Awali Tahun 2020, Halofina Jalin Kerja Sama dengan LinkAja

Menyambut tahun baru 2020, Halofina mengumumkan kerja sama dengan LinkAja. Rencananya kolaborasi ini akan ditandatangani pada 31 Januari 2020 mendatang. Bentuk kolaborasi keduanya diawali dengan integrasi sistem perencanaan keuangan milik Halofina ke dalam aplikasi LinkAja.

“Sejak awal Halofina berdiri, misi kami adalah ikut serta dalam mendorong literasi dan inklusi keuangan di Indonesia, melalui solusi berbasis teknologi. Terjalinnya kerja sama bisnis ini merupakan peluang positif untuk dapat mewujudkan misi serta dukungan kami kepada pemerintahan Joko Widodo dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia,” tutur Co-founder &  CEO Halofina Adjie Wicaksana.

Pihak Halofina lebih jauh menjelaskan bahwa kolaborasi dari segi integrasi produk dan teknis akan dilakukan bertahap. Dimulai dengan fitur financial planning. Tidak menutup kemungkinan juga akan ada beberapa integrasi lainnya yang dikembangkan untuk menguatkan kedua belah pihak.

“Strategi tumbuh Halofina akan semakin menguatkan posisi kita sebagai financial advisory, bukan hanya product aggregator. Kita juga akan terus memperluas kerjasama dengan pihak mitra agar fitur financial planning di Halofina dapat digunakan oleh lebih banyak pengguna,” terang Adjie kepada DailySocial.

Sementara itu pihak LinkAja ketika dihubungi DailySocial menjelaskan bahwa dengan kolaborasi ini di aplikasi LinkAja akan muncul tautan langsung menuju sistem Halofina sehingga memudahkan pengguna yang ingin merencanakan keuangan. Selanjutnya LinkAja juga akan mengembangkan fitur yang memungkinkan pengguna untuk bisa langsung mengakses produk-produk keuangan yang disediakan oleh partner bisnisnya.

Sejauh ini LinkAja sebagai salah satu penyedia digital wallet memang tampak tengah menggenjot jumlah integerasi dengan sistem mereka. Sebelumnya dalam urusan pembayaran investasi, dalam hal ini reksadana, LinkAja juga sudah tersedia sebagai pilihan pembayaran di aplikasi Bibit, Tanamduit dan Xdana.

“LinkAja adalah dompet digital milik perusahaan negara yang kami harapkan bisa membantu growth dan traction penggunaan fitur perencanaan keuangan lebih luas lagi. Peluang dan kesempatan besar untuk halofina ketika berkolaborasi strategis dengan LinkAja di mana penggunanya sudah tersebar di seluruh Indonesia,” imbuh Adjie.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Tips Menyiapkan Layanan Pelanggan yang Baik untuk Startup

Salah satu faktor yang membuat pelanggan betah terhadap sebuah produk adalah pelayanan konsumen atau customer service yang baik. Baik itu karena pelayanan yang memuaskan dari segi kecepatan, informasi yang membantu, hingga komunikasi yang nyaman. Berikut ada beberapa tahapan yang bisa dilakukan organisasi atau bisnis untuk strategi pelayanan konsumen.

Identifikasi pengguna dan strategi komunikasi

Strategi komunikasi dengan pengguna akan sangat tergantung dengan bagaimana bisnis mengenali penggunanya. Demografi seperti umur, pendidikan, dan lain sebagainya memiliki peran penting bagaimana nantinya bisnis menentukan strategi komunikasi, seperti gaya komunikasi, bahasa, dan lain sebagainya.

Menentukan strategi komunikasi di awal cukup penting bagi setiap bisnis yang memutuskan untuk memiliki layanan pelanggan. Karena setiap orang yang ada di divisi layanan pelanggan akan mewakili bisnis berkomunikasi dengan pengguna. Pastikan juga value yang dimiliki bisnis sesuai dengan strategi komunikasi yang dipilih.

Menentukan kanal komunikasi

Karena kini banyak cara untuk bisa berkomunikasi dengan pengguna bisnis harus bisa memlilih melalui cara seperti apa mereka bisa dihubungi. Jika dulu hanya ada kantor dan telpon sekarang ada media seperti email, media sosial, live chat, dan semacamnya.

Tidak perlu hadir di semua kanal, hanya cukup hadirkan yang dirasa paling mudah dan paling efisien untuk bisa berkomunikasi dengan pengguna. Jangan lupa faktor kenyamanan, kadang pengguna butuh bercerita panjang tentang keluhannya. Sebaliknya, kadang kita juga harus memberikan panduan hal teknis terkait dengan produk. Kuncinya, yang paling efektif untuk menjalin komunikasi.

Tentukan metrik yang akan digunakan

Yang termasuk dalam strategi menyusun layanan pelanggan adalah menentukan metrik untuk mengukur sejauh mana layanan pelanggan bekerja dan tentunya bermanfaat. Berikut ada beberapa metrik yang bisa digunakan dalam pengukuran layanan pelanggan:

  • First response time: waktu yang diperlukan customer service agent untuk membalas pesan yang disampaikan oleh pengguna.
  • First contact resolution rate: persentase kasus yang diselesaikan setelah kontak pertama dengan klien.
  • Interaction to resolution: rata-rata interaksi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah kasus.
  • Escalation rate: persentase pengguna yang menuntut berbicara dengan perwakilan atau divisi yang lebih tinggi.
  • Customer satisfaction: nilai kepuasan pelanggan, biasanya dibuat rentang dan harus menyiapkan survei atau umpan balik untuk mendapatkan jawaban dari pengguna.

Siapkan agen dengan baik

Ketika berbicara dengan pengguna, customer service agent akan mewakili perusahaan. Untuk itu sangat penting menyiapkan mereka dengan informasi menyeluruh mengenai visi, produk, dan nilai yang diusung perusahaan.

Terutama masalah produk, sebisa mungkin agen harus mengetahui seluk beluk produk yang ditawarkan. Tak hanya soal informasi dasar seperti jumlah atau deskripsi fitur, tetapi juga mengenai cara memecahkan sebuah masalah.

Tiga Kiat Mengeksplorasi Strategi Pemasaran

Setiap elemen dalam organisasi dituntut untuk terus berkembang, setidaknya agar bisa terus mengeksplorasi cara baru untuk berinovasi. Tak terkecuali pemasaran. Tren pemasaran mengandalkan data dan sosial media kini sudah jamak dilakukan banyak oraganisasi dan bisnis demi mencapai sasaran yang tepat. Berikut beberapa tips untuk bisa lebih eksplorasi strategi pemasaran di tengah perkembangan teknologi yang ada.

Implementasi kecerdasan buatan

Kecerdasan buatan atau Artificial Intelegence (AI) adalah satu dari banyak teknologi mutakhir yang digadang-gadang mampu merevolusi penggunaan teknologi lebih arah yang lebih jauh lagi. Kuncinya ada otomatisasi. Implementasi teknologi ini di bidang pemasaran tentu akan memberikan banyak peluang bagi tim pemasaran untuk fokus pada hal yang butuh banyak sentuhan manusia.

AI bisa saja digunakan untuk mengumpulkan data dari banyak kanal pemasaran untuk dianalisis sebagai bahan kesimpulan. Sementara itu tim pemasaran bisa lebih banyak memberikan sentuhan manusia untuk menjalin koneksi dan emosi yang baik dengan pelanggan. Saat ini ada produk perangkat lunak pemasaran berbasis AI yang bisa dilanggan atau dibeli berdasarkan kebutuhan spesifik.

Menjaga data pengguna adalah prioritas

Ada dua hal yang menjadi permasalahan media sosial saat ini, yang pertama adalah soal privasi data dan disinformasi atau hoax. Dua hal ini sedikit banyak mereduksi tingkat kepercayaan pengguna, dan bisa saja menimpa brand jika strategi pemasaran tidak dilakukan dengan baik.

Batas antara personalisasi dan pelanggaran privasi bisa dikatakan sangat tipis. Di sinilah peran perusahaan untuk bisa memastikan bahwa data yang mereka minta dari pelanggan sepenuhnya aman. Konteksnya, tidak dibocorkan kepada pihak lain atau diperjual-belikan.

Tidak sedikit orang yang terbantu dengan model pendekatan personalisasi, tapi tak sedikit juga yang mereka khawatir dengan data mereka ketika preferensi mereka dihadirkan dalam bentuk rekomendasi. Itu penting bagi organisasi dan bisnis untuk meyakinkan pelanggan data mereka aman dan membuat mekanisme untuk mellindungi data pengguna.

Peka terhadap perubahan

Apa yang berhasil dilakukan sebelumnya belum tentu berhasil dilakukan sekarang, pun demikian dengan strategi pemasaran. Harus selalu ada upaya membaca situasi, tren, dan keinginan pengguna. Adaptasi adalah sebuah keniscayaan jika berbincang mengenai inovasi dan pertumbuhan. Itu mengapa memiliki komunitas atau memiliki basis pengguna yang bisa dimintai umpan balik adalah sebuah kemewahan.

Komunitas bisa jadi tempat paling dini untuk bisa mengetahui perubahaan atau permintaan dari pelanggan. Menjaga komunikasi baik melalui media sosial, email, atau media lainnya adalah tugas penting yang tidak boleh dilupakan. Sekadar mengucapkan ulang tahun, tahun baru, atau perayaan lainnya bisa jadi cara sederhana untuk tetap terhubung dengan mereka.

Netzme Kantongi Lisensi Uang Elektronik Bank Indonesia, Fokus Rangkul Pengguna dari Perkampungan

PT Netzme Kreasi Indonesia (Netzme) resmi mengantongi lisensi uang elektronik (e-money) dari Bank Indonesia (BI). Izin resmi ini digulirkan sejak 19 Desember 2019 dengan nomor surat 21/584/DKSP/Srt/B. Selain itu perusahaan juga mendapatkan izin sebagai Penyelenggara Transfer Dana dalam Rangka Penyediaan fitur Transfer Dana Melalui Uang Elektroik dengan nomor surat 21/585/DKSP/Srt/B.

Dengan keluarnya izin resmi dari BI, pihak Netzme lebih leluasa untuk mengoptimalkan inovasi yang ada guna menggenjot pertumbuhan bisnis dan menjangkau lebih banyak lagi pengguna.

Founder & CEO Netzme Vicky G. Saputra kepada DailySocial menceritakan bahwa izin yang mereka dapat minggu lalu diurus sejak dua tahun silam. Implikasinya tahun ini Netzme tidak banyak melakukan inovasi fitur karena fokus pada pemenuhan syarat yang diminta BI.

Vicky juga menceritakan, sejauh ini mereka sudah memiliki 2,5 juta pengguna aktif, 97% di antaranya berada di kota-kota kecil dan daerah pinggiran. Sesuai dengan target mereka yang berusaha menyediakan solusi bagi kalangan masyarakat yang sama sekali belum tersentuh layanan bank (unbankable).

Rangkaian strategi online dan offline akan terus ditingkatkan guna menjaring lebih banyak pengguna. Termasuk dengan membuat program eksklusif yang menyasar perkampungan dan pesantren. Program “1000 Kampung Digital” sendiri juga sudah dilaksanakan mulai tahun ini, menggandeng beberapa ambassador yang ditunjuk sebagai leader membantu masyarakat desa tertentu untuk lebih melek ke layanan teknologi finansial.

“Harapannya kita bisa back to kampung, pesantren seperti sebelumnya, dan comply dengan QRIS, (juga) memulai lagi proses IPO. Saya sih maunya sesegera mungkin, tapi belajar dari pengalaman kemarin yang pasti akan segera memulai prosesnya,” imbuh Vicky.

Lebih dari sekadar layanan pembayaran

Aplikasi Netzme didesain tidak hanya sebagai platform pembayaran. Di dalamnya dibubuhkan serangkaian fitur berbasis media sosial. Layaknya Facebook atau Twitter, pengguna dapat menemukan rekan baru, berkomunikasi, sampai membagikan kabar. Menariknya, jika di Facebook kita bisa memberikan Like, di Netzme pengguna bisa memberikan Like dalam bentuk nominal uang yang disebut Trulikes.

Konsep ini diyakini Netzme dapat mendukung terciptanya kreator-kreator konten andal, karena para pengikutnya dapat memberikan apresiasi lebih. Selain itu ada fitur lain seperti kuis online, game, dan berbagai kompetisi yang diadakan secara rutin.

Sebagai dasar layanan, layaknya aplikasi e-money lainnya, Netzme memungkinkan pengguna untuk melakukan berbagai pembayaran, mentransfer uang ke bank, membeli paket data/pulsa, atau melakukan pembayaran menggunakan kode QR.

Application Information Will Show Up Here

 

Kaleidoskop Startup Teknologi Pendidikan Selama Tahun 2019

Tahun 2019 ini bisa dibilang tahun yang penting untuk industri teknologi pendidikan di Indonesia. Selain inovasi yang tak berhenti sejumlah startup menunjukkan potensi lebih untuk bisa menjadi lebih berkembang.

Beberapa investasi didapat para pemain di industri teknologi pendidikan, bahkan ada yang sudah mencoba peruntungan di negara tetangga. Berikut kami rangkum beberapa hal penting yang terjadi di industri teknologi pendidikan Indonesia.

Investasi datang menghampiri

Di sepanjang tahun ini ada tiga startup pendidikan yang dikabarkan mendapat pendanaan. Pertama adalah Zenius. Perusahaan yang mencoba merevolusi cara belajar siswa di Indonesia ini dikabarkan mengantongi pendanaan sebesar Rp283 miliar dari Northstar Group. Pendanaan kali ini merupakan pendanaan eksternal pertama bagi Zenius sejak diluncurkan pada 2007 silam.

Startup kedua yang mendapat pendanaan adalah HarukaEdu. Startup yang memiliki tagline “Solusi Teknologi Edukasi Terintegrasi” ini bulan Desember ini mengamankan pendanaan Seri C dengan nominal yang dirahasiakan. Pendanaan kali ini dipimpin oleh SIG dengan melibatkan beberapa pihak lain, seperti AppWorks, sebuah akeselerator startup yang berbasis di Taipei, GDP Venture dan Gunung Sewu, dan investor yang sebelumnya Samator Group.

Kabar pendanaan ketiga hadir dari Ruangguru. Startup yang sempat menjadi perhatian karena salah satu co-founder mereka dijadikan staf khusus presiden ini disebut sudah mengantongi pendanaan Seri C dari General Atlantic. Hanya saja pihak Ruangguru belum mau mengomentari kabar pendanaan ini.

Sebagai perusahaan teknologi, Ruangguru memang digadang-gadang akan menjadi unicorn selanjutnya dari Indonesia, menyusul Tokopedia, Bukalapak, Traveloka, Ovo, dan Gojek.

Ekspansi

Tahun ini bisa dibilang tahun yang penting bagi industri teknologi pendidikan di Indonesia. Salah satu pemainnya, Ruangguru, mengumumkan kehadirannya di Vietnam. Ruangguru memutuskan Vietnam sebagai negara pertama target ekspansi karena dirasa memiliki kemiripan permasalahan dengan Indonesia.

Ekspansi ini selain menjadi kali pertama bagi Ruangguru juga menjadi yang pertama bagi startup teknologi pendidikan di Indonesia. Sebuah langkah historis yang kembali menegaskan bahwa solusi teknologi di Indonesia juga bisa menjadi solusi di negara lain, terutama yang memiliki karakteristik yang serupa dengan Indonesia.

Selain startup Indonesia yang ekspansi, Indonesia juga kedatangan startup teknologi pendidikan dari luar negeri, Udemy. Layanan belajar MOOC (Massive Open Online Course) ini hadir di Indonesia dan menargetkan masyarakat luas, non akademik, dan lainnya.

Yang menghiasi tahun ini

Selain investasi dan ekspansi sejumlah inovasi dan strategi pun tercatat dilakukan para pemain startup teknologi pendidikan. Seperti branding, produk baru, bahkan vertikal baru.

Di tahun 2019 ini startup yang fokus pada pembelajaran bahasa Squline, memutuskan untuk branding menjadi Cakap (Cakap by Squline). Di tahun ke enamnya beroperasi startup besutan Tomy Yunus juga meluncurkan sejumlah inovasi dan pembaruan. Salah satunya adalah menghadirkan Cakap Chat, sebuah fitur yang memungkinkan pengguna Cakap belajar bahasa inggris melalui media pesan singkat.

Tahun ini juga bisa dibilang sebagai tahun “produk baru”. Selain kabar pendanaan dan ekspansi, Ruangguru juga melakukan sejumlah perubahan dan meluncurkan beberapa produk baru. Perubahan paling kentara dilakukan Ruangguru pada Februari tahun ini guna menyambut UN dan SBMPTN tahun 2018/2019. Ruangguru juga meluncurkan sejumlah produk baru, seperti Brain Academy, sebuah bimbingan belajar yang memadukan pendekatan online dan offline, dan Skill Academy, sebuah layanan yang menyediakan kursus atau pembelajaran untuk non akademik.

HarukaEdu juga tak ketinggalan. Mereka memperkenalkan CorporateEdu, sebuah sistem pembelajaran online yang diterapkan bagi korporasi. Model binsis CorporateEdu juga rencanakan akan menjadi model bisnis utama. Mitra pertama yang akan menggunakan siste CorporateEdu adalah Samator Group, yang juga termasuk salah satu investor mereka.

Inovasi berupa produk baru juga diluncurkan Kelase. Bekerja sama dengan RingerLaktat, mereka meluncurkan platform kursus online di bidang kedokteran. Platform belajar ini diharapkan bisa membuka akses lebih lebar kepada para mahasiswa kedokteran kepada informasi atau materi pembelajaran.

Dicoding, startup yang  berusaha memberikan kursus pembelajaran teknologi juga meluncurkan inovasinya tahun ini. Mereka memperkenalkan fitur job marketplace yang diharapkan bisa membantu lulusannya mendapatkan pekerjaan yang mereka inginkan. Fitur ini juga sekaligus berusaha menjembatani perusahaan dengan talenta-talenta IT yang mumpuni.

Selain inovasi industri teknologi pendidikan di tahun ini juga mendapat pendatang baru, di vertikal baru, Neliti. Platform ini semacam perpustakaan online dan jurnal ilmiah online. Platform ini dikembangkan dengan tujuan memudahkan siapa pun mencari rujukan materi ilmiah dan insitusi untuk mengelola repositori ilmiah mereka.

Menerka yang terjadi di tahun 2020

Tahun 2020 tampaknya akan menjadi tahun penting bagi industri teknologi pendidikan di Indonesia. Bukan hanya karena berkaca dari apa yang telah terjadi di tahun 2019, tetapi juga karena sekarang pemangku kebijakan, dalam hal ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, merupakan orang yang sangat dekat dengan teknologi. Kebijakan baru yang nantinya dikeluarkan bisa menjadi peluang untuk kembali berinovasi.

Yang pasti, industri ini terus tumbuh. Pemain baru semakin melengkapi ekosistemnya dengan fitur atau layanan baru. Beberapa model bisnis terbukti sudah diminati banyak pengguna, beberapa lainnya mulai menjajaki model bisnis baru bersama masuk ke segmen korporasi untuk menyediakan solusi lebih lengkap.

AWS Investasikan 35 Triliun Rupiah untuk Pembangunan “Data Center” di Indonesia

Sepanjang tahun ini Amazon Web Service (AWS) dikabarkan akan merealisasikan pembangunan data center mereka di Indonesia. Kabar terbaru yang disampaikan Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian Harjanto menyebutkan mereka menggelontorkan dana sebesar $2,5 miliar atau setara Rp35 triliun untuk pembangunan data center di tiga lokasi yang belum dijelaskan letaknya.

Seperti dikutip dari Bisnis, Harjanto mengatakan,”Amazon sudah merealisasikannya. Nilainya $2,5 milar.”

Direktur Industri Elektronika dan Telematika Kemenperin Janu Suryanto menyampaikan bahwa Amazon sudah bertemu dengan pihaknya. Disebutkan data center itu akan dibangun di tiga lokasi di dua daerah dengan luas wilayah masing-masing mencapai 20 hektar.

“Ini tentu sangat baik untuk iklim investasi Indonesia. Ini membuktikan bahwa kondisi Indonesia, tidak jelek,” ujar Janu.

Pembangunan data center di dalam negeri memang tengah menjadi perhatian pemerintah. Para penyedia layanan seperti Google dan Facebook pun didorong untuk membangun data center-nya di Indonesia.

Sebelumnya, dalam wawancara DailySocial dengan Country Leader AWS Indonesia Gunawan Susanto, pihak AWS memiliki komitmen untuk membangun data center di Indonesia dan ditargetkan bakal rampung pada tahun 2021 atau awal tahun 2022 mendatang. Pembangunan data center di dalam negeri diharapkan bisa menepis keraguan banyak bisnis yang ragu menggunakan layanan public cloud.

“Prinsipnya kami selalu berdialog untuk comply semua peraturan di tiap negara. Jadi kami akan selalu membantu customer kami untuk comply mengenai apa pun regulasi yang berlaku di setiap negara. Toh dengan nanti AWS punya data center di Indonesia, harusnya bisa mempermudah customercustomer, terutama di Industri yang regulasinya ketat,” jelas Gunawan.

Ruangguru Dikabarkan Terima Pendanaan Baru Senilai 1,4 Triliun Rupiah

Startup teknologi pendidikan Ruangguru dikabarkan akan mendapatkan pendanaan baru yang dipimpin General Atlantic. Dikutip dari DealStreetAsia, nilai investasi yang diberikan dalam putaran ini mencapai $100 juta atau senilai Rp1,4 triliun, akan membawa valuasi perusahaan di angka $500 juta.

Ketika dihubungi DailySocial, Co-Founder & CEO Ruangguru Belva Devara menyampaikan kabar tersebut sejauh ini baru rumor dan tidak mau berkomentar lebih lanjut. “Itu rumor ya. Kami tidak menanggapi rumor.”

Pendanaan sebelumnya yang didapatkan oleh Ruangguru adakah putaran seri B, dibuka tahun 2018 dan ditutup pada pertengahan 2019, dipimpin UOB Venture.

Sebelumnya sempat disampaikan oleh perwakilan dari pemerintah, bahwa Softbank berminat untuk investasi ke Ruangguru. Namun adanya kabar ini mengonfirmasi pembatalan niat tersebut, terlebih Softbank tengah menghadapi permasalahan dengan salah satu portofolio unggulannya, WeWork.

Di perayaan ulang tahunnya yang kelima pada Juli 2019 kemarin, mereka mengklaim sudah berhasil merangkul 15 juta pelajar dengan 300 ribu guru ke dalam platformnya. Ruangguru juga baru saja melakukan ekspansi ke Vietnam dengan menghadirkan layanan “Kien Guru”.

Di segmen teknologi pendidikan, tahun ini ada startup lain yang juga membukukan pendanaan tahap lanjutan. Pertama ada HarukaEdu, yang memperoleh pendanaan seri C yang dipimpin oleh SIG. Lalu kedua ada Zenius, yang mendapatkan dana segar senilai Rp283 miliar, dipimpin Northstar Group.

Application Information Will Show Up Here

Medigo Hadirkan “Klinik Pintar”, Program Digitalisasi Layanan Kesehatan Berbasis Kemitraan (Updated)

Startup di bidang kesehatan Medigo akhir tahun ini merilis terobosan baru. Diberi nama “Klinik Pintar”, perusahaan menggandeng Ikatan Dokter Indonesia (IDI) untuk menghadirkan solusi untuk permasalahan umum yang sering dialami pemilik klinik dan dokter, terutama dalam hal pelayanan kesehatan primer di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN-BPJS).

Medigo percaya bahwa klinik harusnya menjadi ujung tombak sistem pelayanan kesehatan Indonesia dalam bertransformasi secara digital ke arah yang lebih terhubung dan efisien. Namun kebanyakan pemilik klinik masih menjalankan usahanya secara konvensional dan kebanyakan dokter juga masih enggan beralih ke teknologi digital. Inilah yang ingin Medigo pecahkan dengan program Klinik Pintar,” cerita Co-founder & CEO Medigo Harya Bimo.

Klinik Pintar menawarkan solusi total berbentuk joint operation melalui sistem bagi hasil dengan pemilik klinik pratama. Kerja sama ini berupa pemberian solusi teknologi untuk mendigitalkan proses bisnis dan layanan; solusi standarisasi; dan solusi investasi yang dapat membantu pemilik klinik mengembangkan usahanya dan meningkatkan value based care.

“Tulang punggung Klinik Pintar adalah sebuah ekosistem yang dibangun Medigo untuk memudahkan pasien mengakses layanan, memudahkan manajemen klinik menjalankan operasional secara digital, dan menghubungkan klinik dengan mitra pendukung (mitra rujukan rumah sakit, mitra asuransi, mitra farmasi dan alat kesehatan, dan lain-lain),” lanjut Bimo.

Pendanaan Klinik

Konsep joint venture yang ditawarkan oleh Medigo kepada klinik yang berhasil lolos verifikasi dari IDI dan Medigo adalah dalam bentuk pendanaan. Terdapat dua model pendanaan yang ditawarkan yaitu kepada pemilik klinik yang sudah ada dan kepada mereka yang ingin membangun klinik pintar baru.

Secara khusus Medigo akan memberikan pendanaan dalam bentuk teknologi sementara IDI dalam hal ini akan memonitor semua proses dan tentunya melakukan pengawasan kepada klinik agar bisa mencapai standar akreditasi. Meskipun untuk fase awal Medigo dan IDI hanya fokus kepada klinik pratama, namun untuk merangkul lebih banyak lagi pemilik klinik untuk mengadopsi klinik miliki mereka menjadi klinik pintar, IDI berencana untuk mengajak investor yang berminat untuk melakukan joint venture dengan pemilik klink tersebut.

“Tentunya rencana tersebut sudah ada adalam road map kita, harapannya tentu saja agar semakin banyak klinik di Indonesia yang bertarnsformasi menjadi klinik pintar,” kata Ketua bidang usaha & kesejahteraan anggota PB IDI dr. Efmansyah Iken Lubis, M.M.

Lengkap dan berbeda

Pihak Medigo cukup optimis dengan Klinik Pintar. Karena selain berbasis teknologi yang mampu membuat operasional lebih efektif, solusi yang ditawarkan juga terkait dengan standarisasi pelayanan. Pihak Medigo percaya bahwa mereka hadir di saat yang tepat, di era JKN dan transformasi digital di industri kesehatan.

“Berbeda dengan banyak solusi aplikasi kesehatan digital yang langsung berpengaruh ke konsumen atau pasien, Medigo melalui Klinik Pintar menawarkan solusinya dengan cara memberdayakan fasilitas kesehatan atau klinik yang sudah menjadi destinasi puluhan juta masyarakat Indonesia sehari-hari. Nah, puluhan juta pasien yang datang ke klinik inilah yang merupakan captive market dari Klinik Pintar. Kami percaya dengan kemudahan akses dan peningkatan kualitas layanan kesehatan yang dirasakan pasien, Klinik Pintar bisa diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia,” terang Bimo.

Bimo menargetkan pihaknya bisa membangun 20 sampai 30 Klinik Pintar dan mulai membangun Klinik Pintar Plus, sebuah solusi untuk klinik utama dan rumah sakit yang fokus di praktik rawat jalan dokter spesialis. Dalam waktu dekat rencananya 2 klink pintar akan segera dibangun di Bekasi. Sementara fokus kawasan pembangun klinik pintar adalah Jabodetabek terlebih dahulu.

Update : Tambahan informasi mengenai model pendanaan klinik

Racikan Teknologi Bawa Kelezatan untuk Bisnis Makanan

Kita sekarang hidup di masa jaya layanan pesan antar makanan. Tidak hanya di kota-kota besar, layanan pesan antar makanan yang diprakarsai dua super app, Grab dan Gojek sudah masuk ke daerah-daerah. Layanan ini mampu mendongkrak pertumbuhan pengusaha makanan. Pengguna dimanjakan dengan kemudahan dan tentunya diskon, di sisi lain banyak yang bergabung sebagai merchant atau mitra penyedia makanan.

Di Indonesia gelombang ini dimulai ketika Gojek memperkenalkan GoFood. Gayung bersambut, ternyata banyak masyarakat yang tak hanya membutuhkan tumpangan yang mudah dan murah tetapi juga butuh mendapatkan makanan yang gampang dan terukur. Grab menyusul hadir dengan GrabFood.

Keduanya kemudian tak terbendung. Meluas setiap tahunnya hingga menjangkau banyak kota di Indonesia. GoFood bahkan tercatat berhasil memiliki 500.000 merchant kuliner, 12 juta menu dengan 96% di antaranya adalah UKM.

“Berkat kepercayaan dan loyalitas konsumen dan mitra merchant terhadap inovasi teknologi yang terus dihadirkan GoFood selama empat tahun terakhir, kami terus menjadi pemimpin pasar di layanan food delivery dan menjadi nomor satu di Asia Tenggara. Transaksi GoFood meningkat sebanyak 2,5 kali lipat dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu dan membukukan 50 juta transaksi di Asia Tenggara setiap bulannya,” klaim VP Corporate Affairs for Food Ecosystem Gojek Rosel Lavina.

Teknologi di Indonesia pernah beberapa kali hadir dalam bentuk inovasi untuk bisnis makanan. Sebelum maraknya layanan pesan antar makanan ada inovasi katering online. Sebuah layanan yang memungkinkan pengguna memesan menu di tempat katering, secara online. Bedanya, layanan ini menyediakan fitur berlangganan dengan menu yang disesuaikan, seperti menu makanan sehat dan lain sebagainya.

Katering online

Sebelum ramai dengan layanan pengantaran makanan, di Indonesia lebih dulu hadir layanan katering online. Penyedia layanan katering online ini kemudian banyak berinovasi, baik menghadirkan makanan dengan menu terntu hingga bumbu masakan siap masak.

Beberapa layanan penyedia katering online sudah tinggal nama. Black Garlic sudah tak lagi beroperasi sejak tahun 2017 dan Berrykitchen diakusisi Yummy Corp.  Beberapa nama yang masih bertahan di antaranya Kulina, Mealbox, dan Gorry Gourmet. Mereka yang masih bertahan berusaha memberikan inovasi untuk menjaga dan menumbuhkan jumlah penggunanya. Inovasi hadir tak hanya dalam bentuk kecanggihan teknologi tetapi juga pilihan menu atau bentuk berlangganan.

Layanan katering online juga banyak hadir sebagai pelengkap layanan utama. Contohnya Doogether, startup yang fokus pada gaya hidup sehat ini memperkenalkan Doogether Food. Ada juga Lemonilo yang memang dari awal memposisikan diri sebagai penyedia produk sehat yang memiliki marketplace katering online.

Gojek dan Grab sendiri sudah menghadirkan inovasi lanjutan setelah layanan pesan antar yang mereka miliki mendapatkan popularitas dan terbukti bisa menarik banyak pengguna. Cloud Kitchen. Sederhananya, mereka mengumpulkan banyak “dapur” ke dalam satu tempat. Tujuannya jelas, memudahkan pengguna mendapatkan makanannya.

GO-FOOD Kurangi Penggunaan Plastik Sekali Pakai

Ramainya jasa pesan antara bukan tanpa hal negatif. Founder Kulina Andy Fajar Handika menceritakan keresehan yang dialaminya, terutama perkara hal plastik. Menurutnya tren pesan antar makanan meningkatkan konsumsi plastik di masyarakat. Kulina sendiri saat ini mulai memanfaatkan kemasan ramah lingkungan bagi para vendor, sebuah langkah kecil yang diharapkan bisa memberikan pengaruh. Hal yang juga mulai juga dilakukan Grab dan Gojek untuk layanan pesan antar mereka.

“Saya kira ini adalah masalah bersama yang perlu dibicarakan dan dipecahkan. Kita tidak bisa diam saja mengenai hal ini. Bayangkan ratusan ribu, bahkan jutaan tambahan kemasan makanan yang terbuang dan mengotori bumi setiap harinya karena behavior kita bergeser dari makan di warung [pake piring yang dicuci kembali] atau memasak di rumah atau bekal menjadi sesederhana memesan online?,” cerita Andy.

Andy juga menyoroti jika seandainya cloud kitchen hanya menyediakan makanan yang sering dipesan. Kondisi ini menurutnya hanya akan menyempitkan menu-menu yang ada. Bisa jadi pasar akan merespon negatif jika pilihan menu yang disajikan cloud kitchen ini “hanya itu-itu saja”.

Inovasi lainnya

Di sisi lain keberhasilan layanan pesan antar makanan menginspirasi banyak orang menghadirkan beragam solusi melalui teknologi untuk bidang makanan. Salah satunya Madhang, startup asal Semarang ini ingin mengangkat masakan lokal. Mereka memungkinkan mereka yang tidak punya warung sekalipun untuk bisa berjualan makanan melalui aplikasi. Mereka bekerja sama dengan Grab untuk pengantaran makanannya. Yang jadi fokus, semua orang yang bisa masak bisa berjualan, tentunya menu rumahan jadi andalannya.

Bentuk lain dari sinergi dari teknologi dan bisnis makanan hadir dalam bentuk platform direktori makanan dan/atau reservasi makanan. Beberapa di antaranya adalah Zomato, Qraved, dan Eatigo. Ketiganya menghadirkan layanan yang menampilkan informasi mengenai makanan dan restoran di suatu tempat. Tentunya dengan fitur pemesanan dan juga berbagi pengalaman.

Cerita Inovasi dan Tantangan Platform SaaS HR

Platform manajemen sumber daya manusia (Human Resources / HR) di Indonesia bukan hal baru. Gadjian, Talenta, Jojonomic, Catapa, KaryaOne, dan Benemica adalah contoh sederet nama yang menawarkan solusi untuk perusahaan atau organisasi dalam mengelola karyawan. Solusinya bukan hanya urusan pendataan, tetapi juga integrasi dan mobilitas. Dari sanalah lahir inovasi dan kolaborasi–dua hal krusial bagi startup untuk bisa mempertahankan eksistensinya.

Gadjian dan Catapa berkenan membagikan pengalaman mereka sepanjang tahun 2019 kepada DailySocial. Bagi keduanya, memenuhi kebutuhan pasar masih menjadi hal yang utama, sembari terus mengeksplorasi teknologi terkini yang bisa diimplementasi.

Co-founder dan CEO Gadjian Afia Fitriati menceritakan, tahun 2019 merupakan tahun yang penuh akan tantangan sekaligus juga capaian. Bagi Afia dan tim, Pasar HR adalah pasar berbasis kepercayaan dan di tahun ini mereka berhasil mendapatkannya.

“Di 2 tahun awal kami beroperasi, sebagai pemain baru kami belum mendapatkan kepercayaan itu. Tapi di 2019, kami mulai dikenal sehingga mulai banyak brandbrand besar bahkan BUMN menggunakan aplikasi-aplikasi kami untuk mengelola HR,” cerita Afia.

Sementara bagi Catapa, selain tim dan produk yang semakin matang tahun ini, Catapa resmi memiliki call center dan juga berhasil menggelar Catapa Talk, sebuah ajang yang banyak memberikan masukan bagi tim Catapa untuk lebih baik ke depannya.

“Di tahun 2019 kami establish call center di 150150 guna terus meningkatkan layanan kepada customer Catapa. Dan untuk pertama kalinya di tahun 2019, Catapa mengadakan Catapa Talk yang mengundang para praktisi HR terpilih. Feedback-nya sangat baik. Kami berencana untuk mengadakan Catapa Talk selanjutnya di 2020,” terang CEO Catapa Stefanie Suanita.

Tantangan yang dihadapi

Solusi HR yang ditawarkan Gadjian dan Catapa dari awal menyasar bermacam-macam jenis organisasi. Hal yang wajib dijaga dari solusi-solusi yang ada adalah performa yang tetap stabil dan pengalaman yang membantu atau memudahkan. Belum lagi kompleksitas layanan yang ada.

Bagi Catapa, dua hal penting yang masih menjadi tantangan adalah mengedukasi pasar dan menghadapi keengganan berubah. Tradisi yang sudah lama terjaga mau tidak mau harus diperbarui dengan teknologi. Catapa yang sejak awal mencoba memperkenalkan HRIS (Human Resource Intelligent System) berusaha keras untuk mengedukasi pasar pentingnya pengelolaan HR mumpuni.

“Oleh karena itu, ada setiap kesempatan public talk atau pun pitching, Catapa berusaha menyampaikan pesan pentingnya peran HR di dalam suatu perusahaan dan dengan dukungan HRIS yang tepat perusahaan akan bergerak semakin dekat dengan tujuan perusahaan,” terang Stefanie.

Sementara bagi Gadjian, yang sudah lebih dulu berada di industri, konsistensi menjadi hal yang cukup krusial. Dalam hal ini yang menjadi fokus utama adalah menjaga layanan tersedia dan berkeja dengan baik ketika pengguna membutuhkan.

“Tantangan yang kami hadapi adalah memastikan produk dan layanan kami terus berjalan dengan baik demi menjaga kepercayaan customer. Produk-produk kami cukup kompleks dan digunakan secara rutin oleh customer sehingga tantangan ini terkadang tidak mudah. Contohnya saja aplikasi absensi kami, Hadirr, yang digunakan oleh puluhan ribu karyawan minimal dua kali sehari setiap hari, atau Gadjian yang tiap bulan diakses untuk mengelola gaji. Sedikit saja ada kesalahan, pasti customer complain,” terang Afia.

Catapa HRIS

Inovasi: Benefide dan Claudia

Baik Gadjian maupun Catapa belum selesai dengan inovasi. Kedua masih fokus pada fitur atau layanan terbaru yang disiapkan untuk memanjakan pengguna masing-masing.

Gadjian, di akhir 2019 ini memberkenalkan Benefide, sebuah platform yang akan melengkapi ekosistem layanan Gadjian yang sebelumnya diisi layanan manajemen karyawan Gadjian dan manajemen absensi Hadirr.

Di akhir 2019 kami baru saja meluncurkan inovasi terbaru kami, yaitu platform benefit karyawan Benefide. Selama ini, fokus kami lebih melayani manajemen dan bagian HR dalam manajemen SDM dengan Gadjian dan Hadirr. Dengan Benefide, kami memperluas cakupan layanan kami, bukan saja melayani perusahaan, tapi juga melayani karyawan dengan paket benefit yang lebih baik agar lebih produktif dan betah bekerja,” terang Afia.

Inovasi juga terus jadi strategi Catapa. Terbaru mereka memperkenalkan Claudia, sebuah chatbot yang bisa berperan sebagai sekretaris pribadi bagi setiap orang di perusahaan. Karena bisa membantu karyawan dalam mengajukan cuti, menyetujui permintaan cuti, dan lainnya. Ini merupakan salah satu fitur terbaru hasil dari implementasi teknologi AI.

“Selain Claudia, akan ada penawaran menarik dari partner Catapa bagi perusahaan dan karyawan yang menggunakan Catapa seperti karyawan dapat membeli asuransi perjalanan dengan harga yang lebih terjangkau,” jelas Stefanie.