Gojek Gulirkan Sejumlah Fitur Anyar untuk Meningkatkan Bisnis GoFood, GoSend, dan Layanan Transportasi

Merayakan HUT-nya yang ke-11, Gojek mengumumkan tiga inovasi baru di tiga layanan utama mereka, yakni GoFood, GoSend, dan layanan transportasi. Bukan hanya memudahkan konsumen menikmati berbagai layanan, namun inovasi tersebut juga bisa membantu mitra UKM hingga perusahaan besar dan startup memudahkan layanan mereka.

Kepada media Co-Founder & CEO Gojek Kevin Aluwi menyebutkan, perusahaannya berupaya untuk terus hadirkan inovasi dan teknologi terbaru guna menjawab berbagai tantangan dan kebutuhan sehari-hari masyarakat.

Yang kemudian menjadi sorotan di antaranya adalah GoFood, GoSend, dan inovasi layanan transportasi Gojek. Masing-masing layanan yang menjadi pilihan konsumen hingga mitra, mendapatkan upgrade dari sisi inovasi hingga kemudahan bagi pihak mitra dan konsumen.

“Bahkan di tengah pandemi, kami tidak berhenti menghadirkan solusi untuk membantu masyarakat beradaptasi. Inovasi pada ketiga layanan utama yang kami perkenalkan hari ini pun tidak terlepas dari nilai-nilai tersebut.”

Hingga Maret 2021, aplikasi Gojek telah diunduh lebih dari 190 juta kali oleh pengguna di seluruh Asia Tenggara. Dalam kesempatan tersebut diungkapkan juga rencana Gojek untuk meluncurkan layanan GoCar di Vietnam dalam waktu dekat, sebagai bagian dari upaya Gojek perluas layanan di Asia Tenggara.

Perkuat layanan transportasi

Tercatat pelanggan paling banyak layanan transportasi GoCar dan GoRide hingga saat ini adalah para pengguna kereta commuter line. Aktivitas sehari-hari yang kebanyakan dimanfaatkan oleh masyarakat umum, kemudian banyak yang terkoneksi dengan layanan transportasi di Gojek.

Untuk memperkuat layanan tersebut, Gojek menjalin kerja sama strategis dengan PT Kereta Commuter Indonesia. Dengan sistem yang dikembangkan, nantinya akan diberikan informasi yang relevan kepada pengguna rute terbaik yang bisa mereka tempuh melalui GoTransit. Selain itu Gojek juga akan memberikan rekomendasi moda transportasi lanjutan dengan harga terjangkau.

“Untuk GoTransit yang saat ini masih dalam tahap pengembangan, nantinya bisa menjadi rekomendasi bagi pengguna layanan transportasi Gojek saat mereka bepergian,” kata Kevin.

Dalam meminimalisir penggunaan sepeda motor bahan bakar bensin dan bebas emisi karbon, Gojek memperluas rencana pemanfaatan kendaraan listrik melalui uji coba komersial. Nantinya mitra Gojek yang memiliki motor listrik, bisa mengganti baterai motor listrik mereka dengan mudah di SPBU Pertamina yang bermitra dengan Gojek dengan penerapan skema battery swap pada motor listrik dari Gesit dan Gogoro.

Pada tahap ini, Gojek akan menggunakan 500 unit motor listrik di Jakarta Selatan, lalu selanjutnya akan meningkatkan skala uji coba dengan target awal pemanfaatan sampai dengan 5000 unit motor listrik dan jarak tempuh penggunaan kendaraan listrik sebanyak satu juta kilometer.

Salah satu kendala yang masih banyak ditemui oleh pemilik motor listrik saat ini adalah, masih rendahnya infrastruktur pendukung mereka saat berada di jalan. Melalui kerja sama dengan Pertamina, diharapkan bisa mempermudah mitra pengemudi Gojek melakukan penukaran baterai motor listrik.

Pengembangan GoSend API

Salah satu layanan yang makin banyak digunakan oleh perusahaan hingga pelaku UKM adalah layanan delivery GoSend. Mulai dari Halodoc hingga Tokopedia yang menaungi jutaan mitra penjualnya, telah melakukan integrasi API GoSend ke dalam bisnis mereka.

Melihat besarnya permintaan tersebut, Gojek  melakukan pengembangan GoSend API yang dapat mengintegrasikan layanan GoSend dengan platform mitra bisnis sehingga menghadirkan layanan pengiriman.

GoSend juga akan segera meluncurkan fitur GoSend Multidrop yang memberi kesempatan bagi para pengguna untuk mengirim beberapa paket sekaligus dengan hanya sekali ambil. Lewat fitur ini, pengguna bisa mengatur paket mana yang harus dikirimkan terlebih dulu. Agar ongkos kirim lebih hemat sampai dengan 30%, pengguna dapat memanfaatkan fitur rekomendasi urutan pengantaran yang disediakan.

“GoSend API saat ini sudah dimanfaatkan oleh ribuan partner dan jutaan penjual. Data internal kami mencatat jumlah transaksi dari top partners GoSend seperti platform e-commerce, platform telemedik, meningkat 41% pada H1 2021 dibanding 2020. Pada periode yang sama pengguna layanan GoSend oleh UMKM juga naik dua kali lipat,” ungkap Kevin.

GoFood Plus untuk pelanggan setia

Selama pandemi jumlah mitra baru yang bergabung berjumlah sekitar 250 ribu. Secara keseluruhan saat ini terdapat 1 juta mitra GoFood yang telah bergabung dan sebagian besar adalah pelaku UKM.

Untuk memberikan layanan lebih kepada pengguna setia, GoFood meluncurkan fitur berlangganan GoFood Plus. Bukan hanya bisa melakukan pemesanan dalam jumlah yang banyak atau Order Sekaligus, GoFood Plus juga bisa meringankan biaya ongkir. Hingga kini, sudah ada 41 lokasi di 7 kota besar termasuk Jabodetabek, Bandung dan Surabaya. Ekspansi lokasi untuk Order Sekaligus ini meningkat 8x sejak diperkenalkan pada September 2020.

Mendukung usaha milik UKM, aplikasi untuk mitra dilengkapi dengan fitur inovatif BizTips GoBiz, yang berisi berbagai tips sukses mengelola bisnis secara mandiri. Fitur ini efektif dalam membantu para mitra UMKM kuliner untuk mengelola bisnisnya secara lebih baik dan efisien.

Application Information Will Show Up Here

“Love, Bonito” Tutup Pendanaan Seri C, Perkuat Omnichannel dan Ekspansi Internasional

Startup direct-to-customer (DTC) asal Singapura “Love, Bonito” mengumumkan perolehan pendanaan seri C senilai $50 juta (lebih dari 700 juta Rupiah) yang dipimpin Primavera Capital Group, firma investasi global dengan portofolio Alibaba; ByteDance, Yum China, dan Mead Johnson China, dengan partisipasi dari Ondine Capital dan Adastria. Investasi ini menjadi portofolio pertama Primavera untuk startup di Asia Tenggara.

Startup yang fokus pada produk fesyen perempuan ini berencana menggunakan dana segar tersebut untuk memperkuat strategi omnichannel dan meningkatkan ekspansi internasional di pasar utama demi mengejar pertumbuhan tiga digit secara yoy. Pasar-pasar utama ini termasuk Hong Kong, Jepang, Filipina, dan Amerika Serikat.

Di pasar existing, seperti Singapura, Indonesia, dan Malaysia, Love, Bonito akan menggandakan strategi omnichannel-nya. Sementara di pasar lain, seperti Hong Kong, Jepang, Filipina dan AS akan mulai ekspansi omnichannel, vertikal bisnis baru, penguatan keterlibatan komunitas lokal dan kolaborasi utama, serta pengoptimalan pengalaman pengguna yang berkelanjutan.

“Saya lebih bersemangat dari sebelumnya untuk apa yang akan terjadi dalam dekade berikutnya. Pertumbuhan yang kami lihat hari ini tidak akan terjadi tim yang secara konsisten berusaha untuk mendukung perempuan di berbagai musim kehidupan mereka. Berada di bisnis perempuan telah menjadi misi kami sejak hari pertama, dan kami akhirnya bertualang di luar mode untuk mendukung penawaran kami,” ucap Co-founder Love, Bonito Rachel Lim.

Love, Bonito dikenal sebagai brand fesyen terpopuler ke-6 di Singapura, mampu bersaing dengan brand internasional lainnya. Perusahaan telah beroperasi dan memiliki tim di empat negara lainnya, di antaranya Malaysia, Kamboja, Indonesia, dan Filipina.

Dalam model bisnisnya, perusahaan memanfaatkan strategi omnichannel, yang menggabungkan pengalaman belanja online (lewat aplikasi dan situs) dan offline (memiliki gerai). Serta, menawarkan pilihan produk fesyen yang telah disesuaikan dengan postur tubuh orang Asia.

Dalam konferensi pers virtual yang digelar perusahaan pada hari ini (27/10), CEO Love, Bonito Dione Song menjelaskan strategi omnichannel yang diterapkan mampu membuat gerak perusahaan lebih fleksibel dalam berinovasi dan meluncurkan kategori produk baru seperti baju anak, loungewear, intimates, dan sepatu, meski industri ritel pada umumnya terkena dampak Covid-19.

Dalam setahun belakangan, sambungnya, perusahaan fokus pada ekspansi internasional yang terbukti mampu tumbuh secara positif. Di pasar global, di luar Singapura, sebanyak 50% bisnis datang dari situs online. Hingga saat ini, telah mencapai pertumbuhan keseluruhan lebih dari 120% yoy di pasar internasional, dan pertumbuhan keseluruhan 208% untuk penjualan online.

Perusahaan percaya komunitas diaspora Asia memiliki potensi yang sangat tinggi, terutama di AS, di mana pertumbuhan pendapatan online melebihi 1.200% yoy pada September 2021. 

Song pun turut membeberkan kinerja perusahaan selama setahun belakangan. Pendapatan tumbuh 62% secara yoy pada semester I 2021 dan EBITDA margin tumbuh 2% pada periode yang sama. “Kami berhasil menjadi startup DTC nomor satu terbesar di Asia Tenggara,” ucap Song.

Dia merinci lebih jauh dana segar yang telah didapat ini akan digunakan sebagian besar untuk melancarkan aksinya ekspansi internasional. Strategi yang akan dilakukan adalah mempercepat brand awareness dan bangun komunitas, berinvestasi dalam membentuk tim internasional, memperdalam kehadiran omnichannel di pasar inti dan pasar yang lebih baru, memenangkan pengalaman konsumen melalui strategi lokalisasi.

Dicontohkan, di Amerika Serikat misalnya, perusahaan akan memulai strategi awal omnichannel dengan membuat pop up store di kota inti, seperti California dan New York, dan merekrut tim agar lebih serius dan mendapat traksi. Strategi yang sama juga akan dilakukan untuk pasar di Hong Kong dan Filipina.

Tak hanya itu, Love, Bonito berencana untuk memperkaya katalog produknya dengan masuk ke kategori baru, seperti olahraga, sepatu, dan aksesoris; masuk ke kategori wellness; dan, memperkuat ekosistem dan pendukung, komunitas (LBCommunity+), dampak sosial (LBCreate, ESG), personalisasi dan konten (LiBrary). Beberapa produk di atas menurut Song akan hadir pada tahun depan.

Active wear market saat ini tumbuh sangat baik, banyak brand lokal yang sudah masuk ke sana. Tapi unique value yang kami tawarkan itu selalu mengacu pada tiga hal, yakni Asian-centric, female-centric untuk desain pakaian, dan selalu membangun komunitas yang kuat.”

Manfaatkan penuh data science

Komunitas menjadi bagian penting dalam perjalanan Love, Bonito yang sudah berdiri sejak 2005. Dalam catatan perusahaan, sebanyak 32% konsumen yang diakuisisi perusahaan pada 10 tahun yang lalu masih berbelanja di Love, Bonito. Selain itu, tingkat retensi pelanggan tahunan lebih dari 65% alias lebih tinggi dari rata-rata industri fesyen sebesar 23%.

“Oleh karena itu, kami meluncurkan LBCommunity+ pada Juni 2020 untuk lebih menghargai pelanggan yang telah bersama kami. Terhitung, hampir 300k anggota di berbagai tingkatan hingga saat ini telah bergabung.”

Tak hanya itu, dari sisi pemanfaatan teknologi data science juga turut menopang proses bisnis Love, Bonito agar lebih efisien dan dapat menciptakan pesanan baru. Dijelaskan, perusahaan memanfaatkan desain fesyen algoritma melacak lebih dari 100 SKU desain untuk meningkatkan kekuatan prediktif demi menciptakan desain terbaik.

Kemudian, bekal data yang kaya dan kontekstual, mampu membuat Love, Bonito memiliki gudang data “source of truth” tunggal yang melacak miliaran titik data selama 11 tahun terakhir, dan journey pelanggan melalui integrasi data omnichannel dengan 85% pelanggan terlacak. Terakhir, customer intelligence berupa analitik canggih real time dan loop umpan balik yang mendorong retensi sutomer, serta machine learning untuk mengotomatisasi segmentasi dan personalisasi pelanggan.

Data science sangat membantu kami dalam menemukan titik akurasi yang pada akhirnya dapat meningkatkan penjualan. Konsumen akan mendapat rekomendasi item yang lebih akurat sesuai personalisasi mereka,” tutup Song.

Sejasa Raih Pendanaan Seri A 56,7 Miliar Rupiah Dipimpin Morning Crest Capital dan BTFV

Platform layanan penyedia jasa Sejasa berhasil meraih pendanaan seri A senilai $4 juta atau 56,7 miliar Rupiah dipimpin oleh modal ventura yang berbasis di Shanghai, Morning Crest Capital (MCC) dan BTFV dari Singapura. MCC sendiri merupakan investor utama sebuah startup dengan model bisnis serupa di Australia yang telah terdaftar di bursa setempat.

Pendanaan ini memiliki tiga fokus, yaitu untuk perluasan area layanan Sejasa di luar Jabodetabek. Selanjutnya, perusahaan juga akan menggunakan sebagian dari pendanaan tersebut untuk meningkatkan inovasi teknologi dan menambah talenta, terutama divisi pengembangan produk. Terakhir, akuisisi penyedia layanan serta pemeliharaan kualitas.

Sejasa telah menyediakan lebih dari 200 jenis layanan jasa, termasuk perawatan rumah, perbaikan rumah, jasa pertukangan, servis elektronik, kebersihan dan disinfektan, hingga kecantikan. Perusahaan yang berdiri sejak tahun 2015 ini menawarkan layanan penyedia jasa rumah tangga yang cepat, aman, dan nyaman yang akan tiba di rumah konsumen dalam waktu 45 menit setelah pemesanan.

Managing Partner MCC, Fred (Xiaofan) Bai mengungkapkan, “Kami telah melihat bagaimana platform ini dapat ditingkatkan untuk mencakup berbagai jenis layanan dan bahkan lintas geografi, dan kami memiliki keyakinan pada tim Recommend Group untuk mempercepat digitalisasi layanan rumah di seluruh Asia Tenggara, yang merupakan peluang pasar yang sangat besar. Kami terus optimis dalam digitalisasi layanan lokal secara global dalam 5-10 tahun ke depan,”

Selain verifikasi dokumen, untuk memastikan bahwa layanan yang disediakan di Sejasa adalah yang terbaik, perusahaan menerapkan sistem rating dan review agar penyedia jasa bisa lebih menjaga kualitas layanan mereka. Di samping melalui proses kurasi, terdapat beberapa penyedia jasa yang merupakan rekomendasi dari pihak-pihak yang sudah ahli dalam bidangnya.

Untuk bisa lebih meyakinkan penggunanya, Sejasa memberikan garansi 30 hari dan asuransi ganti rugi sebesar Rp300 juta kepada setiap pelanggan untuk setiap kemungkinan yang terjadi, seperti kerusakan properti, pencurian, kebakaran, dan lain-lain. Dalam menyediakan hal tersebut, perusahaan bekerja sama dengan penyedia layanan asuransi Allianz.

Saat ini, perusahaan telah bekerja sama dengan lebih dari 40.000 UKM informal dan individu profesional penyedia jasa untuk menstandarisasi cakupan dan harga layanan, meningkatkan kualitas layanan, dan memungkinkan penyedia jasa untuk mengumpulkan pembayaran tanpa uang tunai. Sebelumnya, Sejasa juga bekerja sama dengan Grab untuk menyediakan layanan “Clean & Fix”.

Lokalisasi pasar

Sejasa merupakan bagian dari Recommend Group, yang berasal dari Singapura dan juga beroperasi di Malaysia dengan nama Recommend.my. Terkait hal ini, Co-Founder & CEO Recommend Group Jes Min Lua mengungkapkan bahwa sejak mulai bekerja di Indonesia pada tahun 2008, ia melihat potensi luar biasa di negara ini. Setiap orang memiliki keinginan untuk berubah, mengadopsi hal baru serta membawa Indonesia ke tahap selanjutnya.

Dalam hal lokalisasi pasar, timnya mengakui bahwa kedua pasar, Indonesia dan Malaysia, cenderung memiliki kesamaan dalam hal kondisi pasar yang fragmented. Terdapat gap yang cukup besar di antara penyedia layanan yang berkualitas dengan jasa “abal-abal”. Dalam hal ini, Sejasa ingin menjembatani penyedia jasa yang berkualitas, dan tidak menutup kemungkinan untuk penyedia jasa yang ingin meningkatkan kualitas.

Sementara itu, terdapat perbedaan namun tidak mendasar pada sifat masyarakat di kedua negara. Contohnya kebanyakan orang di Indonesia menginginkan layanan yang bisa hadir dalam waktu cepat, sementara di Malaysia, masyarakatnya cenderung merencanakan paling tidak satu hari sebelum memesan. Maka dari itu, Sejasa berusaha menghadirkan penyedia layanan yang tidak hanya baik dalam hal kualitas namun juga geografis untuk bisa menjangkau masyarakat yang membutuhkan layanan dalam waktu cepat.

“Kami menggunakan algoritma pencocokan untuk mengetahui keinginan konsumen dan menggunakan faktor-faktor penentu, seperti lokasi, kompleksitas pekerjaan, dan jadwal untuk memberikan rekomendasi layanan profesional terbaik,” tambah Jes.

Hingga saat ini, Sejasa telah melayani lebih dari satu juta rumah di Indonesia dan Malaysia. Beberapa platform yang juga menawarkan layanan sejenis di Indonesia termasuk Seekmi, KliknClean, OKHome, dan Adain.

Application Information Will Show Up Here

majoo Umumkan Pendanaan 56,6 Miliar Rupiah dari AC Ventures, BRI Ventures, dan Xendit

Startup pengembang layanan omnichannel untuk UMKM majoo mengumumkan perolehan pendanaan pra-seri A senilai $4 juta atau setara 56,6 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin AC Ventures, dengan keterlibatan BRI Ventures dan Xendit. Selanjutnya, majoo akan fokus memperkaya fitur, memperluas tim, dan melakukan ekspansi hingga mencapai 100 kita pada akhir 2022 mendatang.

“UMKM sangat bergantung pada kegiatan penjualan offline. Melihat situasi pandemi, kami mengembangkan fitur e-commerce dalam misi mendukung UMKM melewati masa yang penuh tantangan ini. Kami memberi mereka alat untuk membuat situs web mereka sendiri, melakukan pembayaran secara online, dan terintegrasi dengan Grabfood, Tokopedia, Shopee, dan layanan lain dari e-commerce,” ujar Co-Founder & CEO majoo Adi W. Rahadi.

Selain oleh Adi, startup tersebut turut didirikan oleh Audia R. Harahap. Sejak berdiri pada 2019, majoo mengaku telah memproses lebih dari 80 juta transaksi senilai $600 juta atau lebih dari 8,4 triliun Rupiah untuk UMKM di lebih dari 600 kota/kabupaten di Indonesia dari berbagai jenis bisnis, mulai dari F&B hingga laundry.

“AC Ventures telah lama menyadari potensi luar biasa untuk digitalisasi ekonomi UMKM di Indonesia, dan pandemi telah mempercepat adopsi teknologi di sektor ini selama 3-5 tahun. Latar belakang dan pengalaman Adi dan Audia sangat cocok dengan misi mereka untuk menghadirkan teknologi yang memberdayakan pertumbuhan dan produktivitas bagi jutaan pemilik usaha kecil di Indonesia,” ujar Founder & Managing Partner AC Ventures Adrian Li.

Menjadi SaaS menyeluruh untuk UMKM

Layanan majoo dimulai dari sebuah point of sales (POS) alias aplikasi kasir. Saat ini terus diperluas mencakup pengelolaan karyawan, inventori, aplikasi CRM, hingga pemesanan online. Secara statistik, majoo mengklaim telah tumbuh 85% YoY dan telah mengakuisisi lebih dari 20 ribu pengguna aktif dengan tingkat retensi yang dinilai baik.

“Kami melihat banyak potensi sinergi yang dapat dilakukan antara majoo dan ekosistem BRI Group. Misalnya, sinergi dalam pemberian akses kepada UMKM untuk tabungan digital, pinjaman digital dan layanan buy now pay later dari Bank Raya (sebelumnya BRI Agro). Ketika masalah akses permodalan UMKM dapat terselesaikan dengan bantuan majoo, kami yakin mereka dapat lebih berfokus dalam mengembangkan bisnisnya dan mampu naik kelas dengan lebih cepat,” imbuh CEO BRI Ventures Nicko Widjaja.

Untuk layanan POS sendiri, majoo berhadapan dengan beberapa pendahulunya seperti Moka yang saat ini menjadi bagian dari ekosistem merchant di GoTo Group. Selain itu ada Qasir yang sudah mulai menyasar pasar regional, Pawoon dengan 25 ribu merchant aktif, Youtap yang membungkus layanannya dengan program loyalitas, dan masih banyak lagi. Namun demikian potensi layanan untuk UMKM di Indonesia memang masih sangat besar. Tak heran para inovator berlomba-lomba menghadirkan produk aplikasi untuk membantu pelaku UMKM berkembang.

Menurut data di laporan MSME Empowerment Report 2021 yang diterbitkan DSInnovate, terdapat beberapa permasalahan mendasar yang saat ini dialami oleh pelaku UMKM di Indonesia, di antaranya:

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, 83% dari pelaku UMKM mengaku menggunakan layanan dari startup digital. Dari hipotesis tersebut, para founder pun bergairah untuk menghadirkan ragam produk dengan proposisi nilai yang berbeda-beda. Saat ini ada puluhan startup yang menghadirkan berbagai jenis SaaS di segmen tersebut.

Application Information Will Show Up Here

Privy Kantongi Pendanaan Seri B 240 Miliar Rupiah Dipimpin GGV Capital

Startup penyedia layanan tanda tangan digital dan identitas digital Privy mengumumkan pendanaan seri B sebesar $17,5 juta atau sekitar 240 miliar Rupiah. Pendanaan tersebut dipimpin oleh GGV Capital, diikuti Endeavor Catalyst, Buana Sejahtera Group, dan sebagian besar investor sebelumnya yaitu MDI Ventures, Telkomsel Mitra Inovasi, Mandiri Capital, dan Gunung Sewu Group.

Dana segar akan dimanfaatkan untuk memperluas cakupan infrastruktur TI dan keamanannya. Privy memproyeksikan transaksi harian akan meningkat drastis dari 100.000 per hari menjadi 800.000 per hari hanya dalam dua tahun. Sejak 2017, pelanggan korporasi Privy tumbuh 17,5x, pengguna individu tumbuh 30x lipat, dan jumlah dokumen yang ditandatangani tumbuh 58x.

“Kami sangat berterima kasih atas dukungan tanpa henti dari investor, karyawan, dan klien kami yang ada, kami tidak akan sampai sejauh ini tanpa mereka. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada GGV Capital dan Endeavour karena mempercayai kami, selamat datang di keluarga Privy. Mulai hari ini, kami memiliki mitra baru yang luar biasa untuk membawa Privy ke panggung global,” kata Co-Founder & CEO Privy Marshall Pribadi.

Sebagai pionir tanda tangan digital di Indonesia dan menjadi satu-satunya yang lolos program Regulatory Sandbox Bank Indonesia (BI), Privy telah bermitra dengan bank-bank besar, seperti BRI, Mandiri, CIMB Niaga, BNI, Danamon, Nobu Bank, dan Panin Bank . Dari jumlah transaksi yang ditangani dan profil pelanggannya, menunjukkan bahwa Privy telah lulus uji kualitas, keandalan, dan keamanan layanan yang paling ketat.

“Kemitraan kami dengan Privy didukung oleh komitmen kami untuk bekerja sama dengan pendiri lokal yang menunjukkan semangat nyata dalam memecahkan tantangan besar di era ini – salah satunya adalah meningkatkan akses masyarakat luas ke berbagai layanan digital,” kata Managing Partner di GGV Capital, VC global Jenny Lee.

Fajrin Rasyid, Direktur Digital Business Telkom dan Presiden Komisaris MDI Ventures mengatakan, “Telkom Group sangat percaya pada Privy sejak awal perjalanannya. Kami berkomitmen untuk memberikan dukungan kami kepada Privy untuk membantu mereka memungkinkan masyarakat Indonesia melakukan tanda tangan digital dengan aman dan nyaman, seperti misi kami untuk mendigitalkan Indonesia.”

Akhir tahun 2019 lalu Privy telah mengantongi investasi tahapan seri A2 dari Telkomsel Mitra Inovasi (TMI). Tidak disebutkan berapa nominal investasi yang digelontorkan, namun bentuk kerja sama dan integrasi nantinya juga akan dihadirkan oleh kedua belah pihak. Sebelumnya PrivyID telah mengantongi pendanaan Pra-Seri A yang dipimpin oleh MDI Ventures dan Mandiri Capital Indonesia pada pertengahan tahun 2017 lalu. Gunung Sewu dan Mahanusa Capital juga terlibat dalam pendanaan ini.

Pertumbuhan bisnis Privy

Sebagai bagian dari strategi ekspansi globalnya, bertepatan dengan ulang tahun ke-lima, Privy juga mengubah nama dari PrivyID menjadi Privy. Tahun ini, Privy juga memperluas bisnis tanda tangan digitalnya ke negara-negara Uni Eropa dengan bermitra dengan Zettabyte, penyedia SaaS pendidikan tinggi.

Hingga saat ini jumlah tanda tangan yang telah ditandatangani melalui layanan Privy juga meningkat pesat menjadi lebih dari 69 juta tanda tangan per Oktober 2021. Perkembangan ini banyak dipengaruhi oleh kebijakan work-from-home yang diterapkan berbagai perusahaan selama masa Covid- 19 pandemi. Pada tahun 2021, Privy juga mendapatkan pengakuan tertinggi dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia sebagai Penyedia Sertifikat Elektronik (PSrE) Berinduk, sehingga meningkatkan kepercayaan dari berbagai perusahaan besar di Indonesia.

Menurut data dari Statista, total potensi pasar dari solusi identitas digital secara global diproyeksikan tumbuh dari $23,3 miliar pada 2020 menjadi $49,5 miliar pada 2026. Pertumbuhan pasar yang sangat cepat ini didorong oleh meningkatnya kasus penipuan identitas, pelanggaran data, dan peraturan pemerintah baru.

Privy telah membantu jutaan pengguna untuk membuka rekening tabungan bank, pembukaan rekening sekuritas, pengajuan kartu kredit, polis asuransi, pembelian kendaraan bermotor, penandatanganan invoice, mengajukan pinjaman dari fintech, menandatangani kontrak sewa, dan melakukan banyak pekerjaan serta transaksi lainnya tanpa perlu bepergian dan menandatangani berkas dokumen secara fisik.

Selain Privy, saat ini juga muncul startup dengan layanan serupa, misalnya TekenAja, Verihub, dan Vida.

Application Information Will Show Up Here

Jajaki Sektor Wellness, Indosat Ooredoo Luncurkan Aplikasi IMove

Perusahaan telekomunikasi Indosat Ooredoo meluncurkan inisiatif barunya IMove, sebuah platform yang menawarkan pengalaman gaya hidup sehat dengan konsep gamifikasi yang berhadiah. Peluncuran ini juga sebagai upaya Indosat Ooredoo untuk mendukung Pemerintah mewujudkan Indonesia Sehat 2025.

Menurut data WHO, jumlah orang dewasa yang kelebihan berat badan di Indonesia telah meningkat dua kali lipat selama dua dekade terakhir. Obesitas pada anak juga meningkat, dengan satu dari lima anak usia sekolah dasar dan satu dari tujuh remaja di Indonesia mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, menurut Survei Riset Kesehatan Dasar nasional 2018.

Dalam laporan ini, aktivitas fisik yang rendah juga disebut sebagai faktor utama keempat penyebab kematian. Kehidupan di kota besar menjadi salah satu yang mempengaruhi gaya hidup tidak sehat dengan akses yang relatif mudah untuk makanan olahan serta kurangnya pergerakan melalui penggunaan transportasi bermotor dan peningkatan penggunaan layar untuk bekerja, pendidikan dan rekreasi.

IMove menawarkan pendekatan holistik untuk kesehatan yang optimal, dengan fokus pada gerakan, nutrisi, dan kesehatan emosional. Pengguna dapat mengikuti berbagai tantangan gamifikasi untuk berolahraga lebih banyak, menurunkan berat badan, makan lebih sehat, dan menjadi pribadi yang lebih sehat.

SVP-Head of Digital Services Indosat Ooredoo, Sudheer Chawla mengatakan, “Melakukan gaya hidup sehat sangat penting, terutama di masa pandemi ini. Oleh karena itu, kami meluncurkan IMove untuk mendorong masyarakat menjalani gaya hidup yang lebih sehat dengan konsep gamifikasi. Melalui IMove, kami menawarkan platform goal-setting, habit tracker, dan komunitas online, membantu pengguna mencapai tujuan individu mereka, tetap berkomitmen, dan mendapatkan hadiah. Kami berharap pelanggan kami akan memilih IMove sebagai pilihan pertama mereka untuk menerapkan gaya hidup sehat dan lebih aktif.”

Platform ini memiliki tiga fitur utama: Coaches, Social Wall, dan Rewards. Dalam fitur Coaches, pengguna dapat menikmati berbagai wawasan informatif, seperti rencana dan resep makan, rutinitas dan latihan kebugaran, serta tips gaya hidup sehat dari para pelatih profesional bersertifikat. Melalui Social Wall, pengguna dapat berbagi kemajuan mereka untuk saling mendukung dan berinteraksi. Sementara itu, pengguna dapat mengumpulkan trofi untuk setiap kegiatan dan melakukan redeem di store dengan fitur Rewards.

Selain itu, terdapat fitur Tantangan Leaderboard of Step, pengguna IMove dapat membandingkan kemajuan mereka dengan peserta lain. Platform ini menawarkan tantangan gratis hingga pro dengan berlangganan mulai dari Rp1.000/hari. Aplikasi ini telah tersedia di Google Play Store dan App Store.

Platform wellness di Indonesia

Pandemi Covid-19 ini menyerang satu hal yang terkadang tidak dianggap serius oleh sejumlah orang, yaitu kesehatan tubuh. Banyak orang yang kini lebih peduli dengan kesehatan mereka dan mulai mau menyisihkan uang demi menjaga kebugaran. Namun, pembatasan interaksi fisik memaksa mereka untuk menjalankan workout atau olahraga di rumah. Hal ini membuka peluang bagi pasar wellness di tanah air.

Dalam Laporan DSResearch bersama FITCO yang bertajuk “Pemahaman Pasar Wellness di Indonesia”, pangsa pasar industri wellness terbilang sangat menjanjikan. Hasil riset Global Wellness Institute (GWI) di tahun 2017 memprediksi industri ini bernilai $4,2 triliun secara global dengan pertumbuhan mencapai 6,4% per tahun.

Di Indonesia sendiri, beberapa platform yang fokus untuk menyediakan solusi gaya hidup sehat termasuk Doogether dan FITCO. Selain solusi kebugaran, untuk menguatkan posisi sebagai wellness tech startup dengan ekosistem yang holistik, FITCO juga mengembangkan beberapa subvertikal bisnis, seperti makanan sehat dan marketplace untuk alat olahraga.

Dalam kaitannya dengan perusahaan telekomunikasi, IMove bukan satu-satunya inisiatif kesehatan sosial yang didukung oleh operator telekomunikasi. Sebelumnya, Telkomsel juga telah lebih dulu menjajaki ranah layanan kesehatan digital dengan aplikasi Fita. Belum banyak eksplorasi yang dilakukan dalam platform ini, baru tersedia program olahraga, tutorial olahraga, serta tutorial resep makanan sehat.

Application Information Will Show Up Here

BTPN Mendirikan Perusahaan Ventura BTPNS Syariah, Mendorong Ekosistem Digital yang Dilayani Bank

PT Bank BTPN Tbk (IDX: BTPN) dan PT Bank BTPN Syariah Tbk (IDX: BTPS) resmi mendirikan perusahaan ventura BTPNS Ventura pada Jumat (22/10) lalu. Pembentukan ventura ini akan membantu induk usaha untuk melakukan investasi di bidang digital.

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), BTPNS Ventura memiliki modal dasar Rp80 miliar. Kemudian, modal ditempatkan dan disetor penuh sebesar Rp20 miliar.

Dengan pembentukan ini, BTPS menjadi pemegang saham pengendali dengan kepemilikan saham sebesar 99% atau setara Rp19,8 miliar. Sementara, BTPN mengantongi satu persen atau sekitar Rp200 juta.

Direktur Kepatuhan dan Sekretaris Perusahaan BTPN Syariah Arief Ismail mengatakan bahwa BTPNS akan melakukan kegiatan usaha modal ventura syariah, mengelola dana ventura, dan kegiatan usaha lain sesuai persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

“Tujuan pembentukan anak usaha ini untuk menunjang kegiatan usaha dan aspirasi BTPN Syariah dalam mewujudkan digital ekosistem bagi segmen yang dilayani bank,” demikian dalam keterangan tertulisnya.

Dalam keterbukaan informasi yang dirilis Sabtu (23/10), perusahaan menyebutkan bahwa belum ada dampak secara material mengingat BTPNS Ventura belum efektif menjalankan kegiatan usaha. BTPNS Ventura baru akan efektif setelah mendapatkan persetujuan dari otoritas terkait.

CVC di Indonesia

CVC merupakan perpanjangan investasi perusahaan untuk mempertemukan inovasi teknologi dengan bisnis dan akses pasar dari perusahaan induk. Tujuan akhirnya adalah menyinergikan layanan digital dengan bisnis milik perusahaan.

Sementara itu, beberapa bank lain sudah lebih dulu membentuk CVC untuk menyinergikan portofolio inovasi dengan bisnis dan layanannya. Beberapa di antaranya adalah MDI Ventures, pionir CVC yang berada di bawah naungan Telkom Group, BRI Ventures oleh BRI, Mandiri Capital Indonesia (MCI) oleh Mandiri, dan Central Capital Ventura (CCV) oleh BCA.

Langkah BTPN mendirikan corporate venture capital (CVC) menunjukkan arah strategi barunya untuk mengembangkan ekosistem layanan keuangan, terutama bagi digital banking Jenius.

Apalagi, selama ini Jenius mengadopsi konsep co-create dengan melibatkan masyarakat tech savvy pada setiap pengembangan layanan/fitur digital banking. Saat ini, Jenius memiliki  3,3 juta pengguna di semester I 2021.

Unit CVC yang dioperasikan perusahaan di Indonesia / DSResearch

Menjelang IPO, Valuasi GoTo Ditaksirkan Capai 403 Triliun Rupiah

Pekan lalu (20/10) decacorn GoTo Group mengumumkan peresmian perjanjian kerja sama strategis dengan anak usaha Abu Dhabi Investment Authority (ADIA). Sebagai tindak lanjut, ADIA memimpin penggalangan dana pra-IPO GoTo senilai $400 juta atau setara Rp5,6 triliun Rupiah. Pendanaan ini ditaksirkan mendongkrak valuasi perusahaan di angka $28,5 miliar atau setara Rp403,7 triliun Rupiah – menurut sumber yang menyampaikan pada Reuters.

Nilai ini meningkat derastis dibandingkan prakiraan valuasi sebelumnya di angka $18 miliar, dengan menggabungkan masing-masing valuasi perusahaan yang saat itu masih melakukan penggalangan dana secara terpisah. Kondisi yang ada sekarang juga ditaksirkan dapat membawa nilai GoTo melebihi $30 miliar pada waktu menjelang IPO-nya nantinya, jika iklim investasi publik mendapatkan momentum terbaiknya.

“Kami bangga menyambut ADIA sebagai investor terbaru di perusahaan dan yang pertama dalam penggalangan dana pra-IPO kami, selagi kami menyiapkan bisnis untuk pertumbuhan eksponensial untuk tahun-tahun mendatang. Dukungan dengan skala seperti ini menegaskan keyakinan kami bahwa Indonesia dan Asia Tenggara akan menjadi tujuan besar selanjutnya untuk investasi teknologi,” sambut CEO GoTo Group Andre Soelistyo.

Dalam pemaparan yang disampaikan, GoTo telah menghasilkan lebih dari 1,8 miliar transaksi pada 2020 dengan total GTV lebih dari $22 miliar. Dalam ekosistem perusahaan, tercatat lebih dari 11 juta mitra dengan mayoritas berskala UMKM dan lebih dari 2 juta armada mitra pengemudi.

Fluktuasi menjelang IPO

Kendati belum disampaikan secara resmi, rencana IPO GoTo digadang-gadang akan dilaksanakan pada awal tahun 2022. Sumber mengatakan, proses go-public akan dimulai di bursa lokal terlebih dulu (IDX), diikuti ke New York.

“IPO menjadi salah satu strategi kami untuk mendukung pertumbuhan perusahaan yang berkelanjutan. Yang dapat kami pastikan adalah GoTo akan selalu mematuhi seluruh regulasi yang berlaku dalam menjalankan tiap aksi korporasi,” ujar perwakilan perusahaan kepada DailySocial.id.

Kesuksesan IPO Bukalapak di IDX dan rencana go-public Grab via SPAC yang telah diumumkan sebelumnya sebenarnya menjadi tolok ukur sendiri untuk ‘kesuksesan’ bagi unicorn berikutnya yang akan melenggang ke pasar saham. Rencana Grab sendiri mundur dari jadwal, target awalnya kesepakatan SPAC rampung di pertengahan 2021. Alasannya ada permintaan audit keuangan dari otoritas bursa setempat. Perusahaan menargetkan valuasi hampir $40 juta sesaat sebelum melantai.

Jalan startup menuju bursa memang tengah diuji dengan berbagai ketidakpastian. Termasuk merosotnya minat penawaran umum lewat SPAC – karena terlalu riuh. Tahun 2021 ini terjadi banyak transaksi SPAC di NASDAQ, sehingga berpengaruh pada penurunan harga jual saham hingga di bawah nominal nilai yang diharapkan. Menurut data EY, per H1 2021 terdapat 634 transaksi SPAC yang berhasil dijalankan, menjadi rekor baru di bursa saham setempat.

Sebelumnya berhembus kabar unicorn Traveloka akan membuat kesepakatan dengan Bridgetown Holdings Ltd. untuk SPAC. Namun baru-baru ini, tersiar informasi bahwa dewan direksi Traveloka memutuskan untuk tidak melanjutkan langkah tersebut. Perusahaan kemungkinan akan menjajaki proses IPO tradisional, tetap di bursa AS, menurut sumber Bloomberg.

Di sisi lain, aksi korporasi Bukalapak pada Agustus 2021 lalu juga memberikan gambaran tentang antusias yang cukup baik oleh investor lokal dalam menyambut unicorn lokal di pasar saham.

Sinergi Gojek-Tokopedia

Percepatan laju bisnis juga terus diupayakan oleh GoTo Group, utamanya dengan menggabungkan kekuatan yang dimiliki oleh Gojek maupun Tokopedia. Beberapa inisiatif baru-baru ini diumumkan, seperti menjadikan Gopay dan Gopaylater sebagai gerbang pembayaran utama di Tokopedia.

“Selain itu sinergi yang diwujudkan dalam ekosistem GoTo di antaranya adalah penjualan silang antar-platform (cross-selling) dan upselling, jaringan pengiriman hyperlocal yang lebih luas, ekosistem pembayaran digital, dan teknologi finansial terbesar, serta promosi dan program loyalitas untuk pengguna yang diperluas,” imbuh Corporate Affairs GoTo Nila Marita.

Sinergi juga didesain agar dapat memperluas peluang bagi mitra driver Gojek untuk memperoleh tambahan penghasilan, antara lain diwujudkan dengan sejumlah program kolaborasi Gojek dan Tokopedia seperti Waktu Indonesia Belanja (WIB). Mitra driver berkesempatan untuk dapat mengirimkan lebih banyak pesanan dari konsumen Tokopedia.

“Sinergi bisnis ini juga membuka kesempatan besar bagi GoTo untuk berekspansi di beberapa lini, seperti kebutuhan sehari-hari (grocery), fast-moving consumer goods (FMCG), dan logistik,” tutup Nila.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Aplikasi “Neu” Hadirkan Pilihan Transfer Gratis Antar Bank

Fleksibilitas yang ditawarkan layanan fintech telah memunculkan berbagai platform yang memudahkan pengguna melakukan berbagai kegiatan perbankan. Salah satu plaform yang ingin menghadirkan kenyamanan layanan perbankan tersebut adalah aplikasi Neu.

PT Neu Inklusi Keuangan atau Neu hadir untuk membantu pengguna dalam melakukan berbagai transaksi digital. Melalui Neu, transfer uang antar bank bisa dinikmati tanpa biaya.

Tidak hanya transfer antar bank, pengguna bisa menfaatkan Neu juga dapat membayar berbagai kebutuhan, termasuk pembayaran tagihan (bill payment), pencatatan kegiatan keuangan, dan berinvestasi (emas dan p2p lending)

Neu didukung oleh Safecash (PT Inklusi Keuangan Nusantara) yang memiliki izin transfer dana yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI) pada tanggal 14 Agustus 2019 dengan nomor lisensi 21/253/Bd/8.

Safecash adalah anggota Fazz Financial Group. DailySocial sudah menghubungi pihak Fazz Financial, tapi belum mendapatkan informasi lebih lanjut.

Pertumbuhan platform transfer uang antar bank

Makin banyak platform digital yang menawarkan solusi terhadap kebutuhan transfer antar bank. Aplikasi transfer dana pihak ketiga menawarkan kemampuan untuk mengirim uang dengan cara yang mudah dan lebih murah.

Selain Neu, platform lain yang fokus untuk hal ini adalah Flip dan Oy! Dana juga memiliki fitur gratis seperti ini, meskipun dengan limitasi tertentu.

Di sisi lain, melihat pertumbuhan dan demand transfer dana antar bank, Bank Indonesia telah menetapkan arsitektur baru dengan biaya maksimal transfer antar bank sebesar Rp2.500 per transaksi. Kebijakan ini berlaku untuk para bank yang tergabung dalam BI-Fast mulai 1 Desember 2021.

Application Information Will Show Up Here

Kantongi Pendanaan Pre-Seed, “Finku” Masuki Pasar Layanan Pencatatan Keuangan

Dalam beberapa tahun terakhir makin banyak platform pencatatan keuangan yang hadir d Indonesia. Tidak hanya terintegrasi dengan perbankan, dompet digital hingga platform fintech lainnya; platform tersebut juga memanfaatkan data dan teknologi terkini untuk berfungsi sebagai aplikasi keuangan pribadi.

Salah satu platform yang telah meluncur tahun ini adalah Finku. Layanan ini didirikan oleh tiga Co-Founder, yaitu Shyam Kalairajah, Reinaldo Tendean, dan Shylla Estee Pramadhani. Baik Shyam dan Reinaldo sebelumnya pernah bekerja di Boston Consulting Group (BCG), sementara Shylla pernah bekerja di Bukalapak.

Menurut halaman Linkedin-nya, Reinaldo menyebutkan visi Finku  mendemokratisasi finansial untuk seluruh masyarakat Indonesia. Dirinya percaya bahwa masyarakat Indonesia apapun latar belakangnya memiliki kesempatan yang sama untuk mengambil keputusan keuangan yang terbaik.

“Dan kita memulai perjalanan ini dengan menyediakan infrastruktur dan tools untuk mengelola keuangan menjadi lebih simple, cepat dan menyenangkan. Masyarakat Indonesia tidak lagi harus menghabiskan waktu untuk melacak pengeluaran mereka secara manual apakah melalui manual tracking apps, excel, atau notes.”

Finku sudah menjalin kerja sama dengan KoinWorks dan Flip. Selain menyediakan pencatat berbagai aktivitas by manual input, Finku juga mampu mengelola pengeluaran pengguna dengan fitur budget. Fitur favorit lainnya adalah Timeline & Filter, Target Keuangan, Centralized Dashboard dan Promo, diskon, hingga cashback. Aplikasi Finku sudah bisa diunduh di Google Play dan App Store.

DailySocial mencoba menghubungi tim pendiri Finku, tapi mereka tidak bersedia untuk berkomentar.

Platform yang menghadirkan layanan serupa dengan Finku di Indonesia di antaranya adalah Moni, Sribuu, dan PINA.

Kantongi pendanaan Pre-Seed

Saat ini Finku telah terdaftar dan diawasi oleh Kominfo dan Asosiasi FinTech Indonesia. Sekitar bulan Agustus lalu, Finku juga telah menerima pendanaan tahapan Pre-Seed dari Global Founders Capital dan 500 Startups.

DailySocial mencatat sepanjang tahun 2021 terdapat 3 startup pencatat keuangan seperti Finku yang telah mendapakan pendanaan dari investor. Mereka adalah Sribuu yang memperoleh dana dari BEENEXT dan beberapa angel investor, sementara Moni mendapatkan pendanaan awal dari Co-Founder Bukalapak Achmad Zaky. Sementara PINA, sebelum aplikasinya meluncur, telah mengantongi pendanaan awal dari 1982 Ventures, iSeed Asia, Prasetia Dwidharma, Oberyn Capital, dan sejumlah angel investor.

Pandemi secara khusus telah mempercepat pertumbuhan platform pencatatan keuangan. Kebiasaan belanja secara online dikalangan masyarakat saat pandemi telah mempercepat akselerasi dan adopsi akan transaksi secara nontunai.

Data BI juga mencatatkan kenaikan transaksi digital yang mencapai 201 triliun Rupiah di tahun 2020, naik 38,62% dari 192 triliun Rupiah pada tahun 2019. Tercatat juga dengan penggunaan uang elektronik yang jumlah transaksinya mencapai 24 triliun Rupiah selama bulan Juni 2021, naik 60% dibandingkan periode yang sama di tahun 2020.

Application Information Will Show Up Here