kontrak Hukum telah memiliki 2.000 klien dan 100 mitra yang telah dikurasi sesuai dengan spesialisasinya.

CEO dan Founder Kontrak Hukum Rieke Caroline menambahkan, tahun ini pihaknya akan bersinergi dengan Kaskus untuk mengedukasi pasar tentang pentingnya kebutuhan legal.

“Kami ingin mengubah wajah hukum agar lebih dekat dengan kehidupan masyarakat. Selama  ini kan hukum anggapannya jauh padahal penting sekali. Nah, kami bersama Kaskus akan buat konten berseri untuk mendorong tujuan itu,” kata Rieke.

Pentingnya urusan legal untuk startup

CEO dan Founder Layaria Dennis Adhiswara turut membagikan pandangannya seputar kebutuhan legal bagi pelaku usaha startup. Dennis menyoroti tentang bagaimana pentingnya membuat perjanjian antar-founder saat membangun startup.

“Selain pendaftaran merek, agreement antar founder atau shareholder itu cukup sering dikeluhkan. Kalau tidak ada perjanjian, itu bahaya, due diligence bisa tertunda. Apalagi kalau tidak ada kelengkapan dokumen, investor bisa mundur,” tuturnya di ajang GDP Power Lunch.

Sepakat dengan hal tersebut, Deputi Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF), Hari Sungkari mengungkap kebanyakan startup tutup bukan dikarenakan minimnya investasi, melainkan tidak adanya perjanjian dengan founder.

“Bukan hanya karena urusan legal tidak kelar, tapi ada clash antar founder, startup bisa tutup. Waktu di awal belum ada revenue, nanti kalau sudah ada bagaimana pembagiannya? Makanya perlu ada perjanjian supaya mendisiplinkan hak dan kewajiban mereka,” ujar Hari.

Gojek Reports Major Shares Acquisition of Coins.ph, Philippine-based Fintech-Blockchain Startup

Despite the challenge of its expansion in Philippine regarding moratorium on transportation licensing, Gojek’s ambition for this country seems high. Today (1/18) they announced an acquisition process of local fintech-blockchain’s major shares, Coins.ph.

There’s no trasaction detail revealed from the announcement. Later, Coins.ph platform will be synergized with Go-Pay to boost non-cash financial transaction in Philippines. Coins.ph team emphasized on this cororate action wouldn’t disrupt operations for customers.

Ron Hose, Coins.ph‘s Founder and CEO said in his speech what makes him confident about this partnership, is the same vision. He believes Gojek’s resource and skills can provide convenience and access for fintech users in Philippines.

Nadiem Makarim, Gojek’s CEO added, this announcement is a sign of our long-term commitment in Philippines. It was confirmed by Aldi Haryopratomo, Go-Pay’s CEO in his speech, mentioning the similar habit of consumer’s transaction in Indonesia and Philippines. This synergy will fasten the cashless society penetration in the region.

In general, Coins.ph is similar to other e-wallet apps. It allows anyone to access digital financial service, such as money transfer, bill payment, online shopping, and many more. In addition, they also accept cryptocurrency asset transactions.

Coins.ph claimed in its release to have customer base of more than five million people – in five-year operation. Based on this, Coins.ph has proceed six million transaction per month.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Gojek Akuisisi Saham Mayoritas Coins.ph, Startup Fintech Blockchain Asal Filipina

Kendati ekspansi layanannya di Filipina terganjal akibat moratorium perizinan transportasi, tampaknya Gojek masih memiliki ambisi besar di negara tersebut. Hari ini (18/1) pihaknya mengumumkan tengah melakukan proses akuisisi saham mayoritas perusahaan fintech-blockchain setempat Coins.ph.

Belum ada detail transaksi yang diungkap dari pengumuman tersebut. Nantinya platform Coins.ph akan disinergikan dengan Go-Pay untuk mendorong transaksi keuangan non-tunai di Filipina. Tim Coins.ph menegaskan, aksi korporasi ini tidak akan mengganggu operasional untuk pelanggan mereka.

Dalam sambutannya Founder & CEO Coins.ph ​Ron Hose mengatakan, kesamaan visi yang membuatnya yakin dengan kerja sama ini. Ia meyakini, sumber daya dan keahlian yang diberikan Gojek dapat mendorong kenyamanan dan akses layanan bagi pengguna fintech di Filipina.

Sementara itu CEO Gojek Nadiem Makarim mengungkapkan, pengumuman ini menandai dimulainya komitmen jangka panjang perusahaan di Filipina. Hal tersebut dipertegas dengan sambutan CEO Go-Pay Aldi Haryopratomo, menurutnya perilaku transaksi konsumen di Indonesia dan Filipina memiliki banyak kesamaan. Sinergi kedua perusahaan akan mempercepat penetrasi cashless society di wilayah setempat.

Secara umum layanan Coins.ph mirip dengan aplikasi e-wallet pada umumnya. Memungkinkan siapa saja untuk mengakses layanan keuangan digital, seperti melakukan pengiriman uang, pembayaran tagihan, belanja online dan lainnya. Selain itu mereka juga menerima transaksi aset cryptocurrency.

Dalam rilisnya, Coins.ph mengklaim telah memiliki basis pelanggan lebih dari lima juta orang — selama lima tahun beroperasi. Dari basis pengguna tersebut, Coins.ph telah memproses enam juta transaksi per bulan.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here