Rugi Bersih Susut, Blibli Kejar Profitabilitas di 2024

PT Global Digital Niaga Tbk (IDX: BELI) mencatat penyusutan rugi bersih menjadi Rp3,6 triliun pada 2023 dari posisi rugi bersih tahun sebelumnya yang sempat bengkak sebesar Rp5,5 triliun. EBITDA perseroan juga tercatat menyusut 30% menjadi minus Rp3,3 triliun.

Pendapatan bersih Blibli turun 4% (YoY) menjadi Rp14,7 triliun yang disebabkan oleh strategi perseroan mengoptimalkan bauran Total Processing Value (TPV) di sepanjang 2023. Optimalisasi ini lewat fokus pada pemilihan produk yang lebih menguntungkan di seluruh kategori pada segmen Ritel 1P. Sementara, segmen Ritel 3P didorong utamanya oleh kinerja OTA.

Namun, rata-rata nilai pesanan (average order value) meningkat 39% menjadi Rp1,5 juta pada 2023. Nilai belanja per pengguna pada segmen Institusi juga naik menjadi Rp11,7 juta, dan belanja per klien institusi naik menjadi Rp64,4 juta pada 2023.

“Sepanjang 2023, kami fokus pada peningkatan kinerja profitabilitas. Hal ini dilakukan dengan merasionalisasikan baruan kategori produk kami pada segmen Ritel 1P dan menyesuaikan biaya pada marketplace. Ini mendorong perolehan laba bruto dan margin bruto yang lebih sehat,” ujar CFO Blibli Ronald Winardi dalam keterangan resminya.

  • Segmen Ritel 1P (marketplace B2C) mencatat penurunan TPV sebesar 26% (YoY) menjadi Rp7,3 triliun dan pendapatan sekitar 28% (YoY) menjadi Rp6,3 triliun; laba bruto naik 42% (YoY) menjadi Rp517 miliar.
  • Segmen Ritel 3P (pihak ketiga lewat marketplace dan OTA) mencatat kenaikan TPV sebesar 35% (YoY) menjadi Rp49 triliun dan pendapatan bersih 466% (YoY) menjadi Rp1,1 triliun. Laba bruto juga naik 51% (YoY) menjadi Rp1,9 triliun.
  • Segmen Institusi (B2B dan B2G) membukukan TPV Rp10 triliun atau turun 4% (YoY), pendapatan bersih naik 15% (YoY) menjadi Rp3 triliun, dan laba bruto melesat 114% menjadi Rp279 miliar.
  • Toko Fisik mengantongi TPV Rp4,7 triliun atau tumbuh 20%, diikuti pendapatan bersih naik 18% (YoY) menjadi Rp4,1 triliun, dan laba bruto naik 18% menjadi Rp914 miliar.

Per 31 Desember 2023, Blibli memiliki posisi kas dan setara kas sebesar Rp1,8 triliun, turun dari posisi tahun sebelumnya yang sebesar Rp3 triliun.

Strategi profitabilitas

Strategi efisiensi jadi fokus utama Blibli tahun lalu dengan memanfaatkan otomatisasi dan teknologi dalam menyederhanakan proses operasional. Perseroan menyebut terus mendorong strategi tersebut, terutama pemangkasan biaya periklanan dan pemasaran untuk menekan kerugian lebih lanjut. Blibli mengestimasi tren kinerja positif akan berlanjut pada 2024.

“Berkaca pada tahun 2023, agenda strategis kami bersifat komprehensif, menyasar perluasan ragam produk, layanan bernilai tambah, kemajuan teknologi, dan sinergi ekosistem,” tutur Co-Founder dan CEO Kusumo Martanto.

Blibli juga akan memperluas toko fisik lewat kemitraan dengan pemilik merek global dan memperkuat program loyalitas omnichannel yang terintegrasi di ekosistem layanannya. Perseroan juga tengah membangun gudang baru di Marunda, Jawa Barat, dalam rangka memperluas jaringan fulfillment dan infrastruktur logistik tahun ini.

Gudang ini ditargetkan beroperasi secara bertahap pada tahun ini, dan akan melengkapi total 15 gudang yang dimiliki Bliblib saat ini dengan total akumulasi luas 130 ribu meter persegi.

Di sepanjang 2023, Blibli telah menambah sebanyak 40 toko elektronik untuk mendorong strategi omnichannel perseroan. Per akhir 2023, perseroan telah mengoperasikan 166 toko elektronik konsumen; terdiri dari 87 toko merek-tunggal, 79 toko multi-merek, dan 65 gerai supermarket premium yang dijalankan oleh Ranch Market.

Sebagai informasi, sejumlah perusahaan teknologi masih mencatatkan kinerja merah tahun lalu. di tengah upaya mereka efisiensi habis-habisan demi mengejar profitabilitas. Kompetitornya, Bukalapak mengalami rugi bersih sebesar Rp1,36 triliun, sedangkan rugi bersih Grup GoTo bengkak hingga Rp90 triliun pada kinerjanya di sepanjang 2023.

Application Information Will Show Up Here

Hambatan Terus Hantui Bisnis Digitalisasi Warung

Dinamika startup terus berjalan, setelah pandemi usai terjadi tech winter yang menyebabkan para pendiri kesulitan menggalang pendanaan. Bendera putih pun banyak dikibarkan karena pendiri tidak mampu menyelamatkan perusahaannya setelah berbagai skenario ditempuh.

Salah satu fenomena yang terjadi pada saat itu adalah maraknya pendanaan untuk startup yang bersemangat ingin mendigitalisasi warung, melalui pembukuan digital dan rantai pasok untuk kulakan warung.

Lummo (pembukuan digital) dan Ula (rantai pasok) adalah contoh terdekat yang sejak awal kehadirannya cukup heboh karena raihan pendanaannya dalam waktu singkat yang didukung oleh jajaran investor kelas kakap. Keduanya masuk ke jajaran portofolio dari bos Amazon, Jeff Bezos, melalui Bezos Expedition.

Dalam waktu singkat keduanya mengumumkan pendanaan dengan nominal fantastis. Lummo terima pendanaan senilai Rp1,14 triliun untuk putaran seri C pada Januari 2022 dalam tiga tahun sejak berdiri. Sementara, pendanaan terakhir yang diperoleh Ula sebesar Rp1,3 triliun pada Oktober 2021, atau setahun sejak berdiri pada Januari 2020. Keduanya sempat menempuh berbagai penyelamatan sampai akhirnya sepakat untuk tutup pada tahun lalu.

Di tahun yang sama, startup yang digawangi oleh GoTo dan Unilever, GoToko berhenti beroperasi pada Mei, hanya dalam waktu kurang lebih 2,5 tahun berdiri. GudangAda sempat ditimpa rumor serupa, kendati perwakilan perusahaan sudah memberikan bantahannya. Startup ini memperoleh pendanaan seri B Rp1,4 triliun pada Juli 2021 meski baru berdiri pada 2019.

Dari catatan DailySocial.id, sejauh startup pembukuan digital relatif dapat bertahan karena dapat dikombinasikan sebagai fitur tambahan. Kompetitor terdekat Lummo pada saat itu, BukuWarung misalnya, kini menjelma jadi aplikasi keuangan all-in-one untuk menyederhanakan dan menyediakan proses bisnis; pembayaran; dan akses ke pinjaman, mengambil langkah-langkah proaktif untuk mendukung kesehatan keuangan usaha kecil.

Kondisi sebaliknya datang dari startup rantai pasok untuk kulakan tergolong sulit bertahan? Sebelum menjawab pertanyaan ini, berikut pemetaan startup yang dirangkum DailySocial.id:

Startup kulakan sembako
Sebagai solusi utama Warung Pintar (diakuisisi Sirclo), Super, GudangAda, Credimart (rebrand jadi Jooalan), Dagangan, GrosirOne, Baskit (sasar pemain distributor), Peeba (regional player), Mitra Bukalapak
Sebagai solusi pelengkap Majoo Supplies, Youtap Bos
Startup pembukuan digital
Sebagai solusi utama BukuWarung, Credibook
Sebagai solusi pelengkap Fazz Agen (fitur Kasir Warung), Moka, Majoo, Youtap, Cashlez, Qasir, Paper.id, Pawoon, iSeller, Olsera

Bangun bisnis beraset ringan

Warung Pintar pernah membuat laporan pada 2020, disampaikan bahwa lebih dari 75% sistem distribusi di rantai pasok ritel masih bersifat konvensional dengan ciri alur rantai pasok yang panjang, melibatkan banyak aktor penengah, tidak ada transparansi alur barang, dan bergantung pada tenaga manusia di setiap tahapnya, sehingga menyebabkan sistem distribusi ini kurang efisien.

Di tambah itu, secara garis besar masalah utama pelaku UMKM warung terletak pada: 50% ketersediaan stok, 61% kesulitan mendpatkan harga kompetitif, dan 33% ketepatan dan kecepatan pengiriman. Temuan ini dilakukan dengan metode wawancara dengan lebih dari 340 warung dan grosir yang sudah bergabung di Warung Pintar selama satu tahun.

Warung Pintar pun membuat alur rantai pasok yang lebih sederhana, mengintegrasikan teknologi dalam alur distribusi, operasional, sampai optimalisasi potensi usaha. Tujuannya untuk mengoptimalisasi peran dan kolaborasi para aktor yang terlibat dalam rantai pasok ritel tradisional.

Rata-rata pemain startup berusaha membuat jalur distribusi baru, yang mana menurut Founder & CEO of Baskit Yann Schuermans, langkah ini terbilang sangat sulit. Di negara berkembang seperti di Indonesia, bermain di rantai pasok itu seringkali sulit karena kompleksitasnya, biaya, kurangnya teknologi, dan hubungan yang merupakan bagian integral dari fungsinya.

Baskit CEO and Co-founder Yann Schuermans

Selama pasar VC sedang naik, banyak startup bermodal besar menyelesaikan masalah di depan mata ini dengan mendisintermediasi masalah tersebut dan menciptakan rantai yang benar-benar baru.

Hal ini bisa dimaklumi, lantaran semangat startup itu didorong oleh keinginan untuk mendisrupsi pasar. Menghilangkan perantara (pedagang grosir), dan berupaya mengubah keadaan secara tiba-tiba. Sementara di sisi lain, pedagang grosir adalah perantara yang menyediakan sumber kehidupan bagi seluruh rantai pasokan. Mereka telah melakukan bisnis seperti ini selama beberapa dekade dan menguasai lapangan.

“Hanya sedikit startup yang mencoba bekerja sama dengan mereka karena hal itu dianggap tidak seksi,” terang Schuermans saat dihubungi DailySocial.id.

Baskit berbeda dengan kebanyakan pemain, Schuermans menghargai keberadaan perantara dan melihat peluang dalam meningkatkan lebih dari 200 ribu pedagang grosir di Indonesia yang ada saat ini. Kunci penting lainnya adalah menjaga biaya tetap rendah, teknologi dikalibrasi, dan tim tetap fokus pada pelanggan.

“Hal ini tidaklah sulit untuk dipecahkan. Banyak orang menganggap FMCG memiliki margin yang rendah. Ya, tapi [scope-nya] juga sangat besar. Itu sangat tergantung pada sudut serangnya. Ada banyak peluang di bidang ini dan mereka yang dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan industri akan berkembang,” imbuhnya.

Dia melanjutkan, pedagang grosir adalah gudang yang menjual ke grosir dan warung yang lebih kecil. Jadi tantangannya adalah memastikan mereka dapat menghasilkan lebih banyak uang tanpa memakan terlalu banyak margin. Sensitivitas harga adalah suatu hal mutlak, maka dari itulah jadi penegas mengapa menjaga aset tetap ringan sangatlah penting.

“Agar kita tidak bertengkar langsung dengan pedagang grosir dan juga membiarkan mereka melakukan yang terbaik. Warung/toko adalah permainan yang penuh perbedaan. Jumlahnya terlalu banyak, dan mereka hanya peduli pada harga.”

Schuermans menambahkan, “Banyak startup yang harus membayar mahal karena mencoba fokus pada warung dengan harapan bisa membangun ekosistem. Mereka gagal memahami bahwa brand dan distributor telah memainkan permainan ini (dan lebih baik lagi) selama beberapa dekade sebelumnya.”

Penyesuaian lainnya yang dilakukan Baskit adalah menjadikan perusahaan beraset ringan yang selalu mengedepankan efisiensi dari rantai pasokan. Baskit membangun platform yang akan mengurangi titik kegagalan sistemik (konsentrasi pendapatan, pembakaran yang tinggi, tenaga penjualan yang besar), dan mendiversifikasi sumber pendapatannya.

Saat ini Baskit bermain di beberapa sektor, termasuk perawatan pribadi, komoditas, barang konsumsi, dan tekstil. Diklaim, pihaknya telah menghasilkan margin laba kotor yang sangat sehat dan tidak bergantung pada tenaga penjualan yang besar untuk mendatangkan pelanggan baru.

Diungkapkan, pendapatan tahunannya akan melampaui sebesar $4 juta pada Q1 2024, telah mencapai titik impas operasional, dan berharap mendapatkan arus kas positif pada awal tahun 2025. Baskit memiliki 10.000 bisnis distribusi di platform-nya dan berharap dapat terus memecahkan banyak permasalahan rantai pasokan yang paling menarik di Indonesia selama beberapa dekade mendatang.

“Pencapaian ini bisa terlampaui dalam 15 bulan sejak peluncuran Baskit,” pungkasnya.

Baskit membawa misi untuk memajukan rantai pasok tradisional dengan menyediakan dukungan komersial dan teknologi sederhana bagi bisnis distribusi offline, sebagai target penggunanya. Terdapat tiga fitur yang ditawarkan: fitur untuk meningkatkan penjualan; perangkat digital untuk efisiensi operasional (contoh: manajemen inventori dan pembukuan dasar); serta akses untuk modal kerja. Dalam menyediakan solusi terakhir, Baskit bekerja sama dengan Koinworks, Modalku, dan Finfra.

Ambil langkah konservatif

Cerita menarik disampaikan oleh Co-founder dan CEO Aplikasi Super Steven Wongsoredjo. Alih-alih tumbuh eksponensial, pihaknya justru memilih untuk tumbuh perlahan seperti perusahaan konvensional pada umumnya. Strategi ini diterjemahkan saat di lapangan, terutama saat ekspansi lokasi baru. Sejauh ini Super baru beroperasi di Jawa Timur dan Makassar sejak pertama kali berdiri di 2018.

Co-Founding Team Super

“Kita benar-benar bangun dan fokus di satu provinsi dulu, di Jawa Timur, bahkan di empat tahun pertama sampai sekarang masih di Jawa Timur. Kalau dilihat dari generasi pertama e-commerce, mayoritas volume mereka dari Jabodetabek dengan PDB $200 miliar, sementara Jatim $160 miliar. Buat apa jauh-jauh ke sana, kalau beruntung jadi unicorn. Bangun tanpa pasokan supply chain tidak sesimpel itu, ada stakeholder yang harus dipenuhi,” jelasnya.

Sebagai catatan, Super merupakan aplikasi marketplace untuk warung belanja stok sembako dan kebutuhan pokok secara kulakan. Super bermitra dengan ribuan agen komunitas seperti individu dan warung untuk mengumpulkan dan mendistribusikan ke konsumen akhir. Sebanyak 47 ribu agen aktif per bulannya aktif di Super, tersebar di 45 kota di Jawa Timur, Madura, dan Makassar.

Menurutnya, pemain baru itu perlu membangun relasi dengan banyak stakeholder dan prosesnya tidak bisa instan. Jadi tidak serta merta Super langsung mendapat harga bagus sebelum didistribusikan ke jaringan agennya. Ekspansi cakupan layanan Super juga tidak semasif seperti startup kebanyakan. Pertama masuk ke ibu kota Jawa Timur, lalu ke kota-kota kecil di sekitarnya. Implikasinya secara tim bisa overlap. Tim di Surabaya bisa sekaligus menangani bisnis di Sidoarjo dan Gresik.

“Prinsip pertumbuhan kita itu intercities growth, jadi kota yang lebih besar akan meng-carry ekonomi di kota yang lebih kecil. Kalau pakai strategi langsung hajar banyak kota, saat summer enak bisa raise [funding] terus, tapi jadi berat pas winter. Untuk putar balik bisnis mengurangi volume, tidak segampang itu. Memang growth kita jadi lebih steady, enggak secepat lain. Tapi saat winter kita lebih resilient,” lanjut dia.

Karena bangun bisnis rantai pasok ini tidak bisa instan, menurut Steven, banyak pemain yang berusaha untuk copy-paste model bisnis rantai pasok yang sukses di India dan Tiongkok lalu di bawa masuk ke Indonesia. Sementara, segmen ini memang secara naluriah punya margin yang tipis, apalagi kalau hanya main di kategori FMCG saja.

Maka ia putar otak apa model bisnis lainnya yang bisa direplikasi dari pemain petahana yang masih beroperasi hingga sekarang. Contoh terdekat yang bisa dilihat adalah perkembangan Indofood yang memiliki banyak private label. Super pun membangun divisi khusus sejak empat tahun lalu.

Terhitung pada 2022, perusahaan mulai masuk ke pengembangan produk private label yang bergerak di kebutuhan sembako dan kebutuhan sehari-hari, seperti beras, tepung terigu, minyak goreng, air mineral, dan makanan ringan. Merek-mereknya adalah: Beras Buncit, Cap Opung, Karya Alam, Perirasa, Pirlo, dan Udalado.

Salah satu private label dari Super

Steven menjelaskan merek-merek tersebut adalah hasil akuisisi brand prinsipal lokal yang sebelumnya bekerja sama dengan Super dan sudah dipantau performanya. Super pun mengakuisisi saham mayoritas terhadap PT dari brand prinsipal tersebut dan menghubungkannya dengan jaringan agen di 45 kota agar dapat mencapai product-market-fit.

“Super itu pure marketplace, penyalur barang-barang seperti Tokopedia. Di dalamnya ada seller-seller bagus yang kita investasikan. Tapi mereka dan kita tetap bergerak sendiri-sendiri dengan PT yang terpisah. Dalam 12 bulan terakhir pertumbuhan [sales private label] naik 3x-4x dari. Marketplace fee kita jadinya lebih besar dari company lainnya, makanya kita lebih sehat.”

Masalah klasik lainnya di distribusi produk FMCG di Indonesia itu sering sekali produk yang seharusnya untuk general trade malah tertukar di modern trade. Sudah ada masalah inefiensi rantai pasok, ditambah lagi mubazir karena orang di pinggiran yang seharusnya bisa dapat produk khusus general trade dengan harga terjangkau malah harus bayar mahal karena yang ditemukan justru produk untuk modern trade.

Alhasil, orang di pinggiran kota memilih untuk menurunkan kualitas produk yang dikonsumsinya dan mencari merek lain yang mirip, namun dengan harga yang lebih murah.

“Kita mau tackle isu itu. Cari substitusi seller yang lawannya winner contender karena contender butuh mengembangkan market-nya dan lebih friendly buat kasih kita gross profit. Ketika harga friendly, bisnis seller principal bisa grow, kita pun bisa sustainable, enggak perlu bakar duit. Kita bisa set harga lebih murah, jadinya harga bisa lebih affordable untuk agen.”

Keseluruhan strategi di atas: fokus di satu area, bangun private label, dan bangun relasi intens dengan brand principal, mampu membuat Super tumbuh stabil di kisaran 1,5x-3x tiap tahunnya. Diklaim juga, Super memiliki runway hingga 8 tahun setelah memperoleh pendanaan terakhir sebesar $70 juta yang diumumkan pada Juni 2022. Kecukupan dana ini membuat Super tidak harus bergantung untuk melakukan putaran pendanaan baru dalam menjalani operasionalnya.

“Karena lagi tech winter, yg penting startup punya cash yang banyak. Harus jaga balance antara topline growth, profitability, dan play safe. Sejauh ini kita masih health netburn, enggak mau profit cepat-cepat. [..] Kompetisi akan meredup karena ada beberapa pemain yang ke-trapped karena high burn, jadi terpaksa harus winding down. By the time, akan tersisa sejumlah player dan kita akan sangat diuntungkan,” pungkas Steven.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

HSBC Buat “Debt Fund” Khusus Startup ASEAN Senilai Rp15,8 Triliun

HSBC mengumumkan debt fund khusus startup “ASEAN Growth Fund” senilai $1 miliar (sekitar Rp15,8 triliun) untuk mengakselerasi ekspansi startup di kawasan Asia Tenggara yang tumbuh pesat. Dana ini dikhususkan pada startup/perusahaan digital, terutama di sektor new economy yang mengincar ekspansi ke Asia Tenggara.

“HSBC sangat antusias dengan berkembangnya ekonomi digital di ASEAN, termasuk Indonesia. Kami bersemangat untuk bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan digital untuk mendukung merek memperluas ekspansi bisnis di kawasan ASEAN dan sekitarnya,” ucap Presiden Direktur HSBC Indonesia Francois de Maricourt dalam konferensi pers, kemarin (27/3).

Managing Director, Wholesale Banking HSBC Indonesia Riko Tasmaya melanjutkan, ticket size untuk tiap pinjaman ini dimulai dari $25 juta-$100 juta dengan tenor satu sampai tiga tahun. Bank akan menggunakan metriks saat penilaian dengan mempertimbangkan operasional bisnis terkait portofolio aset generatif arus kas perusahaan, termasuk piutang, dibandingkan hanya berpatokan pada metrik keuangan tradisional.

Hal menarik lainnya, untuk startup yang ingin ekspansi ke kawasan ASEAN dapat menggunakan limit yang mereka terima dan dicairkan sesuai mata uang negara di mana negara yang akan mereka sasar. Sebagai catatan, di kawasan ini HSBC beroperasi di enam negara, yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam.

“Karena sebuah bisnis masuk ke region ASEAN, mereka kesulitan mendapatkan financing di masing-masing negara, jadi harus start pitching ke tiap bank di masing-masing negara. Tapi kalau lewat akses Growth Fund cukup dari satu negara, bisa expand ke lima negara di ASEAN. Ini merupakan ease of business yang sangat seamless dan nominalnya juga signifikan,” jelas Riko.

Pihak HSBC tidak membuat rinci untuk porsi di masing-negara untuk penyalurannya, namun diharapkan porsi dari startup Indonesia dapat menempati posisi mayoritas mengingat negara ini punya peluang ekonomi digital terbesar.

“Kita mencari startup yang scalable, juga bergerak di new economy. Sektor ini diestimasi bernilai $218 miliar dan diestimasi angkanya melambung sampai $600 miliar pada 2030 mendatang. Makanya sektor ini butuh funding khusus.”

Sebelum fund ini diumumkan secara resmi, Riko menyampaikan sejauh ini ada delapan pengajuan dari startup di kawasan ini yang sedang diproses. Nilai transaksinya diestimasi bernilai $500 juta dan diharapkan penyaluran dapat selesai paling lambat pada Q2 2024.

Sejumlah startup dari kawasan ini telah mendapat fasilitas pembiayaan dari HSBC, di antaranya Akulaku, Sea Group, eFishery, Atome, dan Funding Societies. Menurut Riko, startup tersebut menggunakan pinjaman tersebut untuk mengembangkan bisnisnya di masing-masing negara di mana mereka sudah beroperasi.

“eFishery ini menarik karena mereka ada social impact, lalu mereka juga berkembang di Singapura dan India. Jadi mereka kita hubungkan dengan network kita yang ada di sana untuk support bisnisnya di luar Indonesia. Nominalnya mencapai $30 juta, sekarang kita juga support mereka untuk ESG roadmap.”

Umumkan Venture Debt

Secara terpisah, di saat yang bersamaan, HSBC mengumumkan dana kelolaan lainnya, yakni Venture Debt khusus di pasar Singapura dengan mengalokasikan $150 juta (Rp2,3 triliun) untuk memberikan pembiayaan kepada perusahaan-perusahaan berskala besar dengan pertumbuhan tinggi di Singapura yang telah didukung oleh modal ventura atau investor ekuitas swasta.

Venture Debt ini memberikan solusi pembiayaan jangka panjang dan fleksibel bagi perusahaan, mendukung berbagai kebutuhan pendanaan, seperti belanja modal, perpanjangan runway, atau modal kerja dengan tenor hingga tiga tahun. Perusahaan dari sektor new economy juga dapat memperoleh akses ke struktur pembiayaan yang lebih terspesialisasi, termasuk yang melibatkan instrumen jaminan ekuitas.

Head of Commercial Banking for South and Southeast Asia HSBC Amanda Murphy menuturkan, “HSBC memiliki sejarah yang membanggakan dan warisan yang kuat di ASEAN dalam mendukung wirausaha dan meningkatkan skala bisnis. Pengenalan penawaran terbaru kami memungkinkan kami untuk lebih mendukung perusahaan-perusahaan new economy di ASEAN, baik yang baru berdiri maupun yang baru berkembang, seiring dengan ekspansi mereka di kawasan ini dan kemajuan sepanjang siklus hidup perusahaan.”

Dua fund di atas melengkapi fund yang sebelumnya sudah diumumkan HSBC, yakni New Economy Fund senilai $200 juta yang diluncurkan pada 2021 untuk mendukung kebutuhan modal kerja startup tahap awal di Singapura, menciptakan solusi pembiayaan komprehensif untuk klien ekonomi baru di berbagai tahap pertumbuhan.

M&A Startup Lokal oleh Asing Bisa Jadi Opsi Ideal, Tapi Perlu Diwaspadai

Satu dekade lebih sektor ekonomi digital Indonesia berkembang dinamis, dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan kematangan industrinya. Mengakhiri 2023, sektor ini diwarnai oleh aksi konsolidasi besar antara e-commerce asal Tiongkok dan Indonesia, TikTok Shop dan Tokopedia.

Konsolidasi melalui strategi merger dan akuisisi (M&A) adalah sebuah langkah yang lumrah, banyak diambil perusahaan demi mendapat akses permodalan, sinergi teknologi, atau ekspansi bisnis.

Menariknya, tren M&A ini tampaknya mulai banyak ditempuh perusahaan asing untuk memperluas pasarnya ke Indonesia. Bagi startup dalam negeri, opsi ini menjadi memungkinkan di tengah sulitnya mencari pendanaan.

“Pendanaan di sektor ekonomi digital seret pada 2022-2023 dibandingkan 2023. Pada tahun 2021, pendanaan ekonomi digital di Indonesia mencapai Rp140 triliun. Pada tahun 2022 turun 50%. Tahun 2023 semakin turun setengahnya dari [capaian] tahun 2022. Akuisisi menjadi opsi yang rasional di tengah menurunnya pendanaan dan persaingan yang ketat,” ungkap Direktur Ekonomi Digital di Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Nailul Huda saat dihubungi DailySocial.id.

Sebagai gambaran lain, Startup Report 2023 yang diterbitkan oleh DSInnovate mencatat terdapat 25 M&A di ekosistem digital yang diumumkan di sepanjang 2023. Jumlah tersebut turun sedikit dari 32 M&A pada tahun sebelumnya.

Sejumlah akuisisi oleh perusahaan asing / Sumber: DailySocial.id

Jika dilihat dari aspek persaingan usaha, Huda mengatakan bahwa tren akuisisi startup lokal oleh perusahaan asing bisa memicu dampak negatif terhadap industri. Salah satunya adalah kurangnya pemain di dalam satu sektor.

“Tentu berkurangnya pemain di satu industri menimbulkan berkurangnya kesempatan konsumen mendapatkan layanan/produk dengan harga yang lebih murah. Maka dari itu, penting bagi Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) untuk mengawasi persaingan usaha, terutama dalam menganalisis dampak dari merger ke industri,” tambah Huda.

M&A bisa jadi opsi exit yang ideal

Menurut Managing Director di Northstar Group Carlson Lau, minat M&A tak hanya terjadi pada perusahaan asing yang ingin ekspansi ke sini, tetapi juga sebaliknya ada. Menurunnya minat investasi startup pendanaan, khususnya bagi startup tahap awal, memicu terjadinya M&A.

“Perusahaan strategis lokal juga secara aktif mencari kesempatan untuk mengakuisisi perusahaan teknologi yang lebih kecil, termasuk beberapa di dalam portofolio Northstar Venture,” tutur Carlson dalam pernyataannya kepada DailySocial.id.

Carlson menolak mengomentari lebih lanjut potensi M&A yang mungkin/sedang terjadi di dalam portofolionya.

Tren pendanaan startup Indonesia pada 2022-2023 / Sumber: Startup Report 2023

Kendati begitu, meningkatnya tren M&A di ekosistem digital Indonesia menunjukkan sektor ini semakin bergerak dinamis, dan menandakan adanya peningkatan persaingan dan inovasi. Akuisisi, ungkap Carlson, sering kali berbuah sinergi teknologi, talenta, dan sumber daya. sehingga dapat mendorong kedua perusahaan untuk mengembangkan inovasi dan mencapai efisiensi lebih baik.

“Sebelumnya, banyak founder memilih IPO sebagai exit strategy yang ideal, tetapi merger dan akuisisi juga dapat menjadi pilihan lainnya. Founder tidak seharusnya terpaku pada idealisme yang tidak realistis. Sebaliknya, ketika peluang M&A yang tepat disajikan, mereka harus fokus membuat keputusan yang tepat untuk mendorong perusahaan maju dan berkembang,” tambahnya.

Ia menilai seharusnya startup lokal dapat antusias terhadap tren ini dan mengantisipasi dampak positif terhadap ekosistem. Pasalnya, aksi M&A disebut dapat memfasilitasi akses ke pasar dan basis pelanggan baru. Ini memungkinkan perusahaan untuk mendiversifikasi penawaran dan memperluas jangkauan mereka.

Sebagai tambahan gambaran, sinergi besar antara TikTok dan Tokopedia meleburkan bisnis keduanya menjadi jalan ninja mereka untuk memperbesar skala pertumbuhan e-commerce. Tokopedia yang lebih banyak diasosiasikan dengan segmen pembelian terencana (Tokopedia) dapat bersinergi dengan segmen pembelian impulsif di TikTok Shop.

Dalam pemberitaan sebelumnya, sinergi ini telah diperhitungkan serta diproyeksi dapat mengerek GMV dan Monthly Transacting User (MTU) Tokopedia yang sempat merosot. Per 2023, Tokopedia punya 18 juta Monthly Active User (MAU), sedangkan TikTok Shop memiliki MAU 125 juta dengan MTU tumbuh tiga digit.

Perdalam Bisnis di FMCG, KoinWorks Jadi Mitra Paylater Platform B2B IDH.ID

Startup fintech lending KoinWorks mengumumkan kemitraan strategis dengan platform e-commerce B2B IDH.ID untuk memberikan fasilitas produk Buy Now Pay Later (BNPL) ke sektor FMCG.

Kemitraan ini memungkinkan pemilik toko (kulakan) dan reseller menggunakan IDH PayLater untuk berbelanja kebutuhan bisnis secara online dengan sistem pembayaran jatuh tempo.

KoinWorks melalui KoinPayLater dan IDH.ID akan memfasilitasi pinjaman ke 380 ribu pelaku bisnis FMCG secara bertahap dengan limit pinjaman hingga Rp2 miliar. Layanan ini diharapkan dapat mendorong pengelolaan arus kas dan daya beli para pemilik toko secara signifikan.

“KoinWorks terus berkomitmen mendukung pertumbuhan ekosistem bisnis di Indonesia, khususnya di sektor FMCG yang terintegrasi secara menyeluruh dalam ekosistem penjualan dan distribusi. Kami memiliki kesempatan untuk memberikan dampak yang lebih luas, baik kepada distributor maupun UMKM pemilik toko,” ucap Co-Founder & CEO KoinWorks Benedicto Haryono.

Bagi KoinWorks, kerja sama tersebut sekaligus memperluas jangkauan penggunaan KoinPaylater ke sektor FMCG pada tahun ini. KoinPayLater adalah produk pembiayaan bagi UMKM yang meluncur sejak 2022. Adapun, KoinWorks telah menyalurkan total pinjaman di 2024 lebih dari Rp1,9 triliun dan penggunanya mencapai 2,5 juta.

Sebagai informasi, IDH.ID, bernaung di bawah PT Indonesia Distribution Hub, adalah platform e-commerce untuk distribusi produk FMCG. IDH.ID sebelumnya telah bekerja sama dengan Amerta Indah Otsuka, perusahaan multinasional yang bergerak dalam pengembangan dan produksi produk-produk FMCG.

IDH tercatat telah memiliki lebih dari 380 ribu toko aktif yang terdaftar dan 48.000 SKU yang dijual dari 320+ prinsipal dan 170+ distributor di 232 kota di Indonesia.

CEO IDH.ID Jack Ng menambahkan, perusahaan berupaya meningkatkan layanan dan opsi pembayaran yang lebih fleksibel guna memenuhi kebutuhan pasar yang semakin berkembang. “Kerja sama dengan KoinWorks sebagai mitra pertama kami untuk paylater juga mencerminkan komitmen bersama untuk memperluas layanan finansial kepada UMKM di tingkat lokal.”

Sejauh ini, IDH.ID memiliki distributor di seluruh Indonesia serta memasok ke seluruh pelanggan di Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Pihaknya meyakini digitalisasi di sektor FMCG dapat mendorong produktivitas dan efisiensi bagi pelanggan.

FMCG adalah sektor yang produknya banyak dipasok dan dijual oleh pemilik usaha warung atau toko tradisional. Namun, segmen tersebut masih banyak yang belum tersentuh akses finansial, terutama oleh bank, dikarenakan aspek risiko dan jaminan.

Diketahui, saat ini baru sekitar 27% dari lebih dari 60 juta UMKM di Indonesia telah mendapatkan akses pinjaman. Tantangan tersebut juga yang coba diatasi oleh startup fintech lending lainnya yang fokus di area UMKM dan FMCG. AwanTunai adalah salah satu pemain yang menawarkan solusi keuangan bagi pelaku UMKM dan pemasok FMCG.

Produk supplier financing AwanTunai memiliki limit pinjaman hingga Rp2 miliar dengan tenor bervariasi, mulai dari 7 hari, 14 hari, dan 30 hari.

Update 17.21: DailySocial.id melakukan pembaruan artikel pada paragraf keenam sesuai input dari KoinWorks.

Qoala Umumkan Pendanaan Seri C Rp713,3 Miliar Dipimpin PayPal Ventures dan MassMutual Ventures

Startup insurtech Qoala mengumumkan telah menutup pendanaan seri C senilai $45 juta atau setara Rp713,3 miliar. Putaran ini dipimpin PayPal Ventures dan MassMutual Ventures dengan dukungan MUFG Innovation Partners, Ohana Holdings, dan investor sebelumnya termasuk Flourish Ventures, Eurazeo, dan AppWorks.

Sebelumnya Qoala berhasil menutup pendanaan seri B tahun lalu dengan total nilai $70,5 juta (dalam dua putaran). Dengan tambahan dana segar yang baru didapat, kisaran pendanaan ekuitas yang telah dibukukan perusahaan mencapai $139,5 juta atau setara Rp2,2 triliun.

Melalui modal tambahan yang didapat, Qoala berkomitmen meningkatkan bisnis embedded insurance (B2B2C) di Asia Tenggara melalui percepatan pengembangan teknologi (penerapan AI di berbagai lini), meningkatkan pengalaman pelanggan, mitra, dan agen. Qoala juga ingin mengeksplorasi varian produk dan saluran baru di platform agennya dengan menjajaki akuisisi strategis dan kemitraan lintas sektor.

“Dipandu dedikasi yang tak tergoyahkan dari tim kami yang luar biasa dan kepercayaan yang diberikan oleh investor, pendanaan seri C ini menunjukkan kepercayaan pasar terhadap strategi dan misi kami. Misi kami untuk mendemokratisasi asuransi tetap teguh, dan dengan suntikan dana baru ini, kami lebih siap untuk mendorong inovasi dan memberikan dampak pada kehidupan dan penghidupan,” sambut Co-Founder & CEO Qoala Harshet Lunani.

Pertumbuhan bisnis Qoala

Disampaikan perusahaan, sejak tahun 2022 Qoala telah mencatat pertumbuhan premi bruto sebesar 2,5x dan telah memproses 60% dari total klaim secara internal. Pertumbuhan bisnis dini sebagian besar ditopang oleh terdiversifikasinya saluran kemitraan yang berimplikasi pada peningkatan pesat jumlah mitra bisnis. Metrik profitabilitas perusahaan juga diklaim terus mengalami tren peningkatan, melampaui pertumbuhan GWP, dan hal ini menunjukkan komitmen perusahaan terhadap kinerja keuangan berkelanjutan.

Sepanjang 2023, Qoala berhasil memproses 115 ribu klaim dan menjangkau 45 ribu pelanggan baru. Ini juga didukung oleh ragam produk asuransi yang dijajakan pada portal marketplace yang dimiliki, dan didukung lebih dari 60 ribu+ mitra pemasar. Sejak awal, salah satu proposisi nilai penting Qoala pada sistem keagenan digital yang dimiliki. Lewat inovasi yang digulirkan, Qoala berhasil meningkatkan aksesibilitas asuransi dan proses klaim bagi masyarakat secara lebih efisien.

“Kami sangat terkesan dengan pertumbuhan Qoala yang luar biasa sejak investasi pertama kami pada tahun 2019. Kerja keras tim yang konsisten dan kinerja tinggi terbukti dalam posisi mereka sebagai pemimpin pasar. Kami bangga melanjutkan dukungan seiring mereka terus mendefinisikan ulang standar industri dan mendorong inklusi keuangan di wilayah ini,” ujar Managing Partner MassMutual Ventures Ryan Collins.

Di Indonesia, Qoala berhadapan dengan sejumlah kompetitor, di antaranya Fuse, Igloo, PasarPolis, dan Lifepal. Sepanjang tahun 2022, Fuse menerbitkan lebih dari 150 juta polis asuransi dan membukukan pendapatan premi bruto lebih dari Rp 3 triliun. Sementara Lifepal baru saja diakuisisi Roojai Group di awal tahun 2024 ini.

Rencana selanjutnya Qoala

Salah satu fokus pengembangan berikutnya adalah peningkatan pengalaman agen dan efisiensi operasional secara signifikan dengan lebih meningkatkan penggunaan AI generatif. Investasi ini akan memungkinkan Qoala untuk menyempurnakan dan memperluas platform insurtech yang sudah ada, memastikan tetap menjadi yang terdepan dalam teknologi dan mengurangi waktu pemasaran.

Selain itu, Qoala berdedikasi untuk mengembangkan alat yang mendukung mitra asuransinya dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam penjaminan, pemrosesan klaim, dan deteksi penipuan, sehingga memperkuat komitmennya terhadap inovasi dan keunggulan dalam industri.

“Dengan memosisikan dirinya sebagai solusi pilihan bagi platform yang melayani konsumen dan agen tradisional, Qoala menyediakan alat yang sangat dibutuhkan konsumen di seluruh Asia Tenggara untuk mengatasi kesenjangan perlindungan yang terus terjadi,” ujar Principal PayPal Ventures Alexandros Bottenbruch.

Selain di Indonesia, saat ini Qoala juga sudah beroperasi di Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Ekspansinya ini didukung dengan strategi kemitraan strategis dan akuisisi. Di Thailand, mereka beroperasi dengan mengakuisisi startup insurtech lokal Fairdee.

Di tengah kondisi perekonomian makro yang tak menentu, pada pertengahan tahun lalu Qoala juga sempat mengurangi jumlah tim 80 orang di Indonesia dan Malaysia. Disebutkan langkah ini diambil untuk meningkatkan sinergi di dalam dan di setiap departemen dan unit bisnis agar efisien dan berkelanjutan.

Application Information Will Show Up Here

LinkAja Terima Pendanaan Strategis dari Mitsui

LinkAja mengumumkan perolehan investasi strategis dari Mitsui & Co., Ltd. (Mitsui) dengan nominal yang dirahasiakan. Ini merupakan investasi pertama yang diraih LinkAja dari perusahaan berskala global. Mitsui merupakan investor non-BUMN ketiga, setelah Grab dan Gojek di LinkAja.

Lewat aksi korporasi ini, Mitsui dapat mengembangkan bisnis keuangan digital, mempercepat kolaborasi strategis antara ekosistem BUMN dan Mitsui dalam bidang IT, ritel, dan bisnis lainnya. Kedua perusahaan juga dapat menggabungkan berbagai potensi dan unique competitive advantage untuk dapat berkontribusi pada ekonomi digital di Indonesia.

Dalam keterangan resmi, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyambut baik komitmen investasi strategis dari Mitsui selaku investor global kepada LinkAja. Disampaikan juga, model bisnis LinkAja merupakan model bisnis yang dapat di buy in oleh pihak internasional.

Direktur Utama PT Mitsui Indonesia Shinichi Kikuchihara menambahkan, Mitsui sudah hadir di Indonesia sejak 1901 dengan membuka kantor di Surabaya. Seiring dengan terus berjalannya proses digitalisasi, pihaknya mulai perdalam fokusnya pada nilai ekonomi digital, termasuk keuangan digital.

“Sebagai perusahaan dengan fondasi bisnis yang kuat dengan ekosistem pemegang saham yang solid, kami yakin Mitsui dan LinkAja dapat saling berkontribusi dalam perkembangan industri keuangan digital di Indonesia,” ujarnya, Rabu (27/3).

Di Indonesia, Mitsui beroperasi di sektor-sektor strategis, seperti Infrastruktur & Energi, Mobilitas, Baja, Kimia Pangan & Ritel, dan Information & Communication Technology (ICT). Beberapa perusahaan yang diinvestasikan oleh Mitsui adalah Bussan Auto Finance (pembiayaan ritel sepeda motor) dan convertible bond subscription di CT Corp.

Direktur Utama LinkAja Yogi Rizkian Bahar menyampaikan, pihaknya memercayai kolaborasi strategis adalah kunci dalam bisnis digital. Mitsui telah berinvestasi di berbagai industri di Indonesia, sehingga mereka memiliki ekosistem yang besar dan beragam.

“Kami yakin bahwa investasi strategis Mitsui akan saling menguntungkan tidak hanya bagi kedua belah pihak, tetapi juga bagi para pengguna, pemangku kepentingan, serta berkontribusi terhadap perkembangan industri keuangan digital di Indonesia. Kepercayaan dari investor global ini, juga akan semakin menambah kepercayaan investor, termasuk kemungkinan masuknya investor lain,” ungkap Yogi.

Sebelumnya disampaikan, setelah pivoting model bisnis dan strategi efisiensi biaya, LinkAja berhasil mencapai perbaikan kinerja bisnis secara signifikan dengan EBITDA positif selama dua kuartal berturut-turut di akhir 2023. Pada tahun ini, perusahaan masih berfokus pada sinergi BUMN.

Pada Februari 2023, sebagai bagian dari penguatan peran strategisnya sebagai platform pembayaran, LinkAja meluncurkan Program Pertukaran Poin Loyalti dalam ekosistem BUMN, melalui AKHLAK Point.

Sejumlah perusahaan BUMN yang bergabung dalam pengembangan bersama kerja sama pertukaran loyalitas tersebut di antaranya PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), PT Pertamina Patra Niaga, PT Garuda Indonesia (Persero), PT Bank Negara Indonesia (Persero), PT Bank Mandiri (Persero), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), dan PT Bank Tabungan Negara (Persero).

Langkah ini merupakan kelanjutan dari aplikasi LinkAja skin khusus BUMN, yang digunakan sebagai saluran media komunikasi terpadu bagi karyawan BUMN serta penyaluran dana insentif ke lebih dari 200 ribu karyawan. Hal itu dilakukan untuk memperkuat fokus Business to Business to Consumer (B2B2C).

Inisiatif di atas merupakan komitmen kuat terhadap sinergi kolaboratif antara LinkAja dan BUMN, sekaligus meningkatkan ekosistem digital demi efisiensi dan efektif, serta memberikan nilai tambah bagi perjalanan konsumen.

Application Information Will Show Up Here

Menilik Alasan Quick Commerce Kurang Berkembang di Indonesia

Indonesia adalah pasar e-commerce terbesar dengan kontribusi GMV 52% di Asia Tenggara. Pesatnya pertumbuhan e-commerce di wilayah ini memunculkan permintaan terhadap pembelian barang online secara kilat dengan opsi pengiriman instan atau same day.

Quick commerce umumnya sering diasosiasikan dengan layanan e-grocery yang menawarkan jasa pembelian bahan pangan dan segar. Namun, platfrom penyedia quick commerce juga menawarkan produk kebutuhan sehari-hari dan kategori produk lainnya sehingga Average Order Value (AOV) bisa lebih unggul dari layanan grocery.

Terlepas dengan potensi pasarnya, quick commerce di Indonesia kenyataannya masih belum menemukan formula yang tepat untuk memenangkan pasar. Dalam analisis yang diungkap oleh firma konsultan Redseer, penyedia quick commerce di Indonesia dihadapkan pada tipisnya margin, komisi produk rendah, serta biaya pengelolaan dark store dan pengiriman barang mahal.

Untuk menaikkan margin, produk-produk habis pakai (FMCG) juga sulit itu dijual dengan biaya premium. Produk yang tersedia kurang variatif, belum lagi pengguna umumnya hanya mengincar diskon.

Kebanyakan pemain quick commerce bermain di mass market saja alih-alih fokus di segmen kelas atas, pekerja profesional, atau segmen GenZ dan milenial yang cenderung mengincar kenyamanan dan kecepatan transaksi. Namun, Redseer juga menggarisbawahi bahwa pandemi justru menjadi reality check bagi pemain mengingat orang-orang mulai kembali belanja di toko fisik.

“Para pemain quick commerce di dunia gagal karena berbagai alasan, yakni terlalu berfokus pada pengiriman bahan makanan. Biaya rantai pasokan yang tinggi menyebabkan margin yang sangat tipis, dan kurangnya target pasar pelanggan yang tepat,” tulis Partner Redseer Roshan Behera dilansir dari Redseer.com.

Sayurbox tak hanya bermain di e-grocery, tetapi juga masuk ke quick commerce

Sebagai gambaran, saat ini ekosistem quick commerce dan e-grocery di Indonesia hanya menyisakan sedikit pemain yang masih bertahan antara lain Astro, AlloFresh, Titipku, Segari, dan Sayurbox. Beberapa platform lainnya, seperti Bananas telah menghentikan bisnisnya dikarenakan sulitnya bersaing di ranah B2C.

Namun, ada juga yang pivot ke vertikal bisnis lain, seperti Dropezy (sekarang Sekilo) yang beralih ke hilirisasi unggas dan Brambang (sekarang Brambang Elektronik) yang menjadi marketplace smartphone.

Resep sukses quick commerce di India

Sebaliknya, ungkap Roshan, quick commerce justru banyak diminati dan terbukti sukses di India. Membangun supply-side yang tepat adalah kunci untuk memenangkan pasar quick commerce di India. Hal ini mencakup tiga strategi utama.

Pertama, operasional dark store harus berjalan cepat untuk dapat menghasilkan keuntungan. Dark store harus memproses setidaknya 1000+ pesanan setiap hari, atau setara dengan jumlah transaksi yang diperoleh warung tradisional. Agar bisa berhasil, pemain quick e-commerce perlu memiliki turnaround times (TAT) selama 1-2 bulan untuk mengevaluasi penyimpanan di dark store.

Kedua, manajemen inventori perlu diperhatikan untuk memastikan ada siklus pengisian ulang stok barang setiap hari demi mengurangi modal kerja. Ketiga, pengambilan barang langsung dari pemasok/produsen/prinsipal untuk menghindari potensi berkurangnya keuntungan dan memungkinkan pemilik merek untuk bernegosiasi langsung harga produknya.

Lebih lanjut, Roshan juga menyoroti strategi yang dilakukan TikTok untuk mendominasi e-commerce di India, itu juga yang dilakukan oleh Zepto dan Blinkit; dua platform yang menguasai pasar quick commerce di sana. Antarmuka yang didukung AI prediktif menjadi strategi mereka untuk menarik engagement pengguna, terutama transaksi pembelian yang bersifat impulsif.

Berkat itu dan portofolio produk yang lebih banyak–terutama yang punya Average Selling Price (ASP) tinggi seperti ponsel–keduanya mampu mengantongi pertumbuhan GMV yang signifikan. Strategi ini disebut dapat mendorong margin mereka. Blinkit saat ini tercatat menguasai quick commerce di India dengan 38% pangsa pasar, sedangkan Zepto mengambil 30% pangsa.

Rekomendasi playbook quick commerce / Sumber: Redseer

“Dengan melihat contoh kasus di India, salah satu pasar yang justru quick commerce-nya berkembang pesat, kita dapat menarik hipotesis bahwa mengoperasikan quick commerce secara terpisah akan sulit berhasil, apalagi jika cuma fokus pada bahan makanan dan produk FMCG,” tambahnya.

Redseer menambahkan beberapa rekomendasi strategi untuk dapat memenangkan pasar quick commerce, di antaranya adalah (1) memperluas kategori produk, serupa dengan horizontal e-commerce serta (2) menargetkan segmen mass market dan premium yang bersedia membayar demi kenyamanan.

Advance.AI Angkat Dua Petinggi Lokal untuk Seriusi Bisnis Verifikasi Digital di Indonesia [UPDATED]

Advance.AI, penyedia solusi verifikasi identitas digital dan manajemen risiko, hari ini (26/3) mengumumkan penunjukan dua bos baru untuk pimpin bisnisnya di Indonesia. Mereka ialah Fuenny Liwang sebagai Director Growth Accounts dan Anggraini Rahayu sebagai Director Strategic Accounts.

Keduanya sama-sama memiliki pengalaman yang mendalam di berbagai industri. Sebelumnya Fuenny menjabat posisi manajemen senior di PT T Systems Indonesia (afiliasi Deutsche Telekom), VMWare, Microsoft, dan Telkom di Indonesia. Sementara Anggraini menjabat posisi manajemen senior di PT SAS Institute, Diebold Nixdorf, dan IBM Indonesia.

Fuenny menyampaikan, dalam lanskap yang didominasi oleh ponsel pintar saat ini, verifikasi identitas digital sangat dibutuhkan. Di luar layanan keuangan, banyak industri yang mengalami transformasi digital menghadapi tantangan dalam memverifikasi identitas pelanggan.

Tentunya hal ini membuat seluruh proses pendaftaran pelanggan e-KYC (Know Your Customer) secara digital dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi bisnis, meningkatkan pengalaman pelanggan sekaligus menurunkan biaya operasional. Hal ini juga berfungsi sebagai pertahanan krusial terhadap akses terlarang dan penipuan yang dapat menyebabkan kerugian keuangan maupun kerusakan reputasi yang signifikan.

“Saya sangat bersemangat dalam memimpin inisiatif ini untuk mendukung dan agenda transformasi digital di Indonesia,” ucapnya.

Anggraini menambahkan dari sisi tantangan transformasi yang saat ini dihadapi berbagai industri, mulai dari penipuan identitas dan risiko kredit hingga kepatuhan dan ancaman dari kemajuan terbaru dalam konten yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan atau AI-generated content (AIGC).

“Saya yakin pengalaman industri yang saya miliki dapat membantu klien kami memahami tantangan saat ini serta meningkatkan inklusi digital dan keuangan di Indonesia,” kata dia.

Manajemen Advance.AI berharap penunjukan Fuenny dan Anggraini dapat memperkuat komitmen perusahaan dalam memberikan solusi verifikasi identitas digital dan manajemen risiko terdepan untuk memajukan agenda transformasi digital Indonesia.

“Penunjukan Ibu Fuenny dan Anggraini membawa gabungan pengalaman industri selama 60 tahun di industri digital dan memperkuat kedalaman tim kepemimpinan senior kami di Indonesia,” ucap manajemen Advance.AI saat dihubungi terpisah oleh DailySocial.id.

Disampaikan lebih lanjut, pada tahun ini fokus perusahaan adalah mendukung berbagai industri, mulai dari perbankan, multifinance, telekomunikasi, layanan kesehatan, dan e-commerce, untuk mengadopsi verifikasi identitas digital mutakhir yang dapat membantu lebih banyak pelanggan hanya dengan ponsel cerdas dan dokumen identitas mereka. Sekaligus mencegah penipuan dan meningkatkan tingkat inklusi digital dan keuangan di seluruh Indonesia.

Perkembangan Advance.AI

Didirikan pada 2016, Advance.AI berbasis di Singapura telah bermitra dengan lebih dari 500 klien perusahaan di sektor perbankan, jasa keuangan, fintech, pembayaran, ritel, dan e-commerce. Advance.AI baru masuk Indonesia sejak 2020, bersamaan dengan sejumlah negara lainnya, seperti Tiongkok, India, Vietnam, dan Filipina. Di Indonesia, Advance.AI menempatkan Ronald Molenaar sebagai Country Manager.

Perusahaan menyediakan empat solusi yang menggabungkan solusi verifikasi identitas digital, KYC/AML, kepatuhan dan manajemen risiko. Diklaim, perusahaan memroses 120 juta kueri API per bulan dengan akurasi 99,4% dalam pengenalan karakter optik (OCR) dan pengenalan ras karena telah dilatih untuk wajah-wajah Asia Tenggara, dapat beroperasi dengan kamera ponsel beresolusi rendah, dalam kondisi cahaya redup, terutama yang relevan dalam kondisi Indonesia.

“Setiap kueri ini adalah untuk membantu melakukan onboarding secara digital, menilai dan/atau menjamin profil/risiko pelanggan, memfasilitasi keputusan kredit dan peminjaman serta akses terhadap layanan keuangan digital dasar (misalnya pinjaman usaha UKM, pinjaman pendidikan, pembiayaan kendaraan roda dua, tagihan medis, data telekomunikasi isi ulang, belanja e-commerce).”

Disampaikan, teknologi liveness detection 3D milik Advance.AI memiliki tingkat keberhasilan lebih dari 90% terhadap serangan presentasi palsu yang mendalam.

Para penggunanya mayoritas dari institusi keuangan dan teknologi. Di Indonesia saja, beberapa di antaranya adalah Bank Jago, Bank BTPN, Tokopedia, Shopee, Bukalapak, MNC Bank, Bank Mega, Standard Chartered, Gojek, Nanovest, dan Allo Bank.

“Kami telah membantu bank dan lembaga keuangan menjangkau 160 juta konsumen (misalnya membuka rekening bank, akses terhadap pembiayaan kendaraan roda dua), yang sebagian besar berada di Indonesia.”

Solusi Advance.AI juga dapat melindungi institusi keuangan dan industri e-commerce dari penipuan identitas, termasuk penggunaan konten yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan secara semakin canggih oleh penipu untuk meluncurkan serangan deepfake, serta penipuan sintetis, pembayaran, dan rekayasa sosial.

Sebanyak 6 dari 10 orang di Asia Tenggara masih belum memiliki atau memiliki keterbatasan dalam akses perbankan, Advance.AI mendukung institusi keuangan terbesar di kawasan ini untuk mempercepat inklusi sosial, digital, dan keuangan. Di balik itu, muncul risiko penipuan identitas dan ancaman siber yang meningkat.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan insiden penipuan keuangan telah meningkat sebesar 25% dalam setahun terakhir, menyoroti kebutuhan mendesak akan solusi manajemen risiko yang andal.

Sebagai catatan, Advance.AI merupakan bagian dari Advance Intelligence Group. Ada tiga produk di bawahnya: Atome Financial (Atome, Kredit Pintar, ND Finance), Advance.AI (platform SaaS untuk identitas digital perusahaan), dan Ginee (omnichannel e-commerce).

Grup ini didukung oleh investor papan atas SoftBank Vision Fund 2, Warburg Pincus, Northstar, Vision Plus Capital, Gaorong Capital, Pavilion Capital, GSR Ventures, dan investor global yang berbasis di Singapura, EDBI. Putaran pendanaan terakhir yang diraih sebesar $80 juta untuk putaran Seri D, diumumkan pada Mei 2023.

*) Kami menambahkan pernyataan dari manajemen Advance.AI mengenai penjelasan solusi dan target perusahaan

Startup Agri-biotech Hyoshii Farm Umumkan Pendanaan Awal dari Konsorsium Angel Investor

Startup agri-biotech Hyoshii Farm mengumumkan telah mendapatkan pendanaan awal dari konsorsium angel investor dengan nominal dirahasiakan. Disampaikan dalam putaran ini terlibat sederet perusahaan swasta konglomerasi di berbagai industri, serta investasi mandiri tambahan dari para pendiri.

Didirikan sejak 2021 oleh William Rayawan, James Rayawan, dan Anthony Lee; Hyoshii Farm memiliki visi menjadi penghasil buah terbaik di Indonesia melalui kolaborasi dengan petani lokal, meningkatkan kualitas produksi lokal untuk bersaing dengan buah-buahan premium yang kebanyakan diimpor. Dengan teknologi, SDM, dan sumber daya yang tepat, startup ini ingin menjadi pionir perombakan kualitas dan pengalaman membeli buah-buahan lokal.

“Misi kami membawa kebahagiaan bagi masyarakat Indonesia melalui buah-buahan lokal berkualitas tinggi. Dengan prioritas terhadap proses perkebunan yang baik dan bertanggung jawab terhadap lingkungan, kami berharap lebih banyak orang menikmati manfaat kesehatan dari hasil perkebunan segar dari negeri sendiri. Hyoshii Farm pun ingin menginspirasi dan memberdayakan generasi muda untuk bergabung bersama kami untuk menjawab tantangan dan mengambil peluang di dalam sektor agrikultur Indonesia,” ujar Co-Founder & CEO Hyoshii Farm James Rayawan.

Dimulai dari stroberi

Varian produk stroberi Hatsu Hana yang dibudidayakan Hyoshii Farm / Hyoshii Farm
Varian produk stroberi Hatsu Hana yang dibudidayakan Hyoshii Farm / Hyoshii Farm

Saat ini Hyoshii Farm menjual stroberi dan aneka produk turunannya. Selain di jual ke konsumen akhir melalui berbagai supermarket (Rach Market, Papaya, dan sebagainya), mereka turut menjual produk ke rekanan B2B. Di fase sekarang ini fokus utama distribusinya masih di area Jakarta, Bandung, dan Surabaya — dan terus diperlebar.

Terkait budidaya stroberi, Hyoshii Farm turut menggandeng sejumlah petani, salah satunya berbasis di Lembang, Jawa Barat. Salah satu varian yang dibudidayakan adalah stroberi bernama Hatsu Hana, diklaim memiliki kualitas premium, rasa manis, aroma kuat, dan terlihat berkilau kemerahan.

Kendati bukan komoditas buah endemik dari sini, sejumlah area perkebunan di Indonesia (khususnya di dataran tinggi) cukup cocok digunakan untuk pembibitan stroberi. Namun demikian, ada tantangan tersendiri dalam membudidayakan buah berkualitas. Penanaman yang asal-asalan berujung pada kualitas buah yang buruk — mulai dari bentuknya mungil, rasa asam, hingga warna kusam.

Diketahui pasar lokal memiliki ketertarikan cukup besar, dibuktikan dengan Indonesia sebagai negara pengimpor stroberi Korea ke-7 di dunia. Namun menurut data BPS, stroberi adalah buah yang paling sedikit diproduksi pada 2021, dengan total 9.860 ton, yang mana 6.458 ton datang dari Jawa Barat. Perbandingannya cukup jauh dengan produksi pisang yang berada pada 8,7 juta ton.

Rencana berikutnya

Dana segar yang didapatkan akan dimanfaatkan Hyoshii Farm utamanya untuk ekspansi fasilitas produksi, termasuk pembangunan rumah kaca yang canggih dan juga investasi lebih besar dalam upaya riset dan pengembangan. Dengan mengedepankan inovasi dan penanaman stroberi yang lebih ideal untuk iklim tropis secara produktif, Hyoshii berkomitmen untuk menyuburkan benih revolusi lanskap agrikultur Indonesia. Dana segar juga akan digunakan meningkatkan area produksi 3x lipat.

Turut disampaikan juga, selama tiga tahun awal beroperasi, startup ini mengklaim margin operasional yang sudah menguntungkan, dan perusahaan tidak akan mengalokasikan pendanaan awal untuk menanggung biaya operasional. Hyoshii telah mencatat kenaikan permintaan produk lebih dari 10x lipat dalam satu tahun terakhir, kendati buah-buah beri impor membanjiri pasar Indonesia.

Hyoshii juga mendirikan unit bisnis baru di tahun ini sebagai bagian dari langkah strategis lebih lanjut untuk menjawab pertumbuhan permintaan. Unit baru ini akan menjangkau pelanggan dan petani tertentu untuk menyalurkan bibit-bibit unggul, pupuk serta obat-obatan, pelatihan, dan distribusi hasil kualitas panen di bawah merek Hyoshii.