PasarMIKRO Dapat Pendanaan Baru dari Investor Berdampak DEG dan Ceniarth

Startup agritech PasarMIKRO mendapat pendanaan baru dari dua institusi yang berfokus pada investasi berdampak, yakni DEG dan Ceniarth LLC. Tidak disebutkan nominal investasi yang diterima.

Sebelumnya, PasarMIKRO mengantongi putaran pendanaan awal sebesar $2,5 juta (sekitar Rp39,3 miliar) pada November 2022, yang dipimpin oleh Trihill Capital dengan partisipasi 1982 Ventures, Genting Ventures, Resolution Ventures, Gayo Capital dan Rabo Foundation.

Dalam keterangan resminya disebutkan bahwa pendanaan ini disepakati oleh DEG dan PasarMIKRO melalui perjanjian Upscale selama lima tahun. Adapun, kucuran investasi dari DEG dan Ceniarth disebut merefleksi komitmennya untuk mendorong dampak berkelanjutan bagi sektor pertanian di Indonesia. 

Diketahui, DEG adalah perusahaan pembiayaan terkemuka di Eropa yang membantu pelaku usaha di sektor berdampak di negara-negara berkembang untuk tumbuh. Sementara, Ceniarth LLC adalah yayasan milik Isenberg Family yang juga berinvestasi pada solusi berdampak dan berfokus masyarakat yang terpinggirkan.

Secara umum, keduanya investor berbagi visi dan misi untuk memperkuat usaha petani kecil, nelayan, dan pedagang di Indonesia sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya dengan memanfaatkan teknologi.

Head of Investment Ceniarth Stefan Freeman mengungkap, “platform PasarMIKRO memiliki potensi untuk mengubah kehidupan para petani, nelayan, dan pedagang, dan memungkinkan mereka untuk berkembang dan berkontribusi terhadap ekonomi berkelanjutan. Kami yakin kolaborasi ini akan berdampak jangka panjang dan memberikan perubahan positif bagi masyarakat yang terpinggirkan di Indonesia.”

Skala operasi

PasarMIKRO akan memanfaatkan investasi ini untuk memperluas layanan trade and trade finance serta memperkuat jaringan petani kecil, nelayan, dan pedagang. Investasi ini juga akan digunakan untuk meningkatkan skala operasionalnya dan mengembangkan solusi inovatif untuk mengatasi tantangan unik yang dihadapi oleh petani kecil dan pedagang di Indonesia.

PasarMIKRO adalah platform perdagangan komoditas dan layanan keuangan untuk pelaku usaha di sektor pertanian. Melalui platform ini, para petani maupun pedagang mendapat akses untuk melakukan transaksi hingga pembayaran.

Beberapa fitur yang disediakan bagi pelaku usaha di antaranya adalah pembukuan digital dan fitur untuk fungsi pelacakan informasi terkait komoditas langsung dari para petani. Fitur ini dibangun untuk mendukung transparansi dan akuntabilitas di seluruh rantai pasokan.

Co-Founder dan CFO PasarMIKRO Hugo Verwayen mengaku, “komitmen investasi dari kedua investor yang mengutamakan dampak sejalan dengan misi kami untuk memberdayakan masyarakat terpinggirkan di sektor pertanian. Kemitraan ini akan memungkinkan kami untuk memperkuat upaya dan menjangkau lebih banyak petani kecil, nelayan, dan pedagang,” ujarnya.

Berdasarkan informasi yang dihimpun di situs resminya, PasarMIKRO telah memiliki sebanyak 1387 petani, pemasok, dan pedagang terdaftar dengan total nilai perdagangan Rp226 miliar dan Rp188 miliar telah disalurkan ke petani. PasarMIKRO memperdagangkan sembilan komoditas, termasuk telur, beras, dan kopi.

Dalam pemberitaan sebelumnya, PasarMIKRO menargetkan dapat mencapai nilai transaksi kotor tahunan lebih dari $300 juta dan 10.000 pengguna pada akhir 2023. Diketahui, PasarMIKRO berawal dari proyek percontohan di Blitar.

CEO Pertamina NRE Dannif Danusaputro Paparkan tentang Energy Fund

Energy Fund, dana kelolaan bentukan PT Pertamina (Persero) melalui Subholding Power & New Renewable Energy (NRE), siap diinvestasikan ke startup tahap lanjut pada 2024. Perusahaan kini tengah mematangkan pendirian dana kelolaan tersebuttermasuk komitmen nilai investasinya.

Sekadar informasi, Energy Fund adalah satu dari tiga dana kelolaan yang telah diluncurkan oleh Kementerian BUMN pada September 2022, dan disepakati melalui penandatanganan Head of Agreement (HoA). Energy Fund nantinya akan dikelola oleh MDI Ventures.

Dalam wawancara dengan DailySocial.id, CEO Pertamina NRE Dannif Danusaputro mengungkap Energy Fund sedang dalam tahap pendirian untuk memastikan proses administrasi dan tata kelolanya sesuai. Ia juga memastikan Pertamina belum melakukan investasi apapun ke startup hingga saat ini.

“Kami menunggu proses fund establishment selesai dengan komitmen dan tesis investasi yang direncanakan. Pertamina NRE mengestimasi deployment [Energy Fund] terealisasi pada 2024. Pada saat initial closing, Pertamina NRE masih bertindak sebagai Limited Partner (LP) utama. Namun, kami juga membuka akses terhadap LP lain untuk berinvestasi melalui Energy Fund ini,” tutur Dannif.

Pihaknya belum dapat mengungkap nilai investasi yang disiapkan dan perkiraan ticket size. Namun, Energy Fund membidik startup tahap pertumbuhan (growth stage) dan lanjutan (later stage). Ini menunjukkan bahwa Pertamina NRE mengutamakan startup yang telah memiliki sumber pendapatan, dan tidak mengincar startup dengan ide/produk yang masih diinkubasi.

Pertamina NRE diketahui kini tengah mengeksplorasi dan memproduksi sumber energi terbarukan (EBT) dengan cakupan usaha meliputi wilayah kerja geothermal, pembangkit listrik panas bumi, pembangkit listrik tenaga gas, dan pengembangan EBT.

Dannif menambahkan, terlepas dari situasi bubble yang menghantam industri teknologi sejak beberapa tahun terakhir, saat ini justru menjadi momentum yang tepat bagi perusahaan untuk melirik kembali ekosistem startup. Ia meyakini masih ada pertumbuhan di sektor teknologi.

“Upaya transisi energi tidak dapat dilakukan pemerintah dan korporasi saja, ekosistem juga dibutuhkan. Kami percaya investasi di perusahaan rintisan teknologi dan inovasi di sektor EBT akan mendukung pembentukan ekosistemnya dan mempercepat mempercepat transisi energi di Indonesia,” tambahnya.

Solusi rendah karbon hingga panel surya

Ada tiga kriteria utama yang diincar Pertamina NRE—juga diselaraskan dengan pilar bisnisnya—antara lain solusi rendah karbon, energi terbarukan, dan bisnis baru (new and future business). Prioritasnya, startup di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara dengan pengembangan ke pasar Asia, Eropa, Amerika Serikat, dan Australia.

Terkait inovasi, Energy Fund akan diinvestasikan ke startup yang menggarap solusi/produk yang berkaitan dengan ekosistem kendaraan listrik (EV) dan baterai, teknologi clean hydrogen, konservasi energi, panel surya, waste dan EBT, hingga energy audit platform.

Sebetulnya, ungkap Dannif, saat ini Pertamina tengah mengembangkan produk baru untuk mengebut transisi energi. Beberapa di antaranya adalah perdagangan karbon kredit, hidrogen bersih, serta ekosistem baterai dan EV. Sementara, bisnis berbasis EBT yang sudah beroperasi saat ini adalah energi panas bumi (Pertamina Geothermal Energy) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

Lewat dana kelolaan ini, pihaknya berharap dapat bersinergi dengan pelaku startup cleantech agar dapat mencapai efisiensi biaya operasi (cost efficiency), sumber pendapatan baru, hingga kolaborasi go-to-market. Sinergi ini dapat melengkapi kapabilitas masing-masing, baik pasar baru di lingkungan Pertamina maupun ekosistem BUMN.

“Perkembangan inovasi dan ekosistem EBT di Indonesia bisa dibilang cukup pesat meski startup yang berkecimpung di bidang masih di fase inkubasi dan tahap awal. Maka itu, sinergi dengan startup cleantech diperlukan untuk mengakses ke teknologi dan inovasi mereka,” ungkapnya.

Potensi energi terbarukan (EBT) di Indonesia tercatat mencapai lebih dari 3.000 GW. Dalam rangka transisi energi, Indonesia memerlukan teknologi dan inovasi baru untuk mengembangkan dan mendayagunakan potensi tersebut.

Kendati begitu, upaya transisi energi terhambat oleh sejumlah faktor, di antaranya akses ke pembiayaan yang kompetitif dan teknologi, pendanaan untuk pengembangan tahap awal, serta kapabilitas sumber daya manusia.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, bauran EBT baru mencapai 14,11% pada 2022, naik sedikit dari tingkat bauran di tahun sebelumnya yang sekitar 13,65%. Mayoritas bauran energi primer pembangkit listrik masih berasal dari batu bara dengan persentase 67,21%.

Ekosistem cleantech

Isu lingkungan, kebutuhan terhadap praktik bisnis berkelanjutan, dan permintaan pasar ikut mendorong kebangkitan ekosistem startup teknologi bersih (cleantech) di Indonesia yang ingin terlibat dalam upaya transisi energi, pengelolaan sampah, hingga dekarbonisasi.

Berdasarkan laporan teranyar New Energy Nexus Indonesia berjudul “Clean energy technology startups in Indonesia: How the government can help the ecosystem”, terdapat sekitar 300 startup cleantech di Tanah Air. Dari survei terhadap 50 startup cleantech Indonesia, laporan ingin merangkum sejumlah kendala terkait pengembangan produk dan bisnis di sektor tersebut.

Kendala finansial menjadi salah satu batu sandungan besar yang cukup disoroti. Laporan ini menyebutkan kendaraan investasi milik negara, baik Corporate Venture Capital (CVC) maupun dana kelolaan, masih fokus berinvestasi di sektor besar, seperti fintech, e-commerce, dan logistik.

Dalam temuannya, tiga CVC besar yang beroperasi saat ini, yakni MDI Ventures, MCI Ventures, dan BRI Ventures, belum memiliki rekam jejak portofolio di sektor cleantech. Selain itu, dana kelolaan khusus di sektor energi yang akan diluncurkan juga dinilai belum memiliki komitmen investasi dan implementasi yang jelas.

Sumber: New Energy Nexus Indonesia

Laporan ini merekomendasikan agar pemangku kepentingan terkait dapat menjembatani fasilitas pinjaman bank lewat skema venture debut atau pinjaman lunak untuk startup cleantech tahap lanjutan (later stage). Dukungan finansial dari pemerintah daerah juga diperlukan.

Grup Astra Resmi Jadi Pemilik Sah OLX

Kepemilikan saham OLX Classifieds kini resmi telah berpindah tangan 100% ke PT Astra International Tbk (IDX: ASII). Perusahaan konglomerasi ini mengumumkan telah menyelesaikan akuisisi PT Tokobagus, entitas yang mengoperasikan platform iklan baris digital OLX Classifieds.

Dalam keterangan resminya, Jumat (11/8), Grup Astra mencaplok OLX melalui dua anak usahanya PT Astra Digital Mobil yang menguasai 99,98% saham OLX dan PT Astra Digital Internasional sekitar 0,02%. Tidak diungkap berapa nilai kesepakatan akuisisi tersebut.

Direktur Astra Gidion Hasan mengatakan OLX punya basis pengguna dan ekuitas merek yang kuat. Posisinya sebagai pionir iklan baris digital dinilai akan menjadi pilihan utama masyarakat di Indonesia. “Akuisisi ini diharapkan akan melengkapi ekosistem digital Grup Astra yang sudah ada, mendorong inovasi, serta memenuhi kebutuhan pelanggan,” ujarnya dikutip dari Bareksa.com.

Sementara, CEO OLX Grup Lydia Ventura Paterson menambahkan, “kami yakin platform iklan baris digital OLX berada di tangan yang tepat, dan Astra akan membawa iklan baris digital OLX ke tingkat yang lebih tinggi.”

Perusahaan juga mengumumkan debut OLX dengan identitas barunya pasca-akuisisi di ajang GIIAS 2023. Di sana, OLX akan hadir sebagai Trade-In Partner yang berkolaborasi dengan Astra Financial.

Astra diketahui tengah menggenjot potensi jual-beli mobil bekas, salah satunya melalui anak usahanya Astra Digital Mobil yang menaungi platform mobbi (sebelumnya bernama mo88i). Aplikasi mobbi telah terintegrasi dengan ekosistem Grup Astra, termasuk ACC group, Toyota Astra Financial Services, Asuransi Astra Buana, dan AstraPay.

Mobil bekas

Hingga saat ini, penjualan mobil bekas masih banyak diminati oleh masyarakat indonesia. Angka penjualannya bahkan ditaksir lebih tinggi sekitar 1,5 juta per tahun dari penjualan unit mobil baru yang berkisar 1 juta unit.

Penyedia marketplace online mobil bekas pun telah menghadirkan showroom fisik untuk meningkatkan pengalaman pengguna, mengingat pembelian mobil tetap memerlukan pengecekan fisik.

Masuknya Astra ke dalam persaingan jual-beli mobil bekas akan menambah persaingan di sektor ini bersama sejumlah pemain existing, termasuk Carro, Carsome, Moladin, dan Broom.

Menurut laporan Industry Research, nilai pasar mobil bekas di dunia ditaksir sebesar $810,5 miliar pada 2022. Angka tersebut diestimasi naik menjadi $$1.093 miliar pada 2028 dengan tingkat pertumbuhan 5,12% per tahun.

Pimpin Transformasi Digital Kalbe Farma, Risman Adnan Eksplorasi Inovasi Kemanusiaan

“Bagi saya, industri kesehatan lebih beresonansi karena dampaknya sangat luas terhadap masyarakat. Business nature-nya tidak balapan seperti industri lain, karena kita punya waktu panjang untuk berinovasi.”

Risman Adnan tidak sepenuhnya meninggalkan industri teknologi setelah hampir dua dekade berkarier di sana. Selepas Microsoft dan Samsung, Risman melakukan transisi karier signifikan dengan bergabung ke PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) pada Januari 2023. Masih dalam pusaran elemennya, ia tertantang mentransformasi digital salah satu perusahaan farmasi terbesar Indonesia ini untuk go global.

Transformasi digital, ungkapnya, adalah sebuah maraton inovasi dengan proyeksi ROI jangka panjang. Yang terjadi saat ini, banyak perusahaan go digital, tetapi hanya diartikan sebagai another IT. Lalu, peta jalan apa yang dipersiapkan Risman untuk membawa Kalbe Farma ke tingkat global?

Transformasi Kalbe

Risman didapuk sebagai Corporate Digital Technology Director di Kalbe Farma, berperan mendorong inovasi pada bisnis existing dan mengeksplorasi peluang baru secara bersamaan. Untuk menjalankan dua fungsi itu, Kalbe Farma membentuk divisi Corporate Digital Technology (CDT) yang dipimpin olehnya.

CDT kembali terbagi dalam dua divisi besar, yakni Kalbe Digital University (KDU) untuk pembelajaran berkelanjutan di bidang teknologi; dan Kalbe Digital Lab (KDL) untuk pengembangan inovasi maupun riset. KDL akan membantu unit bisnis di Kalbe Farma untuk menghadirkan fitur/layanan atau komersialisasi ide/inovasi berdasarkan riset yang dilakukan.

Sebagai informasi, saat ini Kalbe Farma menaungi berbagai lini bisnis kesehatan dari hulu ke hilir, mulai dari pembuatan obat, produk kesehatan, klinik, hingga distribusi. Kalbe Farma juga memiliki layanan berbasis digital, seperti KlikDokter (telemedis), Mostrans (logistik), dan EMOS (distribusi).

(Ki-ka) Aplikasi mobile EMOS, KlikDokter, dan Mostrans / Sumber: situs resmi

“Melewati lebih dari 50 tahun, apa langkah selanjutnya untuk bertahan sebagai perusahaan kesehatan terbesar di Asia Tenggara? Kalbe sudah mulai ekspansi ke luar Indonesia. Namun, untuk mengikuti regulasi yang lebih advanced, ternyata butuh teknologi yang lebih efisien. Kami harus mempersiapkan tech value agar dapat bersaing di lokal, regional, dan global. Kalbe punya R&D yang mengikuti inovasi  dari hulu ke hilir,” jelasnya saat berbincang dengan DailySocial.id.

Ia mengaku saat ini tengah fokus menggarap peta jalan transformasi serta membangun kapabilitas dan jumlah timnya di CDT. Fokusnya tak mencari pro-hire, melainkan lulusan baru yang dapat di-nurture talentanya sejak awal.

“Di Indonesia, bicara pengalaman orang, itu pasti praktikal, tidak punya pemahaman fundamental. Mereka hanya familiar dengan tools atau framework. Mudah dilatih, tetapi fundamentalnya susah dibangun. Orang dengan pengalaman praktikal tidak akan membawa inovasi. Kalau mau invonasi harus  sering baca paper atau riset akademis.”

Life science dan logistik

Risman mengamati banyak perusahaan bertransformasi digital, tetapi baru sebatas pada tahap eksperimental. Layanan digital masih diamini sebagai bisnis tambahan yang memanfaatkan teknologi dan perilaku konsumen. Ia mengaku digital mindset menjadi tantangannya untuk mentransformasi ribuan karyawan.

“Apa itu inovasi? Apakah merujuk pada hasil sebelumnya, standar industri, atau riset akademis? Bisa banyak. Di Samsung, inovasi itu mengacu pada ‘what you can do in term of product features and capabilities that your competitor can’t do’. Di Kalbe, inovasi adalah ‘what we can do better compare to before‘. Misalnya, inovasi tahap lanjut demi kemanusiaan, tidak didorong oleh kompetisi,” ujar Risman.

Risman menyebutkan dua area besar yang akan menjadi prioritas pengembangan inovasinya tahun ini, yakni life science (berkaitan dengan makhluk hidup serta distribusi dan logistik. Pada fokus pertama, ia tengah mendalami studi mengenai genomik dan patologi, turut didukung dengan pemanfaatan teknologi AI.

“AI punya dua bidang besar, yakni computer vision dan NLP—ya termasuk juga robotic automation. Ini penting karena berkaitan dengan intelegensi manusia. Kita sedang eksplorasi ketiga kompetensi ini untuk genomik dan patologi. Di lini distribusi, saya banyak habiskan waktu di Enseval dan BioFarma (mitra) untuk belajar dan bantu pengembangan produk digital. Secara garis besar, kami sedang fokus diferensiasi lini digital, termasuk aplikasi, layanan, dan digital biology.”

Ia mengungkap tengah menginkubasi produk genomik. Sedikit informasi, genomik adalah studi tentang genom sebuah organisme. Pemeriksaan genomik diyakini dapat menjadi alternatif perawatan preventif  karena dapat mengetahui risiko penyakit hingga pengobatan yang tepat seseorang. Terlepas manfaatnya, ujarnya, butuh waktu lama untuk menginkubasinya menjadi sebuah produk.

“Alat [untuk ambil sample] sudah ada. Namun, apakah sudah optimal digunakan sesuai teknologi sekarang? Sistem paling kompleks ada pada tubuh manusia karena terdapat sel, kromosom, dan DNA. Terdapat jalinan protein yang meregulasi tubuh kita. Mulai banyak yang masuk ke sini sekarang. Bisa mengetahui, kalau sakit, bagusnya pengobatan bagaimana. ”

Venture builder

Belakangan, perusahaan skala besar telah melirik pengembangan inovasi atau model bisnis baru melalui partisipasi investasi, mulai dari telekomunikasi, keuangan, hingga industri kreatif. Risman mengungkap berinvestasi di perusahaan teknologi tidak selalu menjadi pilihan tepat. Dalam kasus Kalbe, contohnya, investasi bukan menjadi hal menarik jika melihat skala perusahaan.

Pihaknya kini tengah mengeksplorasi model venture builder yang dinilai lebih menarik untuk pengembangan inovasi di luar lingkungan Kalbe. Menurutnya, bisa jadi venture builder itu menjadi jalan pembuka untuk bermitra dengan pihak di luar negeri.

“Kami masih pelajari apakah [venture builder] cocok untuk perusahaan, seperti Kalbe. Dengan mindset dan kultur kerja baru, mungkin saja inovasi yang diinkubasi sebelum pilot sampai komersialisasi, dapat dibantu dengan venture builder. Kalau sebatas investasi, itu bukan hal yang menarik untuk Kalbe. Digital itu masih sulit untuk menghitung valuasinya,” ungkapnya.

Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah mencari founder, yang tidak hanya menghasilkan ide, tetapi juga mampu mengeksekusinya dan meningkatkan skala bisnisnya sehingga bisa mencapai profitabilitas. “Jadi, kami harus mencari bentuk yang pas untuk masuk ke korporasi. Bring and scale ideas.”

Perang algoritme

Di tengah ledakan data internet, pelaku bisnis dituntut untuk lebih memahami kebutuhan customernya. Pasar dapat berubah dengan cepat, sedangkan masyarakat menginginkan pelayanan yang lebih personal.

Berkaca dari perkembangan industri teknologi selama satu dekade terakhir, Risman menilai bahwa pengembangan aplikasi sudah tidak lagi relevan untuk bersaing di masa depan. Justru algoritme akan menjadi faktor kunci dalam memenangkan pasar.

Ia mencontohkan raksasa e-commerce dunia Amazon yang membangun algoritme untuk memperkuat kata pencarian produknya. Algoritme ini menjadi salah satu kekuatan Amazon untuk bersaing di pasar.

Pada layanan e-commerce, algoritme dapat dimanfaatkan pada use case lain, misalnya meningkatkan pengalaman belanja, memprediksi next purchase date, atau memperkirakan kapan stok barang penjual akan habis. 

“Saya rasa sekarang kita berada di fase equilibrium pada pengembangan layanan digital lewat aplikasi, API, atau database. Selanjutnya apa? Customer intelligence, intelligence service, dan data analytic di dalam aplikasi. Membuat aplikasi itu mudah, yang sulit adalah merancang user experience dengan fitur intelegensi,” tuturnya.

The real war selanjutnya adalah diferensiasi terhadap algoritme untuk meningkatkan pengalaman customer. Namun, menurutnya, kemampuan di Indonesia belum sampai di level intelligence experience karena membutuhkan level matematika yang lebih tinggi.

Gambaran Umum Ekosistem Startup Cleantech di Indonesia

New Energy Nexus Indonesia mengulas perkembangan ekosistem teknologi bersih (cleantech) di tanah air melalui laporan terbarunya berjudul “Clean energy technology startups in Indonesia: How the government can help the ecosystem”.

Laporan ini menggali sejumlah tantangan yang dihadapi oleh pelaku startup terkait pengembangan teknologi bersih, operasional, hingga sumber pendanaan berdasarkan hasil survei terhadap 50 startup cleantech di Indonesia. Perlu dicatat, dari 50 responden yang disurvei, hanya 42 startup yang masih hidup, sisanya tidak lagi beroperasi hingga laporan ini dirilis. Selain itu, kebanyakan responden menduduki posisi C-level (84%) dan beroperasi di wilayah Jawa.

Saat ini, pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya tengah mendorong upaya transisi energi untuk mencapai target tersebut. Namun, transisinya kurang berjalan cepat di mana bauran energi terbarukan (EBT) secara nasional baru mencapai 12,3% dari target 23% di 2025.

Maka itu, pengembang teknologi bersih dikatakan dapat membantu mengakselerasi tercapainya target net-zero emission (NZE) yang ditetapkan pemerintah Indonesia pada 2060. Selain itu, kemunculan startup cleantech juga dapat membuka potensi ekonomi. Sebagai ilustrasi, sektor teknologi hijau di AS tercatat telah menciptakan 3,2 juta lapangan kerja baru di 2021.

Ekosistem cleantech

Di Indonesia, kebangkitan startup hijau ini mulai terlihat dengan pertumbuhan investasi sebagai salah satu indikatornya. Berdasarkan data yang dihimpun, laporan ini menyebutkan terdapat 300 startup cleantech di tanah air, termasuk Xurya dan Swap Energi yang telah mencapai tahap pendanaan seri A.

New Energy Nexus Indonesia sebagai program akselerator untuk startup di segmen ini, telah mendukung 85 startup (termasuk non-cleantech) sejak 2019.

Menurut hasil survei, 52% dari total responden berbasis di kota tier 1. Namun, survei menunjukkan bahwa startup cleantech berada di luar kota tier 1 dengan tingkat pertumbuhan 48% pada periode 2017-2022, mengindikasikan pelaku usaha di bidang ini mulai tumbuh.

Sementara, 42 startup cleantech yang masih beroperasi relatif memiliki runway yang pendek. Sebanyak 22 di antaranya hanya mampu bertahan operasi selama 1-6 bulan sebelum kehabisan modal, sedangkan 11 startup mengklaim punya runway lebih dari 1 tahun. Temuan ini menjadi isu penting mengingat startup idealnya harus punya runway minimum 18 bulan.

Sumber: New Energy Nexus Indonesia

Kemudian, 64% responden yang masih beroperasi mengaku berada di fase ideation/prototyping atau pilot (testing kepada mitra/pengguna). Sementara, responden yang berhenti beroperasi kebanyakan gagal di tahap awal.

Sumber: New Energy Nexus Indonesia

“Sebagian besar responden menyebut bahwa sumber pendanaan mereka kebanyakan berasal dari kantong pribadi founder-nya. Temuan ini konsisten dengan hasil interview pelaku startup cleantech yang mengaku mengalami kendala dalam mencari pendanaan eksternal dan akhirnya beralih ke bootstrapping. Mereka juga bergantung pada dana hibah dan inkubator untuk mendukung operasionalnya,” demikian tulis laporan ini.

Investasi dan dukungan regulasi

Pemodal ventura (VC) cenderung berinvestasi di fintech, tetapi sektor lain— SaaS, F&B, dan transportasi—juga memperoleh investasi yang signifikan. Dari hasil interview dengan Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (AMVESINDO), regulasi menjadi faktor utama penghambat investasi di cleantech.

AMVESINDO mengatakan bahwa kebijakan atau kerangka regulasi yang ada saat ini kurang mendukung adopsi EBT, teknologi untuk efisiensi energi, hingga kendaraan listrik. Alhasil, investor pun kurang tertarik berinvestasi karena minat pasar terhadap produk/solusi cleantech di Indonesia masih relatif rendah.

Sumber: New Energy Nexus Indonesia

Beberapa contoh investasi VC dalam negeri di sektor ini adalah East Ventures dan Saratoga ke pengembang panel surya Xurya. Di samping itu, Kejora Capital juga menyuntik pendanaan ke Swap Energi, pengembang baterai tukar (swap battery) untuk kendaraan listrik.

“Tak cuma soal minat pasar, investor juga melihat ekosistem startup cleantech tak banyak memiliki founder dan tim yang cakap sehingga ini menahan mereka untuk berinvestasi di sektor ini.”

Ditanya tentang insentif pemerintah terhadap startup cleantech, responden lebih menyoroti kebutuhan pendanaan. Sementara, bagi inkubator, akselerator, dan venture builder, insentif seperti kerangka regulasi yang mendukung cleantech, akses pendanaan untuk R&D, kemudahan memperoleh izin usaha dan sertifikasi, akan memberikan dorongan motivasi lebih.

Demikian juga insentif pengurangan pajak bagi perusahaan yang mendukung adopsi energi bersih, akses ke pasar, hingga peluang pengadaan publik untuk produk dan layanan buatan startup cleantech.

Kendati begitu, laporan ini menemukan sebagian besar startup cleantech yang disurvei justru belum memanfaatkan insentif yang diberikan pemerintah. Hal ini dikarenakan kurangnya awareness dan gaung informasi terkait insentif kepada pelaku startup, serta kompleksnya proses pengajuan dan persyaratan administrasi yang harus dipenuhi.

Temuan dari survei ini mengindikasikan kurangnya engagement antara pelaku startup cleantech dan pemerintah. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh terbatasanya pengetahuan dan pemahaman pemerintah tentang ekosistem startup cleantech.

Rekomendasi

Dalam rangkuman akhir, laporan ini memaparkan beberapa rekomendasi untuk mengatasi berbagai tantangan di sektor cleantech. DailySocial.id merangkum sebagian di antaranya:

Kendala pendanaan

  • Pendanaan dalam bentuk dana hibah sering kali harus melalui acara seremonial dan tidak mendukung upaya startup meningkatkan skala bisnisnya.
  • VC milik negara belum memiliki opsi investasi ekuitas untuk startup cleantech.
  • Energy fund yang baru dibentuk tidak memiliki komitmen dan implementasi pendanaan yang jelas.
  • Startup cleantech sulit berinovasi karena terbatasnya akses ke dana R&D pemerintah.
  • Rendahnya kolaborasi antara startup cleantech dan universitas untuk R&D.

Rekomendasi

  • Program hibah disesuaikan dengan tahapan pengembangan startup, dan memastikan dana hibah ini berkontribusi pada pertumbuhan startup dengan menekankan pada publikasi intensif.
  • Mengkatalisasi investasi dari pihak swasta ke startup cleantech lewat dana pemerintah dan VC milik negara.
  • Menjembatani fasilitas pinjaman bank lewat skema venture debut atau pinjaman lunak untuk startup cleantech tahap lanjutan (later stage)
  • Pemerintah daerah perlu memberikan dukungan finansial kepada startup cleantech.

Kendala kebijakan

  • Kualitas regulasi rendah dan penegakan hukum di sektor energi masih lemah
  • Persyaratan modal minimum terbilangtinggi untuk mendirikan VC dengan struktur dana ventura yang tidak fleksibel.

Rekomendasi

  • Memperkuat kebijakan energi dan penegakannya untuk mendukung permintaan terhadap solusi cleantech.
  • Mengurangi persyaratan modal minimum, misalnya mengadopsi model corporate venture capital (CVC) yang memungkinkan struktur investasi lebih fleksibel.

Optimasi Operasional, Bukalapak PHK Karyawannya

PT Bukalapak.com Tbk (IDX: BUKA) melakukan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada karyawannya sejak akhir Juli 2023. Pertama kali dilaporkan oleh Tech in AsiaBukalapak memangkas karyawan mereka dari divisi layanan pelanggan, Mitra Bukalapak, hingga engineering.

Ini jadi gelombang kedua, setelah sebelumnya perusahaan juga melakukan efisiensi (100-an) jumlah pegawai pada tahun 2019 lalu.

Dihubungi DailySocial.id, perwakilan Bukalapak menolak memberikan detail terkait alasan PHK dan jumlah karyawan yang terdampak. Pihaknya menyatakan bahwa perusahaan kini tengah melakukan optimasi operasional dan terus melakukan evaluasi terhadap kinerjanya.

Senior Vice President of Talent Bukalapak Suryo Sasono mengungkap bahwa evaluasi ini ditindaklanjuti dalam bentuk rencana perubahan di berbagai area, termasuk aspek produk, teknologi, proses, dan kebutuhan sumber daya. 

“Bukalapak senantiasa melakukan evaluasi terhadap kinerja kami agar dapat memenuhi kebutuhan para pengguna kami dengan lebih baik serta mengoptimisasi hal-hal operasional kami. Dalam pelaksanaannya, segala perubahan memiliki tantangannya tersendiri, tapi kami percaya hal ini diperlukan untuk memastikan keberlanjutan bisnis kami dalam jangka panjang,” tulis Suryo, Rabu (9/8).

Berdasarkan laporan keuangan di semester I 2023, Bukalapak mengalami rugi bersih sebesar Rp389,27 miliar, anjlok dari pencapaian laba bersih senilai Rp8,59 triliun di periode sama tahun lalu. Sementara, pendapatannya naik 28,9% menjadi Rp2,18 triliun dibanding semester I 2022.

Dalam pernyataan resminya baru-baru ini, Presiden Bukalapak Teddy Oetomo mengungkap bahwa, “kami sangat puas dengan hasil kinerja ini karena kami dapat mempertahankan pertumbuhan pendapatan yang kuat dan peningkatan menuju profitabilitas di semua segmen kami, sambil tetap menjaga kondisi keuangan yang kuat. Maka itu, kami tetap yakin untuk tetap mengacu pada proyeksi kami dalam mencapai keuntungan pada akhir tahun dengan basis adjusted EBITDA.”

Hingga semester I 2023, DailySocial.id mencatat lebih dari sepuluh perusahaan teknologi di Indonesia melakukan perampingan organisasi melalui PHK. Jumlah PHK terbesar diambil oleh dua perusahaan e-commerce, yakni GoTo sebanyak 600 karyawan dan Shopee Indonesia sebanyak 500 karyawan.  

Keputusan PHK ini ditempuh dalam rangka mendorong efisiensi bisnis dan mengejar profitabilitas yang solid di tengah situasi makro ekonomi yang tidak menentu.

Application Information Will Show Up Here

GORO Peroleh Pendanaan Pra-Awal Senilai Rp15,2 Miliar Dipimpin Iterative

Platform marketplace investasi properti GORO memperoleh pendanaan pra-awal sebesar $1 juta (lebih dari Rp15,2 miliar) yang dipimpin oleh Iterative. Putaran ini juga didukung oleh sejumlah investor, termasuk XA Network, StashAway, dan Mike Broomell (CEO Colliers International Indonesia).

Melalui pendanaan ini, GORO berencana menambah jumlah timnya untuk memperkuat strategi akuisisi pengguna. Klaimnya, sejak resmi diluncurkan di awal 2023, GORO telah mengalami pertumbuhan sebesar 15% per minggu.

“Siapapun dapat berinvestasi di properti, tetapi terhalang oleh faktor keuangan dan prosedur yang kompleks. GORO berupaya untuk mengatasi tantangan tersebut, dan memampukan siapapun dan di manapun mereka untuk memiliki yield tinggi dari portofolio propertinya,” ungkap Co-Founder dan CEO GORO Robert Hoving dalam keterangan resmi.

GORO adalah platform marketplace yang memungkinkan pengguna berinvestasi di properti dalam bentuk pecahan mulai dari Rp10.000. Nilai dari properti tersebut akan dipecah dan dikonversi dalam bentuk token. Token properti yang dimiliki dapat dijual langsung tanpa proses yang kompleks kapan saja.

Adapun, pengguna dapat meraih imbal hasil dari pendapatan sewa bulanan dan capital appretiation atas penjualan properti. Model ini disebut memungkinkan pengguna untuk membangun portofolio properti yang beragam dan menguntungkan.

Sebagai contoh, dikutip dari situs resminya, apabila pengguna membeli 1% dari jumlah token sebuah properti, pengguna berhak atas 1% manfaat atau keuntungan yang dihasilkan dari properti tersebut, termasuk pendapatan sewa atau kenaikan nilai properti (capital gain).

General Partner Iterative Brian Ma, sekaligus Co-Founder proptech unicorn AS Divvy Homes mengaku bersemangat menjadi bagian dari perjalanan GORO. “Robert dan Andryan memiliki pemahaman yang menonjol terhadap pasar properti Indonesia. Kami menanti bekerja sama dengan mereka untuk mendemokratisasi kepemilikan properti dan berinvestasi ke investor di Asia Tenggara,” tambahnya.

Masuk ke pasar sekunder

Hoving melanjutkan, GORO akan masuk ke pasar properti sekunder agar memungkinkan likuiditas lebih lanjut bagi pengguna. Saat ini, GORO melayani pengguna di lebih dari 20 negara. “Kami nantinya akan memperluas ke kota-kota lain di Jakarta dan Bali, serta asset class lain.”

GORO adalah singkatan dari Gotong Royong, merefleksi komitmen perusahaan untuk membantu jutaan orang berinvestasi di properti. GORO menyebut portofolionya saat ini telah menghasilkan 11% dari imbal hasil pendapatan sewa kepada investor.

Pihaknya menilai saat ini sektor properti masih diminati investor karena risikonya lebih rendah dibandingkan investasi di pasar modal yang lebih volatil. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), total investor pasar modal tercatat sebanyak 10,3 juta di mana 58,7% berasal dari kalangan usia di bawah 30 tahun. Angka tersebut mengindikasikan generasi milenial dan Z yang mendominasi pasar modal, tengah aktif melihat peluang investasi lain.

Di sisi lain, sektor properti dinilai tidak likuid karena proses jual-beli sangat kompleks dan memakan waktu panjang. Harga properti juga bernilai tinggi. Di tengah situasi ekonomi makro dan inflasi, properti juga disebut sebagai salah satu aset yang dapat menawarkan imbal hasil stabil kepada pengguna.

Di Indonesia, ramai digitalisasi layanan di sektor properti. Tak lagi fokus pada di ranah property listingseperti Lamudi, tetapi juga masuk ke area lain yang masih relevan terhadap transaksi properti maupun pembangunannya. Misalnya, IDEAL mendigitalisasi proses pengajuan KPR dan Kabina yang menawarkan solusi untuk mensimplifikasi proses konstruksi bangunan.

Ayoconnect Pangkas 10% Karyawannya

Startup fintech Ayoconnect mengumumkan pemangkasan sebanyak 10% dari total karyawannya di Indonesia. Keputusan ini diambil perusahaan sebagai langkah antisipasi untuk menghadapi kondisi makro ekonomi dan upaya menuju profitabilitas.

“Keputusan ini  diambil untuk mengoptimalkan fungsi divisi dan struktur organisasi yang lebih ramping dan upaya mencapai tujuan di tahun 2023 untuk menciptakan bisnis yang menguntungkan dan berkelanjutan,” demikian pernyataan resmi manajemen Ayoconnect kepada DailySocial.id.

Ayoconnect memastikan bahwa kinerja pendapatannya dan permintaan pasar terhadap solusi Fintech as a Service (FaaS) tetap meningkat. Ke depannya mereka akan fokus mengembangkan produk-produk utama yang adaptif dan responsif terhadap kebutuhan pasar.

“Ayoconnect berkomitmen penuh untuk memberikan dukungan kepada karyawan yang terdampak selama masa transisi ini. Bantuan komprehensif ini termasuk pesangon yang sesuai, asuransi kesehatan untuk seluruh keluarga selama enam bulan, dan program penempatan guna membantu karyawan yang terdampak mencari peluang baru,” jelasnya.

Ayoconnect, sebelumnya bernama Ayopop, didirikan oleh Jakob Rost, Adi Vora, dan Chiragh Kirpalani pada 2016. Startup ini membangun solusi berbasis API untuk layanan pembayaran dan produk digital lain, serta API Full Stack untuk berbagai kebutuhan, seperti Open Finance, Bill API, dan Insight API.

Di sepanjang 2022, Ayoconnect telah mengumumkan dua putaran pendanaan. Pertama, perolehan pra-seri B senilai $15 juta (lebih dari Rp215 miliar) yang dipimpin Tiger Global pada akhir Januari 2022. Kedua, putaran seri B+ senilai $13 juta (ebih dari Rp460 miliar) yang dipimpin oleh SIG Venture Capital pada Oktober 2022. 

Sejak tahun lalu, aksi efisiensi startup di Indonesia masih terus berlanjut sebagai upaya menuju profitabilitas dan bisnis berkelanjutan. Di sektor fintech, pemangkasan karyawan juga dilakukan oleh Xendit, KoinWorks, hingga Fazz Financial. Xendit tak hanya melakukan PHK di Indonesia, tetapi juga di Filipina.

Adapun, permintaan terhadap solusi keuangan masih besar. Apalagi layanan keuangan memiliki faktor potensial untuk berkontribusi terhadap pertumbuhan startup maupun perusahaan. Berdasarkan riset Zion Market Research di 2023, nilai pasar Fintech-as-a-Service (FaaS) di dunia diproyeksikan sebesar $949 miliar di 2028 dengan CAGR 17% pada periode 2022 dan 2028. 

Social Commerce akan Jadi Sorotan di Pembaruan Aturan E-commerce Kemendag

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) mengungkap empat poin utama pada revisi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 50 Tahun 2020 yang akan diterbitkan dalam waktu dekat. Beberapa di antaranya akan mengatur perihal transaksi di platform social commerce dan larangan e-commerce menjadi produsen.

Hal ini disampaikan Zulhas di Kementerian Perdagangan (Kemendag) pada Selasa (1/8). “Kebijakan terbaru tersebut tengah dalam tahap harmonisasi di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) sejak 1 Agustus 2023. [Revisi] Permendag No. 50/2020 itu justru dari awal kita ambil inisiatif, tetapi pembahasannya antarkementerian,” ucapnya diberitakan oleh Bisnis.com.

Perlu diketahui, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 50 Tahun 2020 memuat Ketentuan Perizinan Usaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik. Revisi ini dilakukan salah satunya untuk melindungi pelaku UMKM dalam negeri.

Berikut keempat poin utama revisinya:

    1. Larangan e-commerce jadi produsen.
      Pemerintah akan melarang Pelaku Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE), baik e-commerce maupun social commerce, untuk menjual produk sendiri atau sebagai wholesaler. Zulhas menilai aturan ini akan menciptakan keadilan dan kompetisi pasar yang sehat bagi pelaku UMKM.
    2. Kebijakan social commerce.
      Tren transaksi belanja online melalui platform media sosial mendorong pemerintah untuk memasukkannya sebagai salah satu PMSE. Nantinya, aturan baru ini akan memuat definisi mengenai social commerce. Adapun, platform social commerce yang dimaksud, misalnya TikTok Shop, Instagram, dan Facebook Marketplace.
    3. Pajak transaksi social commerce.
      Selain mendefinisikan social commerce, pemerintah juga akan mengenakan pajak pada setiap transaksi di platform ini. Pemberlakuan pajak dipicu oleh banyaknya produk yang dijual sangat murah di platform seperti TikTok, dan produk-produk ini belum dikenakan pajak.
    4. Larangan jual produk impor murah.
      Terakhir, pemerintah akan melarang produk impor di bawah Rp1,5 juta per unit yang diperdagangkan dan dikirim langsung ke Indonesia oleh penjual dari luar negeri (cross border).

Perhatian pada social commerce

Menurut data yang dihimpun oleh Statista, gross merchandise value (GMV) yang dibukukan oleh bisnis social commerce di Indonesia pada 2023 akan mencapai $8,22 miliar. Diproyeksikan akan terus bertumbuh mencapai $22,13 miliar pada 2028 mendatang.

Peluang besar ini dilatarbelakangi penetrasi media sosial yang cukup besar di Indonesia. Ditambah para pengembang platform kini membubuhkan fitur jual-beli yang lebih terintegrasi (termasuk dengan sistem pembayaran dan logistik), sehingga memudahkan konsumen akhir dan merchant untuk bertransaksi.

Beleid baru ini juga hadir sesaat setelah ramai tentang Project S dari TikTok. Pada intinya, melalui proyek ini TikTok akan memaksimalkan platformnya untuk menjual barang-barang yang diproduksi (atau dikelola) sendiri kepada para penggunanya.

Alih-alih sebagai perantara, di sini TikTok akan bertindak menjual barang yang disuplai sendiri. Dianggap mengancam UMKM, karena dengan basis data yang dimiliki (dari data transaksi TikTok Shop), mereka bisa mendapatkan insight penting tentang tren dan kebutuhan pasar (untuk menunjang proses produksi). Sebagai informasi, sepanjang 2022 TikTok Shop berhasil mencatat transaksi $4,4 miliar, naik 4x lipat dari tahun sebelumnya.

Salah satu poin yang menjadi sorotan di aturan baru e-commerce adalah larangan pemilik platform untuk ikut berjualan. Pemilik platform di sini termasuk pengembang social commerce, online marketplace, dan sejenisnya.

Dalam hal ini, termasuk TikTok atau perusahaan lain yang memfasilitasi kegiatan e-commerce dan social commerce, tidak boleh menjual barang produksinya sendiri. Memang belum ada detail yang disampaikan, sehingga belum tahu batasan-batasan seperti apa yang diberikan.

Selain social commerce, saat ini juga ada tren direct-to-consumer. Model bisnis ini membawa pengembang produk konsumer menjual langsung hasil produksinya melalui kanal digital—termasuk lewat kanal e-commerce yang dikembangkan sendiri.

Meski belum disampaikan secara mendalam, empat poin utama yang sudah disampaikan Mendag menunjukkan calon aturan baru ini memang dilandaskan untuk melindungi ekosistem UMKM di Indonesia.

Tren social commerce

Masyarakat Indonesia yang sangat terhubung dengan media sosial ikut mendorong tren belanja online melalui platform social commerce. Per Januari 2023, populasi pengguna media sosial di tanah air mencapai 167 juta orang atau mewakili 78% dari total pengguna internet yang mencapai 212,9 juta.

Tren social commerce sebetulnya telah dipopulerkan lewat platform Facebook dan Instagram. Namun, TikTok dilaporkan mulai memimpin tren social commerce karena menawarkan kemudahan untuk bertransaksi dalam satu aplikasi saja.

Dalam laporan berbeda oleh Populix, TikTok Shop (45%) menjadi platform yang paling sering digunakan pengguna untuk belanja online, diikuti WhatsApp (21%), Facebook Shop (10%), dan Instagram Shop (10%).

 

*Randi Eka Yonida ikut terlibat dalam penulisan artikel ini

IFC Resmi Jadi Pemegang Saham Induk AnterAja

International Finance Corporation (IFC) kini resmi menjadi pemegang saham di PT Adi Sarana Armada (IDX: ASSA) melalui konversi obligasi sebesar $31 juta (sekitar Rp470 miliar dengan kurs saat ini) yang masa konversinya berakhir pada 27 Juli 2023.

IFC menggenggam kepemilikan saham di perusahaan transportasi dan jasa logistik tersebut usai konversi obligasi sebesar 97,33 juta saham atau setara 2,64% dari total seluruh saham di Adi Sarana Armada.

Perlu diketahui, obligasi konversi ini adalah pendanaan yang diperoleh perusahaan dari IFC pada 2021. Obligasi tersebut akan tercatat di pasar modal selama dua tahun tanpa bunga, dan diterbitkan melalui penawaran umum terbatas (right issue) oleh Adi Sarana Armada.

Mengutip BeritaSatu.com, investasi IFC di Adi Sarana Armada bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan sektor logistik dan konektivitas di Indonesia. “Kami yakin masuknya IFC sebagai pemegang saham ASSA akan memperkuat kinerja kami sebagai perusahaan yang kredibel di mata mitra bisnis maupun investor publik,” ujar Direktur Utama Adi Sarana Armada Prodjo Sunarjanto.

Dalam laporan IFC beberapa tahun silam, IFC mengungkap bahwa minat terhadap investasi berdampak (impact investing) cukup tinggi dengan nilai mencapai $26 triliun. Dampaknya tak hanya pada keuntungan finansial yang kuat, tetapi juga dampak sosial dan lingkungan.

Laporan menyebutkan bahwa apabila 10% dari potensi dana ini disalurkan untuk investasi berdampak, akan tersedia pendanaan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Selain Adi Sarana Armada, IFC juga berinvestasi di sejumlah startup Indonesia, mencakup PasarPolis (insurtech), Amartha (fintech lending), Evermos (social commerce), eFishery (aquatech), KitaBisa (crowdfunding), dan AwanTunai (fintech lending).

Logistik lesu

Adapun, logistik menjadi salah satu sektor dengan pertumbuhan pesat di Indonesia, utamanya didongkrak oleh industri e-commerce yang diproyeksikan tumbuh dengan CAGR 17% dan nilai GMV $95 miliar hingga 2025 menurut laporan e-Conomy SEA 2022.

Perlu diketahui, Adi Sarana Armada merupakan induk dari platform AnterAja, penyedia jasa pengiriman last mile yang beroperasi pada 2019. Adapun, kinerja AnterAja tengah lesu di sepanjang tahun lalu.

Berdasarkan laporan tahunan 2022, AnterAja mengalami rugi bersih Rp198 miliar dari posisi untung Rp5,8 miliar di tahun sebelumnya. Terbaru, pendapatan AnterAja di semester I 2023 tercatat merosot 56% menjadi Rp817 miliar dari Rp1,8 triliun di periode sama tahun sebelumnya.

Dalam keterangannya, Prodjo mengatakan tengah melakukan aksi efisiensi dan restrukturisasi di lingkup AnterAja untuk memulihkan kinerjanya tahun ini. Salah satunya adalah rencana untuk masuk ke segmen B2B.

“Untuk bisnis Anteraja, sejalan dengan proses right sizing capacity yang sedang dijalankan, perseroan menyesuaikan kapasitas dengan kebutuhan logistik sehingga membuat operasional usaha lebih efisien.” ujarnya diberitakan oleh Bisnis.com.

Application Information Will Show Up Here