Republic of IoT 2017 Segera Digelar untuk Temukan Potensi Pengembang Lokal

Potensi penerapan teknologi Internet of Things (IoT) masih terbuka luas di Indonesia. Belakangan ini salah satu yang paling ramai ialah solusi berbasis smart home, akan tetapi itu hanya sebagian kecil dari apa yang bisa dilakukan oleh IoT. Untuk menemukan ragam inovasi IoT lainnya, penggerak IoT lokal Makestro bekerja sama dengan MyIoTC dari Malaysia dan Kominfo mengadakan rangkaian acara “Republic of IoT 2017 (RIoT 2017)”.

RIoT memiliki tujuan untuk membuka akses teknologi di bidang IoT untuk semua orang, menjadi wadah untuk menggerakkan ekosistem IoT di Indonesia melalui sebuah gerakan komunitas, serta meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum terhadap adanya teknologi IoT  yang solutif.

RIoT dibagi menjadi dua sub-acara, yaitu RIoT Seminar yang diadakan pada 23–25 Agustus 2017 dan RIoT Hackathon yang diadakan pada 26–27 Agustus 2017. RIoT Hackathon dibuka bagi para penggiat IoT yang ingin mewujudkan proyek-proyek IoT yang dapat menjadi solusi dari kategori yang ditawarkan. Khalayak umum atau investor yang tertarik mendalami bidang IoT atau sekadar ingin tahu seputar kondisi industri IoT saat ini dapat mengikuti RIoT Seminar.

Adapun beberapa masalah bangsa yang akan dipecahkan oleh para penggiat IoT di acara RIoT ini dibagi menjadi 14 kategori, yaitu pertanian, pertahanan dan keamanan, transportasi, alam, kesehatan, pendidikan, smart city, smart living, olahraga, maritim, engagement, aksesibilitas, fintech dan e-commerce, serta industri.

Untuk menyambut pagelaran utama RIoT, Makestro akan mengadakan Road to RIoT, serangkaian tur di lima kota besar di Indonesia untuk mensosialisasikan dan berbagi pengetahuan dengan komunitas maker lokal. Lima kota tersebut meliputi Jakarta, Bogor, Semarang, Surabaya dan Medan.

Informasi lebih lanjut dan pendaftaran, baik RIoT Seminar dan RIoT Hackathon, dapat dilihat melalui formulir yang tersedia di situs resmi RIoT di www.r-iot.id.

Flyer RIoT


Disclosure: DailySocial merupakan media partner Republic of IoT 2017.

Moselo Luncurkan Aplikasi iOS, Mudahkan Penyedia Jasa Akomodasi Layanannya

Moselo merupakan sebuah aplikasi berbentuk chat commerce yang dapat menghubungkan antara penyedia jasa (atau disebut Expert) dengan konsumennya. Setelah mengumumkan kehadirannya beberapa waktu lalu dalam versi beta, aplikasi karya Weekend Inc tersebut akhirnya diterbitkan untuk platform iOS. Guna mengetahui kabar terkini seputar Moselo, DailySocial berbincang dengan Co-Founder & CEO Weekend Inc Richard Fang.

“Untuk versi iOS Moselo yang sekarang, pengguna sudah bisa memesan jasa yang ditawarkan Expert. Caranya cukup mudah, hanya dengan memilih Expert dari laman Discover, lihat portofolio mereka, jika tertarik bisa langsung chat dengan Expert. Penawaran jasa dan harga dari Expert dapat otomatis terlihat jika menggunakan fitur Action Button ketika sedang chatting. Dari situ pengguna bisa memesan jasa seperti halnya membeli produk dari e-commerce,” terang Richard.

Ketika konsumen sudah deal dengan apa yang ditawarkan oleh Expert, ia dapat melanjutkan pembayaran ke rekening Expert melalui informasi yang terdapat pada kolom chat (fitur Order Card), sehingga pemesanan dapat dikonfirmasi oleh kedua belah pihak.

“Dalam waktu dekat kami akan mengintegrasikan payment gateway sehingga proses pembayaran bisa menggunakan metode lain seperti Credit Card dan Virtual Account. Tentunya ini memudahkan Expert dan meningkatkan kepercayaan pengguna ketika ingin melakukan transaksi,” lanjut Richard.

Dijadwalkan aplikasi Moselo versi Android akan diluncurkan pada akhir bulan Agustus ini. Pihak Weekend Inc saat ini tengah dalam proses pengujian dan penyelesaian aplikasi.

Menargetkan peningkatan jumlah pengguna 30-50% per bulan

Dari keterangan Richard, setelah aplikasi dirilis, fokus Moselo selanjutnya adalah menambahkan sebanyak mungkin Expert di berbagai bidang, melakukan aktivitas event offline dan pada saat bersamaan akan melakukan digital marketing untuk meningkatkan pengguna yang memerlukan jasa dari Expert yang sudah bergabung di Moselo.

“Kalau bicara target kami berupaya untuk bisa menumbuhkan jumlah pengguna sebanyak 30-50% setiap bulan. Lalu mengukur metrik tertentu seperti jumlah chat antara User dan Expert, serta jumlah Order. Karena Moselo merupakan konsep baru maka kami akan fokus memvalidasi konsep ini di masyarakat,” ujar Richard.

Sebelumnya telah diberitakan proses bisnis yang ingin dibawa Moselo pada dasarnya menyesuaikan kebiasaan orang ketika akan memesan layanan jasa (misalnya make-up artist, desainer dan lain-lain). Umumnya ketika sedang memilih layanan jasa, orang pasti akan bertanya terlebih dulu terkait detil penawaran, bahkan beberapa butuh berkenalan dulu supaya merasa lebih yakin. Dan chatting saat ini dinilai sebagai medium paling sesuai.

Dari sisi penyedia jasa, otomasi –seperti dalam fitur Auto Reply atau Pre-Defined Action—dalam aplikasi diharapkan akan memberikan efisiensi dalam proses pelayanan kepada pelanggan. Mereka hanya perlu menjawab ketika ada pertanyaan spesifik dari calon konsumen. Dengan begitu Expert memiliki lebih banyak waktu untuk menjalankan bisnisnya dan berkreasi.

Net1 Indonesia dan INTI Bersinergi Akomodasi Frekuensi 450MHz untuk Perkuat Perkembangan IoT

PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (STI) dan PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) menyepakati realisasi visi untuk memproduksi perangkat telekomunikasi yang dapat mengakomodasi frekuensi 450MHz.  Konektivitas ini dinilai merupakan salah satu komponen penting –selain sensor and actuator dan people and process—untuk mendorong berkembangnya era Internet of Things (IoT)

STI, dengan merek dagang Net1 Indonesia, berupaya menjajaki kerja sama dengan sejumlah pihak yang telah memiliki pengalaman dalam bidang telekomunikasi. INTI dinilai sebagai perusahaan yang memiliki visi yang sama serta kapabilitas mengembangkan peranti telekomunikasi yang cocok dengan kebutuhan STI.

Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara kedua belah pihak akan diwakili Larry Ridwan selaku CEO STI dan Darman Mappangara selaku CEO PT INTI.

“Kami meyakini MoU ini akan membawa business opportunity yang semakin menjanjikan bagi Net1 Indonesia dan PT INTI. Kerja sama juga diharapkan akan memberikan dampak positif guna memperlancar serta mendorong pertumbuhan bisnis-bisnis berbasis IoT di lingkungan perkotaan maupun perdesaan,” sambut Larry.

Dalam kerja sama ini, PT INTI akan memproduksi perangkat yang mendukung frekuensi 450MHz yang akan dipasarkan dalam bisnisnya setelah diintegrasikan dengan layanan Net1 Indonesia. Perangkat yang dimaksud adalah perangkat yang sudah dipasarkan maupun yang akan datang.

Pertimbangan lainnya adalah kemampuan INTI untuk memenuhi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang ditetapkan oleh pemerintah. Sesuai dengan Peraturan Menkominfo, sampai dengan Januari 2017, TKDN yang harus dipenuhi oleh para Vendor Pembuat Alat dan Perangkat Telekomunikasi adalah 20% bagi Subscriber Station (SS) dan 30% bagi Base Station (BS).

“Kami merasa bangga dipercaya oleh Sampoerna Telekomunikasi Indonesia untuk memproduksi perangkat 4G LTE yang mendukung frekuensi 450Mhz untuk layanan Net1, kerja sama ini merupakan sebuah langkah besar untuk mendorong perkembangan ekosistem IoT di Indonesia sehingga bisa memajukan industri dalam negeri secara  keseluruhan.” sambut Darman.

Layanan Belajar Online Masih Belum Signifikan Diminati Masyarakat Indonesia

Massively Online Open Courses (MOOC) merupakan salah satu dari transformasi teknologi dalam pendidikan. Namun tampaknya model belajar melalui medium internet tersebut belum banyak diminati oleh masyarakat di Indonesia. Untuk memahaminya lebih dalam, secara khusus DailySocial bekerja sama dengan JakPat mengadakan survei kepada 1023 pengguna smartphone mengenai pendapatnya tentang penggunaan layanan MOOC.

Dari total responden, 51,11 persen di antaranya sudah mengetahui tentang MOOC, sisanya tidak mengetahui sama sekali. Dari total yang mengetahui pun, mayoritas (79,77 persen) belum pernah mencoba menggunakan layanan tersebut untuk alternatif belajar. Dari seluruh layanan MOOC yang ada, yang paling populer menurut responden Duolingo, OpenCourseware, Coursera, dan Khan Academy.

Untuk pengguna MOOC, responden di Indonesia paling banyak menggunakan untuk belajar materi bahasa asing dan teknologi informasi. Kendati beberapa bahasan lain seperti bisnis, sains hingga pelajaran sekolah juga ada yang menggunakan. Di Indonesia sendiri, beberapa penyedia MOOC yang banyak digunakan di antaranya BangsaCerdas, IndonesiaX dan portal belajar Kelase.

Gambar 1 Survei MOOC DailySocial

Alasan yang cukup signifikan mengapa masyarakat Indonesia tidak hobi menggunakan internet untuk mengakses MOOC pertama ialah karena tidak ada waktu (45,94 persen), kemudian kendala koneksi internet (32,94 persen) dan harga layanan yang dinilai mahal (27,66 persen). Kendati demikian sebenarnya layanan MOOC disediakan untuk mengakomodasi pengguna dengan mobilitas tinggi, sehingga lebih fleksibel untuk mengakses bahan belajar yang interaktif dengan berbagai perangkat yang dimiliki. Tak sedikit juga yang menawarkan materi belajar gratis di portalnya.

Disajikan dalam mode digital, MOOC memang menawarkan ragam varian bentuk materi belajar yang disampaikan. Mulai dari berbentuk modul, kuis, materi interaktif hingga video. Namun responden menilai bahwa video lebih mudah dimengerti. Mayoritas (53,37 persen) responden setuju bahwa salah satu keuntungan dari MOOC karena konten video tersebut, sehingga dinilai penting oleh responden bagi penyedia MOOC menghadirkan konten berjenis multimedia tersebut.

MOOC juga kerap dikaitkan dengan salah satu evolusi dari e-learning sehingga tak sedikit yang menggunakan sebagai alternatif belajar untuk materi sekolah. Terkait dengan implementasinya untuk mendukung pembelajaran formal, bisa dikatakan bahwa pemanfaatannya belum optimal. Karena ada yang menganggap bahwa hasilnya sangat efisien, namun ada pula yang menganggap tidak efisien.

Gambar 2 Survei MOOC DailySocial

Beberapa sekolah dan universitas di luar negeri secara serius memanfaatkan model MOOC untuk pembelajaran, beberapa di antaranya bahkan secara penuh menggunakan layanan terkait untuk pembelajaran. Tren e-learning di Indonesia sendiri sebenarnya bisa dikatakan masih berada dalam masa transisi, saat ini justru kalangan bisnis yang terpantau tertarik untuk mengeksplorasi manfaatnya untuk pengembangan SDM di lingkungannya. Sedangkan untuk kalangan konsumer memang belum terlihat signifikan. Mungkin masih banyak faktor yang perlu dibenahi dan disesuaikan, terutama terkait infrastruktur dan kultur.

Lebih lengkap tentang temuan survei seputar MOOC, termasuk daftar penyedia MOOC lokal dan internasional mana yang lebih disukai, dapat diunduh gratis melalui laporan survei berjudul: “MOOC in Indonesia Survey 2017”. Simak juga pemberitaan tentang perkembangan startup di bidang pendidikan yang dirangkum dalam kolom edtech DailySocial.

Daftar Program Inkubator dan Akselerator Startup Indonesia

Program akselerator dan inkubator memang sangat lekat dengan dunia startup. Kendati keduanya memiliki misi yang sama –yakni memperlancar laju startup—namun terdapat perbedaan antara akselerator dan inkubator. Secara umum perbedaan akselerator dan inkubator ialah pada jangkauannya.

Akselerator mencoba mempercepat atau mengakselerasi laju bisnis startup yang sudah berjalan. Bisanya dengan memberikan investasi, pendampingan ataupun konsultasi. Sedangkan inkubator lebih kepada proses pembinaan pada startup di tahap awal, mulai dari mematangkan model bisnis, konsep produk hingga pangsa pasar. Jadi dapat dikatakan bahwa untuk sebuah startup prosesnya adalah membentuk tim, mengikuti program inkubator lalu mematangkan bisnis melalui program akselerator.

Di Indonesia, saat ini sudah mulai banyak program inkubator dan akselerator startup. Mulai yang dikelola oleh perusahaan modal ventura, korporasi hingga pemerintah. Berikut daftar program inkubator dan akselerator yang dapat diikuti oleh startup Indonesia. Untuk program inkubator ditandai dengan (i), sedangkan program akselerator ditandai dengan (a).

1000 Startup (i)

Diinisiasi oleh Kominfo dan Kibar, program inkubasi ini terbagi menjadi lima fase, yakni Ignition penanaman pola pikir kewirausahaan, Workshop pembekalan keahlian dasar startup, Hacksprint pembentukan tim untuk membuat prototipe, Bootcamp pembinaan bersama mentor, dan Incubation pembinaan lanjutan hingga siap diluncurkan. Ditargetkan tahun 2020 akan tercetak sebanyak 1000 startup yang menjadi solusi atas berbagai masalah dengan memanfaatkan teknologi digital.

Diadakan di berbagai kota, kegiatan ini menjadi sebuah jembatan bagi individu yang berminat mengembangkan karier di dunia kewirausahaan digital. Pasalnya jika dirunut dari awal hingga akhir, kegiatan yang ada dalam Gerakan Nasional 1000 Startup ini memang mempersiapkan talenta dari nol, hingga siap untuk menjadi bagian dari ekosistem startup digital di tanah air. Hingga saat ini program 1000 startup masih terus berjalan dan membuka kesempatan kepada semua anak muda di Indonesia.

Alpha Startup (a)

Program ini akselerasi ini merupakan hasil kemitraan strategis antara 1337 (Leet) Ventures, Convergence Ventures, Baidu Indonesia, dan Gobi Partners. Batch pertama program ini sudah dimulai sejak pertengahan tahun 2016 lalu. Tidak ada spesifikasi khusus untuk kategori startup yang dapat masuk ke program ini. Alpha Startup juga memberikan fasilitas berupa program bimbingan dan beragam fasilitas, termasuk ruang bekerja, fasilitas pendukung produktivitas dari AWS, dan juga suntikan investasi senilai Rp 325 juta.

Namun sejatinya jika melihat materi yang disampaikan, Alpha Startup ini masuk dalam skala pre-accelerator. Mereka berada di antara startup yang sudah memiliki ide namun sedang tahap validasi. Proses pembinaan di dalamnya membantu startup melakukan validasi, terkait produk dan pangsa pasar. Bahkan salah satu outcome yang dihasilkan dari program ini ialah pematangan MVP (Minimum Viable Product).

Bekraf for Pre-Startup (i)

Bekraf for Pre-Startup (BEKUP) adalah program yang dirancang khusus untuk mematangkan integrasi ekosistem startup dari hulu sampai ke hilir, yaitu pematangan calon-calon sumber daya manusia yang akan membangun startup di tanah air. Kegiatannya berupa workshop, baik terkait manajemen bisnis maupun teknis pengembangan produk. Program BEKUP lebih cocok ditempatkan pada fase pre-incubation, pasalnya kegiatan ini memfokuskan pada pembinaan individu dari 0, hingga pembentukan tim yang siap untuk masuk tahap inkubasi awal.

Tidak melepas begitu saja startup pemula yang menjadi lulusan di program ini, melainkan BEKUP menghubungkannya dengan kanal inkubasi lanjutan melalui koneksi Bekraf. Termasuk membawa startup pemula yang dilahirkan ke dalam program inkubator dan akselerator lain yang telah bekerja sama dengan Bekraf.

BNV Labs (i)

BNV Labs didirikan oleh Bank Bukopin bekerja sama dengan Kibar. Program tersebut terfokus kepada tiga elemen utama, yaitu pembentukan tim terbaik, melancarkan program inkubasi dan memfasilitasi co-working space yang berfungsi sebagai wadah bagi pelaku startup berinovasi. Fokusnya ialah untuk startup pada sektor finansial (fintech). Beberapa kegiatan pengembangan startup termasuk menghubungkan peserta terhadap ekosistem kewirausahaan digital, membuka akses pasar, dukungan bisnis, pembinaan, juga pengembangan kapasitas pelaku di dalamnya.

Founder Institute (a)

Masuk ke dalam kategori pre-accelerator, program ini sebenarnya bersifat global, namun demikian sudah ada di Indonesia dalam Jakarta Founder Institute (JFI). Founder Institute menyajikan program pelatihan yang berjalan selama empat bulan per batch-nya. Sesuai namanya, program ini melatih founder baru untuk membentuk generasi terbaik di perusahaan. Program ini memfasilitasi sesi mingguan yang diisi dengan mentor berpengalaman di bidangnya untuk membantu para founder mengembangkan dan meluncurkan bisnis mereka.

Di Indonesia, JFI didukung oleh berbagai mitra, mulai dari Indosat Ooredoo, Baidu, Kejora, Mountain Partners, Bakti Barito, dan lainnya. Beberapa kurikulum yang diajarkan termasuk bagaimana memvalidasi visi dan ide, riset dan pengembangan konsumen, penentuan model bisnis, pengembangan produk, branding hingga pendanaan.

Global Entrepreneurship Program Indonesia (i)

Dimulai sejak awal tahun 2011, Global Entrepreneurship Program Indonesia (GEPI) telah didukung oleh pemimpin bisnis terkemuka di Indonesia. Program ini memiliki visi untuk mengkatalisis strategi kewirausahaan Indonesia dengan bekerja sama dengan program yang ada dan menghubungkan calon pengusaha Indonesia dengan perkembangan global dan prospek investasi.

GEPI juga merupakan bagian dari inisiatif global yang lebih luas yang disebut Global Entrepreneurship Program (GEP), yang tumbuh dari sebuah inisiatif Presiden Obama dan sekarang menjadi program inti di Departemen Luar Negeri AS, untuk mempromosikan kewirausahaan sebagai sebuah pilar utama pembangunan ekonomi di antara negara-negara berkembang. Saat ini di Indonesia beberapa mitra strategis dengan beberapa mitra seperti ANGIN.

GnB Accelerator (a)

Ini merupakan program akselerasi kerja sama antara Fenox VC dan Infocom Corporation. Program yang berjalan selama tiga bulan ini menawarkan mentorship, support, training hingga funding. Selama mengikuti program tersebut, setiap startup peserta akan mendapat investasi sekitar Rp666 juta, fasilitas co-working space, serta bimbingan dari para mentor.

Dari sisi materi, GNB Accelerator lebih fokus pada market-fit dan penyiapan tim untuk lebih siap dalam pendanaan. Kendati tidak menyasar kategori spesifik, startup health-tech, e-commerce, on-demand, dan fintech menjadi sasaran utama.

Google Launchpad Accelerator (a)

Sebuah program yang diinisiasi oleh Google dalam rangka membantu startup  terpilih untuk mengakselerasi bisnis dan teknologi mereka. Dengan Launchpad Accelerator, Google berkomitmen untuk terus membina sejumlah startup berbakat, termasuk di Indonesia. Selain Indonesia, Google Launchpad Accelerator juga membuka kesempatan untuk startup di beberapa negara seperti India, Thailand, Vietnam, Malaysia dan Filipina dan beberapa negara di benua lain.

Prosesnya startup yang lolos seleksi akan diterbangkan langsung ke markas Google untuk dibina secara intensif. Selain bootcamp 2 minggu di kantor Google dan program inkubasi yang dilaksanakan selama 6 bulan, para startup (khusus pengembang solusi mobile) juga akan menerima pendanaan bebas ekuitas hingga $50.000. Program Launchpad Accelerator sendiri memang difokuskan untuk negara dengan pertumbuhan startup berpotensi. Program ini menargetkan mampu merangkul 50 startup baru per tahun.

Ideabox (a)

Ideabox merupakan program gabungan yang dimotori Indosat Ooredoo, Mountain Partners, dan Kejora yang bertujuan mengangkat potensi startup Indonesia melalui bantuan dana investasi tahap awal dan memberikan penghargaan khusus untuk startup yang bergerak di sektor internet dan telekomunikasi. Ideabox menonjolkan pada empat hal, yakni penguatan market-size, penguatan model bisnis dan operasional, penguatan produk, dan growth. Hingga pada akhirnya mempersiapkan startup untuk pitching pendanaan.

IDX Incubator (i)

IDX Incubator merupakan program inkubasi inisiatif Bursa Efek Indonesia (BEI). Visinya untuk membantu mengembangkan startup digital Indonesia, dari segi bisnis, legal, hingga membantu startup untuk melenggang ke lantai bursa saham atau melakukan IPO. Program inkubator ini terselenggara berkat kerja sama BEI dan Bank Mandiri.

BEI menjanjikan beberapa hal yang bisa didapatkan peserta, mulai fasilitas co-working space, program pengembangan bisnis, akses ke permodalan, dan workshop atau event lainnya yang tentunya bermanfaat bagi pengembangan bisnis startup, lengkap dengan beberapa mentor yang siap membina.

Indigo Creative Nation (i)

Indigo merupakan program pembinaan startup yang diselenggarakan Telkom untuk membangun ekosistem digitalpreneur di Indonesia, melalui fasilitas kreatif digital, pendanaan dan akses pasar untuk mempercepat industri kreatif digital Indonesia. Program Indigo merupakan penggabungan program sebelumnya yang sudah ada yakni Indigo Incubator, Indigo Accelerator, dan Indigo Venture. Program ini memberi kesempatan bagi para startup untuk merealisasikan karya kreatif mereka, baik yang masih dalam bentuk ide, produk yang sudah memiliki pengguna, bisnis yang sudah mendatangkan pendapatan, serta bisnis yang membutuhkan akselerasi dan pendanaan lebih lanjut.

Program inkubasi diselenggarakan oleh Telkom Group bersama MIKTI (Masyarakat Industri Kreatif TIK Indonesia) ditujukan bagi startup yang ingin mengembangkan bisnisnya di bidang digital. Startup yang terpilih akan mendapat dukungan inkubasi dari 1 bulan sampai dengan 18 bulan tergantung tahapannya dan mendapatkan berbagai fasilitas seperti, akses pasar melalui kanal pemasaran.

Inkubator Parama (i)

Untuk turut mengambil andil di pengembangan startup digital, Lima Ventura mendirikan program inkubasi bernama Parama Indonesia. Beberapa program unggulan yang ingin disajikan oalah terkait dengan strategi branding dan peningkatan valuasi oleh startup melalui kemitraan bisnis. Aktivitasnya ialah mengadakan kompetisi dan membina startup yang terjaring melalui kegiatan tersebut.

Kolaborasi.co (i)

Dimotori oleh empat orang dari startup berbeda, yakni Yohan Totting, Moon Leoma, Sutansyah  Marahakim, dan Adryan Hafizh, Kolaborasi.co berusaha menjadi sebuah wadah berkumpulnya startup, khususnya di wilayah Bandung, untuk belajar bersama. Tidak hanya untuk pebisnis di dunia online, Kolaborasi.co juga mengakomodasi startup yang bergerak dalam sektor offline. Tidak seperti program lain yang memfokuskan pada fasilitas atau pendanaan, sesuai namanya, konsep kolaborasi lebih ditekankan. Kelompok inkubasi startup ini sudah berdiri sejak tahun 2013.

Mandiri Capital (i)

Sebuah inkubator besutan Bank Mandiri yang memiliki visi untuk mendorong hadirnya startup di bidang teknologi finansial. Dalam prosesnya, program ini bekerja sama dengan Indigo Inkubator dan ActionCoach. Dari kategori fintech pun inkubator ini masih membaginya ke dalam tiga fokus utama, yakni payment, lending dan enterprise solution. Ketiga segmen ini dinilai dapat bersinergi langsung dengan Bank Mandiri Group. Mandiri Capital Indonesia (MCI) berfokus untuk membantu startup dalam empat hal, mulai dari investasi, mentoring, membantu startup dalam memperkuat jaringan, dan program inkubator eksklusif.

Plug and Play (a)

Plug and Play Indonesia (PNP Indonesia) adalah bagian dari PNP Tech Center, yakni sebuah akselerator startup global dengan misi membantu pada suksesi dalam teknologi digital. Dengan kantor pusatnya di Silicon Valley, jaringan bisnis Plug and Play mencakup lebih dari 200 mitra korporasi, investor, universitas dan mitra terkait lainnya di bidang ritel, fintech, Internet of Things (IoT), media dan komputasi awan.

Selama 3 bulan startup yang lolos seleksi program akselerasi akan diberikan dana, bimbingan, ruang kerja gratis juga dukungan lainnya melalui program akselerator. PNP Indonesia akan melakukan investasi di 50 startup tahap awal setiap tahunnya.

Skystar Ventures (i)

Skystar Ventures didirikan oleh grup Kompas Gramedia (KG) dan Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Keuntungan yang ditawarkan bagi startup yang terpilih mengikuti program ini adalah seed funding, mentoring yang intensif, fasilitas Skystar Ventures yang terdiri atas tempat kerja, serta paparan dengan jaringan Kompas Gramedia dan para investor.

Program ini menyasar startup segmen e-commerce, pendidikan, mobile, sosial, SaaS, media, dan infrastruktur, meskipun mereka tidak menutup kemungkinan bagi startup yang bergerak di segmen lain untuk mendaftarkan diri. Startup tersebut sebaiknya masih berada di tahap awal (early stage) dan sudah memiliki traksi, konsumen, dan pertumbuhan.

Start Surabaya (i)

Didirikan oleh pemerintah kota Surabaya, program ini berbentuk inkubasi untuk perusahaan startup di bidang teknologi. Misinya untuk memberdayakan anak muda di Surabaya agar meluncurkan bisnis atau produk berbasis teknologi yang berdampak positif dan memberikan nilai tambah kepada masyarakat. Program ini menjadi salah satu inkubator tingkat kota pertama di Indonesia. Untuk kegiatannya, pemkot Surabaya menjalin kerja sama dengan Kibar dan beberapa mitra lainnya.

Startup Weekend (i)

Konsep Startup Weekend adalah memberikan kesempatan bagi para entrepreneur memvalidasi ide dan  mematangkan konsep untuk memulainya. Acara akan dimulai dengan open mic, setiap peserta berhak menyampaikan ide yang telah dimiliki di depan para hadirin. Presentasi harus meyakinkan, karena di sana juga berkesempatan untuk menemukan anggota tim guna merealisasikan ide tersebut.

Acara ini terbuka bagi siapa saja yang tertarik mengembangkan startup. Mulai dari mahasiswa, pengusaha, programer, desainer dan lainnya. Beberapa mentor yang dihadirkan adalah pelaku startup sukses dan managing partner dari perusahaan venture capital. Nantinya ide yang terpilih menjadi pemenang, karena dalam acara tersebut juga akan didadakan kompetisi, akan mendapatkan sesi privat berdiskusi dengan para mentor.

Visio (i)

Visio adalah program inkubator berbasis di Kota Padang. Dimotori oleh Hendriko Firman dan Ogy Winenriandhika, program ini memiliki visi untuk menumbuhkan ekosistem bisnis digital di kawasan Sumatera Barat. Program ini menginkubasi startup selama 3 bulan, hingga startup matang untuk mempresentasikan karyanya di depan investor.

Telkomtelstra dan Microsoft Kolaborasi Hadirkan Layanan Hybrid Cloud di Indonesia

Bekerja sama dengan Microsoft, Telkomtelstra yang merupakan perusahaan patungan antara Telkom dengan operator telekomunikasi Australia, menghadirkan layanan hybrid cloud. Telkomtelstra sendiri dikenal dengan salah satu layanannya berupa managed services, dipadukan dengan produk komputasi awan dari Microsoft Azure.

Keduanya memiliki visi untuk memperkuat penetrasi ke pasar cloud yang tengah berkembang di Indonesia dan membantu perusahaan dalam mematuhi kebijakan residensi data lokal, latensi yang lebih rendah, serta akses kinerja yang lebih baik. Untuk itu Azure Hybrid Cloud dengan Azure Stack dihadirkan.

Mekanisme hybrid cloud memungkinkan pengguna untuk menyimpan aplikasi dan data secara hybrid, ada yang terletak di lingkungan non-virtual (on-premise) ada pula yang diletakkan di layanan private cloud, sesuai dengan kebijakan yang dimiliki.

“Agar bisa selalu memenuhi permintaan pasar, maka di era digital ini semua bisnis harus didukung dengan teknologi cloud, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dengan mengurangi biaya, menciptakan inovasi dengan meningkatkan pendapatan dan aset yang tersedia, serta mentransformasi bisnis dengan model bisnis baru,” sambut Presiden Direktur Telkomtelstra Erik Meijer.

Tingkat adopsi teknologi cloud di Indonesia terpantau terus meningkat dan menjadi suatu sistem bagi perusahaan untuk membangun, mengelola dan menciptakan nilai bisnis baru bagi pelanggannya. Menurut Tony Seno Hartono selaku National Technology Officer Microsoft Indonesia, para pemimpin teknologi dalam bisnis tengah melangkah pasti untuk melakukan transformasi digital di organisasi mereka masing-masing.

Kendati demikian, di saat yang bersamaan mereka juga harus mengelola infrastruktur teknologi warisan yang terdahulu. Oleh sebab itu 48% di antaranya lebih mengutamakan hybrid cloud dibandingkan public atau private cloud untuk perusahaan mereka dalam kurun waktu singkat ke depan.

“Beberapa tahun ke depan merupakan masa-masa penting bagi para pemimpin TI, di mana mereka harus melakukan transisi menuju infrastruktur TI modern berbasis cloud yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan bisnis digital mereka,” ujar Toni.

Lebih lanjut, kerja sama antara Telkomtelstra dan Microsoft Indonesia juga akan menawarkan solusi menyeluruh dari Azure Public Cloud kepada para pelanggan di Indonesia.

Payfazz dan Strategi Keagenan untuk Menyasar “Unbanked Society” di Indonesia

Payfazz merupakan sebuah layanan keuangan berbasis keagenan yang ditujukan untuk unbanked society. Saat ini telah diterbitkan dalam paltform Android, untuk merangkum berbagai jenis layanan yang dapat diakses oleh masyarakat melalui agen. Payfazz berkoordinasi dengan bank untuk membangun jaringan distribusi bank melalui para agen Payfazz yang dapat beroperasi di berbagai tempat. Dengan kata lain, para Agen Payfazz atau disebut sebagai “Agen Keuangan Nusantara” ini akan menjadi representatif bank dan Payfazz secara bersamaan.

Untuk produk yang bisa diakses saat ini berupa pembayaran Pulsa, PPOB (Payment Point Online Bank), Game Voucher, Multifinance, Kredit, dan Transfer Dana. Selain itu, Payfazz sedang mengembangkan kerja sama dengan salah satu bank terbesar di Indonesia untuk  menghadirkan layanan Lakupandai di aplikasi Payfazz. Sedangkan untuk fitur, Payfazz menyediakan sistem pencatatan transaksi, fasilitas top-up saldo, fitur Print Bluetooth untuk mencetak bukti transaksi pelanggan, hingga pinjaman modal usaha bagi agen yang membutuhkannya.

“Ide dasar pengembangan Payfazz datang dari fenomena Indonesia, berdasarkan data Bank Dunia hanya 36% masyarakat Indonesia yang mempunyai rekening bank, dan hanya 4% masyarakat Indonesia yang mengenal dan menggunakan kartu kredit. Terdapat lebih dari 170 juta masyarakat Indonesia yang pengetahuannya mengenai teknologi keuangan sangat minim,” ujar Hendra Kwik, Co-Founder & CEO Payfazz.

Dalam keterangannya, Hendra menambahkan minimnya banked-society disebabkan oleh 3 variabel faktor, yaitu (1) kurangnya literasi finansial di kalangan masyarakat Indonesia, (2) Sektor perbankan yang menganggap sebagian besar masyarakat Indonesia masih tergolong status unbankable, (3) distribusi akses ATM, KC atau KCP Bank yang belum menyeluruh ke seluruh Indonesia.

Payfazz spesifik jangkau unbanked-society / Payfazz
Payfazz spesifik jangkau unbanked-society / Payfazz

Di lain sisi, masyarakat Indonesia mengenal dan sangat akrab dengan teknologi informasi berupa smartphone dan internet. Hasil riset Payfazz menunjukkan bahwa sekitar 132,7 juta masyarakat Indonesia aktif menggunakan internet setiap harinya. Melihat peluang tersebut, Payfazz mencoba mengarahkan fungsi smartphone dan koneksi internet tersebut untuk memfasilitasi transaksi online yang sering dilakukan masyarakat Indonesia dan menjadi kebutuhan rutin mereka seperti pulsa, transaksi PPOB dan transfer uang.

Fase awal diperkuat pendanaan Y Combinator dan MDI Ventures

Untuk operasionalnya, saat ini Payfazz telah menerima dukungan pendanaan dari Y Combinator dan MDI Venture. Y Combinator merupakan inkubator dan venture capital global yang berpusat di Silicon Valley yang turut membesarkan startup yang sudah mendunia seperti Airbnb, Dropbox, Stripe dan Twitch. Sedangkan MDI Venture merupakan venture capital milik Telkom. Payfazz terhubung dengan MDI melalui inkubasi dalam program Indigo Startup Nation.

Dengan proses bisnis yang ada saat ini, Payfazz sangat yakin akan berhasil, melihat beberapa pembuktian dari startup sejenis di berbagai negara berkembang lain seperti M-Pesa di Kenya, paytm di India dan Alipay di Tiongkok. Bisnis model dinilai membawa kebaikan bagi masyarakat luas. Para Agen Keuangan Nusantara dapat menambah penghasilan dan para masyarakat unbanked menjadi teredukasi dan terbantu untuk mengakses layanan keuangan.

“Saat ini Payfazz sudah memiliki puluhan ribu Agen yang berasal dari berbagai latar belakang demografi. Agen Payfazz kebanyakan telah memiliki usaha rumahan seperti toko kelontong dan konter pulsa di pelbagai wilayah di Indonesia. Puluhan ribu Agen Keuangan Nusantara ini melayani ratusan ribu masyarakat unbanked dan memproses jutaan layanan perbankan setiap bulannya,” imbuh Hendra.

Diakui pula saat ini sudah banyak layanan sejenis, mencoba memberdayakan unbanked-society di Indonesia. Dari situ Payfazz mencoba untuk spesifik menyasar masyarakat yang masih awam terhadap layanan bank dan teknologi keuangan. Payfazz menggunakan sistem keagenan dan menitikberatkan pada masyarakat unbanked sebagai end user. Agen Payfazz berperan mengedukasi dan memfasilitasi layanan perbankan bagi para masyarakat unbanked.

Tiga pendiri asal Jambi yang berpengalaman di startup besar

Co-Founder Payfazz: Ricky, Hendra, Jefriyanto / Payfazz
Co-Founder Payfazz: Ricky, Hendra, Jefriyanto / Payfazz

Payfazz didirikan oleh 3 orang yang berasal dari Jambi dan merupakan rekan sejawat sejak kecil. Ketiganya pula memiliki pengalaman bekerja di startup yang telah membuktikan keberhasilannya dan menjadi panutan startup lokal. Pertama ialah Hendra Kwik, lulusan S1 Teknik Kimia ITB, sebelumnya ia bekerja di Kudo. Kemudian Jefriyanto Guang, lulusan S1 Ilmu Komputer Binus, ia sebelumnya bekerja di Tiket.com. Dan yang ketiga ialah Ricky Winata, lulusan S1 Ilmu Komputer Binus, ia sebelumnya pernah bekerja di Traveloka.

Di tahun ini, fokus Payfazz berupaya membenahi fitur-fitur yang sudah ada untuk meningkatkan kualitas produk dan pelayanan. Selain itu, Payfazz juga menargetkan untuk memperluas jaringan Agen Keuangan Nusantara demi menjangkau lebih banyak unbanked-society di seluruh Indonesia. Dengan semakin banyak Agen Payfazz, pihaknya berharap semakin banyak unbanked society yang terbantu untuk mengakses layanan perbankan seperti pembayaran, pulsa, PPOB, transfer dana dan kredit/pinjaman dengan mudah.

Hasil bimbingan inkubator Indigo

DailySocial juga menghubungi Ery Punta Hendraswara, Managing Director Indigo Creative Nation, yang juga menjadi mentor Payfazz. Tentang Payfazz, Ery berpendapat, “Gerakan digital untuk kemajuan bangsa tidak dapat ditawar, termasuk melakukan transaksi elektronik. Payfazz menjadi salah satu solusi yang efektif untuk mengakomodasi kebutuhan transaksi elektronik bagi seluruh masyarakat khususnya unbanked society.”

“Selain melayani solusi keagenan yang dapat melayani transaksi elektronik yang efisien bagi seluruh masyarakat, Payfazz dapat mengembangkan solusi keuangan yang lebih luas lagi terutama melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk perbankan, operator telekomunikasi, koperasi, bahkan perusahaan-perusahaan untuk mengelola investasi masyarakat, seperti investasi reksadana,” lanjut Ery.

Dalam program inkubatornya, Payfazz mendapatkan bimbingan baik mentoring intensif hingga pendanaan untuk tumbuh lebih besar lagi melalui program akselerasi startup, serta channeling kepada pasar yang relevan melalui kanal-kanal pemasaran di Telkom yang telah berkembang. Channeling ini lah yang kemudian menjadi percepatan bagi Payfazz untuk tumbuh dan memberikan sumbangsih lebih banyak terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Kioson Rambah Sektor Fintech, Hadirkan Layanan “Lending” untuk Mitra UMKM

Startup penyedia sistem digital payment enabler Kioson mengumumkan perluasan bisnisnya ke ranah fintech. Memanfaatkan tren peer-to-peer lending (p2p lending) yang mulai dinikmati masyarakat, Kioson mulai menawarkan layanan khusus pinjaman modal usaha untuk mitranya. Fokus Kioson menyajikan layanan ini ialah penyediaan modal, menambah produk dan layanan di aplikasi Kioson, dan menambah jaringan kemitraan di seluruh Indonesia.

Layanan pinjaman modal usaha ini hanya berlaku untuk mitra Kioson dengan plafon hingga 7 juta rupiah, berupa saldo Kioson. Saat diluncurkan awal Juli 2017, tercatat 1.000 mitra sudah mengajukan pinjaman dan 70%-nya sudah disetujui. Dengan adanya layanan P2P ini diharapkan semakin melengkapi Kioson dalam penyediaan instrumen keuangan. Sebelumnya Kioson sudah membuka layanan branchless banking, penjualan produk asuransi dan agen referensi multi-finance.

[Baca juga: Kioson Fasilitasi UMKM Lakukan Pendekatan Digital]

“Sebagai perusahaan aplikasi yang menunjang kebutuhan pemilik usaha kecil dalam meningkatkan penjualan toko/kios mereka, fitur pinjaman modal usaha ini dapat mendorong perputaran biaya sebagai modal usaha di aplikasi Kioson. Bermodalkan kepercayaan serta pemilik usaha yang berkelanjutan, kami yakin bahwa Mitra Kioson dapat memanfaatkan layanan ini untuk mengembangkan usahanya,” sambut CEO Kioson Jasin Halim.

Di sisi lain, saat ini semakin banyak aplikasi yang merambah ke layanan industri fintech, dari mulai crowdfunding, investasi, tabungan, pinjaman cepat, installment dan lain-lain. Hampir semua perusahaan fintech menawarkan produk pinjaman, khususnya p2p perantara bagi pinjam-meminjam dana.

“Kami menargetkan 500 hingga 1000 mitra setiap bulannya untuk dapat memanfaatkan layanan ini. Dari pantauan kami beberapa mitra Kioson menggunakan modal tambahan untuk jasa transfer dana yang juga menjadi salah satu produk unggulan Kioson, kategori e-commerce dan bill payment,” imbuh Jasin.

[Baca juga: Optimis dengan Peluang Besar O2O, Kioson Terus Lakukan Ekspansi Pasar]

Sebelumnya Kioson menghadirkan sebuah skema sistem O2O (Online-to-Offline) untuk memfasilitasi UMKM (seperti warung kelontong atau kios) untuk memiliki sebuah layanan yang mampu digunakan dalam membantu masyarakat melakukan berbagai pembayaran digital. Dari keterangan yang kami terima, saat ini Kioson sudah bekerja di 430 kota di seluruh wilayah Jawa dan Sumatera. Sekurangnya sudah ada 15 ribu mitra Kioson yang melayani sekitar 2 juta pelanggan.

“Kioson kini sudah menjadi kendaraan untuk inklusi keuangan dengan beragamnya layanan dan produk perbankan dan asuransi dari perusahaan/institusi keuangan ternama. Dengan basis mitra kami dan konsumennya yang memang berada di kota lapis kedua, kami optimis bahwa dapat menjembatani kesenjangan digital sekaligus membuka akses inklusi keuangan,” tutup Jasin.

Application Information Will Show Up Here

LinkedIn Lite Masuk Pasar Indonesia

Jejaring profesional LinkedIn merilis versi teranyar dari layanannya berjuluk LinkedIn Lite. Saat ini layanan tersebut sudah diluncurkan di lebih dari 60 negara dan kini Indonesia dijadikan salah satu tempat singgahnya. Versi Lite dari LinkedIn memungkinkan pengguna mendapatkan akses yang lebih ringan, untuk menyediakan pengalaman pengguna termasuk dengan konektivitas yang kurang baik (misalnya 2G).

LinkedIn Lite saat ini mendukung untuk akses di versi web dan Android. Meskipun ini merupakan versi ringan, namun tetap menawarkan fitur-fitur utama seperti news feed, profil, jaringan, pesan, dan notifikasi.

“Kami juga menyadari bahwa sebesar apa pun manfaat yang ditawarkan oleh suatu produk, akan percuma jika tidak dapat diakses dan digunakan. Atas dasar inilah kami mengembangkan LinkedIn Lite. Kami berusaha menyediakan akses ke berbagai peluang ekonomi dan karier yang lebih luas bagi para anggota kami, mulai dari mendapatkan informasi terbaru seputar industri hingga pekerjaan baru,” sambut Country Manager and Head of Product LinkedIn India Akshay Kothari dalam peluncuran di Indonesia.

Di Indonesia sendiri, populasi pengguna LinkedIn sudah mencapai angka 8 juta, dari total 22 juta pengguna di Asia Tenggara. Angka ini jauh lebih besar dari negara lainnya, misalnya Filipina 4 juta dan Malaysia 3 juta. Peluncuran di Indonesia menjadi debut lanjutan di wilayah Asia Pasifik pasca peluncurannya di India.

Application Information Will Show Up Here