Bukalapak Umumkan Kinerja Q2 2024: Pendapatan Naik 6 Persen, Meski Masih Catat Kerugian

Bukalapak (IDX: BUKA) mengumumkan kinerja keuangan tidak diaudit untuk kuartal kedua yang berakhir pada 30 Juni 2024 (Q2 2024). Meskipun pendapatan kuartal kedua meningkat 6% dari kuartal sebelumnya, yakni mencapai Rp1.244 miliar, perusahaan masih mencatat kerugian dengan EBITDA yang Disesuaikan sebesar -Rp41 miliar.

Pertumbuhan pendapatan ini terutama didorong oleh divisi Marketplace yang menunjukkan kinerja dengan peningkatan 26% selama kuartal tersebut. Pendapatan inti meningkat lebih dari tiga kali lipat menjadi Rp306 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kerugian menurun dari tahun sebelumnya

Meskipun mencatat kerugian, EBITDA yang Disesuaikan meningkat Rp84 miliar dibandingkan tahun lalu, menunjukkan adanya perbaikan dalam upaya pengurangan kerugian perusahaan. Marjin kontribusi juga meningkat 30% dari kuartal ke kuartal, mencapai Rp162 miliar pada Q2 2024 dari Rp124 miliar pada Q1 2024.

Divisi Online-to-Offline (O2O) mengalami pertumbuhan 17% pada paruh pertama tahun 2024 dibandingkan dengan tahun lalu, didorong oleh peningkatan ragam produk dan layanan. Ramadan yang jatuh di bulan Maret memberikan dampak signifikan pada pendapatan O2O. Meskipun ada penurunan belanja selama musim liburan Idul Fitri, secara keseluruhan, pendapatan tetap meningkat 11% di paruh pertama tahun ini dibandingkan tahun lalu.

Strategi efisiensi dan inovasi untuk mengurangi kerugian

Bukalapak terus berinvestasi dalam inovasi dan efisiensi operasional. Pengeluaran G&A (general & administrative) kembali normal seperti kuartal kedua tahun 2023. Investasi dalam teknologi menjadi kunci untuk mendorong efisiensi biaya dan mempercepat waktu eksekusi transaksi. Dengan kas sebesar Rp19 triliun, Bukalapak memiliki posisi modal yang kuat untuk berinvestasi dalam inovasi dan memperluas pasar.

“Kesabaran dan ketekunan menjadi landasan manajemen. Kami fokus pada pertumbuhan yang menguntungkan dan berkelanjutan serta menciptakan nilai nyata bagi semua pemangku kepentingan,” ujar Presiden Bukalapak Teddy Oetomo.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Blibli-Tiket Umumkan Kinerja Q2 2024: Pendapatan Naik Tipis, Kerugian Ditekan Hingga 38 Persen

PT Global Digital Niaga Tbk (BEI: BELI), induk Blibli, Tiket.com, Ranch Market, dan Dekoruma, melaporkan hasil kinerja keuangan terbaru. Meskipun menghadapi tantangan ekonomi, perusahaan menunjukkan ketahanan dan pertumbuhan yang positif.

Para periode semester pertama 2024 (1H24), Blibli-Tiket berhasil mengurangi kerugian EBITDA konsolidasi sebesar 38% year-on-year (YoY) — dari Rp1.587 miliar pada 1H23 menjadi Rp1.048 miliar pada 1H24. Marjin bruto juga mengalami peningkatan dari 15,3% pada 1H23 menjadi 19,7% pada 1H24, mencerminkan efisiensi yang lebih baik dalam operasional.

Pendapatan neto konsolidasi perseroan meningkat sebesar 1% YoY — dari Rp7.776 miliar pada 1H23 menjadi Rp7.852 miliar pada 1H24.

Kinerja keuangan konsolidasian Blibli

Struktur biaya yang lebih baik tercermin dari penurunan persentase Beban Operasional terhadap Total Processing Value (TPV) dari 7,9% pada 1H23 menjadi 7,5% pada 1H24. Peningkatan ini mendorong pertumbuhan EBITDA konsolidasi terhadap TPV dari -4,3% pada 1H23 menjadi -2,9% pada 1H24.

“Kami memulai tahun ini dengan melewati periode tantangan ekonomi dan variabilitas permintaan sebelum pemilu, namun dengan gembira dapat saya sampaikan jika perseroan telah menunjukkan ketahanan dan pertumbuhan marjin yang luar biasa sepanjang paruh pertama tahun ini yang sesuai dengan fokus Perseroan ke arah profitabilitas. Kinerja yang teguh ini menggarisbawahi kekuatan model usaha kami dan landasan kokoh yang telah kami bangun untuk kesuksesan yang berkelanjutan,” ujar CEO Blibli-Tiket Kusumo Martanto.

Inovasi dan ekspansi strategis

Komitmen perusahaan untuk meningkatkan pengalaman pengguna terlihat dari peluncuran fitur Keanggotaan Terpadu (Unified Membership) yang memberikan akses tanpa batas di ekosistem Blibli-Tiket. Pembangunan gudang baru di Marunda juga hampir selesai dan diharapkan mulai beroperasi pada Oktober 2024.

Selain itu, akuisisi sekitar 99,83% saham di Dekoruma memperluas cakupan kategori produk home and living.

Dengan berbagai inovasi tersebut, berikut performa untuk  setiap lini bisnis perseroan:

  • Ritel 1P: Mengalami sedikit penurunan GPBD sebesar 6% y.o.y pada 2Q24. Namun, rasionalisasi meningkatkan Take Rate secara signifikan.
  • Ritel 3P: GPBD tumbuh sebesar 21% YoY pada 2Q24, didorong oleh peningkatan marjin dari bisnis B2C dan permintaan kuat pada usaha OTA.
  • Institusi: Menunjukkan pertumbuhan signifikan dengan GPBD meningkat sebesar 292% YoY pada 2Q24. Kualitas klien institusional juga meningkat.
  • Toko Fisik: GPBD bertumbuh pesat sebesar 23% YoY pada 2Q24, didorong oleh peningkatan volume penjualan dan perluasan jaringan toko elektronik konsumen.
Kinerja lini bisnis Blibli

“Strategi pertumbuhan omnichannel yang selektif, upaya yang ketat untuk meningkatkan laba bruto, dan pengendalian biaya yang disiplin telah efektif dalam meningkatkan kinerja kerugian EBITDA konsolidasi kami sebesar 38% YoY pada 2Q24,” ujar CFO Blibli-Tiket Ronald Winardi.

Ke depan, Blibli berkomitmen akan terus berinovasi dan memperluas strategi omnichannel. Perusahaan berkomitmen untuk memberikan pengalaman belanja yang lebih baik dan berkelanjutan bagi pelanggan, serta menjaga arah profitabilitas.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

GoTo Umumkan Kinerja Q2 2024: Pendapatan Naik 39 Persen, Kerugian Turun 95 Persen

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) mengumumkan kinerja keuangan kuartal kedua tahun 2024 dengan sejumlah pencapaian. Grup mencatat peningkatan Gross Transaction Value (GTV) inti sebesar 54% YoY, mencapai Rp63,2 triliun, sementara pendapatan bruto tumbuh 39% YoY menjadi Rp4,3 triliun.

Rugi EBITDA yang disesuaikan dilaporkan menurun drastis sebesar 95% YoY menjadi Rp48 miliar, dinilai menunjukkan langkah yang tepat untuk mencapai target impas EBITDA untuk tahun buku 2024.

Group CEO GoTo Patrick Walujo menyatakan, “Pertumbuhan yang cepat di kuartal kedua menunjukkan strategi kami untuk fokus pada pasar massal telah tepat. Kami terus berkomitmen untuk mencapai EBITDA impas untuk tahun buku 2024.”

Kinerja segmen bisnis

  • On-Demand Services: Segmen ini mencatat rekor tertinggi sejak awal 2023 dengan peningkatan pesanan yang diselesaikan sebesar 20% YoY dan GTV tumbuh 14% YoY menjadi Rp15,5 triliun. Pendapatan bruto meningkat 17% YoY menjadi Rp3,4 triliun. Segmen ini berhasil mencatat EBITDA yang disesuaikan positif selama tiga kuartal berturut-turut.
  • Financial Technology: GTV inti segmen ini tumbuh 65% YoY mencapai Rp56,2 triliun. Pendapatan bruto meningkat 97% YoY menjadi Rp788 miliar. Nilai pinjaman yang disalurkan meningkat sekitar 3,5 kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dengan aplikasi GoPay telah diunduh lebih dari 30 juta kali.

Group CFO GoTo Jacky Lo menambahkan, “Dengan pertumbuhan pengguna Gojek Plus yang dua kali lipat dan adopsi aplikasi GoPay yang semakin meluas, kami yakin berada di jalur yang tepat untuk mencapai target profitabilitas.”

Efisiensi dan pengelolaan biaya

Beban kas rutin tetap GoTo menurun 5% YoY menjadi Rp1,3 triliun. Pengurangan biaya ini didorong oleh efisiensi operasional dan pengelolaan beban usaha yang disiplin. GoTo juga mencatat posisi kas yang kuat dengan Rp22,0 triliun pada akhir Juni 2024.

GoTo juga menyatakan terus berkomitmen pada praktik terbaik terkait lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG). Perusahaan meningkatkan jumlah armada kendaraan listrik roda dua sebesar 172% dan meluncurkan berbagai kemitraan serta produk baru untuk mitra.

Ke depan, GoTo berencana untuk terus fokus pada pengembangan bisnis Financial Technology dan On-Demand Services, dengan target mencapai EBITDA impas pada akhir tahun 2024.

Application Information Will Show Up Here
Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Laporan EY: IPO di Asia Pasifik Mengalami Penurunan Signifikan di H1 2024

Wilayah Asia-Pasifik mengalami penurunan tajam dalam aktivitas penawaran umum perdana (IPO) selama semester pertama tahun 2024. Menurut laporan terbaru dari EY Global IPO Trends Q2 2024, jumlah IPO turun sebesar 43% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dengan total dana yang dihimpun menurun drastis sebesar 73%.

Data IPO per H1 2024 / EY
Data IPO per H1 2024 / EY

Faktor Penyebab Penurunan

Berbagai tantangan ekonomi dan geopolitik menjadi penyebab utama penurunan ini. Ketegangan geopolitik yang terus berlanjut, perlambatan ekonomi di beberapa negara utama, serta peningkatan suku bunga telah membuat para investor lebih berhati-hati. Dampak ini paling terasa di Tiongkok dan Hong Kong, di mana regulasi yang lebih ketat dan masalah likuiditas telah meredam aktivitas IPO.

Analisis regional berdasarkan pasar:

  • Tiongkok Daratan dan Hong Kong: Tiongkok Daratan mencatat penurunan terbesar di wilayah ini, dengan jumlah IPO turun 75% dan dana yang dihimpun anjlok 85%. Meskipun demikian, sejak Februari 2024, pasar saham A-share menunjukkan tanda-tanda pemulihan berkat kebijakan regulasi yang lebih ketat dan valuasi pasar yang lebih efisien. Hong Kong juga mengalami penurunan jumlah IPO sebesar 7% dan dana yang dihimpun turun 34%.
  • ASEAN: Pasar IPO di ASEAN juga mengalami penurunan, dengan Indonesia, Malaysia, dan Thailand sebagai pasar paling aktif. Indonesia mencatat penurunan tajam dengan hanya 25 IPO yang menghimpun dana US$251,6 juta, turun 43% dalam jumlah dan 89% dalam nilai dana yang dihimpun. Meskipun demikian, stabilitas politik dan ekonomi di kawasan ini menawarkan alternatif yang menarik bagi perusahaan yang menghadapi iklim global yang tidak pasti.
  • Jepang: Pasar IPO Jepang mengalami penurunan moderat dalam jumlah daftar baru dengan total 37 IPO, turun 12% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, sektor teknologi menunjukkan ketahanan dengan beberapa IPO signifikan yang mencerminkan potensi pertumbuhan di masa depan. Jepang juga melihat peningkatan dalam sektor teknologi penerbangan dengan beberapa startup yang berpotensi melakukan IPO di paruh kedua tahun ini.
  • Korea Selatan: Pasar IPO Korea Selatan menunjukkan penurunan, namun industri-industri tertentu seperti industri berat menunjukkan ketahanan. IPO terbesar berasal dari unit perbaikan kapal dari konglomerat pengapalan terbesar di negara ini, yang merupakan IPO terbesar sejak 2022.
  • Australia dan Selandia Baru: Aktivitas IPO di Australia dan Selandia Baru tetap rendah karena kondisi ekonomi yang tidak menentu, meskipun ada minat yang tumbuh dalam inovasi AI dan IPO terkait energi. Peraturan baru mengenai pengungkapan terkait iklim dan potensi “greenwashing” juga mempengaruhi keputusan IPO di sektor ini.

Prospek Masa Depan

Meskipun mengalami penurunan, terdapat tanda-tanda optimisme di wilayah Asia-Pasifik dengan tren ekonomi yang positif, perubahan regulasi, dan dinamika geopolitik yang berkembang. Para calon IPO harus siap untuk memanfaatkan jendela peluang yang cepat berlalu dengan menyusun cerita ekuitas yang menarik bagi investor.

Perusahaan di Asia-Pasifik cenderung mempertimbangkan opsi listing lintas batas untuk mengakses pasar baru, meningkatkan valuasi, dan meningkatkan profil merek, terutama untuk perusahaan teknologi yang berencana go public di AS.

Dengan pemulihan ekonomi yang bertahap dan kebijakan moneter yang lebih mendukung, wilayah Asia-Pasifik diharapkan dapat melihat peningkatan aktivitas IPO di paruh kedua tahun ini, meskipun ketidakpastian geopolitik dan ekonomi tetap menjadi tantangan utama.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

HSBC Berikan Debt Funding Rp300 Miliar ke AwanTunai

HSBC memberikan fasilitas debt sebesar Rp300 miliar ($18,5 juta) kepada AwanTunai untuk mendukung pengadaan persediaan bagi UMKM di Indonesia. Pembiayaan ini diharapkan dapat membantu AwanTunai mengatasi tantangan pengelolaan inventaris yang dihadapi oleh sekitar 3,5 juta warung di seluruh Indonesia.

HSBC bertindak sebagai bank penyusun, pemberi pinjaman bilateral, agen fasilitas, agen keamanan, dan bank akun dalam struktur pendanaan ini. Pembiayaan ini dirancang dengan fleksibilitas yang diperlukan AwanTunai untuk tumbuh, dengan paket keamanan yang terkait dengan kinerja buku pinjaman daripada ketentuan keuangan pada perusahaan secara keseluruhan.

Ini adalah pendanaan kedua yang diumumkan AwanTunai tahun ini. Maret lalu perusahaan juga baru membukukan pendanaan seri B senilai $27,5 juta dipimpin Norfund, MIUP (lengan investasi MUFG), dan FinnFund.

Warung, yang menguasai 70% pasar penjualan bahan makanan di Indonesia, sering kali mengandalkan uang tunai dan tidak memiliki akses ke layanan keuangan formal. Menurut data AwanTunai, kesenjangan pembiayaan pembelian persediaan untuk UMKM di Indonesia mencapai $50 miliar.

Untuk menjembatani kesenjangan ini, AwanTunai mengembangkan platform AwanToko yang memungkinkan pemilik warung memeriksa stok dan harga dari ratusan grosir serta melakukan pemesanan secara online. Selain itu, layanan AwanTempo memberikan pendanaan hingga Rp500 juta kepada pemilik warung untuk membeli persediaan.

“Kami menantikan kemitraan strategis jangka panjang dengan HSBC, yang memiliki visi dan komitmen untuk memungkinkan inklusi keuangan dalam skala besar. Kami berharap dapat membuka segmen UMKM yang sulit dilayani di Indonesia dan di pasar berkembang lainnya dengan dukungan global HSBC,” kata Co-Founder & CEO AwanTunai, Dino Setiawan.

Direktur Perbankan Wholesale, Commercial Banking HSBC Indonesia, Riko Tasmaya menyatakan, “Kami senang mendukung tujuan AwanTunai dalam menggunakan pembiayaan tertanam untuk membantu bisnis kecil di Indonesia mengatasi hambatan dalam mengejar peluang pertumbuhan.”

Ia menambahkan bahwa kesenjangan pembiayaan global untuk UMKM formal dan informal diperkirakan mencapai $8 triliun, dan kerja sama antara bank dan fintech sangat penting untuk mengatasi hambatan kritis ini terhadap pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, dan peningkatan kualitas hidup di seluruh dunia berkembang.

Debt funding khusus dari HSBC

Maret lalu, HSBC mengumumkan peluncuran debt fund khusus startup “ASEAN Growth Fund” senilai $1 miliar (sekitar Rp15,8 triliun) untuk mengakselerasi ekspansi startup di kawasan Asia Tenggara yang tumbuh pesat. Dana ini dikhususkan pada startup/perusahaan digital, terutama di sektor new economy yang mengincar ekspansi ke Asia Tenggara.

Ticket size untuk tiap pinjaman ini dimulai dari $15 juta-$100 juta dengan tenor satu sampai tiga tahun. Bank akan menggunakan metriks saat penilaian dengan mempertimbangkan operasional bisnis terkait portofolio aset generatif arus kas perusahaan, termasuk piutang, dibandingkan hanya berpatokan pada metrik keuangan tradisional.

Hal menarik lainnya, untuk startup yang ingin ekspansi ke kawasan ASEAN dapat menggunakan limit yang mereka terima dan dicairkan sesuai mata uang negara di mana negara yang akan mereka sasar. Sebagai catatan, di kawasan ini HSBC beroperasi di enam negara, yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam.

Sejumlah startup dari kawasan ini telah mendapat fasilitas pembiayaan dari HSBC, di antaranya Akulaku, Sea Group, eFishery, Atome, dan Funding Societies.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

East Ventures Berinvestasi ke Startup Kuliner Ayam Goreng Terasi Asal Singapura

Har Har Chicken!, kios makanan takeaway yang mengkhususkan diri pada ayam goreng terasi, hari ini mengumumkan keberhasilannya meraih pendanaan yang dipimpin oleh East Ventures.

“Panduan dan dukungan dari tim East Ventures sangat berharga bagi kami dalam perjalanan kewirausahaan ini. Kami menghargai keyakinan mereka terhadap brand Har Har Chicken!, dan menantikan kolaborasi yang lebih banyak ke depannya,” ujar Co-Founder & CEO Har Har Chicken! Bevin Desker.

Har Har Chicken! didirikan oleh Bevin Desker, Han Liguang, Lennard Yeong, dan Tay Jianli, yang semuanya memiliki pengalaman luas di industri restoran. Misi mereka adalah menciptakan brand makanan khas Singapura yang mudah diakses dan memiliki potensi untuk berkembang secara regional.

Pasar unggas di Asia Selatan dan Asia Tenggara menunjukkan pertumbuhan tercepat di dunia, dengan proyeksi peningkatan sebesar 30% antara 2023 dan 2030. Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya permintaan akan makanan yang mudah didapat, termasuk ayam goreng.

Menangkap peluang dari popularitas ayam goreng dan har cheong gai, Har Har Chicken! menawarkan berbagai pilihan menu seperti sayap ayam, burger, nasi kotak, dan lainnya, lengkap dengan kondimen yang menyempurnakan rasa.

Sektor F&B memang menjadi salah satu hipotesis investasi East Ventures. Selain masuk ke platform digital yang mendemokratisasi operasional bisnis kuliner, East Ventures beberapa kali juga telah berinvestasi ke pengembang produk kuliner. Mulai dari Ismaya Group, SaladStop! Group, UENA, Fore, hingga Dahmakan.

“Kami bersemangat untuk mendukung Har Har Chicken! yang menghadirkan sentuhan inovatif pada hidangan Singapura yang disukai banyak orang. Tim pendiri yang kuat dan berpengalaman diyakini akan membawa kesuksesan besar di bidang F&B,” kata Principal East Ventures Wesley Tay.

Pendanaan ini datang setelah debut Har Har Chicken! di Bishan, Junction 8, Singapura, pada 5 Juli 2024. Sebagian besar pendanaan akan digunakan untuk optimalisasi rantai pasok, memastikan kualitas yang konsisten untuk pelanggan.

Har Har Chicken! berencana memperluas kehadirannya di Singapura dengan menargetkan tiga gerai awal di Junction 8, Vivocity, dan ION Orchard. Pada tahun 2025, mereka berharap dapat meningkatkan jumlah gerai di Singapura dan melakukan ekspansi regional.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

GoTo Luncurkan Asisten Suara “Dira”, Debut Inisiatif AI Jangka Panjang Perseroan

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (BEI: GOTO) telah meluncurkan program jangka panjang pengembangan kecerdasan buatan (AI) yang dinamakan GoTo AI. Langkah pertama dalam implementasi GoTo AI ini ditandai dengan peluncuran “Dira by GoTo AI”, sebuah asisten suara berbasis AI dalam Bahasa Indonesia yang saat ini tersedia di aplikasi GoPay.

Dira by GoTo AI

Dira, singkatan dari “Dikte Suara”, dirancang untuk memberikan pengalaman yang lebih baik bagi pengguna dengan membantu mereka dalam menggunakan fitur aplikasi GoPay dengan lebih mudah. Pengguna dapat melakukan berbagai transaksi dengan lebih cepat menggunakan asisten suara ini.

Chief Operating Officer GoTo Hans Patuwo menyatakan, “Lahirnya solusi dari produk dan layanan GoTo berasal dari pemahaman kami yang sangat mendalam tentang Indonesia. Dira merupakan asisten suara berbahasa Indonesia yang tidak hanya memberikan manfaat bagi pengguna, namun juga menjadi landasan untuk pengembangan inovasi AI GoTo lebih lanjut di masa mendatang.”

Manfaat untuk Pengguna

Dira di aplikasi Gopay / GoTo
Dira di aplikasi Gopay / GoTo
  • Mempercepat Transaksi: Dira mempersingkat durasi transaksi. Contohnya, untuk membayar tagihan BPJS kesehatan, pengguna hanya perlu satu kali tap dan memberikan perintah suara, menghemat waktu dibandingkan metode konvensional.
  • Navigasi Mudah: Dira membantu pengguna menavigasi fitur aplikasi GoPay dengan lebih mudah, mengurangi pencarian manual di aplikasi dan memudahkan penemuan fitur baru.
  • Aksesibilitas: Dira dapat diakses di aplikasi GoPay yang berukuran ringan, memungkinkan penggunaan di perangkat dengan kapabilitas terbatas tanpa biaya tambahan. Untuk mengakses Dira, pengguna cukup menekan ikon mikrofon di pojok kanan atas halaman utama aplikasi GoPay, kemudian memberikan perintah suara untuk berbagai transaksi seperti membayar tagihan listrik, transfer uang, beli pulsa, dan lainnya.

Sesuai dengan standar keamanan aplikasi GoPay, pengguna diwajibkan untuk mengautentikasi transaksi dengan PIN dan verifikasi biometrik seperti sidik jari atau pengenalan wajah. Tanpa verifikasi ini, transaksi tidak dapat diselesaikan.

Strategi Jangka Panjang GoTo AI

Dira merupakan salah satu inovasi utama dari GoTo AI yang akan terus dikembangkan. Strategi GoTo AI memiliki tiga fokus utama:

  • Meningkatkan Pengalaman Pengguna: Membuat penggunaan layanan lebih mudah dan nyaman.
  • Memperkuat Keamanan: Meningkatkan keamanan di seluruh platform GoTo.
  • Pengembangan Teknologi AI: Memperkuat kapabilitas tim GoTo dalam pengembangan dan aplikasi teknologi AI.
Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

OYO Umumkan Pendanaan Rp810 Miliar Difasilitasi InCred Wealth and Investment

OYO, platform global penyedia akomodasi budget, mengumumkan meraih pendanaan $50 juta atau setara Rp810 miliar dari jajaran investor yang difasilitasi InCred Wealth and Investment. Diklaim putaran ini menarik minat tinggi dari investor dengan permintaan melebihi 2,5x dari yang ditawarkan, mencapai $120 juta. Hal ini dinilai menunjukkan kepercayaan pasar yang kuat terhadap proposisi nilai perusahaan.

OYO juga telah mendapatkan persetujuan pemegang saham untuk meningkatkan modal saham dari $108 juta menjadi $161 juta, memberi perusahaan fleksibilitas untuk menawarkan saham baru dan mengejar peluang masa depan.

Di saat yang bersamaan, OYO sedang menyelesaikan re-payment untuk mengoptimalkan struktur permodalan dan mengurangi beban pembiayaan. Targetnya adalah mengumpulkan dana hingga $450 juta melalui penjualan obligasi dolar, yang diharapkan dapat menghemat bunga tahunan sebesar $15 juta.

Pada tahun pertama fiskal 2024, OYO melaporkan laba bersih setelah pajak sebesar $12 juta. Keberhasilan ini mendorong Fitch Rating untuk meningkatkan peringkat OYO dari ‘B-‘ menjadi ‘B’. Moody’s Investor Service juga memberikan rating B3 kepada OYO, mencatat pengendalian biaya dan pertumbuhan bisnis yang diharapkan akan meningkatkan EBITDA menjadi $125 juta pada tahun fiskal 2025.

Bersamaan dengan berita ini, OYO mengumumkan penunjukan Sumer Juneja dari SoftBank Vision Fund sebagai Direktur non-eksekutif. Saat ini OYO menawarkan lebih dari 40 produk dan solusi kepada lebih dari 170.000 pemilik properti di India, Eropa, Asia Tenggara, dan 35 negara lainnya untuk menyediakan akomodasi hemat budget kepada pelancong.

Di Indonesia, OYO bersaing langsung dengan sejumlah penyedia layanan serupa. Beberapa di antaranya Reddoorz, Singgahsini by Mamikos, dan Bobobox.

Seperti diberitakan sebelumnya RedDoorz sendiri cukup optimis untuk bisa meningkatkan bisnisnya tahun ini. Mereka membidik profitabilitas secara penuh pada 2024 usai merealisasikan arus kas positif (secara grup) pada kuartal akhir 2023. Terlepas dengan situasi pasar yang tengah tidak menentu, RedDoorz mencatat pertumbuh pendapatan sebesar 30% pada 2023 dan menjaga momentum pertumbuhannya di kisaran 30%-50% pada tahun ini.

Application Information Will Show Up Here
Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Telkomsel Ventures Pimpin Pendanaan Startup AI Tictag

Telkomsel Ventures memimpin pendanaan Tictag, startup AI yang berfokus pada data. Pendanaan ini juga melibatkan M Venture Partners, East Ventures, Investible, dan SBI Ven Capital. Langkah ini menegaskan komitmen Telkomsel untuk mempercepat pertumbuhan ekosistem inovasi digital, mendorong transformasi digital di Indonesia, serta mengembangkan teknologi kecerdasan buatan (AI) di Indonesia dan Asia.

Tictag didedikasikan untuk mengembangkan AI berkualitas tinggi yang dapat diakses oleh semua, telah memulai perjalanan inovatif dengan menyederhanakan proses pengumpulan dan anotasi data. Mereka merancang platform crowdsourcing berbasis aplikasi yang efisien. Dalam beberapa tahun terakhir, Tictag telah memperluas jangkauannya, mengembangkan kemampuan AI terapan yang berfokus pada analisis data, serta menawarkan layanan konsultasi unggulan.

CEO Telkomsel Ventures Mia Melinda menyatakan bahwa kualitas dan kinerja AI sangat bergantung pada data yang digunakan untuk melatihnya.

“Investasi strategis ini dilakukan berdasarkan analisis atas kemampuan Tictag dalam memaksimalkan potensi AI melalui data training berkualitas tinggi yang mempercepat pengumpulan, pelabelan, dan pemrosesan data, membantu perusahaan meningkatkan efisiensi,” kata Mia Melinda.

Investasi ini sejalan dengan fokus Telkomsel Ventures pada teknologi baru dan merupakan langkah penting dalam mewujudkan visi Telkomsel untuk mendorong akselerasi ekosistem digital nasional serta meningkatkan ekonomi digital Indonesia.

Co-Founder dan CEO Tictag Kevin Quah menyampaikan, “Indonesia adalah basis talenta AI yang berkembang pesat dan pasar yang siap mengadopsi AI. Kepercayaan dan dukungan dari para investor mendorong kami untuk terus berinovasi dalam memperkuat ekosistem AI.”

Dia menambahkan bahwa Tictag berkomitmen untuk bermitra dengan komunitas kontributor anotasi data yang beragam, termasuk mahasiswa dan penyandang disabilitas, sehingga memungkinkan mereka berpartisipasi dalam ekonomi AI.

Didirikan pada 2019 di Singapura, Tictag memiliki misi untuk meningkatkan pemanfaatan AI bagi semua pihak. Dengan produk dan layanan inovatif yang potensial mendisrupsi pasar, Tictag kini melayani lebih dari 50 perusahaan di berbagai sektor seperti real estate, kendaraan otonom, pertanian, dan media di seluruh Asia.

Beroperasi di Singapura, Korea Selatan, Indonesia, Malaysia, Hong Kong, dan Amerika Serikat, Tictag berencana memanfaatkan investasi baru ini untuk memperluas jangkauan bisnisnya di Indonesia dan Asia, mengimbangi pertumbuhan pesat pasar AI di kawasan tersebut.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Mengundang Inovator AI Indonesia untuk Bergabung DSLaunchpad

Pendaftaran DSLaunchpad AI sudah mulai dibuka sejak awal Juli 2024 ini. Program memberikan kesempatan kepada founder startup tahap awal yang fokus mengembangkan solusi dengan kecerdasan buatan (AI) untuk mematangkan ide dan model bisnisnya.

DSLaunchpad AI terdiri dari program inkubasi berdurasi 6 minggu dengan kurikulum yang didesain khusus untuk startup AI. Para founder akan belajar langsung dari para pakar industri dari berbagai bidang, membawakan materi pengembangan produk, pemasaran, sampai penggalangan dana.

Kriteria peserta

Program ini pada dasarnya didesain untuk startup tahap awal, dengan kriteria dasar sebagai berikut:

  • Startup bootstrapping atau telah didanai investor di bawah $500 ribu.
  • Memiliki founder minimal 1 warga negara Indonesia.
  • Jumlah karyawan yang dimiliki maksimal 10 orang atau usia startup belum melebihi satu tahun.
  • Terbuka untuk lintas industri (sector agnostic).
  • Startup atau produk harus memanfaatkan satu atau lebih teknologi berikut: Machine Learning, Deep Learning, Robotics, Computer Vision, atau Generative AI.

Keunggulan program

Selain program inkubasi bisnis, DSLaunchpad AI turut menawarkan jaringan kuat di ekosistem yang akan sangat berguna untuk pengembangan startup. Dalam sesi Demo Day di akhir periode acara, para founder akan diberikan kesempatan untuk melakukan pitching ke jaringan investor dan juga konsorsium angel investor yang dimiliki DS/X Ventures di Asia Tenggara.

Setiap founder juga akan mendapatkan sesi mentoring 1-on-1 dengan high-level mentors yang sudah disiapkan, seperti CTO GDP Venture On Lee, Direktur Teknologi Digital Kalbe Risman Adnan, Chief of AI & Strategi Andrias Ekoyuono, dan masih banyak lagi.

Pendaftaran akan dibuka sampai 31 Juli 2024. Informasi lebih lanjut dan registrasi, kunjungi laman resmi DSLaunchpad AI: https://discoveryshift.com/dslaunchpad-ai/