Potensi Perluasan “Cashless Society” di Indonesia

Sejak tahun 2017 lalu, lebih dari tiga perempat masyarakat Tiongkok menggunakan pembayaran digital dan jumlahnya terus meningkat dengan cepat. Dukungan infrastruktur, teknologi, dan penetrasi internet yang meluas menjadikan negara Tirai Bambu tersebut sebagai cashless society paling terdepan secara global.

Tidak hanya pembayaran nontunai, Tiongkok juga sudah menjadi negara di Asia yang mengalami pertumbuhan paling agresif dalam hal pembayaran peer-to-peer, di mana penggunanya bisa saling melakukan pembayaran menggunakan teks. Menurut laporan Worldpay, hampir dua pertiga penjualan online dan lebih dari sepertiga pembayaran di toko ritel dilakukan melalui operator mobile dompet elektronik terkemuka, termasuk Alipay dan WeChat Pay.

Posisi Indonesia saat ini

Meluasnya cashless society di Tiongkok, yang sudah memasuki kota tier 3 dan 4, menjadi motivasi tersendiri bagi Indonesia, yang memiliki program Strategi Nasional Keuangan Inklusif, untuk mengikuti jejaknya.

Pemerintah berupaya memfasilitasi perluasan kehadiran cashless society dengan dua cara. Pertama perluasan infrastruktur konektivitas hingga ke pelosok melalui peluncuran Palapa Ring, sebuah proyek infrastruktur telekomunikasi di seluruh Indonesia sepanjang 36.000 kilometer.

Dukungan lain adalah peluncuran QR Code Indonesian Standard (QRIS) ke publik. Resmi diterbitkan bulan Agustus 2019 lalu, QRIS yang berlaku per tahun 2020 diharapkan menghadirkan efisiensi lalu lintas transaksi menggunakan uang elektronik dan perangkat digital lain yang mengadopsi kode QR.

Menurut pihak Ovo dan Dana, dua tantangan untuk memperluas adopsi penggunakan layanan nontunai adalah infrastruktur dan edukasi. Hal kedua ini terkait kebiasaan penggunaan uang tunai yang sudah membudaya.

“Mengapa pada akhirnya kita lebih fokus kepada kota-kota di tier 1, karena lokasinya yang lebih luas juga kesiapan masyarakat di kawasan tersebut untuk mulai mengadopsi pembayaran nontunai untuk kebutuhan sehari-hari. Sehingga memudahkan kami untuk menjangkau mereka, meskipun misi kami tentunya bisa hadir secara nasional,” ujar CEO Dana Vincent Iswara.

Sudah stabilnya konektivitas internet yang didukung rutinitas setiap hari yang membutuhkan akses ke skema nontunai menjadikan Jabodetabek paling ideal sebagai pilot project berbagai layanan nontunai.

“Di Ovo sendiri hingga saat ini kami sudah berada di 354 kota termasuk kota-kota di Papua seperti Nabire dan masih banyak lagi. Hal tersebut membuktikan bahwa dengan penyebaran informasi yang merata dan edukasi yang masif, memungkinkan inklusi finansial terjadi di kota-kota tersebut,” kata Managing Director Ovo Harianto Gunawan kepada DailySocial.

CEO Investree Adrian Gunadi berpendapat, “Tantangan untuk bisa menyebarkan adopsi cashless society ke mereka adalah edukasi. Setidaknya untuk tahapan awal edukasi wajib untuk diberikan. Edukasi tersebut bisa dilakukan dengan cara menjalin kerja sama dengan komunitas desa, lembaga keuangan yang mungkin sudah tersebar ke pelosok desa tersebut yang bisa menjadi salah satu kunci keberhasilan perluasan edukasi,”

Ia menambahkan, mulai maraknya startup yang menjangkau pedesaan dan menawarkan pembiayaan dan konsultasi untuk meningkatkan hasil lahan pertanian, paling tidak bisa dimanfaatkan oleh pihak terkait untuk mempelajari data agar semua bisa terukur dengan baik.

“Dengan kehadiran dan strategi yang dilancarkan oleh pemain fintech tentunya akan bisa men-leverage dari infrastruktur tersebut. Tidak hanya kota-kota besar tapi juga pedesaan sehingga ekonomi bisa meningkat sesuai dengan komitmen awal kami sebagai pemain fintech meng-cater masyarakat yang masih underserved dan unbanked dengan tujuan mengakselerasi pertumbuhan,” kata Adrian.

QRIS mendorong cashless society

Bank Indonesia menciptakan QRIS untuk menyederhanakan sistem pembayaran menggunakan QR Code di seluruh Indonesia. QRIS berfungsi mendukung pembayaran melalui aplikasi uang elektronik berbasis server, dompet elektronik, atau mobile banking. Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan, QRIS akan menjadi standar QR Code tunggal yang berlaku di seluruh Indonesia.

Adanya QRIS, menurut penyedia layanan dompet digital seperti Ovo dan Dana, dipercaya bisa mempercepat penyebaran cashless society di Indonesia secara merata. Harianto menegaskan, diterbitkannya QRIS secara efisien bisa menjadi leapfrog untuk mempercepat pemerataan inklusi finansial.

Harianto melihat jika semua berjalan secara bersama (perbankan, fintech lending, penyedia dompet digital) dan saling mendukung proses yang ada tentunya bisa terintegrasi. Bukan hanya memudahkan proses, transaksi kode QR dinamis tergolong lebih aman, karena mesin EDC menghasilkan kode QR yang unik. Sementara melalui kode QR statis cenderung riskan.

“Untuk itu saya menyambut baik jika semua kalangan mulai dari perbankan hingga sesama pemain untuk bekerja bersama dan saling melakukan kolaborasi demi terciptanya sinergi dan integrasi yang terpadu. Jika tujuan akhir adalah mempercepat pemerataan inklusi finansial, kolaborasi harus tercipta,” kata Harianto.

Vincent menambahkan, sudah waktunya para pemain untuk tidak melulu fokus ke strategi untuk meraup market share, tetapi lebih ke kerja sama dan tumbuh bersama.

Cashless society di masa mendatang

Dibutuhkan waktu yang cukup lama bagi Tiongkok untuk bisa menjadi negara cashless society terbesar di Asia. Jika kita berandai-andai apakah nantinya Indonesia bisa memasuki fase tersebut, baik Ovo, Dana, maupun Investree melihat potensi yang ada cukup positif.

“Kita lihat saja saat ini Indonesia termasuk yang paling cepat mengadopsi kebiasaan melakukan pembayaran nontunai. Didukung dengan makin seamless-nya teknologi yang ditawarkan oleh kami sebagai penyedia layanan dan berkembangnya ekosistem pendukung, saya melihat bukan tidak mungkin Indonesia akan bisa menjadi negara dengan cashless society yang besar jumlahnya,” kata Harianto.

Hal senada juga diungkapkan Vincent. Menurutnya, dengan teknologi yang relevan dan dukungan pihak perbankan yang melihat penyedia layanan uang elektronik sebagai kolaborator, bisa mempercepat penyebaran cashless society yang lebih merata.

“Pekerjaan rumah yang masih menjadi beban bagi kami adalah bagaimana bisa meyakinkan masyarakat lebih banyak lagi untuk terbiasa melakukan pembayaran secara nontunai. Saya melihat di kota tier 1 dan 2 saja ada beberapa di antara mereka yang masih enggan untuk mengunduh aplikasi Dana untuk melakukan pembayaran secara nontunai, meskipun sudah kami dampingi saat acara-acara offline. Artinya masih ada mindset di antara mereka yang enggan untuk mencoba,” kata Vincent.

Melalui Skema “Crowdfunding”, BenihBaik Ingin Pertemukan UKM dengan Investor

Bertujuan untuk menghadirkan layanan yang bisa bermanfaat untuk banyak orang, Andy F. Noya bersama dengan rekannya Anggit Hernowo dan Firdaus Juli mendirikan Benihbaik sebagai platform crowdfunding. Selama ini Andy dikenal sebagai wartawan senior dan memiliki pengalaman membangun Kick Andy Foundation.

Serupa dengan platform lainnya yang digunakan untuk kegiatan penggalangan dana, BenihBaik diharapkan bisa mempertemukan orang yang membutuhkan bantuan dengan orang-orang yang ingin berbuat baik untuk membantu sesama.

“Di situlah BenihBaik.com berperan menjembatani orang-orang baik tersebut untuk menemukan siapa yang layak mereka tolong,” kata Andy.

Secara khusus BenihBaik memiliki dua pilar utama kegiatan. Pertama, pilar yang berkaitan dengan kegiatan sosial. Siapa saja bisa memanfaatkan wadah ini untuk mencari bantuan atas masalah yang mereka hadapi. Mulai dari bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, budaya, bencana alam, dan bantuan sosial lainnya. Kedua, pilar yang berkaitan dengan kegiatan usaha, terutama yang berkaitan dengan kewirausahaan sosial (sociopreneurship).

“Pengusaha-pengusaha kecil bisa memanfaatkan BenihBaik untuk menjual produk-produk mereka, sekaligus sarana bagi investor untuk investasi di perusahaan-perusahaan setara UKM yang kami pilih dan tampilkan di BenihBaik. Dengan demikian para pengusaha skala UKM yang mempunyai dampak sosial juga berpeluang mendapatkan investasi melalui platform ini,” lanjut Andy.

Tidak disebutkan lebih lanjut seperti apa kinerja proses tersebut nantinya. Namun demikian BenihBaik berharap, platform ini juga bisa digunakan pihak terkait untuk dimanfaatkan oleh investor yang ingin menanamkan modal dari pihak UKM terkurasi yang bergabung dengan BenihBaik.

Menjalankan bisnis secara bootstrap

Bagi pengguna yang ingin melancarkan kampanye atau mengumpulkan donasi yang merupakan dua fokus dari BenihBaik, bisa mengakses melalui situs. Bagi mereka yang akan berdonasi, cukup dengan memilih kasus yang akan disumbang, menentukan jumlah donasi dan melakukan pembayaran dengan berbagai macam metode pembayaran.

Pilihan dompet digital yang bisa digunakan seperti Dana, Ovo, Gopay, Doku hingga LinkAja. Pembayaran melalui bank transfer juga dihadirkan.

BenihBaik juga memberikan kesempatan kepada donatur untuk menyumbang melalui platform yang bekerja sama dengan BenihBaik seperti Telkomsel Poin, Tokopedia donasi yang dikenal dengan Toped 500, serta Grab Reward yang bisa dilakukan dari 8 negara tempat Grab beroperasi.

Saat ini BenihBaik masih menjalankan bisnis secara bootstrapping dan belum memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana. Masih fokus kepada kampanye dan donasi yang disediakan dalam platform, mereka menargetkan untuk dapat membantu menggalang dana untuk 150 kasus terkurasi per bulan yang nantinya jumlahnya akan terus ditingkatkan, melalui dukungan teknologi automasi.

“Semakin banyak yang bergabung, semakin banyak investasi yang masuk, maka BenihBaik akan semakin besar. Dengan begitu akan semakin besar juga dampak yang bisa kami berikan untuk membantu masyarakat,” kata Andy.

Saat ini sudah banyak platform crowdfunding yang hadir di Indonesia, di antaranya adalah Kitabisa, Gandengtangan, Indiegogo dan Kolase.

With Rp50 Billion In Hand, Mandiri Capital Indonesia Aims for Three Indonesian Startups Next Year

As a CVC under Bank Mandiri focusing on investment for fintech startups and its supports, Mandiri Capital Indonesia (MCI) claims to have around Rp50 billion funding ready to pour on Indonesian startups.

MCI’s CEO, Eddi Danusaputro said at the announcement of funding to Halofina, that startups focusing on fintech and insurtech have become the main priority. In fact, it’s to be integrated with Bank Mandiri ecosystem and its subsidiaries.

Invested in 13 fintech startups

In total, MCI has invested in 13 fintech startups, including Amartha, PrivyID, Moka, and Investree. In 2020 MCI has plans to invest in 2 or 3 more startups.

“From the beginning we’re not to be very aggressive investing in many startups. Therefore, we only choose the finest local startups interested in developing fintech and insuretech by focusing on product innovation and processing,” he said.

Despite the lack of local players in this sector, MCI has been interested in local remittance services that is to provide relevant services and technologies. Eddie thought, this is quite a great potential, considered the number of migrant workers in need for these services.

“It is probable that we will start focusing on this potential at MCI. For this reason, we are still looking for local startups that have this potential,” he added.

Meanwhile, a service like Halofina that offers digital investment assistant is expected to be implemented into groups or subsidiaries.

“With Halofina, we’re planning to embed the technology into all services available in the ecosystem of Mandiri subsidiaries. One of which is Mandiri Investment Management,” Eddie said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Siapkan Rp50 Miliar, Mandiri Capital Indonesia Bidik Investasi ke Tiga Startup Indonesia Tahun Depan

Sebagai CVC kelolaan Bank Mandiri yang fokus berinvestasi ke startup fintech dan pendukungnya, Mandiri Capital Indonesia (MCI) mengklaim masih memiliki dana sekitar Rp50 miliar yang siap digelontorkan bagi startup Indonesia.

Ditemui saat pengumuman pendanaan ke Halofina, CEO MCI Eddi Danusaputro menyebutkan, startup yang menyasar fintech dan insurtech masih menjadi prioritas utama mereka. Tentu saja agar bisa diintegrasikan ke dalam ekosistem Bank Mandiri dan anak-anak perusahaannya.

Telah berinvestasi di 13 startup fintech

Secara keseluruhan, MCI telah melakukan penyertaan modal di 13 startup fintech, termasuk Amartha, PrivyID, Moka, dan Investree. Tahun 2020 mendatang MCI memiliki rencana untuk berinvestasi kepada 2 atau 3 startup lagi.

“Sejak awal kita memang tidak mau agresif untuk berinvestasi kepada banyak startup. Untuk itu kita sengaja memilih startup lokal terbaik yang tertarik untuk mengembangkan layanan fintech hingga insuretech dengan memfokuskan kepada inovasi produk dan processing,” kata Eddie.

Meskipun masih belum banyak pemain lokal yang bermain dalam sektor ini, MCI juga mulai melirik layanan remittance lokal yang bisa menyediakan layanan dan teknologi yang relevan. Menurut Eddie, potensi tersebut dinilai cukup besar, dilihat dari jumlah TKI dan TKW yang membutuhkan layanan tersebut.

“Besar kemungkinan potensi tersebut akan mulai kita fokuskan di MCI. Untuk itu kita masih mencari startup lokal yang memiliki potensi tersebut,” kata Eddie.

Sementara layanan seperti Halofina yang menawarkan asisten digital investasi diharapkan bisa diimplementasikan ke dalam grup atau anak perusahaan.

“Dengan Halofina saja rencananya kami akan menyematkan teknologi tersebut ke dalam semua layanan yang tersedia di anak perusahaan Mandiri. Salah satunya adalah Mandiri Investment Management,” kata Eddie.

Kantongi Pendanaan Pra Seri A, Halofina Fokus Kembangkan Produk dan Akuisisi Talenta

Aplikasi asisten virtual untuk membantu pengguna merencanakan keuangan pribadinya Halofina mengumumkan pendanaan Pra Seri A yang dipimpin Mandiri Capital Indonesia (MCI). Investor yang turut bergabung dalam putaran pendanaan kali ini adalah Finch Capital. Tidak disebutkan lebih lanjut berapa besar nominal pendanaan yang digelontorkan, namun pihak MCI yang diwakili oleh CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro menyebutkan, sesuai dengan ticket size Pra Seri A, nilainya berkisar antara US$1 juta hingga US$5 juta.

Sebagai startup binaan MCI, diharapkan Halofina bisa memberikan kontribusi ke ekosistem Bank Mandiri dan anak perusahaan di dalamnya.

“Meskipun Halofina merupakan startup binaan kami, namun tidak menutup kemungkinan bagi Halofina untuk menjalin kemitraan dengan bank lainnya atau institusi keuangan terkait yang memiliki produk yang relevan dengan Halofina. Mungkin ke depannya bisa jadi MCI akan menempatkan komisaris atau masuk dalam jajaran manajemen di Halofina,” kata Eddi.

Pendanaan kali ini merupakan bridging menuju kepada pendanaan tahapan selanjutnya. Perusahaan menargetkan bisa memperoleh pendanaan Seri A di kuartal kedua atau awal kuartal ketiga 2020.

“Sejak awal Halofina berdiri, misi kami adalah ikut serta mendorong literasi dan inklusi keuangan di Indonesia, melalui solusi berbasis teknologi. Kami sangat bersyukur dengan dukungan dari MCI dan Finch Capital. Pendanaan ini bagi kami adalah sebuah kepercayaan dan harapan untuk dapat bekerja dan berkontribusi lebih banyak bagi masyarakat,” kata Co-Founder & Chairman Halofina Eko Pratomo.

Fokus akuisisi talenta dan hadirkan produk baru

Dana segar tersebut bakal digunakan menambah talenta baru untuk bergabung dalam tim Halofina. Sebagai platform konsultan finansial digital, Halofina mengklaim sudah diakses oleh lebih dari 15 ribu pengguna. Targetnya hingga akhir tahun 2020 mendatang, jumlah tersebut bisa bertambah hingga 500 ribu orang.

Disinggung tentang produk yang sedang dikembangkan, Co-Founder Halofina Adjie Wicaksana mengungkapkan, fokus Halofina saat ini adalah mengembangkan algoritma yang bisa memberikan rekomendasi risk profile dan asset allocation ke pengguna yang ingin membuat life plan.

“Untuk strategi monetisasi nantinya akan kita kenakan sharing fee dengan pihak terkait dan layanan berlangganan kepada pengguna. Namun untuk saat ini Halofina masih bisa diakses secara gratis,” kata Adjie.

Halofina saat ini bergabung dengan Inovasi Keuangan Digital Otoritas Jasa Keuangan (OJK Sandbox) di kategori Digital Financial Planner. Perusahaan  meluncurkan integrasi produk reksa dana sejak Maret 2019.

Application Information Will Show Up Here

Persaingan Platform “Video Streaming” di Indonesia

Ada banyak platform video streaming service yang beroperasi di Indonesia, baik yang beroperasi secara lokal, regional, maupun global. Meskipun kehadiran mereka masih tergolong niche, khususnya menyasar kalangan muda, positioning mereka cukup kuat di target pasar tersebut.

Pelopor layanan ini, Netflix, meski terbilang paling premium di antara semua layanan, mulai merangkul kreator konten lokal demi menjangkau pasar Indonesia. Apa yang dilakukan Netflix bisa dibilang menjadi blue print bagi layanan serupa untuk merangkul pasar ini.

Platform streaming di Indonesia

Platform regional yang sudah lama beredar di Indonesia adalah Hooq dan Iflix. Keduanya memiliki afiliasi lokal untuk membantu merebut pangsa pasar yang mulai tumbuh ini.

Sejak awal berdiri, Hooq yang fokus menghadirkan konten asal Hollywood, Asia hingga Indonesia, telah melakukan berbagai transformasi, termasuk di dalamnya tambahan linear channel [televisi kabel], local listing, hingga konten original Indonesia. Cara serupa juga diterapkan Iflix. Meskipun memiliki kesamaan dari sisi model bisnis, kedua platform tersebut mengklaim memiliki perbedaan yang signifikan.

“Sejak awal berdiri hingga saat ini, Iflix telah mengalami beberapa transformasi. Mulai dari tayangan eksklusif hingga konten film bioskop lawas Indonesia. Kini fokus kami adalah menghadirkan konten original Indonesia dan negara lainnya di Asia. Tidak lagi fokus kepada produk Hollywood, dengan konsep ini diharapkan bisa merangkul lebih banyak segmentasi menengah ke bawah untuk menggunakan Iflix,” kata Executive Director Iflix Cam Walker.

Terkait linear channel dan local listing yang gratis dalam platform, menurut Cam strategi tersebut cukup efektif untuk menghadirkan alternatif hiburan untuk pengguna. Pilihan menonton secara gratis disebutkan masih menjadi daya tarik tersendiri bagi target pengguna.

“Dengan menghadirkan tayangan secara gratis, secara langsung bisa menambah jumlah pengguna baru yang pada akhirnya bersedia membayar. Konsep seperti ini cukup efektif kami terapkan.

Sementara itu Hooq, yang sebelumnya memiliki konten film dan serial televisi Indonesia paling banyak, mulai menambah pilihan baru dari linear channel mereka. Salah satunya adalah memindahkan beberapa channel yang tersedia di layanan TV kabel yang sudah tersedia di Indonesia. Channel pilihan tersebut sengaja dihadirkan Hooq berdasarkan demand dan jalinan kemitraan.

Menurut Country Head Hooq Indonesia Guntur Siboro, saat ini Hooq masih terus berupaya untuk menghadirkan konten original Indonesia dan membuka berbagai kemitraan dengan pihak terkait untuk memperluas dan menambah jumlah pengguna Hooq.

Serupa dengan Hooq dan Iflix, Vidio, platform streaming yang dikembangkan Emtek Group, mulai banyak menampilkan konten original Indonesia. Perbedaan signifikan Vidio berada pada konten olahraga premium yang diminati pengguna.

Namun karena sifatnya yang musiman, Vidio tidak mau terpaku ke konten olahraga saja.

“Kami juga memiliki keuntungan lebih karena masuk dalam ekosistem Emtek Group yang di dalamnya terdapat dua stasiun televisi besar di Indonesia [SCTV dan Indosiar]. Dengan demikian kami bisa menampilkan program televisi yang menjadi favorit masyarakat Indonesia ke dalam platform. Bukan hanya serial televisi dan sinetron, melainkan juga variety show hingga program musik lainnya,” kata Chief Content Vidio Tina Arwin.

Tren dan masa depan

Masih belum mature-nya pasar Indonesia menyulitkan untuk bisa mengetahui siapa platform unggulan di Indonesia. Baik Hooq, Iflix, maupun Vidio harus bersaing dengan berbagai platform yang menawarkan harga berlangganan cukup miring dan terbilang terjangkau.

Ke depannya Tina Arwin melihat akan lebih banyak lagi konten original Indonesia yang bakal dihadirkan oleh berbagai platform. Sementara konten Hollywood masih menjadi monopoli platform asal Amerika Serikat, seperti Netflix dan Amazon Prime Video.

Pernyataan serupa disebutkan Cam Walker. Dilihat dari kacamata Iflix yang cukup fokus menghadirkan konten original Indonesia, cara-cara seperti ini diklaim cukup ampuh menarik lebih banyak pengguna baru yang kebanyakan berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Sementara segmen premium cenderung masih memilih untuk berlangganan Netflix atau televisi berlangganan.

Hal menarik lainnya yang diprediksi bakal terjadi beberapa tahun ke depan adalah terjadinya aksi M&A beberapa platform. Baru-baru ini Iflix mendapatkan suntikan dana dari MNC Group, sedangkan bulan Agustus lalu MNC Group juga meluncurkan platform streaming sendiri. Jika persaingan makin sengit, potensi M&A makin terbuka.

Pada akhirnya semua akan kembali ke strategi pemasaran, dukungan kemitraan, dan konten original berkualitas untuk menarik lebih banyak pengguna. Meski tidak menutup peluang hadirnya ide-ide segar di segmen ini, konstelasi industri yang kompleks cukup menyulitkan pemain lokal baru untuk bersaing.

Setelah Ekspansi di Tiga Negara, JavaMifi akan Fokus pada Inovasi Produk

Setelah 2019 disibukkan dengan ekspansi ke Jepang, Thailand, dan Vietnam, JavaMifi tahun depan bakal fokus pada inovasi dan produk baru. Salah satu yang dihadirkan adalah modem terbaru dengan tampilan yang lebih ringkas dengan daya tahan baterai lebih lama. Produk baru yang diluncurkan diharapkan dapat mengakomodasi masukan dari penggunanya. Meskipun telah meluncurkan modem tipe baru, modem versi lama masih terus disediakan oleh JavaMifi.

Rencana lainnya perusahaan ingin menghadirkan layanan berlangganan. Program ini menghadirkan mekanisme baru dalam proses pembayaran, yakni secara bulanan. Dinilai akan lebih efisien untuk kalangan pebisnis yang sering bepergian ke luar negeri. Pengguna juga bisa melakukan top-up untuk paket-paket yang ingin ditambahkan.

“Targetnya bukan hanya kalangan B2C saja, namun jug B2B yang kerap melakukan perjalanan bisnis ke berbagai negara memanfaatkan layanan berlangganan JavaMifi,” kata Founder JavaMifi Andintya Maris.

Modem baru JavaMifi
Modem baru JavaMifi

Meskipun sebanyak 70% market share masih didominasi oleh penyewaan mifi untuk perjalanan ke mancanegara, namun JavaMifi terus menghadirkan layanan yang relevan untuk pengguna di Indonesia. Salah satunya dengan menjalin kemitraan dengan berbagai operator telekomunikasi.

“Kami ingin membantu lebih banyak pengguna domestik untuk menggunakan layanan kami, sehingga memperlancar komunikasi saat melakukan perjalanan wisata atau bisnis di berbagai kota,” kata General Manager JavaMifi Arindro Nugroho.

Bermitra dengan Softbank

Pertengahan November lalu perusahaan telah meresmikan kerja sama strategis dengan salah satu operator seluler terbesar di Jepang, yakni SoftBank. Kerja sama ini tidak hanya memperluas jangkauan JavaMifi di Jepang, namun juga memungkinkan warga Jepang yang berkunjung ke Indonesia untuk dapat memanfaatkan layanan tersebut.

“Sebelumnya kami telah melakukan kemitraan serupa dengan Sakura. Namun dengan Softbank, mereka bersedia untuk membantu kami mempromosikan JavaMifi kepada wisatawan asal Jepang yang memiliki rencana untuk berkunjung ke Indonesia,” kata Arindro.

Saat ini JavaMifi telah memiliki sekitar satu juta pengguna. Target tahun 2020, mereka ingin mengakuisisi sekitar dua juta pengguna baru.

Disinggung apakah JavaMifi akan melakukan penggalangan dana dalam waktu dekat, disebutkan perusahaan telah mengalami pertumbuhan dan profit yang positif. Sehingga untuk penggalangan dana tidak menjadi rencana perusahaan dalam beberapa tahun ke depan. JavaMifi juga enggan untuk menyebutkan siapa perusahaan atau entitas yang mendukung jalannya bisnis perusahaan.

“Fokus kami tahun depan adalah meluncurkan produk baru, menambah tim, dan mengembangkan teknologi. Tidak ada rencana untuk penggalangan dana atau IPO dalam waktu dekat,” tutup Founder JavaMifi Suhartanto Raharjo.

Prixa Hadirkan Platform Pengelolaan Kesehatan Terpadu Berbasis “Artificial Intelligence”

Masih rendahnya penerapan teknologi di dalam sektor kesehatan menjadi salah satu alasan mengapa Prixa didirikan. Resmi meluncur tahun ini, perusahaan mencoba menerapkan teknologi, seperti artificial intelligence (AI) dan natural language processing (NLP), untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat umum berbentuk platform pengelolaan kesehatan terpadu berbasis AI.

Kepada DailySocial, CEO James Roring menyebutkan, bidang kesehatan belum banyak mengalami disrupsi teknologi, sementara inovasi teknologi bisa memberikan dampak positif dalam penyediaan manajemen kesehatan terpadu. Berangkat dari alasan itu, James bersama salah satu kelompok rumah sakit terkemuka di Indonesia dan perusahaan teknologi terkemuka di bidang NLP berkolaborasi membentuk Prixa.

“Sistem ini kami bangun untuk menyediakan akses pelayanan kesehatan yang merata. Kami menata ulang proses berpikir dokter dalam menganalisis penyakit ke dalam sebuah sistem yang memanfaatkan teknologi AI dan NLP untuk mengenali keluhan pasien dalam Bahasa Indonesia.”

Tidak berbeda jauh dengan konsultasi langsung dengan dokter umum, usai semua data diri dikumpulkan dan keluhan penyakit disampaikan, platform akan melakukan diagnosis untuk menentukan penyakit yang diderita. Prixa mengklaim semua berada dalam pengawasan dokter langsung, bukan robot percakapan atau chatbot.

“Di Prixa kami percaya bahwa teknologi tidak akan pernah menggantikan dokter, secanggih apapun itu, karena akan selalu ada kebutuhan atas interaksi tatap muka langsung antara dokter dan pasien,” kata James.

Membuka kemitraan dan strategi monetisasi

CEO Prixa James Roring saat penandatanganan kerja sama dengan Alfamart dan DAV
CEO Prixa James Roring saat penandatanganan kerja sama dengan Alfamart dan DAV

Untuk memperluas layanan dan teknologi yang dimiliki, Prixa meresmikan kolaborasi strategis melalui penandatanganan nota perjanjian bersama Alfamart dan Digital Avatar (DAV), perusahaan media placement luar ruang yang menawarkan media placement multifungsi dua arah.

Kolaborasi ketiga perusahaan ini berupa akses pelayanan kesehatan melalui sistem periksa kesehatan tepat berbasis AI, yang merupakan salah satu pilar platform manajemen kesehatan terpadu Prixa, di perangkat interaktif pintar DAV yang tersebar di berbagai gerai Alfamart di Indonesia. Tahun depan Prixa berharap sistem periksa kesehatan tepat berbasis AI-nya dapat tersedia di 10.000 gerai Alfamart di seluruh Indonesia.

“Prixa senang dapat bermitra dengan Alfamart dan DAV dan langkah ini diyakini merupakan bagian signifikan dalam membantu menutup kesenjangan dengan menyediakan akses pelayanan kesehatan yang merata melalui sistem periksa kesehatan tepat berbasis AI Prixa. Sistem kami menata ulang berbagai keahlian dan pengalaman tim dokter dari berbagai disiplin ilmu kedokteran dan menyusun segenap keahlian yang berharga itu menjadi sebuah sistem yang terpadu dan terukur,” kata James.

Saat ini Prixa telah memiliki sekitar 2000 orang yang mengakses sistem periksa kesehatan tepat berbasis AI. Disinggung seperti apa strategi monetisasi yang dilancarkan, James menegaskan untuk saat ini fokus Prixa masih di penyediaan akses pelayanan kesehatan yang merata. Perusahaan juga memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana dalam waktu dekat.

“Fokus pada pengembangan fitur sistem periksa kesehatan tepat berbasis AI Prixa, sejalan dengan tujuan kami untuk menyediakan akses pelayanan kesehatan yang merata. Saat ini kami hanya bisa diakses melalui situs, namun tidak menutup kemungkinan sistem periksa kesehatan tepat berbasis AI Prixa akan dapat diakses di aplikasi ke depannya,” tutup James.

EmpatKali Hadirkan Konsep Cicilan Empat Kali Tanpa Bunga

Bertujuan memberikan kemudahan kepada pembeli melakukan pembayaran produk secara online, platform fintech lending EmpatKali meluncurkan layanan mereka secara resmi di Indonesia. Startup fintech yang didirikan Jamie Camidge dan Hadi Tanzil ini fokus ke produk fesyen, gaya hidup, dan kecantikan.

Terdaftar di OJK per 8 April 2019, EmpatKali mengklaim memiliki konsep unik dibanding platform p2p lending lainnya.

“Dengan konsep tersebut memudahkan kami untuk memberikan layanan pembayaran cicilan tanpa bunga, karena pendanaan yang kami berikan bukan dengan konsep umum. Kami saat ini juga telah mengumpulkan 100 mitra lokal dan menargetkan hingga tahun 2020 bisa merangkul sekitar 1000 brand,” kata CEO EmpatKali Jamie Camidge.

Karena tidak mengenakan bunga cicilan, saat ini EmpatKali mengenakan komisi secara flat ke semua merchant yang berhasil menjual produk mereka di dalam platform sebagai sumber pendapatan.

Model bisnis yang ditawarkan EmpatKali sudah hadir di Australia, negeri asal Jamie. Melihat potensi dan tren pasar saat ini di Indonesia, model bisnis ini dianggap cukup ideal untuk dihadirkan. Selain telah terdaftar di OJK, Empat Kali juga masuk dalam Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI).

Cicilan tiap dua minggu

Berbeda dengan kebiasaan umum di Indonesia, EmpatKali memperlakukan tenor cicilan dengan cara yang berbeda. Pengguna yang telah dinyatakan lolos verifikasi bisa menikmati pembayaran cicilan empat kali dalam waktu kurang lebih 2 bulan atau setiap dua minggu kepada pengguna. Jumlah pinjaman yang diberikan mulai dari Rp1,5 juta. Jumlah tersebut bisa bertambah menyesuaikan  rekam jejak pembayaran.

Disinggung apakah konsep tersebut sudah relevan dengan pasar Indonesia, Jamie menegaskan sudah waktunya masyarakat Indonesiamenerapkan konsep tersebut. Saat ini EmpatKali mengklaim telah memiliki sekitar 1000 pengguna. Selain pembayaran menggunakan akun virtual perbankan, EmpatKali juga menyediakan alternatif pembayaran melalui dompet digital seperti Dana.

“Saya menyadari di Indonesia konsep pembayaran cicilan adalah per bulan, untuk itu kami masih terus melakukan edukasi kepada pengguna kami yang tertarik untuk menikmati layanan pembayaran cicilan di EmpatKali.”

Selain membantu pengguna untuk melakukan pembayaran, konsep ini diklaim bisa meningkatkan penjualan dari pihak merchant yang bergabung. Pihak EmpatKali menanggung pengelolaan risiko kredit dan penipuan yang mungkin terjadi.

Rencana penggalangan dana

Untuk mengembangkan teknologi dan memperkuat posisi perusahaan sebagai bisnis manajemen risiko, EmpatKali berencana melakukan penggalangan dana. Masih dalam tahapan penjajakan, disebutkan sudah ada dua startup fintech Australia yang tertarik berinvestasi di EmpatKali.

Meski enggan menyebutkan detailnya, dilihat dari perkembangan perusahaan saat ini perusahaan sudah memasuki tahapan Seri A. Pendanaan yang diperoleh rencananya akan digunakan untuk mengakselerasi jumlah merchant dan menambah anggota tim lokal.

“Saat ini aplikasi EmpatKali sudah bisa diunduh di Android dan iOS. Kami berkomitmen untuk membantu para pelanggan dalam mengambil keputusan berbelanja yang sesuai dengan kemampuan finansial, serta mencegah akumulasi beban utang yang dapat menyebabkan kesulitan keuangan dan emosional,” kata Jamie.

Application Information Will Show Up Here

Google Indonesia Luncurkan “Bangkit”, Program Pendidikan Pemrograman Gratis di Tingkat Lanjut

Bertujuan untuk menambah lebih banyak talenta digital yang memiliki kemampuan pemrograman tingkat lanjut, Google Indonesia meluncurkan program “Bangkit”.  Inisiatif tersebut dapat dinikmati gratis oleh masyarakat Indonesia yang ingin menambah kompetensi di bidang pemrograman dan machine learning.

Kepada DailySocial, Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf mengungkapkan, program pilot ini diluncurkan berdasarkan masukan dari pemerintah dan pihak terkait lainnya yang menginginkan partisipasi lebih dari perusahaan untuk mencetak talenta digital yang berkualitas.

“Khusus untuk program Bangkit, kita menargetkan mereka yang telah memiliki kemampuan pemrograman, coding, hingga matematika. Semua pelatihan akan dilakukan dalam Bahasa Inggris, didukung dengan materi pelajaran hingga mentor berkualitas.”

Bagi mereka yang tertarik untuk mengikuti program Bagkit, bisa mendaftarkan melalui platform Grow with Google. Setelah melalui proses perekrutan dan interview, peserta yang berhasil lolos akan mengikuti program selama 6 bulan secara gratis.

Untuk fase pertama, program Bangkit baru diadakan di kota seperti Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, dan Denpasar. Menggandeng startup unicorn Indonesia seperti Tokopedia, Traveloka, dan Gojek. Targetnya merekrut 300 peserta.

“Alasan kami untuk fokus kepada machine learning karena Google sudah banyak menerapkan teknologi tersebut dan saat ini sudah banyak startup yang mulai menerapkan teknologi yang tergolong sudah sangat advance ini. Selain technical skill kami juga akan memberikan pelatihan soft skill seperti leadership hingga critical thinking untuk para peserta,” kata Randy.

Memanfaatkan momentum

Disinggung apakah program ini diluncurkan bersamaan dengan dilantiknya Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Randy menegaskan program ini sebelumnya sudah menjadi rencana Google Indonesia. Memanfaatkan kemitraan dengan unicorns hingga pihak universitas, diharapkan bisa memberikan kontribusi.

Sebelumnya Google Indonesia juga telah memberikan pelatihan kepada pemilik bisnis UKM seperti Gapura Digital dan Women Will untuk perempuan. Google Indonesia mengklaim hingga saat ini telah melatih sekitar 1,6 juta orang di Indonesia.

Untuk memastikan program ini berjalan secara lancar dan tepat sasaran, nantinya Google juga akan menghadirkan mentor ternama dari Google sendiri. Mentor profesional dari Google Asia Pasifik siap membantu peserta program Bangkit.

“Pada akhirnya untuk peserta yang nantinya telah selesai mengikuti program Bangkit, bisa bekerja di perusahaan teknologi hingga startup di Indonesia. Mereka juga bisa membangun startup sendiri memanfaatkan pelajaran yang didapatkan dari program. Jika sesuai dengan kriteria tidak menutup kemungkinan mereka juga bisa bergabung dengan Google Indonesia,” kata Head of Education Programs Google Asia Pacific William Florance.

Disinggung apakah talenta Indonesia sudah siap dan memiliki kemampuan yang baik untuk meningkatkan skill set mereka, William menegaskan sudah banyak para programmer yang bekerja di perusahaan teknologi hingga startup unicorn Indonesia yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Melalui program Bangkit diharapkan jumlah tersebut bisa bertambah.