Tokopedia Gaet Laku6 Buat Fitur Tukar Tambah Ponsel Secara Online

Tokopedia baru-baru ini merilis fitur Tukar Tambah, hasil kerja sama strategis dengan situs jual beli ponsel bekas Laku6. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk tukar tambah handphone lewat aplikasi tanpa harus datang ke gerai offline.

Perilisan fitur ini dirumorkan membuat Tokopedia mengucurkan sejumlah dana investasi untuk Laku6. Namun pihak Tokopedia enggan mengonfirmasi rumor tersebut.

“Kami tidak berkomentar atas rumor pasar,” kata VP of Corporate Communications Tokopedia Nuraini Razak kepada DailySocial.

Sebelumnya, pihak Tokopedia juga menolak terkait rumor investasi untuk marketplace produk pernikahan Bridestory.

Fitur Tukar Tambah

Tukar Tambah sementara ini baru bisa dijangkau oleh pengguna Tokopedia yang berada di Jabodetabek saja dan khusus tersedia untuk pengguna Android. Pengguna cukup mencari jenis handphone baru yang diinginkan dari toko-toko yang mengikuti program Tukar Tambah. Toko-toko tersebut di antaranya Official Store Erafone, Samsung, Asus, dan Telesindo Shop.

Lalu, pilih tombol Tukar Tambah untuk menjalankan sistem pengecekan software dan hardware terhadap handphone pengguna. Pengecekan ini mulai dari layar sentuh, tombol volume, accelerometer, IMEI, Wifi, tampak depan dan belakang.

Setelah itu, Tokopedia akan memberikan harga terhadap handphone pengguna. Jika setuju, cukup menyelesaikan transaksi yang terdiri atas harga handphone lama dikurangi harga handphone baru, ditambah biaya pengiriman dan asuransi.

Kemudian, pilih jadwal penjemputan handphone yang mau ditukarkan, dan pemberian handphone baru sesuai dengan jadwal pengguna dengan kurir. Apabila pengguna ingin menukar secara offline, telah tersedia di outlet Erafone Kota Kosablanka dan Erafone Mall Ambassador. Hanya saja, seluruh penjualan harus tetap dilakukan secara online.

Ada biaya tambahan yang dibebankan pengguna apabila transaksi dibatalkan. Misalnya karena kondisi atau IMEI tidak sesuai dengan yang diberikan ke Tokopedia, atau pembeli tidak ada di tempat dan waktu yang sudah ditentukan dan disepakati oleh kurir.

Application Information Will Show Up Here

Dicoding Pertajam Fitur Job Marketplace, Bantu Perusahaan Temukan Lulusan Terbaik

Dicoding, startup edukasi dan komunitas pemrograman, mempertajam fitur job marketplace yang baru dirilis pada tahun ini agar semakin memberikan dampak positif demi mengurangi ketimpangan antara kebutuhan industri dengan talenta berkualitas.

Co-Founder dan CEO Dicoding Narenda Wicaksono menjelaskan, situs job marketplace ini dibutuhkan oleh tiap perusahaan yang ingin mencari talenta IT. Menurut hasil riset yang ia kutip, dari seluruh lulusan IT di Indonesia, hanya 7% di antaranya yang bekerja di perusahaan IT yang diinginkan.

Ditambah lagi, mengacu pada survei internal yang dibuat Dicoding bulan lalu untuk 150 ribu developer IT di 460 kabupaten/kota di seluruh Indonesia, hanya 56% SDM IT yang sukses mendapatkan karier sebagai IT developer atau engineer di perusahaan.

Sedangkan 44% sisanya masih bekerja lepas. Salah satu penyebabnya karena tertinggalnya kemampuan yang dimiliki lulusan IT dan belum sesuai dengan kebutuhan industri terkini.

Survei menyebutkan, meski mayoritas responden merupakan lulusan IT, tapi dua dari tiga orang merasa bahwa mereka baru “mulai belajar” pemrograman dasar seperti Android, Java, dan Web saat mengikuti kelas online Dicoding Academy.

Bahkan, satu dari tiga orang merasa bahwa materi yang diberikan oleh Kelas Pemula di Dicoding setara dengan materi yang diterima saat mereka kuliah.

“Ini jadi fakta yang miris. Untuk itu kita harus do something untuk memberi semangat dengan memberikan kesempatan belajar untuk semua orang. Makanya kami buat program beasiswa mulai bulan ini,” terangnya, Rabu (15/5).

Situs job marketplace ini disebutkan hanya untuk pelajar Dicoding Academy yang telah lulus menyelesaikan seluruh tugasnya dan aktif dalam komunitas Dicoding. Namun, setiap orang dari latar belakang manapun memiliki kesempatan yang sama untuk bersaing mendapatkan pekerjaan di bidang IT sesuai spesialisasinya.

Narendra menyebutkan beberapa perusahaan yang sudah memanfaatkan Dicoding Jobs di antaranya BNI, Biznet, Telkom, dan Gojek.

“Kami ingin pastikan talenta yang bisa pakai situs ini hanya mereka yang sudah lulus. Banyak sekali dari mereka yang sudah keburu di-hire perusahaan meski belum lulus. Ini menunjukkan demand yang begitu tinggi terhadap talenta khusus di bidang IT apalagi yang bisa coding.”

Buat program beasiswa

Sejalan dengan upaya tersebut, Dicoding terus berusaha menjaring lebih banyak talenta baru untuk tertarik mendalami ilmu pemrograman dengan kelas edukasi yang telah disiapkan. Perusahaan kini giat menggelar program beasiswa, juga gaet mitra korporasi agar semakin banyak menelurkan talenta berbakat.

“Target kita adalah relevan dengan kebutuhan industri, bagaimana bisa cetak talenta terbaik agar bisa di-hire oleh perusahaan terbaik, talenta pun bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik,”

Sepanjang tahun ini Dicoding bekerja sama dengan berbagai institusi pemerintah seperti Bekraf dan Kemkominfo, juga level swasta seperti perusahaan telekomunikasi untuk program beasiswa yang diadakan oleh masing-masing institusi. Harapan akhirnya adalah ketimpangan antara kebutuhan dan permintaan di bidang IT semakin menipis.

Hingga Mei 2019, Dicoding telah memiliki 150 ribu anggota yang berhasil membuat 820 startup. Startup ini maksudnya produk, bisa berupa aplikasi sebagai ketentuan kelulusan. Secara total ada 5.500 aplikasi yang telah dihasilkan oleh seluruh startup tersebut. Bila ditotal, seluruh aplikasi ini telah diunduh sampai 225 juta kali.

Adapun kelas yang ditawarkan terdiri dari 19 kelas berbeda dengan ragam jenjang dari pemula hingga mahir, meliputi Membuat Aplikasi Android, Membuat Game, Membangun PWA, Cloud, Flutter, Kotlin for Android, Blockchain, Java, Web, Chatbot, Cognitive, serta Manajemen Source Code.

Seluruh kelas ini ada yang bisa diakses secara gratis namun ada juga yang harus berbayar sampai Rp2,2 juta.

Secara perusahaan, Dicoding melakukan monetisasi secara B2B lewat bekerja sama dengan berbagai korporasi dan B2C lewat penjualan kelas edukasi Dicoding Academy kepada end user. Narenda menyebut perusahaan masih menggunakan dana dari kantong sendiri untuk operasionalnya dan belum terbuka untuk pendanaan dari pihak eksternal.

Beroperasi di Indonesia, Sigfox Tawarkan Layanan IoT dengan Konsumsi Listrik Rendah

Sigfox Indonesia resmi memulai operasinya di Indonesia untuk mempersiapkan infrastruktur jaringan sekaligus memulai pengembangan solusi IoT (internet of things) dengan menggandeng beberapa pemain lokal dan universitas. Solusi IoT yang ditawarkan akan membawa konsep konsumsi listrik dan bandwith yang rendah.

Sejauh ini penggunaan IoT dimulai melalui operator seluler baik untuk lampu lalu lintas, pelacakan logistik, kamera video dan mobil pintar, hingga pengelolaan listrik dan manajemen armada. Semua masih dilakukan melalui platform seluler.

Dengan belum meratanya jangkauan jaringan dan sumber listrik, diperlukan sebuah sistem IoT yang menjawab permasalahan tersebut.

Sigfox mencoba menjawab hal tersebut dengan konsep low powered IoT atau IoT dengan konsumsi daya yang rendah. Selain listrik, konsep yang ditawarkan juga diklaim tidak membutuhkan bandwith yang besar. Konsep yang ini diharapkan bisa melengkapi sistem yang sudah ada.

“Umumnya permasalahan penerapan IoT di Indonesia terkait empat hal, standarisasi, interoabilitas, jangkauan terbatas dan struktur biaya yang tidak scalable. Sigfox sebagai operator jaringan IoT independen terbesar di dunia melihat kendala-kendala tersebut dapat dimitigasi dengan penerapan IoT yang disesuaikan dengan kebutuhan di sini,” terang CEO Sigfox Indonesia Irfan Setiaputra.

Sigfox Indonesia akan menjadi bagian dari jaringan Sigfox Global yang sejauh ini sudah beroperasi di 60 negara. Nantinya pelanggan yang membutuhkan solusi yang bersifat roaming dapat dipenuhi oleh seluruh jaringan IoT Global Sigfox.

Secara bisnis Sigfox akan mulai memberikan layanan bagi pelanggan global yang beroperasi di Indonesia dan membawa solusi yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan di Indonesia. Selain itu, sebagai bentuk kontribusi terhadap ekosistem IoT di Indonesia, Sigfox juga akan bekerja sama dengan mahasiswa dan pusat penelitian dan bekerja sama dengan industri untuk memproduksi alat dan sensor IoT.

“Sigfox melihat potensi besar bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia. Lagi pulai Indonesia digadang-gadang menjadi salah satu dari 5 ekonomi terbesar di dunia dalam jangka waktu 15 tahun ke depan. Untuk itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia serta kalangan IT harus bisa melihat potensi ke depan dan mengkapitalisasi competitive advantage ini. Sigfox tidak hanya memberikan layanan kontektivitas bagi industri di Indonesia, namun juga berkomitmen untuk memberikan panggung bagi pelaku creative economy di Indonesia seperti pengembang perangkat keras dan lunak untuk mencapai sukses di dunia internasional,” terang Country Director Sigfox Ali Fahmi.

Grab Perluas Pengembangan Startup Binaan dengan Program Akselerator UI Works

Beberapa waktu lalu Grab melalui Grab Ventures Velocity (GVV) baru membuka program tahapan keduanya yang fokus pada inovasi dan penyelesaian masalah di bidang agrikultur dan pemberdayaan usaha mikro.

Kali ini, GVV melebarkan program pengembangan startup binaannya ke komunitas akademik. Grab resmi berkolaborasi dengan Universitas Indonesia (UI) sebagai mitra strategis Grab untuk program akselerator “UI Works”.

Program ini diperuntukkan bagi sivitas akademika UI serta anak muda di luar kampus UI. Kriteria yang dicari adalah startup berstatus tahap awal (early stage), khususnya di bidang teknologi, medis, dan sosial. Selain itu, startup wajib memiliki prototype atau versi beta pada produknya.

Ditemui di acara peluncurannya, Presiden Grab Indonesia, Ridzki Kramadibrata mengatakan pengembangan teknologi tidak harus menjadi yang terdepan, tetapi mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Program ini menyasar akademisi dengan tujuan untuk mempersiapkan para talenta terbaik dan ke depannya mereka mampu menciptakan inovasi dan produk yang sesuai dengan kebutuhan industri.

“Sayang sekali kalau mereka bikin startup atau solusi canggih tapi tidak sesuai dengan masalah yang ada di lapangan dan industri. Nanti malah [startup-nya] bakal underfunded,” tutur Ridzki di acara yang digelar di Perpustakaan Pusat UI., Depok.

Sementara Rektor UI Muhammad Anis mengakui bahwa perguruan tinggi menjadi tempat lahirya banyak startup dan inovator. Maka itu, ia menilai perlunya permutakhiran kurikulum agar ekosistem dapat adaptif dengan perkembangan teknologi.

“Kolaborasi ini menjadi salah satu langkah persiapan penting menuju era teknologi Industri 4.0. Kami gencar mendukung para mahasiswa untuk menciptakan startup sehingga setelah lulus dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri,” tambahnya.

Lebih lanjut, program UI Works ini terbagi dalam tiga tahapan antara lain (1) Pra-Akselerator, (2) Akselerator, dan (3) Demo Day. Grab turut menggaet Code Margonda sebagai mitra penyelenggara program ini.

Program “jemput bola”

Executive Director Grab Indonesia Ongki Kurniawan yang turut hadir di acara ini, menambahkan bahwa kolaborasi dengan perguruan tinggi ini sebetulnya merupakan refleksi dari pengalaman program pendahulunya, yakni GVV angkatan pertama.

Menurutnya, saat program tersebut dibuka, ada banyak sekali peserta yang tidak memenuhi kriteria. Berkaca dari pengalaman tersebut, perusahaan berinisiasi untuk “jemput bola” dengan ke anak-anak muda.

“Jadi setelah mereka selesai dengan program UI Works, mereka bisa lebih siap [untuk mengembangkan produk],” ucap Ongki.

Rangkaian program UI Works berlangsung selama dua bulan. Setelah program ini usai, para mahasiswa dapat tetap terhubung Grab dengan bekerja off site/remote tanpa meninggalkan bangku kuliah selama enam bulan.

Menurut Ridzki, pihaknya juga tengah mempertimbangkan agar para mahasiswa yang melaksanakan program off site selama enam bulan bisa mendapatan kredit yang dikonversi ke Satuan Kredit Semester (SKS).

Application Information Will Show Up Here

Akulaku Segera Miliki 20% Saham Bank Yudha Bhakti

Startup fintech lending Akulaku bakal menguasai 20,11% saham Bank Yudha Bhakti (BBYB) secara bertahap. Perusahaan baru saja meningkatkan porsi sahamnya menjadi 13,06% dari sebelumnya 8,95%.

Dikutip dari Bisnis.com, Corporate Secretary Bank Yudha Bhakti Andriyana Muchyana menjelaskan, Akulaku masuk melalui pembelian saham PT Gozco Capital yang semula menguasai 41,04% saham Bank Yudha Bhakti.

“Ada perjanjian yang dibeli melalui secondary market dan melalui rights issue,” terangnya.

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Gozco Capital melepas 320,43 juta saham dengan harga Rp338 per lembar di 30 April 2019. Setelah aksi korporasi, kepemilikan saham Gozco Capital di Bank Yudha Bhakti menjadi 28,24%.

Selanjutnya, Akulaku akan terus meningkatkan kepemilikan sahamnya dengan menjadi pembeli siaga untuk Penawaran Umum Terbatas II (PUT II) yang segera digelar perseroan pada akhir bulan ini.

Perseroan menerbitkan saham baru sebanyak 499,6 juta dengan harga Rp100 per lembar. Total nilai yang diperoleh perseroan dari aksi ini adalah Rp168,86 miliar. Akulaku akan menyerap seluruh saham baru ini, sehingga nantinya kepemilikan saham menjadi 20,11%. Pemegang saham lain yang tidak mengambil jatah sesuai HMETD akan terdilusi 8,11%.

Per 30 April 2019, struktur kepemilikan saham di Bank terdiri dari Gozco Capital (28,24%), Asabri (21,91%), Asuransi Jiwa Adisarana Wanartha (5,45%), selebihnya dimiliki publik dengan kepemilikan kurang dari 5% sebanyak 31,34%.

Akulaku sendiri sejak awal berkomitmen untuk menambah modal inti bank hingga Rp500 miliar pada tahun ini, secara bertahap lewat sejumlah aksi rights issue yang digelar Bank Yudha Bhakti.

Setelah PUT II kelar, dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) perseroan akan meminta izin untuk menerbitkan saham baru melalui PUT III. Kemungkinan besar, Akulaku akan masuk kembali sebagai pembeli siaga demi merealisasikan ambisinya tersebut.

Sejalan dengan penambahan modal segar ini, perseroan optimis dapat naik kelas menjadi bank BUKU II dengan modal inti Rp1 triliun hingga Rp5 triliun. Dari publikasi perseroan di Maret 2019, perseroan memiliki modal inti Rp502,91 miliar.

Akulaku menurut Startup Report 2018 memiliki valuasi lebih dari $500 juta (lebih dari 7 triliun Rupiah) setelah kabar pendanaan Seri D dari Alibaba awal tahun ini. Akulaku sendiri baru saja meluncurkan produk peer-to-peer lending terafiliasi dengan nama Asetku.

Application Information Will Show Up Here

Fitur Transfer Faspay SendMe Jadi Salah Satu Inovasi Tahun Ini

Tahun lalu Faspay mengalami perjalanan yang cukup penting bagi bisnis dan operasinya secara keseluruhan. Selain menjadi payment gateway yang pertama mendapatkan lisensi resmi dari Bank Indonesia, mereka juga mendapatkan pertumbuhan empat kali lipat dari tahun sebelumnya. Di tahun 2019 ini mereka mencoba terus menggenjot pertumbuhan dengan sejumlah inovasi baru dan kemitraan strategis.

Salah satu inovasi yang sudah dilakukan adalah dengan menghadirkan layanan baru transfer dana Faspay SendMe. Layanan ini telah mengantongi izin resmi dari Bank Indonesia dengan nomer sertifikat 20/237/DKSP/84 yang dikeluarkan pada akhir 2018 silam.

Menurut keterangan pihak Faspay, layanan tersebut dihadirkan karena melihat kebutuhan pelaku usaha untuk mengirimkan dana ke banyak rekening dalam waktu yang bersamaan yang dapat digunakan untuk disbursement, refund, pay to supplier dan payroll karyawan.

Selain itu, di awal tahun ini, Faspay juga menjalin kerja sama dengan Ovo dan Akulaku. Keduanya akan hadir sebagai sebagai kanal pembayaran terbaru untuk lebih memudahkan masyarakat dalam bertransaksi, salah satunya dengan pilihan pembayaran menggunakan mekanisme cicilan melalui Akulaku.

Faspay berharap bahwa Ovo dan Akulaku akan menjadi pilihan kanal pembayaran baru yang dapat mendukung percepatan inklusi keuangan di Indonesia. Dengan lebih dari 1500 mitra yang bergabung Faspay telah memproses dua juta transaksi setiap tahunnya untuk 100 bank di Indonesia.

“Beberapa prestasi dan inovasi yang Faspay lahirkan di awal tahun 2019 ini tentunya menjadi sebuah bentuk komitmen dari Faspay untuk memberikan layanan terbaik bagi semua pelaku usaha (merchants). Kami merasa senang dan bangga bakan penghargaan yang diberikan oleh Frost & Sullivan namun kami juga semakin terpacu untuk terus memberikan layanan yang handal dan up-to-date. Kami berharap inovasi-inovasi yang kami hadirkan akan mendukung pertumbuhan inklusi keuangan di Indonesia yang ditargetkan untuk mencapai angka 75% di akhir tahun 2019 ini,” terang CEO Faspay Eddy Tju.

Setelah Jepang dan Thailand, JavaMifi Persiapkan Ekspansi Ke Vietnam

JavaMifi, startup penyedia jasa sewa modem wifi, segera berekspansi ke Vietnam dalam waktu dekat setelah resmi beroperasi di Jepang dan Thailand pada kuartal pertama tahun ini. Ambisi besar perusahaan dari strategi ini adalah memperkuat posisinya di Asia sebagai brand lokal.

“Selain Vietnam, kami ada beberapa sasaran [negara] tapi fokus kita di Asia, benua lain belum ada. Tapi kita akan ke Vietnam dalam waktu dekat,” ujar Founder JavaMifi Andintya Maris, kemarin (16/5).

Ekspansi ini bakal dilakukan bersama mitra lokal setempat, sama seperti strategi sebelumnya. Menurut Andintya, dengan kemitraan ini akan memudahkan turis di negara tersebut yang ingin melancong ke Indonesia dengan memanfaatkan jaringan data dari JavaMifi.

“Sehingga device dari kita, dan operasionalnya dari kita sendiri. Kami menyediakan beberapa ribu device di Thailand.”

Sayangnya Andintya enggan menyebut target ekspansi yang akan dibidik perusahaan serta alokasi dana yang disiapkan untuk merealisasikannya. Dia hanya berharap seluruh ekspansi ini diharapkan dapat mendongkrak bisnis perusahaan secara keseluruhan.

Digambarkan pertumbuhan bisnis di 2018 dibandingkan tahun sebelumnya mencapai 800%. Adapun untuk pertumbuhan pengguna mencapai 40%.

Jaringan modem JavaMifi ini sendiri telah mencakup 160 negara. Perusahaan bekerja sama dengan berbagai operator lokal untuk menjamin kestabilan jaringan data. Diklaim JavaMifi memiliki lebih dari satu juta pelanggan aktif sejak berdiri pada 2015.

Selain ekpansi, berbagai inisiatif perusahaan bakal dilakukan baik dari pengembangan produk dan kegiatan pemasaran. Dari sisi produk, meski tidak bisa didetailkan, JavaMifi bakal mengumumkan kemitraan dengan operator lokal untuk bantu komunikasi saat ke luar negeri.

“Payung JavaMifi adalah cross border connectivity, sehingga pengembangan produk kita tidak akan jauh dari itu. Ada beberapa produk dengan operator telekomunikasi untuk bantu komunikasi antar negara yang bakal diluncurkan tahun ini.”

Dari sisi pemasaran, JavaMifi mengumumkan kemitraan dengan KrisFlyer, keanggotaan premium frequent flyer dari Singapore Airlines. Inisiatif terbaru ini diperuntukkan buat anggota KrisFlyer memperoleh kesempatan menukarkan miles mereka dengan modem JavaMifi saat sampai di destinasi tujuan mereka.

Serasi Autoraya Luncurkan Tiga Aplikasi Digital di Sektor Otomotif

PT Serasi Autoraya (SERA), anak perusahaan Astra Group, mengumumkan tiga aplikasi digital mereka, yakni mobil88 e-store, TRAC To Go, dan IBIN Live Auction. Ketiganya diluncurkan untuk memudahkan transaksi jual beli, sewa, dan lelang kendaraan bagi para penggunanya.

Ketiga aplikasi ini merupakan wujud digitalisasi bisnis yang dijalankan Sera selama ini. Aplikasi pertama yang mereka perkenalkan adalah mobile88 e-store. Aplikasi ini memungkinkan pelanggan untuk melakukan pembelian mobil secara langsung tanpa harus datang langsung ke showroom.

Melalui aplikasi, pengguna dapat langsung memesan kendaraan dan layanan test drive hingga transaksi pembelian dengan beragam pilihan pembayaran. Beberapa fitur lainnya antara lain fitur kalkulator kelayakan kredit untuk menghitung simulasi kredit dan mengetahui kelayakan pengajuan kredit, fitur branding, mobil, dan lainnya.

Tahun ini SERA memasang target 10.000 pengguna untuk masing-masing aplikasi.

mobile88 e-store merupakan bentuk digitalitasasi retailer mobil bekas mobil88. Semua stok kendaraan yang dijual di web dan aplikasi merupakan kendaraan milik mobil88 sehingga memastikan kualitas mobil yang dijual. Hal ini sedikit berbeda dengan konsep Seva.id, layanan Astra Digital, yang mengusung konsep marketplace.

Aplikasi selanjutnya yang diperkenalkan SERA Group adalah TRAC To Go sebagai aplikasi penyewaan mobil, bus, dan airport transfer. Pelanggan dapat memesan hingga 12 jam sebelum waktu penjemputan. Aplikasi ini juga mirip dengan Movic.id, aplikasi besutan Astra Digital, sama-sama penawarkan solusi peminjaman kendaraan. Bedanya Movic mengusung konsep marketplace, sedangkan untuk layanan TRAC To Go seluruh aset kendaraan atau pengemudi merupakan milik TRAC.

Aplikasi ketiga yang diluncurkan adalah IBID Live Auction. Aplikasi ini merupakan inovasi dan pembaruan sistem dan metode lelang di IBID yang memungkinkan pengguna untuk mengikuti lelang secara online dengan frekuensi lelang lebih dari 50 kali per bulan dengan jaringan lelang di lebih dari 30 kota. Fitur yang ditawarkan antara lain fitur pembelian Nomor Peserta Lelang, notifikasi langsung, penelusuran proses transaksi, perbandingan mobil, dan juga melihat tampilan foto 360 untuk interior mobil.

“Inovasi yang dilakukan oleh SERA Group adalah bentuk respons kami pada tren konsumen yang sekarang lebih mengutamakan akses informasi dan transaksi secara online menggunakan smartphone. Kami ingin memberikan pengalaman terbaik bagi pelanggan lewat fitur-fitur terbaru yang memudahkan mereka kapanpun dan di manapun mereka berada,” terang Presiden Direktur SERA Firman Yosafat Siregar.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Empat Startup Fintech Lending Terima Izin Usaha dari OJK

Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) mengumumkan empat anggotanya, yakni Investree, Amartha, Dompet Kilat, dan Kimo telah mengantongi izin usaha dari OJK sebagai perusahaan fintech lending. Bila ditotal, ditambah Danamas, baru ada lima startup sudah berizin dari total 113 anggota AFPI yang sudah berstatus terdaftar.

“Kami mengapresiasi kepada empat anggota kami yang berhasil memperoleh izin OJK setelah melalui serangkaian proses panjang demi memastikan industri fintech lending dibangun dengan infrastruktur yang kuat,” terang Kepala Bidang Kelembagaan dan Humas AFPI Tumbur Pardede, Kamis (16/5).

Dia melanjutkan, keempat startup ini mencerminkan semua bisnis model yang diterapkan oleh fintech lending. Investree bergerak di sektor produktif UKM dan supply chain, Amartha fokus untuk pembiayaan mikro usaha perempuan. Dompet Kilat menyasar sektor konsumtif dengan layanan pinjaman kilat, dan Kimo bergerak pembiayaan untuk penjual pulsa.

Untuk mempercepat anggota AFPI lainnya memperoleh izin usaha, asosiasi akan membuat working group khusus mengenai perizinan. Jadi setiap startup yang sudah berizin didorong untuk berbagi catatan apa saja yang harus dipenuhi anggota, sesuai dengan segmen usahanya masing-masing.

Dengan demikian, mereka akan semakin cepat memenuhi ketentuan dari OJK, citra positif industri pun lambat laun akan semakin positif di mata masyarakat.

Co-Founder dan CEO Investree Adrian A Gunadi menerangkan, perusahaan butuh waktu dua tahun untuk memenuhi ketentuan dari OJK, sama seperti Amartha. Dalam prosesnya, ada serangkaian ketentuan baik dari tata kelola dan manajemen risiko yang harus betul-betul dijaga perusahaan.

Di antaranya adalah memenuhi ISO 27001, aturan ini belum tentu diberlakukan buat startup berbasis teknologi lainnya. Lisensi ini tidak sederhana dan mencakup banyak hal yang harus dipatuhi perusahaan, apalagi buat startup yang bergerak di jasa keuangan, misalnya tentang kerahasiaan data pengguna.

Kemudian, dari sisi integrasi sistem harus menyesuaikan dengan apa yang OJK minta, perangkat untuk monitor agar sejalan dengan APU PPT (anti pencucian uang) harus sempurna, auditor pun harus masuk ke dalam daftar rekanan OJK saat audit.

“Apapun [ketentuan] yang harus integrasi ke sistem itu harus didahulukan dan harus memenuhi aturan OJK. Bahkan ada beberapa rencana pengembangan produk harus di-hold demi OJK,” terangnya.

Dari sisi perusahaan, pasca memperoleh izin usaha tentunya menambah kepercayaan diri untuk lebih gencar melakukan kemitraan dari berbagai kalangan baik dari pemerintah maupun swasta. Pasalnya, banyak perusahaan dari industri keuangan yang butuh mitra dengan status izin resmi dari regulator demi meyakini para konsumennya.

“Buat kami apa yang sudah direncanakan tahun ini tetap akan dijalankan. Mulai melebarkan sayap lebih agresif dengan cari mitra baru akan dilakukan pada tahun depan karena kami sudah percaya diri lewat izin resmi,” tambah Founder dan CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra.

Secara industri, fintech lending per April telah menyalurkan pinjaman sekitar Rp33 triliun. Dirinci lebih dalam, Amartha diklaim telah menyalurkan lebih dari Rp1 triliun untuk 230 ribu pengusaha dengan tingkat keberhasilan bayar (TKB) 98,26%.

Sementara, Dompet Kilat menyalurkan lebih dari Rp10 miliar pinjaman untuk 20 ribu konsumen aktif, TKB-nya 97%. Investree menyalurkan lebih dari Rp2 triliun untuk 4 ribu peminjam. Terdapat 66 ribu pemberi pinjaman dengan TKB 90,99%.

Terakhir, Kimo telah menyalurkan pinjaman Rp1 triliun sejak berdiri di 2016 dan memiliki 10 ribu mitra penjual pulsa.

TKB adalah kewajiban dari OJK untuk seluruh entitas p2p lending yang terdaftar untuk menampilkan tingkat keberhasilan pengembalian pada hari ke-90 di situsnya. Maksudnya untuk meningkatkan transparansi sekaligus membantu calon pemberi pinjaman untuk mengetahui risiko penempatan dananya.

Survei APJII: Pengguna Internet di Indonesia Capai 171,17 Juta Sepanjang 2018

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) merilis survei penetrasi dan perilaku pengguna internet tahun 2018. Disebutkan jumlah pengguna internet mencapai 171,17 juta jiwa sepanjang tahun lalu.

Angka ini naik 10,12% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 143,26 juta jiwa. Dibandingkan dengan jumlah penduduk versi BPS sebesar 264,16 juta jiwa maka bisa dikatakan sudah ada 64,8% penduduk Indonesia sudah mengakses internet.

“Kalau dibandingkan dengan data BPS, penduduk Indonesia itu ada 264,14 juta jiwa, berarti [dari situ] pengguna internet kita sekitar 171 juta,” terang Sekjen APJII Henri Kasyfi Soemartono, kemarin (15/5).

Menurutnya, pertumbuhan ini tidak terlepas dari masifnya pembangunan infrastruktur telekomunikasi yang dilakukan 540 anggota APJII. Anggota ini datang dari berbagai pemain ISP di semua wilayah, baik dari skala nasional maupun lokal.

Lebih dalam dipaparkan, kontribusi pengguna per wilayah masih didominasi dari Jawa 55%. Lalu disusul Sumatera 21%, Sulawesi-Maluku-Papua 10%, Kalimantan 9%, dan Bali-Nusa Tenggara 5%.

Menariknya, kali ini APJII membagi kontribusi pengguna per provinsi dari sebelumnya per pulau. Hal tersebut dimaksudkan untuk melihat seberapa dalam penetrasi internet di tiap provinsi. Malahan, Henri menyebutkan rencananya tahun depan APJII ingin lihat penetrasi per kabupaten.

Kontribusi ini dilihat dari jumlah pengguna. Namun bila melihat dari penetrasi, berbicara tentang jumlah pengguna dibandingkan populasi di area tersebut.

“Survei berikutnya, pada tahun depan kami ingin per kabupaten. Agar bisa audiensi ke tiap gubernur sehingga mereka ada potret di wilayah mereka seperti apa dan langkah yang harus dilakukan berikutnya.”

Survei menyebutkan untuk Jawa, Jawa Barat menjadi provinsi dengan kontribusi pengguna internet tertinggi dengan 16,6%. Yogyakarta menjadi yang terendah 1,5%. Bila melihat secara penetrasi, sumbangsih dari Jakarta jadi tertinggi dengan persentase 80,4%. Jawa Barat jadi yang terendah 58,3%.

Untuk Sumatera, kontribusi tertinggi dipegang oleh Sumatera Utara 6,3%, Jambi menjadi terkecil 0,6%. Dari penetrasinya, Bengkulu terbesar 85% dan Lampung terendah 39,5%. Sementara untuk Kalimantan, kontribusi dari Kalimantan Barat mendominasi dengan persentase 2,1%. Kalimantan Barat mendominasi 80% untuk penetrasinya.

Kontribusi dari Sulawesi Selatan jadi tertinggi dengan persentase 3,7% untuk Sulawesi-Maluku-Papua. Penetrasi tertinggi datang dari Sulawesi Tenggara dengan 80%. Adapun untuk penetrasi di Bali-Nusa Tenggara tertinggi datang dari NTB dengan 68,2%.

Berbicara soal umur pengguna internet, APJII mencatat penetrasi tertinggi datang dari umur 15-19 tahun sebesar 91%. Disusul kelompok usia 20-24 tahun (88,5%) dan 25-29 tahun (82,7%). Penetrasi terendah datang dari kelompok 65 tahun ke atas sebesar 8,5%.

Lalu, melihat dari penetrasi berdasarkan pekerjaan, kelompok yang datang dari wirausaha besar menempati posisi tertinggi (100%), guru (100%), dan pedagang online (100%). Penetrasi terendah ditempati oleh petani lahan sendiri (33,5%), buruh tani (25,7%), dan petani penggarap (20,3%).

Profil perilaku pengguna internet 2018

APJII mengungkap pengguna paling banyak terhubung setiap harinya dengan internet lewat smartphone (93,9%). Merek smartphone yang paling banyak dipakai adalah Samsung (37,7%), Oppo (18%), dan Xiaomi (17,7%).

Pengguna menyebutkan rata-rata waktu yang dibutuhkan dalam sehari untuk menggunakan internet dikuasai oleh mereka yang menjawab sekitar 3-4 jam sehari (14,1%). Mereka menggunakan internet untuk komunikasi lewat pesan, sosial media, dan menari informasi terkait pekerjaan. Ketiganya menempati posisi 24,7%.

Dari segi konten bersifat hiburan, yang paling banyak diakses oleh pengguna adalah menonton video 45,3%, bermain game 17,1%, dan mendengarkan musik 13,3%. Sementara yang bersifat komersial untuk membeli barang secara online, tertinggi pengguna menjawab tidak pernah berkunjung (53,4%).

Sedangkan mereka yang pernah, mayoritas menjawab Shopee (11,2%), Bukapalak (8,4%), Lazada (6,7%), Tokopedia (4,3%), dan Traveloka (2,3%). Pengguna membeli sandang (14,6%), buku (4%), aksesoris (3%), tas (2,9%), dan barang elektronik 3%).

“Ini artinya ada potensi yang besar untuk pemain e-commerce bahwa masih ada banyak pengguna internet yang belum pernah memanfaatkannya untuk belanja online.”

Pengguna yang menjawab tidak pernah berbelanja online menyebutkan alasannya karena lebih suka beli langsung karena langsung dapat (18,8%), belum bisa gunakan aplikasi (12,2%), khawatir barang tidak sampai (9,5%), dan rumit karena harus transfer (9%).

Survei yang dilakukan APJII ini, menggunakan 5.900 sampel dengan margin of error 1,28%. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dibantu kuesioner. Teknik sampling yang digunakan adalah probability sampling multistage random sampling.

Survei dilakukan mulai 9 Maret 2018-14 April 2019. APJII menjelaskan, data sampel yang diwawancarai merupakan pengguna yang sudah menggunakan internet lebih dari 4 bulan sebelum dilakukan pendataan di lapangan. APJII bekerja sama dengan lembaga riset Polling Indonesia untuk survei ini.