Telkomsel Gelar Program TINC Batch 5, Incar Startup Potensial di Tengah Pandemi

Telkomsel kembali menggelar program corporate inkubator dan akselerator Telkomsel Innovation Center (TINC) Batch 5. Kali ini TINC tidak mengangkat tema khusus dalam membidik startup binaan, melainkan ada sejumlah segmen yang dinilai memiliki kenaikan momentum di tengah pandemi yang masih berlangsung.

Segmen startup tersebut di antaranya IoT, pemelajaran mesin (ML), kecerdasan buatan (AI), teknologi periklanan (ads tech), fintech, logistik dan supply chain, healthtech, dan edutech.

“TINC fokus pada lini vertikal yang bisa difasilitasi oleh aset milik Telkomsel. Pada batch sebelumnya, kebanyakan solusinya untuk telko, tapi makin ke sini kami banyak berinteraksi ada banyak masalah di luar sana yang bisa diselesaikan oleh startup. Jadinya kami perluas cakupannya,” ujar VP Corporate Strategy Telkomsel Andi Kristianto, dalam konferensi pers secara online, kemarin (7/7).

Pendaftaran untuk batch ini sudah dibuka secara resmi sejak 15 Juni 2020. Dibandingkan batch sebelumnya, TINC memperkenalkan tiga manfaat lebih untuk startup binaannya, yakni market access, go to market and sales channels, dan innovation lab (testing lab IoT dan 5G, sandboxing platform, dan development kit).

Dalam pengembangan inovasi, TINC membaginya menjadi dua tahap, yakni inkubasi (prototyping, proof of concept) dan akselerasi (piloting, commercial), dengan pelaksanaan yang berlangsung selama tiga sampai 12 bulan.

Ada dana hibah yang diberikan untuk tahap awal. Andi menjelaskan, besarannya akan tergantung pada proposal yang diajukan startup terpilih. Nantinya dana tersebut akan dipakai untuk pengembangan startup agar lebih matang.

Model pendanaan berikutnya adalah berbentuk investasi. Ketika MVP sudah siap dan butuh akselerasi lebih jauh, startup akan menerima dana investasi yang berupa convertible notes. Nominalnya akan lebih besar dengan tenor yang lebih panjang.

“Kalau startup tumbuh fit dalam jangka panjang dan memberi nilai tambah buat Telkomsel, maka akan diinvestasi. Dari sisi kita akan dibantu untuk leverage network.”

Program Telkomsel lainnya

Sejak pertama kali digelar, TINC merupakan bagian dari salah satu pilar Telkomsel dalam mentransformasi perseroan menjadi perusahaan telkomunikasi digital terdepan, bersama pilar inovasi digital lainnya yaitu The NextDev dan Telkomsel Mitra Inovasi (TMI).

Ketiganya punya kesamaan misi, sama-sama ingin membangun ekosistem bagi para pegiat startup. Akan tetapi, ketiganya punya fokus yang berbeda. Misalnya The NextDev lebih diarahkan pada talent scouting dan social impact, TINC sebagai wadah untuk berakselerasi dan berkomersialisasi bersama Telkomsel, dan TMI fokus pada investasi strategis.

TINC sendiri telah berlangsung sejak 2018. Tiap batch memiliki tema khusus yang diangkat. Secara berurutan, batch pertama mengangkat soal smart city and environment; agritech; industrial IoT. Berikutnya dalam batch 4 dan 5 tidak mengangkat tema, alias Telkomsel terbuka pada semua inovasi tapi dengan catatan ada beberapa sektor yang diincar karena sedang “hot” pada momentum tersebut.

“Mulai batch 4 kita mau beyond IoT karena pada batch 1-3 kita merasa sudah me-represent semua use case utama di industri. Batch 4 ini dimulai awal tahun 2020 dan mulai tahun ini pula kita mau lihat tren apa yang lagi banyak di ekosistem startup di tahap awal maupun level yang sudah siap masuk market,” jelas GM Business Incubation Telkomsel Eko Seno Prianto.

Secara total ada 19 startup binaan yang berhasil masuk sampai proses inkubasi sepanjang TINC dilaksanakan, di dalamnya terdapat dua solusi startup yang dikembangkan dari tim internal Telkomsel, salah satunya adalah Intank (Intelligent Tank Monitoring System).

Nama-nama startup binaan lainnya adalah eFishery, Jala, Mertani, Banopolis, Smash, Habibi Garden, Bantuternak, Neurafarm, TraffoBit, Eltisia, Manpro, Chatbiz.id, Cryptoscope, T-Man, Birru, Calty Farms, Fishgator, dan Mantis ID.

Platform Penjualan Kendaraan Bekas TiinTiin.id Bukukan Pendanaan Awal 36 Miliar Rupiah

TiinTiin.id.id, mulai debut dengan memperkenalkan platform online untuk penjualan mobil dan motor bekas. Mereka menerapkan sistem lelang, memungkinkan para agen yang tergabung di dalamnya untuk menawar kendaraan yang hendak dijual pengguna dengan harga terbaiknya.

Di fase awalnya, mereka baru membukukan pendanaan awal senilai US$2,5 juta atau setara 36 miliar Rupiah. Putaran pertama pendanaan ini dipimpin oleh CEO mereka sendiri Rolf Monteiro, didukung oleh Amand Venturs dan PT Luminary Media Nusantara.

Saat ini model bisnis yang diterapkan TiinTiin.id adalah Consumer to Business (C2B), namun setelah pendanaan ini mereka akan mulai menambah model B2B2C khususnya untuk penjualan sepeda motor. Ditargetkan rencana tersebut akan terealisasi pada Q4 tahun ini.

Mereka cukup optimis dengan pertumbuhan bisnis, karena menurut hasil riset yang disampaikan, pasar penjualan kendaraan bekas di Asia Tenggara akan mencapai US$32 miliar. Untuk itu, TiinTiin.id pun cukup ambisius canangkan misi untuk lakukan ekspansi regional di tahun 2021 mendatang.

TiinTiin.id didirikan oleh Rolf X. Monteiro, seorang pengusaha berkebangsaan Belanda-Indonesia. Sebelumnya ia dikenal sebagai pendiri dan CEO BeliMobilGue, sebuah portal yang tawarkan konsep bisnis serupa. Ia “exit” 26 bulan setelah bisnis berjalan, pasca mayoritas saham diakuisisi grup OLX. Kemarin, BeliMobilGue juga baru umumkan rebranding menjadi OLX Autos sebagai buah dari aksi korporasi tersebut. Selain di TiinTiin.id, ia juga menjabat sebagai CEO SEAuto Group.

Rolf Monteiro
CEO TiinTiin Rolf Monteiro / TiinTiin

Saat ini TiinTiin.id telah memiliki jaringan ritel di kawasan Jabodetabek. Sejak diperkenalkan awal Q2 2020, mereka mengklaim sudah mengumpulkan GMV hingga US$7 juta.

“Covid-19 membuat pembeli mobil baru mempertimbangkan kembali, sementara pasar mobil bekas melonjak. Beberapa kalangan masyarakat memutuskan untuk tidak menggunakan transportasi umum, yang lain mungkin perlu menukar kendaraan mereka. Ini menyebabkan lonjakan penjualan mobil bekas tahun ini. Ini selaras dengan tren di seluruh dunia, penjualan mobil bekas naik 106% di periode Mei hingga April, dan 13,3% tahun-ke-tahun” ujar Monteiro.

Sebelumnya dalam laporan Car Marketplace Survey 2018, tim DSResearch memaparkan hasil survei menarik terkait platform digital untuk pembelian kendaraan. Sebanyak 96,02% responden mengatakan menggunakan platform digital utnuk mencari, membeli, atau menjual mobilnya. Sementara BeliMobilGue (44,24%), CarSome (24,52%), dan Carro (20,71) jadi platform paling populer untuk menjual mobil.

Setelah 4,5 Tahun Akhirnya Telkom Buka Blokir Netflix

Setelah kurang lebih 4,5 tahun diblokir, per hari ini Selasa 7 Juli 2020 layanan video on-demand Netflix akhirnya mulai bisa diakses melalui jaringan milik Telkom Group, yakni Indihome dan Telkomsel. Proses pembukaan blokir masih dilakukan secara bertahap, dari pantauan kami beberapa orang sudah bisa mengakses Netflix sepenuhnya, sebagian masih belum bisa. Yang jelas ini akan menjadi babak baru bagi bisnis Netflix, mengingat konektivitas Telkom adalah yang terluas cakupannya di Indonesia.

Netflix sendiri kendati diblokir oleh Telkom Group berhasil menjadi salah satu layanan VOD berbayar paling populer di Indonesia bersama dengan Viu. Suguhan beragam konten original dan film-film populer yang ada di dalamnya menjadi salah satu kekuatan Netflix.

Secara keseluruhan Netflix mengalami lonjakan pengguna baru di kuartal pertama 2020. Totalnya mereka mendapatkan 15,77 juta pelanggan berbayar baru selama kuartal pertama tahun 2020, lebih dari dua kali lipat angka yang mereka prediksi sebelum pandemi.

“Kami sangat senang karena saat ini Netflix telah dapat diakses melalui jaringan Telkom, artinya sekarang masyarakat Indonesia dapat menikmati tayangan Netflix yang beragam, mulai dari serial TV, dokumenter, serta film lokal, dan internasional berkualitas di semua jaringan. Kami akan terus memberikan layanan terbaik bagi seluruh penggemar hiburan di Indonesia dengan menambahkan lebih banyak film-film Indonesia di Netflix, meningkatkan pengalaman pengguna, serta mengembangkan kerja sama dengan mitra-mitra di Indonesia,” ujar Business Development Manager Netflix Tizar Patria.

Diterangkan pihak Telkom, mereka membuka blokir karena Netflix sudah melakukan sejumlah perubahan pendekatan seperti fitur parental kontrol, berkomitmen untuk mendengar keluhan dan masukan dari regulator dalam waktu 24 jam atau sesuai yang dengan kurun waktu yang ditentukan oleh pemerintah.

Selain itu Netflix juga disebut telah berkomitmen untuk patuh pada “Self Regulatory Code for Subscription Video on Demand Industry in ASEAN” yang mengatur larangan menayangkan konten yang mengandung pornografi anak, terorisme, melanggar Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), dan konten yang mendiskreditkan kelompok masyarakat tertentu.

“Telkom mengapresiasi perubahan pendekatan yang dilakukan Netflix untuk pasar Indonesia dan karenanya memberi kesempatan pada pelanggan Telkom Group untuk dapat mengakses beragam konten hiburan,” ujar VP Corporate Communication Telkom Arif Prabowo seperti dikutip Kompas.

Pembukaan blokir Netflix ini juga berbarengan dengan aturan pemungutan pajak untuk layanan OTT seperti Netflix, Steam, Spotify, dan samacamnya. Setelah beberapa kali diwacanakan, akhirnya pemungutan pajak untuk layanan digital ini diresmikan pada awal 1 Juli 2020.

Namun di tagihan terbaru Netflix beberapa tim kami, belum dikenakan beban pajak, sementara untuk platform Steam sudah mulai mengenakan pajak PPn 10% untuk setiap transaksi. Di sisi lain, penyedia layanan OTT tersebut juga belum memiliki kantor atau entitas lokal (PT) di Indonesia.

Diakui atau tidak inovasi yang dilakukan Netflix telah menginspirasi banyak layanan sejenis hadir di Indonesia. Sekarang muncul banyak sekali nama pemain di sektor VOD yang hadir untuk pasar Indonesia, seperti iflix, Hooq, Viu, Catchplay, Genflix, atau GoPlay. Beberapa nama pada akhirnya harus menyerah karena kehabisan bahkan bakar atau berdarah-darah merebut hati penonton di Indonesia.

Sementara itu, secara konsisten Netflix terus gencar “mendekat” ke pasar Indonesia dengan sejumlah inovasi. Langkah yang diambil antara lain menghadirkan film-film Indonesia ke dalam platform mereka, kerja sama dengan kreator dalam negeri hingga kerja sama dengan pihak-pihak terkait, seperti kerja sama dengan Kemendikbud.

Update: Siaran Pers Direktur Jendral Pajak pada Selasa (7/7/2020) menyebutkan enam perusahaan digital termasuk Netflix akan dikenai PPN sebesar 10% dari harga sebelum pajak mulai 1 Agustus 2020.

Application Information Will Show Up Here

Proyek Konektivitas Facebook di Indonesia

Facebook saat ini tidak hanya menjadi sebuah situs media sosial yang digunakan banyak masyarakat di Indonesia, namun mereka juga mulai mengembangkan berbagai inovasi yang turut dibawa ke pasar tanah air. Salah satu inovasi dan solusi yang dibawa Facebook adalah proyek-proyek konektivitas.

Beberapa proyek di antaranya adalah, bekerja sama dengan Alita untuk membangun 3000 kilometer kabel fiber untuk menghubungkan lebih dari 1000 titik jaringan di Bali, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Pihak Facebook juga mengklaim bahwa investasi kabel fiber terbesar Facebook di Asia untuk saat ini.

Ketika pembangunannya rampung, diharapkan bisa menyediakan akses internet cepat ke lebih dari 10 juta pengguna. Alita akan berperan untuk memiliki, membangun, memelihara, dan mengoperasikan jaringan dan menyediakan kapasitas grosir untuk MNO dan ISP. Sejak diumumkan pada awal tahun fase awal pembangunan sebesar 1100 kilometer telah dilaksanakan di Bali, Pasuruan, Manado, dan Solo.

“Walaupun Indonesia telah membuat peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir untuk menciptakan koneksi internet yang inklusif, masih banyak penduduk Indonesia yang belum terjangkau internet. Kami ingin menyediakan akses internet yang cepat kepada masyarakat luas, dan karean itu Facebook Connectivity bekerja dengan beberapa mitra di Indonesia untuk mengembangkan teknologi-teknologi baru, model bisnis, dan kemitran yang memberikan suara bagi masyarakat, memperkuat komunitas, dan menciptakan peluang-peluang ekonomi yang baru,” jelas Kepala Konektivitas dan Kebijakan Akses untuk APAC Facebook Tom Varghese.

Selain proyek fiber optik, Facebook juga memiliki kemitran untuk Wi-Fi Express. Yang pertama dengan D-Net sejak tahun 2016, sejauh ini sudah menyediakan 170 titik akses di sekitar Gunung Bromo, Jawa Timur menggunakan Platform Wifi Express. Yang kedua dengan Bali Tower sejak awal tahun 2020. Menyediakan Platform Wi-fi Express  untuk mendukung hotspot Wi-Fi yang tersedia di lebih dari 100 bangunan komersial.

Facebook juga memiliki Terragraph. Sebuah teknologi yang diklaim bisa meningkatkan kualitas akses untuk kabel serat optik maupun Wi-Fi untuk kota-kota padat penduduk. Teknologi ini menggunakan pita 60GHz yang tidak berlisensi di sejumlah negara di dunia.

Proyek konektivitas Indonesia

Di Indonesia sendiri upaya untuk memperluas akses konektivitas dan peningkatan kualitas layanan sudah direncanakan melalui proyek Palapa Ring. Sebuah proyek infrastruktur telekomunikasi untuk pembangunan serat optik sepanjang 36 ribu kilometer melintasi wilayah-wilayah Indonesia, terbagi menjadi 7 lingkar kecil untuk wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi, dan Maluku dan satu backhaul untuk menghubungkan semuanya. Pembangunannya pun sudah selesai.

Yang paling baru, beberapa perusahaan telekomunikasi sedang menguji coba layanan 5G mereka. Dengan demikian, dalam 10 tahun terakhir kecepatan akses internet di Indonesia mengalami perluasan dan perbaikan kualitas yang cukup signifikan.

Payfazz Umumkan Pendanaan Seri B Senilai 767 Miliar Rupiah

Payfazz hari ini (06/7) mengumumkan perolehan pendanaan seri B senilai US$53 juta atau setara 767,7 miliar Rupiah. Putaran investasi ini dipimpin oleh B Capital Group dan Insignia Ventures, didukung beberapa investor terdahulunya Tiger Global Management, Y Combinator, ACE & Company, dan Quiet Capita; serta turut terlibat juga BRI Ventures sebagai investor baru.

Pendanaan ini akan memperkuat misi perusahaan untuk memperluas jangkauan pasarnya di seluruh wilayah Asia Tenggara. Seperti diketahui, dengan berbagai layanannya Payfazz mencoba meningkatkan akses finansial secara digital di daerah rural.

Di Indonesia sendiri, layanan mereka banyak diaplikasikan di warung-warung tradisional, memungkinkan pedagang mengakomodasi beragam jenis layanan finansial, seperti pembelian pulsa, pembayaran tagihan listrik, peminjaman uang, hingga penarikan dana tunai.

Co-Founder & CEO Payfazz Hendra Kwik dalam sambutannya mengatakan, “Kami melihat bahwa aplikasi fintech berbasis ponsel pintar akan merevolusi industri jasa keuangan di Asia Tenggara. Kami ingin ikut serta dalam revolusi dengan memudahkan akses pembayaran tagihan, transfer uang, pinjaman, pembukaan rekening tabungan, dan investasi melalui ponsel pintar, sehingga dapat mempercepat inklusi keuangan di Asia Tenggara.”

Sebelumnya dalam wawancara DailySocial dengan Payfazz awal tahun lalu, Hendra sudah mengatakan mengenai penggalangan dana ini. Ekspansi regional memang menjadi agenda utamanya di waktu mendatang. Dia meyakini bahwa jalur Payfazz sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat pedesaan terhadap produk keuangan.

“Ada beberapa negara di ASEAN yang bisa direplikasi [dengan pembelajaran dari Indonesia]. Mungkin masuk ke satu atau dua negara dulu, tapi belum tahu apakah tahun ini karena masih dipelajari yang mana yang paling strategis.”

Selain itu, mereka juga mengagendakan untuk perkuat tim R&D, untuk memungkinkan solusi yang dihadirkan selalu relevan dengan kebutuhan pangsa pasar.

Sempat lakukan efisiensi bisnis

Jajaran tim Payfazz / Payfazz
Jajaran tim Payfazz / Payfazz

Pandemi Covid-19 turut memberikan dampak bagi Payfazz, karena ekonomi mikro di daerah-daerah juga tersendat akibat pembatasan sosial dan sebagainya. Belum lama ini, melalui keterangan resminya perusahaan menyampaikan telah melakukan efisiensi bisnis dengan mengalokasikan dana dan sumber daya pada unit bisnis yang dianggap menjanjikan, yakni small business, financial services, dan digital banking.

Keputusan tersebut berimplikasi pada pengurangan 10% tenaga kerja. Hendra menyebut perusahaan mengambil keputusan untuk penataan dan pemfokusan ulang sehingga perlu adanya pengurangan tenaga kerja profesional agar perusahaan tetap menjadi bisnis yang berkelanjutan. Sebelumnya, jumlah tenaga kerja di Payfazz mencapai 600 orang.

Dalam perjalanannya, Payfazz melakukan berbagai ekspansi bisnis sehingga membentuk grup usaha bernama Fazz Financial. Di bawahnya ada POST, Sellfazz POS, Fazzcard, Billfazz, dan Canfazz. Seluruh produk tersebut menyasar beragam segmen konsumen.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Sociolla Kantongi Pendanaan Baru Senilai 841 Miliar Rupiah

Social Bella, pemilik brand dari layanan e-commerce kecantikan Sociolla, mengumumkan pendanaan senilai US$58 juta (lebih dari 841 miliar Rupiah) dari investor global, termasuk tiga investor sebelumnya, yakni Temasek, Pavilion Capital, dan Jungle Ventures. Investasi ini didapatkan di tengah turbulensi dalam lingkungan bisnis secara keseluruhan karena pandemi Covid-19.

Disebutkan, pendanaan akan digunakan untuk meningkatkan infrastruktur teknologi. Dukungan investor selaras dengan target perusahaan untuk membawa posisinya dalam membuka potensi pertumbuhan dengan model bisnis yang berkelanjutan dan ekosistem yang komprehensif.

Sebelumnya, ketiga investor ini berpartisipasi dalam putaran Seri D pada September 2019 sebesar $40 juta. Dalam putaran itu diikuti pula oleh EV Growth.

Co-Founder dan Presiden Social Bella Christopher Madiam mengatakan, pandemi menjadi tantangan tersendiri bagi keseluruhan bisnis secara global. Namun dia mengklaim, pihaknya mampu beradaptasi dengan cepat untuk melayani kebutuhan konsumen.

Terlihat dari peningkatan organic traffic secara signifikan pada platform selama periode karantina dan mencatat rekor ukuran keranjang belanja tertinggi secara online. Kendati, klaim tersebut tidak disertai angka oleh Christopher.

“Kami bangga bahwa baik investor yang ada maupun yang baru melihat potensi luar biasa dari ekosistem kami dan sangat mendukung rencana bisnis kami,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (6/7).

Managing Partner Jungle Ventures David Gowdey menambahkan, investasinya di Social Bella merupakan tonggak penting bagi kiprah perusahaan di Indonesia. Social Bella merupakan perusahaan kecantikan yang menyajikan ekosistem holistik yang belum pernah ada sebelumnya.

“Investasi tambahan ini akan memperkuat kemitraan kami dengan Social Bella dan memungkinkan Jungle Ventures untuk memperluas kerja sama secara regional,” ujar Gowdey.

Lilla by Sociolla

Co-Founder dan CEO Social Bella John Rasyid menerangkan, dengan dukungan yang kuat dari aspek teknologi dalam rutinitas sehari-hari, perusahaan ingin memberikan pengalaman berbelanja lebih baik untuk konsumennya.

“Baru-baru ini kami meluncurkan lini bisnis baru, Lilla by Sociolla yang dikhususkan untuk ibu-ibu mencari kurasi produk terbaik bagi anak-anak dan diri mereka sendiri. Kami melihat ada peningkatan kebutuhan akan produk berkualitas pada segmen konsumen ini dan kami berusaha memberikan yang terbaik,” kata dia.

Selain Lilla, Social Bella terus memperluas layanannya sejak pertama kali dirilis pada 2015. Pertama, adalah SOCO, platform online ulasan konsumen untuk produk kecantikan dan perawatan diri. Kedua, Beauty Journal, yakni media online kecantikan dan gaya hidup dengan layanan pemasaran O2O dari hulu ke hilir.

Ketiga, Sociolla, situs e-commerce kecantikan yang kini memiliki enam toko offline dengan konsep omnichannel. Terakhir, Brand Development, unit bisnis yang menawarkan layanan distributor end-to-end untuk merek kecantikan dan perawatan diri untuk produsen internasional terkemuka.

Diyakini seluruh unit bisnis ini dapat menjangkau sekitar 30 juta pengguna pada tahun ini.

Application Information Will Show Up Here

Gojek Rencanakan Penggunaan Merek Tunggal, GoViet dan GET akan Berganti Nama

Gojek segera melakukan penyeragaman merek mereka untuk unit bisnisnya di luar negeri, yakni GoViet di Vietnam dan GET di Thailand. Nantinya semua akan bernama “Gojek” dan menggunakan aplikasi tunggal. Kabar ini pertama kali disampaikan Nikkei Asian Review didasarkan pada pernyataan Andrew Lee selaku Head of International Gojek.

Namun hingga tulisan ini terbit, di Google Playstore aplikasi GoViet dan GET masih bisa ditemui.

Tujuannya jelas, untuk memperkuat branding dan penetrasi Gojek di tengah persaingan ketatnya dengan Grab di pasar regional. Dalam keterangannya Andrew menyampaikan, keputusan ini sudah digodok beberapa bulan dan diambil demi memudahkan perusahaan untuk bisa meningkatkan skala bisnis secara lebih efisien.

Sebenarnya penggunaan merek dan aplikasi tunggal sudah mulai diaplikasikan Gojek sejak ekspansinya ke Singapura sejak akhir 2018 lalu, dilanjutkan penjajakan bisnisnya di pasar Malaysia yang juga gunakan merek yang sama.

Peluncuran GoViet dan GET dilakukan sejak pertengahan tahun 2018. Kala itu Founder & CEO Gojek Nadiem Makarim mengatakan, unsur lokal sangat penting untuk memajukan bisnis di negara baru. Untuk itu ia mempercayakan betul penetrasi bisnis pada tim lokal, termasuk akhirnya menyepakati untuk menggunakan nama yang dinilai lebih mudah di terima dengan masyarakat setempat.

Namun sayangnya strategi tersebut justru membuat interoperabilitas aplikasi kurang baik. Pengguna di luar negeri harus mengunduh aplikasi berbeda. Dan kini perusahaan sedang mengupayakan pembenahan tersebut dan segera menyatukan aplikasi.

Perkembangan layanan Gojek di luar negeri pun senada dengan yang ada di Indonesia. Beberapa waktu lalu kepada DailySocial juru bicara Gojek menyampaikan, di Thailand saat ini layanan GET Pay mulai diaplikasikan untuk mendukung bisnis transportasi, pesan makanan, dan pengiriman; makin agresif dengan adanya pandemi, yang membuat masyarakat harus meminimalkan kontak langsung saat transaksi.

Application Information Will Show Up Here

Platform Analitik Lokal Sonar Platform Diakuisisi Dataxet

Perusahaan intelijen data asal Singapura, Dataxet, telah resmi mengakuisisi Sonar Platform, perusahaan lokal yang fokus kembangkan produk analisis pasar online. Tidak disebutkan nilai akuisisi yang disepakati; diinfokan para investor Sonar termasuk MDI Ventures, Gunung Sewu, dan beberapa angel investoor sepenuhnya “exit”.

Disampaikan tujuan utama investasi ini untuk memperluas pangsa pasar Dataxet di kawasan Asia. Produk-produk unik yang dimiliki Sonar juga dinilai dapat memperkuat solusi yang ditawarkan perusahaan. Selanjutnya, Founder & CEO Sonar Platform Amien Krisna akan menjadi bagian dari dewan eksekutif Dataxet.

Seperti diketahui, Sonar Platform melalui dua produk utamanya Sonar Analytics dan Sonar Influence mencoba mengakomodasi kebutuhan perusahaan untuk analisis pasar, media sosial, riset kompetisi, sentimen merek, hingga analisis lokapasar. Beberapa klien mereka termasuk Microsoft, Grab, Huawei, dan beberapa perusahaan lainnya.

“Akuisisi strategis terhadap Sonar Platform menandai kemajuan Dataxet dalam membangun jaringan intelijen data terintegrasi di Asia setelah peluncuran Truescope Singapore,” sambut Co-Founder & CEO Dataxet David Liu. Sebelumnya Dataxet menyepakati joint venture dengan Truscope untuk mendirikan unit bisnis baru di Singapura.

Selain Sonar, Dataxet juga telah menyepakati akuisisi perusahaan analitik media asal Malaysia bernama News and Ads Monitoring (NAMA).

Sonar Platform telah didirikan sejak tahun 2015, mereka mendapatkan pendanaan awal di tahun 2016 dari investor yang disebutkan di atas setelah bergabung di program Indigo milik Telkom. Sejak saat itu perusahaan cukup ambisius melakukan pengembangan produk dan ekspansi layanan. Sejak tahun 2017 mereka juga gencarkan ekspansi ke beberapa negara di Asia Pasifik, termasuk Filipina, Singapura, Malaysia, dan Australia.

Kala itu Krisna menjelaskan, “Bagian yang paling menarik dari Sonar adalah kemampuannya untuk menjelaskan apa yang sedang hangat atau viral dalam sebuah industri. Para pemasar bisa memanfaatkan informasi ini untuk menggapai perhatian pasar yang lebih luas dalam dunia digital.”

Bagi MDI Ventures, akuisisi ini menjadi exit yang ke-8. Menurut data Startup Report 2019, tahun lalu mereka telah berhasil melakukan 5 exit melalui 3 akuisisi dan 2 IPO dari portofolionya. Aksi korporasi Sonar juga sekaligus menambah daftar akuisisi startup Indonesia, tercatat dari awal tahun 2020 ada setidaknya 5 proses akuisisi yang diketahui publik.

Perusahaan Diakuisisi Oleh
Anterin MNC Group
Carvaganza OTO.com
Alamat.com Wahyoo
Moka Gojek
Lamudi Indonesia EMPG

Seputar Pemanfaatan Teknologi pada Layanan Kesehatan Gigi

Selama masa pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19, layanan kesehatan berbasis online merupakan salah satu dari sejumlah layanan yang banyak diburu masyarakat di Indonesia. Layanan ini dinilai dapat membantu mengurangi penyebaran Covid-19 tanpa perlu bertatap muka.

Sebetulnya, sebelum penyebaran wabah Covid-19, startup di bidang kesehatan berbasis teknologi (healthtech) memang digadang bakal bersinar pada tahun ini.  Healthtech memampukan setiap stakeholder di dalamnya untuk menyediakan layanan kesehatan lebih mudah, cepat, dan terjangkau bagi pasien.

Pemanfaatan teknologi di bidang ini dianggap sangat dinantikan oleh banyak pihak, terutama bagi pasar yang memiliki keterbatasan akses pada layanan kesehatan.

Bicara healthtech, Chief Marketing Officer Rata Deviana Maria berbagi informasi menarik seputar pemanfaatan Artificial Technology (AI) pada jenis layanan ini. Simak selengkapnya pada sesi #SelasaStartup kali ini.

Pemanfaatan AI untuk decision-making

Rata merupakan contoh startup di bidang kesehatan yang memanfaatkan teknologi untuk menyediakan solusi permasalahan estetika gigi. Startup ini memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI) untuk menciptakan sebuah solusi terprediksi bagi pasiennya.

Pada kasus ini, AI dapat dimanfaatkan untuk mengolah dental record dan memperoleh sebuah hasil dari photo scan gigi pasien tentang bagaimana perawatan pasien selanjutnya.

“Teknologi yang kami gunakan bisa menghasilkan sebuah prediksi, misalnya berapa lama gigi pasien bisa rata kembali. Kami kan juga punya video pergerakan gigi pasien. Nah, teknologi ini dapat memudahkan dokter dan pasien untuk mengambil keputusan,” papar Deviana.

AI bantu untuk memilah kasus

Deviana mengakui bahwa implementasi AI di Indonesia belum secanggih di Tiongkok yang sudah diterapkan ke berbagai use case. Pada kesehatan gigi, pemanfaatan AI di Tiongkok sudah bisa digunakan untuk menghasilkan bentuk gigi yang sesuai dengan wajah pasien.

Bagi Deviana, adopsi AI di Indonesia memang masih sangat mendasar. Tak hanya menghasilkan prediksi, AI dinilai sangat membantu para dokter untuk memilah kasus.

Pada contoh berikut, AI dapat memudahkan dokter untuk menentukan apakah kasus pasien terkait dapat ditangani atau tidak. Pada kasus perataan gigi, AI dapat membantu untuk melihat bagaimana prosesnya untuk mencapai bentuk ideal.

“Misalnya, dokter ingin ingin menggerakkan gigi ke posisi ideal. AI akan mengolah data dan menghasilkan output apakah bisa atau tidak. Teknologi AI kan terus belajar dan semua hasilnya pasti memiliki batasan. Sebagai dokter, kami harus mencari cara lain,” tuturnya.

Peluang bisnis healthtech 

Secara umum, Deviana menilai bahwa layanan healthtech di Indonesia saat ini kebanyakan diisi oleh kesehatan umum (general health) yang sangat kuat pada layanan konsultasi online dan pemesanan obat. Misalnya, Halodoc dan Alodokter. Belum banyak yang mengarah yang pada layanan estetika gigi.

Menurutnya, selama lima tahun terakhir melakukan R&D, masyarakat Indonesia belum melek terhadap kesehatan gigi. Terlebih, selama ini masyarakat lebih banyak menggunakan perawatan saat sakit (sick care), bukan perawatan untuk menghindari penyakit (healthcare).

Maka itu, layanan ini dinilai dapat mendorong masyarakat untuk aware terhadap kesehatan karena lebih accessible berkat dukungan teknologi. “Apalagi pada situasi pandemi saat ini. Orang menjadi lebih sadar terhadap kesehatan. Health is something to invest on,” ungkapnya.

Peluang kolaborasi dengan pelaku healthtech lain

Sama halnya dengan startup lain, kolaborasi antar-pelaku bisnis healthtech juga sangat memungkinkan. Terutama bagi startup yang memiliki layanan niche, seperti Rata. Kolaborasi ini dapat saling mengisi dan memperkuat ekosistem layanan.

Layanan kesehatan umum dan pemesanan obat yang didominasi oleh Halodoc dan Alodokter memungkinkan terjadinya kolaborasi dengan layanan estetika gigi maupun wajah.

“Sejak awal introduce ke investor, kami memang tidak memosisikan diri sebagai penyedia layanan health care, tetapi direct-to-customer product untuk lifestyle and beauty. Dengan tren layanan gaya hidup dan kecantikan, tentu peluangnya juga semakin besar,” ujar Deviana.

Amar Bank Perkenalkan Aplikasi Pengatur Keuangan Pribadi “Senyumku”

Amar Bank memperkenalkan aplikasi pengatur keuangan pribadi Senyumku. Aplikasi ini memanfaatkan solusi cloud milik Google yang baru diluncurkan pekan lalu.

Senyumku didesain untuk memberikan pengalaman menabung yang mudah dan aman, dengan memberikan informasi yang dipersonalisasi sehingga bertindak sebagai pengingat atau penasihat keuangan pribadi bagi setiap nasabah.

“[..] Yang membedakan Senyumku dengan bank digital lainnya adalah dukungan AI yang menggunakan kecerdasan dalam pengelolaan informasi sehingga dapat mendorong nasabah untuk meningkatkan tabungannya,” ucap Presiden Direktur Amar Bank Vishal Tulsian dalam keterangan resmi, Rabu (1/7).

Sebagai aplikasi manajemen finansial, aplikasi ini memiliki fitur mencatat dan mengelola informasi keuangan nasabah, dalam bentuk uang tunai, uang elektronik, maupun saldo dalam rekening bank. Nasabah dapat memasukkan informasi pemasukan dan pengeluaran secara manual, lengkap dengan informasi keterangan kategori dan transaksi.

Fitur pendukung lainnya yang akan ditambahkan di antaranya budgeting, pinjaman cepat, rekening online, tagihan otomatis, dan skor kredit untuk mendapatkan pinjaman.

“Senyumku akan hadir dalam versi lengkap dengan kecanggihan teknologi AI yang lebih mumpuni untuk meningkatkan fitur penasihat keuangan, serta memungkinkan nasabah untuk dapat mengakses seluruh kegiatan transaksi perbankan.”

Saat ini Senyumku hadir dalam versi Lite dan sudah bisa diunduh di Google Play. Untuk menjadi nasabah Senyumku, cukup mendaftarkan diri dengan memasukkan nama, alamat email, dan nomor handphone.

Sejauh ini, Senyumku baru bisa digunakan untuk manajemen keuangan pribadi mencatat pemasukan dan pengeluaran dari berbagai source of fund dan investasi deposito. Untuk menambahkan akun bank lain dan e-wallet, sifatnya sebagai informasi dalam manajemen keuangan pribadi. Bukan dalam artian terintegrasi langsung dengan institusinya.

Aplikasi pengelola keuangan lainnya yang dirilis bank dan cukup sukses di Indonesia adalah Jenius. Saat ini Jenius sudah banyak pengembangan fitur sejak diluncurkan pertama kali di 2016. Fitur teranyarnya adalah Moneytory untuk bantu nasabah mengelola cash flow dan tercatat secara otomatis dari kartu debit utama.

Memanfaatkan Google Cloud

Terkait cloud, Tulsian menjelaskan Google Cloud menawarkan solusi yang mendukung infrastruktur IT perseroan sebagai bank digital. Sejak peluncuran regional Google Cloud di Jakarta, perseroan telah menggunakan teknologinya untuk berbagai penggunaan bisnis, seperti peluncuran produk dan fitur, arsitektur Big Data, AI dan Analytics, dan lainnya.

Kolaborasi perseroan dengan Google Cloud didukung oleh FIS Cloud dan Infofabrica yang memungkinkan perseroan memanfaatkan data analytics dan machine learning untuk memberikan pengalaman nasabah yang sudah dipersonalisasi lebih cepat.

Perseroan memanfaatkan solusi Google Cloud, mulai dari solusi cluster Kubernetes dengan Google Kubernetes Engine (GKE) yang memungkinkan perseroan mengelola dan meningkatkan skala layanan lebih mudah dan efektif dari segi biaya. Berikutnya, Google Data Analytics dan AI yang menjadi kunci untuk memberikan pengalaman nasabah yang lebih baik.

Application Information Will Show Up Here