BukuWarung Bags 855 Billion Rupiah Series A Funding, Aldi Haryopratomo Participated as Angel Investor

BukuWarung today (10/6) announced series A funding worth of $60 million or equivalent to 855.3 billion Rupiah. With oversubscribed status, this round was led by Valar Ventures and Goodwater Capital. The company said this funding is the largest series A ever obtained by a startup in a related field.

In addition, Golden Gate Ventures and Blue Fund are reportedly involved in this round. Also participated some angel investors, including Aldi Haryopratomo, Victor Jacobsson, and several others. Currently, BukuWarung has successfully collected over $80 million from its investors.

In early February, BukuWarung has announced funding from Rocketship.vc. The round is said being participated by several retail companies in Indonesia and angel investors. This is a follow on funding from the pre-series A fundraising the company has secured in mid-2020, with Quona Capital as the lead investor.

According to our sources, BukuWarung’s valuation has reached $200 million. The investors involved in BukuWarung’s funding include Y Combinator, East Ventures, AC Ventures, Soma Capital, Sampoerna, HOF Capital, GMO Venture Partner, Venture Souq, Tanglin Venture Partners, DST Global, and angel investors from technology company leaders such as Grab, Gojek, Uber, Airbnb, Modalku, Xendit, etc.

This round was announced shortly after its rival BukuKas received an investment worth of $50 million. It was led by Sequoia Capital India, with a number of well-known angel investors, including Gokul Rajaram and Taavet Hinrikus, co-founders of TransferWise.

Both applications provide similar services, financial management for MSMEs. It includes financial records, financial reports, and debt collection features. In the future, both BukuWarung and BukuKas will also transform into integrated fintech services, enabling MSME players and their customers to access various financial products online.

Currently, the main focus lies in tier-2 and 3 cities, with the quite large unbanked population in the region. Based on the statistics, BukuWarung has gathered 6.5 million merchants in 750 cities.

In order to support its services, BukuWarung has launched the Tokoko application, a platform that allows merchants to open their online stores independently. Users can list their products, manage orders, accept payments, track deliveries, and talk to customers.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

BukuWarung Dapatkan Pendanaan Seri A 855 Miliar Rupiah, Aldi Haryopratomo Terlibat sebagai Angel Investor

BukuWarung hari ini (10/6) mengumumkan telah mendapatkan pendanaan seri A senilai $60 juta atau setara 855,3 miliar Rupiah. Dengan kondisi oversubscribed, putaran ini dipimpin Valar Ventures dan Goodwater Capital. Perolehan ini juga diklaim oleh perusahaan sebagai seri A terbesar yang pernah didapat oleh startup di bidang terkait.

Selain itu Golden Gate Ventures dan Blue Fund dikabarkan juga terlibat dalam putaran ini. Termasuk didukung angel investor seperti Aldi Haryopratomo, Victor Jacobsson, dan beberapa lainnya. Adapun total dana yang berhasil dibukukan BukuWarung dari para investornya ditaksirkan telah mencapai lebih dari $80 juta.

Pada awal Februari, BukuWarung juga mengumumkan pendanaan dari Rocketship.vc. Dikatakan dalam putaran tersebut turut melibatkan beberapa perusahaan ritel di Indonesia dan angel investor. Ini melanjutkan dari penggalangan pra-seri A yang telah dibukukan perusahaan sejak pertengahan 2020 lalu, kala itu Quona Capital sebagai investor yang memimpin.

Menurut sumber yang kami dapat valuasi BukuWarung telah mencapai $200 juta. Adapun investor yang terlibat dalam pendanaan BukuWarung termasuk Y Combinator, East Ventures, AC Ventures, Soma Capital, Sampoerna, HOF Capital, GMO Venture Partner, Venture Souq, Tanglin Venture Partners, DST Global, dan sejumlah angel investor dari pimpinan perusahaan teknologi seperti Grab, Gojek, Uber, Airbnb, Modalku, Xendit, dll.

Perolehan ini diumumkan tidak lama setelah rivalnya BukuKas juga mendapatkan suntikan dana dari investor senilai $50 juta. Putaran tersebut dipimpin oleh Sequoia Capital India, juga diikuti oleh sejumlah angel investor tersohor, seperti Gokul Rajaram dan Taavet Hinrikus, salah satu pendiri TransferWise.

Kedua aplikasi menyajikan layanan yang nyaris sama, yakni pengelolaan finansial untuk pelaku UMKM. Di dalamnya termasuk pencatatan keuangan, laporan keuangan, dan fitur penagihan utang. Ke depan, baik BukuWarung dan BukuKas juga akan bertransformasi menjadi layanan fintech terintegrasi, memungkinkan pelaku UMKM dan pelanggannya mengakses berbagai produk finansial secara daring.

Saat ini fokus utama mereka pengguna di kota tier-2 dan 3, dengan populasi unbankable yang masih cukup besar di wilayah tersebut. Dari statistik yang diberikan, BukuWarung telah menggaet 6,5 juta merchant di 750 kota.

Untuk menunjang layanannya, BukuWarung juga telah meluncurkan aplikasi Tokoko, sebuah platform yang memungkinkan pedagang bisa membuka toko daring mereka secara mandiri. Pengguna bisa mencantumkan daftar produknya, mengelola pesanan, menerima pembayaran, melacak pengantaran barang, dan berbicara dengan pelanggan.

Application Information Will Show Up Here

Startup Penyedia Solusi Supply Chain GrosirOne Targetkan Pendanaan Seri A 142 Miliar Rupiah

Salah satu startup penyedia solusi supply chain, GrosirOne, sedang mengincar pendanaan seri A senilai $7 s/d $10 juta atau setara 142 miliar Rupiah. Perusahaan menargetkan sekitar dua atau tiga pendana institusi untuk masuk dalam putaran ini. Hasil putaran pendanaan ini akan digunakan untuk menambah distribution center di dalam dan luar Pulau Jawa serta memperkuat kerja sama dengan mitra.

Didirikan pada tahun 2019 oleh Erben Noerman, Jordy Jonatan, dan Felix Boenawan, GrosirOne mengawali bisnis dengan menawarkan solusi bagi distributor yang mengalami gangguan cash flow karena keterlambatan pembayaran dari pemain UMKM. Platform ini dibuat sebagai jembatan bagi para supplier, distributor, dan retailer serta menawarkan manfaat finansial melalui partner bank atau p2p lending untuk pinjaman produktif.

Pada awalnya, perusahaan fokus pada industri FMCG karena latar belakang dan pengalaman co-founder dan tim akuisisi di industri tersebut. Namun timnya terus melakukan eksplorasi ke berbagai industri lainnya yang seperti produk daging, udang dan sebagainya. Dalam waktu kurang lebih 2 tahun, GrosirOne telah bekerja sama dengan 107 principal, 54 distributor, 5900 motorist dan tercatat telah memiliki lebih dari 35 ribu outlet di seluruh Jawa.

“Agar dapat terus melakukan channeling untuk pendanaan, maka kami telah bermitra dengan Bank dan juga Institusi Keuangan Non-Bank seperti perusahaan fintech lending. Sejak tahun 2020 kami telah bermitra dengan Investree, Batumbu, KreditPro, dan Bank Jawa Barat. Di tahun 2021 ini kami telah bekerja sama dengan Danamart, Akseleran, Dompet Kilat, Modalku dan Bank Rakyat Indonesia melalui Mastercard”, ungkap Erben.

Selama masa pandemi, perusahaan melihat banyak sekali pelaku UMKM baik di level distributor hingga retailer yang mengalami kesulitan dari segi keuangan bahkan hingga ada beberapa yang menutup usahanya. Di masa seperti ini GrosirOne diuji sebagai platform solusi untuk dapat membantu para pelaku UMKM tetap bertahan bahkan berkembang selama masa pandemi.

Erben menambahkan bahwa sejauh ini perkembangan GrosirOne dapat dibilang telah melebihi dari target yang telah di tentukan sehingga yakin untuk memulai fund raising seri A. Tahun 2021 sampai awal bulan Mei 2021 saat ini Gross Transaction Value (GTV) telah mencapai 770 Miliar Rupiah dengan pertumbuhan yang sangat tinggi semenjak Desember 2020 yaitu sebanyak 152%.

Target ke depan

GrosirOne mengawali perjalanan pendanaan dari pengenalan oleh salah satu co-founder dengan Alexander Rusli, Co-founder Digi Asia Bios. Ia mengambil peran sebagai angel investor sekaligus advisor perusahaan hingga saat ini.

Ketika disinggung mengenai fokusnya menargetkan pendana institusi, GrosirOne mengaku sebagai perusahaan startup membutuhkan dukungan dengan kredibilitas yang solid  yang nantinya akan menjadi benchmark atas valuasi dan pendanaan perusahaan.

Terkait rencana ke depan, perusahaan masih mendengarkan dan memproses feedback yang didapat dari para pengguna untuk kemudian diterjemahkan menjadi kebutuhan bisnis dan pengembangan layanan dan platform GrosirOne.

“Tahap selanjutnya kami akan berfokus kepada pengembangan yang menuju arah otomatisasi dari segi pengumpulan data pengguna, sehingga memudahkan proses onboarding para Principal, Distributor, Retailer, maupun Motorist ke dalam Platform GrosirOne,” ujar Felix.

Dari sisi geografis, saat ini GrosirOne sudah menjangkau seluruh bagian pulau Jawa, sebagian wilayah Indonesia Tengah dan Timur seperti Gorontalo, Kupang, Maluku dan Ternate. “Kami berencana untuk segera memperluas wilayah jangkauan ke skala nasional, serta memperdalam sentuhan ke rantai bawah supply chain yaitu para retailer dan motoris.”

Beberapa startup yang juga menawarkan solusi serupa termasuk Advotics dan Ula.

Application Information Will Show Up Here

BukuKas Bags 709 Billion Rupiah Funding, Joining the Centaur Club

BukuKas, a bookeeping app startup for MSMEs, announced $50 million (equivalent to 709 billion Rupiah) Series B funding led by Sequioa Capital India. Also participated in this round some of well-known angel investors, such as Gokul Rajaram and Taavet Hinrikus, one of TransferWise’s founders.

Sequioa Capital India previously led the Series A round for BukuKas four months ago worth of $10 million (equivalent to 141 billion Rupiah).

BukuKas will use the fund to build up the engineering and product teams in its two offices, Jakarta and Bangalore. The company is to expand the services for business people in line with the company’s vision of providing comprehensive software solutions for MSMEs in Indonesia.

“This new investment round will boost our growth as efforts are being made to build a complete financial solution for small businesses that we believe are the bread and butter of the Indonesian economy,” BukuKas’ Co-Founder & CEO, Krishnan Menon said in an official statement, Tuesday (5/18).

The announcement, he continued, is in time with the launch of the new payment feature of BukuKasPay last month. This feature allows businesses to pay to their suppliers on time and to collect debts from their customers digitally, through various digital payment methods, such as Virtual Bank Accounts, QRIS, and popular e-wallets.

Within a month of its release, BukuKas is said to recorded tens of millions US dollars monthly payment transactions on its platform.

As of April 2021, BukuKas has succeeded in reaching 6.3 million shop owners and small businesses, of which nearly half or as many as 3 million of them are monthly active users. BukuKas recorded an accumulated transaction value of nearly $25.9 million, or equivalent to 2.2% of Indonesia’s GDP.

Krishnan targets the company to grow users up to 20 million MSMEs by 2022.

BukuKas was first launched in December 2019 under the incubation of Whiteboard Capital. Companies are evolving to meet the transformation of MSMEs, evolving from simple digital financial records applications that allow small business owners to better record and manage sales and expenses.

Currently, BukuKas is an application that provide inventory management, create invoices, and perform analytics.

“BukuKas wants to be the first choice for business ecosystem partners to help small business owners develop and grow in this digital era. In line with the launch of BukuKasPay, we will continue to build the trust of BukuKas users and support them with comprehensive banking and trading solutions in the near future,” BukuKas’ Co-Founder and COO, Lorenzo Peracchione added.

Confirmed as Centaur

In Bukukas’ funding journey, prior to entering series A and B, the company has secured $9 million in early stage funding led by Speedinvest. In total, BukuKas has raised $69 million and with the math’s done, this is likely to sent the company into the ranks of centaur startups or aspiring unicorns.

This is a term for startups that have reached a valuation of over $100 million and under $1 billion. The valuation referred to here is measured based on the funding raised from investors.

As we tried to confirmed with the CEO about the centaur status and asked for an estimated valuation, he prefers not to comment.

According to the 2020 Startup Report, there are at least 43 centaur startups in the Indonesian ecosystem by 2020. Six of them already have a valuation of over $500 million.

In addition, the startup industry enthusiasm for similar business like BukuKas has skyrocketed. It is marked by the various disbursement of funding provided to BukuWarung and Credibook throughout this pandemic. Apart from them, there are other players who have joined, including Moodah, Teman Bisnis, Akuntansiku, Lababook, Akuntansi UKM, and many more.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

BukuKas Kembali Disuntik Dana 709 Miliar Rupiah, Masuk ke Jajaran Centaur

BukuKas, startup pengembang aplikasi pencatatan finansial untuk UMKM, mengumumkan perolehan pendanaan seri B sebesar $50 juta (setara 709 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh Sequioa Capital India. Putaran ini juga diikuti oleh sejumlah angel investor tersohor, seperti Gokul Rajaram dan Taavet Hinrikus, salah satu pendiri TransferWise.

Sequioa Capital India sebelumnya memimpin putaran Seri A di BukuKas pada empat bulan lalu sebesar $10 juta (setara 141 miliar Rupiah).

Suntikan dana ini akan digunakan BukuKas untuk memperkuat tim engineering dan produk di kedua kantornya, yakni Jakarta dan Bangalore. Perusahaan juga akan memperluas jangkauan layanan untuk pebisnis agar sejalan dengan visi perusahaan yang ingin menyediakan solusi perangkat lunak menyeluruh untuk UMKM di Indonesia.

“Putaran investasi baru ini akan mendorong pertumbuhan kami seiring upaya yang tengah dijalankan dalam rangka membangun solusi keuangan lengkap untuk usaha kecil yang kami yakini sebagai tulang punggung ekonomi Indonesia,” kata Co-Founder & CEO BukuKas Krishnan Menon dalam keterangan resmi, Selasa (18/5).

Pengumuman ini, sambungnya, bertepatan dengan diluncurkannya fitur pembayaran baru BukuKasPay pada bulan lalu. Fitur ini memungkinkan pebisnis dapat membayar ke pemasok mereka dengan tepat waktu dan dapat menagih hutang kepada konsumennya secara digital, melalui berbagai metode pembayaran digital, seperti Virtual Account Bank, QRIS, serta dompet elektronik populer.

Diklaim dalam sebulan setelah dirilis, BukuKas telah mencatat transaksi pembayaran bulanan sebanyak puluhan juta dolar AS di dalam platformnya.

Hingga April 2021, BukuKas telah berhasil merangkul 6,3 juta pemilik toko dan pelaku usaha kecil, yang mana hampir separuhnya atau sebanyak 3 juta pengguna di antaranya adalah pengguna aktif bulanan. BukuKas mencatatkan akumulasi nilai transaksi sebesar hampir $25,9 juta miliar, atau setara 2,2% dari PDB Indonesia.

Krishnan menargetkan pada 2022 mendatang, perusahaan dapat menumbuhkan jumlah pengguna hingga 20 juta UMKM.

BukuKas pertama kali diluncurkan pada Desember 2019 di bawah inkubasi Whiteboard Capital. Perusahaan berevolusi untuk memenuhi kebutuhan UMKM yang terus berubah, berkembang dari aplikasi catatan keuangan digital sederhana yang memungkinkan pemilik usaha kecil untuk mencatat dan mengelola penjualan dan pengeluaran lebih baik.

Saat ini BukuKas menjadi aplikasi yang dapat mengatur inventaris, pembuatan faktur, dan melakukan analitik.

“BukuKas ingin menjadi mitra ekosistem pebisnis pilihan untuk membantu pemilik usaha kecil berkembang dan tumbuh di era digital ini. Sejalan dengan peluncuran BukuKasPay, kami akan terus membangun kepercayaan dari pengguna BukuKas dan mendukung mereka dengan solusi perbankan dan perdagangan yang menyeluruh dalam waktu dekat,” tambah Co-Founder dan COO BukuKas Lorenzo Peracchione.

Sandang status centaur

Dalam perjalanan putaran pendanaan BukuKas, sebelum masuk ke seri A dan B, perusahaan mengantongi pendanaan tahap awal sebesar $9 juta yang dipimpin oleh Speedinvest.  Bila ditotal, BukuKas mengantongi $69 juta dan jika dikalkulasi perolehan ini kemungkinan besar telah membawa perusahaan ke dalam jajaran startup centaur atau aspiring unicorn.

Ini adalah sebutan untuk startup yang telah mencapai valuasi lebih dari $100 juta dan di bawah $1 miliar. Valuasi yang dimaksud di sini adalah diukur berdasarkan pendanaan yang didapat dari investor.

Kami sempat mencoba meminta konfirmasi ke CEO Bukukas soal status centaur ini dengan menanyakan estimasi valuasi, namun ia memilih tidak berkomentar.

Menurut Startup Report 2020, per tahun 2020 di ekosistem Indonesia ada setidaknya 43 startup yang sudah menyandang gelar centaur. Enam di antaranya sudah memiliki valuasi di atas $500 juta.

Selain itu, antusiasme industri startup kepada pemain sejenis BukuKas juga ikut melejit. Ditandai oleh berbagai kucuran pendanaan yang diberikan untuk BukuWarung dan Credibook sepanjang pandemi ini. Selain mereka, masih ada pemain lain yang ikut masuk, di antaranya Moodah, Teman Bisnis, Akuntansiku, Lababook, Akuntansi UKM, dan masih banyak lagi.

Application Information Will Show Up Here

GDILab Rilis Produk SaaS “UMKMLab” dan Perbarui Fitur Media Sosial “SocialConnext”

GDILab, anak usaha Young on Top yang bergerak di digital analitik, mengumumkan produk SaaS untuk bantu pelaku usaha yang memasarkan produknya di platform media sosial “UMKMLab,” serta memperbarui tampilan dan fitur aplikasi media sosial “SocialConnext.”

Executive Assistant of CEO YoT Chelen menjelaskan, UMKMLab dirilis untuk membantu para pelaku usaha yang memanfaatkan platform media sosial seperti Facebook Shop dan Instagram Shop untuk berjualan. Selama ini, setiap transaksi yang terjadi lewat kedua platform tersebut masih sangat manual karena menggunakan WhatsApp.

Kondisi tersebut membuat banyak pelaku usaha yang kehilangan leads dengan berbagai alasan, misalnya lama membalas, proses inventori tidak rapi, dan masih banyak lagi. Agar mereka tetap dapat berjualan di Facebook Shop dan Instagram Shop, maka proses transaksi harus dilakukan secara otomatis. Untuk itu dibutuhkan situs yang dapat langsung terintegrasi dengan keduanya.

“UMKMLab hadir sebagai penyedia website yang dapat langsung terintegrasi dengan Facebook dan Instagram Shop sehingga proses transaksi bisa dilakukan lebih otomatis,” ucap Chelen saat dihubungi DailySocial.

UMKMLab memiliki berbagai fitur, di antaranya memilih domain dan desain website profesional, otomatis terintegrasi dengan jasa pengiriman dan pembayaran, dapat mengakses data statistik penjualan kapan saja, cetak label pesanan & faktur, dan notifikasi email pesanan untuk setiap transaksi. Setiap fitur tersebut disediakan oleh GDILab hasil kerja sama dengan berbagai pihak ketiga yang sudah dikurasi demi menyesuaikan dengan kebutuhan UMKM.

Pembeda tersebut membuat UMKMLab jadi lebih kompetitif di industri. Dari segi harga berlangganan yang tertera di situsnya dimulai dari Rp228 ribu per bulan. Untuk segmen usaha yang dapat menggunakan UMKMLab sebenarnya sangat luas, tapi Chelen mengaku saat ini sedang fokus untuk menyasar pelaku usaha yang bergerak di fesyen, F&B, dan kerajinan lokal.

“Harapannya Young on Top dan GDILab melalui UMKMLab ini dapat membantu para UMKM bisa go digital yang pada akhirnya dapat menaikkan omzet mereka melalui Facebook Shop dan Instagram Shop.”

Pembaruan SocialConnext

Sementara itu, GDILab juga sebelumnya merintis aplikasi media sosial SocialConnext sejak 2018 bertepatan pada acara Young on Top National Conference. Dalam perjalanannya hingga versi teranyar, Partnership SocialConnext Iis Dayanti menuturkan platform tersebut banyak mengalami peningkatan dari sisi UI/UX serta performa aplikasinya. Dari segi jumlah unduhan kini sudah menembus ke angka 5000 unduhan dengan pengguna aktif 933 orang. Para pengguna ini berada di rentang usia 18-25 tahun.

Tampilan aplikasi SocialConnext / YoT
Tampilan aplikasi SocialConnext / YoT

SocialConnext membawa pendekatan yang berbeda dibandingkan aplikasi sejenisnya, yakni pengembangan komunitas anak muda. Dari visi tersebut, SocialConnext menghadirkan fitur-fitur yang didesain dan dikembangkan secara relevan untuk generasi muda dalam mengembangkan kreativitas, soft skill, dan hard skill, seperti Artikel, Podcast, Trivia, Community, Chat, dan Ask Mentor.

Fitur unggulan dari SocialConnext adalah Community yang memungkinkan para pengguna terhubung dengan komunitas lainnya di seluruh Indonesia dan Ask Mentor yang memberikan kesempatan para pengguna untuk bertanya kepada para mentor yang sudah berpengalaman di bidangnya. Ada berbagai topik yang bisa ditanyakan, mulai dari teknologi, investment, self-development, karier, dan lainnya.

Iis menuturkan ada 15 mentor yang sudah bergabung. Mereka adalah Billy Boen (CEO dan Founder YoT), Richie Wirjan (VP Investment at Kejora SBI Orbit), Gunawan Susanto (Country Manager AWS Indonesia), Maya Arvini (CCO dan COO Qlue), Nendra Rengganis (CEO hipwee) dan masih banyak lagi.

Tantangan SocialConnext untuk menjaring lebih banyak pengguna yang tidak sebatas mengunduh aplikasinya saja, tapi juga mampu memanfaatkan fitur-fitur untuk pengembangan komunitasnya. “Peluang SocialConnext adalah aplikasi one stop solution platform bagi para komunitas, mereka bisa engage, connect, bahkan memonetisasi kegiatan mereka untuk mendapatkan keuntungan,” tutup Iis.

Application Information Will Show Up Here

Startup POS Qasir Rencanakan Ekspansi Bisnis ke Asia Tenggara Tahun Ini

Startup SaaS penyedia aplikasi POS Qasir mengungkapkan rencana untuk ekspansi ke salah satu negara di Asia Tenggara pada tahun ini, membawa adopsi Qasir yang lebih luas untuk para merchant yang memiliki masalah yang sama dengan Indonesia. Persiapan sudah dilakukan oleh tim, termasuk strategi lokalisasi perusahaan karena harus bersaing dengan pemain lokal di negara tersebut.

“Banyak data yang menunjukkan bahwa apa yang kita lakukan di Indonesia bisa diduplikasi dengan negara tetangga yang memiliki karakteristik yang sama. Tentu yang terdekat adalah Asia Tenggara, ada merchant yang punya masalah yang sama dengan Indonesia. Harapannya tahun ini bisa dimulai, sekarang sudah persiapan,” ucap CEO Qasir Michael Willem dalam konferensi pers virtual dihadiri sejumlah media, Selasa (27/4).

Keyakinan Qasir untuk ekspansi sebenarnya turut didukung oleh faktor perubahan strategi bisnis perusahaan akibat pandemi yang berdampak pada meningkatnya jumlah pengguna. Dalam salah satu riset dari Kemenkop yang Michael kutip, menyatakan bahwa basket size yang sanggup dikeluarkan usaha mikro untuk investasi berada di kisaran Rp300 ribu-Rp500 ribu per tahun.

Sementara, level mayoritas usaha mikro berada di tahap sukses, setelah melewati masa existence dan survival. Padahal, di atas itu ada tahap resource maturity yang memungkinkan suatu usaha membuat suatu vertikal baru. Semakin naik level suatu usaha, maka investasi yang dibutuhkan juga semakin besar.

Persepsi soal sulitnya bisnis SaaS susah melakukan monetisasi untuk merchant mikro membuat sebagian besar pemain POS tidak menjadikan mikro sebagai fokus utamanya. Sebab, kalangan usaha mikro sulit untuk dimonetisasi dan bergeser ke usaha skala korporat. Namun, Qasir berhasil mematahkannya dan meyakini dengan strategi ini mampu mengukuhkan posisi Qasir sebagai satu-satunya pemain POS yang bermain di segmen mikro.

“Dari tahun lalu, kami melakukan banyak penyesuaian untuk melihat value proposition kami di industri. Dari insight yang kami dapatkan melatarbelakangi kami untuk mengambil keputusan, termasuk untuk membuat Qasir Pro.”

Qasir merilis fitur berlangganan Qasir Pro pada tahun lalu dan berhasil menarik 22 ribu merchant jadi pengguna berlangganan dari sebelumnya gratis. Pada fitur ini, Qasir menerapkan model bisnis pay-as-you-go untuk menikmati fitur satuan yang dibutuhkan merchant. Salah satunya adalah fitur “Kelola Diskon” dan “Tiket Pesanan” yang dibanderol seharga Rp15 ribu (sekali bayar untuk pemakaian selamanya).

“Jadi dengan adanya fitur pro, jumlah user kita terus bertambah karena adopsi ke pembayaran digital semakin cepat. Bahkan dalam 30 hari setelah trial, biasanya sudah ada user yang mau berlangganan.”

Fitur Website Usaha / Qasir
Fitur Website Usaha / Qasir

Kinerja Qasir

Dipaparkan lebih jauh, Qasir saat ini memiliki lebih dari 700 ribu merchant mikro yang bergabung pada Q1 2021. Terjadi penambahan 500 ribu merchant sejak pandemi, dari posisi Q1 2020 sebanyak 250 ribu merchant. Lokasi merchant masih didominasi di sekitar Pulau Jawa. Adapun pengguna berbayar terdiri dari 22 ribu merchant dari posisi terkini.

Dari segi transaksi, Qasir telah mencatat transaksi hingga Rp1 triliun per bulan, dari posisi sebelum pandemi sebesar Rp200 miliar.

Dari segi pengembangan fitur baru, Michael mengungkapkan perusahaan telah merilis 24 fitur sepanjang tahun lalu. Fitur Website Usaha yang baru dirilis pada September 2020 adalah salah satunya. Di dalam Website Usaha ini, pengusaha dapat memasarkan produknya lewat situs dengan biaya kurang dari Rp200 ribu per tahun. Mereka cukup memasukkan data usaha, sedangkan katalog produk sudah terintegrasi secara otomatis dari aplikasi Qasir.

“Kami ingin fasilitas Website Usaha agar merchant enggak cuma jadi katalog saja, tapi bisa mengintegrasikan pembayaran dan pengiriman yang kita fasilitasi,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

BukuWarung Dikabarkan Tengah Rampungkan Pendanaan Bernilai Lebih dari 1 Triliun Rupiah

Startup pengembang aplikasi akuntansi pengusaha mikro BukuWarung dikabarkan segera menutup putaran pendanaan terbarunya. Dari sumber DealStreetAsia, nilai investasi ditaksirkan mencapai $70 juta atau setara lebih dari 1 triliun Rupiah. Modal ventura besutan Peter Thiel (Co-Founder PayPal) yakni Valar Ventures memimpin putaran yang segera ditutup dengan status “oversubscribed” ini.

Dengan penutupan investasi tersebut, ditaksirkan BukuWarung telah berhasil mengumpulkan total pendanaan lebih dari $90 juta selama sekitar dua tahun beroperasi. Sejak didirikan tahun 2019, BukuWarung mengklaim telah merangkul 3,5 juta pengguna dari kalangan pedagang kecil yang tersebar di 750 kota dan kabupaten di Indonesia — mayoritas berada di kota tier-2 dan 3. Dengan basis penggunanya, mereka telah mencatat transaksi senilai lebih dari $15 miliar di platformnya dan telah memproses lebih dari $500 juta pembayaran.

Terkait kabar pendanaan terbaru, kami sudah mencoba mengonfirmasi ke salah satu founder BukuWarung, namun ia enggan memberikan komentar.

Sebelumnya pada awal Februari lalu, BukuWarung baru mengumumkan pendanaan baru dari Rocketship.vc. Dikatakan dalam putaran tersebut turut melibatkan beberapa perusahaan ritel di Indonesia dan angel investor. Ini melanjutkan dari penggalangan pra-seri A yang telah dibukukan perusahaan sejak pertengahan 2020 lalu, kala itu Quona Capital sebagai investor yang memimpin.

Beberapa pemodal ventura yang terlibat dalam pendanaan BukuWarung termasuk Y Combinator, East Ventures, AC Ventures, DST Global Partners, Golden Gate Ventures, dan Tanglin Venture Partners.

Di Indonesia, BukuWarung bersaing ketat dengan pemain serupa lainnya, BukuKas. Keduanya sama-sama didukung oleh banyak investor. Awal tahun 2021 ini, BukuKas baru mengumumkan pendanaan seri A senilai 142 miliar Rupiah yang dipimpin Sequoia Capital India – penyelenggara akselerator Surge yang juga diikuti oleh BukuKas. Terbaru mereka baru meluncurkan fitur pembayaran, sebagai salah satu pengejawantahan visi untuk menjadi layanan fintech.

Application Information Will Show Up Here

Laporan DSInnovate: Dampak Ekonomi dan Sosial Pembiayaan UMKM Menggunakan “Fintech P2P Lending”

Kehadiran teknologi finansial (fintech) di Indonesia memberikan berbagai manfaat, terlebih saat kalangan undeserved dan unbankable masih banyak tersebar di berbagai wilayah. Tak terkecuali bagi pelaku UMKM, layanan fintech seperti peer-to-peer lending (p2p lending) memberikan opsi yang lebih mudah bagi mereka untuk mendapatkan akses pendanaan bantuan modal. Terlebih saat berbicara usaha berskala mikro, masih banyak yang belum tersentuh akses lembaga keuangan konvensional.

Fokus fintech untuk pemberdayaan UMKM menjadi penting, lantaran besarnya kontribusi terhadap perekonomian nasional. Data teranyar menyatakan sumbangsih UMKM mencapai 60% untuk PBD dan 97% untuk pembukaan lapangan kerja. Banyak gap yang coba dijembatani oleh fintech p2p lending, mulai dari akses yang lebih terjangkau lewat teknologi, sampai proses penilaian kelayakan kredit yang lebih bisa disesuaikan dengan kondisi pelaku UMKM.

Pandemi yang mulai terjadi di tahun 2020 juga memberikan turbulensi untuk pelaku bisnis di Indonesia secara umum, dan yang cukup terdampak signifikan adalah UMKM. Di situasi yang serba sulit tersebut, fintech p2p lending tetap memberikan banyak peran, salah satunya, menurut data AFPI per tahun 2020 ada total dana 74 triliun Rupiah yang disalurkan kepada pelaku UMKM, naik 27% dari tahun sebelumnya.

Untuk melihat lebih dalam tentang sejauh mana layanan fintech p2p lending memberikan dampak ekonomi dan sosial terhadap sektor UMKM, Modalku dan DSInnovate berkolaborasi melakukan riset bertajuk “Dampak Ekonomi dan Sosial Pembiayaan UMKM Menggunakan Fintech Peer-to-Peer Lending”. Terdapat lima bahasan utama yang dirangkum, meliputi:

  1. Gambaran umum pembiayaan UMKM
  2. Eksistensi Modalku dalam pembiayaan UMKM
  3. Profil demografi UMKM di Indonesia
  4. Pengalaman pembiayaan dari layanan konvensional atau sumber lainnya
  5. Rencana pembiayaan UMKM di masa depan

Ada banyak temuan menarik yang diungkap dalam laporan, salah satunya dari total responden yang mengikuti survei sebagian besar 50,29% menggunakan dana pinjaman untuk pembelian bahan baku usaha, selanjutnya untuk biaya operasional (19,14%). Selanjutnya kebanyakan pelaku usaha tersebut mendapatkan manfaat kelancaran arus kas, baik untuk pendanaan modal (25,1%) maupun tambahan stok barang (24,9%).

Unduh laporannya melalui tautan berikut: klik di sini.


Disclosure: DSInnovate bekerja sama dengan Modalku dalam pembuatan dan peluncuran laporan ini. Modalku merupakan salah satu platform fintech p2p lending yang fokus memberikan pembiayaan produktif untuk UMKM di Indonesia

VariousDigital Solutions for SME Players

Recently, digitization for SME is getting intense to create competitiveness amidst the economic challenges caused by the pandemic. Startups are using this huge business cake by presenting various digital solutions through all aspects, fintech, supply chain, logistics, e-commerce, marketing, and others.

In order to present the bigger picture, DailySocial describes the players in each segment. Here’s the summary:

Ragam layanan SaaS untuk UMKM / DailySocial
SaaS services for SMEs / DailySocial

A. Go Digital

1. E-commerce enabler: omnichannel, commerce site builder

        The existence of a brand on an online platform is quite an obligation to be recognized by many people nowadays. These e-commerce enabler players usually present various solutions according to their business stages to facilitate the overall migration process, starting from online store creation services and synchronizing sales to various marketplaces and online shop sites in one dashboard.

The larger the business scale, the more complex the e-commerce solution. For example, when you want to implement an omnichannel strategy or need a supply chain system to help the logistics process, you need experts and the right solution. Some of the players are:

      • Omnichannel:
        – Sirclo
        – Jet Commerce
        – PowerCommerce
        – iSeller
      • Commerce site builder:
        – Sirclo
        – aCommerce
        – ForStok
        – Egogo Hub
        – Intrepid22. On demand services: online delivery, online order

This on-demand service is generally dominated by the culinary sector, which is fully supported by GrabFood and GoFood. By combining the strength of the driver’s fleet and some culinary business, the food delivery service is increasingly booming in Indonesia.

Apart from offering easy access and delivery, there are many digital solutions for MSMEs, such as marketing solutions, payments, inventory, financial records, and so on. We divided these solutions into two parts, as follows:

      • Online delivery:
        – GoBiz
        – GrabMerchant
      • Online order:
        – DigiResto
        – Mangan.id

3. Online marketplace: B2B, B2C, partnership

The presence of the e-commerce platform creates an impact as it’s easier for MSMEs to reach many new users. With the whole ecosystem prepared for the e-commerce players, it is expected that more MSMEs will take advantage of this opportunity to expand their business. Here are the players:

      • B2B:
        – Ralali
        – Bhinneka
      • B2C:
        – Shopee
        – Tokopedia
        – Bukalapak
      • Partnership:
        – Mitra Tokopedia
        – Mitra Bukalapak
        – Mitra Shopee
        – Blibli Mitra
        – GrabKios

4. Social commerce

Amid the efforts of e-commerce players to encourage more MSMEs to enter their platforms, MSMEs are keen to sell through social media platforms such as Instagram and Facebook. This application is considered more personal as it can directly interact with consumers.

The enthusiasm of MSMEs to join social media does not immediately subside, in fact, it is getting increased. The social commerce players are using the big opportunity by offering easy sales via short message applications and social media. The players are quite diverse:

– Woobiz
– Storie
– Chilibeli
– RateS
– Super
– Desty
– Halosis
– Qios by Kata.ai
– GoStore by Gojek
– Kitabeli
– Evermos

B. Financial

1. Loan: working capital, supply chain

In order for MSMEs to grow continuously, they need capital loans from conventional financial institutions. However, as their business is unbankable, there are difficulties in accessing loans. Fintech lending players are trying to solve this issue, not only providing working capital, another form of which is being provided is supply chain loans. The players include:

        • Working capital
          – Amartha
          – Modalku
          – Investree
          – KoinWorks
          – Akseleran
          – Modal Rakyat
        • Supply Chain:
          – AwanTunai
          – Crowdo
        • Crowdfunding:
          – Santara
          – Bizhare
          -CrowdDana
          – LandX

2. Payment : e-money, payment gateway, POS

Payment players are paying attention to the sustainability of MSMEs to be connected to various payment methods, adjusting to the latest conditions. The presence of the POS application is also considered very helpful for MSMEs as this all-in-one application does not only function to record finances. There are many players in this segment:

  • E-money:
    – LinkAja
    – OVO
    – DANA
    – GoPay
    – ShopeePay
  • Payment gateway:
    – Cashlez
    – Midtrans
    – DOKU
    – Xendit
    – iPaymu
    – Finpay
  • POS:
    – Jubelio
    – Majoo
    – Qasir
    – Kasir Pintar
    – YouTap
    – Moka
    – Cashlez
    – Pawoon
    – iSeller
    – Olsera

3. Tax

Although it still in the MSME stage, taxation should not be taken lightly. There are several players in this sector trying to invite business owners to comply as taxpayers as soon as possible. The services provided start from the payment process, reporting, and tax management. Some of the players are:

– KlikPajak (Mekari)
– OnlinePajak
– HiPajak
– Pajak.io

4. API Enabler

When businesses have rapidly grow, the digital solutions needed will continue to follow the needs. API enabler players are here to answer these needs, especially in the financial-related field. They provide integrated solutions in one API, for payment, financial and banking services, therefore, businesses can add value to their customers. Here are some of the players:

– Ayoconnect
– Finantier
– Brankas
– Brick

C. Marketing: email marketing, influencer marketing

SMEs should also pay attention to marketing strategies to acquire consumers with existing budgets. Simple marketing via social media platforms or short messages is not necessarily enough. Therefore, there are players in this sector who specifically help MSMEs to market their products:

  • Email marketing: MTarget
  • Influencer marketing: Allstar

D. Operational

1. Accounting: micro-small, medium-large

The biggest reason why MSMEs are unbankable is due to poor financial management, they still use manual recording, making it difficult to see how the business is progressing or is it actually experiencing loss. Therefore, the existence of special software is clearly required. Here’s a list of startup players who present financial management solutions:

  • Micro-Small:
    – Credibook
    – BukuKas
    – Moodah
    – BukuWarung
    – Akuntansi UKM
    – Akun.biz
    – Lababook
    – Teman Bisnis
    – Akuntansiku
    – Kasvlo
    – Kasir Pintar
    – Majoo
    – KODI
    – Paper.id
  • Medium-Large:
    – Jubelio
    – Jurnal (Mekari)
    – Jojonomics
    – Accurate
    – Zahir

2. HR Management: HRIS, employee benefit, field worker management, productivity & collaboration tools

As MSMEs grow, it will face advanced challenges. One that is often highlighted is the human resources management, from payroll, attendance, annual leave, reimbursement, and so on. It takes the presence of a software to help make it quick and efficient. Here are some startups that focus on providing HR management:

  • HRIS:
    – Catapa
    – Talenta (Mekari)
    – Jojonomics
    – KaryaOne
    – Gadjian
    – Gaji.id
    – Benemica
    – Synergo
  • Employee benefit:
    – Payuung
  • Field worker management:
    – JARI
    – Lacak.io
  • Productivity & collaboration tools

E. Business Growth: CRM, ERP, loyalitas, Environment Health Safety (EHS)

In order for the company to continue to survive, it requires a business development strategy that does not only focus on product expansion, but how the company can maintain relationships with customers. It has to do with CRM. Another thing is the ERP solution when the business starts become real.

ERP solutions are not only for the enterprise level, it’s also gaining popularity at the SME level because of the benefits. For example, purchasing raw materials, maintaining network with other companies, and managing job descriptions for workers.

The objectives of CRM and ERP are interrelated for the development of the company’s business, there are also other supporting elements that startups should take seriously. Here are the players who focus on business development services:

  • CRM:
    – Jala.ai
    – Qontak
    – Majoo
    – Digiresto
    – Smartlink
    – Jojonomics
  • ERP:
    – Runsystem
    – Esensi Solusi Buana (ESB)
    – Genie
  • Loyalitas:
    – TADA
  • Environment Health Safety (EHS):
    – Nimbly

F. Logistics: Transportation management, warehouse, warehouse management system (WMS), 3PL aggregator, last mile logistics

Logistics is essential for the MSME business as it’s going digital related to service to consumers. Moreover, Indonesia’s logistics issues are still a handful. Various logistics players who are specialists in their respective fields offer solutions for MSMEs:

  • Manajemen transportasi:
    – Mile.app
    – Advotics
    – Waresix
    – Kargo
  • Pergudangan:
    – Shipper
    – Crewdible
    – Pakde
    – LODI
  • Warehouse management system (WMS):
    – Jubelio
    – Genie
    – Mile.app
    – Anchanto
    – Advotics
    – Waresix
    – Pakde
  • 3PL agregator:
    – Shipper
    – Paket.id
  • Supply chain:
    – Ula
  • Last mile logistics:
    – Paxel
    – Ninja Express
    – SiCepat
    – Anteraja
    – JNE
    – TIKI
    – Pos Indonesia
    – Wahana

G. Legal

As the MSMEs getting more developed, it requires preparation for legality in order to become a legal entity. However, as the legal language is difficult for common people to understand, the existence of startups in this field to provide assistance is needed. The startups in this segment are:

– Legalku
– Lexar
– Izin.co.id
– HukumOnline

H. Software/IOT

MSMEs are not always about businesses engaged in services or trade, but also fisheries, livestock, and others that need digital solutions to help develop their businesses. Generally, the solutions presented for this sector are in the form of smart devices powered by IoT. This tool operates many tasks, one of which is to provide automatic feed for a successful harvest in the future. The players in this sector are:

– eFishery
– Jala.ai


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Foto header: Depositphotos.com