Startup Edtech MySkill Umumkan Pendanaan Awal dari East Ventures

Startup edtech MySkill mengumumkan telah mendapatkan pendanaan awal dari East Ventures dengan nilai dirahasiakan. Didirikan sejak pertengahan 2021, platform yang dikembangkan ingin membantu kaum muda dalam mempersiapkan diri ke jenjang karier melalui produk pembelajaran independen, interaktif, dan privat.

Diklaim saat ini MySkill telah memiliki sekitar 700 ribu pengguna. Adapun untuk layanan yang dijajakan meliputi Mentoring Privat, Bootcamp Interaktif, dan Video E-Learning On-Demand. Konten yang dihadirkan juga beragam, mulai dari pembuatan teknis persiapan karier, pemasaran digital, manajemen produk, sampai dengan pemrograman.

“Pendanaan ini akan mempercepat misi kami dalam mendukung para pencari kerja di Indonesia untuk menggapai karier impian mereka. MySkill hadir dengan solusi inovatif yang memastikan hasil pembelajaran yang lebih baik, di mana akan menciptakan efek domino dalam menghasilkan dampak sosial dan ekonomi yang lebih baik di Indonesia,” kata Co-Founder & CEO MySkill Angga Fauzan.

Selain Angga, startup ini turut didirikan oleh Erahmat (Co-Founder & Chief Business Officer). Kedua co-founder ini menyadari akan kesenjangan keterampilan yang sangat besar antara dunia akademik dan keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja, yang berujung pada banyak orang kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan yang layak.

Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa layanan serupa, misalnya yang disediakan Binar Academy, ToMu by ProSpark, Kuncie, Skill Academy, Terampil, dan sebagainya. Bahkan pemain seperti Binar atau Hacktiv8 memiliki kemitraan khusus dengan perusahaan untuk menjembatani lulusannya agar memiliki kesempatan lebih besar dalam mendapatkan pekerjaan.

Permasalahan penyerapan tenaga kerja

Penyerapan tenaga kerja memang masih isu fundamental di Indonesia. Di sisi supply, jumlah tenaga kerja yang ada sangat melimpah karena setiap tahunnya ada ribuan sampai jutaan lulusan yang dihasilkan sekolah kejuruan atau perguruan tinggi. Pun demikian dengan demand dari industri, jumlahnya cukup besar setiap tahun. Namun faktanya, banyak pelaku industri yang merasakan kesulitan untuk menemukan talenta yang berkualifikasi.

Studi J.P. Morgan dan Singapore Management University menemukan bahwa salah satu penyebab rendahnya jumlah tenaga kerja berkualitas di Indonesia dikarenakan kesenjangan antara dunia akademik dan industri. Situasi tersebut diperparah oleh pandemi yang akibatnya dirasakan oleh lebih dari 29 juta pekerja di Indonesia, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS).

Dari permasalahan tersebut, banyak pihak mengupayakan adanya match-making antara lulusan universitas dengan kebutuhan industri. Salah satunya seperti yang dilakukan startup edtech seperti MySkill dengan menyelenggarakan pelatihan dengan kurikulum dan mentor yang dihadirkan langsung dari perspektif industri.

“Melihat kesenjangan besar yang dihadapi ketenagakerjaan Indonesia saat ini, kami percaya MySkill dapat membawa lebih banyak pertumbuhan serta dampak ke industri tenaga kerja di Indonesia,” kata Principal East Ventures Devina Halim.

Rencana Bisnis BintanGO Usai Kantongi Pendanaan Awal

Setelah mendapatkan investasi tahapan pre-seed tahun 2021 lalu dari Flash Ventures senilai $500 ribu, BintanGO startup teknologi yang menawarkan all-in-one CreatorSpace, mengumumkan putaran pendanaan awal senilai $2,1 juta. Dana segar tersebut rencananya akan digunakan perusahaan untuk membantu para pembuat konten menjalankan bisnis mereka.

Putaran pendanaan ini dipimpin oleh Investible dan eWTP Tech Innovation Fund dengan partisipasi dari Farquhar, Plug and Play, Aksara, Redbadge Pacific, Moonshot Ventures, Mulia Sky Capital, dan United Creative. Sejumlah angel investor turut terlibat di putaran ini, termasuk eksekutif dan mantan eksekutif dari YouTube, Facebook, dan Google.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & SVP Commercial BintanGO Oktorika Mandasari mengungkapkan, dilihat dari pertumbuhan creator content saat pandemi, memberikan peluang bagi perusahaannya untuk menghadirkan platform terpadu, yang bisa dimanfaatkan oleh kreator dan brand.

“Dana segar tersebut juga akan kami manfaatkan untuk mengembangkan teknologi dengan merekrut tim teknologi,” kata Oktorika.

BintanGO didirikan oleh Jason Lee dan Oktorika Mandasari pada Mei 2021, memiliki misi untuk memberikan solusi yang didukung oleh teknologi untuk membantu content creator menyederhanakan dan mengelola bisnis mereka dengan lancar. Solusi ini mencakup produktivitas, monetisasi, dan solusi keuangan.

Platform ini menyerupai platform SaaS yang menyediakan alat produktivitas dan monetisasi serta solusi keuangan bagi pembuat konten untuk membantu mereka mengelola dan mengembangkan bisnisnya.

Perluas kemitraan dengan brand

Influencer Marketing Hub (2022) memperkirakan total valuasi ekonomi kreator di Indonesia akan mencapai $104 miliar atau setara dengan Rp1.493 triliun pada tahun 2022. Tingginya tingkat popularitas influencer, baik mikro maupun makro, berdampak pada terbukanya peluang pendapatan bagi mereka, seperti meningkatnya fan engagement, kerja sama dengan brand, hingga pembuatan IP dan memulai bisnis mereka sendiri.

Sebagai platform yang berfungsi sebagai wadah bagi kreator ekonomi untuk berkarya dan mengelola keuangan mereka, BintanGO menawarkan 3 fitur yang bisa dimanfaatkan. Mulai dari fitur yang bisa mengembangkan kreativitas, fitur untuk monetisasi, hingga fitur finansial yang bisa dimanfaatkan oleh kreator.

“Saat ini khususnya untuk kreator nano dan mikro (yang tidak memiliki jumlah pengikut cukup besar), masih kesulitan untuk mengelola pembayaran. Melalui BintanGO kami menawarkan pilihan invoice yang bisa dimanfaatkan dengan fee yang akan kami kenakan kepada mereka,” kata Oktorika.

BintanGO memberikan pilihan gratis kepada kreator, monetisasi mereka lancarkan langsung kepada brand. Tercatat saat ini BintanGO secara organik telah merekrut lebih dari 10 ribu kreator dan telah menghasilkan lebih dari $150 ribu dalam waktu tiga bulan terakhir.

BintanGO bermula dengan menawarkan sebuah solusi bagi para penggemar untuk dapat terhubung dengan idolanya melalui fitur video shoutout dan video calls. Teknologi tersebut dikembangkan sendiri oleh perusahaan, untuk menambah pilihan kepada pengguna dan kreator.

Tren ini berkembang viral secara organik dari para penggemar yang membagikan video mereka serta para selebriti yang turut mempromosikan layanan tersebut di media sosial, hingga menyebabkan minat yang kuat dari para kreator konten nano dan mikro yang ingin bergabung dengan BintanGO.

Dukungan finansial untuk kreator

Salah satu layanan yang menjadi fokus perusahaan saat ini adalah finansial atau pembiayaan kepada kreator. Masih dijalankan secara terbatas, nantinya kreator yang bergabung dengan BintanGO diberikan kesempatan untuk mendapatkan dukungan finansial dari institusi dan pihak terkait lainnya yang telah menjalin kerja sama strategis.

“Saat ini layanan tersebut masih terbatas. kami sudah mulai menyalurkan layanan tersebut ke beberapa kreator. Tahun ini rencananya ingin menjadikan pilihan tersebut dalam aplikasi. Targetnya tahun ini kami bisa mendapatkan validasi dan bagaimana bisa menyebar layanan tersebut kepada semua kreator BintanGO,” kata Rika.

Tahun ini BintanGO memiliki target untuk bisa menambah lebih banyak kreator konten, mitra dari berbagai bisnis yang bertujuan untuk memberikan pilihan lebih banyak lagi dalam platform. Selain itu fokus perusahaan juga ingin melakukan scale-up produk finansial.

“Kami juga secara aktif melakukan pendekatan dengan berbagai penyedia layanan fintech, platform pemasaran influencer, serta beragam industri vertikal lainnya untuk melihat peluang sejauh mana mereka dapat mendapatkan nilai lebih, dan di saat yang sama, memberikan manfaat dari proses integrasi bersama kami agar dapat menghadirkan pengalaman yang menarik dan tanpa kendala bagi para kreator dalam mengelola bisnis mereka,” kata Oktorika.

Application Information Will Show Up Here

Platform Insurtech B2B “Aman” Mendapat Pendanaan 18 Miliar Rupiah Dipimpin GFC dan Trihill Capital

Aman (PT Insurtech Technologies Indonesia) telah mendapatkan pendanaan pre-seed (pra-awal) senilai $1,2 juta atau setara 18 miliar Rupiah yang dipimpin Global Founders Capital (GFC) dan Trihill Capital. Turut terlibat di dalam putaran tersebut 1982 Ventures, Alto Partners, dan Atlas Global Kapital.

Sejak didirikan pada 2020 oleh Steven Tannason dan Kan Le, misi Aman meringkas proses administrasi dan klaim benefit asuransi yang ditujukan perusahaan untuk para karyawannya. Guna menunjang kebutuhan tersebut, Aman memosisikan diri sebagai platform yang memadukan antara layanan asuransi, teknologi SDM, dan healthtech.

Di dalam sistemnya, terdapat sejumlah fungsionalitas yang memudahkan tim HR untuk merencanakan atau membeli paket asuransi yang sesuai dengan kebutuhannya — dengan cara dihubungkan dengan mitra broker di jaringan Aman. Kemudian Aman juga membantu tim HR dalam mendistribusikan dan pengelolaan produk tersebut sesuai porsi yang telah ditentukan.

Untuk perusahaan akan ada dasbor khusus yang diberikan berbasis web; sementara untuk karyawan ada aplikasi mobile yang disediakan untuk proses klaim.

Selain itu, di dalam aplikasinya juga terdapat sejumlah manfaat yang coba diberikan Aman kepada para penggunanya. Seperti konten terkait kesehatan/wellness, diskon spesial untuk layanan kesehatan mental dan farmasi, sampai dengan layanan pendukung lainnya seperti tes Covid-19.

Aman menargetkan perusahaan dengan ukuran menengah, termasuk ke kalangan startup digital dan UMKM di Indonesia.

Potensi asuransi di Indonesia

Menurut data terbaru Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penetrasi asuransi di Indonesia ada di angka 3,18%. Persentase tersebut mencakup asuransi jiwa (1,19%), asuransi umum (0,47%), asuransi sosial (1,45%), dan asuransi wajib (0,08%). Sementara itu angka densitas (pengeluaran rata-rata premi) sebesar Rp1,82 juta.

Angka tersebut menunjukkan masih besarnya peluang adopsi produk asuransi oleh segmen baru di Indonesia. Namun demikian, para pemain juga ditantang untuk melakukan edukasi dan penetrasi produk secara menyeluruh agar bisa merangkul kalangan yang lebih luas. Platform digital dinilai menjadi medium yang efektif untuk meningkatkan keterjangkauan produk asuransi.

Menurut laporan DSInnovate tentang perkembangan insurtech di Indonesia, sebagian pemain saat ini masih menyasar segmen ritel melalui produk mikro-asuransi. Potensi di B2B pun masih sangat besar, mengingat lanskap ini masih didominasi pemain tradisional. Beberapa startup mencoba masuk ke sini, baik yang sebelumnya B2C lalu merambah B2B, ataupun mereka yang dari awal memang fokus menyediakan platform asuransi untuk bisnis.

Selain Aman, startup insurtech lain yang menyasar B2B adalah Aigis. Baru-baru ini mereka juga mengumumkan perolehan pendanaan pra-awal senilai $1 juta dari Y Combinator, Init-6, Goodwater Capital, dan sejumlah angel investor. Layanan yang diberikan adalah sebagai platform penyedia tunjangan kesehatan bagi pegawai kantor.

Application Information Will Show Up Here

Mekari Umumkan Pendanaan 720 Miliar Rupiah, Siap Merambah ke Bisnis Fintech

Startup pengembang SaaS untuk bisnis Mekari mengumumkan telah mendapatkan pendanaan lanjutan senilai $50 juta atau setara 720 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin Money Forward Inc, yang merupakan perusahaan penyedia SaaS aplikasi perencanaan keuangan dan akuntansi terbesar asal Jepang. Sejumlah investor terdahulu turut terlibat, kendati tidak dirinci detailnya.

Sebelumnya Mekari telah membukukan putaran pendanaan dari beberapa investor, di antaranya East Ventures, Beenext, Mandiri Capital, Alto Partners, dan Prasetia.

Co-Founder & CEO Mekari Suwandi Soh mengatakan, pihaknya akan mengalokasikan kucuran dana ini untuk berekspansi ke layanan fintech agar dapat mendukung proses transformasi digital para kliennya, terutama di skala UMKM. Belum lama ini Mekari sebenarnya juga sudah mulai masuk ke layanan fintech B2B melalui produk Mekari Flex, yakni dengan meluncurkan platform EWA untuk pencairan gaji lebih awal bagi para pegawai kantoran.

Sejalan dengan itu, Mekari juga ingin meningkatkan kapasitas dan kapabilitas SDM, terutama tim produk dan engineering, yang akan menjadi ujung tombak dari perancangan dan pembuatan solusi-solusi inovatif bagi penggunanya.

“Saat pasar sedang memasuki tahap pemulihan ekonomi, transformasi digital sangat penting karena memberikan perusahaan, terutama UMKM, agility yang mereka butuhkan untuk berkembang. Oleh karena itu, fokus utama Mekari adalah untuk mendukung klien kami dalam perjalanan transformasi mereka dengan terus memberikan solusi teknologi yang andal dan inovatif yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka,” ungkap Suwandi.

Potensi SaaS bisnis di Indonesia

Sektor bisnis SaaS sedang berkembang pesat di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Menurut riset dari Boston Consulting Group, nilai pasar SaaS di diperkirakan akan meningkat sebesar 25% CAGR dan mencapai $800 juta pada tahun 2023. Sejalan dengan perkembangan ini, Mekari juga telah mencatat pertumbuhan sebesar 11 kali lipat selama 4 tahun terakhir.

Saat ini, Mekari memiliki lebih dari 35 ribu klien dan lebih dari 800 ribu pengguna aktif dengan mayoritas pengguna UMKM. Beberapa brand yang berada di bawah naungan Mekari adalah Talenta, Jurnal, Qontak, Klikpajak, dan Flex; menyediakan solusi teknologi bisnis seperti tools untuk pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan penggajian, billing dan akuntansi, Customer Relationship Management (CRM), hingga perpajakan.

“Kami juga fokus mengembangkan berbagai layanan finansial kontekstual untuk membantu perusahaan menyelesaikan berbagai kebutuhan dan tantangan finansial yang unik. Layanan keuangan merupakan faktor pendukung utama dalam meningkatkan akses finansial bagi seluruh pengguna dalam ekosistem Mekari. Langkah pertama yang akan dilakukan adalah perluasan akses terhadap layanan keuangan yang terjangkau dan praktis bagi pelanggan kami,” tambah Suwandi.

Application Information Will Show Up Here

Finku Financial App Secures Seed Funding Worth 40 Billion Rupiah

The personal financial app Finku announced seed funding of $2.8 million (over 40 billion Rupiah) from B Capital Group. Global Founders Capital and Thrill Capital are involved as co-lead investors. Also participated in this round, Golden Gate Ventures, Goodwater Capital, Alto Partners, and the founders of BukuWarung and Xendit.

On a general note, Global Founders is Finku’s pre-seed investor, along with 500 Startups in August 2021. This latest round’s value is still undisclosed.

The company is to use the fresh money for more diverse product innovations and team expansion to empower more Indonesians. The company is soon to launch a consumer credit product. In the future, Finku is to combine several credit advantages, including low interest rates, cost transparency, with a set of personal finance features to facilitate credit access in a more responsible way.

In an official statement, the company said to take advantage of the increasing number of e-wallet users to access digital payments in Indonesia. The reason is, to build a more resilient and inclusive society in terms of financial, they must have access, ability, and independence to manage finances regardless of income background.

B Capital Group’s Principal, Ayu Tanoesoedibjo said, “We believe that Finku has produced a high-quality product that digitally transforms the personal finance space with a user-centric, highly intuitive, and easy-to-use mobile application for the general public.

“Finku’s ability to reach hundreds and thousands of users in the following months after its launch is a proof to the vast market potential and the team’s passion, commitment and perseverance to achieve the company’s vision. We are excited to support this effort and can’t wait to see them reach more milestones in the future,” Ayu said, Friday (13/5).

Finku’s growth

Finku was launched last year, founded by Reinaldo Tendean, Shyam Kalairajah, and Shylla Estee. The app offers users greater access to finance and financial management expertise, through apps that automate expense tracking and personal budgeting, as well as providing personalized financial advice according to their spending habits.

This allows users to track their transactions through bank, e-wallet and investment accounts more easily, as Finku has streamlined their daily financial management processes. This application can automatically collect and calculate various financial data to produce a real-time figure.

The Finku app feature also allows users to create financial plans that can be automatically divided into more than 28 categories. The app also illustrates graphs and reports, billing, and subscription management features.

A consumer credit product that will be released in the near future, allows users to access credit facilities for their daily needs. This access to credit serves to increase users’ financial capacity and ability in daily life to a certain extent that will not cause problems in their finances.

To date, Finku has more than 350 thousand application users. It is claimed that last year it grew exponentially, ranking 7th for the financial application category in the Apple Store Indonesia. Finku is also part of the 15 startups selected to participate in the Startup Studio Indonesia accelerator program.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Aplikasi Pencatatan Keuangan “Finku” Peroleh Dana Tahap Awal Lebih dari 40 Miliar Rupiah

Finku, startup pengembang aplikasi pencatatan keuangan pribadi, mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal sebesar $2,8 juta (lebih dari 40 miliar Rupiah) dari B Capital Group. Global Founders Capital dan Trihill Capital ikut terlibat sebagai co-lead investor. Adapun jajaran investor lainnya yang turut berpartisipasi adalah Golden Gate Ventures, Goodwater Capital, Alto Partners, serta pendiri startup BukuWarung dan Xendit.

Sebagai catatan, Global Founders merupakan investor awal (pre-seed) di Finku, bersama dengan 500 Startups pada Agustus 2021. Tidak disebutkan nominal yang diterima Finku dalam putaran tersebut.

Perusahaan akan memanfaatkan dana segar untuk inovasi produk yang lebih beragam dan memperluas tim untuk memberdayakan lebih banyak masyarakat Indonesia. Salah satu produk yang segera meluncur adalah kredit konsumer. Nantinya Finku akan menggabungkan sejumlah keunggulan kredit, meliputi suku bunga rendah, transparansi biaya, dengan seperangkat fitur keuangan pribadi yang dapat membantu mereka mengakses kredit secara bertanggung jawab.

Dalam keterangan resmi, disampaikan perusahaan akan memanfaatkan peluang meningkatnya jumlah pengguna e-wallet untuk mengakses pembayaran digital di Indonesia. Pasalnya, untuk membangun masyarakat yang lebih tangguh secara finansial dan inklusif, mereka harus memiliki akses, kemampuan, dan kemandirian untuk mengelola keuangan terlepas dari latar belakang pendapatan.

Principal B Capital Group Ayu Tanoesoedibjo mengatakan, pihaknya menilai Finku telah menghasilkan produk berkualitas tinggi yang secara digital mengubah ruang keuangan pribadi dengan aplikasi seluler yang berpusat pada pengguna, sangat intuitif, dan mudah digunakan masyarakat umum.

“Kemampuan Finku untuk menjangkau ratusan dan ribuan pengguna dalam beberapa bulan setelah peluncurannya adalah bukti adanya potensi pasar yang luas serta semangat, komitmen, dan ketekunan tim untuk mencapai visi perusahaan. Kami sangat antusias untuk mendukung usaha ini dan dan tidak sabar untuk melihat mereka mencapai lebih banyak tonggak sejarah di masa depan,” kata Ayu, Jumat (13/5).

Perkembangan Finku

Finku sendiri baru dirilis pada tahun lalu, dirintis oleh Reinaldo Tendean, Shyam Kalairajah, dan Shylla Estee. Aplikasi tersebut menawarkan akses keuangan dan keahlian manajemen keuangan yang lebih besar kepada pengguna, melalui aplikasi yang mengotomatiskan pelacakan pengeluaran dan perancangan anggaran pribadi, serta penyediaan saran keuangan yang dipersonalisasi sesuai kebiasaan belanja mereka.

Hal ini memungkinkan pengguna untuk melacak transaksi yang mereka lakukan melalui bank, e-wallet, dan akun investasi secara lebih mudah, lantaran Finku telah merampingkan proses manajemen keuangan harian milik mereka. Aplikasi ini juga secara otomatis dapat mengumpulkan dan menghitung berbagai data keuangan untuk menghasilkan gambaran secara real-time.

Fitur aplikasi Finku juga memungkinkan pengguna untuk membuat rencana keuangan yang dapat secara otomatis dibagi ke lebih dari 28 kategori. Aplikasi ini juga mengilustrasikan grafik dan laporan, tagihan, serta fitur manajemen langganan.

Produk kredit konsumer yang akan dirilis dalam waktu dekat, memungkinkan pengguna mengakses fasilitas kredit untuk kebutuhan sehari-hari. Akses kredit ini berfungsi untuk meningkatkan kapasitas serta kemampuan keuangan pengguna dalam kehidupan sehari-hari dalam batas tertentu yang tidak akan menimbulkan permasalahan pada keuangan mereka.

Saat ini Finku telah memiliki lebih dari 350 ribu pengguna aplikasi. Diklaim, pada tahun lalu tumbuh eksponensial berada di peringkat ke-7 untuk kategori aplikasi keuangan di Apple Store Indonesia. Finku juga merupakan bagian dari 15 startup yang terpilih untuk berpartisipasi dalam program akselerator Startup Studio Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Qoala Memperoleh Pendanaan Seri B Sebesar 948 Miliar Rupiah

Platform insurtech Qoala memperoleh pendanaan seri B sebesar $65 juta atau sekitar 948 miliar Rupiah. Pendanaan tersebut akan digunakan untuk memperkuat posisi dan jangkauan pasar Qoala di Asia Tenggara.

Disampaikan dalam keterangan resminya, pendanaan ini disuntik oleh sejumlah investor terdahulu antara lain Flourish Ventures, KB Investment, MassMutual Ventures, MDI Ventures, SeedPlus, dan Sequoia Capital India.  Beberapa investor baru juga ikut bergabung di antaranya BRI Ventures, Daiwa PI Partners, Indogen Capital, Mandiri Capital Indonesia, dan Salt Ventures.

Menurut catatan DailySocial.id, jika ditotal dengan pendanaan seri sebelumnya, kisaran investasi yang berhasil dibukukan telah mencapai $87 juta. Berpotensi membawa valuasi perusahaan di angka $300 juta.

Co-founder & COO Qoala Tommy Martin mengaku optimistis untuk menjaga pertumbuhan bisnisnya di tahun ini. Terlebih, ia menyebut telah mengantongi pertumbuhan bisnis di Thailand sebesar tiga kali lipat pasca-bergabung dengan FairDee pada Februari 2021. “Hal ini memberi kami keyakinan akan kemampuan ekspansi Qoala di Asia Tenggara,” tambahnya.

Qoala mencatat pertumbuhan 30 kali lipat sejak menerima pendanaan seri A pada April 2020. Dengan pencapaian ini, Qoala mengklaim sebagai perusahaan insurtech dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara.

Pertumbuhan ini didorong oleh berbagai jenis asuransi ritel yang ditawarkan, mulai dari produk mobil, sepeda, rumah, dan kesehatan. Selain itu, Qoala juga berkolaborasi dengan sejumlah platform digital, seperti Traveloka, Shopee, Kredivo, dan Investree untuk produk asuransi mikro. Saat ini, Qoala beroperasi di Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Vietnam.

Sementara itu, CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro menambahkan bahwa Qoala punya peluang besar untuk berkembang secara B2B di berbagai sektor industri, mulai dari logistik, logistik, kesehatan, dan pariwisata. “Kami yakin pendanaan ini juga dapat memperkokoh posisi Qoala sebagai perusahaan insurtech terdepan di Asia Tenggara yang memiliki keselarasan inovasi dan sinergi dengan Mandiri Group,” tuturnya.

Ekspansi pasar

Lebih lanjut, Founder & CEO Qoala Harshet Lunani mengungkap akan memperluas jangkauan Qoala di seluruh Asia Tenggara. Ekspansi ini juga termasuk dengan pengembangan teknologi dan layanan untuk mengurangi kendala dalam mengakses produk asuransi.

Di samping itu, ia menilai ruang pertumbuhan asuransi masih sangat besar. Di Indonesia jauh dari penetrasi rata-rata global yang sebesar 6%. “Indonesia, Thailand, dan Malaysia termasuk dalam sepuluh besar pasar asuransi global dengan proyeksi pertumbuhan tercepat pada dekade berikutnya,” ucapnya.

Saat ini, total tenaga pemasar dan mitra bisnis yang terdaftar di Qoala mencapai 50.000 tenaga. Qoala juga telah bermitra dengan lebih dari 50 perusahaan asuransi. Tahun ini, mereka berencana menambah lebih dari 250 karyawan, serta berinvestasi pada pengembangan teknologi dan produk. Selain itu, perusahaan juga berencana memberikan kompensasi dalam bentuk saham untuk memperkuat kepemilikan karyawan di perusahaan.

Sebagai informasi, Qoala berdiri di 2018 dengan memosisikan diri sebagai platform insurtech untuk ritel. Qoala menawarkan dua produk, yakni Qoala Plus (keagenan) dan Qoala for Enterprise (B2B dan B2B2C).

Qoala meyakini dapat memecahkan masalah utama bagi pemasar asuransi dan konsumen melalui kecepatan penerbitan polis, penetapan harga instan, dan komisi instan kepada para tenaga pemasar asuransi. Inovasi ini juga dinilai dapat memungkinkan Qoala mengakuisisi konsumen dengan biaya lebih rendah dan mencapai unit ekonomi yang unggul.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penetrasi asuransi di Indonesia tercatat 3,18% yang mencakup asuransi jiwa (1,19%), asuransi umum (0,47%), asuransi sosial (1,45%), dan asuransi wajib (0,08%). Adapun angka densitas (biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk bayar premi) sebesar Rp1,82 juta.

Application Information Will Show Up Here

Aigis Kantongi Pendanaan dari Y Combinator, Init-6, dan Sejumlah Investor Lain

Platform penyedia tunjangan kesehatan pegawai untuk perusahaan Aigis telah mengantongi pendanaan dalam initial round dari sejumlah investor senilai $1 juta atau setara 14,5 miliar Rupiah. Dua investor yang turut terlibat adalah Y Combinator dan Init-6.

Adapun lain yang ikut berpartisipasi dalam putaran pendanaan kali ini adalah Goodwater Capital dan beberapa investor individu seperti Siu Rui (Co-Founder Carousell), JJ Chai (Co-Founder Rainforest), Robin Tan (Co-Founder Hangry), dan Greysia Polii (atlet Indonesia).

Masuknya YC dalam putaran pendanaan tersebut lantaran Aigis berhasil masuk program akselerator global tersebut di cohort W22 (YC W22) ini.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO Aigis Reinhart Hermanus menyebutkan, investasi ini merupakan gabungan beberapa initial round. Tidak ada lead investor untuk putaran kali ini, karena semua deals dilakukan secara mandiri. Demikian juga dengan waktu dan terms yang ada. Namun dirinya menyebutkan Y Combinator dan Init-6 merupakan investor yang memberikan kontribusi paling besar untuk putaran pendanaan kali ini.

Masih fokus kepada wilayah Jabodetabek, rencananya dana segar tersebut akan digunakan oleh perusahaan untuk membangun versi awal produk dan mengakuisisi pelanggan. Fokus perusahaan saat ini lebih kepada eksekusi, belum ada rencana khusus untuk menggalang dana lanjutan dalam waktu dekat.

Menurut Venture Partner init-6 Rexi Christopher, Aigis dapat menjadi quick win solution untuk mendukung perusahaan memberikan manfaat kesehatan terbaik bagi pegawai dengan cara yang lebih sederhana dan lebih terjangkau. Mereka percaya bahwa solusi yang ditawarkan oleh Aigis dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan keterlibatan dan retensi pegawai, serta mengurangi biaya.

“Terlepas dari ukuran sektornya, asuransi dan tunjangan pekerjaan secara umum masih sangat sulit untuk dilakukan dengan baik. Kami percaya Aigis dapat memberikan pengalaman yang jauh lebih baik bagi perusahaan dan pegawai,” kata Partner Init-6 Nugroho Herucahyono.

Fokus kepada UMKM dan startup

Aigis didirikan oleh Reinhart Hermanus, Philip Moniaga, dan Sebastian Yaphy. Mereka melihat akses ke layanan kesehatan adalah kebutuhan dasar setiap orang, dan mereka masih melihat bahwa pengalaman asuransi kesehatan di Indonesia masih jauh dari ideal.

“Asuransi kesehatan bagi perusahaan adalah wajib di Indonesia, dan dengan fakta bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia mendapatkan manfaat kesehatan dari tempat bekerja (melalui BPJS, asuransi swasta, atau manfaat kesehatan yang didanai sendiri), kami memulai perjalanan kami dengan membantu perusahaan memberikan kesehatan terbaik manfaat bagi karyawan mereka,” kata Reinhart.

Perusahaan-perusahaan Indonesia masih kurang terlayani oleh startup insurtech yang ada, dan sebagian besar fokus mereka lebih kepada menjual asuransi umum kepada individu. Aigis kemudian mencoba mengambil pendekatan yang berbeda, di mana lebih fokus pada penyediaan layanan kesehatan lengkap untuk perusahaan daripada berfokus pada distribusi atau menjadi pasar asuransi.

“Kami menyediakan program kesehatan dengan tim dokter yang berdedikasi (dokter umum, konselor mental, ahli gizi, pelatih kebugaran, dan banyak lagi) yang dapat diakses dengan mudah oleh anggota kami. Kami juga membantu klaim asuransi dan memberikan manajemen penggantian untuk membuat proses lebih sederhana dan lebih cepat.”

Application Information Will Show Up Here

Binar Academy Dikabarkan Peroleh Pendanaan Pra-Seri A 51 Miliar Rupiah

Startup edutech yang fokus menyediakan layanan bootcamp dan kelas online bersertifikat “Binar Academy” dikabarkan telah membukukan pendanaan pra-seri A senilai $3,5 juta atau setara 51 miliar Rupiah. Sejumlah impact investor terlibat dalam putaran ini, termasuk iGlobe Partners, Teja Ventres, Cellar Capital Partners, Spaze Ventures, YCAB Ventures, dan sejumlah lainnya.

Investasi ini melanjutkan perolehan seed funding pada April 2020 yang dipimpin Teja Ventures dengan partisipasi sejumlah investor termasuk Indonesia Women Empowerment Fund (IWEF— dana yang bertujuan untuk menciptakan dampak sosial dan dikelola bersama oleh Moonshot Ventures dan YCAB Ventures), Eduspaze, The Savearth Fund, serta beberapa angel investor dari ANGIN.

Terkait kabar ini, kami sudah mencoba meminta komentar dari pihak terkait.

Layanan Binar Academy

Binar memiliki beberapa model bisnis, baik di segmen B2C maupun B2B. Untuk layanan pembelajaran ke konsumer, ada tiga produk yang disediakan. Pertama Binar Bootcamp, yakni program pembelajaran intensif terkait pemrograman dan analisis data yang ditujukan untuk lulusan SMA sederajat dan profesional.

Lulusan program ini juga disalurkan ke perusahaan teknologi yang telah tergabung di layanan Job Connect milik Binar. Dikutip dari situs resminya, saat ini mereka telah meluluskan lebih dari 3000 pelajar dan menyalurkan lebih dari 500 lulusan ke perusahaan mitra.

Kedua, Binar Insight yang merupakan program webinar berbayar dengan speaker ternama. Sesi yang dihadirkan cukup beragam, mulai dari UI/UX, pengembangan web, manajemen produk, hingga business intelligence. Dan ketiga ada BinarGo, layanan pembelajaran on-demand dengan materi digital interaktif.

Binar juga memiliki layanan B2B yang menyasar korporasi. Ada dua layanan yang disuguhkan, yakni untuk perekrutan talenta digital dan program peningkatan kapasitas talenta teknologi melalui pelatihan/workshop.

Kompetisi pasar

Layanan bootcamp telah menjadi opsi pendidikan nonformal yang cukup diminati di Indonesia, apalagi terkait dengan pemrograman dan teknologi yang memiliki demand tinggi dari perusahaan. Selain binar, ada beberapa penyelenggara bootcamp serupa yang telah beroperasi, di antaranya Hacktiv8, Impact Byte, dan Skilvul.

Salah satu opsi menarik yang mereka tawarkan adalah skema “Income Share Agreement“, memungkinkan pelajar untuk terlebih dulu menimba ilmu dan baru membayar biaya akomodasi setelah mendapatkan penghasilan dari keahliannya.

Secara global, menurut riset yang dilakukan Technavio, layanan bootcamp yang fokus di materi pemrograman berpotensi menghasilkan kapitalisasi pasar hingga $772,04 miliar di 2021-2025 dengan CAGR 17%. Pandemi turut mendorong adopsi model pembelajaran ini, apalagi sejumlah pengembang layanan turut menyajikan fasilitas pembelajaran yang bisa dilakukan sepenuhnya online.

Dalam sebuah wawancara, Founder & CEO Binar Academy Alamanda Shantika mengatakan, kombinasi dari pengalaman belajar kontemporer, teknologi, dan komunitas akan menghasilkan pengalaman pembelajaran yang menarik sekaligus berdampak bagi para pelajar. Apalagi jika ditinjau secara demografi, kebanyakan member Binar adalah lulusan SMA, mahasiswa, dan orang-orang yang ingin berganti karier (career shifter).

Untuk meningkatkan cakupan bisnis, Binar juga secara konsisten meningkatkan dengan institusi pendidikan termasuk dengan pemerintah, universitas, dan sekolah vokasi. Selain itu, Binar Academy juga akan berkolaborasi dengan perusahaan yang terdampak oleh digitalisasi untuk upskilling employee agar kemampuannya kembali relevan.

Application Information Will Show Up Here

Pasarnow Is Reportedly to Receive 138 Billion Rupiah Funding, Led by East Ventures

Pasarnow online grocery is reportedly received follow-on funding of $9.5 million (over 138 billion Rupiah). According to a reliable source, the round has boosted the company’s valuation to $56 million.

Again, East Ventures led the latest round, supported by a number of investors such as January Capital and Skystar Capital. DailySocial.id tried to confirm the news, but until this news published, we haven’t heard any response from the company’s representative.

Last September, Pasarnow has received $3.3 million seed funding along with the pivotal effort of its social commerce platform under the brand “Jamannow”. In this round, apart from East Ventures, also participated SMDV, Skystar Capital, Amand Ventures, Prasetia Dwidharma, and others.

Pasarnow was founded in 2019 by James Rijanto, Donald Wono, and Cindy Ozzie. They are focused on simplifying the supply chain in the healthy grocery sector and offering quality fresh food products to customers through a multi-channel platform, enabling them to embrace both B2B and B2C sectors.

Each of these channels offers different prices, promotions and key features to meet specific customer needs. Pasarnow’s Co-founder and CEO, James Rijanto said food such as fruits, vegetables, and frozen meat are perishable, thus requiring fast delivery with well-controlled temperature control, and ultimately causing high logistics costs.

This is what Pasarnow currently focuses on. In the process, the operating system on the backend collects order history to generate market demand predictions, therefore, over 1,000 partner farmers and suppliers can better plan and optimize their harvest schedules.

Therefore, they can offer customers high quality and fresh ingredients at the best prices and minimize the amount of wasted fresh ingredients. To date, Pasarnow is available in Greater Jakarta and Bandung with more than 100 employees and 200 day laborers and driver partners.

Long list of online grocery startup funding

Throughout the pandemic, the online grocery business continued to reap high traction as it penetrates into daily necessities. The following is a list of funding that DailySocial.id has summarized throughout 2020 to date:

Period Startup Investment
March 2022 Sayurbox Series C
February 2022 Astro Series A
February 2022 Bananas Seed Funding
January 2022 KedaiSayur Bridge round
January 2022 JaPang Pre-Series A
November 2021 Astro Seed Funding
September 2021 Pasarnow Seed Funding
September 2021 Segari Series A
August 2021 Pasarnow Seed Funding
August 2021 Segari Series A
July 2021 HappyFresh Series D
April 2021 Sayurbox Series B
March 2021 Dropezy Seed Funding
March 2021 Segari Seed Funding
March 2021 Eden Farm Seed Funding
August 2020 Wahyoo (meluncurkan Langganan.co.id) Series A
July 2020 BorongBareng Pre-Series A
March 2020 Chilibeli Series A


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here