Soul Parking Secures Seed Funding, Developing Smart Parking Infrastructure

Smart parking startup developer Soul Parking announced seed funding led by AC Ventures and Agaeti Ventures. Some angel investors are involved without further details mentioned, the nominal received is also undisclosed.

“We are very pleased to have partnered with AC Ventures, Agaeti Ventures, and angel investors; and we have the same vision to revolutionize conventional motorcycle parking in Indonesia,” Soul Parking’s Founder & CEO Ilham Akbar said.

Soul Parking was founded by five co-founders, consisting of Ilham Akbar (CEO), Andru Wijaya (CPO), Riza Aulya (COO), Unggul Depririanto (CTO), and Kenneth Darmansjah (CFO). They have developed solutions for parking management since 10 years ago.

Offering solutions

Soul Parking developed a smart parking solution called Compact Motorcycle Storage (CMS), a portable parking bag for bicycles. It is designed to get around the narrow land and the high demand for proper parking in strategic locations. The developed parking infrastructure is equipped with a digital application, which is able to facilitate the preparation, monitoring, and payment of vehicle parking, as well as facilitate the reporting of parking transactions to landowners.

“By only using around 60 square meters area, one CMS module can serve up to 240 motorbikes, which means one CMS module is able to increase 8 times the conventional parking capacity,” Co-Founder & CFO Kenneth Darmansjah added.

Parking space developed by Soul Parking
Parking space developed by Soul Parking

The business model applied is of two kinds. First, they sell CMS packages to anyone in need. With this option, the parking lot owner will manage the system independently. In the sale, Soul Parking also provides training on the use of the system. Second, they work together with land owners or parking areas in certain places. The management is carried out by Soul Parking team with profit sharing system.

Future plans

The company plans to build 10 new CMS through capital funds obtained from investors this year while developing user applications with features such as parking search, parking reservations, and payment. The first version of the application will be launched at the end of June 2020.

“We hope this breakthrough can help revolutionize motorcycle parking in Indonesia. By increasing efficiency and maximizing land capacity, especially in crowded cities, this will help reduce traffic congestion in very crowded areas,” Managing Partner of AC Ventures and Agaeti Ventures, Michael Soerijadji said.

In late February, Soul Parking established its first three CMS modules at Jl. Kebon Kacang Jakarta, in front of Plaza Indonesia Mall, and the Keraton Hotel. Every day, there are thousands of motorbikes parked in public areas at that location, causing incredible traffic jams. This solution is expected to minimize illegal parking and traffic congestion in Indonesia.

One of CMS module applied in the Jakarta area / Soul Parking
One of CMS module applied in the Jakarta area / Soul Parking

With around 120 million motorbikes in Indonesia, the founders believe this business has great potential. Out of the number, 15% are in Jakarta, making this region one of the most densely populated motorcycle populations in the world. Based on the latest data from BPS, motorcycle growth in Indonesia is 7% per year while road surface growth is less than 0.1% per year.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Soul Parking Bukukan Pendanaan Awal, Kembangkan Infrastruktur Parkir Sepeda Motor yang Dilengkapi Teknologi

Startup pengembang aplikasi penataan parkir sepeda motor Soul Parking mengumumkan perolehan pendanaan awal yang dipimpin AC Ventures dan Agaeti Ventures. Beberapa angel investor juga terlibat, kendati tidak disebutkan detailnya, pun terkait nominal yang diterima startup.

“Kami sangat senang telah bermitra dengan AC Ventures, Agaeti Ventures dan para angel investor; dan kami memiliki visi yang sama untuk merevolusi parkir sepeda motor konvensional di Indonesia” sambut Founder & CEO Soul Parking Kemas Ilham Akbar.

Soul Parking didirikan oleh lima orang co-founder, yang terdiri dari Ilham Akbar (CEO), Andru Wijaya (CPO), Riza Aulya (COO), Unggul Depririanto (CTO), dan Kenneth Darmansjah (CFO). Mereka mengembangkan solusi untuk pengelolaan tempat parkir sejak 10 tahun lalu.

Solusi yang dihadirkan

Soul Parking mengembangkan solusi yang motor dinamakan Compact Motorcycle Storage (CMS), sebuah kantong parkir portabel untuk sepeda. Didesain untuk menyiasati sempitnya lahan dan tingginya kebutuhan tepat parkir di lokasi-lokasi strategis. Infrastruktur parkir yang dikembangkan dilengkapi dengan aplikasi digital, yang mampu memudahkan dalam penyusunan, pengawasan, dan pembayaran parkir kendaraan, serta memudahkan dalam pelaporan transaksi parkir kepada pemilik lahan.

“Dengan hanya menggunakan luas lahan sekitar 60 meter persegi, satu modul CMS dapat melayani hingga 240 sepeda motor, yang artinya 1 modul CMS mampu meningkatkan 8 kali kapasitas parkir konvensional,” ujar Co-Founder & CFO Kenneth Darmansjah.

Gambaran infrastruktur tempat parkir yang dikembangkan Soul Parking / Soul Parking
Gambaran infrastruktur tempat parkir yang dikembangkan Soul Parking / Soul Parking

Model bisnis yang diterapkan ada dua macam. Pertama, mereka menjual paket CMS kepada siapa pun yang membutuhkan. Dengan opsi ini, pemilik tempat parkir akan mengelola sistem secara mandiri. Dalam penjualannya, Soul Parking turut menyediakan pelatihan penggunaan sistem. Kedua, mereka bekerja sama dengan pemilik lahan atau area parkir di tempat tertentu. Pengelolaan dilakukan tim Soul Parking dengan sistem bagi hasil.

Rencana berikutnya

Melalui dana modal yang diperoleh dari investor, perusahaan berencana untuk membangun 10 CMS baru pada tahun ini, sekaligus mengembangkan aplikasi pengguna dengan fitur seperti pencarian parkir, pemesanan parkir, serta pembayaran. Adapun aplikasi versi awal akan segera diluncurkan pada akhir Juni 2020.

“Kami berharap terobosan ini dapat membantu merevolusi parkir sepeda motor di Indonesia. Dengan meningkatkan efisiensi dan memaksimalkan kapasitas lahan, terutama di kota-kota yang padat, ini akan membantu mengurangi kemacetan lalu lintas di daerah yang sangat padat,” imbuh Managing Partner AC Ventures dan Agaeti Ventures, Michael Soerijadji.

Pada akhir bulan Februari yang lalu, Soul Parking mendirikan tiga modul CMS pertamanya di lokasi Jl. Kebon Kacang Jakarta, di seberang Mall Plaza Indonesia, dan Hotel Keraton. Setiap harinya, di lokasi tersebut terdapat ribuan sepeda motor yang terparkir di area publik sehingga menyebabkan kemacetan yang luar biasa. Harapannya dengan solusi yang dihadirkan dapat meminimalkan parkir ilegal dan kemacetan lalu lintas di Indonesia.

Salah satu modul CMS yang diaplikasikan di wilayah Jakarta / Soul Parking
Salah satu modul CMS yang diaplikasikan di wilayah Jakarta / Soul Parking

Dengan sekitar 120 juta sepeda motor di Indonesia, para founder meyakini bisnis ini memiliki potensi yang besar. Dari jumlah tersebut, 15% di antaranya berada di Jakarta, menjadikan wilayah ini sebagai salah satu kota dengan populasi sepeda motor terpadat di dunia. Berdasarkan data terbaru dari BPS, pertumbuhan sepeda motor di Indonesia sebesar 7% per tahunnya sedangkan pertumbuhan permukaan jalan kurang dari 0,1% per tahunnya.

A Logistics Aggregator Platform Shipper is Reportedly Securing 294 Billion Rupiah Worth of Series A Funding

Shipper, the logistics aggregator platform is reported to have secured Series A funding of $ 20 million or equivalent to 294.3 billion Rupiah. The round was led by Naspers with the participation of previous investors, AC Ventures, Insignia Ventures Partners, and Lightspeed Venture Partners.

This news was first released by DealStreetAsia; we have contacted Shipper’s Co-Founder Budi Handoko and AC Venture Managing Partner Adrian Li to get detailed confirmation, however, both are reluctant to comment on the news.

Previously the company closed its seed round in September 2019, raising funds worth $ 5 million or equivalent to 70.3 billion Rupiah. Investors involved included Lightspeed Ventures Partners, Floodgate Ventures, Insignia Ventures Partners, Convergence Ventures, and Y Combinator.

Since it was founded in 2017, Shipper has presented an integrated dashboard to help online sellers in e-commerce manage customer order shipments. In this dashboard, business people can easily get the most efficient logistics service recommendations, including pickup scheduling and integrated reporting.

Shipper’s internal data showed there are currently around 2500 logistic providers in Indonesia with various business scales. The Shipper service has also been used by around 25 thousand online merchants in Indonesia. This year they are targeting to have 1000 micro hubs for pick up and 20 logistics centers. The regional expansion has also been announced, targeting markets in Thailand, Vietnam, and the Philippines.

Shipper has other founder, besides Budi, he is Phil Opamuratawongse. Last year, the startup successfully joined the Y Combinator accelerator program in Silicon Valley, precisely in the Winter 2019.

In Indonesia, the “smart logistic” platform continues to develop. In terms of aggregator platform, besides Shipper, there is also Anjelo officially launched at the end of 2019. They offer logistics services, including last-mile delivery, cargo via air and sea, customs services, and warehousing.

In addition, with a model that is more integrated with its platform, Bukalapak also launched BukaSend. Aggregate services from logistics partners who have joined the company to facilitate consumers with shipments and courier orders.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Platform Agregator Logistik Shipper Dikabarkan Bukukan Pendanaan Seri A 294 Miliar Rupiah

Shipper, pengembang platform agregator logistik dikabarkan telah membukukan pendanaan seri A senilai $20 juta atau setara 294,3 miliar Rupiah. Putaran tersebut dipimpin Naspers dengan keterlibatan investor sebelumnya yakni AC Ventures, Insignia Ventures Partners, dan Lightspeed Venture Partners.

Kabar ini pertama kali dirilis oleh DealStreetAsia; kami telah menghubungi Co-Founder Shipper Budi Handoko dan Managing Partner AC Venture Adrian Li untuk mendapatkan konfirmasi lebih lanjut, hanya saja keduanya enggan berkomentar mengenai kabar tersebut.

Sebelumnya perusahaan menutup seed round mereka pada September 2019, kumpulkan dana senilai $5 juta atau setara 70,3 miliar Rupiah. Investor yang terlibat meliputi Lightspeed Ventures Partners, Floodgate Ventures, Insignia Ventures Partners, Convergence Ventures, dan Y Combinator.

Sejak didirikan pada tahun 2017, Shipper menyuguhkan sebuah dasbor terpadu untuk membantu online seller di e-commerce mengelola kiriman pesanan pelanggan. Dalam dasbor tersebut pelaku bisnis dapat dengan mudah mendapatkan rekomendasi layanan logistik yang paling efisien, termasuk untuk melakukan penjadwalan penjemputan dan pelaporan secara terpadu.

Dari data internal Shipper pun tercatat saat ini ada kurang lebih 2500 penyedia logistik di Indonesia dengan berbagai skala bisnis. Layanan Shipper juga sudah digunakan sekitar 25 ribu pedagang online di Indonesia. Tahun ini mereka menargetkan bisa memiliki 1000 hub mikro untuk penjemputan dan 20 pusat logistik. Ambisi ekspansi regional juga sudah disampaikan, targetnya juga bisa layani pasar Thailand, Vietnam, dan Filipina.

Selain Budi, Shipper turut didirikan oleh Phil Opamuratawongse. Tahun lalu, mereka berhasil tergabung dalam program akselerator Y Combinator di Silicon Valley, tepatnya pada periode Winter 2019.

Di Indonesia platform “smart logistic” terus berkembang. Untuk platform agregator, selain Shipper ada juga Anjelo yang diresmikan akhir 2019 lalu. Jenis layanan logistik yang ditawarkan meliputi last mile delivery, kargo via udara maupun laut, layanan kepabeanan, hingga pergudangan.

Selain itu, dengan model yang lebih terintegrasi dengan platformnya, Bukalapak juga luncurkan BukaSend. Mengagregasi layanan dari mitra logistik yang telah tergabung ke perusahaan untuk memudahkan konsumen melakukan pengiriman dan pemesanan kurir.

Openspace, MDI, dan AC Ventures Inisiasi Program Dukungan untuk Startup Lokal

Dalam rangka memberikan dorongan kepada startup di Indonesia, gerakan #StartupBergerakBersama diinisiasi oleh Openspace Ventures, MDI Ventures, dan AC Ventures. Gerakan ini mengajak masyarakat dan para wirausahawan untuk saling mendukung keberlangsungan startup dan merek lokal.

Sebagai langkah awal, ketiga pemodal ventura tersebut mengembangkan situs id.supportstartups.com yang berisi berbagai aktivitas promosi yang ditawarkan startup. Gerakan ini sebenarnya terinspirasi dari program serupa #SupportStartup yang dilakukan di Singapura; dan masih terafiliasi dengan program tersebut.

Saat ini sekitar 30 startup telah terdaftar di situs tersebut, dari berbagai vertikal meliputi logistik, e-commerce, SaaS, hingga coworking space. Mulai dari Akseleran, CoHive, Justika, Tanihub, dan lain-lain.

“Usaha kami dalam menghadapi krisis ini melampaui perusahaan portofolio kami dan telah mempengaruhi ekosistem startup secara menyeluruh. Kami sadar bahwa semua startup berisiko dan kita bersama-sama melindungi mereka. Ekosistem ini adalah komunitas kita bersama dan gerakan ini adalah upaya kami untuk menyampaikan bahwa kami 100% mendukung semua usaha,” ujar Partner Openspace Ventures Hian Goh.

CEO MDI Ventures Donald Wihardja mengatakan, sejak wabah Covid-19, MDI Ventures telah memulai beberapa gerakan seperti webinar mingguan dan situs indonesiabergerak.com dengan tujuan untuk menyampaikan informasi dan pengetahuan tentang bagaimana bisnis.

“#StartupBergerakBersama akan menjadi aksi pertama yang membantu perusahaan startup untuk meningkatkan traction dalam masa sulit ini bersama dengan teman-teman kami dari komunitas modal ventura,” ujar Donald.

Bagi startup digital – termasuk di luar portofolio ketiga modal ventura tersebut, dapat turut berpartisipasi meramaikan inisiatif ini dengan mendaftarkan diri dan mempublikasikan promonya melalui situs tersebut.

Di sisi lain, Amazon Web Services (AWS) tengah menawarkan US$5 ribu kredit promosi bagi startup yang mendaftarkan diri dalam program AWS. Kredit tersebut akan ditawarkan dalam program AWS Activate, yaitu program yang menyalurkan startup dengan infrastruktur komputasi awan yang terjangkau dan mudah digunakan.

Donald Wihardja Serves as The New CEO of MDI Ventures

Previously a Partner in Convergence Ventures, which recently rebrands into AC Ventures after the merger with Agaeti Ventures, Donald Wihardja has officially appointed as the CEO of MDI Ventures, signing up for the 9-month vacant position since the predecessor left. In general note, this position was previously occupied by Nicko Widjaja who is now leading the BRI Ventures.

As Donald making his entrance, Aldi Adrian Hartanto now serves as VP of Investments at MDI Ventures.

As MDI Ventures’ VP of investments, Aldi Adrian Hartanto told KrAsia, Donald Wihardja’s experience in terms of investment and running a business should add up more colors to the investment style and culture of the next-generation MDI Ventures.

He added, in the next few years, the main objective of MDI Ventures is to remain the same, which is in line with the vision of being a VC that focuses on top multi-stage funding in Southeast Asia.

It is hoped that Donald and his team can help to accelerate fundraising activities, so as to create an independent funding association, as well as support and strengthen the organization. In 2019 MDI Ventures successfully made 5 exits, with 3 acquisitions and 2 IPOs.

New managed funds

This year, MDI Ventures will soon add two new managed funds to strengthen Telkom Group’s startup investment portfolio from the early stage to the later stage. MDI Ventures’ Managing Partner, Kenneth Li revealed to DailySocial that the add-up was due to their four-year first-round allocation is running out.

Dana Kelolaan MDI Ventures

In early December 2019, Telkom Group through MDI Ventures and KB Financial Group from South Korea also formed a new managed fund called Centauri Fund. Tracing back, in mid-2019, a subsidiary in Telkomsel’s cellular business formed a new investment unit, namely Telkomsel Mitra Innovation (TMI) which also be managed by MDI Ventures.

Investment blocks in 2020

The pandemic has caused shifting in many business strategies, even so with investment strategies. In a number of interviews with venture capitalists, we received a lot of insights about Indonesia’s investment prediction to declining in 2020. Although some investors are convinced they will not delay any existing plans.

Kenneth said, there will be adjustments to investment activities. However, he estimates that there will be investors who take advantage of this situation to find startup portfolios whose valuations can be discounted, especially, investors with a strong cash reserve.

“We do not view investment plans from market aggressiveness, but startups that will succeed in the future. However, the investment depends on how investors determine their hypotheses. I am sure that VCs with new funds and good track records can survive in this situation,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Donald Wihardja Resmi Menjabat CEO MDI Ventures

Setelah menjabat sebagai Partner di Convergence Ventures yang kini berubah nama menjadi AC Ventures pasca merger dengan Agaeti Ventures, Donald Wihardja resmi menempati posisi baru sebagai CEO MDI Ventures, mengisi kekosongan posisi tersebut selama 9 bulan sejak ditinggal pendahulunya. Seperti diketahui, posisi ini sebelumnya ditempati oleh Nicko Widjaja yang kini hijrah untuk membangun BRI Ventures.

Bersamaan dengan masuknya Donald, Aldi Adrian Hartanto kini menjabat sebagai VP of Investments di MDI Ventures.

Kepada KrASIA VP of investments MDI Ventures Aldi Adrian Hartanto mengungkapkan, berangkat dari pengalaman yang dimiliki oleh Donald Wihardja dalam hal investasi dan menjalankan bisnis, bisa menambah warna tersendiri kepada gaya investasi dan kultur di MDI Ventures selanjutnya.

Ditambahkan olehnya, dalam beberapa tahun ke depan, tujuan utama dari MDI Ventures adalah tetap sama, yaitu sesuai dengan visi menjadi VC yang fokus kepada pendanaan top multi-stage di Asia Tenggara.

Diharapkan Donald bersama tim bisa membantu untuk mengakselerasi aktivitas penggalangan dana, agar bisa menciptakan asosiasi pendanaan yang mandiri, sekaligus mendukung dan memperkuat organisasi. Tahun 2019 MDI Ventures berhasil catatkan 5 exit, dengan 3 akuisisi dan 2 IPO.

Tambah dana kelolaan baru

Tahun ini MDI Ventures segera menambah dua dana kelolaan baru lagi untuk memperkuat portfolio investasi startup Telkom Group dari tahap early stage sampai later stage. Kepada DailySocial Managing Partner MDI Ventures Kenneth Li mengungkapkan, bahwa penambahan ini dikarenakan alokasi dana putaran pertama selama empat tahun sudah habis.

Dana Kelolaan MDI Ventures

Awal Desember 2019 lalu, Telkom Group melalui MDI Ventures dan KB Financial Group asal Korea Selatan juga membentuk dana kelolaan baru bernama Centauri Fund. Mundur lagi, di pertengahan 2019, anak usaha di bisnis seluler Telkomsel membentuk unit investasi baru, yaitu Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) yang akan dikelola oleh MDI Ventures.

Tantangan investasi di 2020

Pandemi membuat banyak strategi bisnis harus disusun ulang, pun demikian dengan strategi investasi.  Dalam sejumlah wawancara dengan venture capitalist, kami banyak mendapatkan insight soal prediksi bahwa investasi di Indonesia bakal menurun di 2020. Kendati beberapa pemodal meyakinkan tidak akan menunda rencana-rencana yang sudah ada.

Kenneth menilai, akan ada penyesuaian pada aktivitas investasi. Namun, ia memperkirakan akan ada investor yang memanfaatkan situasi ini untuk mencari portfolio startup yang valuasinya dapat di-discount, terutama, investor yang punya cash reserve kuat.

“Kita tidak melihat rencana investasi dari agresivitas pasar, tetapi startup yang bakal berhasil di masa depan. Bagaimanapun juga, investasi itu bergantung dari cara investor menetapkan hipotesisnya. Saya yakin VC yang punya fund baru dan track record baik bisa bertahan di situasi ini,” ujarnya.

[Weekly Updates] Agaeti and Convergence Merge as AC Ventures; Investree Raises $23.5 Million; and More

Two local venture capitals, Agaeti and Convergence, has formalize their merger as AC Ventures. Meanwhile, plenty of funding news last week, including Investree raises $23.5 million Series C funding led by Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG) and BRI Ventures, BukuWarung secures seed funding led by East Ventures, and Webtraces announces seed funding led by Prasetia Dwidharma.

AC Ventures is Agaeti Ventures and Convergence Ventures’ New Identity

The two local venture capitals, Agaeti Ventures and Convergence Ventures, has officially merged and took a new name as AC Ventures (ACV). Both company’s partners are joining the new entity. They are Adrian Li, Michael Soerijadji, Donald Wihardja, and Pandu Sjahrir.

AC Ventures to invest in 35 early-stage startups within the next three years. Its preferred focus are e-commerce, digital content enabled service, financial technology, and MSME enabled technology.

ACV is the first consolidated VC firm to be officially announced in Indonesia. After the first wave of investment in the past decade, some venture capitals are said to start a consolidation to raise the next round of fund.

Investree Raises 382 Billion Rupiah Funding of Series C’s First Round

The p2p lending startup, Investree, announced the first round of Series C funding worth of $23.5 million (more than 382 billion Rupiah) led by MUIP, a subsidiary of Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG), and BRI Ventures. Also participated are SBI Holdings and 9F Fintech Holding Group, both are existing investors.

Investree’s Co-founder & CEO, Adrian Gunadi, explained, the fresh money will be channeled to tighten the company’s position as the leading p2p lending for SMEs and to support business in Thailand and the Philippines.

Webtrace Announces Seed Funding, Developing Logistics Management Platform

To accelerate business growth, Webtrace has secured seed funding led by Prasetia Dwidharma. Also participated in this funding was Astra Ventura. With the fresh funding, the company plans to toughen marketing activities and acquire more customers while increasing sales.

Webtrace intends to be a useful platform for fleet management to have a technology solution for the more efficient logistics business, also to improve productivity and security. It can work using IoT solutions and sensors to produce data compilation and real-time analytics.

SME Accounting App Developer BukuWarung Announces Seed Funding Led by East Ventures

BukuWarung, a SaaS accounting startup for SMEs, announced seed funding led by East Ventures. The fresh money will be channeled to tighten the company’s position and recruiting talents of engineers, product, design, growth and partnership.

Also participated other investors such as AC Ventures (merger of Agaeti Ventures and Convergence Ventures), Golden Gate Ventures, Tanglin Venture Partners, and Michael Sampoerna. It is also mentioned some angel investors from Grab, Gojek, Flipkart, Paypal, Xendit, Rapyd, Alterra, ZenRooms, and others.

BukuWarung was founded by Abhinay Peddisetty and Chinmay Chauhan in late 2019 when both are still working at Carousell.

Ramalan Industri VC Indonesia 2020 di Tengah Pandemi

Tahun 2019 membawa angin segar terhadap iklim investasi di industri startup Indonesia. Startup Report yang diterbitkan DailySocial mencatat sejumlah pencapaian menarik pada lanskap investasi startup di Tanah Air sepanjang 2019.

Pertama, terdapat 113 transaksi yang diumumkan ke publik dengan total nilai $2,95 miliar. Jumlah transaksi ini melampaui pencapaian di 2017 (67) dan 2018 (71). Kedua, pendanaan pada startup di growth stage, yakni seri A hingga seri C, mengalami peningkatan cukup signifikan dibandingkan tahun 2018 dan 2017.

Tahun ini, pencapaian di atas belum tentu dapat berulang. Krisis kesehatan akibat COVID-19 memukul rata seluruh perekonomian dan bisnis global. Banyak kekhawatiran yang timbul atas berbagai kebijakan pemerintah terkait untuk menyetop rantai penyebaran COVID-19.

Bagi perusahaan pemodal ventura (venture capital/VC), kekhawatiran ini tentu akan membatasi rencana investasi dan “exit strategy“. Bahkan di kuartal satu ini, industri telah menyaksikan konsolidasi pertama VC di Indonesia yang diumumkan ke publik, yakni Agaeti Ventures dan Convergence Ventures menjadi AC Ventures (ACV).

Apakah tren konsolidasi bakal mewarnai industri VC di Tanah Air? Bagaimana tren dan proyeksi industri VC di sepanjang tahun ini?

Iklim investasi menurun di 2020

Dari informasi yang dihimpun DailySocial,  sejumlah venture capitalist memprediksi bahwa aktivitas investasi di Indonesia bakal menurun di 2020. CEO BRI Ventures Nicko Widjaja memprediksi ada potensi penurunan nilai pada target penggalangan dana startup. Ia mencontohkan, startup yang sempat menggalang dana seri D bisa saja turun ke seri C2, atau dari target seri C menjadi seri B2, dan begitu seterusnya.

Akan tetapi, dengan proyeksi ini, Nicko tetap memastikan tidak akan ada penundaan rencana investasi bagi BRI Ventures. Selain VC tersebut baru dibentuk pertengahan tahun lalu, eks CEO MDI Ventures ini mengaku sudah mengantongi sejumlah deal jauh sebelum pandemi ini terjadi.

“Setiap rencana investasi kami tentu disesuaikan dengan strategi induk usaha. Nah, kami sudah closing beberapa funding sebelum COVID-19 ini. Kami percaya ekosistem bakal pulih dengan sendirinya,” ungkapnya.

Sementara itu, Managing Partner MDI Ventures Kenneth Li menilai akan ada penyesuaian pada aktivitas investasi. Namun, ia memperkirakan akan ada investor yang memanfaatkan situasi ini untuk mencari portfolio startup yang valuasinya dapat di-discount, terutama, investor yang punya cash reserve kuat.

“Kita tidak melihat rencana investasi dari agresivitas pasar, tetapi startup yang bakal berhasil di masa depan. Bagaimanapun juga, investasi itu bergantung dari cara investor menetapkan hipotesisnya. Saya yakin VC yang punya fund baru dan track record baik bisa bertahan di situasi ini,” paparnya dalam pesan singkat.

Kenneth juga memastikan bahwa penyebaran virus Corona tersebut tidak akan menunda rencana investasi dan pembentukan dua dana kelolaan barunya tahun ini. Apalagi, dana kelolaan baru ini ditarget mengumpulkan Rp7 triliun.

Sebetulnya, hingga kuartal pertama 2020, pendanaan terhadap startup di Indonesia masih terbilang normal. DSResearch mencatat terdapat 20 transaksi pendanaan yang diumumkan ke publik pada periode Januari-Maret 2020. Angka ini relatif normal jika dibandingkan dengan jumlah transaksi pendanaan di periode sama tahun lalu yang sebanyak 27 transaksi.

Namun, jika melihat perkembangan situasi yang mulai genting sejak Maret ini, ada kemungkinan sejumlah kesepakatan investasi yang sudah dijajaki di bulan-bulan sebelumnya bakal terhambat.

Pelaku startup diminta berhati-hati

Kebijakan pembatasan kegiatan selama sebulan terakhir mulai memberikan dampak ganda terhadap pertumbuhan bisnis di industri startup. Ada yang sudah mulai mengalami kemerosotan permintaan, dan sebaliknya ada banyak yang kebanjiran transaksi karena kebijakan ini.

Masih disampaikan Nicko, startup early stage hingga unicorn sekalipun harus berhati-hati dalam menjalankan strategi bisnis dan kegiatan ekspansi demi mengejar pertumbuhan tahunan. Terutama startup early stage perlu waspada karena hanya memiliki runway yang singkat. Adapun, startup di growth stage perlu menyesuaikan capital spending dalam menjalankan aktivitas bisnis.

“Nah, startup late stage yang berencana exit dengan IPO atau M&A bakal tertunda. Intinya, kebanyakan valuasi [startup] bakal berkurang signifikan dari target yang diincar, setidaknya dalam dua kuartal ke depan,” ungkapnya.

Di situasi seperti ini, ia akan menerapkan berbagai skenario yang lebih hati-hati terhadap portfolio dan calon investee. Namun, Nicko meyakini situasi ini bakal memicu sinergi yang lebih aktif antara startup dan korporasi.

Sementara itu, VC paling aktif di Indonesia, East Ventures, mengungkap bahwa pihaknya terus mengamati perkembangan situasi, tetapi akan mengurangi rencana untuk mengantongi deal investasi baru.

Bagi East Ventures yang mengelola 170 portfolio, situasi ini menjadi tanda waspada mengingat segala macam strategi yang direncanakan menjadi tidak valid dengan situasi saat ini. Maka itu, ia memastikan bahwa seluruh portfolionya memiliki keuangan yang disiplin agar mampu melewati krisis ini

“Saat ini, kami akan lebih fokus mengelola portfolio existing. Kita akan lihat bagaimana COVID-19 berdampak ke industri keuangan,” kata Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca kepada DailySocial.

Tahun sulit bagi pendanaan di 2015/2016 untuk menuai untung

Dikatakan Nicko Widjaja sebelumnya, situasi pandemi dapat memberikan efek berkepanjangan karena strategi “exit“, baik dengan IPO maupun M&A menjadi tidak memungkinkan dilakukan tahun ini.

Menurutnya, bagi funding di pertengahan atau akhir 2017/2018, situasi sekarang menjadi sangat tidak pasti mengingat investor berupaya beradaptasi dengan menyelaraskan tesis awal–terutama mereka yang membuat rencana bisnis besar, seperti ekspansi ke pasar Asia Tenggara.

Sementara, bagi VC yang menghimpun pendanaan di 2015/2016, terutama VC yang belum dapat menggalang dana putaran kedua, tahun ini menjadi tahun yang sulit untuk panen untung. Hal ini karena seharusnya VC sudah bisa “menuai” hasil dari opsi exit di 2020.

Ia bahkan menyebut sulit bicara keuntungan hingga 20 kali lipat di tahun ini meskipun Indonesia sudah memiliki banyak startup unicorn dan centaur. Sebagai catatan, Nicko telah membawa 7 exit dari 30 portfolio MDI Ventures di 2018 dan 2019 dengan rerata keuntungan 3-7 kali lipat.

“VC seperti kami dan Tanglin Ventures Partners–berdasarkan white paper terbaru oleh SEA Founders–menilai langkah yang tepat di situasi seperti adalah buying time, terutama investor yang baru saja menggalang dana dan punya cash cukup besar untuk deploy,” papar Nicko.

Maka itu, ia menggarisbawahi pentingnya likuiditas bagi VC maupun corporate venture capital (CVC). Bagi investor yang mengincar likuiditas, langkah terbaik saat ini adalah masuk ke pasar sekunder. “Pasar sekunder punya nilai tawar paling banyak karena likuiditas sangat terbatas. Terutama bagi dana investasi di periode 2015/2016. Jika tidak, investor akan sulit meyakinkan LP untuk galang dana di putaran berikutnya,” jelasnya.

Sebetulnya, ujar Nicko, masuk ke pasar sekunder tidak pernah menjadi opsi ideal bagi VC. Langkah ini dapat menunjukkan kurangnya manuver LP di masa turbulensi sekarang karena tidak dapat memaksimalkan pengembalian modal yang paling diinginkan.

“Saya percaya market correction adalah sesuatu yang kita butuhkan di sektor teknologi sehingga dapat memisahkan pemain sungguhan dan yang tidak. Namun, saya percaya dengan ekosistem VC, dan ini saat yang tepat bagi kami untuk membangun bisnis lebih dari sebelumnya,” paparnya.

The SME Accounting App Developer BukuWarung Announces Seed Funding Led by East Ventures

BukuWarung, a SaaS accounting startup for SMEs, announced seed funding led by East Ventures. The fresh money will be channeled to tighten the company’s position and recruiting talents of engineers, product, design, growth and partnership.

Also participated other investors such as AC Ventures (merger of Agaeti Ventures and Convergence Ventures), Golden Gate Ventures, Tanglin Venture Partners, and Michael Sampoerna. It is also mentioned some angel investors from Grab, Gojek, Flipkart, Paypal, Xendit, Rapyd, Alterra, ZenRooms, and others.

In the exact event, Lunasbos‘ founder, Adjie Purbojati joined BukaWarung as the founding team to help accelerate the company’s growth. Lunasbos is a two-way accounting, claimed as one of the leading players in the accounting service industry for Indonesian SMEs.

BukuWarung was founded by Abhinay Peddisetty and Chinmay Chauhan in late 2019 when both are still working at Carousell. Previously, they also had experienced working in Grab, Belong and Near. They’re actively develop services for payment and financial for the last 15 years for SMEs in Indonesia and Southeast Asia.

BukuWarung is an app to facilitate SME players to record transactions digitally. It also provides feature to record debt and return.

The shop owner can record the transactions of customers who owe money. Nevertheless, the business owner owes the supplier or another party. Billing notifications are available via SMS or WhatsApp which will be sent as a bill.

There is also feature for income and outcome in order to record the cash flow and the report is accessible per day, week, or month.

bukuwarunng

In today’s official release (4/7), BukuWarung’s Co-founder, Abhinay Peddisetty said, “In the early days, BukuWarung has its own moment of strong growth. However, the number has not reached 1% of 60 million shop owners in Indonesia, which mostly depends on traditional accounting or never had any.”

“[..] Our mission is to support the shop owners with technology, therefore, they can manage their business in an efficient way. Kasbon (debt/return) includes in 80% of their business. This is the main reason we focus on digital accounting,” he added.

BukaWarung’s Co-founder, Chinmay Chauhan continued, “From our experience of developing products for driver and seller in Grab and Carousell, we are aware of the most useful product for SME is a simple product. The feature we offer has increased engagement for 500% in the last two months.”

Chinmay said that in the near future the company will release a feature for stall owners to send bills to their customers in the form of a payment link. The link is connected with a digital wallet and other methods.

“This is our effort to help them reduce direct contact amid the threat of the Covid-19 outbreak.”

East Ventures’ Co-Founder and Managing Partner Willson Cuaca said, they’re interested in BukuWarung because of their focus and quick execution. As a result, the traction and engagement growth is quite rapid, making them one of the main players in the market.

“We are sure the next wave of innovative startups will emerge from efforts to encourage digitization in the SME segment. Therefore, we don’t waste much time to decide to become a BukuWarung partner,” explained Willson.

It also mentioned that the following months after its launching, BukuWarung already used by 250 thousand stalls in 500 cities and regencies in Indonesia. The majority of them are located in second and third-tier cities.

It is said, through the application, users receive return debt payments three times faster and feel the impact of payment reminder features on their business cash flow. In addition, users can save time and expenses by an average of Rp110 thousand, which is usually spent on manual bookkeeping with ledgers, stationery, and calculators.

The new BukuWarung application is available for Android users. The iOS version is being considered for its availability.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here