Platform Logistik Prahu-Hub Mudahkan Pengiriman Barang Antar Pulau

Masih besarnya biaya pengiriman dalam negeri menjadi salah satu alasan mengapa platform digital logistik Prahu-Hub didirikan. Berdiri sejak tahun 2017, mereka hadir sebagai marketplace yang didesain untuk membantu masyarakat Indonesia yang ingin mengirim barang menggunakan kontainer.

Kepada DailySocial Founder Prahu-Hub Benny Sukamto mengungkapkan, saat ini untuk biaya pengiriman dalam negeri biayanya cukup besar dan lebih sulit dibandingkan pengiriman barang ke luar negeri. Tingginya biaya logistik tentunya akan berpengaruh terhadap melemahnya kekuatan dagang dalam negeri dan meningkatkan ketergantungan kepada luar negeri.

“Prahu-Hub hadir sebagai marketplace yang mempertemukan pengirim barang domestik antar pulau (shipper) dan penyedia jasa pengiriman (ekspedisi, pelayaran, dan trucking). Dari pemesanan yang terjadi di marketplace kami, akan dikenakan biaya administrasi yang dibebankan kepada partner kami, dalam hal ini adalah penyedia jasa pengiriman,” kata Benny.

Secara khusus Prahu-Hub memfokuskan hanya kepada pengiriman domestik antar pulau saja. Hal ini yang membedakan layanan Prahu-Hub dari layanan logistik lainnya.

Saat ini Prahu-hub telah memiliki lebih dari 400 pengirim barang yang telah menggunakan layanan, dan setiap minggu situs web telah dikunjungi 1500 calon pengirim barang. Layanan Prahu-Hub mencakup dari Sabang sampai Merauke. Prahu-Hub juga telah melayani lebih dari 900 pengguna yang telah menggunakan platform sebagai jasa pengiriman barang kepercayaan mereka.

Untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, perusahaan belum memiliki rencana untuk melancarkan kegiatan penggalangan dana. Namun Prahu-Hub tidak menutup kemungkinan jika adanya investor yang tepat untuk bergabung bersama membangun bisnis Prahu-Hub.

“Untuk penggalangan dana, kami belum merencanakan secara spesifik. Tetapi kami membuka komunikasi dengan investor yang share our view and want to grow together,” kata Benny.

Pandemi dan Alibaba Netpreneur

Founder Prahu-Hub Benny Sukamto
Founder Prahu-Hub Benny Sukamto

Disinggung seperti apa pertumbuhan bisnis Prahu-Hub saat pandemi, Benny menegaskan logistik adalah salah satu sektor yang dapat bertahan di masa pandemi ini. Tetapi ketersediaan barang dan kebutuhan barang memang mengalami penurunan di luar pulau, tidak hanya di pulau Jawa selama masa pandemi ini. Sehingga banyak sedikit akan berpengaruh pada volume pengiriman antar pulau.

Tahun 2019 lalu Prahu-Hub terpilih menjadi Alibaba Netpreneur dari Indonesia. Banyak pengalaman kemudian yang didapatkan oleh Prahu-Hub, startup yang didirikan oleh Benny Sukamto, setelah sepuluh tahun tinggal dan bekerja di Amerika Serikat di bidang software intelegensi bisnis, Benny kembali ke Indonesia dan mengembangkan bisnis logistiknya.

“Dengan mengikuti Netpreneur training class #1 dari Indonesia di kantor pusat Alibaba, saya mendapatkan banyak pengalaman memulai suatu startup dan mentransformasi perusahaan “brick and mortar” into digital company to survive in the long run,” kata Benny.

Otomo Klaim Pertumbuhan di Tengah Pandemi, Luncurkan Aplikasi Mobile untuk Akselerasi Bisnis

Setelah melakukan rebranding akhir tahun 2019 lalu, platform penyewaan kendaraan Otomo (sebelumnya Automo) mengklaim mengalami pertumbuhan yang positif, termasuk di tengah krisis akibat pandemi. Kepada DailySocial Founder Otomo Charles Lin mengungkapkan, saat ini mereka juga telah meluncurkan aplikasi yang bisa diunduh di Play Store.

“Saat ini kami telah meluncurkan aplikasi untuk pengguna di Indonesia dan secara aktif membangun lebih banyak fitur yang tidak hanya membantu pengendara tetapi juga pemilik mobil memperoleh penghasilan tambahan tanpa menggunakan mobil mereka,” kata Charles.

Dengan aplikasi ini, pengemudi dapat langsung meningkatkan pendapatan mereka dari layanan pelanggan dan kebersihan mobil, karena pengguna dapat memesan langsung ke setiap pengemudi jika mereka menyukai perjalanan dan layanan tersebut.

Ke depannya, cara ini bisa memastikan layanan berkualitas yang dapat dinikmati saat bepergian dengan Otomo. Otomo saat ini juga sedang membuka pendaftaran kepada pengemudi dan pemilik kendaraan di Jakarta. Untuk memudahkan pengguna mengakses platform.

Perubahan akibat pandemi

Otomo mencatat, pandemi yang terjadi juga telah mengubah perilaku masyarakat dalam hal penggunaan kendaraan atau transportasi umum. Yang dapat disediakan oleh Otomo adalah cara transportasi yang jauh lebih aman, dengan mengandalkan pengemudi yang sama dan disukai, untuk semua perjalanan selama sebulan. Dengan begitu, bisa mengurangi kontak ke lebih banyak pengendara dalam satu hari, yang tidak hanya akan meningkatkan pendapatan pengemudi tetapi juga meningkatkan aspek keselamatan kerja.

“Model bisnis baru kami yang disempurnakan telah direncanakan tepat sebelum pandemi terjadi, yang untungnya bagi kami terjadi sebelum peluncuran aplikasi ketika PSBB diberlakukan. Selama PSBB para developer kami bekerja keras untuk menyelesaikan aplikasi,” kata Charles.

Rencana Otomo

Tahun ini ada beberapa rencana yang ingin dicapai oleh Otomo, salah satunya adalah melakukan penggalangan dana akhir tahun ini. Perusahaan juga berharap beberapa tahun ke depan menuju profitabilitas. Otomo saat ini juga menjadi salah satu peserta program akselerasi GK Plug & Play batch 6 yang digelar tahun ini.

Saat ini telah bergabung sekitar 70 vendor di berbagai wilayah. Mulai dari Jakarta, Labuan Bajo, Bali, Bandung hingga Yogyakarta juga. Tidak hanya menyediakan opsi mobil, akhir tahun ini Otomo juga akan meluncurkan yacht dan helikopter.

Terdapat sekitar 300 lebih listing yang bisa dimanfaatkan oleh pengguna. Otomo juga telah bekerja sama dengan Cars and Trips Pte Ltd di Singapura untuk peluncuran akhir tahun ini yang menyediakan layanan penyewaan mobil dan berbagi mobil dengan konsep peer-to-peer.

“Kami melihat Otomo sebagai Spotify dan Airbnb untuk transportasi di Indonesia. Di mana Anda sekarang dapat memesan tumpangan selama sebulan penuh, berdasarkan jadwal Anda sendiri dengan biaya yang jauh lebih murah daripada membeli sendiri dan menyewa sopir Anda sendiri. Memungkinkan pengendara untuk mengukur dan memilih hari apa yang mereka butuhkan untuk tumpangan, dan tidak perlu khawatir tentang parkir, pajak jalan, aturan Ganjil-Genap atau bahkan kerusakan mobil lagi,” kata Charles.

Application Information Will Show Up Here

Cerita Burgreens, Pionir Restoran Makanan Vegan di Indonesia

Dulu, untuk menemukan restoran khusus makanan vegan di Indonesia masih sulit, bahkan Jakarta sekalipun. Alternatif yang ada pada saat itu adalah mengunjungi restoran Cina. Kesulitan tersebut akhirnya menginspirasi Helga Angelina Tjahjadi dan Max Mandias untuk mendirikan Burgreens. Kebetulan keduanya adalah konsumen makanan vegan.

Burgreens merupakan restoran makanan vegan yang dirancang khusus untuk lidah orang Asia. Meski menunya terfragmentasi, menariknya basis pelanggannya terbesar bukan vegetarian, melainkan orang-orang yang sadar terhadap kesehatan dan memilih untuk mengurangi konsumsi daging untuk alasan kesehatan dan lingkungan.

Tidak hanya menjadi restoran, visi dan misi dari Burgreens itu sebenarnya adalah gerakan sadar sosial bahwa makanan yang dipilih itu berasal dari alam dan petani lokal organik. “Sebagian besar bahan makan kami diambil dari petani lokal, salah satunya Yayasan Usaha Mulia dan BSP,” terang Marketing Manager Burgreens Irene Tjhai kepada DailySocial.

Bentuk bisnis Burgreens adalah ritel offline dengan 10 gerai yang tersebar di Jakarta, Bandung, dan Tangerang. Menu yang dikembangkan mulai dari makanan berat, paket katering harian, makanan beku, snack, minuman hingga makanan untuk anak.

Dalam perjalanannya, Burgreens telah menerima investasi dari ANGIN sebanyak dua kali, pada 2016 dan 2017 dengan nominal yang dirahasiakan. Perkembangan perusahaan yang pesat, akhirnya membuat Angin tertarik untuk top up masuk ke putaran terbaru.

Menurut pemberitaan di DealStreetAsia, dikabarkan Burgreens telah mengantongi pendanaan pra Seri A dari ANGIN dan Teja Ventures. Ketika dikonfirmasi ulang oleh DailySocial, Irene hanya mengatakan bahwa sebenarnya putaran tersebut masih berlangsung dan perusahaan akan mengumumkannya secara resmi.

Mulai manfaatkan teknologi digital

Irene menjelaskan sejauh ini perusahaan baru memanfaatkan kehadiran teknologi digital yang disediakan oleh mitra logistik untuk pengiriman pesanan ke konsumen. Situsnya sendiri baru menyajikan informasi mengenai menu dan direktori gerai.

Perusahaan berencana untuk merilis secara resmi aplikasinya sendiri pada dua bulan mendatang. Persiapannya sudah dilakukan sejak tahun lalu. Di dalamnya akan tersedia pilihan menu makanan sesuai preferensi lidah masing-masing, biasanya ada yang anti gluten, hanya mau vegan saja, dan sebagainya.

“Tadinya pilihan seperti itu tidak bisa jika dipesan melalui aplikasi kurir online. Tapi nanti kita bisa rincikan semua permintaan konsumen melalui aplikasi kita dan dikirim oleh kurir internal kita. Selain itu kita juga mau sediakan informasi lengkap terkait makanan organik dalam berbahasa Indonesia.”

Meski belum diresmikan, namun aplikasi ini sudah bisa diakses di Play Store.

Terpukul karena pandemi

Karena perusahaan termasuk pemain kuliner offline, secara langsung ikut terguncang karena pandemi yang saat ini masih berlangsung. Mayoritas gerainya harus ditutup pada awal PSBB diberlakukan. Meski demikian, Irene mengaku perusahaan bertekad untuk tidak mengurangi karyawan dan gaji.

“Saat PSBB, masih ada gerai kami yang tetap dibuka. Menariknya karyawan kami punya solidaritas tinggi jadi mereka memberlakukan share shift, karyawan yang kerja di gerai yang ditutup bisa kerja di gerai yang buka secara bergantian.”

Perusahaan juga terbantu dengan diberlakukannya diskon sewa dari pengelola mal. “Jujur kalau itu enggak ada, kita bakal struggling banget.”

Dalam unggahan di akun media sosial Helga pada lima bulan lalu, dia menyebutkan pandemi berdampak pada menurunnya penjualan hingga 30%. Tak hanya itu harga bahan baku yang naik tajam, penurunan jumlah kunjungan ke gerai, masalah cashflow, dan keterlambatan pembiayaan yang tidak terduga.

“Hari-hari kami dipenuhi oleh pengambilan keputusan yang mendadak. [..] Kami akan mengambil beberapa keputusan yang sangat sulit dan menghancurkan hati: melepaskan anggota baru kami yang seharusnya bekerja di gerai baru kami dan menutup beberapa toko kami,” tulisnya.

Akhirnya, seiring pelonggaran PSBB oleh pemerintah setempat pada awal Juni kemarin, Burgreens kembali membuka gerai yang berdiri sendiri (stand alone) dan menerima makan di tempat (dine-in) dan takeway.

Untuk memesan makanan, konsumen tidak perlu mengunjungi kasir, cukup memindai kode QR untuk memesan menu. Saat pembayaran pun sudah non tunai, konsumen memindai kode QRIS dari nota yang bisa digunakan oleh beragam aplikasi uang elektronik, seperti Gopay, Ovo, dan Dana.

Application Information Will Show Up Here

MileApp Kini Terpisah dari Paket.id, Fokus Garap Platform SaaS Logistik

Setelah mengantongi pendanaan awal dari MDI dan BonAngels, tahun ini platform B2B SaaS untuk logistik MileApp berencana kembali melakukan penggalangan dana tahapan pra seri A. Masih dalam proses penjajakan, kepada DailySocial CEO MileApp Dika Maheswara enggan menyebutkan lebih lanjut kapan finaliasi pendanaan baru tersebut.

Mengedepankan teknologi pada navigasi dan adaptive workforce management, platform MileApp saat ini telah digunakan di seluruh Indonesia dengan jumlah pengguna aktif bulanan di atas 17 ribu. Beberapa nama besar yang sudah memakai MileApp di Indonesia termasuk JNE, Sosro, Mitsubishi, hingga Sayurbox. Selain di Indonesia, MileApp juga mempunyai pengguna di Australia.

Meskipun layanan logistik sudah cukup familiar di Indonesia, namun faktanya hingga kini masih banyak tantangan yang dihadapi oleh platform yang menyasar sektor tersebut.

“Karena MileApp mendigitalkan banyak proses di lapangan, hampir selalu membutuhkan waktu untuk mengimplementasikan platformnya secara end to end di sebuah perusahaan, dan perusahaan juga memerlukan change management yang kuat agar bisa beralih ke era digital meninggalkan kertas dan Excel,” kata Dika.

MileApp di awal adalah bagian dari Paket.id, yang merupakan platform untuk kurir pickup dan delivery. Saat ini akhirnya dibuat menjadi standalone platform karena berbeda model bisnis dengan Paket.id yang lebih fokus kepada B2B dan B2C. Hingga saat ini Paket.id tetap tumbuh dan saat ini juga sedang membangun jaringan logistik dengan klien klien MileApp.

Pandemi sempat menghambat bisnis

Secara khusus MileApp menjamin proses pengiriman secara cepat dengan pelacakan lokasi produk yang akurat, guna memenuhi permintaan pelanggan saat ini yang jumlahnya makin meningkat. Disinggung apakah pandemi mempengaruhi bisnis dari MileApp, Dika mengklaim meskipun sempat mengalami kendala namun tidak mempengaruhi bisnis.

“Di masa pandemi karena kebutuhan logistik yang meningkat meskipun sempat menghambat laju ekspansi di 6 bulan terakhir. Tetapi hal tersebut untungnya di offset dengan beberapa klien yang sudah ada kami yang malah tumbuh. Pandemi ini juga mendorong banyak perusahaan untuk mengefisienkan proses bisnis mereka di lapangan yang menjadi solusi dari MileApp,” kata Dika.

Selain solusi workforce management ini, MileApp juga melayani proses logistik end-to-end dengan berbagai modul seperti Warehouse Management Solution. MileApp mempunyai fleksibilitas yang tinggi untuk mengikuti alur bisnis proses sebuah perusahaan yang notabene tidak pernah sama 100% dengan bisnis serupa lainnya yang telah hadir di Indonesia. Selain itu MileApp mempunyai beragam modul untuk memastikan proses end to end di sebuah perusahaan bisa di-cover.

“Tahun ini ada dua sektor industri yang menjadi fokus kami. Sebagai platform B2B model bisnisnya adalah, dari jumlah pengguna aktif di sebuah organisasi per bulan, kami mengenakan biaya mulai dari Rp 149.000 untuk setiap pengguna per bulan,” kata Dika.

Aplikasi STRONGBEE Mudahkan Pencarian dan Pemesanan Fasilitas Olahraga

Berawal dari kegemarannya berolahraga, Farah Suraputra kemudian menginisiasi STRONGBEE. Tujuannya untuk memfasilitasi orang yang hobi berolahraga dengan informasi komprehensif terkait fasilitas olahraga dan kebugaran. Menurutnya kondisi saat ini informasi tersebut belum tersebar merata. Kebanyakan masih bergantung pada word-of-mouth dan search engine, sehingga terkadang jadi kurang terstruktur dan kredibel.

“Dengan alasan itulah saya bersama dengan Co-Founder Rian Bastian mengembangkan STRONGBEE, untuk membantu para pecinta olahraga menemukan fasilitas sports, fitness, dan wellness sesuai dengan lokasi [terdekat]. Pengguna pun dapat melihat dan memberikan penilaian untuk membantu pengguna lain dalam menentukan fasilitas,” kata Farah.

Secara model bisnis, STRONGBEE menerapkan pendekatan B2B dan B2C. Direalisasikan dengan model kemitraan dengan penyedia fasilitas (mengenakan komisi) dan layanan berlangganan di aplikasi.

Hingga saat ini STRONGBEE telah memiliki sekitar 5 ribu pengguna aktif setiap bulannya. Mereka juga telah menjangkau 200 studio, gym, dan lapangan; serta merangkul 300 pelatih olahraga profesional.

“Mitra STRONGBEE kini masih terkonsentrasi di Jakarta, namun kami juga memiliki mitra di Bandung, Malang, dan Bali. Kami berencana terus menyebarluaskan layanan ke seluruh Indonesia,” kata Farah.

Berbeda dengan platform lainnya seperti ClassPass, R FitnessR Fitness, Doogether dan FitCo, STRONGBEE mengklaim tidak hanya menawarkan kelas-kelas fitness, namun juga pelatih pribadi, lapangan olahraga, mengakomodasi acara, serta fisioterapi.

Untuk pilihan berlangganan, mereka juga menyediakan kelas-kelas berbentuk single visit dan subscription, dengan harapan memberi kesempatan untuk mereka yang ingin mencoba kelas baru maupun yang ingin berlangganan.

STRONGBEE Wallet

Untuk pilihan pembayaran, STRONGBEE menawarkan pilihan yang cukup beragam. Mulai dari pembayaran tunai, kartu kredit, GoPay, virtual account, transfer bank, hingga melalui STRONGBEE Wallet.

Disinggung seperti apa cara kerja dompet digital STRONGBEE tersebut, Farah menyebutkan ketika pengguna telah melakukan pendaftaran berlangganan bisa melakukan proses top up sesuai dengan metode pembayaran yang disediakan platform. Nantinya nilai berlangganan atau subscription tersebut akan di konversi menjadi dana di dompet STRONGBEE.

“Untuk dompet milik kami saat ini belum terdaftar di Bank Indonesia, karena fungsi dari dompet itu sendiri untuk setiap dana yang diisikan hanya bisa dipakai untuk booking atau pemesanan saja. Sehingga setiap transaksi akan jadi lebih mudah, lebih ringkas, dan instant dibandingkan pembayaran menggunakan payment method lainnya. Pengguna pun bisa menikmati tambahan dana senilai 40% dari nilai yang dibayarkan,” kata Farah.

Tahun ini ada beberapa target yang ingin dicapai oleh perusahaan, di antaranya adalah melakukan penggalangan dana. STRONGBEE juga berencana untuk segera meluncurkan SaaS untuk mitra yang dapat mempermudah manajemen bisnis baik dalam mengolah pemesanan maupun informasi layanan mitra.

“Saat pandemi ini kami juga telah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hidup sehat. Kami dengan senang hati memfasilitasi kebutuhan tersebut baik dengan menyediakan kelas olahraga online maupun menyebarkan informasi terkait melalui blog dan juga media sosial kami,” tutup Farah.

Application Information Will Show Up Here

D-Laundry Hadir sebagai Aplikasi Marketplace Jasa Cuci Pakaian

Bukan hanya menawarkan konsep seamless memanfaatkan aplikasi dan situs web, layanan laundry on-demand alias jasa cuci pakaian berbasis aplikasi umumnya juga memberikan pilihan pembayaran non-tunai melalui dompet elektronik. Salah satunya adalah D-Laundry, berdiri sejak tahun 2016 startup ini mengklaim telah memiliki ratusan mitra dan ribuan pengguna. Layanan mereka telah hadir di kawasan Jabodetabek.

Kepada DailySocial CEO D-Laundry Ridhwan Basalamah mengungkapkan, sejak awal di samping memberikan solusi kepada pengguna jasa laundry, tujuan bisnisnya adalah untuk mengembangkan ekonomi lokal, dalam hal ini UKM jasa laundry.

“Kami mengedepankan peningkatan kapabilitas dan kualitas layanan dari mitra Kami dengan menerapkan program pengembangan bisnis dan standardisasi layanan laundry dari proses penjemputan hingga pengembalian cucian. Di samping itu, kami memberikan jaminan untuk pakaian sehingga pengguna D-Laundry dapat merasakan pengalaman mencuci yang terbaik dan bebas khawatir,” kata Ridhwan.

Sementara untuk strategi monetisasi, mereka menerapkan profit sharing untuk setiap pemesanan melalui aplikasi.

Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa platform yang tawarkan jasa serupa, misalnya KliknKlin, LaundryTaxi, Seekmi, Taptopick, dll.

Memiliki pilihan pembayaran “D-Pay”

Selain menawarkan pilihan pembayaran melalui virtual account dan LinkAja, D-Laundry juga memiliki pilihan pembayaran melalui D-Pay. Pilihan pembayaran ini dihadirkan untuk memberikan kemudahan pelanggan melakukan pembayaran.

“D-Pay sendiri itu bukan e-money tapi platform penunjang sistem pembayaran dari D-laundry. Terkait izin, kami terdaftar sebagai Penyelenggara Teknologi Finansial oleh Bank Indonesia sejak bulan April tahun 2020 lalu,” kata Ridhwan.

Tahun ini ada beberapa target yang ingin dicapai oleh perusahaan, di antaranya adalah pemenuhan wilayah layanan di area Jabodetabek dengan menambah mitra D-Laundry. Serta terus menambahkan fitur-fitur yang dapat dirasakan manfaatnya bagi mitra dan pengguna.

“Tahun ini kami juga berencana melakukan penggalangan dana. Sampai saat ini, kami masih melakukan model bootstrap untuk mendanai operasional D-Laundry. Kami yakin potensi D-Laundry begitu besar melihat industri laundry yang terus berjalan dan berkembang.”

Bisnis saat pandemi

Selama pandemi tidak ada perubahan yang signifikan dari sisi jumlah pelanggan yang memanfaatkan aplikasi D-laundry. Perusahaan juga memastikan semua mitra menerapkan prosedur untuk selalu membersihkan ruang dan fasilitas laundry dengan desinfektan, menggunakan bahan dan cairan kimia terstandardisasi, memastikan kesehatan pekerja, menyediakan fasilitas cuci tangan dan masker, dan menerapkan contactless delivery.

“Kekhawatiran akan infeksi Covid-19 membuat banyak orang kini lebih telaten memperhatikan kebersihan, salah satunya pakaian, hal ini harus dimanfaatkan oleh pebisnis laundry sebagai momentum untuk mempromosikan jasa yang aman dan nyaman kepada masyarakat. ” kata Ridhwan.

Untuk membantu para mitra menjalankan bisnis selama pandemi, D-Laudry telah melakukan berbagai kegiatan seperti training dan pengembangan komunitas. Salah satunya, dalam waktu dekat akan menyelenggarakan event seminar online membahas tentang pengelolaan keuangan dan pendanaan usaha laundry menghadapi masa pandemi.

Application Information Will Show Up Here

Partipost Arrives in Indonesia to Accommodate Marketing Influencer’s Demand

Partipost expands its business to the Indonesian market with a digital platform for influencers. The platform is to bridge popular influencers with brands who want to launch marketing activities and take advantage of their services. Partipost is actually a Singapore based startup running a regional expansion.

Partipost’s COO Benyamin Ramli told DailySocial, the company was founded by two colleagues, Jonathan Eg (CEO) and Tony Jen (CFO); they intend to accommodate brands with influencers to encourage ‘word of mouth marketing’.

“First, we saw that the usual advertising is getting less effective. People have a mindset to avoid ads at all cost, they even use adblock, skip YouTube ads, also existing billboards and advertising is no longer gaining trust. After some surveys and research, we found that they prefer the recommendations of trusted influencers,” Benjamin mentioned.

Based on the Influencer Marketing Hub report, influencer marketing is projected to grow to US$ 9.7 billion by 2020. Digital consumer activity using social media has increased rapidly in the last two years, as brands and governments direct almost all of their marketing activities online to target millennials and the rising digital consumers.

To date, Partipost has 200 thousand users in Indonesia. the company has also worked with 400 brands. The company has placed local teams to accelerate business growth.

Similar platforms already exist in Indonesia, including Casting Asia, Narrators, and Influencer Agencies.

“Our monetization strategy is to take commission (service fees) from the results of brand payments to influencers who have participated in our campaign,” Benyamin said.

Series A Investment

This month, Partipost has secured a series A funding worth of US$ 3.5 million, led by SPH Ventures with participation from Quest Ventures and other investors. Furthermore, the company will utilize these fresh funds to develop technology, improve the quality of user experience.

They are targeting to increase brand trust in crowd marketing in the rest of 2020. It is after seeing a lot of potential of crowd marketing to help businesses, the company will also improve services to brands and users. In 2021 Partipost is targeting to gain one million users.

“In addition to strengthening our current operational countries, we will also use this fund to expand our market to other countries, such as Vietnam, the Philippines and Malaysia,” Benyamin said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Partipost Perkuat Bisnis di Indonesia, Jembatani Kebutuhan “Influencer Marketing”

Partipost telah hadir ke pasar Indonesia dengan menghadirkan platform digital untuk influencer. Platform tersebut mencoba menjembatani para influencer populer dengan brand yang ingin melancarkan kegiatan pemasaran dan memanfaatkan jasa mereka. Partipost sendiri merupakan perusahaan rintisan asal Singapura yang tengah melakukan ekspansi regional.

Kepada DailySocial COO Benyamin Ramli menyebutkan, Partipost didirikan bersama dua rekannya yaitu Jonathan Eg (CEO) dan Tony Jen (CFO); mereka mencoba untuk mencocokkan brand dengan influencer untuk mendorong ‘word of mouth marketing’.

“Di awal kami melihat bahwa advertising yang biasa dilakukan itu kini kurang efektif. Orang-orang sudah mempunyai mindset untuk menghindari iklan, mereka menggunakan adblock, YouTube ads juga di-skip, dan kepercayaan terhadap billboards dan advertising yang ada juga sudah berkurang. Setelah melakukan survei dan riset, kami mendapatkan jawaban kalau mereka lebih yakin jika rekomendasi dari influencer yang sudah terpercaya,” kata Benyamin.

Berdasarkan laporan Influencer Marketing Hub diproyeksikan influencer marketing akan tumbuh menjadi US$9,7 miliar pada tahun 2020. Aktivitas konsumen digital yang menggunakan media sosial telah meningkat pesat dalam dua tahun terakhir, ketika brand dan pemerintah mengarahkan hampir semua kegiatan marketing mereka secara online untuk dapat menargetkan generasi milenial dan basis konsumen ekonomi digital yang sedang meningkat.

Saat ini Partipost telah memiliki 200 ribu pengguna di Indonesia. perusahaan juga telah bekerja sama dengan 400 brand. Untuk mempercepat pertumbuhan bisnis Partipost telah menempatkan tim lokal.

Platform serupa yang sudah hadir di Indonesia di antaranya adalah Casting Asia, Narrators, dan Influencer Agencies.

“Strategi monetisasi kami adalah dengan mengambil komisi (service fee) dari hasil pembayaran brand ke influencer yang telah berpartisipasi dalam campaign kami,” kata Benyamin.

Kantongi pendanaan seri A

Bulan ini Partipost telah mengantongi pendanaan tahapan seri A sebesar US$3,5 juta yang dipimpin oleh SPH Ventures dengan partisipasi dari Quest Ventures dan investor lainnya. Selanjutnya perusahaan akan memanfaatkan dana segar ini untuk mengembangkan teknologi, meningkatkan kualitas user experience.

Tahun ini target yang ingin dicapai adalah semakin meningkatkan kepercayaan dari brand terhadap crowd marketing. Hal ini dilakukan setelah melihat masih banyaknya potensi crowd marketing untuk membantu bisnis, selain itu perusahaan juga akan meningkatkan pelayanan yang lebih baik kepada brand dan pengguna. Tahun 2021 mendatang Partipost juga menargetkan untuk mendapatkan satu juta pengguna.

“Selain untuk memperkuat di negara operasional kami saat ini, kami juga akan menggunakan dana ini untuk memperluas market kami ke negara lain, seperti Vietnam, Filipina, dan Malaysia,” kata Benyamin.

Application Information Will Show Up Here

Lebih Dekat Mengenal eCLIS, Platform Pangkalan Data Perundang-undangan Indonesia

eClis.id (eCLIS) adalah sebuah platform yang didesain untuk memudahkan pengguna menemukan peraturan perundang-undangan Indonesia. Nama eCLIS sendiri merupakan akronim dari “Electronic Codification dan Legal Information System”. Dikembangkan mulai tahun 2015, kini eCLIS berusaha menjadi rujukan untuk informasi hukum dengan penerapan teknologi terkini.

Rajulur Rakhman, Co-founder dan CEO eCLIS menceritakan, kendati mulai dikembangkan sejak tahun 2015 platformnya baru mulai menjadi badan hukum sejak tahun 2017. Layanan mereka sudah digunakan di beberapa lembaga negara seperti Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) dan juga sejumlah korporasi seperti PT Pertamina Lubricants dan PT Terminal Teluk Lampong.

“Model bisnis yang dilakukan adalah dengan menerapkan freemium, di mana pengguna eCLIS pada dasarnya dapat menggunakan secara gratis untuk data yang bersifat informasi dasar dan dapat meningkatkan jenis keanggotaannya menjadi premium untuk dapat menelusuri nilai tambah informasi hukum yang lebih lengkap dengan fitur yang telah disediakan eClis tanpa limitasi,” terang Rajulur.

Selain kategori premium eCLIS juga menyediakan jenis berlangganan elite membership yang disiapkan khusus untuk penggunaan di lembaga/organisasi/divisi/korporasi/satuan dengan fitur yang dapat disesuaikan dengan keinginan pelanggan.

Lebih dekat dengan eCLIS

Layaknya mesin pencari, eCLIS mampu menampilkan hasil penelusuran berbasis kata kunci. Sistem eCLIS diklaim mampu melakukan content analysis sehingga penggunanya bisa mendapatkan kerangka hukum berdasarkan kata kunci yang dimasukkan. Tampilannya pun tidak hanya dalam bentuk tabel, tetapi juga x-mind map lengkap dengan komentar dan catatan para ahli hukum dan pengguna lainnya.

“eCLIS diharapkan akan dapat menjadi AI dalam bidang hukum nantinya. Ke depan algoritma hukum nasional akan harmonis dengan dinamika hukum regional dan internasional,” imbuh Rajulur.

Rajulur lebih jauh menceritakan bahwa saat ini mereka tengah berfokus pada kampanye pemasaran dan penjualan, juga tengah mencari pendanaan tahap awal yang rencananya akan dimanfaatkan untuk melengkapi eCLIS dari segi data maupun teknologi yang digunakan.

“Pendanaan tersebut akan kami gunakan untuk mencapai tujuan eCLIS yang lebih besar yakni menjadi database peraturan Indonesia dan juga knowledge-base hukum yang nantinya akan dilengkapi dengan AI untuk membantu dan mendukung dalam pengembangan sistem hukum nasional khususnya pembuatan peraturan perundang-undangan di Indonesia agar menghasilkan produk hukum yang tepat guna dan tepat sasaran serta menjadi sistem elektronik rujukan dunia dalam penelusuran informasi hukum di Indonesia,” tutup Rajulur.

Di Indonesia sendiri startup yang berkaitan dengan layanan hukum sudah banyak bermunculan. Legalku, Lexar, Poplegal, HukumOnline, Justika, dan KontrakHukum adalah beberapa nama yang juga menyediakan layanan berkaitan dengan hukum, hanya saja semuanya memiliki model bisnis dan pendekatan masing-masing.

Aplikasi Tumbasin Klaim Pertumbuhan Bisnis, Bantu Pedagang Pasar Jual Produk secara Online

Memasuki pertengahan tahun 2020, platform yang menghubungkan langsung konsumen dengan pasar tradisional memanfaatkan aplikasi, Tumbasin, mengklaim telah mengalami pertumbuhan bisnis signifikan. Perusahaan saat ini mengaku telah memiliki 1000 pengguna harian dengan 14 ribu pengguna aktif.

Aplikasi Tumbasin selama 6 bulan terakhir juga mengalami peningkatan jumlah unduhan sekitar 40 ribu kali. Selama pandemi berlangsung peningkatan tersebut makin terlihat dengan pembelian produk yang menjadi favorit yaitu kategori sayuran hijau.

Kepada DailySocial Co-founder Tumbasin Muhammad Fuad Hasbi menyebutkan, layanannya membantu pedagang pasar tradisional untuk bisa berjualan online. Model kerja aplikasi tersebut menjadikan pasar tradisional sebagai pusat pengambilan barang jadi, sehingga tidak memerlukan gudang yang luas dalam melakukan ekspansi operasional.

“Yang kami lakukan adalah memberdayakan pedagang pasar tradisional memanfaatkan teknologi. Saat ini Tumbasin sudah hadir di 8 kota (Jakarta, Depok, Bekasi, Tangerang Selatan, Semarang, Jogja, Malang, dan Makassar). Target kami bisa mencapai 30 kota, sehingga bisa mencapai 500 pasar yang tergabung di aplikasi pada kuartal 3 dan 4 tahun 2021 mendatang,” kata Fuad.

Saat ini sudah Tumbasin telah menjalin kemitraan dengan 22 pasar tradisional. Disinggung apa yang menjadi keunggulan dari Tumbasin dibandingkan dengan platform serupa lainnya, Fuad menegaskan layanannya memiliki tiga hal utama yang menjadi prinsip utama dalam menjalankan operasional.

“Kami menjaga agar para pedagang yang bekerja sama dengan kami, merupakan para pedagang yang kompeten, baik dari ketersediaan barang maupun kualitas produk, dan mengukur tingkat loyalitas konsumen terhadap aplikasi Tumbasin,” kata Fuad.

Fokus penggunaan aplikasi

Saat ini dalam platform Tumbasin memiliki sekitar 500 jenis produk di setiap pasar, dari 700 pedagang yang telah bergabung. Dengan pilihan yang cukup beragam diharapkan bisa menambah jumlah pengguna aplikasi.

Untuk menarik perhatian lebih banyak konsumen baru, Tumbasin juga memberikan pengiriman gratis dengan minimum belanja Rp100 ribu dan garansi jika ada produk yang rusak. Tumbasin juga hadir memberikan pilihan pasar yang sekaligus mendatangkan pemesanan ke pedagang pasar yang telah bekerja sama, dengan jaminan kualitas produk yang diantarkan.

“Untuk pengantaran kita telah bekerja sama dengan pihak ketiga, sehingga perusahaan fokus untuk menjaga kualitas produk yang dipesan ke pedagang,” kata CEO Tumbasin Bayu Mahendra Saubiq.

Tahun 2020 ini Tumbasin juga memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana, jika menemukan investor yang cocok dan memiliki passion serta visi dan misi yang sama dengan perusahaan.

“Secara model bisnis kami sudah terbukti, karena sejak awal hingga saat ini beroperasi di 8 kota kami tidak ada menggunakan modal dari luar dan sepenuhnya melancarkan bisnis secara bootstrap,” kata Fuad.

Application Information Will Show Up Here