Sektor Digital yang Berpotensi Kian Perkasa Setelah Pandemi Berakhir

Hari-hari yang berat menggelayuti ekonomi dan bisnis selama masa pandemi. Situasi saat ini diperkirakan bakal memperburuk ekonomi dunia dan memperparah tingkat pengangguran. International Monetary Fund atau IMF memproyeksi dampak ekonomi dari wabah Covid-19 ini akan jauh lebih buruk dari resesi global 2008 silam.

Namun resesi tak melulu hanya diisi oleh kabar buruk. Sejarah mencatat selalu ada bisnis, yang tak hanya sekadar bertahan dari krisis, yang justru performanya meningkat drastis. Selain karena kebutuhan di sektor tertentu yang meningkat, keputusan dan strategi yang tepat menjadi alasan mereka dapat mencuat sebagai jawara di bidangnya.

Airbnb dan Uber bisa jadi contoh yang tepat. Keduanya berdiri ketika badai resesi global yang berpusat di Amerika Serikat sedang berembus kencang. Airbnb yang berdiri Agustus 2008 kini bernilai US$35 miliar. Uber berdiri pada Maret 2009 sejak IPO sekarang bernilai US$82,4 miliar. Sebagai tambahan, ada juga Pinterest yang muncul pada Desember 2009 telah mengantongi valuasi hingga US$10,6 miliar.

Pola tersebut sejatinya tak hanya terjadi pada startup saja. Korporasi besar yang kita kenal saat ini pun tak sedikit yang lahir dari periode paceklik. Amazon dan eBay adalah sedikit dari contoh yang ada. Berpegang pada pola tersebut pola tersebut, maka tak akan mengherankan setelah pandemi ini berakhir akan bermunculan beberapa jenis layanan dan penyedianya tampil sebagai pemenang.

Healthtech

Tak bisa dipungkiri situasi pandemi saat ini berhasil mengetuk kesadaran banyak orang untuk lebih peka terhadap kondisi kesehatannya. Harga jahe yang kini menembus harga Rp100.000, naik hingga lima kali lipat dari harga normal, adalah bukti paling dekat bagaimana masyarakat kian memperhatikan kesehatan mereka.

Begitu pula yang terjadi dengan healthtech. Layanan telemedicine misalnya kian diminati publik. Mereka yang khawatir akan kemungkinan tertular Covid-19 dan sungkan meninggalkan tempat tinggal bisa dengan mudah mengakses chatbot yang disediakan platform healthtech, seperti dari Alodokter, Halodoc, dan Prixa.

Dikutip dari Katadata, Halodoc dikabarkan transaksi untuk suplemen kesehatan dan produk seperti masker naik hingga dua kali lipat. Begitu pula Alodokter yang menyebut traffic platform mereka tembus dua juta kunjungan. Ini menandakan publik bakal terbiasa dengan produk-produk yang ditawarkan oleh platform ini.

Tanda-tanda melejitnya bisnis layanan kesehatan juga terbaca di lantai bursa. Zacks Equity Research di situs Nasdaq meyakini saham-saham layanan kesehatan di Amerika Serikat bakal melampaui perkiraan pendapatan kuartal pertama mereka.

Video conference

Jika harus menarik pelajaran terpenting dari masa isolasi seperti sekarang, jawaban yang paling relevan untuk para pekerja kerah putih adalah rapat virtual tidak sesulit itu. Platform video conference sudah ada sejak bertahun-tahun lalu, tapi baru kali ini rapat virtual diterima sebagai sesuatu yang lazim.

Skype mungkin aplikasi video conference yang paling awal diketahui publik. Tapi selama masa swakarantina tak akan ada yang bisa menyangkal Zoom menjadi pilihan utama banyak orang. Saking populernya, Zoom tak jarang digunakan sebagai sarana pergaulan.

Transparency Market Research menghitung pasar video conference akan tumbuh rata-rata 8,4% dari kurun 2020-2027. Nilai pasar ini secara global sudah mencapai US$6,1 miliar atau sekitar Rp94 triliun pada tahun lalu. Dengan perkiraan tingkat pertumbuhan di atas, maka pasar video conference berkisar US$11,56 miliar atau Rp178 triliun.

Zoom punya peluang besar mendominasi pasar itu. Namun pengamanan data pengguna yang buruk sangat mungkin menjegal Zoom sebagai pemain nomor satu di pasar. Ini artinya peta kompetisi masih terbuka lebar dan opsi lain di luar Google Meet, Microsoft Teams, hingga Cisco Webex, termasuk pemain lokal seperti Telkomsel CloudX.

Gaming

Kegiatan pengisi waktu luang favorit banyak orang. Seiring terbatasnya kegiatan yang bisa dilakukan selama swakarantina, game console dan esports adalah wahana pelarian yang sempurna.

Memang dalam beberapa aspek, ekosistem game tak sepenuhnya membawa kabar baik. Pembatalan dan penundaan turnamen esport adalah contohnya. Namun di luar itu, industri game tumbuh subur.

Kita bisa mulai dari jumlah pemain yang meningkat drastis. Counter Strike Global Offensive misalnya mencatat rekor jumlah pemain yang bermain dalam waktu bersamaan lebih dari 1 juta orang. Di platform yang lain, Animal Crossing jadi fenomena baru. Permainan buatan Nintendo ini menjelma sebagai game paling dibicarakan sejagat dengan rekor penjualan di berbagai negara.

Sementara itu streaming game tak kalah kencang melaju selama musim wabah ini. Twitch sebagai platform streaming game menjadi tolok ukurnya. Twitch berhasil membukukan lebih dari 3 miliar jam tayang selama kuartal pertama. Rekor demi rekor pun dicetak oleh platform streaming lain, seperti YouTube Gaming Live dan Facebook.

Agritech

Selain tenaga kesehatan, tidak ada pekerja yang lebih esensial selama pandemi dibanding mereka. Aktivitas boleh berkurang, tapi perut tak akan bisa kosong. Adu efisien dan kecepatan menjadi penting bagi para pemain agritech di situasi seperti sekarang.

Di Indonesia, pelaku agritech sedang subur-suburnya. Pembatasan aktivitas untuk mencegah penyebaran Covid-19 memperkuat posisi agritech di dalam mata rantai distribusi pangan. Pasalnya kegiatan belanja bahan pangan kini mau tak mau harus dilakukan dari rumah.

Ini pun memengaruhi distribusi akhir produk pertanian. Jika sebelumnya, konsumen harus datang ke pasar, pasar swalayan, atau ritel modern, maka sistem pesan dan antar jadi tren terbaru. Seperti diketahui bersama sistem ini sangat tak lazim sebelum wabah Covid-19 melanda karena selama ini kita hanya memesan makanan jadi. Namun periode musibah saat ini justru memperlihatkan bahwa distribusi akhir bahan pangan bisa dilakukan ke depan pintu rumah.

kumparan Luncurkan “Pusat Informasi Corona”, Berisi Data hingga Panduan Menghadapi Pandemi

Untuk memberikan informasi yang relevan dan terjamin akurasinya, kumparan pada Minggu (19/4) meluncurkan Pusat Informasi Corona. Laman tersebut dapat diakses melalui https://kumparan.com/corona.

Platform yang dirilis menyajikan data, peta, panduan, dan berita terbaru seputar pandemi Covid-19. Panduan yang disajikan mengangkat tema yaitu Memahami Virus Corona, Pencegahan Diri & Keluarga, Prosedur Tes & Panduan Kesehatan, Happy at Home, Rumah Sakit Rujukan, Hotline Corona, Kumpulan Doa, Pengumuman Pemerintah, dan Donasi Lawan Corona.

kumparan ingin membantu masyarakat agar tidak gugup, memahami apa yang sedang terjadi, mengerti apa yang harus dilakukan dalam menghadapi pandemi corona ini. Ini alasan utamanya. Semoga kita semua selalu diberkahi keselamatan dan kesehatan,” kata Hugo Diba, CEO kumparan.

Menurut Hugo, akses terhadap informasi kredibel merupakan kunci penting dalam menghadapi pandemi ini. Semakin banyak informasi dan panduan yang diterima masyarakat maka semakin besar peluang menyelesaikan permasalahan ini dengan cepat.

Pusat Informasi Corona disusun oleh jurnalis kumparan yang selama beberapa bulan terakhir mengikuti perkembangan pandemi. Materi panduan didapatkan dari sumber-sumber kredibel yang dikurasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia.

Peluncuran resmi Pusat Informasi Corona dilaksanakan lewat rangkaian acara online menghadirkan sejumlah menteri, tokoh nasional, dan reportase lengkap dari seluruh provinsi di Indonesia. Beberapa pembicara dalam acara ini antara lain Menkeu Sri Mulyani Indrawati, Menaker Ida Fauziyah, Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo, mantan Wapres Jusuf Kalla, dan Ketua KADIN Rosan Roeslani.

Ramai-ramai saling bahu

Salah satu dampak positif yang bisa dirasakan di tengah pandemi, berbagai elemen dalam ekosistem startup digital saling bahu memberikan solusi bagi masyarakat. Bentuknya cukup beragam, mulai yang membantu bisnis UKM agar tetap memiliki daya beli, menyediakan akses belajar gratis, hingga menyajikan kanal untuk pendamping olahraga di rumah.

Beberapa startup di bidang kesehatan juga terus berinovasi sajikan pelayanan terbaik. Beberapa mencoba membuat produk untuk membantu masyarakat melakukan pemeriksaan, beberapa lagi sajikan kanal yang memudahkan masyarakat untuk terhubung dengan tenaga medis. Menjadi sinyal yang baik, di tengah ‘banting tulang’ para pebisnis untuk memastikan usahanya bertahan, mereka masih banyak meluangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang bersifat sosial.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Pusat Informasi Corona yang dibesut kumparan

Seekmi Lanjutkan Rencana Ekspansi, Luncurkan Layanan Disinfeksi

Didirikan pada tahun 2015, saat ini Seekmi telah memiliki sekitar 20 ribu lebih tenaga kerja yang terdiri dari tukang, jasa kebersihan, dan teknisi yang terlatih dan bersertifikat. Beberapa jasa yang dihadirkan di antaranya pemasangan AC, pipa ledeng, alat rumah tangga, kebersihan, dan layanan penatu.

Memasuki tahun 2020, Seekmi mengklaim telah mengalami pertumbuhan yang positif dan masih konsisten menyediakan layanan jasa dan tukang untuk masyarakat di Indonesia. Kepada DailySocial CEO Seekmi Clarissa Leung mengungkapkan, saat ini perusahaannya telah meluncurkan layanan tambahan seperti jasa tukang perakitan dan perbaikan furnitur, juga layanan disinfeksi.

“Kami juga telah memperluas layanan ke 8 kota lain di Indonesia dalam waktu 12 bulan terakhir, dan telah sangat meningkatkan algoritma pencocokan untuk memastikan bahwa teknisi terbaik dan terdekat yang akan mendapatkan pesanan. Secara keseluruhan kami telah mencapai tingkat kualitas dan kecepatan layanan,” kata Clarissa.

Disinggung layanan apa yang makin diminati oleh pelanggan, Clarissa menyebutkan instalasi dan jasa pembersihan saat ini makin meningkat permintaannya. Jumlah tersebut bahkan mulai mengalahkan layanan yang paling banyak dipilih oleh pelanggan Seekmi yaitu jasa pemasangan AC.

“Seiring terus tumbuhnya bisnis kami, layanan instalasi dan pembersihan menjadi semakin populer dan sekarang mulai menyaingi layanan pemasangan AC yang sebelumnya paling diminati,” kata Clarissa.

Tahun 2020 ini ada beberapa target yang ingin dicapai perusahaan, di antaranya adalah melakukan ekspansi ke beberapa kota di pulau Jawa dan memberikan kualitas layanan terbaik untuk kalangan individu dan bisnis di Indonesia.

Meskipun pertumbuhan terhambat dengan penyebaran Covid-19, tidak menjadikan rencana ekspansi tersebut ditunda, dan Seekmi masih berharap target tersebut bisa dicapai. Untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, Seekmi juga memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana.

Luncurkan layanan jasa disinfeksi

Salah satu yang baru saja diluncurkan adalah layanan penyemprotan disinfeksi. Layanan ini sengaja diluncurkan menanggapi makin masifnya penyebaran Covid-19 di Indonesia. Meskipun masih tersedia terbatas di Jabodetabek saja, namun bagi pengguna yang ingin melakukan penyemprotan disinfeksi, bisa mengakses aplikasi Seekmi.

Menggunakan bahan kimia cair bermutu tinggi dan dukungan teknisi profesional, Seekmi melayani jasa penyemprotan rumah, kantor, dan gedung bangunan. Bahan kimia yang digunakan oleh Seekmi untuk layanan desinfeksi, diklaim tidak meninggalkan bau sisa dan aman untuk manusia, hewan, dan tanaman dan bisa efektif mematikan virus hingga 99%. Untuk harga yang ditawarkan oleh Seekmi untuk layanan ini sekitar Rp.6.800 per meter persegi.

“Wabah pandemi saat ini merupakan tantangan yang berkelanjutan untuk seluruh perekonomian termasuk Seekmi. Kami telah membuat keputusan strategis untuk memfokuskan upaya kami dalam membantu pemulihan rumah tangga yang terkena dampak, bisnis dan vendor melalui layanan kami,” kata Clarissa.

Bersama dengan Habitat for Humanity, yang merupakan organisasi nirlaba, Seekmi mengumpulkan dana untuk memasok kebutuhan dokter dan perawat di rumah tinggal sementara. Selain itu Seekmi yang ditangani langsung oleh para profesional, juga melakukan penyemprotan disinfeksi di rumah tinggal tersebut untuk memastikan bersih dari Covid-19.

“Melalui proyek kami dengan Habitat for Humanity dan inisiatif lainnya, kami sangat percaya bahwa setiap orang harus bersatu agar Indonesia dapat pulih dari krisis kemanusiaan dan ekonomi,” kata Clarissa.

Application Information Will Show Up Here

Ramalan Industri VC Indonesia 2020 di Tengah Pandemi

Tahun 2019 membawa angin segar terhadap iklim investasi di industri startup Indonesia. Startup Report yang diterbitkan DailySocial mencatat sejumlah pencapaian menarik pada lanskap investasi startup di Tanah Air sepanjang 2019.

Pertama, terdapat 113 transaksi yang diumumkan ke publik dengan total nilai $2,95 miliar. Jumlah transaksi ini melampaui pencapaian di 2017 (67) dan 2018 (71). Kedua, pendanaan pada startup di growth stage, yakni seri A hingga seri C, mengalami peningkatan cukup signifikan dibandingkan tahun 2018 dan 2017.

Tahun ini, pencapaian di atas belum tentu dapat berulang. Krisis kesehatan akibat COVID-19 memukul rata seluruh perekonomian dan bisnis global. Banyak kekhawatiran yang timbul atas berbagai kebijakan pemerintah terkait untuk menyetop rantai penyebaran COVID-19.

Bagi perusahaan pemodal ventura (venture capital/VC), kekhawatiran ini tentu akan membatasi rencana investasi dan “exit strategy“. Bahkan di kuartal satu ini, industri telah menyaksikan konsolidasi pertama VC di Indonesia yang diumumkan ke publik, yakni Agaeti Ventures dan Convergence Ventures menjadi AC Ventures (ACV).

Apakah tren konsolidasi bakal mewarnai industri VC di Tanah Air? Bagaimana tren dan proyeksi industri VC di sepanjang tahun ini?

Iklim investasi menurun di 2020

Dari informasi yang dihimpun DailySocial,  sejumlah venture capitalist memprediksi bahwa aktivitas investasi di Indonesia bakal menurun di 2020. CEO BRI Ventures Nicko Widjaja memprediksi ada potensi penurunan nilai pada target penggalangan dana startup. Ia mencontohkan, startup yang sempat menggalang dana seri D bisa saja turun ke seri C2, atau dari target seri C menjadi seri B2, dan begitu seterusnya.

Akan tetapi, dengan proyeksi ini, Nicko tetap memastikan tidak akan ada penundaan rencana investasi bagi BRI Ventures. Selain VC tersebut baru dibentuk pertengahan tahun lalu, eks CEO MDI Ventures ini mengaku sudah mengantongi sejumlah deal jauh sebelum pandemi ini terjadi.

“Setiap rencana investasi kami tentu disesuaikan dengan strategi induk usaha. Nah, kami sudah closing beberapa funding sebelum COVID-19 ini. Kami percaya ekosistem bakal pulih dengan sendirinya,” ungkapnya.

Sementara itu, Managing Partner MDI Ventures Kenneth Li menilai akan ada penyesuaian pada aktivitas investasi. Namun, ia memperkirakan akan ada investor yang memanfaatkan situasi ini untuk mencari portfolio startup yang valuasinya dapat di-discount, terutama, investor yang punya cash reserve kuat.

“Kita tidak melihat rencana investasi dari agresivitas pasar, tetapi startup yang bakal berhasil di masa depan. Bagaimanapun juga, investasi itu bergantung dari cara investor menetapkan hipotesisnya. Saya yakin VC yang punya fund baru dan track record baik bisa bertahan di situasi ini,” paparnya dalam pesan singkat.

Kenneth juga memastikan bahwa penyebaran virus Corona tersebut tidak akan menunda rencana investasi dan pembentukan dua dana kelolaan barunya tahun ini. Apalagi, dana kelolaan baru ini ditarget mengumpulkan Rp7 triliun.

Sebetulnya, hingga kuartal pertama 2020, pendanaan terhadap startup di Indonesia masih terbilang normal. DSResearch mencatat terdapat 20 transaksi pendanaan yang diumumkan ke publik pada periode Januari-Maret 2020. Angka ini relatif normal jika dibandingkan dengan jumlah transaksi pendanaan di periode sama tahun lalu yang sebanyak 27 transaksi.

Namun, jika melihat perkembangan situasi yang mulai genting sejak Maret ini, ada kemungkinan sejumlah kesepakatan investasi yang sudah dijajaki di bulan-bulan sebelumnya bakal terhambat.

Pelaku startup diminta berhati-hati

Kebijakan pembatasan kegiatan selama sebulan terakhir mulai memberikan dampak ganda terhadap pertumbuhan bisnis di industri startup. Ada yang sudah mulai mengalami kemerosotan permintaan, dan sebaliknya ada banyak yang kebanjiran transaksi karena kebijakan ini.

Masih disampaikan Nicko, startup early stage hingga unicorn sekalipun harus berhati-hati dalam menjalankan strategi bisnis dan kegiatan ekspansi demi mengejar pertumbuhan tahunan. Terutama startup early stage perlu waspada karena hanya memiliki runway yang singkat. Adapun, startup di growth stage perlu menyesuaikan capital spending dalam menjalankan aktivitas bisnis.

“Nah, startup late stage yang berencana exit dengan IPO atau M&A bakal tertunda. Intinya, kebanyakan valuasi [startup] bakal berkurang signifikan dari target yang diincar, setidaknya dalam dua kuartal ke depan,” ungkapnya.

Di situasi seperti ini, ia akan menerapkan berbagai skenario yang lebih hati-hati terhadap portfolio dan calon investee. Namun, Nicko meyakini situasi ini bakal memicu sinergi yang lebih aktif antara startup dan korporasi.

Sementara itu, VC paling aktif di Indonesia, East Ventures, mengungkap bahwa pihaknya terus mengamati perkembangan situasi, tetapi akan mengurangi rencana untuk mengantongi deal investasi baru.

Bagi East Ventures yang mengelola 170 portfolio, situasi ini menjadi tanda waspada mengingat segala macam strategi yang direncanakan menjadi tidak valid dengan situasi saat ini. Maka itu, ia memastikan bahwa seluruh portfolionya memiliki keuangan yang disiplin agar mampu melewati krisis ini

“Saat ini, kami akan lebih fokus mengelola portfolio existing. Kita akan lihat bagaimana COVID-19 berdampak ke industri keuangan,” kata Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca kepada DailySocial.

Tahun sulit bagi pendanaan di 2015/2016 untuk menuai untung

Dikatakan Nicko Widjaja sebelumnya, situasi pandemi dapat memberikan efek berkepanjangan karena strategi “exit“, baik dengan IPO maupun M&A menjadi tidak memungkinkan dilakukan tahun ini.

Menurutnya, bagi funding di pertengahan atau akhir 2017/2018, situasi sekarang menjadi sangat tidak pasti mengingat investor berupaya beradaptasi dengan menyelaraskan tesis awal–terutama mereka yang membuat rencana bisnis besar, seperti ekspansi ke pasar Asia Tenggara.

Sementara, bagi VC yang menghimpun pendanaan di 2015/2016, terutama VC yang belum dapat menggalang dana putaran kedua, tahun ini menjadi tahun yang sulit untuk panen untung. Hal ini karena seharusnya VC sudah bisa “menuai” hasil dari opsi exit di 2020.

Ia bahkan menyebut sulit bicara keuntungan hingga 20 kali lipat di tahun ini meskipun Indonesia sudah memiliki banyak startup unicorn dan centaur. Sebagai catatan, Nicko telah membawa 7 exit dari 30 portfolio MDI Ventures di 2018 dan 2019 dengan rerata keuntungan 3-7 kali lipat.

“VC seperti kami dan Tanglin Ventures Partners–berdasarkan white paper terbaru oleh SEA Founders–menilai langkah yang tepat di situasi seperti adalah buying time, terutama investor yang baru saja menggalang dana dan punya cash cukup besar untuk deploy,” papar Nicko.

Maka itu, ia menggarisbawahi pentingnya likuiditas bagi VC maupun corporate venture capital (CVC). Bagi investor yang mengincar likuiditas, langkah terbaik saat ini adalah masuk ke pasar sekunder. “Pasar sekunder punya nilai tawar paling banyak karena likuiditas sangat terbatas. Terutama bagi dana investasi di periode 2015/2016. Jika tidak, investor akan sulit meyakinkan LP untuk galang dana di putaran berikutnya,” jelasnya.

Sebetulnya, ujar Nicko, masuk ke pasar sekunder tidak pernah menjadi opsi ideal bagi VC. Langkah ini dapat menunjukkan kurangnya manuver LP di masa turbulensi sekarang karena tidak dapat memaksimalkan pengembalian modal yang paling diinginkan.

“Saya percaya market correction adalah sesuatu yang kita butuhkan di sektor teknologi sehingga dapat memisahkan pemain sungguhan dan yang tidak. Namun, saya percaya dengan ekosistem VC, dan ini saat yang tepat bagi kami untuk membangun bisnis lebih dari sebelumnya,” paparnya.

Melihat Minat Investor pada Startup Logistik di Tengah Pandemi Covid-19

Meskipun secara global industri logistik terhambat pertumbuhannya, namun tidak menurunkan demand dari pihak terkait yang membutuhkan layanan tersebut. Sebagai tulang punggung layanan e-commerce, logistik memiliki peranan penting untuk mendukung kegiatan berbagai pihak terkait. Terlebih di tengah pandemi yang terjadi saat ini, terlihat peranan logistik makin krusial, mendukung anjuran work from home dan social distancing.

Di Indonesia sendiri layanan e-commerce seperti JD.ID, Tokopedia, Shopee, hingga Bukalapak menerima permintaan cukup tinggi untuk barang-barang yang paling banyak dibutuhkan saat ini. Mulai dari produk bahan segar hingga obat-obatan dan alat kesehatan. Promo bebas ongkos kirim hingga pemberian voucher dan penawaran menarik lainnya juga diberikan kepada pelanggan.

Fenomena lain yang kemudian terjadi dalam industri logistik adalah, ketika banyak perusahaan hingga startup yang harus merumahkan pegawai mereka akibat dari penyebaran Covid-19, justru startup yang menyasar layanan logistik merekrut banyak pegawai, dengan tujuan untuk membantu mengatasi permintaan meningkat untuk belanja online. Mulai dari Amazon yang harus menambah sekitar 100 ribu pegawai, hingga GudangAda yang membuka lowongan pekerjaan untuk mendukung bisnis mereka selama masa karantina berlangsung.

Sektor logistik tancap gas

Beberapa layanan logistik menerima pendanaan dari investor sepanjang awal tahun 2020 ini. Akhir Maret 2020 tercatat, RaRa Delivery yang merupakan salah satu startup lulusan program akselerator batch 4 GKPnP, mengumumkan pendanaan tahap awal (seed funding) $1,2 juta atau sekitar Rp 19,7 miliar. Investasi tersebut dipimpin oleh 500 Startups. AngelCentral juga terlibat dalam putaran pendanaan ini.

Startup yang menyediakan layanan “same day delivery” ini rencananya akan menggunakan dana segar tersebut untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, pengembangan operasi dan teknologi di Indonesia. Didirikan oleh CEO Karan Bhardwaj, RaRa Delivery termasuk dalam daftar startup logistik yang menerima pendanaan saat penyebaran Covid-19 terjadi secara global.

Januari 2020 lalu, platform jasa truk dan pergudangan Waresix, mengumumkan pendanaan tambahan dari EV Growth dan Jungle Ventures. Kurang dari 6 bulan setelah mengumumkan meraih US$14,5 juta pada putaran pendanaan seri A yang dipimpin oleh EV Growth pada Juli 2019, Waresix mendapatkan tambahan modal US$11 juta dalam perpanjangan putaran pendanaan tersebut.

Dalam 18 bulan terakhir, perusahaan berhasil menghimpun modal US$27,1 juta. Perusahaan juga menopang pertumbuhannya menggunakan pinjaman dan fasilitas modal kerja dari bank dan institusi finansial lain yang terkemuka di regional.

“Untuk logistik menurut saya itu adalah enduring business. As soon as the market normalizes, the goods will need to flow. Untuk pendanaan harusnya sekarang dari sisi venture capital dan private equity akan melihat perusahaan yang memiliki solid business model dan sustainability plan. Karena kalau hanya mengandalkan subsidi saja di saat seperti ini cukup sulit ya, karena value proposition tidak jelas,” kata CEO Waresix Andree Susanto kepada DailySocial.

Sementara itu platform manajemen armada logistik yang mencoba untuk membantu pengelola armada mengadopsi teknologi untuk memaksimalkan bisnis mereka, Webtrace, juga telah mengumumkan pendanaan tahapan awal yang dipimpin oleh Prasetia Dwidharma. Turut bergabung dalam pendanaan ini Astra Ventura.

Kepada DailySocial CEO Webtrace Erwin Subroto menyebutkan, di Indonesia saat ini pengeluaran untuk logistik darat diperkirakan mencapai US$290 miliar pada tahun 2020. Selain dari pasar yang besar, jumlah populasi kendaraan komersial (9,6 juta unit pada 2019) telah menciptakan persaingan harga yang ketat.

Webtrace mencoba menjadi platform yang bisa dimanfaatkan oleh pengelola armada untuk memberikan solusi teknologi agar usaha logistik bisa berjalan lebih efisien serta meningkatkan produktivitas dan keamanan. Caranya dengan menerapkan sensor dan solusi IoT yang akan menghasilkan berbagai data dan analisis real time.

“Dengan atau tanpa adanya penyebaran Covid-19, logistik akan selalu menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia. Terutama setelah penyebaran virus Covid-19 mulai mereda, nantinya akan ada perubahan pola ekonomi dan konsumsi yang makin berpusat kepada layanan logistik itu sendiri,” kata CEO & Co-Founder Webtrace Erwin Subroto.

Pertumbuhan positif bisnis logistik

Kondisi yang berbentuk negara kepulauan membuat biaya logistik di Indonesia menjadi salah satu yang tertinggi di Asia, bahkan berkontribusi terhadap seperempat dari produk domestik bruto Indonesia yang mencapai $1 triliun. Posisi Indonesia dalam Indeks Daya Saing Logistik 2018 yang dirilis Bank Dunia memang terus membaik.

Sejak bulan Maret 2019, layanan logistik di Indonesia termasuk industri yang paling banyak dilirik oleh investor. DailySocial mencatat sekitar 7 startup mendapatkan pendanaan tahapan awal hingga tahapan lanjutan dari para investor. Mulai dari Kargo, Triplog, Ritase, Waresix, Logisly, Shipper, dan Finfleet. Investor yang terlibat di antaranya adalah EV Growth, Golden Gate Ventures, East Ventures hingga Kejora Ventures. Besarnya jumlah pendanaan yang diberikan berkisar antara $3,5 juta hingga $14,5 juta.

Tercatat di tanah air, pengeluaran untuk logistik darat diperkirakan mencapai $290 miliar pada tahun 2020. Selain dari pasar yang besar, jumlah populasi kendaraan komersial (9,6 juta unit pada 2019) telah menciptakan persaingan harga yang ketat.

Namun, rasio biaya logistik terhadap PDB Indonesia masih mencapai 24%, tertinggal dari Thailand dan Malaysia. Kondisi tersebut menciptakan potensi senilai $240 miliar dalam sektor logistik di Indonesia. Biaya logistik yang tinggi tidak hanya melemahkan daya saing industri, tetapi juga meningkatkan cost of doing business bagi pelaku UKM di Indonesia. Diharapkan layanan logistik saat ini, bisa mengatasi persoalan tersebut dengan menghadirkan layanan yang mendukung pertumbuhan UKM dan layanan e-commerce di Indonesia.

Wellness Startups Offer Various Online Activities Amidst the Current Pandemic

The Covid-19 outbreak has refrained people from their routine, forced them to stay at home, even distance themselves from one another. Even though, stay at home doesn’t mean you have nothing to do. We can still be well and healthy at home with nutritious food and in-house sport.

Here are some list of wellness startups available to use for those who intend to keep up the wellness and healthiness at home.

Doogether

wellness content and services at home by Doogether
wellness content and services at home by Doogether

Since its debut, the startup led by Fauzan Gani has been focused on wellness platform by providing booking access to sport spaces or classes. Amidst the pandemic, Doogether offers Doolive service.

Accessible via dirumahaja.doogether.id page, they offer online wellness activity through live video streaming. It’s kind of adjustment for those who intend to keep their training classes going but forced to stay home at this time of the pandemic.

In addition, Doogether also provides Doofood, a service that allows its users to order healthy food through app. Therefore, Doogether can still provide a solution for those who want to consume healthy food along with virtual exercise sessions.

FitCo

An app under development of The Fit Company, FitCo, can be an option to keep your body healthy at home. The Fit Company, led by Jeff Budiman, has been always committed to providing a healthy and active lifestyle for people.

In the whole ecosystem, FitCo offers some services for its users to stay healthy and active. In terms of exercise, they offer direct booking feature with guidance for exercise sessions. Moreover, there are some supporting features, such as VirtuFit from 20 Fit and Workout From Home.

Various healthyfood and sport equipment online
Healthy food variants and sports equipment online

In addition, FitCo ecosystem is getting better furnished with FitShop that sells various kinds of sports equipment, healthy food, and other basic needs of healthy lifestyle. Last 2019, FitCo has acquired Slim Gourmet to provide FitGourmet, healthy food catering. Thus, FitCo has become a platform with the most complete services for healthy and active lifestyle in Indonesia.

There are also other startups offering similar services to keep up the healthy lifestyle during the stay at home period, such as Lemonilo, the e-commerce that sells healthy food, also healthy food catering, Gorry Gourmet and YummyCorp.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Di Kuartal Pertama 2020, Pendanaan Startup Indonesia Relatif Berjalan Normal

Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak signifikan di berbagai sektor, tak terkecuali lanskap investasi. Menurut catatan Startup Genome, sejak permulaan krisis dalam dua bulan pertama tahun 2020, 57% dari total kesepakatan investasi pemodal ventura di Tiongkok telah terguncang. Kondisi tersebut turut diproyeksikan berdampak pada hilangnya potensi pendanaan startup senilai $28 miliar secara global.

Faktanya persebaran virus masih berlanjut. Banyak negara yang dibuat kalang-kabut dalam penanganannya, termasuk di Amerika Serikat dan Indonesia. Finch Capital, dalam laporan terbarunya, memprediksi krisis ini masih akan terus mengganggu ekosistem hingga Q3 2020 nanti, bahkan pemulihannya bisa membutuhkan waktu 12-18 bulan. Kondisi “normal baru” juga akan muncul, saat orang mulai terbiasa dengan layanan yang sepenuhnya digital.

Pendanaan startup Indonesia Q1 2020

Bedasarkan catatan DSResearch, pada periode Januari-Maret 2020 terdapat 20 transaksi pendanaan yang diumumkan startup Indonesia ke publik. Angka ini sebenarnya relatif normal jika dibandingkan dengan pendanaan periode yang sama tahun lalu. Menurut laporan Startup Report 2019 yang disusun DSResearch dengan dukungan Bank Mandiri dan Vidio, di periode yang sama tahun lalu (Q1 2019) ada 27 transaksi pendanaan yang diumumkan ke publik.

Startup Pendanaan
YukStay Seed Funding
Chilibeli Series A
Nusantics Seed Funding
Pahamify Seed Funding
Gojek Series F
Digiasia Bios Series B
Giladiskon Seed Funding
Datasaur Seed Funding
Visinema Series A
Greenly Seed Funding
Printerous Series A
Hukumonline Series A
Vutura Seed Funding
Arkademi Seed Funding
Gredu Pre-Series A
Zulu Seed Funding
Moladin Pre-Series A
Waresix Series A
Hacktiv8 Pre-Series A
Svara Seed Funding

Dirinci lebih dalam, pendanaan yang dikuncurkan investor kebanyakan di tahap awal, berkisar antara seed dan series A. Artinya inovasi yang dilahirkan startup baru masih memukau para investor di tengah kondisi pasar yang bergejolak.

Di tengah daftar juga ada pendanan Seri F yang kembali didapat Gojek mencapai 21 triliun Rupiah – kembali mengindikasikan kepercayaan investor untuk startup besar.

Untuk kondisi di Asia secara umum, merujuk pada daftar pendanaan yang diumumkan ke publik, CB Insight mencatat sepanjang Q1 2020 private market funding di Asia berpotensi membukukan $20 miliar. Nilainya turun 35% dibandingkan Q4 2019 yang mencapai $31 miliar.

Baru permulaan?

Analisis lain mengatakan, dampak yang sebenarnya dari pandemi mungkin baru akan terasa di Q2 2020. Perolehan di Q1 biasanya merupakan hasil kesepakatan yang sudah dilakukan sejak tahun 2019. Seperti diketahui, rata-rata startup membutuhkan waktu 6-12 bulan untuk melahirkan kesepakatan dengan pemodal ventura.

Terkait dengan ini, CB Insight melaporkan data temuannya. Menurut proyeksinya, sepanjang kuartal pertama 2020 kesepakatan pendanaan tahap awal yang paling terganggu.

Secara global penurunannya, secara jumlah transaksi, ditaksir mencapai 8% dibanding kuartal sebelumnya. Di Asia kondisinya lebih ekstrem, karena penurunannya mencapai 24%, berdasarkan jumlah transaksi, dibanding kuartal sebelumnya.

Dengan data yang ada, bisa dibilang tren investasi Q1 2020 di Indonesia belum terdampak terlalu serius. Secara regional, Sequoia Capital India menyatakan sudah berinvestasi tahap awal ke tiga startup, sementara pemodal ventura Rocket Internet yang berbasis Singapura, Global Founders Capital, telah berinvestasi tahap awal ke dua startup.

VC menyesuaikan

Menanggapi kondisi ini, Co-Founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menyampaikan bahwa perusahaannya tetap akan melakukan investasi ke startup seperti waktu-waktu sebelumnya. Menurutnya, perlambatan dalam kesepakatan mungkin saja terjadi –tanpa pembatalan—karena beberapa startup mulai menggeser fokus bisnisnya menyesuaikan pangsa pasar.

“Kalau hujan berinvestasi untuk payung, kalau panas untuk topi,” begitu ujar Willson menganalogikan, seperti dikutip Bisnis.com.

Selama kuartal pertama, mereka telah berinvestasi setidaknya ke empat startup Indonesia, yakni Hacktiv8, Moladin, Greenly, dan Nusantics. Yang terakhir, East Ventures dan sejumlah portofolionya membantu Nusantics melakukan penggalangan dana untuk membuat tes PCR mandiri dengan meluncurkan inisiatif “Indonesia Pasti Bisa”.

Hal senada dilayangkan CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro. Menurutnya pandemi jelas akan mempengaruhi proses pendanaan startup di Indonesia. Kendati demikian, pihaknya masih terus aktif untuk menemukan startup yang layak didanai, salah satunya dengan melakukan sesi pitching secara online.

“Pada 2020 kami ada budget Rp50 miliar untuk dua hingga tiga investasi baru. Juga menyiapkan dana Rp50 miliar untuk pendanaan lanjutan. Startup yang diincar adalah fintech yang harus bisa sinergi dengan Mandiri Group seperti insurtech dan remittance,” terang Eddi seperti dikutip Kontan.

Di sisi lain, beberapa rencana modal ventura mulai terganggu. Pada November 2019 lalu, Mandiri Capital mengumumkan hendak mengumpulkan dana kelolaan (venture fund) yang bernilai total $100 juta. Karena Covid-19, pihaknya sulit untuk melakukan roadshow pengumpulan dana investor ke Jepang, Korea Selatan, dan beberapa negara tujuan lainnya. Kemungkinan penggalangan dana ini dilanjutkan di Q3 2020 jika pandemi benar-benar berakhir.

Layanan Alumak Mudahkan UKM Temukan Platform Digital yang Tepat

Untuk memudahkan UKM menjalankan bisnisnya selama pandemi COVID-19, Alumak Indonesia yang merupakan startup teknologi finansial penyedia rekening dan kartu kredit digital bagi bisnis, meluncurkan platform direktori yang mengkoleksi berbagai diskon dan akses gratis dari aplikasi dan layanan bisnis.

Kepada DailySocial Head of Growth Alumak Donnie Silalahi mengungkapkan, platform direktori tersebut diharapkan bisa memudahkan mereka untuk tetap jalankan bisnis seperti biasa.

“Dalam platform ini, kami tidak sendiri, melainkan mengkoleksi berbagai penawaran spesial yang juga disediakan berbagai perusahaan teknologi untuk jalankan bisnis lebih mudah dari rumah.”

Untuk kebutuhan bisnis, Alumak turut andil menawarkan bebas biaya transfer bank selama periode April 2020, pembukaan rekening gratis tanpa saldo setoran awal, dan tidak ada biaya admin bulanan. Selain itu, dari mitra dan perusahaan teknologi lain, ada juga penawaran spesial yang bisa dinikmati.

Melalui situs TogetherAtHome.co, pengguna bisa memanfaatkan mulai dari gratis akses aplikasi virtual workplace untuk bekerja remote, layanan finansial, hingga software absensi jarak jauh bagi karyawan.

“Telah ada lebih dari 50 koleksi di platform ini. Harapannya semoga tidak berhenti di situ, para pelaku teknologi lain juga ikut berkontribusi menambahkan koleksi baru bagi keberlangsungan UKM,” kata Donnie.

Beda entitas dengan Aspire

Disinggung apa hubungan antara Alumak dengan Aspire, yang merupakan platform layanan perbankan digital, Donnie menegaskan Alumak Indonesia adalah entitas berbeda dengan Aspire.

“Untuk Singapura dan Thailand platform tersebut (Aspire) masih ada, hanya di Indonesia yang sudah tidak ada. Dulu yang ditawarkan Aspire hanya lini kredit revolving, serupa dengan Pinjaman Rekening Koran. Alumak menawarkan lebih banyak layanan melalui kemitraan yang dijalin dengan platform teknologi berlisensi,” kata Donnie.

Alumak Indonesia dan Aspire memiliki investor yang sama yaitu Aspire PTE Ltd. Secara khusus Alumak menyediakan berbagai layanan perbankan untuk bisnis kecil melalui kerja sama dengan mitra-mitra institusi keuangan terdaftar. Produk Alumak meliputi rekening bisnis multi fungsi untuk kelola kebutuhan keuangan usaha dan membantu UKM dalam mendapatkan pinjaman bisnis melalui mitra.

Didirikan pada Januari 2018 oleh mantan pendiri dan eksekutif Lazada, perusahaan ini lulus dari Y Combinator angkatan Winter 2018 dan merupakan bagian dari program Pertumbuhan Berkelanjutan YC angkatan Winter 2020. Alumak meluncur akhir bulan Febuari lalu, dan saat ini resmi tercatat sebagai penyelenggara IKD dari OJK, masuk ke fase Sandbox.

“Kami ingin membuka akses inklusif ke lebih banyak layanan finansial bagi para pelaku bisnis. Beberapa proyek besar yang akan kami luncurkan di tahun ini mencakup, aplikasi mobile banking terdedikasi untuk bisnis di pertengahan tahun ini, meluncurkan corporate card dengan reward management produktif dan multi akses yang mudah, dan layanan lain seperti transfer antar negara berbiaya terjangkau,” kata Donnie.

Di Tengah Pandemi, Startup Wellness Tawarkan Berbagai Aktivitas dan Layanan Kebugaran Online

Adanya pandemi Covid-19 memaksa banyak orang untuk mengubah rutinitasnya, membatasi waktu keluar rumah, atau bahkan tidak keluar rumah sama sekali. Kendati demikian di rumah bukan berarti tidak melakukan apa-apa. Di rumah pun bisa tetap sehat dan bugar dengan asupan makanan sehat dan olahraga.

Berikut layanan startup wellness yang bisa dimanfaatkan bagi mereka yang ingin tetap bugar dan sehat selama di rumah saja.

Doogether

Layanan dan konten aktivitas kebugaran yang bisa dilakukan di rumah
Layanan dan konten aktivitas kebugaran yang bisa dilakukan di rumah

Startup yang dinahkodai Fauzan Gani ini memang sejak awal kemunculannya fokus sebagai platform wellness dengan menyediakan akses pemesanan ke tempat atau kelas olahraga. Kini di tengah pandemi, Doogether memiliki Doolive.

Bisa diakses di laman dirumahaja.doogether.id mereka menawarkan kelas olahraga langsung melalui live video streaming. Semacam bentuk penyesuaian bagi mereka yang tetap ingin hadir di kelas olahraga tetapi kondisi memaksa mereka di rumah aja.

Selain itu Doogether juga memiliki Doofood, layanan yang memungkinkan penggunanya bisa mendapatkan makanan sehat melalui aplikasi. Jadi kendati di rumah Doogether bisa tetap menjadi solusi untuk tetap mendapat asupan makanan bergizi dan bugar dengan sesi kelas olahraga virtual.

FitCo

FitCo, aplikasi yang dikembangkan oleh The Fit Company bisa jadi salah satu pilihan untuk tetap sehat dan bugar di rumah. The Fit Company yang dipimpin Jeff Budiman sejak awal memang memiliki komitmen untuk menciptakan gaya hidup aktif dan sehat bagi masyarakat.

Di ekosistem FitCo sendiri banyak pilihan bagi pengguna untuk tetap sehat dan bugar. Untuk olahraga misalnya, ada fitur untuk booking kelas olahraga langsung juga ada panduan untuk menjalankan olahraga. Kemudian ada fitur atau layanan pendukung lainnya seperti VirtuFit dari 20 Fit dan Workout From Home.

Beragam produk makanan sehat dan perlengakapan kebugaran dijual online
Beragam produk makanan sehat dan perlengakapan kebugaran dijual online

Selain itu ekosistem FitCo semakin lengkap berkat adanya FitShop yang menjual berbagai macam keperluan olahraga, makanan sehat, dan juga keperluan gaya hidup sehat lainnya. Di 2019 silam FitCo mengakuisisi Slim Gourmet untuk menghadirkan Fit Gourmet, catering makanan sehat. Dengan demikian FitCo menjadi salah satu layanan dengan ekosistem sehat dan bugar yang lengkap di Indonesia.

Untuk pilihan lainnya ada beberapa nama startup yang bisa jadi pilihan untuk tetap menjalankan gaya hidup sehat meski di rumah, antara lain Lemonilo e-commerce yang menjual produk makanan sehat, serta layanan katering makanan Gorry Gourmet dan Yummy Corp.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Sensing Self and Its Commitment for Health Democratization through Technology

Digitization in the health industry developed continuously with various innovations for everyone to have equal access to health products and medical experts. Sensing Self becomes one of the healthtech players with a commitment to achieve the vision.

The startup is based in Singapore, founded three years ago by entrepreneurs from Indonesia named Santo Purnama and Shripal Gandhi. Santo has a background in computer science and technology from Purdue University and Standford University. While Shripal has a chemical and biosciences background from the University of Mumbai and the University of California.

They both put Sensing Self as a company that focuses on creating independent health test kits for everyone can detect their own health and get treatment at the earliest possible stage.

“Our main goal is to democratize medical equipment so that it can be tested at home using a mobile phone. To date, if there are patients in remote villages who need urine tests, he may need to take a 2-3 hour vehicle to the nearest clinic with lab service. And the results have to wait a day or two,” Santo explained to DailySocial, Thursday (2/4).

He continued, “Our technology can facilitate urine test by smartphones. That is one of our mission.”

To date, the company has created an app for both the detection and prevention of diabetes or pre-diabetes through saliva and urine tests. Within five minutes, the user already knows the results of their sugar level. It is hoped that with this information, users can pay attention to their lifestyle from their diet and nutrition.

Sensing Self has targeted India as a key country for these products. In the area, this test kit has been used to detect more than 120 million adults and pre-diabetic children and 70 million detected diabetes.

Around the globe, according to data from the global diabetes association and federation, there are 750 million people who have pre-diabetes and diabetes. For most countries, this disease threatens more people of working age and children.

“Applications for testing for diabetes through saliva and urine have not yet entered Indonesia. Given the Covid-19 problem, we will continue our efforts to enter Indonesia after the pandemic has passed. ”

The next product that was successfully released was a self-test kit for Covid-19. This test tool provides fast and accurate detection results because it uses enzyme analysis. Enabling everyone to test at their own homes, within 10 minutes, and an affordable price of around Rp160 thousand per unit.

Diabetes test kit by Sensing Self / Sensing Self
Diabetes test kit by Sensing Self / Sensing Self

The company also holds various international licenses from Europe (CE certification), India (approved by the National Institute of Virology and Indian Council of Medical Research), and the United States. Specifically in the US, the Food and Drug Administration (FDA) gives its approval that the terms of use must be done in a formal medical institution.

“The presence of this independent test tool can help the government to provide access to tests that are safer, practical, and affordable. When there are positive patients, they can immediately isolate themselves or get treatment in the hospital. ”

“That way, medical workers can really focus on treating Covid-19 patients with moderate-severe symptoms, instead of spending time testing thousands of people,” he continued.

The product has been distributed by India, which ordered millions of units. He claimed intention to enter Indonesia but still hampered by approval from the authorities. The price sold, according to him, is the price of production because it carries a social mission to save more human lives.

“We have sent these test kits to well-known research institutions such as Mayo Clinix, University of California, and Chan Zuckerberg Biohub.”

The company’s business plans

As he said, Sensing Self is targeting developed countries with a low ratio of medical tools with massive citizens. India and Indonesia are both the best example of these criteria. “And they are our focus.”

Furthermore, Santo avoids specifying the product sales contribution to the company in terms of business. He believed that what the company provided was to improve things around humanity. “[Therefore] revenue and profit will come naturally.”

The next innovation the company has been preparing is the Covid-19 infection detection test kit as early as possible with a nucleic acid test. Santo claims the test results are able to detect with an accuracy of up to 99% on the first day they are exposed to the virus. This product will be released in the near future.

Innovations that move around COVID-19 by making an independent rapid test tool are actually also carried out by East Ventures along with its portfolios. They collaborated to collect non-profit funds with a total target of IDR10 billion.

Of the total budget, Rp9 billion will be used to support Nusantics to provide 100 thousand test kits, and the rest will be used for the whole genome sequencing project (mapping the mutation of the virus that causes Covid-19 to spread in Indonesia).

This project is part of Nusantics’ task as a member of the Task Force for Research and Technology Innovation for Handling COVID-19 (TFRIC19) formed by BPPT.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian