Wifkain Peroleh Pendanaan Awal Dipimpin Insignia Ventures [UPDATED]

Platform supply chain tekstil Wifkain mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal (seed) yang dipimpin oleh Insignia Ventures Partners dengan nominal yang dirahasiakan. Sejumlah angel investor terkemuka ikut berpartisipasi pada putaran ini, termasuk CEO Atome Financial Indonesia Wawan Salum.

Memposisikan diri sebagai pionir, Wifkain berkeinginan untuk menjadi platform berbasis teknologi pertama untuk memenuhi kebutuhan rantai pasokan (supply chain) tekstil bagi fashion brand di Indonesia. Lewat pendanaan ini, Wifkain ingin memperluas jangkauan bisnisnya ke UKM dan pemilik fashion brand, meningkatkan jumlah merchant, dan membangun tim.

Sebagai informasi, Wifkain didirikan oleh mantan bankir dan pengusaha fashion Sara Sofyan (CEO), pengusaha brand D2C Chindera Soewandy, dan eks Bukalapak Rudy Setyo Hartono (CTO) di 2020.

Co-founder & CEO Sara Sofyan mengatakan banyak brand kesulitan mencari mitra manufaktur karena sejumlah faktor. Untuk itu, Wifkain menghadirkan layanan Manufacturing-as-a-Service (MaaS) dengan menggandeng berbagai macam pabrikan di berbagai spesialisasi, kapasitas, dan lokasi di Indonesia.

“Platform yang kami bangun menghubungkan penjual dan pembeli langsung, memotong supply chain yang panjang dengan memangkas perantara, proses transaksi lebih murah, cepat, dan rendah risiko,” ujar Sara dalam keterangan resminya.

Sementara itu, Founding Managing Partner Insignia Ventures Partners Yinglan Tan mengatakan e-commerce dan media sosial membuat fashion dapat tersedia dengan cepat dan mudah diakses secara online. Namun, supply chain hulu di Indonesia akan tetap terputus dan terfragmentasi.

“Maka itu, Sara dan tim di Wifkain memiliki posisi kuat untuk mendigitalkan seluruh rantai pasokan di industri tekstil. Mereka telah membuat kemajuan tahap awal yang signifikan sejak meluncurkan platformnya. Kami senang dapat menjadi partner mereka dalam perjalanan ini,” ujarnya.

Tantangan dan target

Sara melihat ekosistem industri tekstil Indonesia dari hulu ke hilir belum sepenuhnya terdigitalisasi. Rantai prosesnya sangat panjang, kompleks, dan tidak transparan karena melibatkan banyak perantara.

Perusahaan manufaktur juga tidak punya sistem terintegrasi kepada pembeli sehingga membatasi peluang mereka meningkatkan penjualan. Proses pemesanan memakan waktu hingga beberapa hari. Tercatat tingkat ketidakterpenuhan (unfulfillment rate) penjualan bisa mencapai 30-50 persen. Situasi ini memaksa pelaku bisnis fashion dan pemilik brand melalui rantai proses yang berlapis.

Selain itu, pedagang tekstil tradisional yang berjualan secara offline memiliki keterbatasan pada pilihan produk yang harganya relatif mahal, sistem pemesanannya tidak terintegrasi, dan tidak ada jaminan produk.

Padahal Indonesia merupakan salah satu pasar tekstil dan pusat manufaktur terbesar di dunia. Nilai pasarnya berkisar 40% dari total pasar industri fashion global $55 miliar mengacu laporan Euromonitor di 2018. Nilai tersebut diproyeksi tumbuh 5% CAGR di 2022.

Wifkain berupaya mendigitalkan rantai pasokan, terutama bagi long-tail merchant di segmen UMKM alias merchant dengan volume pencarian dan tingkat persaingan yang relatif rendah. Melalui solusi yang dibangun, Wifkain ingin meningkatkan keterhubungan, transparansi, dan efisiensi bagi rantai pasokan industri tekstil

Untuk memenuhi kebutuhan rantai pasok di Indonesia, Wifkain akan mengembangkan order management dan inventory management yang memungkinkan konfirmasi pesanan dalam waktu beberapa jam, menurunkan tingkat ketidakterpenuhan pesanan kurang dari 5%, meningkatkan transparansi proses produksi, dan menyediakan data analisis seperti prediksi permintaan ke pemasok.

Sejak layanannya komersial di 2020, Wifkain mencatat pertumbuhan GMV sebesar 11 kali lipat (YoY) dan mengantongi 150 merchant (pedagang tekstil dan pabrik) di pulau Jawa. Wifkain mengklaim dapat menyelesaikan memproses sourcing dalam satu hari, lebih cepat dibanding standar yang umumnya memakan waktu sampai tiga minggu. Pihaknya menjamin ada efisiensi biaya pembelian hingga 50%.

Dihubungi DailySocial secara terpisah, Sara mengungkap tidak mudah untuk mendigitalisasi merchant atau supplier tekstil yang selama ini beroperasi secara konvensional. Salah satu kendalanya terlihat dari pengembangan teknologi di platform untuk mengakomodasi kebutuhan merchant.

“[Pengembangan] teknologi [untuk pasar tekstil] tidak banyak benchmark-nya di pasar sehingga kami harus [melakukan] testing dengan benar sesuai dengan kebutuhan merchant,” tutur Sara.

Meski marketplace tekstil terbilang baru untuk pasar Indonesia, Sara mengaku metrik pengukuran bisnis Wifkain tetap sama dengan model e-commerce pada umumnya, seperti Monthly Active User (MAU), Lifetime Value (LTV), dan retention rate.

Adapun, saat ini merchant Wifkain baru ada di area Jawa dan Bali, tetapi cakupannya pembelinya sudah menjangkau berbagai lokasi di seluruh Indonesia.

**
Ikuti kuis dan challenge #NgabubureaDS di Instagram @dailysocial.id selama bulan Ramadan, yang akan bagi-bagi hadiah setiap minggunya berupa takjil, hampers hingga langganan konten premium DailySocial.id secara GRATIS. Simak info selengkapnya di sini dan pantau kuis mingguan kami di sini.

Mulai Mei 2022, Pembelian Aset Kripto Dikenakan Pajak

Mulai 1 Mei 2022, setiap transaksi pembelian aset kripto dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dengan tarif final masing-masing sebesar 0,1 persen.

“Saat ini, pemerintah tengah merumuskan aturan teknis dan bentuk Peraturan Menteri Keuangan (PMK),” ungkap Direktur Peraturan Perpajakan I DJP Hestu Yoga Saksama seperti dilansir dari CNNIndonesia.

Adapun, kebijakan pemberlakuan pajak kripto ini diambil karena Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Perdagangan (Kemendag) sejak awal menetapkan kripto sebagai komoditas, bukan alat pembayaran.

Nantinya, tata cara pemungutan pajak kripto akan dirancang serupa dengan proses pembelian saham. Artinya, ada pihak yang akan memotong atau memungut pajak kepada investor.

Berdasarkan data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) Kementerian Perdagangan per Februari 2022, jumlah investor kripto mencapai 12,4 juta atau naik dari tahun sebelumnya 11,2 juta investor. Adapun, total transaksi aset kripto tercatat sebesar Rp83,8 triliun pada periode tersebut.

Pertumbuhan kripto di Indonesia

Dalam rilis yang dikirimkan, Founder & CEO Indodax Oscar Darmawan sempat menyuarakan kekhawatirannya terkait kebijakan ini. Menurutnya, penetapan PPh dan PPN sebesar 0,1 persen masih terbilang cukup mahal. Mengingat adopsi kripto di Indonesia tengah mengalami pertumbuhan pesat, pemberlakuan pajak ini dapat membuat pasar kripto di Tanah Air tertinggal.

Apabila memungkinkan, ia menyarankan agar tarif pajak kripto ini dapat ditetapkan sama dengan yang sudah dikenakan pada transaksi saham di Indonesia.

Disampaikan terpisah dalam keterangan resminya, Oscar menyebut saat ini Indonesia berada di posisi ke-5 di Asia Tenggara, setelah Vietnam, Thailand, Filipina, dan Malaysia terkait adopsi kripto di 2021, mengutip data Chain Analysis. Indonesia bahkan mengalahkan Singapura yang berada di urutan ke-8 di Asia Tenggara.

Menurut Oscar, data tersebut menandakan bahwa kripto menjadi salah satu komoditas yang semakin mainstream di Indonesia. Adapun, Indonesia menempati urutan ke-25 terkait adopsi kripto di dunia.

Tak hanya soal keterbukaan ekosistem dalam negeri, lanjutnya, sentimen seperti kelonggaran kebijakan penggunaan kripto juga memberikan pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan kripto.

“Regulasi berbagai negara belakangan membuat sentimen kripto bergeser ke arah positif. Ibu kota Brasil, Rio de Janeiro akan mengizinkan warganya untuk membayar pajak dengan kripto, dan rencana untuk jenis pembayaran lain. Di Vietnam, pemerintah tengah menyusun RUU terkait kripto. Sementara di Inggris, pemerintah akan merilis aturan baru yang fokus ke stablecoin karena pertumbuhannya masif beberapa waktu terakhir,” ujarnya.

Selain Indonesia, beberapa negara yang memberlakukan pajak pada kripto di antaranya Jepang dan India. Jepang menetapkan PPh sebesar 55 persen, serta tarif final sebesar 20 persen bagi wajib pajak luar negeri yang memiliki aset kripto dan harus dibayarkan saat meninggalkan Jepang.

Sementara, India memberlakukan PPh sebesar 30 persen terhadap segala macam aset digital, termasuk cryptocurrency. Kebijakan ini berlaku sejak 1 April 2022.

***
Ikuti kuis dan challenge #NgabubureaDS di Instagram @dailysocial.id selama bulan Ramadan, yang akan bagi-bagi hadiah setiap minggunya berupa takjil, hampers hingga langganan konten premium DailySocial.id secara GRATIS. Simak info selengkapnya di sini dan pantau kuis mingguan kami di sini.

Kabar Rencana Amartha Akuisisi Bank Victoria Syariah dan Potensi Hal Strategis di Baliknya

Hampir sepekan pasca-dikabarkan akan mengakuisisi Bank Victoria Syariah, Amartha belum juga mengonfirmasi hal ini. Sebelumnya, DealStreetAsia melaporkan startup P2P untuk pengusaha perempuan mikro ini akan mengambil alih sebesar 70% saham milik Bank Victoria Syariah.

DailySocial.id telah mencoba menghubungi CEO dan Founder Amartha Andi Taufan untuk mengonfirmasi akuisisi tersebut. Namun, belum ada konfirmasi hingga berita ini diturunkan.

Mengutip Katadata, Andi tidak menampik maupun mengonfirmasi kabar akuisisi tersebut. Dia menyebut tengah berfokus mengakselerasi penyaluran pinjaman kepada pengusaha perempuan dengan digitalisasi layanan keuangan bagi mitra maupun pendana individu lewat fitur crowdfunding.

Adapun, sejak awal berdiri di 2010, Amartha memantapkan komitmennya untuk memberikan akses permodalan, khusus untuk pengusaha perempuan yang selama ini masuk ke dalam golongan unbanked dan underbanked.

Per saat ini. Amartha telah menyalurkan modal usaha sebesar Rp61,7 triliun ke 1.032.959 pengusaha perempuan mikro dengan total TKB90 97,16%.

Akuisisi, bank digital, dan akselerasi pinjaman

Dihubungi secara terpisah, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkap bahwa banyak bank kecil diakuisisi startup dengan harga murah karena tidak dapat memenuhi syarat modal minimum yang ditetapkan OJK.

Dalam konteks di atas, Bank Victoria Syariah diketahui tengah menambah modal untuk memenuhi aturan OJK terkait modal inti sebesar Rp3 triliun. Per September 2021, Bank Victoria Syariah hanya punya modal inti sekitar Rp256,6 miliar.

Fintech masuk [lewat akuisisi] untuk membantu permodalan sehingga bank bisa bertahan. Bahkan tidak menutup kemungkinan bank ini diganti menjadi bank digital,” tutur Bhima.

Jika menilik akuisisi sebelumnya, sebagian besar bank kecil ini diakuisisi dan diubah identitasnya dengan branding baru. Alasan lainnya, bank kecil tidak memiliki infrastruktur, kantor cabang, dan nasabah yang besar sehingga lebih mudah untuk ditransformasi. Contoh, Bank Artos menjadi Bank Jago dan Bank Yudha Bhakti menjadi Bank Neo Commerce.

Yang perlu disoroti, ujar Bhima, tren akuisisi bank kecil oleh startup P2P memungkinkan mereka untuk menawarkan plafon pinjaman yang lebih tinggi kepada nasabah. Pasalnya, OJK mengatur batasan pinjaman fintech lending maksimum sebesar Rp2 miliar. 

Fintech tidak bisa terus-menerus berharap pada lender ritel karena biaya bunga yang diberikan cukup mahal. Sementara, pendanaan fintech yang bersumber dari institutional lender dibatasi OJK. Maka itu, fintech mengakuisisi bank sehingga sumber pendanaan dari simpanan nasabah bank dapat mendorong penyaluran pinjaman fintech,” paparnya.

Dalam gambaran menyeluruh, aksi korporasi di atas bermuara pada satu misi yang sama, yakni mendorong inklusi keuangan ke segmen underbanked dan unbanked. Perbankan mengalami kesulitan mendorong pinjaman ke segmen mikro karena biaya operasional terlalu mahal. Sementara, fintech banyak menggarap segmen mikro. 

Fintech dan bank saling membutuhkan. Contohnya, Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) OJK arahnya akan lebih ke perbankan. Sementara, fintech butuh akurasi data calon debitur di SLIK OJK, untuk mengendalikan risiko kredit macet,” tambahnya.

Berdasarkan laporan Kementerian Koperasi dan UKM, saat ini terdapat 64,19 juta UMKM di Indonesia, di mana 99,92% merupakan usaha di segmen mikro dan kecil. Dari total tersebut, sekitar 34% usaha menengah dijalankan perempuan, sedangkan 56% usaha kecil dan 52% usaha mikro dimiliki perempuan.

***
Ikuti kuis dan challenge #NgabubureaDS di Instagram @dailysocial.id selama bulan Ramadan, yang akan bagi-bagi hadiah setiap minggunya berupa takjil, hampers hingga langganan konten premium DailySocial.id secara GRATIS. Simak info selengkapnya di sini dan pantau kuis mingguan kami di sini.

Application Information Will Show Up Here

Induk Kredivo Resmi Menguasai 75% Saham Bank Bisnis Internasional

PT FinAccel Teknologi Indonesia atau dikenal dengan induk Kredivo, resmi menguasai 75% saham PT Bank Bisnis Internasional Tbk (IDX: BBSI) setelah sebelumnya mengajukan penambahan kepemilikan saham ke Bursa Efek Indonesia (BEI). Menurut mereka, aksi korporasi ini menjadi langkah signifikan perusahaan untuk menawarkan produk keuangan digital yang lebih variatif, dari kredit digital dan paylater hingga pinjaman dengan plafon lebih tinggi di masa depan.

Diberitakan sebelumnya, FinAccel mengakuisisi saham Bank Bisnis secara bertahap. Akuisisi pertama dilakukan pada Mei 2021 sebesar 24% dan menjadi 40% pada Oktober 2021. Kemudian, perusahaan kembali meningkatkan porsi kepemilikannya sebesar 1,15 miliar lembar saham atau setara 35% pada Februari 2022.

Dengan demikian, struktur kepemilikan saham setelah pengambilalihan saham menjadi sebagai berikut; FinAccel Teknologi Indonesia memiliki 75% dengan kepemilikan 2,48 miliar lembar saham, Sundjono Suriadi memiliki 4,91% dengan 162,4 juta lembar saham, PT Sun Antarnusa 4,17% (138 juta lembar), dan publik 15,92% (526,3 juta lembar).

Dalam keterangan resminya, Group CEO & Co-founder FinAccel Akshay Garg menargetkan proses akuisisi rampung pekan ini. Semua persetujuan regulator untuk akuisisi Bank Bisnis, termasuk dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), telah diperoleh.

“Meski Kredivo telah memimpin penyedia kredit digital lewat bisnis paylater dalam beberapa tahun terakhir, digitalisasi layanan perbankan di Indonesia baru saja dimulai. Sejalan dengan misi kami untuk memberikan layanan keuangan dengan cepat, terjangkau, dan luas, kami siap melayani pengguna dengan produk perbankan bertaraf dunia ke depannya,” ungkap Akshay.

Sementara itu, perwakilan pemegang saham dari keluarga Suriadi menambahkan, “Bank Bisnis memiliki sejarah panjang dan membanggakan. Di saat sektor perbankan secara cepat mengarah ke digitalisasi, kami sangat senang menyambut FinAccel sebagai pemegang saham mayoritas baru Bank Bisnis. Kami mendukung visi mereka untuk membangun franchise digital bank terdepan di Indonesia,” demikian pernyataannya.

Fenomena fintech akuisisi bank

Sebagaimana dipaparkan pada artikel sebelumnya, akuisisi FinAccel akan memungkinkan Bank Bisnis untuk dapat memanfaatkan teknologi, data, dan customer base yang telah dimiliki oleh FinAccel untuk mengincar pasar yang selama ini belum terlayani oleh merchant-merchant online di Indonesia.

Saat ini, FinAccel menaungi produk paylater Kredivo dan lending Kredifazz. Kredivo tercatat punya 5 juta pengguna tahun lalu dengan ketersediaan layanan di lebih dari 1.000 merchant di Indonesia.

Dihubungi oleh DailySocial.id, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyebutkan ada sejumlah alasan mengapa startup fintech gencar mengakuisisi bank di Indonesia, terutama startup yang menyalurkan pinjaman, baik ke pengguna maupun modal bagi pelaku UMKM

Sebagai konteks, kami mencatat ada beberapa aksi serupa induk Kredivo, di antaranya Akulaku dan Bank Neo Commerce, WeLab dan Bank Jasa Jakarta, dan yang baru-baru ini diberitakan Amartha dan Bank Victoria Syariah (belum terkonfirmasi). Startup fintech di bidang investasi, Ajaib juga mengakuisisi Bank Bumi Artha pada November 2021.

Pertama, OJK mengatur batasan maksimum pinjaman oleh fintech lending sebesar Rp2 miliar. Apabila meminjam ke perbankan, plafon yang ditawarkan bisa lebih tinggi.

Fintech tidak bisa terus-menerus berharap pada lender ritel karena biaya bunga yang diberikan cukup mahal. Sementara, pendanaan fintech yang bersumber dari institutional lender dibatasi OJK. Maka itu, fintech mengakuisisi bank sehingga sumber pendanaan dari simpanan nasabah bank dapat mendorong penyaluran pinjaman fintech,” paparnya.

Jika dilihat, kebanyakan bank yang dicaplok adalah bank kecil. Selain lebih mudah untuk melakukan transformasi karena infrastruktur dan kantor cabangnya kecil, bank kecil dijual murah karena tidak mampu memenuhi syarat modal minimum yang ditetapkan OJK.

Dalam gambaran menyeluruh, aksi korporasi di atas bermuara pada satu misi yang sama, yakni mendorong inklusi keuangan ke segmen underbanked dan unbanked. “Perbankan selalu kesulitan mendorong pinjaman ke segmen mikro karena biaya operasional terlalu mahal. Sementara, fintech banyak menggarap segmen mikro. Jadi, bank tidak perlu report channeling pinjaman mikro ketika merger dengan startup.”

Application Information Will Show Up Here

Antler: Era Web3 Buka Kesempatan Kreator untuk Tingkatkan Sumber Monetisasi

VC tahap awal Antler baru saja merilis “The New Creator Economy Report” bersama Speedinvest. Laporan ini menyoroti tentang era teknologi Web3 dan dampaknya terhadap pertumbuhan industri creator economy dunia di sepanjang 2021.

Saat ini, industri creator economy global telah menyentuh angka $104,2 miliar. Pertumbuhan ini turut sejalan dengan meningkatnya keterlibatan investor terhadap creator economy. Antler mencatat investor global telah mengucurkan total sekitar $1,3 miliar ke platform creator economy di sepanjang 2021.

Dengan melihat angka pertumbuhan ini, Antler memperkirakan sebanyak 1 miliar orang akan mengidentifikasi dirinya sebagai kreator dalam lima tahun ke depan. Selain itu, pertumbuhannya di masa depan tak lepas dari era baru teknologi Web3 yang mengubah definisi dan kekuatan kreator, dari asas kreator itu sendiri menjadi berbasis komunitas. Artinya, komunitas akan punya peran besar untuk mendukung upaya monetisasi kreator.

Menurut laporan ini, kreator di era Web3 tak lagi dilihat sebatas memberikan nilai ke platform, tetapi juga membentuk cara baru lewat hubungan interaktif antara kreator dan penggemar. Ada peluang bagi kreator untuk menawarkan lebih banyak, tak hanya kepada penggemar, tetapi juga untuk kreator sendiri dan komunitas.

Di era Web3, Antler memproyeksi generasi kreator berikutnya akan punya kesempatan untuk meningkatkan sumber monetisasi konten atau karyanya. Tentu ini menjadi perubahan signifikan mengingat sebelumnya kreator banyak mengandalkan iklan dan sponsor merek untuk mendapatkan pemasukan.

Sumber: The New Creator Report by Antler

Teknologi Web3 memungkinkan lebih banyak orang untuk menjadi kreator di masa depan. Ruang eksplorasi konten juga semakin berkembang dengan kemunculan kripto, NFT, dan metaverse. Saat ini bahkan banyak kreator bermigrasi ke metaverse di mana mereka dapat memonetisasi karyanya, seperti digital art dan game.

Founder dan CEO Antler Magnus Grimeland mengatakan, kreator menjadi lebih menarik secara finansial karena platform yang ada saat ini memungkinkan mereka untuk memonetisasi karya berbasis komunitas. “Creator economy tidak hanya akan mengubah cara produksi konten, tetapi juga membuka dunia teknologi baru dan peluang monetisasi yang tidak mungkin dilakukan dengan di era Web2,” tambahnya.

Ia menyebutkan masih banyak potensi yang belum dimanfaatkan oleh platform Web3, terutama tools yang berkaitan dengan konten dan komunitas. Menurutnya, cara untuk menghubungkan kreator ke penggemar atau komunitas menjadi salah satu peluang investasi yang paling menarik.

Sementara Partner di Floodgate Ventures Ann Miura-Ko menilai perkembangan teknologi saat ini memberikan nilai positif terhadap para kreator karena mereka dapat terlibat langsung dengan audiensnya tanpa harus terus-menerus merasa seperti hamster yang berlari di roda putar.

“Seiring bertambahnya audiens, kreator akan merasa dituntut untuk memenuhi selera mereka yang tidak akan ada habiskan, dan saya pikir ini akan menghabiskan banyak waktu. Platform yang memungkinkan kreator ‘memonetisasi saat mereka tidur’ adalah sesuatu yang ingin saya lihat,” tutupnya.

Creator economy di Indonesia

Indonesia juga ikut mengecap pertumbuhan industri creator economy selama beberapa tahun terakhir. Pelaku startup semakin banyak mengeksplorasi cara inovatif untuk membantu kreator memonetisasi karyanya.

Sebagai contoh, KaryaKarsa dan Storial menghubungkan kreator dengan pengguna langsung untuk menikmati konten, seperti cerita fiksi, komik, foto, hingga ilustrasi dengan skema beli karya satuan dan sistem tipping. Per bab (chapter) dapat dibeli mulai dari Rp2.000-Rp10.000. Ada juga Saweria yang menggunakan model donasi atau tip bagi kreator yang melakukan livestreaming di platform pihak ketiga.

Seluruh upaya ini juga tak lepas dari semakin lengkap ekosistem pembayaran digital sehingga memudahkan penggemar untuk memberikan dukungan finansial dengan nominal beragam.

Di samping itu, VC, konglomerasi media, hingga publik figur juga menunjukkan minat besarnya untuk mengambil kue di pasar creator economy. Di antaranya adalah platform konten on-demand Noice yang memperoleh pendanaan strategis dari RANS Entertainment, dan Famous All Stars (FAS) yang didukung oleh Elang Mahkota Teknologi (EMTEK) Group.

GoPlay Creator Fund Diluncurkan, Dukung Kreator Bangun Basis Penggemar yang Loyal

Platform livestreaming interaktif GoPlay mengumumkan “GoPlay Creator Fund” sebagai program apresiasi kreator dalam membangun basis penggemar loyal (true fans) mereka. GoPlay menyiapkan Rp15 miliar yang akan diterima para kreator terpilih sebagai bonus bulanan.

Dalam acara peluncuran virtualnya, CEO GoPlay Edy Sulistyo mengatakan bahwa program ini bertujuan memberi dorongan kepada kreator agar tetap dapat membangun konten berkualitas sesuai jati dirinya, dan tidak terlalu terpaku pada metrik-metrik konten yang selama ini berorientasi pada jumlah follower/subscriber dan view.

Ia mengamati bahwa banyak kreator memproduksi konten untuk meningkatkan jumlah follower/subscriber dan view mereka. Ini membentuk anggapan semakin banyak follower, semakin banyak view. Kendati begitu, ia menyebut metrik-metrik tersebut tidak menjadi penentu keberhasilan kreator di GoPlay.

“Sejak awal kami bermimpi menjadikan GoPlay sebagai rumah bagi kreator lokal di Indonesia, dan kreator dapat memiliki pendapatan yang berkelanjutan. Dan ini tidak berubah. Kami tidak ingin kreator fokus pada metrik-metrik tersebut karena mereka tidak bisa menjadi diri sendiri,” tutur Edi.

Ia menilai ada cara yang lebih baik untuk membangun kualitas kreator, yaitu menemukan penggemar yang loyal atau disebut sebagai true fans. Hubungan yang dibangun antara kreator dan true fans menjadi lebih relevan agar kreator dapat membuat konten apa adanya, berkualitas, fun, interaktif, dan engaging.

Tak kalah penting, true fans menjadi indikator penting karena memiliki tingkat retensi tinggi. Artinya, ada kemungkinan besar mereka akan kembali menonton tayangan baru dari kreator. “Ini menjadi kunci utama bagi kreator karena mereka bisa lebih sustainable tanpa perlu punya jutaan view atau follower,” lanjut Edi.

Dengan memegang visi-misi di atas, pihaknya dapat terus mengeksplorasi inovasi kreatif untuk mendekatkan hubungan kreator dan fans. Ini tercermin dari fitur-fitur yang dihadirkan, seperti live chat, quiz, instant withdrawal, dan virtual gift.

Kriteria Creator Fund

Chief Strategic Officer Martinus Faisal menambahkan bahwa pihaknya ikut terlibat dalam mengedukasi para kreator di platformnya. Salah satunya adalah tiga cara utama membangun true fans, yaitu frekuensi pembuatan konten, konsistensi penayangan konten, dan kuantitas konten.

“Dengan definisi yang kami paparkan, creator economy tidak sama dengan influencer. Creator economy membuat konten untuk fans-nya. Sementara, influencer memenuhi kebutuhan brand dan memonetisasi pendapatan dari brand dengan memanfaatkan follower yang dimiliki. Ini yang berusaha kami edukasi ke para kreator,” ujarnya.

Pihaknya berharap program ini dapat mendorong pendapatan kreator sejalan dengan kemampuan mereka untuk memenuhi kriteria program Creator Fund serta menstimulasi kehadiran kreator-kreator baru di Indonesia agar tidak perlu menunggu sampai punya banyak follower.

Saat ini, ribuan kreator yang tergabung di GoPlay memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti program ini selama dapat memenuhi kriteria utamanya, yakni memiliki performa yang berkorelasi dengan frekuensi live di GoPlay. Adapun, kreator GoPlay diklaim telah meraup pendapatan puluhan hingga ratusan juta per bulan.

Selain bonus bulanan, kreator juga berkesempatan untuk mendapat fasilitas promosi kreator maupun iklan berbayar pada berbagai media channel GoPlay, penggunaan studio rekaman GoPlay di Jakarta untuk livestreaming, tampil rutin di acara liveshow GoPlay (Ex: GoPlay Playground), mentorship khusus dari tim GoPlay, dan kesempatan mendapat sponsor dari partner GoPlay.

Dana untuk ekosistem pengguna

Memberikan dukungan untuk basis pengguna merupakan salah satu strategi kunci startup dalam menguatkan ekosistem produknya. Cara ini juga dilakukan sejumlah startup lain, salah satunya Hijub. Pada September tahun lalu, mereka meluncurkan “Hijup Growth Fund“, program pembiayaan untuk pelaku busana muslim lokal. Nantinya pemilik brand terpilih akan mendapatkan dukungan kapital hingga operasional bersama tim Hijub.

Spesifik untuk industri OTT, Goplay memang dituntut untuk terus menghadirkan konten yang relevan bagi pengguna. Selain yang sifatnya produksi mandiri dengan menggandeng produksi film, model user generated juga dapat melengkapi opsi hiburan yang ada di aplikasi. Adanya dukungan dari sisi platform hingga kapital menjadi awal yang baik untuk merangkul lebih banyak konten kreator potensial dengan karya-karya yang bisa diterima masyarakat.

Platform Social Commerce Berbasis Syariah “Berkahi” Resmi Meluncur [UPDATED]

Pelaku startup memanfaatkan momentum kebangkitan pasar social commerce di tengah pandemi Covid-19. Kali ini, platform Berkahi resmi hadir di Indonesia untuk membantu pelaku UMKM meningkatkan skala bisnisnya berbasis syariah.

Berkahi memampukan pelaku usaha di tanah air untuk meningkatkan penghasilan dengan memasarkan produk lokal dan halal lewat jaringan reseller. Target pasar Berkahi adalah UMKM, terutama yang berada di area pedesaan.

Berkahi didirkan oleh Rowdy Fatha, Turina Farouk, dan Andre Raditya Makmur. Ide pengembangan Berkahi telah diinkubasi sejak November 2021.

Dalam acara peluncurannya, Co-founder & CEO Rowdy Fatha mengatakan pandemi berimbas signifikan terhadap penurunan bisnis UMKM. Di situasi tersebut, banyak pelaku usaha yang sulit bertahan karena tak sedikit di antaranya yang minim kemampuan dan pengalaman dalam membangun bisnis.

Di sisi lain, ia menilai nilai-nilai syariah cocok diterapkan dalam berbisnis. Pihaknya juga ingin berperan dalam mendorong pemerataan inklusi keuangan dan digital di Indonesia. Adapun, Berkahi juga membentuk dewan penasihat syariah untuk memastikan kegiatan bisnis Berkahi sesuai dengan nilai-nilai syariah.

“Kami ingin all out dalam membantu masyarakat UMKM, tak cuma dari sisi bisnis saja, tetapi juga promosi, operasional, fulfillment, hingga logistik. Kami bahkan ikut terlibat dalam mengedukasi UMKM. Insya Allah, tahun ini kami bisa hadirkan [fasilitas] pendanaan syariah tahun ini,” tutur Rowdy.

Bentuk dukungan all out yang dimaksud adalah, Berkahi mendukung kegiatan usaha lewat sejumlah fasilitas, di antaranya aktivitas promosi melalui Key Opinion Leader (KOL), operasional melalui akses fulfillment (stokis) di 15 kota, dan mitra logistik.

Saat ini, Berkahi telah memiliki 400 UMKM yang terhubung dengan 20.000 reseller (disebut sebagai Mitra Berkahi). Sejumlah mitra strategis Berkahi di antaranya adalah SiCepat, SiBeku, Komunitas TanahAbang, Pijar, dan Koperasi XL, IWAPI, Haistar, Belanjarutin.com, Shipdeo, dan Komunitas Pijar.

“Kami tengah memperkuat jaringan agar dapat mencapai target kami untuk menjangkau 20 negara. Secara bertahap, kami akan membawa pelaku usaha yang selama ini aktif di media sosial atau berjualan secara offline untuk beralih ke platform ini,” tambah Rowdy.

Sementara, Co-founder Turina Farouk menargetkan dapat menjangkau 20 negara, memiliki 1.000 UMKM dan 30.000 mitra di akhir 2022. Untuk itu, pihaknya akan memanfaatkan momentum seasonal terdekat, yakni Ramadan dan Idul Fitri, untuk mendongkrak target yang ingin dicapai tahun ini.

Social commerce merupakan sesuatu yang baru di Indonesia. Dengan pengalaman saya bekerja di industri telekomunikasi, ilmu-ilmu yang saya dapatkan dapat menjadi bekal untuk belajar dan membangun Berkahi ke depan,” tutur Turina.

Mitra Berkahi memiliki akses ke ribuan produk halal dari UMKM lokal maupun luar negeri, di mana pengemasan dan pengiriman dilakukan dari gudang ke konsumen langsung. Bagi pelaku UMKM, fasilitas gudang dan operasional tidak dikenakan biaya.

Pendanaan dari VC

Dihubungi DailySocial secara terpisah, Rowdy mengatakan Berkahi masih mengandalkan pendanaan dari angle investor untuk menjalankan bisnisnya. Kendati begitu, pihaknya juga akan mencari pendanaan tahap awal ke Venture Capital (VC).

Pendanaan ini akan digunakan untuk memperluas skala bisnis Berkahi dengan target jangkauan hingga ke 20 negara. Salah satunya adalah fasilitas pinjaman usaha lewat skema chanelling yang ditargetkan meluncur pada semester II 2022.

“Pendanaan awal Berkahi akan dialokasikan pada seed funding dari VC,” ujar Rowdy dalam pesan singkatnya, Rabu (30/3).

Menurut laporan DealStreetAsia, Berkahi mengincar pendanaan tahap awal sebesar $1 juta untuk memperkuat teknologi, menambah SDM, dan ekspansi bisnisnya.

Pasar social commerce

Mengacu data Bain & Co, total GMV e-commerce di Indonesia mencapai $47 miliar di 2020, di mana transaksi dari social commerce berkontribusi sebesar $12 miliar. Angka tersebut menunjukkan besarnya potensi pertumbuhan social commerce di masa depan.

Menurut laporan McKinsey, Pandemi Covid-19 berdampak signifikan terhadap perubahan perilaku belanja masyarakat dari offline ke online. Di samping itu, social commerce menawarkan kesempatan kerja dengan memberdayakan jaringan distribusi atau reseller. McKinsey memproyeksi bisnis social commerce mencapai $25 miliar di 2022. 

Faktor lainnya, masyarakat di pedesaan masih mengalami keterbatasan akses dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari yang diperoleh secara online, dibandingkan mereka yang tinggal di perkotaan.

Tren social commerce berkembang juga sejalan dengan semakin banyak pelaku startup yang masuk ke vertikal ini untuk produk fashion, F&B, atau kebutuhan sehari-hari. Beberapa di antaranya adalah Evermos, Dagangan, dan RateS. Adapula Raena yang mengusung konsep reseller, tetapi khusus untuk produk kecantikan.

Kemudian, KitaBeli mengambil posisi berbeda dengan platform social commerce kebanyakan, yakni tidak membangun jaringan reseller. KitaBeli memampukan pengguna akhir memesan barang langsung lewat aplikasi dan memungkinkan mereka berpartisipasi dalam pembelian berkelompok untuk mendapatkan harga yang lebih efektif.

BeKind Meluncurkan NFT untuk Fasilitasi Penggalangan Dana Sosial

Platform agregator berbasis blockchain BeKind resmi meluncurkan karya digital NFT untuk memfasilitasi penggalangan dana sosial di Indonesia. BeKind berkolaborasi dengan musisi KLa Project, Element, serta seniman pixel art Pinot W. Ichwandardi.

Disampaikan dalam keterangan resminya, NFT BeKind diklaim sebagai NFT pertama di Indonesia yang memungkinkan penggalang dana dan donatur untuk membantu masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi akibat pandemi Covid-19 maupun bencana alam dengan penyaluran dana yang lebih terlacak, hemat biaya, dan akuntabel.

Dengan membeli karya digital NFT menggunakan pertukaran token berbasis blockhcain, proses penyimpanan data lebih akurat dan penyaluran dana lebih transparan. Adapun, NFT BeKind diluncurkan melalui platform marketplace OpenSea yang dapat diakses mulai 25 Maret 2022.

“Kami sadar proses penggalangan dana sering kali menghadapi berbagai tantangan, seperti biaya transaksi yang tinggi, kurang transparan, dan ada kemungkinan manipulasi pada laporan penyaluran dana. Dengan teknologi blockchain, kami harap para donatur maupun filantrop di Indonesia memiliki solusi penggalangan dana inovatif, transparan, dan akuntabel,” ujar Founder dan CEO BeKind Fajar Jasmin.

Pada kolaborasi pertama, KLa Project menggandeng Pinot untuk menggarap klip video musik yang menampilkan potongan lagu “Yogyakarta” dengan menggunakan teknologi retro pada animasinya. Demikian pula grup band Element yang menggaet Pinot untuk meluncurkan lagu “Kekuatan Cinta” dalam bentuk NFT.

“Saya sudah beberapa kali berkolaborasi dengan musisi, tetapi ini pertama kali saya berkolaborasi dengan musisi dalam negeri. Saya bangga dengan hasil kolaborasi dengan KLa Project dan Element untuk membuka jalan penggalangan dana. Saya rasa ini inovasi terbaru yang dapat mendorong, tak cuma peningkatan kesejahteraan pelaku seni di masa pandemi, tetapi juga bagi mereka yang membutuhkan,” tutur Pinot.

Sebagai informasi, seluruh karya digital NFT yang tersedia di marketplace merupakan hasil kolaborasi dengan sejumlah pelaku seni yang difasilitasi oleh BeKind. Ke depannya, BeKind akan melanjutkan upaya kolaborasi dengan berbagai pelaku seni di Indonesia untuk melakukan penggalangan dana sosial.

Pihaknya juga tengah mengembankan ekosistem sosial BeKind Hub untuk memperluas akses penggalangan dana dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Seluruh karya digital BeKind yang telah diterbitkan dapat diakses melalui tautan berikut ini.

Isu penggalangan dana

Pada wawancara sebelumnya dengan DailySocial.id, Fajar sempat mengungkap bahwa terdapat dua isu yang kerap ditemui dalam proses penggalangan dana, yakni standardisasi dana yang dikutip oleh lembaga amal dan bagaimana lembaga amal dapat memiliki keberlanjutan.

Mengutip pernyataan Kementerian Sosial, lembaga amal tidak diperbolehkan untuk menyimpan profit yang didapat setelah menyalurkan bantuan ke penerima donor.

Faktor di atas menjadi penting mengingat penggalangan dana juga telah melekat dalam kultur sosial masyarakat Indonesia. Pasalnya, World Giving Index (WGI) 2021 yang diterbitkan oleh Charities Aid Foundation (CAF) melaporkan Indonesia sebagai negara paling dermawan di dunia dengan skor 69%, naik dari skor 59% di indeks tahunan terakhir di 2018.

Hal-hal tersebut melandasi berdirinya platform BeKind yang diklaim sebagai proyek blockchain pertama di Indonesia yang mengembangkan ekosistem sosial/donasi yang akurat, transparan, dan terukur. Di Indonesia, BeKind berkolaborasi dengan sejumlah platform, seperti Tokocrypto dan WeCare.id.

GoTo Aims for 15.2 Trillion Rupiah IPO’s Fund to Strengthen Its Hyperlocal Ecosystem

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) officially announced an Initial Public Offering (IPO) on the Indonesia Stock Exchange (IDX). In the public disclosure, Gojek and Tokopedia are aiming for $1.1 billion fresh funds or equivalent to 15.2 trillion Rupiah.

GoTo is to sell 48 billion shares with a maximum of 52 billion Series A shares, equivalent to 4.35% of the issued and paid-up capital. The price set in the range of Rp316-Rp346 per share.

Co-founder and CEO Andre Soelistyo at the public disclosure of PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk

At this price, his team estimates to reach a market capitalization of between IDR 376.6 trillion-IDR 413.7 trillion, and possibly become one of the IPOs with the largest value in Indonesia. In addition, this pricing is considered to reflect GoTo’s business strength, fundamentals, and prospects in the future.

The initial offering period is open from 15-21 March 2022 and the public offering period is around 29-31 March 2022. Meanwhile, the listing date is effective on 25 March 2022. Meanwhile, GoTo appoints underwriters for the issuance of securities, including PT Indo Premier Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, and PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk.

Ride-hailing, e-commerce, and fintech

In its disclosure, GoTo’s Co-founder and CEO Andre Soelistyo said he would use GoTo’s IPO funds to build the right infrastructure and resources to execute hyperlocal strategies through its three subsidiaries, namely Gojek (ride-hailing), Tokopedia (e-commerce), and GoTo Financial (fintech). With this strategy, GoTo seeks to accelerate the growth of new users, user engagement, and penetration of newly launched products.

Based on the company data, Gojek currently has 2.5 million driver partners; Tokopedia has 12 million merchants with nearly 600 million SKUs for physical products, 4000 digital products, and more than 100 million Monthly Active Users (MAU); and GoTo Financial has licenses in e-wallet, P2P, multi-finance, banking (Jago), e-money, to payment gateways.

GoTo’s digital ecoosystem / Source: IndoPremier

“With a large ecosystem, this enables GoTo to execute a hyperlocal strategy. Efforts to meet the needs of goods and services at an economical cost can be achieved because supply and demand are close to each other. This is one of GoTo’s strengths by optimizing the network of driver partners, merchants, and logistics that are owned. This is a more sustainable strategy than depending on one use case,” he explained.

Citing the RedSeer report as of December 2021, the on-demand market is estimated to reach Rp. 980 trillion in 2025. Then, the fintech market is estimated to reach IDR 256.3 trillion in 2020 and is estimated to increase to IDR 1,009 trillion in 2025.

Euromonitor data in 2020 also notes that the giant GoTo ecosystem is able to contribute more than 2% of Indonesia’s GDP and serves almost two thirds of household consumption in Indonesia.

Road to profitability

Based on the initial IPO prospectus, GoTo’s total assets were recorded at Rp158.17 trillion as of the end of September 2021. At that current period, its revenue was recorded at Rp3.40 trillion, rise from the previous year at around Rp. 2.34 trillion. However, GoTo still posted a net loss of IDR 11.58 trillion, increase from the same period last year of IDR 10.43 trillion.

Within 12 months (October 2020-September 2021), GoTo’s Gross Transaction Value/GTV reached Rp414.2 trillion. A total of 55 million users made transactions with order values reaching 2 billion in that period.

GoTo’s financial performance / Source: IndoPremier

Regarding its profit target, Tokopedia’s Co-founder William Tanuwijaya said, “The aim to be profitable is not just wishful thinking. It is clear from our prospectus, there are improvements [performance] in every quarter. We show our track record of operations and believe we can profit in the medium term,” he said.

Meanwhile, Andre revealed that he had mapped out his strategy by highlighting several main keys, acceleration of post-merger services with Tokopedia, user acquisition costs, and the impact on margins.

He said that the synergy in the Gojek and Tokopedia ecosystems could help boost the growth in the number of users and transactions. Also, this is visible from the increase in user spending after the merger of the two business entities into GoTo.

“In one marketing activity, we can simultaneously increase transactions from our services. For example, transactions at Tokopedia using GoSend with GoPay payments. In one spending, three to four services are used,” he explained at the GoTo IPO press conference.

Moreover, Andre also highlighted the commission factor (take rate) on the GoTo platform which is considered lower than similar platforms in the world. With this synergy, the opportunity to increase the take rate can be faster along the development of innovation, increased penetration of users and services, to marketing activities. This way, gross income will also increase.

Meanwhile, in terms of user acquisition costs, the implementation of machine learning and data can help GoTo to understand user behavior. Therefore, his team can create campaigns and products that are more personalized to users. This will also reduce the cost of acquisition as the market becomes more targeted.

“With all of the above factors, this can have an impact on margin expansion and cost efficiency at fixed costs. Revenue growth is faster than outgoing costs. This can help us achieve profit,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Startup Logistik B2B “Envio” Kantongi Pendanaan Awal

Startup logistik B2B Envio mengantongi pendanaan tahap awal (pre-seed) dengan nominal yang dirahasiakan dari Antler, Iterative, dan sejumlah angel investor lainnya. Pendanaan ini akan digunakan untuk mengakselerasi pertumbuhan bisnis Envio di 2022.

Envio didirikan oleh Richard Cahyanto dan Alif Amri Suri pada 2021 yang masing-masing kini mengambil posisi sebagai CEO dan CTO. Menggabungkan pengalamannya di logistik selama 20 tahun, Richard dan Alif membangun Envio sebagai solusi logistik digital bagi segmen UMKM hingga menengah ke atas. 

“Dengan pendanaan ini, kami akan menjangkau lebih banyak mitra operator logistik di berbagai vertikal. Kami juga akan mengembangkan teknologi lewat solusi logistik digital terbaik bagi para mitra bisnis kami,” ungkap Founder dan CEO Envio Richard Cahyanto dalam keterangan resminya.

Envio memiliki ekosistem logistik terintegrasi dengan berbagai pilihan moda transportasi dalam satu tempat, sehingga dapat meningkatkan efisiensi kebutuhan logistik pengguna. Saat ini mereka mengoperasikan 35 moda transportasi udara dan laut, 5000 moda transportasi darat, dan 50 pengelolaan gudang dan penyediaan barang di seluruh Indonesia. 

Integrasi ini memungkinkan Envio untuk meningkatkan jangkauan logistik ke seluruh Indonesia dan menurunkan waktu pengiriman hingga lebih dari delapan jam. Dengan begitu, pengantaran barang lebih cepat sampai ke tangan penerima. Pengguna juga dapat memantau proses pengiriman secara real-time dan mendapatkan laporan analisis pengiriman.

Partner di Antler Subir Lohani menambahkan bahwa pihaknya terkesan dengan cara Envio mendigitalisasi sistem logistik untuk menghadirkan layanan end-to-end yang lebih cepat dan efisien bagi mitra bisnisnya. “Kami meyakini inovasi tersebut dapat mendorong pertumbuhan Envio secara signifikan dan menjadi standar baru dalam layanan logistik digital B2B,” tutur Subir. 

Tren e-commerce dan instant culture

Berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2021, pertumbuhan e-commerce di Indonesia terus meningkat sebesar 49% dibandingkan 2020. Kemudian, sebesar 65% masyarakat berbelanja kebutuhan sehari-hari melalui platform digital (e-grocery).

Dari paparan tersebut, Richard menilai potensi industri logistik masih sangat besar. Hal ini turut dipicu oleh maraknya tren instant culture di kalangan konsumen retail maupun bisnis yang digerakkan oleh industri e-commerce dan turunannya, seperti e-grocery dan quick commerce. Layanan ini sangat bergantung dengan jaringan logistik yang kuat.

Salah satu alasan Envio masuk ke B2B adalah karena industri logistik dan supply chain bagi pelaku B2B identik dengan kompleksitas tinggi dengan banyaknya keterlibatan komponen penggerak, seperti operator, subkontraktor, hingga pergudangan.

Pendanaan startup logistik di Indonesia / DailySocial.id
Pendanaan startup logistik di Indonesia / DailySocial.id

Penyedia layanan logistik dituntut beradaptasi demi menjawab kebutuhan atas kecepatan layanan yang semakin tinggi. Untuk itu, Envio berupaya menghadirkan pengalaman bertransaksi secara cepat dan real-time sebagaimana pengalaman berbelanja di e-commerce pada umumnya.

Saat ini Envio telah melayani lebih dari 30 mitra bisnis untuk logistik nasional, melalui delapan kantor cabang yang tersebar di Indonesia.

“Kami yakin langkah awal lewat pendanaan ini dapat mendorong Envio untuk membangun infrastruktur inovatif sebagai salah satu kekuatan pendorong utama ekonomi. Kami akan membangun ekosistem logistik generasi berikutnya dengan memanfaatkan teknologi dan kemitraan strategi dengan menghubungkan bisnis ke kapasitas logistik, analitik, dan konsumen,” tambah Richard.

Berdasarkan laporan Ken Research, pasar logistik Indonesia diestimasi mencapai nilai $200,3 miliar dengan CAGR 7,9% pada 2024. Nilai ini sudah termasuk untuk bisnis angkutan barang, pengiriman barang, warehouse, express and parcel (CEP), hingga cold chain logistic.