In 2021, Gojek Singapore’s Focus Remains on Driver Acquisition

After officially launched in Singapore in late 2018, Gojek is said to experience significant growth in terms of drivers and users – although they avoid revealing the precise number. This year, the local decacorn  has some plans to be launched soon, with the same goal, to continue increasing the number of its driver-partners.

Gojek representatives revealed to DailySoial that Singapore has been a strategic market for Gojek. Of all the plans, one is to launch new transportation products to provide more benefits for users and drivers, including a convenient transportation platform for companies, as well as special features for ordering taxis and large vehicles.

In the future, Gojek intends to explore new potentials to launch relevant products and services to the Singapore market, both independently developed services and in partnerships with other startups.

Previously quoted from ChannelNewsAsia, Gojek’s Co-Founder & Co-CEO, Kevin Aluwi said Gojek has a goal of making a lasting impact in Singapore for the years to come and making “strategic investments” in developing the business this year.

Since its arrival in Singapore, Gojek has focused on ride-hailing services to provide new options to users. “We are also the first vehicle booking operator in the country to offer multi-purpose features for up to three destinations,” said a Gojek representative.

In Singapore, there are existing legacy players. The latest data from DBS Group Research, as of 2019 there are three key players in the Asia Pacific, including Grab (estimated number of active drivers: 2.8 million partners and trips: 2.4 billion times), Gojek (1 million partners/1,2 billion times), and Ola Cabs (1 million partners/1 billion times).

According to data from Google, Temasek Holdings, and Bain & Company, in 2020 there was a decline in GMV for ride-hailing services in Southeast Asia, from $13 billion in 2019 to $11 billion in 2020 due to social restrictions amid the pandemic. However, it is projected to grow beyond $42 billion by 2025. Indonesia was the highest contributor in 2020 valued at $5 billion, followed by Singapore at $2 billion.

By comparison, the global ride-hailing market value according to MarketsandMarkets reached $75.39 billion in 2020 and is expected to grow to $117.34 billion by 2021.

Gojek and digital talents

Before its operational launch, Gojek had already explored Singapore for its office base, especially to accommodate the data team. The office has been official since 2017.

Although based in Singapore, Gojek’s data science office supports all targeted markets in Southeast Asia. Its function is quite important to improve the efficiency and user experience on the Gojek platform, from improvements across automatic customer service, pricing algorithms, routing tools, and allocations.

To date, Gojek has made the office a data science hub because of the talent and existing technology infrastructure. Within three years, Gojek claimed the team had increased by over three times. Currently, the team has been developing some innovations, from data analytics, data science, machine learning, and others.

“We are expanding our Singapore-based technology talent, particularly in cybersecurity and data analytics, to support the growth of our business across the region. We will continue to promote Gojek’s dynamic values ​​and culture through various channels, including social media, as well as ecosystem players such as a university – to reach, train and recruit the best talent.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Gambar Header: Depositphotos.com

Application Information Will Show Up Here

Tahun 2021, Gojek Singapura Masih Fokus Memperbanyak Mitra Pengemudi

Setelah resmi hadir di Singapura akhir tahun 2018 lalu, Gojek mengklaim telah mengalami pertumbuhan signifikan dari segi jumlah mitra dan pengguna — kendati tidak mau menyebutkan kisaran angka secara eksplisit. Tahun ini ada beberapa rencana yang akan dilancarkan decacorn lokal tersebut, dengan tujuan yang sama, yakni untuk terus menambah lebih banyak lagi jumlah mitra pengemudi mereka.

Kepada DailySocial, perwakilan Gojek mengungkapkan, Singapura selama ini telah menjadi pasar yang strategis bagi Gojek. Salah satu rencana yang akan dilakukan, mereka akan meluncurkan produk transportasi baru guna memberikan lebih banyak manfaat bagi pengguna dan pengemudi, termasuk platform transportasi yang nyaman untuk perusahaan, serta fitur khusus untuk memesan taksi dan kendaraan besar.

Ke depannya Gojek juga ingin menjelajahi lebih jauh potensi baru untuk meluncurkan produk dan layanan yang relevan untuk pasar Singapura, baik layanan yang dikembangkan secara mandiri maupun dalam bentuk kemitraan dengan startup lain.

Sebelumnya dikutip dari ChannelNewsAsia, Co-Founder & Co-CEO Gojek Kevin Aluwi mengungkapkan, Gojek memiliki tujuan untuk membuat dampak yang bertahan lama di Singapura untuk tahun-tahun mendatang, dan membuat “investasi strategis” dalam mengembangkan bisnis tahun ini.

Sejak awal peluncurannya di Singapura, Gojek fokus kepada layanan ride-hailing untuk memberikan opsi baru kepada pengguna. “Kami juga operator pemesanan kendaraan pertama di negara ini yang menawarkan fitur multi-tujuan hingga tiga tujuan,” imbuh perwakilan Gojek.

Di Singapura sendiri sudah ada beberapa pemain legasi. Data terbaru yang kami dapatkan dari DBS Group Research, per tahun 2019 ada tiga pemain kunci di Asia Pasifik yakni Grab (estimasi jumlah pengemudi aktif: 2,8 juta mitra dan perjalanan: 2,4 miliar kali), Gojek (1 juta mitra/1,2 miliar kali), dan Ola Cabs (1 juta mitra/1 miliar kali).

Kemudian menurut data dari Google, Temasek Holdings, dan Bain & Company, tahun 2020 sempat terjadi penurunan GMV untuk layanan ride-hailing di Asia Tenggara, dari $13 miliar di tahun 2019 menjadi $11 miliar di 2020 akibat adanya pembatasan sosial di tengah pandemi. Namun diproyeksikan tahun 2025 akan bertumbuh melampaui $42 miliar. Indonesia menjadi penyumbang nilai tertinggi di tahun 2020 dengan $5 miliar, disusul Singapura $2 miliar.

Sebagai perbandingan, nilai pasar ride-hailing secara worldwide menurut MarketsandMarkets mencapai $75,39 miliar di tahun 2020, dan diperkirakan akan tumbuh jadi $117,34 miliar di tahun 2021.

Gojek dan talenta digital

Sebelum resmi dijadikan sebagai pangsa pasar baru, Gojek sudah terlebih dulu menjajaki Singapura untuk basis kantor mereka, khususnya untuk mengakomodasi tim data. Kantor tersebut sudah diresmikan sejak tahun 2017.

Meskipun berbasis di Singapura, namun kantor data science Gojek mendukung semua pasar yang disasar di Asia Tenggara. Fungsinya pun menjadi penting dalam meningkatkan efisiensi dan pengalaman pengguna di platform Gojek, mulai dari mendorong peningkatan di seluruh layanan otomatis pelanggan, algoritma harga, alat perutean, dan alokasi.

Hingga saat ini kantor tersebut telah dimanfaatkan oleh Gojek sebagai data science hub karena talenta dan infrastruktur teknologi yang ada. Dalam waktu tiga tahun, Gojek mengklaim tim telah berkembang lebih dari tiga kali lipat jumlahnya. Saat ini terdapat beberapa bidang yang kemudian dikembangkan, mulai dari data analytics, data science, machine learning dan lainnya.

“Kami memperluas talenta teknologi kami yang berbasis di Singapura, terutama di bidang keamanan siber dan analitik data, untuk mendukung pertumbuhan bisnis kami di seluruh wilayah. Kami akan terus mengedepankan nilai dan budaya dinamis Gojek melalui berbagai kanal, termasuk media sosial, serta pemain ekosistem seperti universitas – untuk menjangkau, melatih, dan merekrut talenta terbaik.”

Gambar Header: Depositphotos.com

Application Information Will Show Up Here

Rencana ALAMI Menambah Model Bisnis untuk Pembiayaan Syariah

Sebagai platform fintech yang mengedepankan pembiayaan syariah, ALAMI saat ini terus melakukan langkah strategis untuk mengembangkan bisnis. Hingga bulan Februari 2021, mereka telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp428 miliar serta mempertahankan TKB 90 di angka 100%.

Kinerja tersebut berusaha terus ditingkatkan sampai di kuartal pertama tahun ini melalui beberapa program guna menarik minat pendana baru.

“Saat ini Indonesia sedang berada pada kebangkitan industri keuangan syariah. ALAMI melihat tren keuangan syariah yang semakin meningkat. Artinya, sudah banyak masyarakat yang melek melakukan hijrah finansial, salah satunya bergabung ke fintech P2P berbasis syariah,” kata Founder & CEO Alami Dima Djani.

Baru-baru ini ALAMI dikabarkan telah mengakuisisi PT BPRS Cempaka Al Amin. Disinggung apa rencana ALAMI dengan mengakuisisi perusahaan tersebut, Dima enggan untuk menjelaskan lebih lanjut. Ditegaskan olehnya, tidak menutup kemungkinan ke depannya akan membuka model bisnis lain selain p2p lending. Namun, harus menakar kapabilitas perusahaan, pasar, dan infrastruktur lainnya sebelum melakukan ekspansi bisnis.

“ALAMI percaya bahwa keuangan syariah di Indonesia memiliki potensi besar. Melalui pengembangan produk, kami selalu berupaya untuk mendukung pertumbuhan keuangan syariah,” kata Dima.

Awal tahun lalu ALAMI telah mengantongi pendanaan senilai $20 juta (lebih dari 283 miliar Rupiah) berbentuk ekuitas dan debt yang dipimpin AC Ventures dan Golden Gate Ventures. Quona Capital turut berpartisipasi dalam putaran ini.

Baik AC Ventures dan Golden Gate Ventures, merupakan investor sebelumnya yang memimpin pendanaan tahap awal senilai $1,5 juta pada akhir 2019.

Berdasarkan publikasi terbaru OJK, per Januari 2021 di Indonesia ada 11 platform p2p lending syariah yang terdaftar. Sebanyak 3 di antaranya sudah mendapatkan status berizin, yakni Investree Syariah, ALAMI, dan Ammana.

Kolaborasi dengan Bukalapak

Direktur BukaPengadaan Hita Supranjaya dan CEO ALAMI Dima Djani / ALAMI
Direktur BukaPengadaan Hita Supranjaya dan CEO ALAMI Dima Djani / ALAMI

Berangkat dari komitmen yang serupa, yaitu untuk mendukung produktivitas UKM lokal, ALAMI menjalin kolaborasi strategis dengan Bukalapak melalui BukaPengadaan. Kontribusi ALAMI dalam hal ini adalah dari sisi penyaluran pembiayaan syariah. BukaPengadaan sendiri merupakan lini bisnis e-procurement, menyasar segmentasi pelanggan B2B.

“Bisnis pengadaan digital (e-procurement) menjadi salah satu pendorong bagi UKM (mitra penjual) untuk dapat meningkatkan eksposur usahanya ke skala B2B dan B2G. Untuk mencapai itu, pembiayaan juga perlu diberikan variasi opsi. Salah satunya ke pembiayaan syariah.”

Sebelumnya ALAMI juga telah menjalin kerja sama strategis dengan eFishery melalui program paylater syariah kepada petani yang masuk dalam komunitas eFishery. Melalui kolaborasi tersebut, ALAMI telah menjangkau sebanyak 504 UKM pembudidaya ikan dan udang yang tersebar di 20 kota di Indonesia.

“Hal ini menunjukkan gairah masyarakat dalam mencapai tujuan keuangannya dengan imbal hasil yang kompetitif dan sesuai keuangan syariah, serta sekaligus mendukung UKM di sektor ini agar terus berkembang,” kata Dima.

Ke depannya ALAMI berharap akan semakin banyak UKM yang dapat meningkatkan transaksi di sektor e-procurement melalui pembiayaan syariah. Hal tersebut nantinya bisa menghadirkan semakin banyak opsi pembiayaan, pada akhirnya membuat exposure ALAMI kepada pelaku usaha yang ingin eksplorasi peluang pembiayaan lebih lanjut yang tidak kalah dengan penyedia pembiayaan lainnya.

Application Information Will Show Up Here

Pajak.io Luncurkan Chatbot “Bee-Jak”, Mudahkan UKM Lapor dan Bayar Pajak

Bertujuan untuk dapat membantu para pelaku usaha mengelola pajak, Pajak.io meluncurkan fitur baru Chatbot Bee-Jak yang dilengkapi dengan teknologi Artifical Intelligence berupa Natural Language Processing (NLP) dalam Bahasa Indonesia. Kepada DailySocial, Co-founder & CEO Pajak.io Rayhan Gautama mengungkapkan, visinya dari awal mendorong inklusi pajak, terutama untuk wajib pajak dari sektor UKM.

“Yang saya pahami, tarif pajak UKM itu murah sekali, hanya setengah persen dari total penghasilan kotor pada setiap bulan. Namun untuk proses pembayarannya relatif masih sulit dan berbelit-belit terutama untuk pelaku bisnis yang kurang familiar dengan pajak,” kata Rayhan.

Ketika ingin membayar pajak, ada banyak hal yang harus dipahami. Mulai dari jenis pajak untuk menyesuaikan dengan kode pelaporannya, kemudian mencocokkan dengan kode setoran, dan lain-lain. Kendati sudah ada aplikasi online dan petunjuk resmi dari situs Ditjen Pajak, banyak orang yang masih kurang fasih memahami prosedurnya.

Melalui layanan chatbot Bee-Jak, Pajak.io mencoba untuk membantu menambah pemahaman tersebut secara lebih komprehensif dan “bersahabat”. Layaknya berkonsultasi/chat dengan teman yang lebih mengerti pajak, chatbot juga akan memberi info sampai menghitungkan pajak yang harus dibayar, menerbitkan kode billing secara otomatis, dan menyiapkan link pembayaran melalui layanan e-commerce mitra Ditjen Pajak. Proses tersebut bisa terjadi lewat WhatsApp, layanan pesan instan yang cukup primadona di Indonesia: klik di sini untuk mencoba chat via WhatsApp dengan Bee-Jak.

“Namun ke depannya, Bee-Jak akan menjadi robot konsultan pajak pertama di Indonesia yang dapat melayani administrasi segala jenis pajak, mulai dari perhitungan, pembayaran maupun pelaporan, baik untuk pajak bulanan perusahaan, asistensi perhitungan dan pelaporan pajak orang pribadi, hingga pembuatan NPWP,” kata Rayhan.

Sebenarnya sudah ada startup lokal lain yang juga menawarkan kemudahan pelaporan pajak lewat mekanisme chatbot. Yakni aplikasi HiPajak, konsep layanannya menyuguhkan asisten virtual untuk membantu UKM mengetahui berbagai hal terkait perpajakan.

Pandemi dan pertumbuhan bisnis

 

Sejak diluncurkan pada 14 Juli 2020 hingga akhir Februari 2021, Pajak.io telah memiliki lebih dari 5 ribu pengguna, mencatat lebih dari 17 ribu transaksi pajak dengan total Gross Transaction Value (GTV) lebih dari 200 miliar Rupiah. Meskipun dihadang pandemi, namun tidak mempengaruhi bisnis secara keseluruhan. Secara umum perusahaan mengklaim cukup senang dengan pertumbuhan bisnis sejauh ini.

Untuk ke depannya, perusahaan juga akan memaksimalkan teknologi AI di Pajak.io, baik untuk membantu pengguna enterprise ataupun UKM. “Chatbot Bee-Jak ini dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat UKM secara gratis. Kami berharap untuk mendapatkan peningkatan partisipasi UKM dalam pembayaran pajak di lingkungan Pajak.io,” kata Rayhan.

Tokocrypto Kembangkan Token CeDeFi di Binance Smart Chain

Platform marketplace aset kripto Tokocrypto akan mengembangkan token CeDeFi (TKO) hibrida yang diklaim pertama di Indonesia di atas Binance Smart Chain. Binance sendiri merupakan investor tahap awal Tokocrypto.

TKO menggabungkan mekanisme Keuangan Terpusat (CeFi) dan Keuangan Terdesentralisasi (DeFi). Produk finansial dengan mekanisme DeFi dinilai dapat membantu mempercepat peningkatan literasi finansial di Indonesia, karena menyediakan biaya yang rendah, kecepatan transaksi, dan mudah digunakan.

Untuk menjembatani kesenjangan, Tokocrypto di awal akan fokus untuk memberikan edukasi kepada pengguna tentang keuangan kripto dan pengembangan utilitas CeFi, seperti Setoran TKO, Tabungan TKO & Cashback TKO di Tokocrypto. Saat ini Tokocrypto sedang membangun liquid pool, sementara TKO masih dalam proses penyebaran kepada komunitas sebagai bentuk rewards. Secara resmi TKO akan dirilis oleh Tokocrypto pada bulan April 2021 mendatang.

“Binance selalu menjadi pendukung kuat kami di Tokocrypto. Melalui kolaborasi yang lebih erat ini, harapannya akan dapat mendorong adopsi kripto melalui token TKO ke lebih banyak wilayah di Indonesia. Ini juga akan memungkinkan kami memanfaatkan sumber daya manusia dan dukungan di seluruh ekosistem BSC, ” kata CEO Tokocrypto Pang Xue Kai.

Keberadaan DeFi sebagai sistem finansial terbuka sudah bisa dinikmati di Indonesia. Meskipun belum menjadi alat pembayaran resmi, Bitcoin dan aset kripto lainnya sudah diakui sebagai komoditas yang bisa diperdagangkan di 13 pedagang aset kripto yang resmi terdaftar di BAPPEBTI. Mekanisme perdagangan aset kripto ini diatur dalam peraturan Bappebti No. 5 Tahun 2019.

Dukungan komunitas Tokocrypto

DeFi menjadi sangat relevan untuk pasar di Indonesia, namun hingga saat ini belum ada pemain yang sukses menjalankan DeFi. Tokocrypto berambisi mendukung sepenuhnya ekosistem tersebut. Salah satunya dengan memperkuat komunitas yang mereka miliki saat ini.

“Kita ingin menjadi platform DeFi di Indonesia, bersama dengan komunitas kami ingin menginisiasi. Saat ini sudah banyak produk yang didorong oleh komunitas,” imbuh COO Tokocrypto Teguh Kurniawan Harmanda.

Tokocrypto adalah pedagang aset kripto pertama yang terdaftar di BAPPEBTI. Dilahirkan oleh sekelompok penggemar kripto yang memiliki keyakinan penuh akan manfaat yang ditawarkan oleh teknologi blockchain, Tokocrypto memiliki goal besar untuk membantu rakyat Indonesia memahami industri ini dan untuk mengintegrasikan teknologi tersebut ke dalam masyarakat serta ekonomi global.

Meskipun mengakui masih rendahnya animo masyarakat untuk mulai berinvestasi di aset kripto, namun Teguh percaya tahun ini dan ke depannya, mulai tumbuh dengan baik minat dari pasar. Salah satu alasan adalah berkat dukungan dari pemerintah dan regulator, yang mendorong pertumbuhan dan awareness kepada masyarakat luas terhadap aset kripto.

“Memang tidak bisa dimungkiri masih banyak beberapa kalangan yang pesimis dengan aset kripto hingga saat ini. Namun dilihat dari makin dewasanya pasar dan mulai banyak investor saham, influencer saham, pengemudi ojek online, hingga mahasiswa yang bermain dengan aset kripto, saya yakin minat pasar terhadap aset kripto akan makin meningkat jumlahnya,” kata Teguh.

Ditambahkan olehnya, aset kripto saat ini dan ke depannya bukan hanya sebagai ajang spekulasi saja, namun sudah menjadi safe haven asset untuk masyarakat luas. Untuk itu menjadi bijaksana bagi masyarakat menyadari sepenuhnya, dana seperti apa yang kemudian layak untuk diinvestasikan. Jangan sampai dana pribadi hingga simpanan yang sifatnya rutin, kemudian dimasukkan menjadi investasi aset kripto.

“Untuk itu saya bertanggung jawab bukan hanya untuk perusahaan namun juga sebagai Ketua Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (ASPAKRINDO), ingin memberikan edukasi yang benar dan akurat kepada masyarakat tentang investasi aset kripto,” kata teguh.

Lakukan Penyesuaian Akibat Pandemi, Platform Loyalitas GetPlus Gulirkan Fitur Baru

Salah satu upaya untuk memberikan layanan lebih kepada pelanggan adalah dengan menghadirkan rewards program. Sebagai platform yang dikembangkan untuk membantu bisnis ritel melalui program loyalitas koalisi (coalition loyalty), GetPlus mencatat saat ini menjadi waktu yang tepat bagi brand untuk melancarkan kegiatan tersebut.

Kepada DailySocial, Co-Founder & COO GetPlus Adrian Hoon mengungkapkan, era digital telah meningkatkan ekspektasi pelanggan, di sisi lain persaingan yang ketat juga menjadikan rewards program menjadi penting untuk menjaga loyalitas dan kepercayaan brand. Selain Adrian, co-founder GetPlus lainnya adalah Antonny Liem yang juga merupakan Partner dari GDP Venture yang juga memberikan investasi tahap awal ke GetPlus.

“Agar tetap relevan dan memenangkan loyalitas dalam ekonomi digital, brand harus memanfaatkan data konsumen untuk memberikan pengalaman pelanggan yang sangat relevan, sangat nyaman, dan dapat dipercaya. Ini akan membina hubungan yang lebih baik dengan basis pelanggan terbaik Anda,” kata Adrian.

Disinggung seperti apa pandemi mempengaruhi pertumbuhan bisnis dari GetPlus, sekitar 80% dari mitra merchant adalah ritel offline, F&B, dan bisnis travel yang sangat terpengaruh oleh penutupan sementara mal dan pergerakan terbatas. Meskipun semua proses belanja beralih ke online, namun jumlah transaksi terlihat menurun dan kebanyakan orang melakukan pembelian untuk barang yang tidak terlalu penting.

“Bisnis kami mengalami penurunan 60-70% selama tahap awal PSBB pada tahun 2020. Respons kami selanjutnya adalah dengan cepat meningkatkan teknologi Optical Character Recognition (OCR) untuk menerima tanda terima pembelian pengiriman rumah, memungkinkan pengguna kami untuk terus mendapatkan poin GetPlus saat berbelanja di rumah dan pada saat yang sama membantu meningkatkan beberapa bisnis mitra F&B kami,” kata Adrian.

GetPlus mengklaim telah mengelola tiga kali lipat kemitraan dengan merchant dan menggandakan basis keanggotaan melalui kerja sama strategis dengan 4 dari 5 operator telekomunikasi teratas dan beberapa layanan e-commerce. Masih banyak rencana yang bakal dilancarkan oleh GetPlus, salah satunya adalah ekspansi ke kota-kota besar di Indonesia. Rencana tersebut tergantung kepada besarnya permintaan dan kondisi pandemi di daerah tersebut.

Meluncurkan kanal baru

GetPlus meluncurkan kanal terbaru, memungkinkan pengguna mendapatkan poin dengan mengunggah struk pembelian. Harapannya pilihan ini bisa mempermudah lebih dari 300 ribu pengguna GetPlus menukarkan struk belanja dari supermarket dan minimarket apa pun di Jabodetabek menjadi Poin GetPlus.

“Model bisnis kami adalah membantu menghubungkan mitra merchant kami dengan konsumen (yang merupakan anggota kami) melalui program loyalitas koalisi kami. Perpanjangan ke minimarket dan supermarket memberi anggota kami jalan lain untuk mendapatkan poin GetPlus.”

Selain ritel bahan makanan, GetPlus juga memiliki CPG (consumer package goods) dalam kemitraan brand dengan untuk memberi penghargaan kepada pelanggan yang membeli produk mereka. Cara ini memungkinkan anggota untuk mendapatkan poin GetPlus dari ritel dan brand CPG secara bersamaan-penghasilan berlipat ganda dalam satu perjalanan belanja.

“Melalui brand CPG, kami menyadari pentingnya melibatkan pelanggan mereka secara langsung. Karena konsumen telah mengubah perilaku belanja mereka, model periklanan dan pemasaran tradisional tidak efektif seperti sebelumnya. Dengan memanfaatkan platform loyalitas koalisi GetPlus, brand CPG dapat memiliki ‘permulaan yang cepat’ tanpa investasi teknologi pemasaran, untuk mempromosikan langsung kepada konsumen dan memberi penghargaan atas pembelian mereka,” kata Adrian.

Application Information Will Show Up Here

Gandeng Gojek, Pinhome Luncurkan Layanan “On-Demand” untuk Jasa Kebersihan

Sebagai bentuk komitmen untuk mempermudah akses dalam mendapatkan jasa kebersihan properti yang dimiliki oleh pengguna, platform proptech Pinhome menghadirkan Pinhome Home Service dan memperluas jangkauan layanannya melalui aplikasi Gojek.

Kepada DailySocial, Head of Marketing & Project Partnership Pinhome Dani Budianto mengungkapkan, Pinhome Home Service merupakan produk baru dari Pinhome yang bermitra dengan GoService dalam menawarkan layanan pembersihan, cuci mobil, hingga cuci AC untuk membantu menjaga kebersihan dan lingkungan kerja yang aman — baik di rumah atau di kantor.

“Layanan Pinhome Home Service sudah tersedia di aplikasi GoService mulai bulan Januari 2021. Namun, hingga kini Pinhome Home Service belum melakukan press realese dikarenakan ekspansi wilayah yang dapat dijangkau oleh Pinhome Home Service dilakukan secara bertahap.”

Saat ini layanan Pinhome Home Service baru terbatas di kawasan Jakarta dan sekitarnya. Cara Kerja Pinhome Home Service yaitu, sebagai platform yang mempertemukan antara penyedia jasa yang kredibel dengan pengguna melalui menu GoService di aplikasi GoJek. Mengingat luasnya pengguna aplikasi GoJek, hal ini sangat memudahkan bagi Pinhome Home Service untuk dapat menghubungkan pengguna dengan penyedia jasa yang dibutuhkan.

Untuk memastikan kualitas, Pinhome mengenakan syarat yang cukup ketat dalam menerima mitra. Termasuk dilengkapi dengan sertifikasi dan pelatihan yang diberikan oleh Mitra Bisnis Pinhome. Proses pelayanan mengedepankan protokol kesehatan 4P (Pengecekan berkala, Perlengkapan pelindung, Proses aman, Pencegahan dan pengawasan) dari Pinhome Home Service serta protokol J3K dari Gojek.

Geliat layanan on-demand untuk jasa kebersihan mulai tampak kembali seiring dengan awareness masyarakat untuk menjaga kebersihan. Terbaru, KliknClean menggandeng Bukalapak untuk sediakan layanan serupa melalui aplikasi. Saat ini sudah bisa diakses pengguna di Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya. Sebelumnya JD.id juga mulai masuk ke segmen bisnis ini melalui JD Life, menghadirkan kanal khusus untuk menghubungkan penyedia jasa dengan pengguna.

Menampung mantan mitra GoLife

Pinhome Home Service bekerja sama dengan Gojek melalui Third-Party Platform (3PP). Sebelumnya CEO Pinhome Dayu Dara Permata pernah menjabat sebagai Sr.VP GO-JEK, Head of Lifestyle & Commerce Product Group, dan memiliki pengalaman membangun layanan GoLife yang resmi ditutup semua layanan pada awal tahun 2020 lalu.

Layanan Pinhome Home Service hadir pertama kali pada masa pandemi Covid-19. Kehadiran Pinhome Home Service juga diharapkan dapat memberikan dampak sosial yang positif juga beriringan dengan bangkitnya perekonomian masyarakat dengan cara membantu mitra penyedia jasa bertemu dengan pengguna jasa.

“Pinhome Home Service membuka kesempatan bermitra termasuk kepada mantan mitra GoLife untuk bergabung, di mana para Rekan Jasa mitra Pinhome Home Service adalah para penyedia layanan yang ahli di bidangnya dengan pengalaman kerja yang memenuhi syarat, dilengkapi dengan sertifikasi terpercaya, dan menerima pelatihan memadai yang diberikan oleh Mitra Bisnis Pinhome Home Service,” kata Dani.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

D-Laundry Secures Seed Funding, Preparing for Expansion

Begin with the objective to accelerate business growth, online laundry service D-Laundry (PT Drop Global Tech) has just finalized its seed round. The value was not further detailed along with the investors involved. Ridhwan Basalamah, Co-Founder & CEO of Drop Global Tech, told DailySocial that there is an institution and an angel investor involved.

“Our future plan with this fresh fund is to expand D-Laundry products from Greater Jakarta to the national level. At the same time, we have also moved to Tebet, South Jakarta, from our previous office located in Depok,” Ridhwan said.

With various expansion plans being prepared, D-Laundry expects to further assist laundry business owners to go-online and together move forward to improve service standards to the community.

Funding obtained from investors will be used to develop D-Laundry features on the application. One of those is the D-Laundry Store, a website-based platform that provides various equipment and professional laundry business packages.

“Our purpose with the D-Laundry Store is to simplify the laundry equipment chain to make it easier for new entrepreneurs. Through the D-Laundry Store they can get equipment, systems, and training to staff,” Ridhwan said.

D-Laundry is an on-demand laundry application that combines the needs of people with business owners, therefore, they can access other’s services online. From 2016 until now, D-Laundry has partnered with hundreds of laundry entrepreneurs and thousands of users spread across Jabodetabek.

In addition, there are several other local startups that also venture into the same service. One of them is Smartlink, a service that helps laundry entrepreneurs digitize business governance. Currently, it is used by around 4 thousand outlets in Java and Bali. Then there is also KliknKlin, they recently integrated services in the Bukalapak application to get bigger potential users.

Pandemic and business growth

Even though the laundry business is one of the sectors most significantly affected by the pandemic, D-Laundry claims to be able to grow its business. In order to help the partners run their business, they have performed various activities such as training and community development. Among other things, by holding an online seminar event to discuss financial management and funding for a laundry business in facing a pandemic.

During the pandemic, the company also ensures that all partners implement procedures to always clean rooms and laundry facilities with disinfectants, use standardized chemical materials and liquids, ensure worker health, provide handwashing facilities and masks, and implement contactless delivery.

“The laundry industry has indeed been affected by Covid-19. Not a few laundry entrepreneurs have had to go down for losing their customers and purchasing power of the public to use laundry services. However, we are very grateful, especially for D-Laundry partners who are still fighting hard and trusting us,” Ridhwan said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Kantongi Pendanaan Tahap Awal, D-Laundry Siap Lancarkan Ekspansi

Bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, layanan laundry online D-Laundry (PT Drop Global Tech) baru saja merampungkan putaran pendanaan tahapan awal. Tidak disebutkan lebih lanjut berapa nilai investasi yang diterima dan siapa investor yang memberikan pendanaan. Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO Drop Global Tech Ridhwan Basalamah mengungkapkan ada satu institusi dan angel investor yang terlibat.

“Rencana kita ke depannya dengan dana segar ini adalah untuk melakukan ekspansi produk D-Laundry dari Jabodetabek ke nasional. Di saat yang sama kami juga sudah pindah kantor di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, setelah sebelumnya bertempat di Depok,” kata Ridhwan.

Dengan berbagai rencana ekspansi yang disiapkan, D-Laundry berharap dapat semakin membantu pemilik usaha laundry untuk go-online dan maju bersama-sama meningkatkan standar layanan kepada masyarakat.

Pendanaan yang didapatkan dari investor nantinya juga akan digunakan untuk mengembangkan fitur dari aplikasi D-Laundry. Salah satunya adalah D-Laundry Store, yaitu platform berbasis website yang menyediakan berbagai perlengkapan dan paket usaha laundry profesional.

“Target kami dengan menghadirkan D-Laundry Store adalah untuk memudahkan chain perlengkapan laundry hingga memudahkan pengusaha baru. Melalui D-Laundry Store mereka bisa mendapat peralatan, sistem, hingga training ke staf,” kata Ridhwan.

D-Laundry merupakan aplikasi laundry on-demand yang memadukan kebutuhan masyarakat dengan kebutuhan pemilik usaha agar dapat saling mengakses layanan secara online. Sejak 2016 hingga saat ini, D-Laundry telah bermitra dengan ratusan pengusaha Laundry dan ribuan pengguna yang tersebar di Jabodetabek.

Selain itu, ada beberapa startup lokal lainnya yang juga merambah ke layanan yang sama. Salah satunya Smartlink, layanannya membantu pengusaha laundry mendigitalkan tata kelola bisnis. Saat ini mereka telah digunakan oleh sekitar 4 ribu outlet di Jawa dan Bali. Lalu ada KliknKlin, terbaru mereka mengintegrasikan layanan di aplikasi Bukalapak untuk mendapatkan potensi pengguna yang lebih besar.

Pandemi dan pertumbuhan bisnis

Meskipun bisnis laundry termasuk sektor yang paling terdampak secara signifikan oleh pandemi, namun D-Laundry mengklaim tetap dapat mengembangkan bisnisnya. Untuk membantu para mitra menjalankan bisnis selama, mereka telah melakukan berbagai kegiatan seperti training dan pengembangan komunitas. Di antaranya dengan menyelenggarakan event seminar online membahas tentang pengelolaan keuangan dan pendanaan usaha laundry menghadapi masa pandemi.

Selama pandemi perusahaan juga memastikan semua mitra menerapkan prosedur untuk selalu membersihkan ruang dan fasilitas laundry dengan desinfektan, menggunakan bahan dan cairan kimia terstandardisasi, memastikan kesehatan pekerja, menyediakan fasilitas cuci tangan dan masker, dan menerapkan contactless delivery.

“Tentunya industri laundry kena dampak juga dari Covid-19, tidak sedikit pengusaha laundry yang harus gulung karena berkurangnya minat dan daya beli masyarakat untuk menggunakan jasa laundry. Tapi kami sangat bersyukur dan berterima kasih, terutama untuk para mitra D-Laundry yang tetap berjuang keras dan tetap mempercayai kami,” kata Ridhwan.

Application Information Will Show Up Here

Observing Xendit’s Plans After Series B Funding Worth of 921 Billion Rupiah

A fintech company that provides solutions to simplify payment process for businesses, Xendit, plans to focus on building a financial transaction infrastructure in Indonesia. Xendit’s Co-Founder & CEO, Moses Lo told DailySocial his hope that the product ecosystem offers can help shape the next generation of scalable businesses.

“We want startups, SMEs, and other businesses to grow rapidly without having to worry about payment infrastructure, therefore, they can fully concentrate on more important matters. We always try to give our best by listening to feedback from merchants and trying to build products that suit their needs. them,” Moses said.

In order to present relevant technology, Xendit is currently developing a new product which is claimed to be very attractive and in accordance with the company’s goal of building a reliable digital payment infrastructure in Southeast Asia. This strategic step was taken to strengthen the foundation of the business.

“Our customers trust our payments and have asked us to create new tools that can help them during the pandemic and beyond,” Moses added.

Xendit also has plans to build more tools for SMEs to be able to do online business, including online merchants.

“Our customers have requested financing to bridge their cash flow needs for the following months. We provide capital to our customers with XenCapital. We are constantly building new products and services to help our customers (both large and small businesses) excel in this new world, both in Indonesia and the Philippines,” Moses said.

In the midst of Southeast Asia’s rapid digital transformation, Xendit has now processed more than 65 million transactions with payments of $6.5 billion per year. Regarding a future consolidation with relevant parties, Moses emphasized that Xendit is always open to the possibility of collaboration to improve service and product innovation.

“We expect this step can achieve the company’s goals, to build the most reliable digital payment infrastructure in Southeast Asia,” Moses said.

Apart from Xendit, there are also several payment system providers in Indonesia for startups or SMEs. One of the most significant is Midtrans, which is now part of the Gojek group. Doku, iPaymu, Finpay, and several other players also offer similar services. With the existing competitive map, product innovation is important in order to provide complementarity for its partners.

Series B Funding

In order to accelerate business growth, Xendit has just secured a series B funding worth $64.6 million or the equivalent of 921 billion Rupiah. This funding was led by global venture capital firm Accel. Overall, the companies have raised a total funding of $88 million or IDR 1.2 trillion.

“The fresh fund will be used to scale our digital payment infrastructure and provide millions of small and medium enterprises across Southeast Asia with the path to the digital economy,” Moses said.

Accel led the funding round as supported by Y Combinator. Previously, Xendit was the first Indonesian company selected to participate in the Y Combinator accelerator program in 2015 and was named one of the top 100 companies in 2021.

“Xendit has built a modern digital payment infrastructure that is changing the way Southeast Asian businesses transact. Their combined team of deep understanding of local markets and equipped with ambitions to dominate the global market place them in a strategic position to achieve what other companies in the region can’t do,” Accel’s Partner, Ryan Sweeney said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian