Semua yang AMD Umumkan di CES 2022

AMD mengawali tahun 2022 dengan sederet pengumuman yang mencuri perhatian. Di panggung CES, Lisa Su dan timnya memperkenalkan produk-produk baru yang siap AMD luncurkan tahun ini, baik untuk ranah laptop maupun desktop.

Mulai dari prosesor dan kartu grafis laptop baru, sampai keluarga prosesor Zen 4, ada banyak hal menarik yang bisa disoroti dari acara peluncuran AMD di CES 2022. Anda bisa menonton video lengkapnya di YouTube, atau Anda juga bisa membaca rangkumannya di sini.

Prosesor laptop AMD Ryzen 6000 Series

Dalam presentasinya, Lisa Su memaparkan bahwa keluarga prosesor laptop Ryzen 6000 Series dibangun di atas arsitektur Zen 3+ dengan proses pabrikasi 6 nm, sekaligus mengemas chip grafis terintegrasi dari arsitektur RDNA 2. Total ada sekitar 20 model prosesor yang bakal dirilis, dan seperti biasa, AMD bakal membaginya menjadi seri U untuk laptop mainstream dan seri H untuk laptop gaming.

Dibanding generasi sebelumnya, Ryzen 6000 Series menjanjikan peningkatan kinerja CPU hingga 1,3x dan kinerja GPU hingga 2x lebih cepat. Lebih lanjut soal performa grafisnya, AMD mencontohkan bahwa performa GPU yang tertanam di Ryzen 6800U mampu melampaui chip Intel Xe milik prosesor Intel Core i7-1165G7 dan bahkan Nvidia GeForce MX450 yang merupakan kartu grafis diskret.

Selain lebih gegas dari generasi sebelumnya, Ryzen 6000 Series juga lebih irit daya. Dalam skenario video conferencing menggunakan Microsoft Teams misalnya, AMD mengklaim ada penurunan konsumsi daya hingga 30%. Lalu saat dipakai untuk streaming Netflix, konsumsi dayanya bisa lebih irit sampai 40%.

AMD pun tidak lupa melengkapi keluarga prosesor Ryzen 6000 Series dengan dukungan teknologi-teknologi terbaru seperti RAM DDR5, PCIe 4.0, Wi-Fi 6E, USB 4, serta chip pengaman terintegrasi Microsoft Pluton. Kapan laptop yang ditenagai prosesor Ryzen 6000 Series bakal muncul di pasaran? Paling cepat Februari 2022 kalau kata AMD.

Kartu grafis laptop AMD Radeon RX 6000M Series dan RX 6000S Series

Prosesor laptop sudah, saatnya membahas kartu grafis diskret yang AMD persiapkan untuk beragam laptop tahun ini. Untuk laptop gaming di kasta flagship, AMD kini punya Radeon RX 6850M XT yang menjanjikan pengalaman gaming yang mulus di resolusi 1440p, dengan klaim peningkatan performa hingga 7% dibanding model flagship sebelumnya, RX 6800M. Di bawah itu, beberapa opsi kartu grafis baru AMD meliputi RX 6650M XT, RX 6650M, RX 6500M, dan RX 6300M.

Namun yang kedengarannya lebih menarik justru adalah keluarga kartu grafis baru RX 6000S Series. Huruf “S” di sini mengacu pada kata “Slim”, dan AMD secara spesifik merancangnya untuk digunakan di laptop-laptop gaming yang punya bodi hingga 20% lebih tipis dari biasanya, serta yang bobotnya kurang dari 2 kilogram.

Sejauh ini sudah ada tiga model yang AMD persiapkan: RX 6800S, RX 6700S, dan RX 6600S. Untuk mengilustrasikan performanya, AMD bilang bahwa RX 6800S dengan TGP 100 W sanggup menjalankan beberapa judul game AAA di 100 fps pada resolusi 1080p dan dengan pengaturan grafis rata kanan. Lalu jika dibandingkan dengan GPU laptop pesaing macam RTX 3080, AMD meyakini RX 6800S mampu mencatatkan performa hingga 10% lebih kencang di beberapa judul game pada resolusi 1080p.

Bagi yang sedang berburu laptop gaming baru, mungkin ada baiknya Anda sedikit bersabar mengingat deretan laptop yang ditenagai kartu grafis baru AMD ini dikabarkan siap meluncur pada kuartal pertama tahun ini juga. Juga patut dinanti adalah laptop gaming bersertifikasi AMD Advantage yang menandemkan prosesor Ryzen 6000 Series dengan kartu grafis Radeon RX 6000M Series ataupun RX 6000S Series untuk mewujudkan sejumlah teknologi eksklusif rancangan AMD.

Kartu grafis desktop AMD Radeon RX 6500 XT dan Radeon RX 6400

Buat pengguna perangkat desktop, khususnya yang memiliki bujet agak terbatas, AMD sudah menyiapkan RX 6500 XT yang akan dijual mulai 19 Januari 2022 di kisaran harga $199 — meski pada kenyataannya mungkin bakal sangat sulit bagi kita untuk mendapatkannya di kisaran harga tersebut jika melihat kondisi krisis di industri semikonduktor yang masih berkepanjangan.

Terlepas dari itu, RX 6500 XT menjanjikan performa yang cukup kapabel untuk gaming di resolusi 1080p. Spesifikasinya mencakup boost clock hingga 2,8 GHz, 16 compute unit, 16 hardware ray accelerator, 16 MB Infinity Cache, VRAM 4 GB GDDR6, memory bus width 64-bit, dan total memory bandwith sebesar 144 GB/s. TDP-nya berada di kisaran 100 W, dan PC Anda perlu minimal PSU berdaya 400 W untuk menyokongnya.

Sementara itu, untuk RX 6400, spesifikasinya jelas di bawah RX 6500 XT, namun sebagian besar dari kita tidak perlu terlalu memikirkannya karena produk ini hanya akan tersedia di PC pre-built bikinan OEM — atau ini justru bisa jadi alternatif yang menarik di saat stok kartu grafis sedang kosong di mana-mana dan harganya juga jauh dari kata rasional?

Selain kedua kartu grafis baru tersebut, AMD turut mengumumkan Radeon Super Resolution (RSR). Ini pada dasarnya merupakan teknologi upscaling FSR, tapi yang sudah diintegrasikan sampai ke tingkatan driver. Dengan begitu, asalkan Anda memakai kartu grafis AMD yang kompatibel, RSR dapat diaktifkan di hampir semua game. Mengenai kualitas visual dan peningkatan performa yang dihasilkan, sepertinya tidak ada perbedaan antara RSR dan FSR mengingat algoritma yang digunakan sama.

Prosesor desktop dengan teknologi 3D V-Cache dan arsitektur Zen 4

Di musim semi 2022 ini, AMD bakal meluncurkan prosesor pertamanya yang mengandalkan teknologi 3D V-Cache, yakni Ryzen 7 5800X3D yang memiliki 8-core dan 16-thread. Sepintas kedengarannya sepele karena arsitektur CPU yang digunakan masih sama seperti sebelumnya, akan tetapi kehadiran teknologi 3D V-Cache ini rupanya mampu meningkatkan performa gaming secara cukup signifikan.

Dibandingkan dengan Ryzen 9 5900X yang satu kasta lebih tinggi, Ryzen 7 5800X3D justru bisa mencatatkan performa gaming hingga 15% lebih tinggi jika dirata-rata. Lalu jika diadu dengan kubu sebelah, spesifiknya Intel i9-12900K, Ryzen 7 5800X3D rupanya juga sanggup menghasilkan lebih banyak fps di beberapa judul game. Di atas panggung, Lisa Su tidak lupa mengatakan bahwa lewat prosesor ini, AMD sekali lagi berhasil merebut titel prosesor gaming tercepat di dunia.

Terakhir sekaligus yang mungkin paling dinanti oleh banyak orang, AMD mengumumkan keluarga prosesor desktop Ryzen 7000 Series yang dibangun di atas arsitektur Zen 4 dengan proses pabrikasi 5 nm. Tak hanya menggunakan arsitektur baru, Zen 4 bahkan juga mengadopsi desain chip baru sekaligus soket baru AM5.

Soket baru ini bertipe LGA, mirip seperti yang digunakan oleh Intel ketimbang yang AMD pakai selama ini. AMD belum berbicara banyak soal prosesor dan platform barunya ini, tapi yang pasti dukungan terhadap teknologi-teknologi terbaru seperti DDR5 dan PCIe 5.0 bakal hadir sebagai standar. Lebih lengkapnya baru akan disingkap mendekati peluncuran resminya di babak kedua 2022.

Sumber: AMD.

CES 2022: Acer Luncurkan Tiga Chromebook Baru, Salah Satunya dengan Prosesor ARM MediaTek

Popularitas Chromebook meningkat pesat dalam dua tahun terakhir seiring kita menjalani rutinitas secara online. Salah satu pabrikan yang konsisten menggarap Chromebook adalah Acer. Pabrikan asal Taiwan ini bahkan sudah menggeluti segmen Chromebook sejak dunia belum mengenal COVID-19.

Di CES 2022, Acer memperkenalkan tiga Chromebook baru, yakni Chromebook Spin 513, Chromebook 315 dan Chromebook 314. Masing-masing datang membawa sejumlah penyempurnaan dibanding model yang sama dari generasi sebelumnya.

Acer Chromebook Spin 513 (CP513-2H)

Dibandingkan pendahulunya, generasi terbaru dari Chromebook Spin 513 ini hadir dengan beberapa perubahan yang cukup signifikan. Dari segi fisik misalnya, sasis aluminiumnya kini lebih panjang secara vertikal karena aspect ratio layar sentuhnya yang berubah menjadi 3:2, mengikuti tren terkini yang dipercaya bisa membantu meningkatkan produktivitas.

Layarnya bukan cuma lebih besar dengan bentang diagonal 13,5 inci, tapi juga lebih tajam dengan resolusi 2256 x 1504. Meski layarnya membesar, bodi perangkat tetap bisa dibuat cukup ringkas berkat bezel setipis 7,7 mm yang mengapit sisi kiri dan kanan layarnya. Fisiknya pun tangguh dan sudah memenuhi standar militer MIL-STD 810H.

Perubahan drastis lainnya terdapat di dalam. Di versi terbarunya ini, prosesor Qualcomm Snapdragon 7c telah digantikan oleh MediaTek Kompanio 1380 yang sama-sama berinti delapan. Soal baterai, Acer mengklaim perangkat ini bisa beroperasi hingga 10 jam nonstop — kalah awet dibanding pendahulunya, tapi bisa jadi karena layarnya punya resolusi lebih tinggi.

Acer sejauh ini belum punya informasi soal ketersediaannya di kawasan Asia, namun yang pasti perangkat ini bakal dipasarkan di Amerika Serikat pada bulan Juni 2022 dengan harga mulai $600.

Acer Chromebook 315 (CB315-4H/T) dan Chromebook 314 (CB314-3H/T)

Untuk Chromebook 315, perubahannya tergolong cukup minor. Versi anyarnya tak lagi memakai prosesor AMD, melainkan opsi terbaru dari Intel, yakni Celeron N4500, Celeron N5100, atau Pentium Silver N600. Layar yang tersematkan masih sama, dengan ukuran 15,6 inci dan resolusi FHD, serta lapisan anti-glare sebagai pelengkap. Konsumen nantinya juga dapat memilih antara varian touchscreen atau non-touchscreen.

Meluncur di masa pandemi, webcam dan mikrofon yang mumpuni tentu menjadi poin yang perlu diperhatikan, dan Chromebook 315 pun tidak luput dari itu. Yang cukup unik adalah touchpad-nya, yang terbuat dari sampah-sampah plastik yang berasal dari laut dan sudah didaur ulang menjadi bertekstur seperti kaca.

Alternatifnya, Acer turut menawarkan Chromebook 314 yang mengusung spesifikasi dan fitur serupa, tapi dengan layar 14 inci ketimbang 15,6 inci. Berhubung lebih kecil, model yang satu ini otomatis tidak memiliki numpad di keyboard-nya. Selebihnya, Chromebook 314 cukup identik dengan Chromebook 315.

Di AS, Acer kabarnya bakal memasarkan Chromebook 315 di bulan Januari ini juga dengan banderol mulai $300, sementara Chromebook 314 baru akan menyusul di bulan Juni, juga dengan harga mulai $300.

Sumber: Acer.

CES 2022: LG Singkap Sejumlah Terobosan Baru di Ranah OLED Display

Seperti biasa setiap tahunnya, LG memanfaatkan ajang Consumer Electronics Show (CES) untuk mendemonstrasikan terobosan-terobosan terbarunya di bidang display. Tahun ini, LG sudah menyiapkan beberapa kejutan menarik, terutama yang berkaitan dengan teknologi OLED.

Yang pertama adalah OLED.EX, generasi baru TV OLED yang menjanjikan kualitas gambar yang lebih baik lagi. Rahasianya terletak pada pemanfaatan deuterium, sehingga masing-masing diodenya mampu memancarkan cahaya yang lebih terang. Persisnya hingga 30 persen lebih terang daripada panel OLED tradisional.

Di saat yang sama, OLED.EX juga bisa membuat TV tampak lebih estetis berkat bezel yang kian menipis dari 6 mm menjadi 4 mm. Rencananya, teknologi OLED.EX ini bakal mulai diimplementasikan ke semua TV OLED yang LG produksi mulai kuartal kedua 2022.

Selanjutnya, LG Display turut memamerkan teknologi Transparent OLED dalam berbagai bentuk. Sesuai namanya, Transparent OLED punya warna yang cukup transparan untuk menggantikan kaca biasa, tapi di saat yang sama juga mampu menampilkan gambar dengan kualitas yang baik. Dari sini kita sudah bisa langsung menebak skenario penggunaannya yang paling ideal, yakni untuk menggantikan kaca etalase di pusat perbelanjaan.

Selain untuk memberikan pengalaman baru bagi kita yang hobi cuci mata di mal, LG juga melihat potensi penggunaan Transparent OLED di lokasi-lokasi publik lain, seperti salah satunya di stasiun kereta bawah tanah. Bukan cuma itu, Transparent OLED juga dapat dikemas menjadi sebuah kaca pintar yang secara spesifik didesain untuk lingkungan perkantoran.

Terobosan lain yang mencuri perhatian adalah Virtual Ride, sebuah sepeda statis dengan tiga panel OLED 55 inci yang melengkung secara vertikal di bagian depan dan atasnya. Tidak kalah menarik adalah Media Chair, semacam home teather personal yang menandemkan kursi malas dengan layar OLED melengkung dan sistem audio yang sangat kapabel.

LG turut menyiapkan panel OLED foldable berukuran 17 inci untuk laptop yang diklaim hampir tidak memiliki garis lipatan. Kemudian di sektor gaming, LG tahun ini berencana merilis TV/monitor gaming OLED berukuran 42 inci dan 48 inci.

Terakhir, untuk produk non-OLED, LG memperkenalkan IPS Black, varian baru yang diklaim memiliki kadar kehitaman (black level) hingga 35 persen lebih pekat daripada IPS biasa. Lebih lanjut, IPS Black juga diyakini memancarkan gelombang cahaya biru dalam jumlah yang jauh lebih sedikit. Semoga saja harga monitor IPS Black tidak terpaut terlalu jauh dari monitor IPS standar.

Sumber: LG Display.

CES 2022: Samsung Umumkan Trio Monitor Premium Baru, Masing-Masing dengan Target Pasar Berbeda

Ajang CES yang digelar setiap tahun di kota Las Vegas kerap menjadi panggung demonstrasi teknologi display terbaru, dan tradisi tersebut terus dipertahankan hingga tahun ini. Dari kubu Samsung, mereka menyingkap tiga monitor premium baru, masing-masing dengan target pasar yang berbeda.

Samsung Odyssey Neo G8 32″ (G85NB)

Menurut Samsung, ini merupakan monitor pertama yang mengemas panel 4K dengan kurvatur 1000R, refresh rate 240 Hz, dan waktu respon 1 milidetik (GtG). Seperti yang sudah bisa ditebak dari spesifikasi panelnya tersebut, monitor ini ditujukan untuk gamer yang memiliki PC berspesifikasi sultan.

Kata “Neo” pada namanya menandakan bahwa jenis panel yang digunakan adalah Quantum Mini LED. Jenis panel ini menjanjikan tingkat kontras dan reproduksi warna yang jauh lebih superior ketimbang panel LED tradisional. Pasalnya, ukuran LED backlight individualnya jauh lebih kecil, sehingga pada akhirnya bisa dikelompokkan menjadi lebih banyak local dimming zone.

Dengan layar 32 inci dan aspect ratio standar 16:9, Odyssey Neo G8 bisa menjadi alternatif yang lebih ‘normal’ ketimbang Odyssey Neo G9 yang masuk kategori ultrawide. Secara estetika, kedua monitor mengadopsi gaya desain yang cukup mirip, mengindikasikan kalau keduanya memang duduk di kelas yang sama tingginya. Sejauh ini belum ada informasi mengenai harga jual Odyssey Neo G8. Namun sebagai referensi, Odyssey Neo G9 dibanderol $2.500.

Samsung Smart Monitor M8 32″ (M80B)

Meneruskan jejak Smart Monitor M7, monitor ini hadir dengan sejumlah pembaruan yang menjadikannya jauh lebih cerdas ketimbang pendahulunya, salah satunya integrasi fungsionalitas IoT. Jadi selain mengusung karakteristik smart TV, Smart Monitor M8 juga bisa berperan sebagai smart home hub untuk perangkat-perangkat IoT yang tergabung dalam ekosistem SmartThings.

Tidak kalah menarik adalah aksesori berupa webcam yang dapat dilepas-pasang secara magnetis, sehingga pengguna juga bisa memakai Smart Monitor M8 untuk video call, lagi-lagi tanpa harus terhubung ke PC. Kepada The Verge, Samsung juga mengklaim bahwa monitor ini bisa dipakai untuk cloud gaming, meski sejauh ini belum ada kejelasan soal platform cloud gaming yang didukung.

Lebih jelasnya akan diungkap mendekati hari peluncurannya nanti, demikian pula info soal harga jual resminya.

Samsung High Resolution Monitor S8 (S80PB)

Tersedia dalam ukuran 27 inci dan 32 inci, model yang satu ini ditujukan bagi para profesional dan kreator yang benar-benar membutuhkan display dengan akurasi warna terbaik. Selain menawarkan color gamut 98% DCI-P3 dan sertifikasi DisplayHDR 600, monitor ini juga sudah memenuhi standar verifikasi Glare Free yang ditetapkan oleh Underwriter Laboratories. Dengan kata lain, meski tidak dilengkapi monitor hood, refleksi yang tampak di layar dipastikan bakal tetap minimal.

Samsung tidak lupa menyematkan port USB-C yang mendukung charging 90 W beserta port LAN sehingga pengguna bisa mewujudkan setup bekerja yang minimalis, tanpa harus banyak bergantung dengan aksesori docking station dan sejenisnya.

Sumber: Samsung.

Acer Predator Triton 300 SE Sajikan Performa Gaming yang Mumpuni dalam Kemasan ala Laptop Bisnis

Seperti halnya Asus maupun Lenovo, Acer juga memperkenalkan sederet laptop baru di CES 2021. Namun satu yang paling memikat menurut saya adalah Acer Predator Triton 300 SE. Lucunya, ketimbang harus tampil heboh agar mengundang banyak perhatian, daya tarik Predator Triton 300 SE justru terletak pada sisi minimalisnya.

Dalam keadaan tertutup, mungkin tidak akan ada yang mengira bahwa laptop ini merupakan laptop gaming. Bahkan saat sudah dibuka pun, Anda mungkin masih akan menganggapnya sebagai laptop biasa sebelum akhirnya sadar bahwa keyboard-nya dilengkapi backlight RGB. Dengan penampilan serba logam yang seelegan itu, Predator Triton 300 SE semestinya bisa menarik perhatian para pebisnis profesional yang hobi bermain game.

Berbeda dari Predator Triton 300, laptop ini punya wujud yang lebih ringkas. Tebalnya cuma 17,9 mm, dan bobotnya tidak lebih dari 1,7 kg. Ukuran layar IPS-nya juga lebih kecil di angka 14 inci, tapi masih dengan resolusi 1080p dan refresh rate 144 Hz. Pada samping kiri dan kanannya, Anda bisa menjumpai beragam port, mulai dari Thunderbolt 4, USB 3.2 Gen 2, sampai port HDMI.

Sebagai laptop keluaran tahun 2021, jeroannya sudah pasti menggunakan komponen-komponen yang terbaru. Pada konfigurasi termahalnya, Predator Triton 300 SE mengandalkan prosesor Intel Core i7-11375H yang memiliki boost clock 5 GHz plus GPU RTX 3060 versi laptop yang baru Nvidia umumkan belum lama ini. Melengkapi spesifikasinya adalah RAM dengan kapasitas maksimum 24 GB dan SSD sebesar 1 TB.

Satu detail yang belum Acer ungkap sejauh ini adalah kapasitas baterai yang tertanam di Predator Triton 300 SE, akan tetapi mereka menargetkan masa pakai selama 10 jam per charge – tentu saja bukan untuk dipakai gaming, dan cukup rasional untuk standar laptop dengan layar FHD.

Rencananya, Acer bakal melepas Predator Triton 300 SE ke pasaran mulai bulan Februari. Di Amerika Serikat, harganya dibuka di angka $1.400, akan tetapi Acer tidak merincikan seperti apa spesifikasi yang ditawarkan varian termurahnya tersebut. Buat yang mendambakan laptop gaming ringkas dengan gaya industrial yang simpel, doakan saja Acer bisa segera mendatangkannya ke tanah air.

Sumber: The Verge.

Tak Hanya Upgrade Spesifikasi, Lenovo Legion 7 Edisi 2021 Juga Unggulkan Layar yang Istimewa

Seperti biasa setiap tahunnya, Lenovo meluncurkan sederet laptop baru di ajang CES. Dari sekian banyak laptop yang diungkap tahun ini, salah satu yang paling mencuri perhatian adalah generasi terbaru dari Lenovo Legion 7.

Ketimbang sebatas mendapat penyegaran spesifikasi begitu saja, laptop ini juga menerima upgrade yang cukup dramatis di sektor layar: IPS 16 inci dengan resolusi 2560 x 1600 pixel (QHD dengan aspect ratio 16:10) dan refresh rate 165 Hz. Bandingkan dengan generasi sebelumnya yang hanya mengemas layar 15 inci dengan resolusi 1080p dan refresh rate 144 Hz.

Lenovo cukup berbangga menjadi yang pertama menawarkan kombinasi ukuran 16 inci dengan resolusi QHD dan refresh rate 165 Hz. Lebih lanjut, layar milik Legion 7 ini juga sudah mengantongi sertifikasi DisplayHDR 400, Dolby Vision, serta Nvidia G-Sync. Tingkat kecerahan maksimumnya pun cukup tinggi di angka 500 nit.

Lalu untuk spesifikasinya, tentu saja Lenovo tidak ingin melewatkan kesempatan untuk memanfaatkan inovasi yang paling baru, seperti misalnya GPU Nvidia RTX 30 Series untuk laptop. Pada konfigurasi termahalnya, Legion 7 menandemkan GPU RTX 3080 dengan prosesor 8-core AMD Ryzen 9 5900H yang juga masih sangat gres, plus RAM 32 GB dan SSD NVMe berkapasitas 2 TB.

Kinerja Legion 7 edisi 2021 juga semakin dioptimalkan berkat penyempurnaan pada sistem pendinginnya, yang bisa kita lihat dari banyaknya lubang ventilasi pada sasisnya. Menurut Lenovo, sistem pendingin generasi baru ini mampu meningkatkan sirkulasi udara hingga 18 persen jika dibandingkan dengan sistem milik generasi sebelumnya.

Semua itu dikemas dalam bodi yang masih tergolong ringkas untuk ukuran laptop 16 inci. Tebal bodinya tidak lebih dari 23,5 mm, dan bobotnya berada di kisaran 2,5 kg. Meski demikian, Lenovo rupanya masih bisa menjejalkan baterai berkapasitas 80 Wh serta seabrek port di bagian samping maupun belakangnya, termasuk halnya port Ethernet.

Rencananya, Lenovo Legion 7 edisi 2021 ini baru akan dijual mulai bulan Juni 2021. Harganya dipatok mulai $1.670, namun sejauh ini belum diketahui varian termurahnya itu mencakup spesifikasi apa saja.

Sumber: Lenovo dan PC Gamer.

Razer Perbarui Blade 15 dan Blade Pro 17 dengan GPU RTX 30 Series dan Opsi Layar 360 Hz

Seperti biasa ketika Nvidia atau AMD memperkenalkan seri GPU baru untuk laptop, produsen laptop gaming pun langsung tancap gas memperkenalkan penawaran-penawaran terbarunya. Peristiwa yang sama terjadi pekan lalu setelah Nvidia menyingkap RTX 30 Series untuk laptop. Dikatakan bahwa sejauh ini sudah ada lebih dari 70 model laptop yang hadir mengusung seri GPU berarsitektur Ampere tersebut.

Dari lusinan laptop itu, lebih dari separuhnya mengemas layar dengan refresh rate 240 Hz atau lebih. Dua di antaranya datang dari Razer, yakni Razer Blade 15 dan Razer Blade Pro 17. Keduanya sama-sama dapat dikonfigurasikan dengan layar 1080p dan refresh rate 360 Hz, lebih tinggi lagi daripada yang ditawarkan tahun lalu.

Razer Blade 15

Alternatifnya, konsumen Blade 15 juga bisa memilih dua kombinasi lain, yaitu 1440p 240 Hz atau 4K 60 Hz dengan panel OLED, sedangkan konsumen Blade Pro 17 memiliki dua opsi alternatif berupa 1440p 165 Hz atau 4K 120 Hz. Tentu saja semua itu tidak akan bisa diwujudkan tanpa melibatkan GPU RTX 30 Series, dan di sini konsumen bebas memilih antara RTX 3060, RTX 3070, atau RTX 3080.

Untuk prosesornya, Razer ternyata masih memercayakan prosesor yang sama, yakni Intel Core i7-10875H pada varian termahalnya. Seandainya saya sempat membeli Razer Blade 15 atau Blade Pro 17 edisi 2020, saya pasti bakal sangat menyesal. Pasalnya, yang berubah kali ini memang hanyalah spesifikasi layar dan GPU-nya, dan Razer pun tidak menaikkan harganya secara drastis.

Razer Blade Pro 17 / Razer
Razer Blade Pro 17 / Razer

Sebagai contoh, Blade 15 edisi 2020 dijual seharga $1.600 untuk varian termurahnya yang mengemas GPU GTX 1660 Ti. Untuk tahun ini, varian termurah Blade 15 yang mengusung GPU RTX 3060 dihargai $1.700. Razer Blade Pro 17 pun juga demikian; varian paling murahnya tahun lalu dibanderol $2.600, sedangkan tahun ini varian termurahnya yang ditenagai RTX 3060 dijual seharga $2.300.

Harga tersebut memang jauh dari patokan harga yang Nvidia tetapkan, akan tetapi Razer cukup bangga menyebut Blade 15 sebagai salah satu laptop gaming 15 inci paling ringkas yang ditenagai RTX 30 Series yang ada di pasaran saat ini, serta Blade Pro 17 sebagai salah satu yang paling tipis, dengan tebal bodi tidak lebih dari 2 cm. Di saat yang sama, Razer juga masih bisa menyematkan konektivitas yang lengkap, termasuk halnya SD card reader, dan ini tentu bisa menjadi daya tarik tersendiri di kalangan kreator konten.

Sumber: Razer.

Drone dan Action Cam 8K Bakal Hadir pada Awal Tahun 2022

Di kalangan produsen system-on-a-chip (SoC), nama Ambarella memang kalah populer dibanding Qualcomm atau MediaTek. Kendati demikian, Ambarella selama ini punya peran besar dalam memajukan industri kamera dan drone, dan chip buatannya juga sudah lama menjadi otak di balik produk-produk populer keluaran GoPro maupun DJI.

Yang terbaru, Ambarella memperkenalkan AI vision processor CV5 di ajang CES 2021, dan SoC anyar ini bakal memulai tren action cam beserta drone dengan kemampuan merekam video 8K. Bukan sembarang 8K, melainkan 8K 60 fps. Sebagai referensi, ponsel flagship terbaru Samsung pun ‘hanya’ mampu merekam video 8K 24 fps.

Secara teknis, Ambarella CV5 memadukan AI engine CVflow dengan sepasang prosesor ARM Cortex-A76. Produksinya telah memanfaatkan teknologi pabrikasi 5 nanometer, dan itu berujung pada efisiensi energinya yang luar biasa: untuk encoding video 8K 30 fps misalnya, CV5 hanya mengonsumsi daya sebesar 2 watt saja.

Karena sangat irit daya, SoC ini tidak cuma ideal untuk action cam maupun drone saja, melainkan juga perangkat seperti kamera pengawas maupun kamera mobil. Namun tidak bisa dipungkiri, CV5 punya daya tarik tersendiri di mata produsen drone, terlebih berkat kemampuannya mengeksekusi fitur-fitur navigasi pintar selagi sedang mengolah data hasil perekaman video 8K 60 fps secara real-time.

Ambarella CV5 AI vision processor

Untuk produsen action cam, CV5 juga kian menarik berkat kemampuannya mengatasi perekaman video 4K 240 fps, yang berarti adegan slow-motion bisa diabadikan dalam resolusi yang lebih tinggi lagi. Lebih lanjut, fakta bahwa CV5 dapat memproses empat 4K stream sekaligus tentu bakal menarik perhatian para produsen kamera 360 derajat.

Ambarella sejauh ini memang belum menyebutkan pabrikan mana saja yang sudah berniat menggunakan SoC CV5 pada produknya, tapi semestinya brand besar seperti GoPro, Insta360, atau DJI tentu tidak akan melewatkan peluang untuk menciptakan kamera maupun drone dengan kemampuan merekam video 8K 60 fps atau 4K 240 fps, tidak ketinggalan pula dukungan terhadap fitur-fitur advanced macam HDR maupun image stabilization.

Kapan perangkat-perangkat tersebut bakal tersedia masih tanda tanya. Namun kalau menurut perwakilan Ambarella sendiri, yakni Christopher Day yang menjabat sebagai VP of Marketing and Business Development, biasanya butuh waktu sekitar satu tahun sebelum perangkat-perangkat yang menggunakan SoC terbaru Ambarella bisa diluncurkan ke pasaran. Dengan kata lain, sepertinya kita masih harus bersabar sampai awal tahun depan.

Sumber: CNET dan Ambarella.

JBL Luncurkan Headphone dan Empat TWS Noise Cancelling Baru

JBL merayakan hari jadinya yang ke-75 tahun ini, dan anak perusahaan Harman itu langsung menyerbu CES 2021 dengan sederet perangkat audio baru. Spesifiknya, JBL memperkenalkan satu headphone dan empat TWS baru, semuanya lengkap dengan teknologi active noise cancellation (ANC).

JBL Tour One

Kita mulai dari yang paling besar dulu, yakni JBL Tour One yang akan dijual mulai akhir bulan Mei mendatang. Dengan banderol $300, ia pada dasarnya bakal bersaing langsung dengan Sony WH-1000XM4, salah satu headphone ANC terpopuler di rentang harga ini. Secara estetika, kedua headphone ini juga sama-sama mengusung desain yang simpel sekaligus elegan.

Urusan kualitas suara, Tour One mengandalkan sepasang driver 40 mm plus sertifikasi Hi-Res Audio. Total ada empat buah mikrofon yang tertanam di dalamnya, dan JBL tidak lupa membekalinya dengan teknologi ANC yang bersifat adaptif, yang dapat menyesuaikan sendiri intensitas fitur noise cancellation-nya berdasarkan kondisi di sekitar secara real-time.

Juga menarik adalah fitur SilentNow, yang memungkinkan pengguna untuk sebatas mengaktifkan fitur ANC tanpa harus memutar musik, cocok ketika hendak menenangkan pikiran dalam suasana yang benar-benar hening. Dalam sekali pengisian, Tour One diyakini dapat beroperasi hingga 25 jam nonstop, atau malah sampai 50 jam kalau fitur ANC-nya dimatikan.

JBL Tour Pro+

JBL Tour Pro+ / JBL
JBL Tour Pro+ / JBL

Kalau kurang suka dengan headphone over-ear, ada JBL Tour Pro+ yang mengemas sejumlah fitur unggulan Tour One dalam wujud TWS. Bukan cuma fitur ANC yang adaptif, tapi juga fitur SilentNow tadi sehingga penggunanya dapat memblokir suara luar tanpa harus diiringi dengan lagu.

Tidak ketinggalan juga adalah fitur Fast Pair yang secara otomatis akan menyambungkan perangkat ke smartphone sesaat setelah case-nya di buka. Kualitas suaranya sendiri ditunjang oleh sepasang driver berdiameter 6,8 mm beserta tiga buah mikrofon. Semua itu dikemas dalam bodi yang tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX4.

Baterai Tour Pro+ diklaim mampu bertahan hingga 6 jam pemakaian, atau hingga 8 jam tanpa ANC (total 30 jam kalau dipadukan dengan charging case-nya). Perangkat ini rencananya akan dijual seharga $200 mulai akhir bulan Mei.

JBL Live Pro+

JBL Live Pro+ / JBL
JBL Live Pro+ / JBL

Buat yang lebih nyaman menggunakan TWS bertangkai ala AirPods, JBL punya Live Pro+ yang dihargai $180. ANC dan mode ambient merupakan fitur standar di sini, demikian pula fitur Fast Pair dan Dual Connect + Sync, yang memungkinkan unit sebelah kiri dan kanan untuk digunakan secara terpisah.

Dalam sekali pengisian, JBL Live Pro+ disebut sanggup beroperasi selama 6 jam, atau 7 jam kalau tidak mengaktifkan fitur ANC-nya. Disandingkan dengan charging case-nya, total daya tahan baterai yang disuguhkan mencapai angka 21 jam. Perangkat ini kabarnya akan hadir lebih dulu mulai bulan Maret.

JBL Live Free NC+

JBL Live Free NC+ / JBL
JBL Live Free NC+ / JBL

Masih di seri Live, JBL juga mengumumkan Live Free NC+ yang mengadopsi desain TWS tradisional. Fitur-fitur yang ditawarkan hampir mirip seperti Live Pro+, hanya saja ia tidak dibekali mikrofon berteknologi echo cancelling. Pun demikian, fisiknya justru lebih tahan air dengan sertifikasi IPX7 ketimbang IPX4.

Selagi terisi penuh, Live Free NC+ siap menemani penggunanya beraktivitas hingga 7 jam nonstop, sedangkan charging case-nya bisa menyuplai 14 jam daya baterai ekstra. Harganya dipatok $150, dengan jadwal pemasaran yang sama seperti Live Pro+.

JBL Reflect Mini NC TWS

JBL Reflect Mini NC TWS / JBL
JBL Reflect Mini NC TWS / JBL

Terakhir, JBL turut menyingkap Reflect Mini NC TWS yang punya tampilan sporty dan dibekali semacam sirip yang adjustable demi memantapkan posisinya selagi berada di dalam telinga pengguna. Meski mungil, ia masih ditenagai driver berdiameter 6 mm, dan JBL pun tak lupa menyematkan fitur-fitur praktis macam Fast Pair maupun auto-pause.

Perangkat ini punya baterai yang bisa bertahan sampai 7 jam pemakaian, atau sampai 21 jam kalau digabungkan dengan charging case-nya. JBL berencana memasarkannya seharga $150 mulai musim semi mendatang.

Sumber: CNET.

Asus Umumkan Keyboard dan Mouse Gaming Baru, ROG Claymore II dan ROG Gladius III

Asus meluncurkan sederet perangkat gaming anyar di ajang CES 2021 pekan lalu. Dua di antaranya adalah periferal yang cukup menarik, yakni keyboard ROG Claymore II dan mouse ROG Gladius III.

Kita mulai dari keyboard-nya terlebih dulu. Secara teknis, Claymore II merupakan sebuah keyboard wireless dengan layout TKL alias tenkeyless. Menariknya, ia datang bersama sebuah numpad yang dapat dilepas-pasang dengan mudah, memberikan akses cepat ke tombol-tombol angka, sekaligus empat tombol shortcut yang dapat diprogram beserta sebuah kenop volume.

Wujud modular ini jelas membuatnya sangat fleksibel, persis seperti generasi pertamanya yang dirilis lima tahun silam. Jadi saat sedang bekerja, biarkan saja numpad-nya terpasang, lalu saat waktu bermain sudah tiba, pengguna dapat melepas numpad-nya.

Alternatifnya, modul numpad tersebut juga bisa dipindah ke sebelah kiri keyboard, cocok bagi yang memerlukan sederet tombol macro ekstra selama bermain. Selain numpad, ada pula wrist rest yang dapat dilepas-pasang secara magnetis.

Namun bentuk yang modular belum menceritakan perangkat ini secara lengkap. Inovasi lainnya juga dapat kita temukan di balik masing-masing tombolnya, yakni switch baru bertipe optical. Dibandingkan mechanical switch biasa, optical switch menjanjikan responsivitas dan ketahanan yang lebih baik berkat cara kerjanya yang melibatkan sinar inframerah ketimbang pelat logam yang ringkih.

Sejauh ini populasi keyboard gaming yang dibekali optical switch di pasaran memang belum banyak. Dua yang paling populer adalah Razer Huntsman dan Corsair K100, dan sekarang tampaknya Asus juga ingin mencuri sebagian pangsa pasar di kategori tersebut.

Sama seperti Razer, Asus juga menawarkan dua macam optical switch yang bisa dibedakan melalui warnanya: merah (linear) atau biru (tactile). Namun apapun yang konsumen pilih, switch-nya dipastikan tahan hingga 100 juta kali klik.

Selain menawarkan konektivitas wireless, ROG Claymore II juga dapat disambungkan via kabel USB-C jika diperlukan. Dalam posisi wireless, baterainya diklaim sanggup bertahan hingga 40 jam per charge, atau sampai 100 jam apabila lampu RGB-nya dimatikan. Asus belum menentukan berapa harga jual dari keyboard ini, akan tetapi pemasarannya dijadwalkan berlangsung mulai kuartal kedua tahun ini.

ROG Gladius III

Untuk mouse-nya, ROG Gladius III hadir dalam dua varian: wireless atau wired. Desain ergonomis milik pendahulunya masih dipertahankan, akan tetapi bobotnya telah dipangkas secara drastis, dari 130 gram menjadi 89 gram. Varian wired-nya malah lebih ringan lagi di angka 79 gram, dan semua ini bakal terasa semakin nyaman dipakai bermanuver ketika dipadukan dengan mouse feet berbahan PTFE 100%.

Seperti sebelumnya, Gladius III datang membawa total enam buah tombol yang semuanya dapat diprogram sesuai kebutuhan. Juga sudah menjadi tradisi adalah switch tombol kiri dan kanannya yang mudah sekali dilepas-pasang. Dengan demikian, seandainya kinerja switch yang dipakai sudah mulai memburuk akibat umur pemakaian (double click), pengguna tinggal melepas dan menggantinya dengan yang baru tanpa melibatkan solder sama sekali.

Selain untuk memperpanjang umur mouse, kemudahan melepas-pasang switch ini juga berarti pengguna dapat melakukan kustomisasi jenis switch sesuai preferensinya masing-masing. Yang baru pada Gladius III adalah kompatibilitasnya dengan optical switch generasi anyar yang menggunakan lima buah pin konektor ketimbang tiga.

Untuk performanya, ROG Gladius III menggunakan sensor generasi baru yang menawarkan sensitivitas maksimum 19.000 DPI dan kecepatan tracking 400 IPS. Pada varian wireless-nya, pengguna bisa memilih antara konektivitas wireless 2,4 GHz, Bluetooth 5.1 LE, atau via kabel USB-C. Sayangnya Asus tidak bilang seberapa lama baterainya bisa bertahan di masing-masing mode.

Asus sampai saat ini juga belum mengumumkan harganya. Penjualannya sendiri tidak akan dimulai sebelum kuartal kedua 2021, sama seperti keyboard ROG Claymore II tadi.

Sumber: Asus 1, 2.