Peta Layanan Healthtech Konsumen di Indonesia

Startup healthtech telah memberikan warna baru di industri kesehatan Indonesia. Mereka menawarkan berbagai layanan yang membantu masyarakat mengakses berbagai layanan kesehatan melalui sistem aplikasi. Telemedis bisa dibilang menjadi salah satu yang paling populer, namun seiring perkembangannya saat ini terdapat berbagai jenis produk dan layanan healthtech konsumen yang bisa dimanfaatkan masyarakat.

Di artikel ini, DailySocial.id mencoba membedah mengenai layanan healthtech konsumer yang saat ini beroperasi di Indonesia, sembari mendalami potensi untuk masing-masing layanan.

Jenis layanan healthtech di Indonesia
Jenis layanan healthtech di Indonesia

Telemedis

Ini menjadi layanan healthtech konsumer yang cukup populer di Indonesia. Sub-kategori layanannya pun juga sudah mulai meluas, tidak hanya pada layanan konsultasi dokter umum saja, melainkan sudah menjurus ke dokter spesialis, ahli gizi, sampai psikolog.

Secara global, ukuran pasar telemedis diperkirakan akan mencapai $106 miliar di tahun ini. Setelah terdorong kencang saat pandemi, permintaan layanan konsultasi medis online terus bergerak eksponensial ke atas.

Berdasarkan analisis kami, ada sejumlah faktor yang membuat telemedis makin digandrungi. Pertama, semakin mendalamnya layanan telemedis, terutama di area kesehatan mental dan perawatan (gigi, kulit, nutrisi, dll). Serta penerapan teknologi yang semakin unggul di sistem aplikasinya itu sendiri, yang berdampak langsung pada efisiensi biaya dari sisi konsumen dan penyedia layanan kesehatan.

Kedua, keterbukaan regulasi pemerintah terhadap inovasi kesehatan di Indonesia, dibarengi upaya edukasi yang optimal oleh para stakeholder, terutama ketika adanya pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu.. Ketiga, integrasi antarsistem yang semakin terbuka — hal ini dibuktikan dengan berbagai aplikasi (seperti asuransi dan rumah sakit) yang mulai mengintegrasikan sistem telemedis di dalamnya, bahkan termasuk sejumlah aplikasi konsumer seperti ride-hailing.

e-Farmasi

Menurut McKinsey, sektor telemedis dan e-farmasi menjadi dua pendorong utama healthtech di kawasan Asia. Terbukti dengan pemain kunci di setiap negara meningkatkan penetrasi secara signifikan di dua jenis layanan tersebut, seperti yang dilakukan Halodoc dan Alodokter di Indonesia, MyDoc di Singapura, Viettel dan Doctor Anywhere di Vietnam, hingga DoctorOnCall di Malaysia.

Di Indonesia sendiri, sejak tahun 2020 e-farmasi sudah mendapatkan porsi 3% dari total industri farmasi nasional yang nilainya mencapai $6 miliar. Peningkatan layanan ini juga akan terimplikasi langsung dengan integrasi antarsistem yang saat ini mulai dibangun — seperti resep dokter yang didapat dari telemedis yang bisa langsung dipesan secara in-app ke e-farmasi yang ada di aplikasi tertentu.

Cara kerja startup healthtech
Cara kerja startup healthtech

Di sisi lain, model e-farmasi juga mulai diaplikasi oleh bisnis apotek tradisional untuk menangkap peluang dari pasar generasi baru. Ini seperti yang dilakukan oleh jaringan apotek K-24 yang mengoperasikan layanan pesan-antar melalui situs web dan aplikasi, bekerja sama dengan kurir ojek yang disediakan ride-hailing lokal.

Pelaku industri juga meyakini, e-commerce yang telah terbukti menghasilkan efisiensi pada proses supply chain juga akan berdampak pada komoditas obat-obatan yang dijajakan melalui e-farmasi. Kendati demikian pengawasan ketat terhadap proses bisnisnya diperlukan untuk menghindari distribusi obat-obatan yang memerlukan rekomendasi dari dokter.

O2O Healthcare

Menurut data Kemenkes per tahun 2018, ada sekitar 2.813 rumah sakit yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, untuk melayani 265 juta masyarakat. Berbagai upaya pembenahan terus dilakukan agar menghasilkan sistem pelayanan yang optimal, salah satunya dengan melakukan digitalisasi. Saat ini sejumlah platform healthtech juga telah bekerja sama dengan institusi kesehatan untuk menghubungkan layanannya, untuk menghadirkan pengalaman online-to-offline (O2O).

Fitur seperti pesan nomor antrean secara online dan digitalisasi rekam medis jadi salah satu inovasi yang sudah bermunculan, baik di aplikasi healthtech pihak ketiga, aplikasi official milik rumah sakit, aplikasi BPJS, dan lain sebagainya. Perluasan layanan ini turut didukung oleh layanan SaaS khusus rumah sakit dan klinik yang saat ini mulai banyak dipasarkan oleh inovator teknologi, sehingga memberikan kesiapan tersendiri di sisi sistem backend dari penyedia layanan kesehatannya.

Model ini juga dimanfaatkan sejumlah klinik (khususnya gigi dan kecantikan) untuk memberikan pengalaman pelanggan yang lebih baik. Startup seperti Rata dan Nusantics memanfaatkan model ini untuk mengombinasikan antara pelayanan online dan offline untuk bertemu langsung dengan tim medis di klinik — alur kerjanya telah disesuaikan ke dalam masing-masing aplikasi.

On-Demand Healthcare

Pada dasarnya dengan layanan on-demand ini, masyarakat bisa memesan jasa terkait keperawatan medis sesuai kebutuhannya. Varian layanannya mencakup perawatan kesehatan hingga lansia. Saat ini sudah ada sejumlah pemain lokal di area ini, termasuk LoveCare, Perawatku, MHomecare, dan beberapa lainnya. Mencari perawat yang tepat memang menjadi tantangan tersendiri untuk sebagian orang, mengingat keterbatasan akses ke sumber daya yang ada.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per awal tahun ini, ada sekitar 1,26 juta tenaga kesehatan di Indonesia dengan 524.508 di antaranya adalah perawat. Namun demikian, sebaran perawat yang masih belum merata berpotensi menimbulkan ketimpangan layanan kesehatan di sejumlah daerah di tanah air. Perawat kebanyakan difokuskan untuk pelayanan di instansi kesehatan, sehingga sulit mendapatkan jasa mereka untuk kebutuhan yang lebih personal.

Layanan on-demand healthcare juga diharapkan bisa mengemban visi untuk meningkatkan kesejahteraan para perawat dengan memberikan alternatif lapangan pekerjaan sesuai bidang spesifiknya masing-masing.

Edu-Healthcare

Layanan ini memfokuskan pada edukasi ke masyarakat perihal kesehatan melalui platform online media. Bentuknya beraneka ragam dengan sebagian besar saat ini dikemas dalam layanan aplikasi yang intuitif dan interaktif. Edu-Healthcare –selain menawarkan informasi kesehatan umum—juga telah berevolusi ke dalam sub-segmen tertentu, misalnya fokus pada edukasi tumbuh kembang anak, kesehatan mental, atau parenting.

Media terkait parenting menjadi salah satu yang cukup populer di Indonesia
Media terkait parenting menjadi salah satu yang cukup populer di Indonesia

Mengutip jurnal yang diterbitkan oleh Wira Iqbal, Aria Gusti, Dicki Kurnia Pratama, dan Rahma Wahyuni dari Universitas Andalas, dari hasil survei yang dilakukan ke 110 pengunjung Puskesmas ditemukan fakta bahwa hanya 20% responden yang memiliki literasi kesehatan baik, sisanya masih tergolong rendah. Kendati penelitian ini tidak menggambarkan masyarakat Indonesia secara keseluruhan, namun bisa memberikan pandangan bahwa di banyak kalangan pengetahuan tentang kesehatan masih perlu ditingkatkan secara serius.

Medium digital dinilai menjadi kanal yang efisien untuk menjadi jembatan pengetahuan tersebut. Apalagi jika ingin menyasar generasi muda yang saat ini mendominasi tatanan masyarakat – terkait bonus demografi.

Wellness

Menurut hasil survei yang dilakukan Katadata dan Zurich, pandemi Covid-19 telah meningkatkan kesadaran masyarakat akan pola hidup sehat. Misalnya, 51,69% dari responden meningkatkan konsumsi multivitamin, 47,6% jadi lebih gemar berolahraga, dan 64,20% mengalokasikan dana untuk produk sanitasi yang lebih baik. Tren ini memberikan dampak secara langsung kepada pemain industri di sektor wellness.

Secara umum, dari yang sudah ada di Indonesia, startup wellness banyak menyuguhkan layanan berupa aktivitas kebugaran, konsultasi kesehatan, dan produk nutrisi. Saluran digital diberdayakan untuk menghubungkan dengan konsumen akhir dan medium edukasi on-demand (telemedis, video pembelajaran, dan lainnya).

Menurut data yang dihimpun Statista untuk pasar Indonesia, revenue yang berpotensi didapat layanan wellness digital di kategori kebugaran akan mencapai $741,3 juta di tahun ini. Sementara untuk layanan konsultasi kesehatan dan nutrisi ditaksir mencapai $120,7 di periode yang sama.

Biotech

Biotech memiliki berbagai cabang ilmu, salah satu yang mulai populer adalah genomik. Ini terkait pengujian DNA manusia untuk menemukan potensi penanganan kesehatan yang lebih baik. Layanan biotech berfokus pada preventive healthcare dengan menguak hal-hal unik dari DNA yang dimiliki seseorang. Ini bisa mendeteksi potensi risiko penyakit berat hingga jenis obat yang bisa diserap dengan baik.

Di Asia Pasifik, industri genomik telah membukukan kapitalisasi pasar $3,62 miliar per 2022 dan diproyeksikan akan bertumbuh menjadi $5,97 miliar di tahun 2027 nanti.

Belum banyak pemain yang terjun di industri ini, namun di Indonesia sudah ada beberapa termasuk NalaGenetics dan Asa Ren. Dibutuhkan biaya besar dan penelitian panjang untuk melakukan R&D. Kini dua pemain tersebut kini sudah debut dengan layanan, memungkinkan siapa saja untuk melakukan tes genom dengan biaya yang cukup terjangkau.

Insignia Beberkan Paradigma Baru Investasi untuk Startup Tahap Lanjut

Ula, startup B2B Commerce untuk UMKM, didirikan pada 2020 oleh Alan Wong, Derry Sakti, Riky Tenggara, dan Nipun Mehra. Dalam debutnya, mereka mendapat $10,5 juta pendanaan seed dari Sequoia, Lightspeed, serta sejumlah VC dan individu lain. Dalam 6 bulan, mereka mendapat pendanaan seri A 2x lipat dari sebelumnya. Kemudian, dalam waktu 9 bulan, mereka mengamankan pendanaan seri B senilai $87 juta, termasuk dari VC Jeff Bezos. Total dana ekuitas yang berhasil dikumpulkan mencapai $140 juta.

Cerita tersebut menggambarkan betapa mudahnya para pemodal ventura menggelontorkan uang investasi untuk sebuah startup. Dan itu tidak hanya terjadi di Ula, gelontoran pendanaan deras juga sempat terjadi ke startup lain seperti Lummo, BukuWarung, Astro, dan lainnya. Dalam waktu yang relatif singkat beberapa putaran pendanaan berhasil ditutup, melibatkan pemodal dari kancah lokal, regional, hingga global. Bahkan membuat mereka berstatus centaur kurang dari 2 tahun.

Sayangnya, mendapatkan pendanaan besar tidak menjamin startup mampu ‘take-off’ sampai tahap bisnis berkelanjutan. Ula dan Lummo misalnya, kini mereka memilih menutup model bisnis yang sebelumnya mengisi deck penggalangan dana dan melakukan penataan ulang operasional secara menyeluruh (termasuk membubarkan tim). Baik Ula dan Lummo memang diisi oleh jajaran founder yang cukup berpengalaman dalam ekosistem bisnis teknologi.

Koreksi pasar

Para pengamat menyebut, era ‘easy money’ dalam investasi startup sudah berakhir. Para investor kembali berpikir konservatif saat menaruh dananya ke sebuah startup, dengan menekankan metriks seperti pendapatan dan proyeksi perkembangan bisnis — alih-alih hanya mengejar pertumbuhan pengguna. Namun tidak dimungkiri, bahwa berkat investasi yang lancar di ekosistem startup telah melahirkan belasan unicorn dan puluhan centaur yang merevolusi berbagai sektor di Indonesia. Mendongkrak langsung pada ekonomi digital di wilayah ini.

Setelah pandemi, hipotesis mengenai sektor teknologi yang akan terakselerasi kencang diamini oleh berbagai pihak. Para investor jor-joran masuk ke startup teknologi baru yang dinilai dapat mendemokratisasi segmen bisnis tertentu (misalnya saat itu yang cukup populer adalah digitalisasi UMKM). Arus pendanaan tahap awal yang kencang menjadikan banyak startup baru mendapati valuasi fantastis — rata-rata pendanaan tahap awal sudah bernilai jutaan dolar.

Di sisi lain, ini berdampak pada terbentuknya gap pada putaran pendanaan tahap lanjut. Di tahap awal, startup sudah kadung mendapatkan valuasi fantastis – pengalian nilai valuasi post-money lebih tinggi dari rata-rata sebelumnya. Padahal kondisi ini rawan terdampak goncangan ketika terjadi turbulensi pada sistem perekonomian.

Benar saja, tahun 2022 kondisi ekonomi global mengalami sejumlah tekanan. Peningkatan suku bunga menjadikan para pemilik dana mulai mempertimbangkan ulang untuk berinvestasi ke startup – dengan tingkat risiko yang jauh lebih tinggi misal dibandingkan dengan deposito bank. Dengan dominasi LP di pemodal ventura yang berasal dari investor global, dampak penurunan iklim investasi pun sangat terasa di Asia Tenggara, terlebih di Indonesia.

Padahal dengan banyaknya startup tahap awal yang sudah mendapatkan pendanaan sejak beberapa tahun sebelumnya, dukungan pendanaan lanjutan sangat dibutuhkan. Dengan paradigma sebelumnya, startup mencoba mengutamakan growth, dengan harapan saat basis pengguna sudah terbentuk bisa memulai monetisasi di tahap selanjutnya. Ini membuat runway bisnis mereka terbatas dan cukup bergantung dengan putaran pendanaan berikutnya.

Sejumlah VC berpendapat, bahwa koreksi pasar (atau disebut tech winter) ini masih dirasakan hingga menjelang tutup tahun 2023 ini.

Memulai paradigma baru

Kami bertemu dengan Yinglan Tan, Founding Managing Partner Insignia Ventures Partners, yang telah berinvestasi ke startup di Indonesia dan Asia Tenggara dalam multi-stage. Ia berpendapat di kondisi pasar saat ini, para VC mengharapkan manajemen keuangan dan tata kelola bisnis yang lebih matang untuk startup setelah menyelesaikan putaran tahap awal (pasca-seri A). Dan ini harus dicerminkan pada laporan keuangan teraudit dengan unit ekonomi positif, manajemen arus kas yang sehat, dan beberapa validasi bisnis lainnya.

“Rasio biaya vs pengembalian bagi startup telah meningkat terutama untuk investasi tahap akhir, seiring naiknya cost of money dan penyesuaian harga dalam lanskap exit pasca-pandemi. Hal ini mendorong para VC  untuk lebih teliti dalam menghindari kerugian, atau memperluas paparan mereka terhadap perusahaan-perusahaan yang dianggap undervalued. Ada juga strategi untuk beralih ke putaran awal, meskipun hal ini mungkin memengaruhi kecepatan penyaluran dana yang besar,” ujar Tan.

Yinglan Tan dalam sebuah sesi bersama startup portofolionya di Jakarta / Insignia
Yinglan Tan dalam sebuah sesi bersama startup portofolionya di Jakarta / Insignia

Beberapa hal memang dilihat telah berubah akhir-akhir ini, durability of cash misalnya. Sebelumnya satu putaran pendanaan bisa mengamankan runway startup 12-18 bulan sebelum menutup putaran selanjutnya, namun sekarang ini sulit dilakukan oleh banyak startup. Di sisi lain proses penggalangan dana juga lebih sulit, para analis di VC membutuhkan waktu lebih banyak untuk melakukan penilaian ketat terkait performa startup tersebut.

Tan mengutarakan, situasi ini bisa diantisipasi founder dengan menerapkan sejumlah pilihan sekenario, di antaranya:

Skenario Penjelasan
Bergerak Agresif Fokus pada ekspansi dan pertumbuhan. Jika startup sudah memiliki uang tunai yang cukup, setidaknya memiliki runway tiga tahun atau sudah mencapai titik profitabilitas. Ini menjadi kondisi yang perlu diupayakan semua startup.
Mengerem Pengeluaran Startup bisa fokus untuk mengefisienkan pengeluaran untuk menambah runway, termasuk mengarahkan ulang bisnis menuju profitabilitas. Beberapa founder juga mengupayakan brdige round saat melakukan penyesuaian ini untuk memastikan putaran selanjutnya lebih mulus.
Melakukan Down-round Jika dua skenario di atas tidak memenuhi, startup bisa menggalang down-round dengan mengorbankan pada nilai valuasi yang diperkecil. Juga bisa mempertimbangkan instrumen lain seperti venture debt, financing, dan lainnya.
Menjual Bisnis Jika semua langkah di atas masih sulit dilakukan, maka menyerahkan kepemilikan startup ke pihak lain agar mendapat injeksi dana bisa jadi pilihan. Ini diupayakan agar produk/layanan bisa terus dikembangkan.

“Para pendiri yang berhasil dalam lima tahun terakhir bisa menggalang dana $10 juta dengan presentasi PowerPoint dan memberikan subsidi untuk pertumbuhan. Mereka tidak akan menjadi pendiri yang akan berhasil dalam lima tahun mendatang karena lingkungannya telah benar-benar berubah,” ujar Tan.

Insignia Ventures Partner telah berinvestasi ke sejumlah startup lokal. Berikut daftarnya:

  • Tahap awal: ATTN, Asani, Assemblr, Bakool, Credibook, Elevarm, Fishlog, Lifepal, Nimbly, Pahamify, Sayurbox, Tentang Anak, Verihub
  • Tahap lanjut: Ajaib, AwanTunai, Fazz, Flip, GoTo, Pinhome, Shipper, Super, Travelio

Dampak atas penyesuaian

Maraknya pemberitaan layoff, penutupan bisnis, pivot, akuisisi yang disampaikan secara eksplisit beberapa waktu terakhir membuktikan bahwa 4 skenario tersebut mungkin dijalankan dan memang menjadi pilihan yang relevan bagi para founder.

Praktik manajemen arus kas yang sehat sangat penting bagi pertumbuhan berkelanjutan perusahaan di pasar saat ini. Ini melibatkan sistem pengukuran yang akurat, fondasi keuangan yang kuat, pengelolaan pertumbuhan karyawan yang hati-hati, pengeluaran pemasaran yang terencana, serta pertimbangan alternatif pendanaan seperti hutang usaha.

Founder harus memahami risiko bisnis dan mempertimbangkan berbagai opsi pendanaan sebelum terjun ke pasar pendanaan. Praktik-praktik ini tak hanya terkait dengan keuangan, tapi juga banyak aspek pembangunan perusahaan, menegaskan bahwa mengintegrasikan praktik-praktik tersebut di atas ke dalam prinsip-prinsip operasional perusahaan sangat krusial untuk manajemen arus kas yang lebih baik.

Tan juga berkomentar soal pertimbangan exit melalui IPO bagi startup tahap lanjutan. Ia mengatakan, “Meskipun kami percaya bahwa pasar publik adalah pembeli terbaik untuk startup portofolio kami, ini bukanlah akhir tetapi transisi fundamental bagi setiap perusahaan. Penting bukan hanya agar perusahaan go public, tetapi juga agar mereka mampu memanfaatkan pasar publik secara efektif untuk pertumbuhan berkelanjutan. Banyak faktor yang perlu bersatu untuk perusahaan, mulai dari sifat bursa saham hingga cerita yang perusahaan bawa ke pasar dan persiapan yang telah mereka susun menjelang IPO.”

Komentar ini berlandaskan pada stigma yang kurang baik oleh publik atas perusahaan teknologi yang telah terlebih dulu melantai ke publik.

“Lebih dari sekadar mengantar sebuah perusahaan ke pasar publik pada titik waktu tertentu, yang lebih penting bagi kami adalah mendukung perusahaan dalam memperkuat dasar-dasar mereka jika mereka memutuskan untuk memulai proses go public,” pungkas Tan.

Inovasi “Preventive Healthcare” NalaGenetics dan Potensinya dalam Merevolusi Layanan Kesehatan

NalaGenetics adalah startup biotech yang berusaha merevolusi layanan kesehatan melalui inovasi di bidang genomik. Lewat layanan tes DNA terjangkau yang dimiliki, mereka berupaya memberdayakan setiap individu agar bisa membuat keputusan tepat untuk kesehatan mereka. Ini termasuk dengan memberikan rekomendasi terpersonalsiasi tentang pilihan nutrisi dan obat-obatan sesuai dengan genetika tubuhnya.

Berlandaskan data hasil tes DNA tersebut, layanan yang dimiliki NalaGenetics terus diperluas. Belum lama ini kapabilitas mereka diperluas dengan melahirkan tes prediksi risiko kanker payudara bernama MammoReady — dinilai sebagai yang paling komprehensif di Asia Tenggara. Ini adalah inovasi yang sangat penting dalam dunia medis, karena dengan melakukan deteksi dini akan kanker tersebut penyitas bisa memiliki tingkat kelangsungan hidup hingga 98%.

Seperti diketahui, dari data Globocan seperti dikutip Kemenkes, pada tahun 2020 tercatat jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6%) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia. Adapun jumlah kematiannya mencapai lebih dari 22 ribu jiwa. Angka ini menjadikan penyakit ini sebagai salah satu penyumbang kematian tertinggi di Indonesia.

Menariknya, banyak hal yang sebenarnya bisa dieksplorasi melalui data DNA manusia. DailySocial.id berkesempatan untuk berbincang dengan Co-Founder & COO NalaGenetics Astrid Irwanto, PhD.

Pengembangan solusi genomik

NalaGenetics sendiri didirikan oleh 4 orang founder: Levana Sani (CEO), Astrid Irwanto (COO), Alexander Lezhava, dan Jianjun Liu. Keempatnya bertemu saat melakukan riset di Genome Institute of Singapore bagian dari A*STAR.

Petualangan mereka dimulai saat para founder mengerjakan sebuah proyek di Papua bermitra dengan Kemenkes tahun 2016 untuk mendistribusikan seribu alat tes genetik di 5 desa di Papua dan Papua Barat. Hasil pengujiannya menemukan bahwa 20% pasien kusta di sana membawa gen yang bertanggung jawab atas reaksi yang berpotensi fatal terhadap Dapson (obat anti kusta); penemuan ini akhirnya membantu dokter memutuskan pasien yang dapat dirawat dengan aman dengan antibiotik.

Sejak itu, mereka berminat untuk membuat layanan itu bisa berdampak lebih luas dengan bekerja sama dengan dokter, rumah sakit, dan peneliti di Jakarta dan Singapura. Debut awalnya menjadi semakin mantap saat tahun 2018 lalu NalaGenetics membukukan seed funding. Mereka berhasil melakukan proof-of-value project bersama sejumlah rumah sakit dan institusi kesehatan di Indonesia dan Singapura.

“Nalagenetics bergerak di bidang preventive health dari sisi genomik. Kami mulai dari pemberian rekomendasi untuk obat-obatan yang tepat untuk seseorang berdasarkan DNA (farmakogenomik) dan juga nutrisi, vitamin, mineral yang tepat untuk seseorang berdasarkan DNA mereka (nutrigenomik). Untuk prediksi risiko seseorang terhadap penyakit, fokus kami di penyakit kronis. Selain kanker payudara, kami akan meluncurkan tes prediksi risiko untuk beberapa kanker lain, penyakit kardiovasuler, serta penyakit neurodegenerative seperti Parkinson’s Disease. Semuanya akan kami sesuaikan dengan etnik populasi Asia,” jelas Astrid kepada DailySocial.id.

Putaran Nilai Investor
Seed $1 juta East Ventures, Intudo Ventures, dan beberapa angel investor
Seri A $12,6 juta Intudo Ventures, Vulcan Capital, DxD Hub, A*STAR, Dexa International, Diagnos Laboratories, East Ventures, AC Ventures, GDP Venture, dan angel investor

Menurut hasil laporan yang dirangkum ResearchAndMarkets, pangsa pasar layanan genomik global telah mencapai $33,25 miliar pada 2022 dan akan terus bertumbuh sampai $441,35 miliar pada tahun 2023 mendatang (CAGR 19,4%). Dampak yang semakin nyata dirasakan di sektor biomedis dan kedokteran menjadikan solusi berbasis genomik semakin mudah diterima pasar, di tengah perhatian masyarakat yang lebih baik terhadap kesehatan pasca-pandemi Covid-19.

Merekomendasikan obat dan nutrisi yang tepat

Ada sejumlah produk yang saat ini sudah dikomersialkan oleh NalaGenetics. Pertama ada RxReady™, merupakan layanan tes DNA untuk membuka profil genetik konsumen (farmakogenomik). Tes farmakogenomik menganalisis susunan genetik unik setiap pasien untuk memberikan informasi yang dipersonalisasi tentang obat mana yang paling efektif bagi pasien dan membantu menghindari reaksi obat yang merugikan.

Hasil pengujian ini akan menghasilkan laporan komprehensif (sekitar 200an halaman: contoh laporan) yang berisi ringkasan upaya tindak lanjut, rekomendasi, pembuktian ilmiah, informasi genom, hingga laporan obat individu. Dengan lebih dari 180 jenis obat di panel NalaGenetics, tes farmakogenomik dapat mengurangi peluang reaksi obat yang merugikan hingga 24%.

Contoh hasil laporan tes genetik untuk merekomendasikan penggunaan obat untuk pasien / NalaGenetics
Contoh hasil laporan tes genetik untuk merekomendasikan penggunaan obat untuk pasien / NalaGenetics

“Saat ini kita ada dokter khusus di lab/klinik NalaGenetics yang dapat membantu memberikan konsultasi terhadap hasil tes [..] jumlahnya masih terus diperbanyak. Kami juga memberikan kesempatan training ke dokter yang ingin bisa baca laporan farmakogenomik ini. Jadi kita tidak ingin, setelah tes tidak ada follow up, tapi kami ada layanan yang memungkinkan pasien untuk satu atau beberapa kali berkonsultasi langsung ke dokter,” jelas Astrid.

Kendati tes genomik ini hanya perlu dilakukan satu kali seumur hidup, namun rekomendasi yang diberikan akan terus diperbarui berdasarkan bukti ilmiah terbaru. Untuk itu laporan tersebut juga dikemas dalam mobile apps yang saat ini sudah dirilis agar memudahkan pengguna mendapatkan info terkini tentang analisis terhadap DNA-nya.

“Sekarang kami juga sudah jalan dengan RSCM untuk membantu pasien depresi. Biasanya pasien akan diberikan obat setelah melakukan konsultasi dengan dokter, lalu sekitar 2 minggu lagi akan dicek apakah obat itu memberikan dampak atau tidak, jika tidak akan diberikan dosis atau jenis obat yang berbeda. Dengan farmakogenomik, NalaGenetics menghadirkan solusi yang lebih cost-effective dengan merekomendasikan obat yang lebih tepat ke pasien,” ujar Astrid.

Layanan berikutnya dari NalaGenetics adalah NutriReady™, yakni tes DNA yang dilakukan untuk membantu mempersonalisasi asupan nutrisi tubuh berdasarkan keunikan DNA. Laporan dari hasil tes ini sekitar 24 halaman (contoh laporan), memberikan informasi seperti intoleransi makanan, nutrisi apa yang lebih dibutuhkan tubuh, hingga personalisasi meal plan. Dari studi yang dilakukan, 67% orang mencapai tujuan kesehatannya dengan mengetahui nutrisi tubuh dari DNA.

Selain itu ada sejumlah produk lain yang saat ini turut dijajakan NalaGenetics, di antaranya:

  • MammoReady™ adalah tes DNA yang dapat membantu pasien memahami risiko kanker payudara, memungkinkan mereka untuk mengambil tindakan pencegahan guna menghindari hasil yang tidak diinginkan di masa depan.
  • QuickSpit™ adalah tes RT-PCR menggunakan air liur yang bertujuan untuk membuat pengujian PCR lebih mudah dan nyaman bagi pasien.
  • Nala PGx Core® adalah panel uji multi-gen yang dirancang untuk menganalisis empat farmakogen penting (CYP2C9, CYP2C19, CYP2D6 dan SLCO1B1).
  • Nala Clinical Decision Support™ adalah software untuk menginterpretasi genetik, yang dibangun dengan standar ISO untuk kualitas pengembangan produk, keamanan, dan kerahasiaan.

Grant penting untuk penelitian biotech

Terkait dengan genomik Astrid berpendapat, dari sisi teknologi saat ini perkembangannya cukup pesat. Sementara yang masih menjadi tantangan justru awareness di sisi masyarakat. Selama ini preventive healthcare masih belum banyak diminati — jarang yang memiliki alokasi budget khusus untuk mengakses layanan ini.

Untuk memasyarakatkan preventive healthcare di Asia Tenggara, khususnya pengujian genomik, dibutuhkan sinergi yang baik antara sektor publik dan privat dengan berbagai skenario. Termasuk misalnya kemitraan B2B dengan pemain asuransi atau integrasi dengan program kesehatan pemerintah.

Tamu ahli NalaGenetics, dr. Lonah, Sp.FK memberikan tips untuk mencegah efek negatif obat-obatan melalui tes DNA / NalaGenetics
Tamu ahli NalaGenetics, dr. Lonah, Sp.FK memberikan tips untuk mencegah efek negatif obat-obatan melalui tes DNA / NalaGenetics

“Kami secara konsisten melakukan banyak sekali awareness training kepada klinisi dan masyarakat umum melalui webinar, seminar, dan media sosial. Kami pun berusaha memperluas jangkauan melalui kerja sama dengan perusahaan yang memang ada budget untuk melakukan health screening pada staf mereka. Semoga kami juga bisa ikut dalam Health Technology Assessment dari pemerintah Indonesia di waktu dekat supaya mulai bisa di-reimburse juga dari sisi pemerintah,” imbuh Astrid.

Di sisi lain, pengembangan solusi genomik juga membutuhkan biaya besar untuk riset. Mekanisme grant (baik dari pemerintah dan swasta) menjadi salah satu amunisi penting untuk menjalankan mesin inovasi tersebut. Sayangnya waktu itu memang grant untuk penelitian klinis di bidang bioteknologi belum banyak di Indonesia.

Grant ini penting sekali dalam melangsungkan validasi klinis dari teknologi dan algoritma bioinformatika yang kami buat serta melakukan pilot implementasi di klinik. Untuk melangsungkan aktivitas tersebut dibutuhkan sampel yang cukup banyak dan biaya yang cukup besar,” jelas Astrid.

Kemudian NalaGenetics bekerja sama dengan sejumlah firma riset, termasuk di Singapura, untuk bisa mengakses grant tersebut untuk kebutuhan penelitian dan pengembangan produknya.

“Karena grant ini semua dari pemerintah Singapura, kolaborasi kami juga selalu dengan menggandeng key opinion leader dari instansi klinis pemerintah, recruitment pasien dari instansi klinis tersebut, dan hasilnya adalah suatu publikasikan bersama dan peluncuran servis dengan mereka. Ini berkaitan erat juga dengan adanya upaya pemerintah Singapura dalam proyek National Precision Medicine sehingga pilot ini pun menjadi proof of concept untuk scale up di skala nasional,” imbuh Astrid.

Astrid juga bercerita bagaimana Enterprise SG (unit pengembangan inovasi di bawah Kementerian Perdagangan Singapura) setempat memberikan dukungan menyeluruh untuk pengembangan inovasi NalaGenetics.

“Sedari awal kami sangat terbantu, terutama dari segi mengembangkan tim yang masih kecil. Karena Enterprise SG ada grant yang namanya T-UP untuk hire 2 talent selama 2 tahun dengan subsidi 70%, ini sangat membantu. Berikutnya adalah standards adoption grant yang bentuknya bisa berupa penambahan sertifikasi seperti ISO 13485 dan ISO 27001 yang memberikan kredibilitas kami kepada klien dan juga membuka akses ke market lain.”

Ia melanjutkan, “Kami juga mendapatkan market akses grant ke Eropa, USA serta program immersion ke Australia dan Cina berkat ketersediaan grant dari Enterprise SG juga. Selain itu kami diberi akses ke venture capital yang bekerja sama dengan mereka serta kesempatan berkolaborasi dengan partner private maupun government. Semua ini sangat membantu pengembangan produk dan bisnis di NalaGenetics.”

Mendukung inovasi genomik di Indonesia

Jajaran founder NalaGenetics / NalaGenetics
Jajaran founder NalaGenetics / NalaGenetics

NalaGenetics didirikan oleh jajaran founder dengan pengalaman yang cukup solid untuk menghasilkan inovasi. Astrid sendiri merengkuh strata doktoral di bidang Human Genetics, di NUS. Ia sempat bekerja di beberapa firma penelitian yang tidak jauh dengan dunia biomedis.

“Mempunyai co-founding yang solid dengan complementary skills itu penting sekali. Adanya suatu inovasi canggih dan berguna bagi masyarakat tapi kalau ilmuannya itu harus memajukan teknologi itu sendiri akan sangat sulit. NalaGenetics ini bisa lahir karena ada 4 orang di tim kami dengan kemampuan yang saling melengkapi, termasuk CEO kami Levana Sani yang memang berlatar belakang science dan juga bisnis, yang bantu mematangkan model bisnisnya dan fundraising,” jelas Astrid.

Ia melanjutkan, “Lalu Dr. Liu Jianjun co-founder & advisor kami yang saat ini adalah Executive Director dari Genome Institute of Singapore yang mengerti landscape genomics, koneksi dengan key opinion leader dan B2G partnerships. Dan terakhir Dr. Alexander Lezhava yang juga adalah co-founder & advisor kami mengerti cara membuat kit in-vitro diagnostic serta penyediaan layanan tes klinis.”

Saat ini NalaGenetics juga telah didukung 50 staf di Indonesia dan 25 staf di Singapura. Sekitar separuhnya adalah tim R&D.

Soliditas dan pemahaman mendalam tentang genomik tersebut juga akhirnya ingin dibawa lebih dalam ke Indonesia. Pertengahan Oktober 2023 lalu, bersama salah satu investor utamanya yakni East Ventures, NalaGenetics mengumumkan komitmennya untuk mendukung analisa sampel genomik di Biomedical and Genome Science Initiative (BGSi).

NalaGenetics akan bekerja sama dengan BGSi dengan transfer ilmu dan keahlian dalam melakukan sequencing. Kerja sama ini diharapkan dapat menciptakan inovasi produk baru berbasis data genetik lokal dalam memanfaatkan potensi dari data genomik populasi Indonesia.

Penandatanganan nota kesepahaman antara BGSi, East Ventures, dan NalaGenetics / East Ventures

Di sisi lain, saat ini NalaGenetics juga terus memperbanyak cakupan klinik dan kerja sama dengan ekosistem kesehatan di Indonesia untuk makin memasyarakatkan solusi berbasis genomik tersebut. Terbaru, mereka akan segera meresmikan klinik di daerah Fatmawati, Jakarta untuk memberikan akses tes DNA dan layanan konsultasi komprehensif kepada masyarakat.

“Tes DNA bisa dilakukan di mana saja. Tapi yang dikembangkan NalaGenetics adalah algoritmanya, ini yang kami jual ke lab/klinik. Algoritma ini memungkinkan kita untuk mendapatkan hasil analisis yang lengkap dari tes DNA tersebut [..] Ke depan kami juga akan terus memperdalam kerja samad dengan Kemenkes di Indonesia supaya preventive healthcare ini semakin terjangkau untuk masyarakat kita,” ujar Astrid.

Selain di Indonesia dan Singapura, NalaGenetics juga berkomitmen untuk bisa menjangkau pasar regional. Ambisi ini disampaikan saat mereka mendapatkan pendanaan seri A Maret 2022 lalu. Dana segar yang didapat akan dimaksimalkan untuk ekspansi, dengan negara tujuan berikutnya adalah Malaysia. Upaya ini di tengah momentum pertumbuhan pasar pengujian genetika yang sangat cepat di kawasan Asia.

Application Information Will Show Up Here

Ini Dia Startup dan Investor di Ekosistem Healthtech Indonesia

Sektor kesehatan di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, mulai dari disparitas pemenuhan dokter, sebaran fasilitas kesehatan yang kurang merata, hingga inovasi di bidang medis yang masih relatif lambat — sehingga menciptakan gap yang cukup kentara di banyak wilayah.

Misalnya terkait dokter spesialis, menurut Dirjen Tenaga Kesehatan Kemenkes rasionya masih sangat kecil, pemerintah menargetkan bisa mencapai target rasio 0,28: 1.000 sehingga saat ini masih dibutuhkan 30 ribu dokter spesialis.

Terlepas dari upaya yang dilakukan di hulu, kini pendekatan berbasis teknologi mulai digencarkan untuk bisa memicu adopsi layanan kesehatan yang lebih baik ke semua kalangan masyarakat, termasuk melalui aplikasi digital. Bahkan untuk menciptakan iklim inovasi yang lebih kondusif, Kemenkes telah membangun unit khusus (DTO/Digital Transformation Office) dan roadmap yang cukup jelas mengenai inovasi layanan kesehatan di Indonesia.

DTO mendorong hadirnya regulasi yang lebih bersahabat untuk ekosistem healthtech di Indonesia, implikasinya inovasi-inovasi teknologi kesehatan kini menjadi lebih mudah diuji, diaplikasikan, dan dikomersialisasikan. Di samping itu ada misi untuk menata ulang pencatatan dan digitalisasi data untuk kepentingan jangka panjang.

Tentu ini menjadi peluang besar untuk para inventor healthtech di Indonesia yang diproyeksikan mencapai $1,7 miliar pada 2023 dan akan tumbuh dengan CAGR 10,35% sampai 2028 mendatang senilai $2,9 miliar.

Pemain healthtech terbesar

Startup healthtech sudah mulai bermunculan sejak era perkembangan awal startup. Dimulai dari portal informasi kesehatan, layanan telemedis, e-pharmacy, layanan kesehatan O2O, hingga kini menuju ke inovasi babak selanjutnya: biotech.

Didasarkan pada data pendanaan yang diumumkan publik, tiga startup saat ini diproyeksikan telah menjadi centaur (sejauh ini belum ada unicorn lokal dari vertikal healhtech).

Startup Pendanaan Estimasi Valuasi (Venture Cap)
Halodoc · Seri D: $100 juta (Astra Digital, Openspace, Novo Holdings, dll).

· Seri C: $80 juta (Astra, Temasek, Telkomsel MItra Inovasi, Novo Holdings, Bangkok Bank dll).

· Seri B: $65 juta (UOB Venture, Singtel Innov8, KIP, Melinda Gates Foundation, Prudential, Allianz X, dll).

· Seri A: $13 juta (Clermont Group, Go-Jek, Blibli, NSI Ventures).

· Seed: Undisclosed.

± $600 juta
Alodokter · Venture Round: Undisclosed (Marubeni Corp, MDI Ventures, Samsung Ventures).

· Seri C+: Undisclosed (MDI Ventures, Sequis, Golden Gate Ventures, Heritas, Hera Capital).

· Seri C: $33 juta (Sequis Life, Philips, Heritas Capital, Hera Capital, Dayli Partners dll).

· Seri B: Undisclosed (Softbank, Golden Gate Ventures dll)

· Seri A: $2,5 juta (Golden Gate Venture, angel investor)

· Seed: Undisclosed (Fenox, 500 Startups, Golden Gate Ventures)

± $130 juta
Good Doctor Indonesia · Seri A: $10 juta (MDI Ventures, Grab, Softbank)

· Seed: Undisclosed (Grab, Ping An)

mendekati $100 juta

Investor di vertikal healthtech

Dalam satu tahun terakhir, sektor healthtech dan turunannya memiliki momentum pertumbuhan yang sangat pesat. Ini mendorong para investor untuk mempertajam hipotesis mereka untuk turut andil di dalam vertikal industri ini. Tidak tanggung-tanggung, sejumlah pemodal ventura juga telah mengalokasikan dana kelolaan khusus yang difokuskan untuk  berinvestasi ke startup healthtech.

Berikut ini daftar investor aktif di Indonesia yang memiliki fokus mendanai startup di bidang teknologi kesehatan:

Healthcare Fund dari East Ventures

Bulan lalu pemodal ventura yang dinakhodai Willson Cuaca ini baru mengumumkan inisiatif Healthcare Fund senilai $30 juta. Dana ini akan disalurkan ke startup healthtech dan turunannya di kawasan ini. Sejauh ini mereka juga sudah banyak berinvestasi ke startup healthtech (dan turunannya). Disampaikan sekurangnya ada 30 startup di Indonesia dan wilayah regional.

Di vertikal bisnis ini, East Ventures juga tampak lebih serius memperdalam keterlibatannya di area genomik – terutama di lini biotech dan deeptech. Berikut ini sejumlah daftar investasi terbarunya:

Startup Solusi Tahap Investasi
Moosa Genetics Pengembangan teknologi genetik untuk meningkatkan sektor peternakan Seed
Mesh Bio Layanan manajemen penyakit kronis dan analisis prediktif Seed
Etana Startup biofarmasi yang menghadirkan bahan baku obat biologis untuk kanker dan penyakit kronis lainnya Seed
AMILI Pengembang solusi pengobatan mikrobioma usus pertama di Asia Tenggara Seed
Aevice Health Alat monitoring kesehatan untuk solusi pernapasan kronis Seed

Dana Kelolaan CVC BUMN

MDI Ventures dan Bio Farma telah membentuk dana kelolaan bertajuk “Bio Health Fund” dengan komitmen investasi awal $20 juta. Mereka akan menginvestasikan dana tersebut ke startup tahap awal dan berkembang yang fokus di bidang biotech dan inovasi layanan kesehatan di Indonesia. CVC BUMN lainnya, yakni Mandiri Capital Indonesia, juga mengatakan bahwa mereka merilis thematic fund dengan salah satu fokusnya di bidang biotech.

MCI sendiri memang sedang fokus memperdalam hipotesis impact investment mereka melalui sejumlah co-investment, salah satunya bersama UNDP. Mereka mengeksplorasi startup yang berpotensi mendisrupsi sektor riil berdampak dengan inovasi teknologi.

MDI sendiri saat ini adalah investor dari sejumlah startup healthtech seperti Alodokter, Good Doctor, SwipeRx, CXAGroup, Pixa, dan Heals. Melalui unit lainnya, Telkomsel Mitra Inovasi yang juga merupakan anak perusahaan Telkom Group, mereka juga berinvestasi ke Halodoc dan Zi.Care.

Daftar VC yang berinvestasi ke healthtech

Kendati tidak memiliki dana kelolaan khusus, selain pemodal ventura yang sudah disebutkan namanya di atas, sejumlah pemodal ventura juga memiliki ketertarikan untuk berinvestasi ke startup healthtech lokal dalam dua tahun terakhir. Berikut daftar selengkapnya:

  1. AC Ventures
  2. Astra Digital
  3. GK-Plug and Play
  4. Golden Gate Ventures
  5. Iterative
  6. Jungle Ventures
  7. Kenangan Fund (Kopital Ventures)
  8. Openspace Ventures
  9. Skystar Capital
  10. Softbank
  11. Teja Ventures
  12. Venturra
  13. Wavemaker Partners

Selain itu sejumlah angel investor juga mulai turut andil dalam berinvestasi ke startup healthtech, terutama dalam putaran pre-seed atau seed.

Saham Anjlok, Sentimen Sesaat atau Lampu Kuning Bisnis GoTo?

Anjloknya saham GOTO dalam dua minggu terakhir membuat sentimen publik terhadap perusahaan publik di bidang teknologi (yang dulunya startup) menjadi kurang baik. Harga sahamnya sempat ambles ke level Rp54,- per lembar. Bukan tanpa sebab, investasi lewat private placement dan penjualan 0,03% saham yang dimiliki William Tanuwijaya dinilai menggiring sentimen miring tersebut.

CEO baru GoTo, Patrick Walujo pun sempat turun tangan merogoh kocek sekitar Rp10 miliar untuk memborong saham perseroan. Kepada media ia juga menegaskan, bahwa penjualan saham oleh founder tidak menunjukkan kehilangan kepercayaan terhadap perusahaan dan prospek bisnisnya. Itu adalah keputusan pribadi yang bergantung pada kondisi masing-masing individu dan tidak terkait sama sekali dengan strategi, kinerja, atau komitmen GoTo kepada pemegang saham.

Pertanyaan selanjutnya tentu apakah sentimen negatif ini hanya sesaat karena founder menjual sebagian sahamnya? Lalu bagaimana prospek GoTo?

Kinerja dan rencana GoTo

Pada semester I 2023, GoTo melaporkan penurunan rugi bersih sebesar 49% (YoY) menjadi Rp7,2 triliun. Pendapatan bersih meningkat 102% dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai Rp6,8 triliun, didorong oleh peningkatan monetisasi di seluruh lini bisnis dengan take rate keseluruhan mencapai 4,1%, naik 40 bps (YoY).

Meskipun adjusted EBITDA menyusut 69% menjadi -Rp2,8 triliun, GoTo tetap optimis mencapai profitabilitas pada kuartal IV 2023.

Performa keuangan GoTo di 1H 2023 / DailySocial.id
Performa keuangan GoTo di 1H 2023 / DailySocial.id

GoTo mengumumkan baru akan merilis laporan 3Q 2023 pada tanggal 30 Oktober nanti. Dari dua kuartal pertama di tahun ini, ada pertumbuhan tipis di sisi revenue dari Rp3,33 triliun di Q1 menjadi Rp3,55 triliun di Q2. Sementara untuk net income juga naik sedikit dari -Rp3.86 triliun menjadi -Rp3,30 triliun. Dibandingkan kuartal di tahun sebelumnya, rasio revenue dan net income di tahun ini tergolong lebih baik.

Strategi merealisasikan target

Untuk merealisasikan target profitabilitas di tahun ini GoTo gencarkan sejumlah strategi. Secara garis besar patokannya ke tiga aspek: mengurangi biaya transaksi, mengetatkan pengeluaran, dan ekspansi ke segmen menengah ke bawah. Dikatakan dua poin pertama telah terbukti dengan stabilnya GTV dan pengurangan rugi bersih pada 2Q 2023 kemarin.

Menurut analis, strategi ketiga juga berpotensi membawa GoTo bergerak lebih efisien dalam melakukan akuisisi pengguna. “Mode hemat” untuk kalangan yang dituju bisa dimaksimalkan pada lini on-demand yang dimiliki, dengan memanfaatkan teknologi (alih-alih promosi bakar uang). Memperbanyak segmen “bujet” ini juga akan direalisasikan di lini e-commerce dengan menambah lebih banyak katalog produk, dengan harapan bisa meningkatkan traksi layanan finansial seperti GoPaylater.

“Produk Mode Hemat dan layanan Gojek terus mencetak pengguna baru, serta membawa kembali pengguna nonaktif. Langkah ini sejalan dengan strategi pertumbuhan inti unit bisnis on-demand untuk memperluas total pasar potensial (TAM) dengan menyasar konsumen yang memprioritaskan harga,” tulis manajemen GoTo dalam keterangan resminya.

Samuel Sekuritas seperti diterbitkan Investor.id membuat proyeksi konservatif bahwa GoTo berpotensi membukukan margin kontribusi positif sebesar Rp2,1 triliun hingga akhir 2023. Hal ini didorong kenaikan gross dan net take rate masing-masing menjadi 3,8% dan 2,1%. Meski demikian, mereka menurunkan proyeksi GTV jadi Rp614 triliun.

Biaya operasional GoTo terus mengalami perbaikan (penurunan), dampak efisiensi dalam bisnis / DailySocial.id
Biaya operasional GoTo terus mengalami perbaikan (penurunan), dampak efisiensi dalam bisnis / DailySocial.id

Sebelumnya salah satu direktur GoTo, Catherine Hindra Sutjahyo, juga menyampaikan bahwa sebagai perusahaan teknologi bisnis mereka akan terus digenjot melalui inovasi teknologi, pengembangan produk, dan dukungan mitra. Upaya yang dilakukan tidak akan lagi jor-joran promo, melainkan fokus pada pembentukan model bisnis berkelanjutan. Optimasi teknologi seperti machine learning untuk rekomendasi dan personalisasi akan terus diperdalam, sehingga bisa menghasilkan penawaran layanan yang lebih hemat ke konsumen tanpa harus menggelontorkan banyak potongan.

Catherine banyak berkecimpung pada layanan on-demand transportasi dan pesan-antar. Tahun ini salah satu yang mereka prioritaskan adalah meningkatkan konektivitas layanan mobilitas, salah satunya dengan ekspansi GoTransit untuk memudahkan pengguna mendapatkan akses layanan transportasi multi-moda; serta memperbanyak variasi fitur transportasi seperti GoCar Luxe, GoRide XL, hingga GoSend Car.

Analisis lini bisnis

Secara garis besar, ada 4 lini bisnis utama yang kini dimainkan oleh grup GoTo, meliputi e-commerce, on-demand, finansial, dan logistik. Perseroan memilih untuk fokus ke area prioritas tersebut, termasuk dengan melepas unit-unit lain yang dirasa tidak terlalu berhubungan dengan model bisnis utamanya. Salah satu hasilnya spin-off layanan hiburan Goplay yang kini menjadi entitas perusahaan mandiri.

Lini e-commerce

Menurut laporan e-Conomy SEA, GMV industri e-commerce Indonesia telah mencapai $59 miliar atau setara Rp940,4 triliun pada tahun 2022. Dalam laporan 1H 2023, lini e-commerce GoTo yang dimotori Tokopedia dilaporkan membukukan GTV senilai Rp121,4 triliun Rupiah. Jika dibandingkan dengan angka GMV tersebut, capaian GoTo sudah setara 12,9% dari nilai pangsa pasar yang ada.

Sebagai catatan, ada perbedaan metriks dalam laporan tersebut. Sebagai gambaran, GMV mengukur total nilai semua transaksi dalam platform e-commerce, termasuk yang tidak menghasilkan pendapatan, sementara GTV hanya mencakup transaksi yang menghasilkan pendapatan.

Dibandingkan dengan pemain lokal yang menjadi penantang utama, yakni Bukalapak dan Blibli, capaian Tokopedia masih berada di atasnya.

Perbandingan 3 e-commerce Indonesia yang telah melantai di BEI / DailySocial.id
Perbandingan 3 e-commerce Indonesia yang telah melantai di BEI / DailySocial.id

Namun demikian, industri e-commerce lokal juga diramaikan oleh pemain regional. Di kancah lima besar, didasarkan pada statistik kunjungan web, Shopee dan Lazada menjadi penantang utama. Menurut laporan perusahaan induknya, pendapatan Shopee (di seluruh wilayah operasionalnya) meningkat 20% menjadi $2.1 miliar, dan EBITDA disesuaikan dari pasar Asia berbalik untung $204.1 juta.

Data trafik SimilarWeb untuk situs e-commerce terpopuler di Indonesia / DailySocial.id
Data trafik SimilarWeb untuk situs e-commerce terpopuler di Indonesia / DailySocial.id

Untuk menguatkan lini e-commerce, sejumlah strategi dilancarkan. Terbaru, GoTo berkomitmen untuk mempertajam model bisnis “Mitra” untuk mengoptimalkan penjualan produk digital. Ini akan menjadi lawan kuat Mitra Bukalapak – yang sedari awal perseoran memang akan memfokuskan optimasi layanan ini. Berdasarkan data Mitra Tokopedia kuartal pertama tahun ini, sejumlah produk digital tercatat mengalami pertumbuhan pesat pada kuartal I 2023, seperti biaya pendidikan, internet dan TV kabel, serta e-samsat. Rata-rata peningkatan transaksi mencapai hampir 4x lipat dibandingkan periode yang sama di 2022.

Lainnya, Tokopedia juga terus kembangkan infrastruktur dan produk. Di sisi infrastruktur, pusat pemenuhan (fulfillment) juga terus didirikan di berbagai titik distribusi starategis. Sementara di sisi fitur, layanan Tokoscore juga dirilis untuk meningkatkan penetrasi layanan kredit; juga PLUS by GoTo untuk meningkatkan loyalitas pelanggan lewat sistem keanggotaan premium.

Tokopedia dan Gojek juga mulai melakukan model cross-selling, sejak pertengahan 2022 diawali dengan kehadiran GoFood di aplikasi marketplace Tokopedia.

Lini on-demand

Peluncuran inisiatif GoTransit yang disaksikan Presiden Jokowi / Gojek
Peluncuran inisiatif GoTransit yang disaksikan Presiden Jokowi / Gojek

Pasar layanan on-demand di Indonesia diproyeksikan bernilai $2,67 miliar atau setara Rp42,5 triliun pada 2023 dan akan melampaui $4,66 miliar pada 2028, dengan pertumbuhan CAGR yang kuat sebesar 8,75% selama periode tersebut. Pada 1H 2023, GoTo melaporkan lini on-demand yang diprakarsai layanan Gojek telah berhasil membukukan GTV mencapai Rp26,9 triliun – setara 63,2% dari pangsa pasar yang diproyeksikan dengan lebih dari 2,7 juta mitra pengemudi di seluruh Indonesia.

Rival terkuat Gojek tentu saja Grab. Menurut laporan yang dirilis paruh pertama tahun ini, Grab telah membukukan GMV $5,2 miliar di seluruh wilayah operasionalnya. Bisnis ini juga mengakomodasi layanan pesan-antar makanan. Menurut laporan Momentum Works, pangsa pasar food delivery lokal per 2022 dipimpin Grab Food (49%), GoFood (44%), dan lainnya (7%).

Selain mendesain interoperabilitas layanan transportasi lewat GoTransit, strategi Gojek untuk sukseskan lini on-demand juga melalui regenerasi armada pengemudi ke kendaraan ramah lingkungan. Untuk kendaraan listrik, Gojek miliki perusahaan patungan produsen motor listrik Electrum; mereka juga berinvestasi ke Gogoro, penyedia infrastruktur baterai motor listrik.

Lini keuangan

Di Juni 2023, GTV lini fintech di bawah naungan GoTo senilai Rp182 miliar. Diketahui ada sejumlah produk finansial di bawahnya, termasuk layanan dompet digital, paylater, p2p lending, dan juga bank digital. Industri fintech di Indonesia sudah cukup terfragmentasi dengan banyaknya pemain di semua lini. Inovasi di sini juga cukup gencar, mengingat keterbukaan regulator dalam menerima inovasi produk.

Namun demikian, lini ini penting menjadi supporting system untuk semua bisnis yang ada di bawah naungan grup GoTo. Layanan seperti GoPay, GoPaylater, hingga kini Bank Jago menjadi infrastruktur utama dalam sistem transaksi bisnis mereka.

Guna membuat lini ini makin gesit, pertengahan tahun ini GoTo Financial mengumumkan peralihan unit multifinance yang menaungi layanan GoPay Later. Sebelumnya platform paylater tersebut digerakkan oleh PT Mapan Global reksa (Findaya), lalu kini telah diambil alih oleh PT Multifinance Anak Bangsa (MAB).

Head of Corporate Affairs GoTo Financial Audrey Petriny menceritakan, pada November 2021 GoTo Financial resmi mengakuisisi PT Rama Multi Finance, kemudian di-rebrand dengan nama PT Multifinance Anak Bangsa. Unit tersebut sebelumnya telah memegang lisensi multifinance yang berizin dan diawasi oleh OJK.

Struktur GoPay Later sendiri sejak awal memang sudah unik. Platform BNPL ini memiliki dua produk yang bernama GoPay Later dan GoPaylater Cicil. Kendati saat ini keduanya telah terintegrasi dan dikelola penuh oleh MAB.

Fintech memang menjadi salah satu lini bisnis yang terus ditingkatkan oleh GoTo, termasuk belum lama ini mereka berupaya memperluas jangkauan Gopay dengan merilis aplikasi khusus yang bisa digunakan terpisah dari layanan Gojek — kendati demikian fitur Gopay juga masih bisa digunakan melalui aplikasi Gojek. Gopay pun kini terintegrasi dengan Bank Jago, memudahkan pengguna mengonversi saldo yang dimiliki menjadi aset tabungan.

Lini logistik

Logistik juga menjadi support system utama untuk mendukung lini bisnis GoTo. Unit GoTo Logistic per 1H 2023 ini diklaim telah melayani sekitar satu perlima pengiriman di Tokopedia. Peningkatan penetrasi layanan ini diklaim akan menurunkan biaya logistik lebih jauh. Subsidi biaya pengiriman per pesanan telah mengalami penurunan sekitar 15% sejak awal tahun 2023.

Ke depan, GoTo Logistics akan berusaha untuk terus mengurangi biaya antar bagi konsumen dengan meningkatkan layanan pengiriman in-house dan kapasitas layanan fulfillment perseroan, serta menggunakan teknologi pengalokasian in-house untuk mengarahkan pengiriman kepada layanan pengantaran pihak ketiga jika diperlukan.

GoTo awal tahun ini mengumumkan penyertaan saham baru dalam rangka pengambilalihan PT Swift Logistics Solutions (SLS). Transaksi ini dilakukan melalui anak usaha GOTO, PT Paket Anak Bangsa (PAB) atau GoSend, yang membeli saham baru senilai Rp583,12 miliar. Dalam keterbukaan, perseroan juga menyampaikan alasan di balik transaksi ini adalah untuk melakukan reorganisasi dan konsolidasi struktur grup.

Suksesi kepemimpinan dan target profitabilitas

Di tahun 2023 ini, telah terjadi 2x suksesi kepemimpinan di grup GoTo. Pertama, diumumkan pada Februari 2023, Kevin Aluwi mundur dari jabatannya sebagai komisaris, tapi tetap sebagai pemegang saham dengan hak suara multipel di GoTo. Kemudian, Juni 2023 Patrick Walujo didapuk jadi CEO GoTo, mengganti Andre Soelistyo yang menjadi Komisaris dan Deputy Chairman.

Absennya mayoritas founder Gojek dan Tokopedia di jajaran eksekutif memang banyak menjadi perhatian publik. Kendati Patrick juga bukan nama baru, namun suksesi ini di sisi lain memberikan kesan adanya struktur kepemimpinan yang goyah.

Pada akhirnya di tengah industri teknologi yang bergejolak, pasar kini melakukan penilaian bisnis secara lebih konservatif. Tidak muluk-muluk, para pemegang saham menuntut GoTo yang lebih sehat secara bisnis. Sejak awal tahun para manajemen memang sudah menyampaikan target realisasi profitabilitas tahun ini dengan sangat optimis. Bahkan efisiensi pun telah dilakukan dengan mengurangi personil dan lebih fokus ke model bisnis utamanya.

Dari tren yang ada, GoTo dalam kuartal ke kuartal menunjukkan tren perbaikan kinerja keuangan menunjuk EBITDA positif.

Tren EBITDA GoTo yang terus membaik / DailySocial.id
Tren EBITDA GoTo yang terus membaik / DailySocial.id

Kepemimpinan terus dirombak dan diperkuat. Strategi bisnis terus diramu dan dimatangkan. Kini tinggal bagaimana langkah-langkah tersebut memberikan hasil pada performa bisnis. Di tengah sentimen kurang baik ini, menurut kami satu-satunya cara GoTo untuk mengembalikan kepercayaan publik adalah merealisasikan apa yang telah ditargetkan.

Faktanya memang industri teknologi sedang mendapatkan momentum yang kurang baik. Apalagi di hampir semua lini bisnis utama GoTo terdapat kompetisi yang sangat sengit. Berbekal tim lokal yang kuat dan kehadiran yang luas, Gojek, Tokopedia, dan unit bisnis lainnya di tubuh GoTo harus mampu menciptakan konsolidasi yang apik sehingga memberikan pengalaman pengguna yang lebih baik.

GoTo (Gojek dan Tokopedia) di sisi lain juga menjadi simbol penting dari perusahaan (publik) teknologi di Indonesia. Bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu kiblat ekosistem startup di Indonesia. Sukses/tidaknya GoTo memberikan persepsi luas terhadap cara pandang masyarakat terhadap potensi bisnis teknologi (startup) di Indonesia ke depannya. Terlebih beberapa startup besar juga sudah mulai ancang-ancang menjadi perusahaan publik selanjutnya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Co-Founder Kopi Kenangan Dirikan Kopital Ventures, Tutup Dana Kelolaan Pertama 190 Miliar Rupiah

Kopital Ventures mengumumkan debutnya melalui dana kelolaan perdana senilai $12 juta atau sekitar 190 miliar Rupiah. Ini merupakan perusahaan modal ventura yang didirikan Co-founder Kenangan Brands (induk Kopi Kenangan) James Prananto dan Fandy Cendrajaya bekerja sama dengan Farquhar VC.

Dana yang berhasil dihimpun akan digunakan untuk berinvestasi ke startup tahap awal di semua sektor industri. Targetnya bisa masuk ke 30-40 startup selama 3 tahun ke depan.

Penutupan dana kelolaan pertama ini didukung modal ventura dan family office seperti Saison Capital, Trihill Capital, Impack Ventures, dan Alto Partners Multi-Family Office sebagai investor strategis.

Sebelumnya kedua pendiri telah memperkenalkan Kopital Network, sebuah wadah yang didesain untuk mengakomodasi  angel investors (yang sebagian besar datang dari growth-stage founders). Sejak 2021, James dan Fandy sendiri juga sudah mulai berinvestasi di beberapa startup seperti Somethinc (Beautyhaul), Durianpay, Fishlog, Gajigesa, Eratani, Proglix, dan Rekosistem.

“Saat tech-winter pada akhir tahun 2022, saya dan Fandy berpikiran untuk membangun sebuah perusahaan modal ventura yang dapat membantu startup dengan lebih baik melalui pengalaman saya sebagai founder-operator dan network Fandy dalam tech ecosystem. Kami melihat bahwa salah satu yang sulit didapatkan oleh founder baru adalah akses terhadap founder/operator startup yang sudah pernah melewati perjalanan ini, yang dapat diajak bertukar pikiran; dan inilah salah satu proposisi dari Kopital Ventures,” tutur Founding Partner Kopital Ventures James Prananto.

Kopital Ventures juga akan dinakhodai oleh Christian Sutardi sebagai Venture Partner. Ia adalah salah satu angel investor yang cukup produktif di Indonesia dan investor awal di Kenangan Brands, Hypefast, Ayoconnect, dan Broom. Christian juga merupakan pendiri Fabelio, startup marketplace furnitur yang dinyatakan pailit sejak tahun 2022 lalu.

“Peran Kopital Ventures sebagai investor strategis tidak hanya dalam bentuk penyuntikan dana saja, tetapi juga dalam menghubungkan para founder tahap awal dengan mentor yang tergabung dalam Kopital Network dan akses ke investor internasional untuk pendanaan tahap selanjutnya. Kami berharap dapat menjadi yang pertama berinvestasi di beberapa unicorn Indonesia berikutnya,” ucap Founding Partner Kopital Ventures Fandy Cendrajaya.

Sebelumnya co-founder Kenangan Brand lainnya, yakni Edward Tirtanata juga terlebih dulu menginisiasi perusahaan modal ventura melalui Kenangan Kapital. Mereka telah berinvestasi ke sejumlah startup seperti Eratani, Makmur, Noice, Medigo, dan beberapa lainnya.

Hadirnya VC dan dana kelolaan baru di tengah tech-winter memberikan angin segar tersendiri bagi ekosistem startup di Indonesia. Salah satunya memvalidasi bahwa kepercayaan investor terhadap generasi founder berikutnya masih cukup tinggi. Terlebih kini founder startup tahap akhir sudah mulai banyak aktif membantu dan berinvestasi ke startup-startup baru.

Menurut laporan DS/Innovate, ada lebih dari sepuluh dana kelolaan baru modal ventura yang diumumkan. Mereka akan fokus dan memberikan porsi lebih kepada ekosistem startup di Indonesia di berbagai tahap pendanaan.

Daftar dana kelolaan VC terbesar yang diumumkan tahun ini untuk startup Indonesia / DSInnovate

Qiscus Umumkan Pendanaan 32 Miliar Rupiah dari Init-6, Segera Lancarkan Ekspansi Regional

Startup pengembang platform omnichannel customer engagement Qiscus mengumumkan perolehan pendanaan $2 juta atau sekitar 32 miliar Rupiah dari Init-6. Disampaikan bahwa dana segar ini akan dimanfaatkan untuk menggencarkan ekspansi ke Asia Tenggara pada 2024 mendatang.

Sejak berdiri tahun 2013, Qiscus juga telah mendapatkan sejumlah pendanaan eksternal dari Telkom (melalui Indigo), Rekanext, dan Qverse. Pendanaan baru ini dibukukan setelah Qiscus mengumumkan keberhasilannya dalam mencapai profit pada tahun 2019 silam, diklaim terus bertumbuh sampai sekarang.

“Kami dengan bangga mengumumkan perolehan pendanaan baru yang akan dialokasikan secara strategis untuk mengakselerasi ekspansi pasar kami di Asia Tenggara, memanfaatkan kehadiran kami yang telah eksis di lebih dari 10 negara. Dengan fokus pada pertumbuhan yang sustainable, kami berkomitmen untuk melipatgandakan pendapatan kami pada 2024 sebagai langkah awal dari ekspansi ini,” ujar Co-Founder & CEO Qiscus Delta Purna Widyangga.

Saat ini layanan Qiscus telah digunakan lebih dari 2 ribu perusahaan, mengakomodasi percakapan ke lebih dari 100 juta pengguna akhir untuk kebutuhan customer engagement.

“Kami memilih untuk berinvestasi di Qiscus karena keyakinan kami pada potensinya yang luar biasa di Asia Tenggara. Mereka telah menunjukkan performa yang sangat baik, terutama pada saat pandemi Covid-19, mereka mampu mencatat kenaikan revenue hingga 3x lipat,” sambut Founding Partner Init-6 Achmad Zaky.

Zaky menambahkan, “Kami menilai bahwa Qiscus mampu memperkuat ekosistem startup dan industri teknologi dengan strategi dan inovasi yang mereka miliki. Meninjau performanya selama beberapa tahun terakhir, kami optimis Qiscus mampu mencapai target ekspansinya ke pasar Asia pada tahun mendatang dan terus akan tumbuh secara profitabel dan sustainable dalam jangka panjang.”

Sebagai B2B SaaS, Qiscus berkomitmen menjalankan bisnisnya dengan fokus pada keberlanjutan jangka panjang, inovasi, dan pertumbuhan yang berkelanjutan. Di tengah tren digitalisasi yang pesat di Indonesia, kami optimis dapat terus berinovasi dan menyediakan solusi relevan untuk jangka panjang.

Delta menambahkan, “Supaya terus relevan dengan pelanggan dalam waktu yang lama, kami terus berinovasi dan merilis berbagai solusi baru di setiap tahunnya. Pada Agustus kemarin, kami juga baru saja merilis berbagai solusi baru, beberapa di antaranya yakni Qiscus AI Assistant, Qiscus Customer Satisfaction Survey, Qiscus Shop, dan Qiscus Customer Data Platform. Dengan ini, bisnis dapat mengandalkan solusi Qiscus sebagai the only toolbox untuk kebutuhan customer engagement.”

Di Indonesia, ada sejumlah startup yang juga mengembangkan platform omnichannel untuk memudahkan bisnis terhubung dengan pelanggan. Di antaranya Lenna.ai, Kata.ai, Chatbiz dan beberapa lainnya.

Proptech Asal Australia Digital Classifieds Group Akuisisi Lamudi Indonesia dan Filipina

Digital Classifieds Group (DCG), pengembang platform classifieds marketplace berbasis di Melbourne, Australia mengumumkan akuisisinya atas aset milik Dubizzle (sebelumnya bernama EMPG – Emerging Markets Property Group) di Indonesia dan Filipina, yakni Lamudi.co.id dan Lamudi.com.ph. Aksi korporasi ini disinyalir dilakukan sebagai upaya ekspansi agresif perusahaan menjelang rencana go-public di ASX.

Lamudi didirikan pada tahun 2013. Kemudian Lamudi diakuisisi Dubizzle pada tahun 2020, kala itu pengambilalihan mencakup platform yang beroperasi di Indonesia, Filipina, dan Meksiko.

Akuisisi bisnis Dubizzle oleh DCG sebenarnya sudah dimulai sejak awal tahun ini. Pada Januari kemarin, bisnis Bproperty terlebih dulu diakuisisi DCG untuk seriusi pasar Bangladesh.

“Lamudi telah menciptakan klasifikasi dominan dan platform transaksi properti di dua pasar paling menarik di Asia: Indonesia dan Filipina. Visi kami adalah membangun grup classifieds terkemuka di Asia Tenggara, sebuah wilayah dengan peluang luar biasa, dan akuisisi ini adalah pemicu untuk mewujudkan visi ini. Saya sangat bersemangat untuk memasuki pasar-pasar ini dan menyambut tim Lamudi ke keluarga DCG,” ujar CEO DCG Group Mathew Care.

Dalam dua tahun terakhir, bisnis Lamudi Indonesia diklaim bertumbuh dari 200 hingga 900 karyawan. Lamudi juga memiliki lebih dari 30 ribu jaringan agen, dipercaya lebih dari 400 pengembang, dan bermitra dengan 10 perbankan nasional.

Sebelumnya, pada awal tahun 2022, Lamudi.co.id mengumumkan akuisisi bisnis properti OLX Indonesia. Seluruh aset yang ada di kanal properti OLX Indonesia sepenuhnya dikelola Lamudi.co.id, sebagai strategi untuk mendominasi pasar proptech di wilayah tersebut.

Layanan yang disuguhkan Lamudi Indonesia / Lamudi
Layanan yang disuguhkan Lamudi Indonesia / Lamudi

Sementara itu, pada akhir 2022 lalu DCG baru membukukan pendanaan dari Tanncam Investment Pte. Ltd., perusahaan private equity dan venture capital asal Singapura. Dalam rilis resminya, CEO DCG Group Mathew Care mengatakan bahwa investasi ini datang di saat yang tepat, di tengah kembalinya pertumbuhan pesat bisnis proptech setelah pandemi.

Persaingan proptech di Asia Tenggara

Di kancah regional, sejumlah grup mendominasi pangsa pasar platform listing properti. Persaingan juga semakin mengerucut ketika PropertyGuru diakuisisi REA Group sejak 2016. Tahun 2019 bahkan REA Group bentuk perusahaan patungan bersama 99.co untuk bersama-sama mengoperasikan bisnis iProperty.

Grup Perusahaan Unit Bisnis Investor
99.co · Singapura: 99.co, SRX.com.sg, iProperty.com.sg

· Indonesia: 99.co/id, Rumah123.com

East Ventures, Sequoia, 500 Startups, Quest Ventures, Golden Gate Ventures, Mindowkrs, Allianz
Digital Classifieds Group · Kamboja: realestate.com.kh, Fazwaz

· Papua Nugini: hausples.com.pg, marketmeri.com

· Laos: yula.la, lanloa.la

· Fiji: property.com.fj

· Bangladesh: Bproperty

Belt Road Capital Management, Tanncam Investment, dan sejumlah investor yang tidak disebutkan ke publik
REA Group (PropertyGuru) · Singapura: PropertyGuru, CommercialGuru, Sendhelper

· Malaysia: PropertyGuru, iProperty

· Vietnam: Datdongsan, Dothi

· Thailand: DDProperty, Thinkofliving

· Indonesia: Rumah.com (tahun ini unit ini akan segera ditutup)

· REA Group juga mengoperasikan sejumlah platform di Australia dan Amerika Utara

IPO dengan kapitalisasi pasar: AUD20,91 miliar

Di sisi lain para startup Indonesia yang bermain di proptech mengambil pendekatan yang lebih hyperlocal, mereka mencoba menyuguhkan platform digital yang lebih spesifik. Baru-baru ini AMODA baru mendapatkan pendanaan awal dari East Ventures dan Living Lab Ventures, untuk mengembangkan layanan SaaS untuk memonitor proses konstruksi. Ada juga Ringkas yang menghadirkan layanan digital guna memfasilitasi kredit hunian (KPR).

Ditinjau dari trafik layanan, Pinhome menjadi salah satu startup lokal yang cukup moncer di area ini. Selain listing terkurasi, mereka juga menyajikan layanan penyewaan, KPR, keagenan, dan modal usaha untuk developer.

Peringkat situs proptech di SimilarWeb Indonesia / SimilarWeb
Peringkat situs proptech di SimilarWeb Indonesia / SimilarWeb

Menurut laporan Mordor Intelligence, Pasar properti Indonesia diperkirakan akan tumbuh dari $61,22 miliar di 2023 menjadi $81,24 miliar di 2028, dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata sebesar 5,82% (2023-2028). Dukungan proyek perumahan rakyat yang didukung pemerintah, investor asing, dan lembaga seperti Bank Dunia diharapkan akan meningkatkan pertumbuhan pasar real estat di Indonesia selama periode tersebut.

Meskipun menghadapi tantangan seperti dampak ekonomi pasca-pandemi, perekonomian yang tumbuh stabil dan program seperti ‘Satu Juta Rumah’ mendukung pertumbuhan sektor properti di Indonesia. Tingginya permintaan akan properti karena pertumbuhan penduduk yang cepat dan urbanisasi tinggi membuat pasar properti Indonesia menjadi salah satu sektor terkuat di wilayah regional.

IDN Media Kembali Lakukan Akuisisi, Kali Ini Caplok Boss Creator

IDN Media kembali melakukan akuisisi demi memperluas lini bisnisnya. Kali ini mereka mencaplok “Boss Creator”, sebuah promotor musik dan festival asal Indonesia. Aksi korporasi ini menjadi langkah strategis untuk memperdalam ekosistem hiburan IDN Media dan juga memberikan pengalaman  yang lebih lengkap kepada audiens.

“Bersama dengan pendiri serta seluruh tim Boss Creator, kami yakin bahwa kolaborasi bersama untuk menciptakan sebuah perusahaan musik dan festival masa depan akan tercapai. Untuk anak muda Indonesia, untuk masa depan Indonesia,” sambut Co-Founder & CEO IDN Media Winston Utomo.

Didirikan oleh Kiki Ucup, Riandika Winandatama, dan Adi Praja, Boss Creator telah menjelma menjadi salah satu ikon di dunia hiburan Indonesia. Salah satu karya mereka adalah festival ‘Pestapora’.

Di tengah perkembangan dinamis yang terus berlangsung, dunia hiburan Indonesia saat ini sedang mengalami fase awal dari kebangkitan karya-karya kreatif pasca pandemi. Setelah menghadapi berbagai tantangan besar akibat situasi global, para pelaku di industri hiburan Indonesia kini mulai menunjukkan semangat dan tekad untuk menciptakan karya yang lebih unggul dari sebelumnya.

Fenomena ini tidak hanya menggembirakan para penggemar seni dan hiburan di dalam negeri, tetapi juga menjadi pertanda positif bahwa semangat kreativitas tidak pernah padam dalam segala kondisi.

“Langkah ini sangat penting bagi kami dalam mendorong perkembangan industri musik dan hiburan di Indonesia. Kami yakin bahwa bisnis hiburan, terutama di bidang musik dan festival, memiliki potensi sangat besar,” ujar Kiki Ucup.

Ia melanjutkan, “Harapan kami adalah menciptakan era baru hiburan di Indonesia dengan konten yang lebih kreatif, inspiratif, dan kolaboratif dengan unit bisnis lain di dalam ekosistem IDN Media. Ini barulah awal dari perjalanan kami.”

Strategi M&A IDN Media

Pertengahan tahun 2022 lalu, IDN Media baru mengumumkan perolehan pendanaan seri D dipimpin Mayapada Group dan KMIF dengan dukungan East Ventures, OCBC NISP Ventura, dan sejumlah investor lain. Dana segar ini tidak hanya akan membantu IDN Media untuk meningkatkan jumlah penggunanya melalui strategi superapp dan ekosistem, tetapi juga untuk mengembangkan teknologi, memperkuat tim, serta menjalankan berbagai akuisisi.

Sebagai bagian dari agenda perluasan bisnis, IDN Media telah melakukan sejumlah akuisisi. Berikut daftar akuisisi IDN Media yang diumumkan ke publik:

Periode Perusahaan Bidang
Agustus 2023 Saweria Pengembang platform kreator dan influencer
Mei 2022 Demi Istri Production Rumah produksi film/perusahaan film independen
Juli 2019 GGWP.id Media esports lokal

Selain akuisisi, IDN Media juga sempat terlibat dalam putaran investasi dua startup, berikut daftarnya:

Periode Perusahaan Tahap Pendanaan
September 2022 UENA Pendanaan Awal (bersama East Ventures dan sejumlah angel investor)
April 2018 Cetaku Pendanaan Awal

Kinerja IDN Media

Mengutip data VentureCap seperti diterbitkan Techinasia, sepanjang tahun 2022 IDN Media berhasil membukukan pendapatan Rp374 miliar, meningkat 38,6% yoy. Dari jumlah tersebut, perusahaan berhasil meraup laba Rp4 miliar, melanjutkan tren profitabel selama lima tahun berturut-turut. Kendati demikian, capaian profit ini menyusut 15,5% dibandingkan tahun sebelumnya.

Dengan ekosistem bisnis online media yang dimiliki, IDN Media memiliki sekitar 80 juta pengguna aktif bulanan. Di lini digital media, mereka mengoperasikan 7 unit platform mulai dari IDN Times, Popbela, Popmama, GGWP, Duniaku, Fortune Indonesia, dan Yummy. Bisnis ini juga diperluas dengan platform creator economy, live streaming, hiburan, komersial, dan riset.

Application Information Will Show Up Here

Startup Healthtech Good Doctor Beberkan Strategi Masuk ke Lini Korporat

Good Doctor Technology Indonesia mengumumkan telah menerima pendanaan seri A senilai $10 juta atau setara 156,6 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin  MDI Ventures dengan keterlibatan investor sebelumnya, yakni Grab. Suntikan investasi ini akan dimanfaatkan untuk memperluas jangkauan Good Doctor, termasuk dengan meningkatkan kemitraan bersama lebih banyak institusi kesehatan.

“Dengan dukungan kuat ini, kami siap mengambil langkah selanjutnya dalam meningkatkan dan memperluas layanan kesehatan di Indonesia. Selain inisiatif kuratif yang kami lakukan saat ini, perusahaan bermaksud untuk menerapkan langkah-langkah pencegahan dan promosi kesehatan yang sejalan dengan prioritas Kementerian Kesehatan,” ujar CEO Good Doctor Danu Wicaksana.

Optimalkan momentum pertumbuhan telemedis

Berdasarkan data McKinsey yang dihimpun pada Q3 2023, terdapat perubahan signifikan dalam perilaku perawatan kesehatan masyarakat Indonesia, hal ini didorong tren yang terbentuk selama pandemi Covid-19 berlangsung. Lebih dari 70% masyarakat berniat untuk menggunakan layanan telemedis, walaupun pandemi sudah dinyatakan usai.

Melihat kondisi pasar yang ada, ekosistem layanan telemedis memang sudah mulai matang. Konsumen dimanjakan dengan cara yang sangat efisien untuk terhubung dengan dokter yang mereka inginkan kapan pun. Variasi produknya juga lengkap, termasuk ke bantuan psikologis, ahli gizi, hingga konsultasi medis yang membutuhkan penanganan dokter spesialis.

Di sisi lain, platform telemedis juga mulai terhubung dengan ekosistem kesehatan yang lebih luas. Misalnya dengan apotek untuk memudahkan pengguna menebus obat yang disarankan dokter.

Tren permintaan telemedis yang tetap kencang turut diamini oleh para pemain di industri tersebut, tak terkecuali Good Doctor.

Danu mengatakan, “sesudah pandemi, kami mengamati tiga perubahan penting dalam perilaku pengguna Good Doctor. Pertama, selama pandemi, orang-orang mencari layanan kami terutama untuk masalah terkait Covid-19, namun kini mereka berkonsultasi dengan kami untuk berbagai penyakit lain seperti demam, gangguan pencernaan, maag, batuk dan alergi.”

Danu melanjutkan, “Kedua, ketika pandemi, konsultasi banyak dilakukan secara individual dan didanai sendiri, kini kami melihat banyak perusahaan yang memfasilitasi karyawannya untuk mengakses layanan Good Doctor secara gratis, dengan lebih dari 55 perusahaan asuransi dan lebih dari 2500 korporasi telah bermitra dengan kami. Ketiga, mereka yang menggunakan layanan Good Doctor selama pandemi masih mengandalkan telemedisin bahkan setelah pandemi berakhir karena mereka merasa nyaman dengan layanan tersebut dan sudah menjadi bagian dari layanan kesehatan rutin mereka.”

Good Doctor kini telah berkembang positif dalam satu tahun terakhir. Mereka kini memiliki lebih dari 15 juta pengguna dan secara khusus bisnis B2B telah tumbuh pesat bermitra dengan lebih dari 60 perusahaan asuransi dan lebih dari 2500 korporasi/startup/berbagai organisasi lainnya.

Perdalam fitur B2B untuk pelanggan korporat

Dari sejumlah layanan yang ada, Danu bercerita, bahwa yang cukup diminati akhir-akhir ini adalah vaksinasi. Good Doctor banyak membantu pelanggan individu dan korporat dalam mendapatkan vaksin demam berdarah, flu, dan lain sebagainya.

Sejumlah fitur baru juga banyak dikembangkan untuk memanjakan pelanggan korporat, seperti:

  • Plug-in; integrasi Good Doctor ke berbagai aplikasi dari perusahaan asuransi di Indonesia.
  • Co-payment; fitur yang memungkinkan mitra asuransi bisa menerapkan kebijakan co-payment untuk benefit tertentu, misalnya 80% ditanggung perusahaan dan 20% ditanggung oleh karyawan.
  • Surat sakit elektronik; karyawan perusahaan bisa mendapatkan surat sakit elektronik secara resmi dari dokter di Good Doctor ketika mereka sakit dan harus melaporkannya ke direktorat SDM perusahaan tersebut.

Good Doctor mencoba menghadirkan proposisi nilai yang kuat dengan menghadirkan ekosistem kesehatan yang paling lengkap dengan lebih dari 4500 jaringan apotek, rumah sakit, lab, klinik; dan kemampuan pengiriman obat instan di lebih dari 200 kota di Indonesia.

“Tahun depan kita berencana meluncurkan beberapa fitur dan layanan baru […] Kita berencana melakukan ekspansi bisnis ke segmentasi pelanggan yang lebih luas (misalnya lebih banyak korporat dan partner asuransi; ataupun segmen pelanggan lain); menambah fitur/layanan baru untuk meningkatkan customer engagement; dan juga memperkenalkan program-program preventif untuk membantu klien-klien perusahaan kami untuk menjaga kondisi kesehatan karyawannya dengan lebih baik sehingga biaya kesehatan perusahaan ke depan dapat terjaga dengan baik,” imbuh Danu.

Kini menjadi unit independen

Ketika hadir di Indonesia pada 2019 sebagai hasil joint-venture Ping An Good Doctor dan Grab, layanan Good Doctor menyatu sebagai telehealth yang terintegrasi dengan superapp Grab. Kemudian pada tahun 2021 Good Doctor hadir sebagai aplikasi terpisah dengan harapan bisa mengakselerasi pertumbuhan pengguna dan fitur-fitur di dalamnya.

Disampaikan dalam rilis pendanaan, bahwa kini Good Doctor sepenuhnya independen dengan porsi saham tertinggi dipegang oleh jajaran manajemen, sehingga membuat mereka lebih percaya diri untuk bisa bergerak lebih lincah dalam berinovasi.

“Hingga saat ini manajemen memiliki saham mayoritas sehingga bisa bergerak secara lebih independen dan agile. Dengan masuknya MDI, ini semakin menguatkan posisi Good Doctor, di mana mayoritas kepemilikan perusahaan dimiliki pemegang saham lokal Indonesia juga,” jelas Danu.

Terkait dengan masuknya MDI, Danu juga mengatakan bahwa akan banyak sinergi yang sedang direncanakan bersama grup konglomerasi telekomunikasi terbesar di Indonesia tersebut. Kerja sama tersebut akan menyentuh berbagai perusahaan yang berada di bawah Telkom. Bahkan disampaikan ada sejumlah kerja sama yang sudah berjalan, salah satunya dengan Admedika sebagai perusahaan TPA (Third Party Administrator) terbesar di Indonesia.

“Kami juga merupakan penyedia layanan kesehatan digital rawat jalan bagi beberapa perusahaan Telkom Group, seperti Telkom Akses, Metra, Telkomsel, dan beberapa [anak] perusahaan lain,” imbuh Danu.

CEO MDI Ventures Donald Wihardja mengatakan, “Kami mengakui kemajuan yang telah dicapai Good Doctor dan ketahanan model bisnis Good Doctor di Indonesia, khususnya di segmen korporasi. Dedikasi mereka dalam menyediakan layanan kesehatan yang mudah diakses dan berkualitas tinggi dengan memanfaatkan teknologi telah menarik perhatian kami. Kami melihat potensi pertumbuhan yang sangat besar dalam upaya ini.”

Rencana berikutnya

Danu percaya bahwa sektor healthtech di Indonesia sangat besar potensinya, karena jumlah populasi Indonesia yang besar dan penyebaran warganya di 13 ribu pulau lebih yang menjadi tantangan tersendiri. Kekurangan jumlah dokter, penyebaran dokter dan nakes yang belum merata, serta tekanan biaya kesehatan nasional yang terus meningkat di atas laju inflasi akan menjadi landasan penggunaan/adopsi teknologi yang lebih luas lagi ke depannya.

“Kami di Good Doctor siap membantu pemerintah Indonesia untuk memberikan layanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau untuk seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali,” ucap Danu.

Selain itu turut disampaikan bahwa ke depan Good Doctor juga tidak menutup kemungkinan untuk masuk ke segmen biotech, dengan melihat affordability dan scalability-nya. Danu dan tim melihat genomic, biotech dll akan sangat berguna untuk program preventif kesehatan ke depannya.

“Seperti yang disampaikan Pak Menkes, biaya kesehatan akan terus naik dan membebani APBN jika cara penanganan kesehatan kita hanya selalu dengan kuratif. Sehingga pendekatan preventif akan sangat dibutuhkan, dari yang paling simpel dahulu –diagnostik secara reguler, gaya hidup sehat, dan lainnya,” pungkas Danu.

Application Information Will Show Up Here