Platform B2B FMCG Berada dalam Fase Transisi Menuju Ekosistem Digital Terintegrasi

Transformasi digital telah membawa perubahan besar di industri B2B FMCG. Dalam studi yang dilakukan CELIOS bersama GudangAda, disebutkan sebanyak 60% UMKM di Indonesia sudah merasakan manfaat dari penerapan digitalisasi pada bisnisnya, seperti mempermudah mencari pemasok dan menjangkau pelanggan.

Melalui laporan bertajuk “Studi B2B FMCG Marketplace Indonesia Outlook 2023,” sekaligus mengonfirmasi bahwa ekosistem B2B FMCG telah berkembang semakin lengkap, selaras dengan kesiapan mengadopsi pendekatan digital oleh para pelaku UMKM yang semakin baik. Mulai dari meningkatnya permintaan layanan POS, pembiayaan, serta pertumbuhan UMKM di kalangan menengah, mendemonstrasikan besarnya potensi B2B FMCG Indonesia.

“Sebagai penyedia layanan distribusi produk mulai dari produsen, ke penjual, hingga end user, platform digital B2B akan menjadi tren yang menyebar di berbagai industri tak terkecuali FMCG,” tulis studi tersebut.

Studi ini diharapkan dapat menjadi acuan pelaku bisnis rantai pasok di Indonesia dalam mengkaji lanskap bisnis B2B, serta mengatur strategi bisnis terbaik untuk menghadapi tantangan ekonomi dari sudut pandang inovasi digital di industri B2B FMCG.

Sumber: GudangAda dan CELIOS

Sebagai catatan, B2B FMCG merupakan model bisnis baru dalam pengembangan bisnis B2B. Berbeda dengan B2B marketplace pada umumnya, B2B FMCG ini lebih spesifik aktivitas penjualan yang dilakukan oleh satu bisnis atau perusahaan-perusahaan lainnya khusus untuk produk-produk FMCG. Pemainnya tidak hanya GudangAda, tapi juga ada Mitra Bukalapak, Mitra Tokopedia, GoToko, dan Warung Pintar.

Profil pengguna dari B2B marketplace ini mayoritas berada di usia 25-35 tahun (41%). Sekitar setengah pemilik warung telah menjalankan bisnisnya selama lebih dari tiga tahun. Karena populasinya yang besar, Pulau Jawa tetap menjadi lokasi utama sebagian besar warung. Jakarta dan kota satelitnya menyumbang sebesar 26% dari total pemilik warung.

Mayoritas pemilik warung (38%) mengalokasikan Rp1 juta per minggu untuk restock barang. Lalu, sebanyak 27% menghabiskan Rp1 juta-Rp2 juta, dan 12% menghabiskan Rp2 juta-Rp3 juta.

Temuan studi

Sumber: GudangAda dan CELIOS
  1. Riset menemukan tantangan terbesar UMKM dalam mengembangkan usaha pasca-pandemi, yakni kompetisi dengan toko modern (36%), konsumen gagal bayar utang (31%), dan lokasi usaha yang tidak menguntungkan (27%). Hal ini berkolerasi dengan temuan lain, terdapat peningkatan kebutuhan solusi digital sederhana untuk kecepatan dan efisiensi biaya, fleksibilitas pembayaran, dan jangkauan pasar lebih luas.
  2. Peluang eskalasi volume B2C FMCG di Indonesia pada 2023 dinilai masih besar seiring dengan potensi bisnis UMKM Indonesia, pertumbuhan pengguna internet, serta dukungan pemerintah dalam meningkatkan inklusi keuangan masyarakat. CELIOS memprediksi potensi pertumbuhan transaksi bisnis B2B akan tumbuh 25% pada tahun ini.
  3. Hasil riset menunjukkan platform B2B digital sebagai sebagai penyedia saluran distribusi dari produsen, penjual hingga ke end-user akan menjadi tren yang menyebar di berbagai industri, tak terkecuali FMCG.
  4. Di tahun ini, riset memperlihatkan berbagai tantangan perkembangan industri B2B dari segi rendahnya literasi keuangan, kesenjangan akses digital, dan pembiayaan bagi UMKM harus diwaspadai oleh para pemain B2B FMCG di Indonesia.
  5. Terdapat prinsip-prinsip panduan (Strategi 4P) di dalam riset yang ditujukan bagi para pemain B2B FMCG untuk membangun ekosistem B2B yang berkelanjutan, di antaranya: pembuatan aplikasi integrasi secara menyeluruh; penguatan saluran distribusi; penjualan terfokus pada penjual strategis di area tertentu; dan penjagaan rasio biaya untuk stabilitas harga pasar.
Sumber: GudangAda dan CELIOS

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menyampaikan, untuk menghasilkan analisis yang lebih mendalam studi ini dibuat menggunakan metode studi literatur dengan berbagai sumber, baik primer maupun sekunder dan studi terdahulu yang relevan. Hasilnya ditemukan, bahwa saat ini pasar B2B marketplace di Indonesia berada di masa transisi dari fase 2 (customer process portal) menuju fase 3 (multi-channel infrastructure).

“Fase transformasi B2B di Indonesia saat ini berada pada transisi Fase 2 menuju ke Fase 3 di mana perusahaan penyedia layanan B2B mulai melakukan pengembangan layanan tambahan yang dibutuhkan oleh pelaku UMKM dalam ekosistem digital yang terintegrasi,” kata Bhima.

Dia melanjutkan, “Kehadiran platform B2B digital seperti GudangAda dapat berperan aktif dalam mengakselerasi transisi tersebut melalui ragam layanan bisnis digital yang terintegrasi kepada segenap pemain di industri B2B, mulai dari prinsipal hingga pelaku bisnis level UMKM seperti pemilik toko dan warung.”

Sumber: GudangAda dan CELIOS

Prediksi tren di 2023

  1. Kebutuhan sistem one-stop solution untuk mempercepat proses validasi data secara realtime sehingga prinsipal dapat mengikuti perkembangan pasar secara lebih cepat.
  2. Pendekatan multi saluran (omnichannel) sebagai salah satu upaya industri B2B FMCG dapat bertumbuh lebih pesat.
  3. Tuntutan keamanan data pribadi seiring meningkatnya jumlah para pelaku usaha yang menggunakan platform digital B2B.
  4. Permintaan one-stop financing dengan tenor yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan UKM

SVP Marketing & Corporate Affairs GudangAda Yuanita Agata menuturkan, pada tahun ini GudangAda akan memfokuskan pada aspek strategis untuk mencapai posisi terbaik dalam mengarungi persaingan bisnis. Caranya dengan membangun jalur distribusi yang lebih efisien guna dukung perkembangan bisnis principal dan strategic sellers di area strategis, mengutamakan sustainability dengan menciptakan level margin yang sehat antara principal dan mitra bisnis.

“Lalu, fokus pada strategic buyer dan seller dengan meningkatkan literasi digital mitra dalam memaksimalkan fitur layanan di dalam aplikasi GudangAda serta menyediakan akses kredit produktif yang aman bagi mitra bisnis UMKM”, tutup Yuanita.

Momentum Works: GrabFood Pimpin Pasar “Food Delivery” di Asia Tenggara 3 Tahun Berturut-Turut

GrabFood, platform food delivery milik Grab, disebutkan memimpin pasar pesan-antar makanan di Asia Tenggara selama tiga tahun berturut-turut sejak 2020 hingga 2022, menurut laporan Momentum Works bertajuk “Food delivery platforms ind Southeast Asia (SEA) Jan 2023”.

“Dari pemain regional utama, Grab adalah satu-satunya yang mempertahankan pertumbuhan GMV berturut-turut untuk yang terakhir tiga tahun. Grab juga memiliki posisi kas bersih terbaik dibandingkan dengan rekan-rekannya untuk mempertahankan investasi,” tulis laporan tersebut.

“Pasca lonjakan investasi makanan pada 2021, Shopee telah diskalakan kembali untuk fokus membuat bisnis intinya e-commerce menguntungkan. Sedangkan, Gojek sudah stagnan selama tiga tahun, cerminan dari dinamika dan persaingan di pasar Indonesia,” sambungnya.

Diestimasi GMV dari GrabFood sebesar $8.8 miliar dari total GMV se-Asia Tenggara sebesar $16,3 miliar. Kemudian, disusul DeliveryHero ($3,1 miliar), GoFood ($2 miliar), dan ShopeeFood ($0,9 miliar). Sedangkan, untuk pangsa pasar GrabFood di Indonesia saja sebesar 49%. Kemudian disusul GoFood (44%) dan ShopeeFood (7%).

Sumber: Momentum Works

Adapun GMV di Indonesia mencapai $4,5 miliar, masih menempati posisi tertinggi setelah Thailand ($3,6 miliar) dan Singapura ($2.5 miliar). “Grab telah mengambil kepemimpinan pangsa pasar di Malaysia dan Vietnam dari Foodpanda dan ShopeeFood, dan sekarang GMV-nya menyumbang 54% dari total di kawasan.”

Dalam laporan dipaparkan bahwa pada 2022, semua platform pesan-antar makanan mengalami hambatan yang kuat dalam menciptakan pertumbuhan. Ini ada kaitannya dengan permintaan pasar modal untuk profitabilitas, mengingat sebagian besar pemain telah menjadi perusahaan terbuka, dan kembalinya mobilitas masyarakat selepas pandemi.

Akibatnya, secara GMV untuk year-on-year tercatat hanya tumbuh 5% mencapai $16,3 miliar. Pertumbuhan didorong oleh pasar Filipina, Malaysia, dan Vietnam yang secara ukuran relatif lebih kecil, sedangkan pasar yang lebih besar – Indonesia, Thailand dan Singapura – mencatatkan penurunan karena berbagai faktor yang signifikan dan bervariasi.

Misalnya, pembukaan kembali di Singapura telah mengubah permintaan layanan makanan menjadi offline, sementara di Thailand penarikan subsidi pemerintah setelah Oktober serta banjir pada paruh kedua tahun tersebut memainkan peran yang signifikan.

Sumber: Momentum Works

“Pertumbuhan pengiriman makanan menjadi normal ke tingkat pra-pandemi setelah dua tahun mengalami pertumbuhan yang signifikan. Pembukaan kembali pasca-covid (kembalinya makan di luar rumah, pengurangan subsidi untuk ongkos pengiriman), dan lanjutan dari rasionalisasi pasar, mengakibatkan pertumbuhan rendah.”

Tren makro pesan-antar makanan

Laporan ini juga menyoroti tantangan berikutnya di industri pesan-antar makanan berdasarkan tren makro, yakni fragmentasi digitalisasi F&B (serta upaya platform untuk mengontrol POS), dan perluasan platform ke pengiriman makanan secara keseluruhan. Upaya tersebut dimaksudkan karena platform ingin lebih memanfaatkan penawaran dan meningkatkan permintaan layanan makanan.

Bagi merchant kuliner, pandemi percepatan adopsi tidak hanya dalam hal pengiriman, tetapi juga solusi yang berfokus pada rantai ekosistemnya. Namun, terjadi digitalisasi yang terfragmentasi dan data, yang pada akhirnya membuat merchant frustrasi.

Oleh karenanya, sangat umum untuk melihat outlet F&B menggunakan terpisah sistem untuk Point-of-Sale (POS), menu pemesanan, pembayaran, shift/tenaga kerja manajemen, CRM / loyalitas, pemasaran, persediaan manajemen, dan interfacing platform pengiriman.

“Pertanyaannya adalah – apakah kita akan melihat konsolidasi lanskap POS di Asia Tenggara, seperti apa Meituan lakukan di Cina? Platform pengiriman makanan terkemuka Grab, Foodpanda, dan LINEMAN Wongnai adalah sudah bergerak ke arah ini, oleh mengakuisisi/bermitra dengan restoran perusahaan teknologi.”

Selanjutnya, Momentum Works juga melihat penajaman strategi platform yang lebih strategis untuk mencapai profitabilitas lebih cepat, termasuk penskalaan kembali, penutupan cloud kitchen, perluasan pendapatan (solusi iklan, berlangganan), serta optimalisasi biaya berkelanjutan (pengurangan insentif, peningkatan efisiensi operasional dan fokus pembayaran).

“Kami mengulangi argumen dalam laporan Food Delivery Platforms in Southeast Asia sebelumnya di Asia Tenggara: bahwa profitabilitas dapat dicapai dengan volume, kepadatan dan efisiensi operasional. Sebagian besar platform utama terdaftar secara publik sekarang, selain dari metrik operasi saat ini yang diperhatikan investor dengan cermat, Kepemimpinan, Orang, Organisasi, dan Produk merupakan faktor penting untuk kesuksesan (atau kegagalan),” tutup laporan.

Qoala Umumkan Tambahan Pendanaan Seri B 113 Miliar Rupiah [UPDATED]

*28/3/2023: Kami memperbarui informasi nominal pendanaan sesuai dengan rilis yang diterbitkan oleh Qoala

Startup insurtech Qoala mengumumkan telah menyelesaikan tambahan pendanaan seri B  sebesar $7,5 juta (lebih dari 112 miliar Rupiah). Investor baru dalam putaran ini adalah Responsability dan AppWorks. Sejumlah investor terdahulu juga turut berpartisipasi, di antaranya Eurazeo dan Indogen.

Bila ditotal dengan pendanaan Seri B di Mei 2022 kemarin sebesar $65 juta, maka total perolehan Qoala untuk putaran ini sebesar $72,4 juta (lebih dari 1,09 triliun Rupiah). Putaran ini diikuti oleh investor terdahulu Qoala, seperti Flourish Ventures, KB Investment, MDI Ventures, SeedPlus, dan Sequoia Capital India. Beberapa investor baru juga ikut bergabung, di antaranya BRI Ventures, Daiwa PI Partners, Indogen Capital, Mandiri Capital Indonesia, dan Salt Ventures.

“Sama seperti Series B kemarin, kami ingin gunakan dana untuk mendukung pengembangan teknologi sehingga pelayanan asuransi menjadi lebih baik,” ucap Co-founder & Deputy CEO Qoala Tommy Martin kepada DailySocial.id, Rabu (18/1).

Pencapaian Qoala

Startup yang dirintis pada 2018 ini memosisikan diri sebagai platform insurtech untuk ritel. Qoala menawarkan dua produk, yakni Qoala Plus (keagenan) dan Qoala for Enterprise (B2B dan B2B2C).

Qoala meyakini dapat memecahkan masalah utama bagi pemasar asuransi dan konsumen melalui kecepatan penerbitan polis, penetapan harga instan, dan komisi instan kepada para tenaga pemasar asuransi. Inovasi ini juga dinilai dapat memungkinkan Qoala mengakuisisi konsumen dengan biaya lebih rendah dan mencapai unit ekonomi yang unggul.

Kemudahan ini membantu tenaga pemasar, atau yang disebut Mitra Qoala Plus, memperoleh penghasilan tak terbatas dan instan dengan kebebasan waktu. Variasi produk asuransi milik Qoala Plus yang sesuai kebutuhan dan gaya hidup masyarakat saat ini, seperti asuransi jiwa, kesehatan, asset berharga seperti mobil dan properti, serta asuransi gaya hidup seperti travel dan lainnya; secara otomatis memberikan kesempatan bagi para tenaga pemasar untuk mendapatkan penghasilan lebih.

Dalam paparan perusahaan baru-baru ini, Qoala Plus diklaim berhasil mencatatkan pertumbuhan lebih dari 10 kali lipat sejak awal berdiri di 2019. Selama satu tahun terakhir, Qoala Plus telah menjaring lebih dari 60,000 tenaga pemasar dengan lebih dari 20 kota operasional di seluruh Indonesia dan berencana membuka lebih banyak di masa depan.

Qoala Plus menawarkan 34 jenis produk asuransi yang berbeda sesuai keperluan masyarakat dan terhitung telah membantu sebanyak 115.000 proses klaim polis. Mitra perusahaan asuransi yang telah dirangkul, mulai dari Zurich Insurance, Great Eastern Life Indonesia, KB Insurance, Asuransi MAG, Asuransi Sinar Mas, Tugu Insurance.

Sebagai catatan, dalam mengoperasikan Qoala Plus, perusahaan bermitra dengan PT Mitra Jasa Pratama. Menurut situs Mitra Jasa, Tommy Martin menjabat Komisaris Utama, mengindikasikan posisi perusahaan pialang tersebut terafiliasi dengan Qoala. Kendati, belum ada keterangan resmi yang diungkap terkait ini dari Qoala.

Application Information Will Show Up Here

Tamasia Pivot Bisnis Jadi Pedagang Emas Fisik

Platform jual beli emas Tamasia mengumumkan akan pivot bisnis. Melalui unggahan di akun Instagram, pihaknya menyampaikan keterangan resminya.

“Kami Tamasia Indonesia, sejak berdiri hingga kini selalu mengupayakan yang terbaik untuk Tamasian. Namun saat ini, Tamasia berada di kondisi yang harus mengikuti ketentuan regulator sehingga perlu bertransformasi business model. Oleh karena itu, kami memohon maaf kepada Tamasian jika ada beberapa perubahan yang terjadi.”

Perusahaan pun menutup, “Sekali lagi kami ucapkan permohonan maaf. Terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada kami. Itu, sangatlah berharga dan kami tidak pernah bermaksud menyia-nyiakan kepercayaan itu.”

Sebelumnya, dalam surat pelanggan yang tersebar di media sosial, perusahaan menyampaikan, “Melalui email ini kami ingin menyampaikan bahwa Tamasia akan bertransformasi business model menjadi pembelian logam mulia/tamagold/emas fisik melalui media online yang akan sampai di tangan pelanggan setelah pembelian terjadi,” tulis perusahaan.

Atas dasar keputusan tersebut, perusahaan mengambil langkah dengan mendorong para pengguna yang masih memiliki saldo di akun Tamasia untuk menjual emas mereka sampai tanggal 15 Februari 2023.

“Kami menyampaikan permohonan maaf atas informasi ini. Sekali lagi, terima kasih sudah setia menjadi Tamasian,” tutup surat tersebut.

Sebagai catatan, Tamagold bukanlah barang baru di Tamasia. Menurut keterangan resmi perusahaan, Tamagold yang sudah diresmikan sejak April 2021 ini merupakan produk logam emas mulia yang dapat dibeli dengan ukuran terjangkau, mulai dari 0,1 gram, 0,2 gram, dan 0,5 gram. Produk ini menargetkan masyarakat kelas menengah agar dapat membeli emas mini dengan harga terjangkau dan kemasan yang menarik.

Akan tetapi dalam praktiknya, menurut cuitan akun Twitter pengguna Tamasia, dirinya mengaku kesulitan mengakses aplikasi Tamasia sejak awal tahun dan ketika ingin menjual saldo emasnya di aplikasi, ternyata harga jual kembali (buyback) dibanderol di harga Rp800 ribu per gram dan harga beli Rp880.088 untuk 16 Januari 2023.

Mengutip dari harga emas Antam per tanggal tersebut, dipaparkan harga jual emas sebesar Rp1,04 juta per gram dan harga buyback sebesar Rp950 ribu per gram.

Tak hanya harga jual yang selisih jauh dari harga Antam, Tamasia juga memberlakukan harga yang lebih mahal untuk cetak fisik emas sebesar Rp300 ribu untuk 1 gram. Harga ini terpaut jauh dari harga yang dibebankan oleh pemain sejenisnya. Ambil contoh, di Pegadaian harganya dipatok Rp120 ribu untuk ukuran yang sama.

Saat dimintai konfirmasi, Co-founder Tamasia Muhammad Assad mengaku sudah tidak menjabat sebagai CEO perusahaan. Melalui pesan singkat kepada DailySocial.id, ia menyampaikan, “Saya sudah setahun lebih bukan lagi CEO Tamasia,” ucapnya.

Posisi CEO Tamasia kini dipegang oleh Dendy Dwi Putra. Hingga berita ini diturunkan, Dendy tidak merespons seluruh pertanyaan yang dikirimkan DailySocial.id.

Tidak terdaftar di BAPPEBTI

Sebelumnya, perusahaan sejenis Orori juga dikabarkan tidak memenuhi kewajibannya. Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari manajemen terkait informasi tersebut. Baik situs dan kantor pusat Orori telah ditutup. Akun media sosialnya dihujani oleh keluhan konsumen yang tidak menarik dananya.

Baik Tamasia dan Orori, tidak terdaftar di BAPPEBTI sebagai pedagang emas digital. Menurut BAPPEBTI, sejauh ini hanya ada lima perusahaan yang sudah terdaftar. Mereka adalah IndoGold, Treasury, LakuEmas, Pluang, dan Sakumas. Kelima perusahaan ini membentuk asosiasi Perkumpulan Pedagang Emas Digital Indonesia (PPEDI) atau Indonesia Digital Gold Traders Society (IDGTS).

Sesuai amanat Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 119 Tahun 2018 tentang Kebijakan Umum Perdagangan Pasar Fisik Emas Digital di Bursa Berjangka serta Peraturan BAPPEBTI Nomor 4 Tahun 2019 sebagaimana diubah dengan Peraturan BAPPEBTI No 13 Tahun 2019 Tentang Ketentuan Teknis Penyelenggaraan Pasar Fisik Emas Digital di Bursa Berjangka, BAPPEBTI telah memberikan persetujuan kepada pedagang fisik emas digital yang telah memenuhi persyaratan,seperti aturan mengenai permodalan, penyimpanan emas, pencatatan, dan lainnya.

Sesuai regulasi, setiap perusahaan terdaftar wajib mencantumkan di mana mereka menyelenggarakan perdagangan emas fisik dan mencatatkan transaksi kliring dan penyelesaian transaksi. Sebagai contoh, Pluang dan Sakumas menyelenggarakan perdagangan emas fisiknya di PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan mencatatkan transaksi kliring dan penyelesaian transaksi di PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI).

Ketua PPEDI dan juga CEO Lakuemas Junior Sambyanto menuturkan, pemberian izin kepada pedagang fisik emas digital sudah lama ditunggu bukan hanya oleh pedagang, melainkan masyarakat yang ingin adanya kepastian keamanan investasi emas fisik. “Lakuemas bangga menjadi salah satu pedagang yang mendapat persetujuan dan berkomitmen untuk memajukan industri ini melalui IDGTS bersama dengan pedagang yang lain,” ucapnya dikutip dari CNBC Indonesia.

Popularitas emas digital juga sejalan dengan banyaknya platform aplikasi investasi ataupun e-commerce yang menyediakan pilihan tersebut. Keberadaan payung hukum serta berdirinya asosiasi dapat memberikan perlindungan dan jaminan keamanan kepada setiap investor emas digital, sekaligus sebagai bentuk kontrol dan landasan yang jelas bagi para penyedia jasa investasi.

Seperti diketahui, emas digital merupakan emas yang catatan kepemilikannya dilakukan secara digital atau elektronis. Emas digital telah menjadi salah satu instrumen investasi yang digemari oleh masyarakat dari semua kalangan karena performanya dianggap lebih stabil dibandingkan kelas aset lainnya.

IndoGold sebagai salah satu pedagang yang juga menjual emas melalui gerai offline dan online, menyampaikan sebelum pandemi kebiasaan masyarakat untuk aktivitas jual beli masih di dominasi oleh transaksi secara fisik atau kehadiran di tempat. Seiring berjalannya waktu, selama dan sesudah pandemi, kepercayaan masyarakat untuk bertransaksi melalui online sudah mulai menjadi bagian dari cara investasi yang dipercaya.

“Masyarakat juga sudah bisa menerima cara transaksi emas secara online. Tercatat transaksi online di 2022 mengalami peningkatan hampir 100% dibandingkan dengan tahun sebelumnya,” terang Managing Director IndoGold Amri Ngadiman saat dihubungi DailySocial.id.

Kendati begitu, dalam data internal perusahaan per tahun lalu, kontribusi antara gerai offline masih mendominasi dengan persentase bisnis sebesar 65% dibandingkan dengan platform online sebesar 35%. IndoGold sendiri memiliki aplikasi tersendiri dan empat gerai offline berada di Tangerang. Perusahaan memiliki tiga produk: Rencana Emas, Gadai Cicil Emas, dan Gadai Emas.

Application Information Will Show Up Here

Creative Gorilla Capital Umumkan Dana Kelolaan 300 Miliar Rupiah untuk Investasi ke Startup D2C

Creative Gorilla Capital (CGC) mengumumkan debut dana kelolaan Gorilla Silverback Fund sebesar 300 miliar Rupiah. Dana ini akan dialokasikan untuk investasi startup di sektor Direct-to-Consumer (D2C) atau consumer-focused di Indonesia.

CGC merupakan platform modal ventura baru hasil kolaborasi dari Future Creative Network (FCN), Vynn Capital, dan startup pengembang omnichannel Pomona. CGC berfokus mendukung startup potensial kreatif dan pemasaran dalam mencapai hypergrowth.

Founding dan Managing Partner CGC Benz Julio Budiman menyebut bahwa pihaknya memiliki posisi berbeda dibandingkan Venture Capital (VC) pada umumnya, yakni sebagai mitra pada pemasaran dan jaringan bisnis konsumen. Pihaknya akan membuka akses startup terpilih ke ekosistem kreatif yang diklaim terbesar di Indonesia.

Tak hanya memberikan pendanaan dan pendampingan dari para mitra, CGC juga akan mengekspos mereka ke jaringan profesional pemasaran kelas dunia dan solusi berbasis data sehingga dapat meningkatkan peluang startup untuk berkembang dan berhasil.

“Startup dapat mengakses semua sumber daya yang diperlukan untuk menciptakan winning brand sejak hari pertama. Kami akan membantu startup pemula menerapkan consumer insight dan pemikiran yang brand-led untuk mendorong pertumbuhannya. Keahlian yang biasanya diberikan kepada pemegang jabatan/brand yang sudah mapan, akan tersedia untuk semua portofolio kami,” tuturnya dalam keterangan resmi.

Sebagai informasi, Future Creative Network (FCN) adalah pakar ekosistem pemasaran yang menaungi lebih dari 42 perusahaan dan agensi. Dalam kolaborasi ini, FCN akan menyediakan akses terhadap keahlian terintegrasi serta solusi kreatif branding dan layanan digital untuk mengembangkan D2C.

Sementara, Vynn Capital akan memanfaatkan pengalaman investasinya yang disebut telah teruji hingga level regional. Beberapa portofolio Vynn Capital, yakni car marketplace Carsome, dan platform manajemen properti Travelio. Pomona yang juga terlibat dalam kolaborasi CGC ini juga disuntik pendanaan oleh Vynn Capital pada 2019 lalu.

Adapun, Pomona akan berperan sebagai data-core untuk mengakomodasi kebutuhan internal dan portofolio CGC, baik dalam bentuk riset data maupun insight untuk mengidentifikasi tren produk selanjutnya yang berpotensi berkembang di skala nasional hingga global.

Hipotesis D2C

Dalam laporan whitepaper Accenture, pasar barang dan jasa tumbuh enam kali lipat menjadi $7,9 miliar pada periode 2015-2020. Nilai ini diperkirakan terus tumbuh yang akan dipengaruhi oleh populasi penduduk, pesatnya urbanisasi, dan peningkatan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia. 

Bagi CGC, faktor-faktor di atas akan mendorong bisnis D2C berbasis teknologi dan digital di Indonesia. Terlebih, sektor e-commerce di Indonesia telah memasuki fase matang sehingga membuat rantai pasok menjadi lebih efisien dan mengandalkan solusi berbasis teknologi. 

Kendati begitu, perlu diketahui bahwa sektor D2C masih terbilang baru di Indonesia. Butuh pendekatan berbasis omnichannel agar para pemainnya tidak melulu bergantung pada kanal e-commerce, melainkan mengkombinasikannya dengan kanal tradisional/modern.

Dalam berinvestasi, CGC akan mengandalkan indikator utama pada proses seleksinya, mulai dari jalur profitabilitas yang jelas, product market-fit, dan kecakapan distribusi. Peserta juga diharuskan memiliki visi keberlanjutan, kesetaraan sosial, dan konsumerisme yang bertanggung jawab.

“Sejah ini, CGC telah berinvestasi di sejumlah startup di antaranya Offmeat, Ringkas, Kynd, dan Allura. Terlepas dari fase ‘winter‘ yang sedang terjadi, kami meyakini dapat melihat keberlangsungan startup selama mungkin. Dalam tiga tahun ke depan, kami ingin bekerja secara selektif dan erat dengan pemimpin masa depan untuk membangun winning brand yang dapat bertahan lama.”

Meski tergolong baru, startup di sektor D2C Indonesia cukup berkembang pesat dan menghasilkan produk di beragam kategori di antaranya Filmore (femcare), Saturday (lifestyle), dr. Soap (personal dan household care), dan mohjo (F&B).

East Ventures Kembali Pimpin Pendanaan 132 Miliar Rupiah untuk Komunal

Komunal, startup fintech yang berfokus pada digitalisasi BPR, mengumumkan perolehan pendanaan senilai $8,5 juta (sekitar 132 miliar Rupiah) dipimpin oleh East Ventures (Growth fund). Putaran ini turut diikuti oleh AlphaTrio Sustainable Technology Fund, Skystar Capital, Sovereign’s Capital, Ozora, dan Gobi Partners.

East Ventures merupakan investor awal Komunal sejak pertama kali perusahaan berdiri. Pada 2021, East Ventures menyuntik Komunal dalam putaran seri A dengan total nilai $2,1 juta.

Dana segar ini akan digunakan Komunal untuk mengakselerasi misi perusahaan, yaitu mendorong inklusi finansial dan memperkuat ekosistem neo-rural bank di Indonesia, terutama di luar Jabodetabek.

“Sebagai pendukung awal Komunal, kami telah menjadi saksi dari pertumbuhan dan berbagai pencapaian Komunal. Kami percaya pada kegigihan dan inovasi yang telah dan pastinya akan terus dihadirkan Hendry dan tim akan semakin mempercepat digitalisasi di sektor keuangan [..],” terang Co-founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca dalam keterangan resmi, Selasa (17/1).

Di saat bersamaan, perusahaan juga mengumumkan bergabungnya Peter Jacobs sebagai komisaris per 1 Januari 2023. Peter Jacobs telah berkarier di Indonesia sejak 1991 dan memegang beberapa peran strategis, seperti Coordinator of World Bank IMF meeting di 2018. Jabatan terakhirnya di bank sentral adalah sebagai Kepala Departemen Jasa Perbankan, Perizinan, dan Operasional Tresuri periode 2019-2022.

“Kami sangat senang untuk menyambut kehadiran Pak Peter di Komunal. Pengalamannya yang luas di Bank Indonesia akan sangat berharga dan memberikan warna dan perspektif tersendiri bagi seluruh tim Komunal,” ucap Co-Founder & CEO Komunal Hendry Leviant.

Pencapaian Komunal

Saat ini Komunal memiliki dua lini bisnis, yaitu DepositoBPR by Komunal dan Komunal P2P Lending. Kedua bisnis ini bergerak di industri fintech dengan misi mengakselerasi inklusi keuangan di Indonesia. DepositoBPR by Komunal adalah aplikasi marketplace untuk produk Deposito BPR di Indonesia. Sementara, Komunal P2P Lending adalah platform p2p lending yang menghubungkan UMKM berpotensi dengan para pemberi dana.

Perusahaan juga mengakuisisi penuh BPR Prima Dadi Arta yang berasal di Kediri, Jawa Timur. Lewat akuisisi ini, BPR tersebut akan menjadi percontohan untuk berbagai pengembangan industri BPR dengan dukungan teknologi yang mumpuni.

Untuk pencapaiannya, sepanjang tahun lalu perusahaan telah menyalurkan simpanan dan pinjaman sebesar $230 juta (sekitar 3,6 triliun Rupiah) ke BPR dan UMKM lokal. Angka ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 350% secara year-on-year dibandingkan tahun sebelumnya. Adapun untuk jumlah simpanan dan pinjaman yang disalurkan adalah $50 juta (setara dengan 781 miliar Rupiah).

Sementara itu, volume transaksi diperkirakan akan melebih $500 juta pada 2023. Perusahaan juga telah membukukan EBITDA positif sejak Oktober 2022, mencatat pertumbuhan serta profitabilitas di saat yang bersamaan.

Hingga saat ini, terdapat lebih dari 220 BPR dari 19 provinsi di Indonesia yang telah bergabung ke dalam platform DepositoBPR by Komunal. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan deposito secara digital kepada ratusan BPR di seluruh Indonesia tanpa tatap muka namun tetap aman karena jaminan LPS dan mendapatkan bunga yang lebih tinggi dari bank umum.

Hendry menuturkan, pihaknya berterima kasih untuk kepercayaan yang diberikan para investor, mitra BPR, dan semua pelanggannya. “Kepuasan tersendiri bagi kami melihat mitra-mitra BPR tumbuh melalui digitalisasi dan pelanggan setia kami dapat dengan mudah dan aman mengakses simpanan dan pinjaman secara digital. Di tahun 2023, kami berharap layanan Komunal dapat memberikan benefit lebih luas, khususnya untuk pengguna dan mitra BPR di luar Jawa dan Bali,” kata dia.

“Kami optimis kolaborasi antara fintech dan incumbent banks (termasuk BPR) akan menciptakan sinergi yang luar biasa. Komunal melihat potensi kemitraan dengan BPR untuk meningkatkan inklusi keuangan bagi UMKM di kota-kota tier 2 dan 3,” sambungnya.

Application Information Will Show Up Here

Mindtera Raih Tambahan Dana 13 Miliar dari East Ventures dan Seedstars

Startup SaaS penyedia platform Employee Assistance Program (EAP) Mindtera mengumumkan perolehan tambahan putaran tahap awal sebesar $850 ribu (sekitar 13 miliar Rupiah) dipimpin oleh East Ventures. Seedstars International Ventures dan angel investor terkemuka lainnya turut berpartisipasi dalam putaran tersebut.

Tambahan amunisi ini akan dimanfaatkan perusahaan untuk memperluas cakupan operasional B2B demi melayani lebih banyak klien perusahaan. Juga, mengembangkan produk Mindtera dalam upaya menjadi platform program bantuan karyawan terkemuka di Indonesia.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (16/1), perwakilan dari Seedstars International Ventures menyampaikan, dunia telah melihat perubahan besar dalam memahami bagaimana kesehatan mental dan kesejahteraan integral untuk bisnis, tapi masih banyak pekerjaan rumah yang perlu dilakukan agar dapat berjalan secara efektif.

“Mindtera berada di garis depan perubahan mendasar di tempat kerja dan telah mampu memperluas jangkauannya dengan cepat di ruang SDM Indonesia. Kami sangat senang melihat apa yang dapat mereka ciptakan lebih lanjut di ruang ini dan membantu membangun budaya kerja yang lebih baik bagi perusahaan sambil meningkatkan produktivitas dan keterlibatan karyawan,” ucap General Partner Seedstars International Ventures Patricia Sosrodjojo.

Perkembangan Mindtera

Didirikan pada 2021 oleh Tita Ardiati dan Bayu Puspito Bhaskoro, Mindtera adalah platform yang menggunakan wawasan berbasis data untuk membangun tempat kerja yang produktif dan bahagia. Perusahaan mengelola pengembangan, keterlibatan, dan kesejahteraan karyawan, mengikuti karyawan dari proses perekrutan hingga pensiun.

Menurut studi yang dilakukan oleh McKinsey pada 2021, menunjukkan bahwa jika karyawan tidak sehat secara mental, hal itu akan memengaruhi keuntungan bisnis dalam banyak hal. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyatakan, selain berdampak pada hubungan dan masyarakat, masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan juga merugikan ekonomi global $1 triliun per tahun, terutama dari penurunan produktivitas.

Selama setahun terakhir, Mindtera telah meluncurkan dua platform untuk mengatasi masalah ini, yakni Mindtera Pro dan Mindtera Plus. Produk pertama ini adalah dasbor analisis dan aplikasi dengan rangkaian alat penilaian canggih yang dirancang untuk mengumpulkan dan menganalisis umpan balik karyawan untuk meningkatkan pengalaman mereka di perusahaan.

Sementara itu, Mindtera Plus melayani perusahaan dengan menyediakan akses ke konsultan pembinaan dan pengembangan yang dapat membantu mengatasi berbagai tantangan yang mungkin timbul dalam manajemen dan budaya karyawan.

Co-founder & CEO Mindtera Tita Ardiati mengatakan, “Berinvestasi pada sumber daya manusia itu rumit. Manfaatnya tidak langsung terlihat, tetapi perusahaan akan melihat dampak yang berkelanjutan jika Anda membangun lingkungan kerja yang seimbang dan sehat. Sumber daya manusia adalah sebuah aset berharga bagi pertumbuhan perusahaan. Orang-orang yang bahagia menginspirasi pertumbuhan, jadi jagalah orang-orang Anda, dan Anda akan melihat produktivitas.”

Diklaim, Mindtera telah mempekerjakan lebih dari 10 ribu karyawan dan mendorong peningkatan kesadaran kesejahteraan karyawan sebesar 94%. Perusahaan juga mendapatkan beberapa penghargaan untuk platformnya. Di antaranya, mendapat pengakuan oleh Google Play sebagai Aplikasi Terbaik untuk Dampak Positif 2022 dan Aplikasi Lokal Terbaik 2022, mewakili Indonesia di Google Startups Southeast Asia 2023, dan lainnya.

Pada awal kehadirannya, Mindtera menyediakan produk edu-wellness untuk karyawan perusahaan sebagai solusi atas ketidakseimbangan antara peningkatan kemampuan teknis atau akademis dan EQ yang masih sering ditemui di Indonesia.

Mindtera merancang dan membangun produk edukasi bermuatan kecerdasan majemuk (multi-intelligence approach) yang sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk menghadapi tantangan hidup melalui peningkatan EQ, terutama di saat pandemi COVID-19. Kurikulum kecerdasan majemuk Mindtera telah divalidasi secara ilmiah dan klini oleh para life coach, edukator, dan psikolog klinis.

Application Information Will Show Up Here

Surplus Kantongi Pendanaan Awal dari SPIL Ventures

Startup pengembang layanan food waste preventionSurplus” mengumumkan pendanaan awal dari Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL Ventures). Tidak disebutkan  nilai investasi yang diberikan.

Co-Founder & CEO Surplus Indonesia Muhammad Agung Saputra mengatakan, lewat pendanaan ini perusahaan ingin mengembangkan lebih lanjut model B2B untuk membangun ekosistem end-to-end dalam pencegahan timbulnya food waste.

“Dengan pendanaan awal ini, Surplus Indonesia akan melakukan perluasan market pengguna layanan aplikasi Surplus. Kami juga berharap kolaborasi pentahelix yang melibatkan banyak pihak, antara akademisi, pebisnis, komunitas, pemerintah, dan media dapat terjadi untuk menjadi dasar dalam pencegahan timbulan food waste di Indonesia,” kata Agung.

Sebelumnya Surplus juga sempat melakukan crowdfunding. Namun  kesulitan untuk mendapatkan pendonor karena kurangnya awareness Surplus di mancanegara, target yang mereka inginkan pun tidak tercapai.

Sampai saat ini, Surplus telah bekerja sama dengan beberapa pusat perbelanjaan (seperti Mall Sarinah), perhotelan (meliputi Marriott International Group, Swiss Belhotel International, Ascott Group, Artotel Group), middle-high F&B brand, supplier sayur dan buah, serta industri rumahan maupun UMKM.

“Adapun alasan SPIL Ventures memberikan pendanaan ke Surplus Indonesia dikarenakan kami melihat inovasi pengembangan aplikasi yang tidak hanya dalam bentuk suatu marketplace tetapi juga secara langsung memberikan solusi terhadap dampak lingkungan terutama terkait food waste,” kata VP Investment SPIL Ventures Sumarny Manurung.

Pertumbuhan positif Surplus

Diluncurkan pada Maret 2021, Surplus menjadi food rescue app pertama di Indonesia yang dapat digunakan untuk memesan produk makanan dan minuman overstock dari bisnis F&B dengan harga diskon 50% pada waktu tertentu.

Surplus sudah beroperasi di area Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan Bali. Mereka juga mengaku telah mempunyai sekitar 100 ribu pengguna aktif.

Surplus juga menjadi salah satu green tech startup dengan sertifikasi B-corp yang memiliki misi dalam pencegahan masalah food waste. Dukungan dari pemerintah juga telah didapatkan Surplus Indonesia, antara lain dari Kemenparekraf, KemenkopUKM, Dinas PPKUKM DKI Jakarta, dan Pemda Yogyakarta.

Dampak yang telah dihasilkan dari pemesanan di aplikasi Surplus sampai Desember 2022 meliputi 30 ribu ton makanan terselamatkan, mencegah kerugian hingga $80 ribu, dan mencegah potensi emisi hingga 350 ton CO2 eq.

“Platform ini dikembangkan untuk menjadi solusi dalam memaksimalkan penjualan produk overstock dari bisnis F&B agar tidak tersia-siakan dan hanya berakhir menjadi food waste,” ujar Agung.

Application Information Will Show Up Here

Bisnis Online Grocery B2C Masih Butuh Penyesuaian, Segari Lakukan Efisiensi

Startup online grocery kembali mendapati sorotan. Setelah Sayurbox melakukan layoff akhir tahun 2022 lalu dan sejumlah lainnya mengalami kesulitan bisnis, kini Segari dikabarkan telah melakukan PHK kepada 24% total pegawainya. Jika melihat di laman LinkedIn perusahaan, total ada sekitar 600an pegawai di Segari (artinya ada sekitar 144an pegawai yang terdampak).

Sumber kami mengatakan, pengumuman ini disampaikan bersamaan dengan townhall perusahaan pada Rabu (11/1). Pegawai yang terdampak telah dijanjikan mendapatkan kompensasi sesuai aturan PHK di Indonesia.

Kami juga telah mencoba menghubungi Co-Founder & CEO Segari Yosua Setiawan untuk menanyakan alasan di balik aksi ini, namun belum mendapatkan respons.

Fokus ke bahan makanan segar seperti buah, sayur, dan daging, saat ini Segari telah memiliki jaringan mitra petani di Jawa dan Sumatera. Dalam proses bisnisnya mereka memanfaatkan sistem desentralisasi gudang untuk menjaga kualitas produk tetap dalam kategori grade A+. Serta, bekerja sama dengan mitra penjualan untuk mengirim barang dalam waktu 15 jam setelah pemesanan.

Terkait pendanaan, Segari telah memperoleh dukungan dari sejumlah investor. Di antaranya Go-Ventures, SIG, Alfamart, Gunung Sewu Group, Intrinity Capital Beenext, AC Ventures,  Saison Capital hingga figur publik Maudy Ayunda sebagai salah satu angel investor.

Dalam rilis yang kami terima tahun lalu, Segari bahkan mengklaim selama satu tahun terakhir terus mengalami pertumbuhan bisnis positif,  naik lebih dari 20 kali lipat untuk jumlah pelanggan dan pendapatan.

Dalam survei yang dilakukan oleh Populix akhir tahun 2022 lalu juga tercatat, Segari yang masuk dalam kategori quick commerce banyak digunakan oleh responden yaitu sekitar 16%.

Namun demikian, iklim bisnis online grocery secara umum memang tengah mengalami penurunan, khususnya di ranah B2C. Growth luar biasa selama pandemi tidak bisa menjadi tren yang terus dipertahankan, seiring dengan perubahan cara masyarakat dalam berbelanja kebutuhan pokok.

Sejumlah startup akhirnya mengubah model bisnis mereka untuk turut memperkuat lini B2B. Hal ini dilakukan pemain seperti Tanihub, Titipku, dan beberapa lainnya.

Pasar online grocery belum matang

Di sepanjang tahun 2022, DailySocial.id mencatat sejumlah pemain yang menawarkan online grocery dan quick commerce terpaksa menyerah dan harus menghentikan operasionalnya. Beberapa di antaranya adalah Brambang yang kini beralih menjadi online marketplace untuk elektronik. Layanan Traveloka Mart diketahui menutup layanannya yang baru beroperasi selama enam bulan. Hingga Bananas yang beroperasi sejak Januari 2022 telah menghentikan operasional setelah menjual sisa persediaan produknya dengan diskon yang signifikan.

Di sisi lain hingga saat ini belum meluasnya area layanan dari para platform online grocery tersebut, yang masih terbatas di kawasan Jabodetabek hingga tier 1 saja. Menyulitkan bisnis untuk mendapatkan pengguna dalam jumlah besar dan hanya terpusat di beberapa wilayah saja.

Saat pandemi pembatasan sosial menjadi momentum tersendiri bagi pemain online grocery di Indonesia. Namun saat ini ketika pandemi yang sudah mulai melandai dan kegiatan offline hingga WFO yang sudah mulai diterapkan oleh perusahaan kepada pegawainya, mulai mengurangi kegiatan belanja secara online.

Dilansir dari Kontan, Ketua Umum Indonesian E-Commerce Association (idEA), Bima Laga mengatakan, pasar online grocery di Indonesia saat ini terbilang memang belum mature atau matang lantaran baru terbentuk pada masa pandemi.

“Kalau dilakukan subsidi ongkos kirim ataupun diskon promo secara terus menerus itu tentu akan menjadi beban bagi perusahaan startupnya. Dari sisi investor juga lebih selektif dalam memilih startup-startup yang lebih berorientasi pada profitabilitas,” imbuh Bhima.

Application Information Will Show Up Here

Setelah Malaysia, Xendit Akan Lanjutkan Ekspansi Regional

Setelah resmi masuk ke Malaysia, startup payment gateway Xendit akan melanjutkan ekspansi berikutnya ke sejumlah negara di Asia Tenggara dalam rangka mewujudkan ambisi sebagai pemain terdepan di segmen ini. Malaysia merupakan ekpansi kedua Xendit setelah masuk ke Filipina sejak 2020.

“Kami bangga dengan produk kami. Misi kami adalah mengembangkan produk ini ke berbagai negara ASEAN. IPO bukan wacana sekarang tapi suatu hari. Fokus 2023 dan beberapa tahun ke depan masih ke regional, mau bawa produk dari Indonesia ke luar negeri,” terang Co-founder dan COO Xendit Tessa Wijaya dalam media gathering, Kamis (12/1).

Hanya saja, Tessa enggan memaparkan lebih rinci rencana strategis mengenai negara berikutnya yang tengah dijajaki. Ia menjelaskan ada sejumlah alasan strategis di balik keputusan perusahaan memilih Malaysia sebagai negara kedua yang dirambah, termasuk juga alasan memilih Payex sebagai mitra lokalnya.

Pertama, di Negeri Jiran tersebut punya kesamaan dari preferensi metode pembayaran yang dipilih. Salah satunya adalah memindai kode QR yang kini makin populer di Malaysia, hal yang sama juga terjadi di Indonesia dengan kehadiran QRIS. Kondisi tersebut memvalidasi bahwa teknologi yang sudah dibangun Xendit di Indonesia dapat diboyong ke sana agar terjadi pemerataan solusi gerbang pembayaran yang sama antara UMKM di Malaysia dengan Indonesia.

Kedua, dari Payex itu sendiri, startup yang disuntik Xendit, merupakan perusahaan sejenis yang baru berdiri sejak dua tahun lalu. Startup ini fokus pada penyediaan solusi gerbang pembayaran untuk UMKM, sejalan dengan misi Xendit yang ingin mendukung UMKM dengan menyediakan solusi pembayaran digital di Asia Tenggara.

Kesempatan tersebut membuka banyak potensi sinergi yang bisa dilakukan untuk mengembangkan UMKM di sana sedini mungkin agar dapat tumbuh bersama. “Terakhir, yang terpenting mereka itu punya company culture yang sama dengan kami. Kami sangat pentingkan itu karena misalkan punya culture yang selaras akan sangat gampang mengembangkan ide-ide yang ada.”

Sebagai catatan, ekspansi ke Malaysia ini merupakan tindak lanjut dari pengumuman investasi dari Penjana Kapital untuk Xendit pada 2021, melalui program Dana Penjana Nasional. Sebagai langkah strategis pertamanya di dalam negeri, Xendit telah mengumumkan investasi pada pemain fintech lokal, Payex – penyedia gerbang pembayaran berlisensi Bank Negara Malaysia. Tidak disebutkan nominal dana yang diberikan dari Xendit.

Pencapaian Xendit

Dalam kesempatan yang sama, perusahaan secara grup juga mengumumkan pencapaian bisnisnya selama setahun kemarin. Disebutkan telah memproses lebih dari 200 juta transaksi pembayaran digital di Indonesia dengan nilai total volume transaksi lebih dari $20 miliar (sekitar Rp300 triliun). Angka ini naik 30% secara year-on-year dibandingkan tahun sebelumnya.

Adapun, untuk jumlah merchant aktif yang dilayani Xendit Group mencapai 3.500 pelaku usaha, terdiri dari 70% merchant UMKM dan 30% perusahaan. Dari segi fitur, ada sejumlah peningkatan yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kepuasan merchant.

Di antaranya, menyediakan pembayaran berkala (recurring payments) untuk permudah merchant dalam pembayaran melalui kartu kredit, e-wallet, debit langsung secara teratur. Kemudian, peningkatan autentikasi yang diperbarui untuk membantu merchant, menerima pembayaran melalui kartu kredit dengan aman, dan tokenisasi dompet elektronik demi menciptakan alur pembayaran yang lebih nyaman bagi pelanggan dan meningkatkan tingkat keberhasilan pembayaran

Dari data internal, juga dipaparkan mengenai tren pembayaran digital di Indonesia untuk menggambarkan frekuensi penggunaan layanan Xendit Group oleh merchant. Temuan tersebut adalah:

1.Virtual Account menjadi metode pembayaran paling populer.
Dari 200 juta transaksi yang diproses, sebanyak 36% di antaranya adalah transfer Virtual Account (VA). Selanjutnya, penggunaan uang elektronik dan kartu kredit menempati urutan kedua dan ketiga sebagai metode pembayaran terpopuler di merchant Xendit.

2.Paylater catatkan pertumbuhan 10 kali lipat.
Penggunaan fasilitas pembayaran paylater semakin diminati konsumen, terbukti dari volume pembayaran yang meningkat hingga 10 kali lipat, diikuti dengan kartu kredit (6 kali lipat), uang elektronik (5 kali lipat) dibandingkan tahun sebelumnya.

3.Sektor wisata dan hiburan bangkit signifikan pasca-pandemi.
Xendit Group mencatatkan sektor pariwisata tumbuh tertinggi (181,4%), kemudian disusul hiburan — gaming, tiket pertunjukan, tempat wisata (132,5%), dan restoran (68,4%). Sektor-sektor ini mengalami lonjakan transaksi sepanjang November-Desember 2022, memperlihatkan bahwa konsumen kembali membelanjakan uang untuk keperluan hiburan dan rekreasi pasca berakhirnya pandemi.

4.Transaksi tertinggi berada di sektor bisnis jasa.
Dari sekian banyak merchant Xendit Group, data menunjukkan bahwa sektor yang mencatatkan frekuensi transaksi paling banyak adalah jasa (96 juta transaksi), layanan finansial (61,3 juta transaksi), dan produk digital —voucher game, e-book (56 juta transaksi).

5.Penggunaan QRIS terus meningkat.
Selama 2022, Xendit Group telah memfasilitasi lebih dari 20 juta transaksi dengan volume sebesar $150 juta (sekitar Rp2 triliun). total volume transaksi ini meningkat 17,25% dari tahun sebelumnya.

Application Information Will Show Up Here