Upaya Platform “Sharing Economy” Membantu Mitra di Tengah Pandemi

Di tahun 2015, konsep sharing economy belum menjadi bagian dari keseharian masyarakat Indonesia. Dalam sebuah survei kepada 1008 orang, 85% responden menyatakan pernah mendengar konsep ini, tapi masih kurang dari 40% yang pernah mencobanya. Di tahun 2020, layanan seperti ini telah menjadi kebutuhan dan bagian dari gaya hidup.

Menurut data per akhir kuartal pertama 2020, Gojek, platform sharing economy lokal terbesar di Indonesia, telah beroperasi di 214 kota dan lima negara Asia Tenggara dengan lebih dari 2 juta mitra pengemudi. Aplikasi Gojek diklaim telah diunduh lebih dari 170 juta kali oleh konsumen di kawasan ini. Menurut laporan App Annie yang berjudul “2020 State of Mobile Report”, Gojek menjadi aplikasi on-demand paling banyak digunakan masyarakat Indonesia sepanjang 2019.

Sharing economy kini menjadi tumpuan penghasilan bagi banyak pihak di dalam ekosistem, termasuk mitra pengemudi, pemilik usaha restoran, dan pemberi berbagai jasa (kebersihan, pemijatan, kesehatan, dan lain-lain).

Penyebaran Covid-19 yang sedang terjadi di Indonesia secara langsung mempengaruhi penggunaan layanan dan kesejahteraan mitra ekosistem ini. Menurut Peneliti INDEF (Institute for Development of Economics and Finance) Nailul Huda, dampaknya sedikit memberatkan industri bisnis yang berkonsep sharing economy.

“Permintaan layanan jasa mereka otomatis akan menurun. Akan sangat berkurang orang yang memesan layanan ojek online ataupun penginapan berbasiskan sharing economy. Dampaknya tentu saja mitra yang menyewakan jasanya akan kehilangan pendapatan yang cukup signifikan,” kata Huda.

Upaya Gojek membantu mitra dan merchant

Meskipun tidak dijelaskan lebih lanjut berapa persen penurunan jumlah penggunaan di ekosistem, Chief of Corporate Affairs Gojek Nila Marita, kepada kepada DailySocial menjelaskan, di masa pandemi ini berlangsung banyak perubahan yang terjadi. Meskipun demikian Gojek mengklaim membangun bisnis secara strategis dan berkelanjutan yang tidak hanya bertumpu pada satu layanan.

“Walau pembatasan berskala besar berpengaruh terhadap layanan transportasi online, kami melihat terdapat pergeseran perilaku masyarakat dari bertransaksi offline menjadi ke online, karena sebagian besar masyarakat harus beraktivitas dari rumah untuk menghindari risiko penyebaran virus,” kata Nila.

Ditambahkan Nila, pergeseran transaksi offline ke online ini banyak dirasakan terutama di layanan food delivery, groceries, dan pengiriman barang. Kebiasaan masyarakat untuk makan di tempat (dine-in) dan membeli kebutuhan pokok sehari-hari di toko atau supermarket, saat ini bergeser menjadi menjadi pembelian secara online.

Gojek bergerak cepat menyesuaikan diri, seperti memperluas layanan GoFood dari sebelumnya pesan antar makanan menjadi juga melayani pembelian bahan pokok, kebutuhan sehari-hari, dan makanan siap masak.

“Kami juga membantu mitra UKM kami untuk dapat melakukan bisnisnya secara online, sehingga mereka tidak kehilangan peluang untuk menjaga pendapatan dan omzet usaha. Kemampuan untuk beradaptasi cepat dengan situasi inilah yang menjadi salah satu competitive advantage kami untuk dapat terus memelihara keberlangsungan bisnis di masa pandemi,” ujar Nila.

Dukungan finansial juga dilancarkan Gojek ke mitra. Pendanaan tersebut berasal dari tiga sumber. Co-CEO dan jajaran manajemen senior Gojek akan mendonasikan 25% dari gaji tahunan mereka selama 12 bulan ke depan, anggaran kenaikan gaji tahunan seluruh karyawan Gojek akan dialihkan untuk dana bantuan, dan pembentukan yayasan untuk membantu pihak lain memberikan donasi, termasuk mitra korporat Gojek.

Dalam pernyataan bersamanya, Co-CEO Gojek Andre Soelistyo dan Kevin Aluwi mengatakan, “Dana ini akan mendukung mitra pengemudi yang merupakan urat nadi bisnis kami dan telah menjadi bagian vital dari kehidupan masyarakat yang saat ini mengalami keterbatasan ruang gerak. Yang jelas adalah bahwa setiap perusahaan punya tanggung jawab untuk memberikan dukungan sebisa mungkin dan ini adalah sesuatu yang bisa kami lakukan untuk membantu mitra kami melalui periode sulit ini.”

Lebih lanjut, Gojek dan Bank BRI meluncurkan fasilitas pinjaman bunga ringan bagi mitra GoRide, GoCar, dan merchant GoFood. Mitra Gojek yang mendaftar dan memenuhi persyaratan BRI berpotensi mendapatkan fasilitas pinjaman Rp5-20 juta.

Inovasi baru layanan Seekmi

Sementara itu, platform Seekmi mencoba memperluas layanan yang demi mengakomodir kebutuhan konsumennya. Menurut CEO Seekmi Clarissa Leung, sebagian besar bisnis di Indonesia dan seluruh dunia telah mengalami pelambatan akibat krisis. Hal terbaik dari bisnis Seekmi adalah dapat dengan mudah mengubah posisi.

“Sebagai contoh, kami telah dapat menggunakan kembali tenaga pembersih dan memanfaatkan keahlian mereka yang sudah ada, dengan beberapa pelatihan tambahan, untuk menyediakan layanan pembersihan desinfeksi. Kami juga mampu menyediakan pekerjaan bagi teknisi kami untuk membantu membangun dan merakit furnitur, area yang berkembang sebagai efek dari aturan Kerja Dari Rumah. Platform teknologi kami sangat kuat sehingga dapat mengelola segala jenis tenaga kerja ‘kerah biru’ dan mudah beradaptasi dengan situasi yang berbeda,” kata Clarissa.

Pasca pandemi, Clarissa melihat layanan yang dihadirkan perusahaannya akan mengalami adopsi teknologi lebih cepat dari sebelumnya. Kenyataanya rumah tangga dan bisnis tidak lagi dapat berfungsi dengan cara yang sama seperti sebelumnya.

“Kami juga menjajaki kemitraan dengan perusahaan pemberi pinjaman untuk memberikan pinjaman kepada teknisi dan petugas kebersihan kami,” kata Clarissa.

Kampanye #KitaVScorona Grab Indonesia

Dengan kebijakan untuk tetap berada di rumah dalam rangka mengurangi penyebaran virus Covid-19, banyak UKM yang merasakan dampak terhadap mata pencaharian mereka. Digitalisasi dapat membantu mereka. Langkah tersebut dipilih Grab untuk membantu bisnis kecil dan tradisional untuk beradaptasi ke tren baru ini, Perusahaan mencoba membantu mereka mempertahankan pendapatan, bahkan dengan berbagai pembatasan.

Grab mengklaim, selama pandemi, layanan bisnis pengantaran memiliki peningkatan, termasuk layanan pengantaran makanan GrabFood, layanan pengantaran GrabExpress, layanan pembelian barang GrabMart, layanan GrabFresh yang didukung HappyFresh, dan layanan concierge on-demand access terbaru GrabAssistant.

“Sebagai aplikasi serba bisa, Grab percaya pada teknologi untuk kebaikan (tech for good) untuk menciptakan dampak sosial positif baik bagi setiap mitra kami, seperti mitra pengemudi, mitra merchant, mitra pengantaran, dan juga pelanggan kami. Oleh karena itu, Grab selalu berusaha untuk menciptakan peluang ekonomi dalam skala besar, menciptakan inklusi keuangan bagi yang kurang terlayani, serta memungkinkan akses ke layanan sehari-hari yang lebih aman dan berkualitas tinggi,” kata Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi kepada DailySocial.

Serupa dengan Gojek, Grab Indonesia dan Bank BRI berkolaborasi meluncurkan fasilitas pinjaman bunga ringan untuk mitra pengemudi Grab, mitra merchant GrabFood, dan mitra GrabKios. Pinjaman ini bertujuan meringankan beban finansial mitra pengemudi yang terkena dampak. Selain itu, penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) diharapkan membantu merchant GrabFood dan mitra GrabKios untuk mendapatkan bantuan finansial yang mereka butuhkan untuk mengatasi tantangan selama pandemi ini.

“Saat ini kami sedang melakukan sosialisasi bagi mitra pengemudi yang berkesempatan mendapatkan fasilitas pinjaman ini. Mitra pengemudi yang bisa mendapatkan pinjaman ini adalah mitra yang produktif dan aktif serta telah menjadi mitra pengemudi Grab selama beberapa tahun. Selain itu mitra yang bersangkutan harus memiliki performa yang baik termasuk jumlah pendapatan rata-rata tertentu,” kata Neneng.

Masa depan layanan sharing economy

Istilah new normal nampaknya bakal berpengaruh ke platform sharing economy seperti Gojek, Seekmi, dan Grab. Tidak hanya dalam hal pendekatan ke target pelanggan, tetapi juga pendekatan perusahaan ke mitra pengemudi dan merchant. Penggunaan pembayaran nontunai menjadi lebih umum dan penerapan teknologi diharapkan bisa memberikan implementasi situasi baru yang lebih efisien dan cepat.

Usai pandemi, masyarakat akan lebih mementingkan faktor kesehatan dan kebersihan. Pelayanan industri digital berbasiskan sharing economy juga akan lebih selektif lagi memilih mitra.

“Bisnis mereka akan kembali menggeliat dengan catatan tersebut,” kata Huda.

Grab Umumkan Lima Startup Finalis Grab Ventures Velocity Angkatan Ketiga

Grab mengumumkan lima finalis startup terpilih dalam program Grab Ventures Velocity (GVV) Angkatan 3. Mereka ialah Luna POS, KliknClean, Printerous, GetCraft, dan Workmate.

Pada angkatan ini, Grab menyesuaikan fokusnya ke satu jalur, yakni Program Dukungan Usaha Kuliner dari tema besar “Memberdayakan Pengusaha Mikro” dan memilih startup yang dapat mendukung operasional usaha kuliner dan mempertahankan bisnisnya dengan teknologi.

Penyesuaian ini diambil karena kondisi terkini, sekitar 80% startup di Asia dan 60% usaha kuliner di Indonesia terkena dampak negatif dari pandemi. Awalnya, Grab mengangkat tema pemberdayaan UKM, tepatnya warung makan dan logistik B2B.

Pengumuman ini turut dihadiri oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate, serta jajaran manajemen Grab Indonesia, melalui video conference yang digelar pada hari ini, (15/5).

Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi mengatakan, di tengah pandemi perusahaan memahami bahwa startup juga menghadapi dampak yang tidak terduga. Melalui bimbingan GVV Angkatan 3, mereka berupaya untuk membina startup agar dapat bertahan dan bangun fondasi bisnis yang kuat seperti saat ini.

Grab Ventures Velocity Angkatan
Acara pengumuman finalis Grab Ventures Velocity Angkatan 3 yang diadakan secara online / Grab

“Lewat program GVV kami berupaya agar startup punya bisnis yang kuat dan memberikan dampak positif buat UKM lewat teknologi,” ujarnya.

Dia menuturkan, kelima startup yang terpilih setelah melewati tahapan seleksi. Grab menerima pengajuan lebih dari 100 startup pada angkatan ini. Kelimanya ini adalah ahli di berbagai sektor, seperti manajemen keuangan, solusi kebersihan, branding, pemasaran, dan solusi tenaga kerja yang bermanfaat dalam mendukung UKM di bidang kuliner.

Kelima startup, dalam 16 minggu ke depan akan memperoleh bimbingan yang dapat memperkuat model bisnis mereka di tengah pandemi. Seluruh proses akan dilakukan secara online. Selama program berlangsung, startup akan menguji layanan mereka ke basis merchant GrabFood.

Adapun saat ini Grab memiliki lebih dari 400 merchant GrabFood. Merchant yang tertarik dapat mendaftarkan diri kepada Grab yang kemudian akan disambungkan kepada layanan dari startup tersebut. Layanan yang ditawarkan harapannya dapat membantu mereka meningkatkan kinerja, sekaligus mengurangi biaya operasional.

Menjelang program berakhir, startup akan melakukan pitching kepada Grab. Mereka yang berhasil akan mendapat kesempatan untuk berkolaborasi bersama Grab dalam bentuk kemitraan komersial.

“Objektif kami mengadakan GVV bukan mencari startup yang kita danai. Kami tidak memberikan funding, melainkan meningkatkan founder capability. Setelah berhasil, mereka bisa menjadi partner dengan kami secara komersial dan masuk ke platform kami.”

Lima startup finalis GVV Angkatan 3

1. Luna POS: menyediakan solusi kasir, manajemen inventaris, dan akunting berbasis cloud untuk UKM di Indonesia. Melalui solusi ini, Luna POS membantu usaha kuliner untuk mengurangi waktu yang dialokasikan untuk pekerjaan admnistrasi dan dapat fokus pada inti bisnis mereka.

2. KliknClean: menyediakan solusi pembersihan total bagi usaha kuliner untuk mempertahankan standar kebersihan, termasuk membersihkan dengan desinfektan, pengendalian hama, dan fogging dengan desinfektan untuk mencegah penyebaran virus dan bakteri.

3. Printerous: memberikan solusi percetakan dalam memenuhi kebutuhan percetakan dan pengepakan bisnis makanan dan minuman, dan membuat desain khusus untuk memperkuat upaya branding seperti kemasan, kantong kertas, label stiker, menu, dan lain-lain.

4. GetCraft: menghubungkan para creator terpilih dan kualitas seperti influencer, fotografer, desainer, penulis, dan lain-lain dengan usaha kuliner yang ingin membuat strategi pemasaran serta mempromosikan bisnisnya. Startup ini juga memberikan akses ke artikel, riset terbaru, webinar, dan pelatihan yang menyajikan beragam konten edukatif untuk membuat strategi dan kampanye pemasaran yang terdepan.

5. Workmate: menyediakan solusi tenaga kerja digital yang memberikan usaha kuliner kemampuan untuk mengelola sumber daya dan manajemen tenaga kerja dalam satu platform.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner program Grab Ventures Velocity

Adu Kelengkapan “Super App” Gojek dan Grab Terus Berlanjut

Di tengah pandemi Covid-19, Gojek dan Grab terus berinovasi agar menjadi super app terdepan. Dimulai dari Gojek, perusahaan menambah kemitraan dengan pihak ketiga untuk fitur edutech (bersama Zenius) dan investasi emas online GoInvestasi (bersama Pluang).

Kedua layanan ini sudah resmi hadir dalam aplikasi Gojek dalam bentuk shuffle card.

Perlu dicatat, kedua perusahaan ini punya keterikatan dengan Gojek. Zenius kini dipimpin oleh Rohan Monga, sebelumnya menjabat sebagai COO Gojek. Dia berpartisipasi saat merintis Gojek pada fase awal hingga mendapat status decacorn.

Adapun, Pluang adalah salah satu portofolio dari Go-Ventures, unit modal ventura milik Gojek. Startup yang dulu bernama EmasDigi ini memperoleh investasi Seri A senilai $3 juta pada September 2019.

Dalam keterangan resmi, Head of Third Party Platform Gojek Sony Radhityo mengatakan, “Solusi tepat sasaran yang Gojek berikan selalu berangkat dari permasalahan yang ada di kehidupan sehari-hari pengguna. […] Hadirnya layanan teledukasi merupakan salah satu upaya kami untuk memastikan agar anak bangsa tetap produktif dan dapat belajar mandiri dengan nyaman di rumah.”

Zenius membuka aksesnya untuk 80 ribu video pembelajaran dan latihan soal untuk materi kelas 1-12, live teaching dan live chat dipandu para tutor, dan rencana belajar harian.

Berikutnya, GoInvestasi menyediakan transaksi jual beli investasi emas online. Harga pembelian dimulai dari 0,01 gram atau setara Rp8 ribu-an. Metode pembayaran yang tersedia untuk sementara ini GoPay.

Pluang menjamin, seluruh transaksi dijamin sesuai regulasi yang berlaku. Perusahaan sudah mendapat lisensi dari Bappebti, emas disalurkan oleh PT PG Berjangka dan disimpan di PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI). Serta, sudah disertifikasi oleh MUI untuk menjamin transaksi sesuai akad syariah.

GoInvestasi juga menyediakan grafik harga jual dan beli emas secara real time untuk memberikan gambaran yang lebih jual kepada para pengguna.

Sebelum merilis kedua fitur, Gojek telah memperkenalkan GoSure (PasarPolis), GoGive (Kitabisa), GoGames (divisi eksperimental milik Google ‘Area 120’), GoNews (Google News dan Kumparan), GoMall (Blibli dan JD.id), GoMed (Halodoc), dan GoFitness (Doogether).

Secara terpisah, dalam wawancara sebelumnya, Sony memberi contoh GoSure tak lain hadir karena indeks literasi produk asuransi di Indonesia hanya 12,1% menurut hasil survei dari OJK. Artinya, hampir 90% masyarakat Indonesia belum terjangkau oleh asuransi.

Padahal, proteksi terhadap suatu potensi kerugian perlu ditanamkan untuk melindungi masyarakat dari risiko terhadap dirinya, harta benda, maupun kegiatan usaha.

Grab justru pilih fokus pada vertikal yang sudah ada

Di tengah landainya jasa transportasi akibat diberlakukannya physical distancing, Grab justru melihat itu adalah kesempatan untuk meningkatkan permintaan pengiriman makanan, barang, dan kebutuhan harian. Mereka merilis GrabMart dan GrabAssistant dan akan diperluas ke lebih banyak negara dalam beberapa minggu mendatang.

“Covid-19 telah memberikan dampak ketidakpastian finansial yang besar bagi mitra pengemudi, mitra pengiriman, dan merchant. Prioritas utama kami adalah memastikan keselamatan dan keberlangsungan hidup setiap individu yang tergabung dalam platform Grab,” ujar Co-Founder dan Group CEO Grab Anthony Tan dalam keterangan resmi, Senin (30/3).

GrabMart melayani pembelian kebutuhan barang kebutuhan baik itu makanan kemasan, minuman, barang perawatan pribadi dan rumah yang dijual oleh mitra merchant. Layanan ini sedikit berbeda dengan GrabFresh yang menyediakan pembelian produk segar seperti sayuran, buah, dan lainnya di supermarket.

GrabMart adalah layanan pengiriman kebutuhan harian. Pelanggan dapat membeli makanan kemasan, minuman, barang perawatan pribadi, dan banyak lagi dari swalayan, toko serba ada, dan apotek melalui aplikasi Grab dan mengirimkannya kepada pelanggan.

Sementara itu, GrabAssistant adalah layanan concierge-on-demand, pelanggan dapat meminta bantuan mitra pengantaran untuk menangani kebutuhan mendesak atau membeli produk di toko-toko yang tidak terdaftar di GrabMart.

GrabMart sendiri sudah tersedia di Indonesia, Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Thailand. Akan dikembangkan ke lebih banyak kota dan negara termasuk Filipina, Myanmar, dan Kamboja. Begitupun untuk GrabAssistant, akan segera hadir di Filipina, Indonesia, Thailand, dan Vietnam.

Dalam perjalanannya menjadi super app, Grab memperkaya vertikalnya dengan menggaet berbagai mitra. Ada HappyFresh (GrabFresh), GoodDoctor (GrabHealth), Sejasa (Clean & Fix), Agoda, Booking.com, dan Oyo (Hotels), Hooq (Video), dan BookMyShow (Tickets).

Mitra-mitra tersebut ada yang datang karena diinvestasi oleh dan/atau investor dari Grab, serta masuk ke dalam program akselerator Grab yakni Grab Velocity Ventures.

Mempertahankan konsumen loyal

Seperti yang sering dijelaskan, sejatinya ambisi yang ingin dicapai dari strategi super app adalah bagaimana membuat pelanggan tetap kembali memakai layanan dari suatu aplikasi karena sesuai dengan kebutuhan mereka.

Peta persaingan bisnis digital, apalagi dengan produk berbasis aplikasi, kini semakin ketat dan rentan dengan risiko churn. Dalam laporan MoEngage termutakhir, mengungkapkan sebanyak 56% pengguna meng-uninstall dalam kurun waktu tujuh hari setelah mengunduhnya. Sisanya, sebanyak 23% aplikasi di-uninstall dalam kurun waktu 24 jam.

Analisis lebih dalam oleh Day Zero memperlihatkan sebanyak 23% pengguna tidak membuka aplikasi sejak hari pertama mereka mengunduhnya. Serta, 15% pengguna lainnya meng-uninstall aplikasi dalam hari yang sama tanpa membuka sama sekali aplikasi tersebut.

Analisis tersebut dilakukan di India terhadap lebih dari tiga juta pengguna aplikasi e-commerce yang telah mengunduh aplikasi lebih dari 90 hari. Diterangkan juga persaingan aplikasi e-commerce dengan media sosial seperti WhatsApp dan Facebook cukup sengit.

Meski aplikasi media sosial cukup menyita kapasitas smartphone, tapi umumnya punya tingkat churn yang rendah karena punya fungsionalnya yang tinggi ketimbang aplikasi e-commerce.

“Cukup sering orang menemukan bahwa aplikasi tidak memenuhi ekspektasi pelanggan. Bagi beberapa orang kemudahan itu penting, tapi ada juga yang lebih suka aplikasi stabil, tidak crash atau macet,” terang Founder dan CEO MoEngage Raviteja Dodda.

“Konsumen sangat selektif tentang data yang mereka bagikan dengan aplikasi. Jika aplikasi terus menerus minta akses ke akun sosial mereka atau mengirimkan undangan atas nama pengguna tanpa persetujuan, unistall akan jauh lebih tinggi,” sambungnya.

Menurut laporan App Annie State of 2020, menunjukkan pengguna rata-rata menghabiskan waktu 3 jam 40 menit setiap harinya pada tahun lalu. Rata-rata tersebut naik 35% dibandingkan 2017.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Grab dan BRI Ventures Resmi Membuka “Grab Ventures Velocity” Gelombang Ketiga

Warung makan dan logistik menjadi tema pilihan Grab untuk gelombang ketiga program Grab Ventures Velocity (GVV). Potensi pasar yang sedang besar-besarnya menjadi alasan mereka memilih kedua vertikal tersebut.

GVV merupakan program akselerasi milik Grab yang berjalan sejak 2018. Sejasa, BookMyShow, SayurBox, dan Qoala adalah beberapa nama startup yang dipilih dari dua gelombang yang sudah diadakan.

Banyaknya pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) adalah alasan fundamental kenapa usaha mikro dalam berbagai sektor jadi peluang bagi startup digital. Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, warung merupakan salah satu jenis usaha mikro yang punya masa depan cerah jika terhubung dengan ekosistem.

“Jumlah usaha mikro itu 63 jutaan mulai dari pertanian, perkebunan, perikanan sampai warung; namun sesuai namanya usahanya mereka kecil-kecil, di sektor pertanian lahan mereka pun sempit. Jadi dibutuhkan startup baru yang bisa jadi partner usaha mikro untuk bisa terhubung dalam ekosistem,” ujar Teten.

Managing Director Neneng Gunadi menambahkan, meningkatnya industri kuliner dan kebutuhan pergudangan serta pengantaran untuk mendukung dunia usaha.

“Untuk usaha warung makan itu potensinya cukup besar, kuliner jadi sesuatu yang ngetren. Kedua, logistik jadi sangat penting di Indonesia. Jadi pada tahun ini kita menyasar ke dua hal itu,” sambung Neneng.

Gandeng BRI Ventures

Grab menggandeng BRI Ventures sebagai mitra strategis penyelenggeraan GVV tahun ini. Dalam kerja sama ini baik Grab maupun BRI Ventures sama-sama urunan dana dan fasilitas untuk mengakomodasi peserta.

“Tidak hanya cash, tapi fasilitas juga. Ekosistem yang dimiliki oleh Grab dan ekosistem yang dimiliki oleh BRI, nilai alokasinya kurang lebih 50-50,” ucap CEO BRI Ventures Nicko Widjaja.

Program GVV ini resmi dibuka mulai 03-31 Maret 2020. Sama seperti gelombang sebelumnya, Grab memperkenankan startup dalam negeri maupun luar negeri mengikuti program akselerasi ini.

Dan serupa sebelumnya, Grab menjanjikan startup yang diterima dalam program ini akan mendapatkan pilot project untuk menjajakan layanan mereka di platform Grab. Itu artinya startup tersebut punya kesempatan memperkenalkan produknya ke puluhan juta pengguna Grab.

“Itu kan sesuatu banget, karena mereka bisa memaksimalkan customer kita. Mereka bisa cek, pertumbuhannya akan seperti apa karena basisnya besar banget. Mereka juga akan dapat bimbingan dari C-level startup termasuk dari kami tentang bagaimana caranya agar jadi unicorn,” pungkas Neneng.

Program GVV gelombang ketiga ini dijadwalkan berlangsung selama 16 minggu. Pihak Grab berharap akan ada lebih banyak yang bergabung ke dalam program ini dengan asumsi dampak yang diberikan ke masyarakat juga akan lebih besar dari sebelumnya.

Disclosure: DailySocial.id adalah strategic partner Grab Ventures Velocity batch 3

What Happens If Gojek to Merge with Grab

The rumor of potential merger between the two Southeast Asia’s giant on-demand players Grab and Gojek backs on air. After The Ken (paywall) and Tech InAsia (paywall), now The Information (paywall) also informed the “first talk” of the issue.

It was said that the management of the two companies had met over the past two years and had intensified in recent months, including news of a meeting between Grab’s President Ming Maa with Gojek’s Co-CEO Andre Soelistyo.

Furthermore, reportedly there has been no silver lining of the two companies valuations and who will be the dominant one.

The basic question is why. Aren’t they both want to win the Southeast Asian market? The answer is clear. The key to domination is a monopoly and this is not one unique case.

“Burn Money” and profitable plans

In the last 4-5 years, the battle between players in this industry has been characterized by the “burning money” strategy for the sake of a very fast market acquisition. Despite having a very large market in Southeast Asia, both have not yet reached the point of a profitable business. With investor funds wearing down, by 2020 promos have been decreased, both companies have to “change the game”. They must reach the level of profitability and satisfy the investors.

Uber has made it in China, Russia, and Southeast Asia. The sense of being unable to compete created a win-win solution through acquisition – with significant value of shareholder as one condition. Didi in China was formed as a result of the merger of two big local players.

The rule of monopoly is to create one winner. As for the investors that back the company.

Monopolize Southeast Asian market has been quite delish
Monopolizing Southeast Asian market has been quite delish

Monopolizing the Southeast Asian market, the potential merger between Gojek and Grab has been quite delish. Both have dominated the on-demand transportation market, food delivery, and online payments (GoPay and Ovo). The value may be greater than the two companies combined (more than $ 20 billion).

Imagine if both of them monopolized the market. There is no longer a price war. There is only one cost that must be paid by consumers and it will not be cheap in order to achieve economic value. There are not many choices left (except taxis, but Blue Bird and Gojek have just agreed on a strategic alliance).

Competition is good for consumers, but not for the players in it. What happens if the position is reversed. No more competition?

A concrete case is when Didi acquired the Uber business in China in 2016. After the acquisition, Didi controlled 90% of the market. In 2018, a complaint often comes from the driver’s partner as their incentive declining.

On the other hand, consumers find it difficult to quickly get a vehicle and it comes with a higher price. The survey in 2017 stated that 81.7% of respondents believed that it was more difficult to get a vehicle than the previous year (when Uber was still operating), while 86.6% considered the price more expensive.

The challenges

There are three main challenges. First, is about ego. As fellow leading players, it’s not easy to combine both companies in one direction. There must be one dominant party. Solving this issue will be a crucial key.

The second is regulatory issues. Market monopoly in Indonesia is listed in the KPPU domain. Usually, this issue is not likely to escape the KPPU examination, but reflecting from other countries’ experience and other cases, as for example Grab acquisition of Uber business in Southeast Asian countries, it all leads to fines. There are no more severe sanctions than this.

The last challenge is on the stakeholders. This is related to driver-partners and consumers. The risk to occurs when there is no longer a competition is a decreasing number of driver-partners (imagine there is only one company on the road) and the service costs in line with the economic unit (read: more expensive as without subsidies).

The bigger question is not about whether Grab and Gojek can merge. The must-asked question is, are we ready to have our various needs of services monopolized by just one company. What would your answer be?


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Seandainya Gojek dan Grab Merger

Rumor potensi merger antara dua pemain terbesar on-demand Asia Tenggara Grab dan Gojek kembali mengemuka. Setelah The Ken (paywall) dan Tech In Asia (paywall), kini The Information (paywall) juga menginformasikan adanya “pembicaraan awal” tentang potensi ini.

Disebutkan bahwa manajemen kedua perusahaan telah bertemu selama dua tahun terakhir dan semakin intensif dalam beberapa bulan terakhir, termasuk kabar pertemuan antara President Grab Ming Maa dan Co-CEO Gojek Andre Soelistyo.

Sejauh ini dikabarkan belum ada titik temu antara valuasi kedua perusahaan dan siapa yang bakal menjadi pihak yang dominan.

Pertanyaan mendasar adalah kenapa. Bukannya keduanya sama-sama ingin memenangi pasar Asia Tenggara? Jawabannya jelas. Kunci dominasi adalah monopoli dan kasus ini tidak unik.

“Bakar uang” dan rencana menuju keuntungan

Dalam 4-5 tahun terakhir, pertarungan antara pemain di industri ini diwarnai dengan strategi jor-joran “bakar uang” demi akuisisi pasar yang sangat cepat. Meski memiliki pasar yang sangat besar di Asia Tenggara, keduanya belum mencapai titik mencapai profit. Dengan dana investor yang semakin terbatas, tahun 2020 ini promo-promonya sudah semakin sedikit, keduanya harus “mengganti permainan”. Mereka harus mencapai level profitabilitas dan menyenangkan para investor.

Uber sudah melakukannya di Tiongkok. Rusia, dan Asia Tenggara. Merasa tidak mampu bersaing, win win solution-nya adalah diakuisisi–dengan syarat nilai kepemilikan saham yang signifikan. Pun bagaimana Didi di Tiongkok dibentuk sebagai hasil merger dua pemain besar lokal.

Dengan adanya monopoli, satu pemain yang tersisa adalah pemenang, bersama semua investor di belakangnya.

Memonopoli pasar Asia Tenggara menjadi sajian yang begitu lezat
Memonopoli pasar Asia Tenggara menjadi sajian yang begitu lezat

Memonopoli pasar Asia Tenggara, potensi merger antara Gojek dan Grab menjadi sajian yang sangat lezat. Keduanya secara bersama sudah mendominasi pasar transportasi on-demand, pengantaran makanan (food delivery), dan pembayaran online (GoPay dan Ovo). Nilainya mungkin lebih besar dari kombinasi valuasi kedua perusahaan (lebih dari $20 miliar).

Bayangkan kalau keduanya memonopoli pasar. Tidak ada lagi namanya perang harga. Hanya ada satu biaya yang harus dibayar konsumen dan itu tidak akan lagi murah demi mencapai nilai keekonomian. Tidak ada lagi pilihan yang tersisa (kecuali mungkin taksi, tapi Blue Bird dan Gojek pun baru melakukan aliansi strategis).

Kompetisi bagus untuk konsumen, tapi tidak untuk para pemain di dalamnya. Apa yang terjadi jika posisinya dibalik. Tidak ada lagi kompetisi?

Contoh nyata bisa dilihat ketika Didi mengakuisisi bisnis Uber di Tiongkok tahun 2016. Setelah akuisisi, Didi menguasai 90% pasar. Di tahun 2018, keluhan yang sering muncul adalah semakin rendahnya insentif yang diterima mitra pengemudi.

Di sisi lain, konsumen merasa kesulitan untuk mendapatkan kendaraan dengan cepat dan harganya dirasa semakin tinggi. Survei tahun 2017 menyebutkan 81,7% responden percaya mereka semakin sulit mendapatkan kendaraan dibanding tahun sebelumnya (ketika Uber masih beroperasi), sedangkan 86,6% menganggap harganya lebih mahal dibanding sebelumnya.

Tantangan

Tantangan utama adalah tiga hal. Pertama adalah soal ego. Sebagai sesama pemimpin pasar, tidak mudah menyatukan kedua perusahaan dengan satu arahan. Pasti ada yang ingin menjadi pihak yang dominan. Menyelesaikan hal ini bakal menjadi kunci sukses krusial.

Kedua adalah urusan regulasi. Urusan monopoli pasar di Indonesia ada di domain KPPU. Biasanya hal seperti ini pasti tidak luput dari pemeriksaan KPPU, tapi berkaca dari pengalaman di negara lain dan kasus lain, misalnya akuisisi Grab terhadap Uber di negara-negara Asia Tenggara, ujung-ujungnya semua hanya berakhir di denda. Tidak ada sanksi yang lebih keras dari hal ini.

Tantangan terakhir ada di sisi stakeholder. Ini terkait dengan mitra pengemudi dan konsumen. Risiko yang terjadi jika tidak ada persaingan adalah pengurangan jumlah mitra pengemudi (bayangkan yang ada di jalanan hanya berasal dari satu perusahaan) dan biaya layanan yang lebih sesuai dengan unit ekonominya (baca: lebih mahal karena tanpa subsidi).

Pertanyaan yang lebih besar bukan soal apakah Grab dan Gojek bisa melakukan merger. Pertanyaan yang harus ditanyakan adalah apakah kita siap jika kebutuhan berbagai layanan dimonopoli satu perusahaan saja. Dapatkah kita menjawabnya?

Cara Beli Tiket Bioskop dengan Aplikasi Grab

Grab punya layanan sampingan selain untuk urusan antar jemput orang, barang dan makanan. Salah satunya adalah fitur pembelian tiket bioskop yang tidak hanya menawarkan kemudahan tapi juga fleksibilitas, karena Anda tak perlu lagi memasang aplikasi tambahan dan membayar tiket secara tunai.

Persiapan

  • Pastikan aplikasi Grab Anda sudah terintegrasi dengan Ovo dan dalam kondisi terverifikasi. Kalau belum, baca tutorial ini.
  • Pastikan juga saldo Ovo Anda sudah terisi, minimal sejumlah dengan harga tiket yang hendak Anda pesan. Cara topup Ovo via BCA bisa dibaca di sini.

Tahap Pembelian Tiket Bioskop di Grab

  • Jalankan aplikasi Grab seperti biasa, kemudian tap tombol Lainnya atau More – Tickets.

Cara Beli Tiket Bioskop dengan Aplikasi Grab

  • Pilih lokasi Anda.

Cara Beli Tiket Bioskop dengan Aplikasi Grab

  • Maka akan muncul daftar bioskop yang ada di lokasi terpilih serta informasi judul film yang sedang diputar di masing-masing bioskop.

Cara Beli Tiket Bioskop dengan Aplikasi Grab

  • Selanjutnya, pilih tanggal dan jam yang tersedia.

Cara Beli Tiket Bioskop dengan Aplikasi Grab

  • Tentukan jumlah tiket yang ingin dibeli, lalu tap tombol Select Seats.

Cara Beli Tiket Bioskop dengan Aplikasi Grab

  • Tentukan sendiri tempat duduk yang Anda inginkan.

Cara Beli Tiket Bioskop dengan Aplikasi Grab

  • Saat tombol Proceed Anda tekan, maka selanjutnya Bookmyshow yang menjadi rekanan Grab akan meminta akses, maka tap saja Agree.

Cara Beli Tiket Bioskop dengan Aplikasi Grab

  • Jika integrasi berhasil, selanjutnya selesaikan pembayaran menggunakan saldo Ovo Anda.

Cara Beli Tiket Bioskop dengan Aplikasi Grab

Terakhir tinggal konfirmasi dengan PIN Ovo dan selesai. Anda bisa datang ke bioskop pilihan tanpa harus antri untuk melakukan pembayaran lagi.

Selamat menonton!

Tahun 2020 GrabKios Hadirkan Sejumlah Produk Baru, Termasuk Asuransi dan Pinjaman Dana

Di tahun 2020 ini banyak rencana yang akan dilancarkan GrabKios (sebelumnya Kudo). Bukan hanya menambah jumlah mitra kios menjadi 3,8 juta hingga tahun 2021, tapi juga ingin menghadirkan berbagai layanan finansial dan asuransi untuk mitra agen, pengemudi hingga konsumen.

Head of GrabKios Agung Nugroho mengungkapkan, sudah ada lini bisnis yang mengalami pertumbuhan positif. Dan ke depannya GrabKios akan menambah kemitraan dengan institusi finansial, perbankan hingga startup yang relevan untuk menambah pilihan layanan.

“Kami percaya dengan mitra kios yang besar jumlahnya hingga ekosistem yang ada di Grab, bisa menjadikan GrabKios platform unggulan yang bisa dimanfaatkan oleh jaringan agen untuk membeli produk hingga memanfaatkan fitur tambahan lainnya.”

Asuransi, P2P lending hingga pembelian FMCG dan produk segar

Didirikan sejak 2014, hingga saat ini GrabKios telah memberdayakan lebih dari 2,8 juta mitra dengan jaringan yang tersebar di 505 kota dan kabupaten di Indonesia. Masih fokus kepada warung kelontong, tahun 2020 ini GrabKios juga akan memberikan layanan kepada merchant GrabFood.

Salah satunya dengan menawarkan pinjaman tunai disalurkan melalui kerja sama dengan perusahaan fintech terpercaya yang telah mendapatkan lisensi dari OJK. GrabKios juga akan menyediakan asuransi mikro, ditujukan bagi mitra dan para pelanggan melalui kerja sama dengan perusahaan asuransi.

Sebagai langkah awal, di kuartal pertama 2020 GrabKios akan mulai menawarkan produk pinjaman tunai ini ke mitra pilihan. Untuk mendukung “Gerakan Non Tunai Bank Indonesia”, mereka juga akan menyediakan alternatif metode pembayaran untuk pelanggan mitra berupa Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Dengan kode QR tersebut, pelanggan warung dapat berbelanja dan membayarnya dengan aplikasi dompet digital yang mereka miliki.

Dengan bergabung menjadi jaringan agen GrabKios, semua mitra diberikan akses dashboard yang bisa digunakan untuk membeli kebutuhan tambahan hingga melakukan pembayaran dari konsumen untuk pembayaran listrik hingga membeli voucher pulsa. Dengan demikian akan terlihat secara langsung rekam transaksi mereka yang mempengaruhi penilaian mereka jika berencana untuk mengajukan pinjaman.

“Karena bentuknya adalah capital loan rata-rata pinjaman yang akan diberikan adalah dibawah Rp10 juta. Untuk pembayaran akan dilakukan setiap bulannya. Sementara untuk cash loan tergantung dari persyaratan yang ditetapkan oleh masing-masing asssetmen loan penyedia pinjaman,” terang Agung.

Tidak disebutkan lebih lanjut siapa perusahaan asuransi, platform p2p lending hingga perbankan yang akan digandeng. Untuk produk asuransi tersebut, GrabKios menjamin memiliki harga yang terjangkau dan bisa dimanfaatkan oleh pemilik warung kelontong agar terhindar dari persoalan keuangan jika terjadinya bencana dan risiko lainnya.

“Intinya GrabKios akan melakukan kolaborasi dengan pihak terkait mulai dari layanan p2p lending, perbankan hingga startup agritech untuk menghadirkan pilihan tersebut. Hal itu yang membedakan kami dengan platform seperti p2p lending yang langsung menawarkan produk mereka kepada konsumen, GrabKios justru membuka kesempatan platform terkait untuk bermitra bersama kami,” kata Agung.

“Untuk penyediaan barang-barang yang dibutuhkan oleh warung kelontong dan warung makan kita sudah bekerja sama dengan perusahaan FMCG hingga supplier lainnya, dan saat ini sudah kita lakukan dalam lini bisnis wholesale GrabKios. Untuk penyediaan produk bahan segara, GrabKios bermitra dengan TaniHub.”

 

Menyambut baik persaingan

Selama 5 tahun terakhir GrabKios telah menghadirkan beberapa layanan yang secara signifikan menambah penghasilan para mitranya. Mulai dari berbagai produk digital: pulsa dan paket data, token listrik, pembayaran tagihan (air, listrik, telepon, multi-finance) hingga pendaftaran mitra pengemudi Grab. Ke depannya perusahaan akan terus menambah variasi produk digital lain untuk meningkatkan pendapatan mitra.

Berdasarkan hasil Laporan Dampak Sosial Grab, pendapatan mitra GrabKios meningkat sebesar 51% dengan rata-rata penghasilan mencapai Rp10 juta per bulan. Melalui peningkatan pendapatan mitra yang cukup signifikan, GrabKios telah berkontribusi sebesar Rp2,7 triliun terhadap perekonomian Indonesia dalam 12 bulan terakhir (hingga Maret 2019).

Saat ini makin banyaknya layanan e-commerce, marketplace hingga startup berbasis teknologi yang sengaja menyasar warung atau toko kelontong. Menurut Agung hal tersebut sah-sah saja dilakukan dan menyambut baik makin bertambahnya jumlah kompetitor yang ada.

Menurut Agung selama ini masih banyak pemain lain yang fokus untuk mengakuisisi end consumer, sementara GrabKios memanfaatkan peranan jaringan agen untuk melakukan proses tersebut yang mereka sebut sebagai “cascaded approcach“.

“Yang membedakan, GrabKios memiliki teknologi buatan sendiri yang cara kerja serupa dengan aplikasi Salesforce. Melalui teknologi tersebut, yang saat ini sudah dimanfaatkan oleh ekosistem di Grab (GrabFood) untuk mengakuisisi merchant, kami percaya bisa memberikan layanan lebih baik memanfaatkan jaringan mengakuisisi lebih banyak lagi end consumer,” tutup Agung.

Application Information Will Show Up Here

Grab Segera Uji Coba Kendaraan Listrik di Jabodetabek Awal Tahun 2020

Grab mengumumkan uji coba kendaraan listrik roda empat dan dua di Jabodetabek, yang merupakan bagian dari roadmap kendaraan listrik (EV Ecosystem Roadmap) demi mempercepat adopsi transportasi yang lebih ramah lingkungan.

Dalam peluncuran ini turut dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan; Menristek dan Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro; perwakilan dari lintas kementerian, dan mitra produsen.

Di dalam roadmap, Grab akan memanfaatkan kemitraan dengan salah satu investornya Hyundai sebagai produsen mobil lewat entitas lokal Hyundai Motor Manufacturing Indonesia, Astra Honda Motor (AHM), dan Gesits untuk roda empat. Kendaraan akan mengaspal pada awal tahun depan.

Mobil listrik yang diboyong adalah Hyundai Ioniq Electric dengan kapasitas baterai 38 kwh, mampu menempuh perjalanan 380 kilometer sekali charge cukup untuk mengelilingi Jabodetabek. Produk ini sudah didesain khusus untuk kondisi di Indonesia.

President Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata mengatakan, mobil listrik ini dinamai Grab Car EV dan memiliki status ASK (angkutan sewa khusus) taksi online berpelat hitam. Ia dapat dipesan dalam aplikasi Grab. Ketersediaannya terbatas di dekat Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang sudah tersedia.

“Jenis mobil yang disediakan Hyundai adalah tipe baru khusus untuk Indonesia. Dari sini kita bisa address masalah dengan leapfrog teknologi yang lebih maju untuk Indonesia. Masalah utama di Jakarta adalah polusi yang cukup tinggi. Langkah hijau dari Grab adalah bantu menghasilkan udara yang lebih baik,” katanya, Jumat (13/12).

Sementara untuk roda dua, ketersediaannya akan secara acak, lebih mudah didapat pengguna. Adapun jumlah unit yang tersedia untuk tahap awal sebanyak 20 unit mobil Hyundai, dan 20 unit motor listrik AHM dan Gesits.

Unit motor yang dipakai Grab dari AHM adalah PCX Electric, mampu menggerakkan motor sejauh 69 km bertenaga dua unit baterai portabel yang disebut Honda Mobile Power Pack. Sementara Gesits adalah produsen motor listrik lokal yang baru mengaspal di Indonesia.

Executive Director Grab Indonesia Ongky Kurniawan menjelaskan, mengingat ini adalah uji coba maka Grab akan menguji kelayakan motor EV di seluruh perjalanan Grab, termasuk untuk pengiriman makanan dan barang. Tujuannya untuk mendapatkan data sebanyak-banyaknya untuk memetakan kembali model bisnisnya, bentuk kerja sama dengan mitra pengemudi, dan sebagainya.

“Selain itu, kita ingin tahu buat charging station-nya di mana saja titik yang optimalnya. Dari dua merek motor yang kita pakai, ingin tahu juga ketahanannya sejauh apa, kan keduanya dibuat berasal dari negara yang berbeda, satu asli Indonesia,” tambah Ongki.

Dia juga memastikan kendaraan listrik ini akan dikendarai oleh mitra pengemudi. Hanya saja, belum ditentukan skema kemitraannya seperti apa. Bila melihat dari model bisnis di Singapura, dilakukan dengan skema menyewa harian.

“Belum tentu skema leasing harian bisa dilakukan di sini, apakah harus investasi awal seperti yang sekarang atau tidak. Final model bisnisnya belum kita putuskan.”

Bangun ekosistem kendaraan listrik

Ridzki menjelaskan dalam membangun ekosistem baru, Grab tidak menjalankan sepenuhnya sendirian, butuh kolaborasi dengan berbagai pihak. Oleh karenanya, perusahaan menggaet banyak perusahaan pelat merah di Indonesia, salah satunya PLN untuk menyediakan SPKLU.

Di Singapura, Grab memiliki 200 unit mobil Hyundai tipe KONA sejak awal tahun ini. Perusahaan juga bermitra dengan perusahaan listrik SP Group untuk menggunakan jaringan pengisian EV publik bagi armada Grab EV.

Dalam rangka mempercepat implementasi Peraturan Presiden No.55 Tahun 2019 tentang percepatan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (Battery Electric Vehicle), PLN menggandeng 20 mitra strategis.

Selain Grab, PLN bermitra dengan Gojek, BlueBird, Transjakarta, Mobil Anak Bangsa, Build Your Dream (BYD) sebagai penyedia transportasinya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan untuk mendukung ekosistem kendaraan listrik, Hyundai sudah menunjukkan komitmennya untuk berinvestasi di Indonesia dengan bangun pabrik khusus mobil listrik.

Groundbreaking akan dimulai sekitar Maret-April tahun depan. Ini akan bantu Indonesia dalam meningkatkan value dalam negeri, selama ini kita selalu ekspor raw material,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

Hasil JV dengan Ping An, Grab Resmikan Kehadiran Layanan Kesehatan Online

Grab meresmikan layanan kesehatan GrabHealth bersama Good Doctor Technology Indonesia (anak usaha Ping An Good Doctor), sekaligus menandakan Indonesia sebagai pasar pertama yang menikmati layanan teranyar tersebut.

President Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata mengatakan, GrabHealth adalah salah satu buah investasi dari SoftBank senilai $2 miliar yang diumumkan pada Juli 2019 untuk Indonesia. Perusahaan percaya pemanfaatan teknologi yang tepat bisa membawa manfaat positif buat masyarakat.

“Kami percaya bahwa setiap orang berhak memiliki akses ke layanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau. [..] Kami sangat senang meluncurkan GrabHealth powered by Good Doctor sebagai upaya pertama kami untuk memberikan layanan kesehatan online,” terangnya, Selasa (10/12).

Ada empat fitur yang dihadirkan, di antaranya tanya jawab kesehatan dengan dokter, membuat janji konsultasi tatap muka dengan dokter, belanja produk kesehatan dan kebugaran (Health Mall), dan konten kesehatan dan gaya hidup yang dikurasi oleh tim dokter.

Seluruh fitur ini dapat diakses secara gratis, akan tetapi baru tersedia di Jabodetabek dan akan segera digulirkan ke kota lain di dalam cakupan operasional Grab secara bertahap. Disebutkan Grab beroperasi di 224 kota di seluruh Indonesia.

Head of Medical Management Good Doctor Technology Indonesia Adhiatma Gunawan mengaku fitur yang ada sekarang belum memiliki perbedaan yang mencolok dengan pemain sejenis. Akan tetapi, dari segi kemudahan pengguna tidak perlu mengunduh aplikasi baru untuk menikmati Good Doctor.

“Dengan menggandeng Grab, jadi kemudahan yang luar biasa bagi sisi user karena tidak perlu unduh aplikasi lain. Kami tidak hanya memperluas akses, tapi juga concern pada kualitas dan keamanan. Standar kualitas dan jaminan keamanan kami tinggi dan berlapis-lapis,” ujarnya.

Kendati demikian, dia membuka kemungkinan untuk merilis aplikasi terpisah khusus untuk Good Doctor pada tahun depan. “Mungkin somewhere di 2020 ada rencana ke sana [peluncuran aplikasi sendiri].”

Pengembangan fitur berikutnya akan terus dilakukan Good Doctor agar semakin relevan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. Adhiatma tidak menutup kemungkinan untuk mengadopsi teknologi dari Ping An ke Indonesia, ataupun hal lainnya yang bisa membawa dampak positif buat masyarakat.

“Kita selalu terbuka dalam hal-hal yang baik yang bisa kita adopsi, enggak cuma dari Ping An saja, tapi dengan pemain lain. Kita belajar terus agar semua layanan yang kita bawa bisa berdampak positif buat masyarakat Indonesia.”

GrabHealth
GrabHealth

Adhiatma enggan merinci lebih lanjut terkait pengembangan fitur layanan kesehatan berikutnya yang akan disediakan Good Doctor.

Diklaim saat ini Good Doctor telah bermitra dengan ratusan dokter untuk layanan konsultasi online selama 24 jam setiap hari, bermitra dengan lebih dari 300 jaringan apotek berlisensi untuk berjualan produk kesehatan.

Seluruh dokter yang bergabung telah melalui persyaratan ketat, memiliki SIP (Surat Izin Praktek) yang masih aktif dan tercatat resmi sebagai anggota IDI (Ikatan Dokter Indonesia) untuk dapat beroperasi sebagai konsultan medis.

Application Information Will Show Up Here