Travelio Announces Samsung Venture as Part of Its Series B Funding

Travelio prop-tech startup today (12/12) has announced new participant for its series B round. The one joining the board of investors is Samsung Venture Investment Corporation. It marks the second investor in this investment – the previous one is Pavilion Capital.

On the first announcement of series B round on mid-November 2019, Travelio has secured capital funds of 253.6 billion Rupiah. This round was led by Pavilion Capital and Gobi Partners. In addition, investors from the previous round also participated, namely Vynn Capital, Insignia Ventures Partners, IndoGen Capital, and PT Surya Semesta Internusa Tbk.

In Indonesia, Travelio is Samsung Venture’s second portfolio. They’re previously involved in Gojek’s series E round in 2018.

Through this announcement, Samsung Venture also mentioned the plan to make more aggressive maneuvers investing in Southeast Asia for more years to come.

“We’re very lucky to have Samsung as one of the shareholders. The history and its capacity will help us manage to be globally recognized and have a good reputation,” Travelio’s Co-Founder & CEO, Hendry Rusli said.

It’s also said that the additional capital from Samsung Venture will be focused to accelerate the company’s growth in 2020. It includes expanding integration and partnership with networks of conglomerates, technology, and electronics ecosystem in Samsung.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Travelio Umumkan Partisipasi Samsung Venture dalam Putaran Pendanaan Seri B

Startup proptech Travelio hari ini (12/12) mengumumkan partisipan baru dalam putaran pendanaan seri B mereka. Kali ini yang bergabung adalah Samsung Venture Investment Corporation. Artinya sudah ada dua investor baru terlibat dalam investasi – sebelumnya ada juga Pavilion Capital.

Pada pengumuman pertama pendanaan seri B pertengahan November 2019, Travelio mendapatkan suntikan modal senilai 253,6 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh Pavilion Capital dan Gobi Partners. Selain Gobi, investor di babak sebelumnya yang turut terlibat adalah Vynn Capital, Insignia Ventures Partners, IndoGen Capital, dan PT Surya Semesta Internusa Tbk.

Di Indonesia, Travelio adalah portofolio kedua Samsung Venture. Sebelumnya mereka terlibat dalam pendanaan seri E Gojek di tahun 2018 lalu.

Bersamaan dengan ini, pihak Samsung Venture juga mengatakan akan bermanuver lebih agresif untuk berinvestasi ke startup Asia Tenggara di tahun mendatang.

“Kami sangat beruntung mendapati Samsung sebagai salah satu pemegang saham. Rekam jejak dan keahlian mereka akan membantu mengarahkan kami menjadi perusahaan yang diakui secara global dan memiliki reputasi baik,” sambut Co-Founder & CEO Travelio Hendry Rusli.

Turut disampaikan, tambahan investasi dari Samsung Venture akan difokuskan untuk mempercepat target pertumbuhan perusahaan di tahun 2020. Termasuk dengan memperluas integrasi dan kemitraan dengan jaringan konglomerat, teknologi, dan ekosistem elektronik yang dimiliki Samsung.

Application Information Will Show Up Here

Kevin Aluwi dan Ryu Suliawan Ikut Pendanaan Seri A untuk Startup India m.Paani

Dua petinggi Gojek, Co-Founder dan Co-CEO Gojek Kevin Aluwi dan Head of Merchant Gojek Ryu Suliawan, terlibat dalam pendanaan Seri A sebesar $5,5 juta (sekitar 77 miliar Rupiah) untuk platform digitalisasi peritel India m.Paani.

Turut berpartisipasi dalam pendanaan kali ini VC asal Turki AC Ventures, Henkel, Candy Ventures, Suvir Varma (Bain & Company), Chiratae Ventures, dan Blume Ventures.

Dikutip dari ETtech.com, pendanaan akan dipakai untuk pengembangan produk, mengejar pertumbuhan, dan ekspansi wilayah baru.

Kevin Aluwi mengatakan, m.Paani memiliki pemahaman yang mendalam tentang peritel lokal, tercermin dari produk dan strategi mereka untuk menyelesaikan masalah dan aspirasi penggunanya. Menurutnya, model bisnis m.Paani dapat diberdayakan untuk peritel lokal di luar India, terutama di negara berkembang di mana toko-toko kecil masih mendominasi pola konsumsi.

“Kami juga melihat potensi besar bagi mereka untuk memberdayakan peritel lokal di luar India,” terangnya.

m.Paani didirikan lima tahun lalu di Mumbai oleh Akanksha Hazari. Startup ini bergerak di analitik data dan pemasaran yang memungkinkan pengecer lokal untuk go-online, mendigitalkan hubungan dengan konsumen mereka, mengakses data dan insight bisnis, dan mengelola operasi bisnis secara lebih efektif.

“m.Paani menjembatani kesenjangan teknologi untuk memastikan bahwa pengecer lokal kami tidak hanya bertahan tetapi berkembang di India 2.0. Masa depan ritel India harus dikuasai pemain lokal,” katanya.

Tim m.Paani / Inc42
Tim m.Paani / Inc42

Di India, terdapat lebih dari 10 juta toko kelontong (disebut Kirana) berkontribusi lebih dari 85% dari barang-barang konsumen. Sisanya datang dari ritel modern dan online yang bersama-sama menyumbang 10-15%.

Sebagian besar pengguna korporat m.Paani, termasuk Hindustan Unilever, telah menghasilkan permintaan melalui pemasaran berbasis data dan menghubungkan pembeli ke toko menggunakan aplikasi peritel.

Dari hasil riset mereka, sekitar 86% masyarakat India berbelanja melalui Kirana yang hanya berjarak 3-4 km dari rumah. Konsep bisnis m.Paani disebutkan berhasil membuktikan ada monetisasi melalui pelanggan pengecer, memberikan pertumbuhan bisnis lebih dari 25% kepada mitra ritel yang terlibat.

Saat ini, m.Paani memiliki lebih dari 50.000 pengecer dan tujuh juta konsumen di platformnya.

Model bisnis serupa m.Paani juga mulai digarap pemain lokal. Sebut saja Wahyoo, GrabKios, Warung Pintar. Bahkan Bukalapak dan Tokopedia juga sudah terjun ke segmen yang sama. Keterlibatan Gojek, bila membawa m.Paani ke Indonesia, akan meramaikan peta persaingan di vertikal ini.

Carsome Umumkan Pendanaan Seri C Senilai Lebih dari 701 Miliar Rupiah

Platform perdagangan mobil bekas Carsome hari ini (11/12) mengumumkan perolehan pendanaan seri C senilai $50 juta atau setara 701,5 miliar Rupiah. Putaran investasi ini diikuti MUFG Innovation Partners, Daiwa PI Partners, Endeavour Catalyst, Ondine Capital, serta investor di putaran sebelumnya termasuk Gobi Partners dan Convergence Ventures.

Tambahan modal tersebut akan difokuskan untuk memperkuat pertumbuhan bisnis di negara-negara operasionalnya saat ini, yakni Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Juga segera lancarkan ekspansi ke negara baru di Asia Tenggara. Turut disampaikan Carsome akan meluncurkan produk finansial untuk dealer dan konsumen guna memudahkan proses transaksi.

Di tiga negara, perusahaan mengklaim telah membukukan sekitar 40 ribu transaksi jual-beli mobil per tahunnya senilai $300 juta. Portofolio layanan pinjaman yang sudah digulirkan satu tahun terakhir juga dinilai mendapat sambutan baik, untuk itu di waktu mendatang akan memperluas jumlah dan cakupan mitra, termasuk dengan perbankan dan lembaga finansial non-bank.

“Kami ingin menjadi (layaknya) jaringan Visa/Master untuk transaksi mobil dan membangun ekosistem mitra kolaboratif untuk memberikan pengalaman terbaik bagi konsumen di Asia Tenggara,” sambut Co-Founder & CEO Carsome Eric Cheng.

Ia turut memaparkan, bisnisnya telah mampu membantu lebih dari 6 ribu dealer mobil. Diyakini setara memproses transaksi 1% dari seluruh penjualan mobil bekas di kawasan regional.

Carsome juga akan memanfaatkan kemitraan strategis yang dijalin bersama MUFG, salah satunya dengan menjadikan Bank Danamon sebagai mitra pembiayaan di Indonesia. Sementara MUFG juga akan mengembangkan platform pembiayaan B2B dan B2C di bidang otomotif memanfaatkan data transaksi Carsome.

“MUFG Innovation Partners bersama dengan mitra perbankannya yakni Bank Danamon di Indonesia dan Bank Krungsri di Thailand akan berkolaborasi untuk mendukung strategi pertumbuhan Carsome seiring dengan solusi inovatif yang mereka berikan ke pasar dan menjalankan visi jangka panjangnya,” ujar President & CEO MUIP Nobutake Suzuki.

Sebelumnya pada Maret 2018 lalu, Carsome telah membuka putaran pendanaan seri B senilai $19 juta dari sejumlah investor. Ditutup dengan penambahan $8 juta pada Agustus 2018. Penguatan jajaran manajemen juga terus dilakukan, baru-baru ini mereka mengumumkan CMO dan CTO baru, yakni Danny Chin dan Chet Sin.

Situs Penjualan Mobil Terfavorit
Platform penjualan mobil bekas terfavorit menurut responden / DSResearch

DSResearch pernah menerbitkan laporan bertajuk “Car Marketplace Survey 2018“. Salah satu temuannya, Carsome jadi platform favorit nomor 2 untuk penjualan mobil bekas di Indonesia setelah BeliMobilGue.

Application Information Will Show Up Here

Kantongi Pendanaan Seri A Rp 115 Miliar, Evermos Ingin Bangun Ekosistem Ekonomi Digital Muslim

Makin besarnya minat masyarakat Indonesia untuk membeli produk halal, menjadi salah satu alasan mengapa platform seperti Evermos hadir. Startup yang didirikan pada tahun 2018 di Bandung ini menghubungkan brand dengan konsumen melalui program reseller. Perusahaan mengklaim fokus ke semua produk muslim, halal dan sesuai dengan syariah.

“Evermos mencoba untuk menjembatani antara brand brand muslim lokal dan nasional dengan resellerreseller yang akan menjual produk produknya ke konsumennya. Reseller bisa menjual produk yang tersedia ke teman, tetangga atau keluarga secara langsung atau melalui WhatsApp atau media sosial,” kata CEO dan Co-Founder Evermos Iqbal Muslimin kepada DailySocial.

Berdasarkan data Thomson Reuters, pasar untuk produk halal dan syariah sedang bertumbuh sangat pesat mencapai $2 miliar pada tahun 2016 dan diprediksi akan naik hingga $3,8 miliar pada tahun 2022. Indonesia, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, memiliki peran besar dalam pertumbuhan ekonomi Islam di Indonesia dan Evermos mempunyai visi untuk menjadi penggerak utama ekonomi muslim di Indonesia.

“Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar, pengembangan ekonomi Islam di Indonesia memiliki dampak positif bagi perekonomian negara secara umum dan dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Evermos tidak hanya ingin menjadi platform kolaborasi antara pemilik merek dan reseller, tapi juga menjadi pendukung bagi keduanya dalam melakukan bisnis sesuai syariah,” kata Iqbal.

Reseller yang ingin bergabung akan dikenakan biaya pendaftaran Rp300 ribu. Untuk setiap penjualan Evermos akan mengambil komisi. Saat ini jaringan Evermos sudah tersedia di seluruh Indonesia dan aplikasinya tersedia di Google Play. Jumlah reseller sendiri disebut mencapai 20 ribu.

“Kami berharap nantinya semua reseller bisa fokus kepada penjualan. Evermos juga menghadirkan teknologi, stok produk hingga pengiriman. Untuk semua produk yang terjual, reseller bisa mendapatkan rata-rata komisi sebesar 20%,” kata Iqbal.

Rencana Evermos usai pendanaan

Setelah mendapatkan pendanaan Seri A sejumlah $8,25 juta (Rp 115 Miliar) dari Jungle Ventures, Shunwei Capital, dan Alpha JWC Ventures, ada beberapa target yang ingin dicapai oleh perusahaan, termasuk membangun ekosistem ekonomi digital Muslim dan menggandeng lebih banyak pelaku industri. Evermos juga memiliki target untuk mengakuisisi lebih banyak reseller.

Ke depannya perusahaan memiliki rencana untuk menggali potensi di segmen lain, termasuk dalam hal sosial, ZISWAF, halal travel, dan fintech syariah.

“Kami sangat antusias untuk berpartner dengan tim pendiri Evermos karena mereka sangat mengenal ekonomi syariah yang besar di Indonesia dengan visi yang jelas dan menyokongnya dengan teknologi. Mereka bersungguh-sungguh membangun ekosistem untuk membantu orang Indonesia agar dapat penghasilan tambahan, membantu keluarganya tanpa memandang status pekerjaan dan pendidikannya. Mereka juga merupakan para tim pendiri yang sudah pernah membuat beberapa startup digital bersama-sama dan punya banyak pengalaman untuk bisa membangun dan menumbuhkan startup nya dengan cepat,” kata Principal Jungle Ventures Yash Sankrityayan.

Application Information Will Show Up Here

Kredivo Bags Series C Funding, Valuation Updates to 7 Trillion Rupiah

Kredivo announced Series C funding worth of $90 million (over 1.2 trillion Rupiah) led by Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund and Square Peg. This act brings the company’s valuation nearly $500 million (around 7 trillion Rupiah). It’s expected to hit 10 million users in the next few years.

Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund is a joint venture of Mirae Asset Financial Group with Naver Corporation. Both are Korean-based companies. Some of the Indonesian-based portfolios namely Bukalapak, Grab, HappyFresh, RedDoorz, and The Asian Parent.

In the official statement, the round is said to be closed and over-subscribed. Other investors who participated in this Series C round are Singtel Innov8, TMI, Cathay Innovation, Kejora, Intervest, Mirae Asset Securities, Reinventure, DST Partners, and many more.

During 2019, the company has raised fresh funding in total, either debt or equity, over $200 million (around 2.8 trillion Rupiah). In terms of debt, it comes in the form of a consortium lender consists of banks and credit funds. One of which is Bank Permata, channeling 1 trillion Rupiah to re-distribute by Kredivo.

“We’re very excited knowing the investors involved are having the same vision to build a series of financial services that is rapid, competitive, and accessible to millions of users in the region,” Kredivo’s CEO, Akshay Garg said on Tue (12/3).

Square Peg Partner, Tushar Roy said the company is fascinated by Kredivo’s growth since the first investment last year. “It’s not common to find a company driven by value and culture-centric in this region, they can further develop while improving the financial service ecosystem.”

Since it was founded three years ago, the company is claimed to process more than 3 million submissions and distribute around 30 million loans. The achievement is considered as one of the biggest numbers in the lending platform and Indonesia’s e-commerce.

In the previous year, the number of merchants and transaction value arose over 300% year on year. The result was also backed by increasing risk management metrics equivalent to banks.

Akshay also said the fresh money is to be used to double up the growth by expansion to new locations, not only Indonesia but also Southeast Asia, and for talent acquisition.

Soon, some new products are to launch, including the low-interest loan for education and health, the sharia-based loan in partnership with the financial institutions. Kredivo also presents as a partner of PayLater LinkAja which is to be launched this month.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Modalku Kantongi “Debt Funding” dari Triodos Investment Management

Modalku mengumumkan perolehan pendanaan baru berbentuk debt funding (pendanaan hutang) dengan nilai yang tidak disebutkan dari Triodos Microfinance Fund dan Triodos Fair Share Fund. Dana akan sepenuhnya dipakai untuk disalurkan kembali ke usaha produktif, terutama yang bergerak di mikro.

Keduanya adalah perusahaan pendanaan yang fokus pada inklusi keuangan di negara berkembang. Sekaligus bagian dari Triodos Investment Management yang telah beroperasi di Belanda selama 25 tahun. Triodos memiliki portofolio investasi sebesar 900 juta Euro yang digunakan untuk mendukung inklusi keuangan.

“Pendanaan dari Triodos Investment menjadi suatu pencapaian baru bagi Modalku. [..] Ke depannya, Modalku ingin menjangkau lebih banyak UKM karena jumlah UKM masih sangat besar, sekitar 63 juta. Namun mereka tidak mendapat akses pendanaan,” terang Co-Founder & CEO Modalku Reynold Wijaya dalam keterangan resmi, Rabu (4/12).

Senior Investment Officer Triodos Investment Management Sagar Thakar menambahkan, “[..] Triodos memiliki visi untuk selalu fokus dalam memberikan manfaat yang berkelanjutan. Dalam mewujudkan hal tersebut, kami hanya menyalurkan pendanaan kepada perusahaan yang memiliki visi serupa dan kami melihat hal tersebut di Modalku.”

Sebagai catatan, Modalku kini merambah pembiayaan sektor mikro sejak tahun ini yang ditandai dengan peluncuran produk baru. Target penggunanya adalah pemilik warung dan toko sembako. Mereka bisa mengajukan pinjaman tanpa agunan mulai dari Rp1 juta sampai Rp1,5 juta.

Dari data terakhir yang dipaparkan, perusahaan telah merangkul sekitar 20 ribu pemilik warung di Jabodetabek dan Bandung. Perluasan ke Surabaya juga tengah disiapkan.

“Penetrasi kepada pedagang pasar juga dilakukan karena mereka juga bagian dari usaha mikro. Modalku juga berkolaborasi dengan beberapa platform e-commerce untuk menyediakan solusi buat merchant online yang banyak masuk ke segmen mikro.”

Sejauh ini perusahaan menyalurkan pinjaman produktif dalam bentuk invoice financing dan pinjaman UKM. Dana yang telah disalurkan sebesar Rp7 triliun di tiga wilayah Modalku beroperasi, Indonesia, Singapura, dan Malaysia.

Reynold menargetkan Modalku dapat menyalurkan pinjaman hingga Rp10 triliun untuk tahun ini dan menggaet lebih dari 1 juta pemberi pinjaman.

Debt funding adalah pinjaman berbasis hutang, konsepnya tidak jauh beda dengan pembiayaan dari bank. Sifatnya pinjaman dengan tenor yang pendek, sekitar 1-2 tahun dan kupon yang secara bulanan harus rutin dibayar. Pembiayaan ini biasanya menawarkan opsi waran, dikonversi jadi saham menjelang jatuh tempo atau saat startup menggalang pendanaan baru.

Sebelumnya, Modalku meraih pendanaan seri B senilai $25 juta dipimpin oleh SoftBank Ventures Korea, Sequoia India, Alpha JWC Ventures, dan Golden Gate Ventures. Perusahaan juga berinvestasi tahap seri A untuk Paper.id, bersama Golden Gate dengan nilai dirahasiakan.

Application Information Will Show Up Here

Induk Perusahaan BookMyShow Terima Pendanaan dari Jungle Ventures

Bigtree Entertainment Singapore Pte. Ltd induk perusahaan BookMyShow SEA mengumumkan perolehan pendanaan dari Jungle Ventures. Dengan pendanaan eksternal pertamanya ini, perusahaan akan melakukan pemindahan kantor pusat ke Singapura dengan alasan untuk memperkuat operasi teknologi dan posisinya di pasar Asia Tenggara.

BookMyShow memasuki Indonesia pada pertengahan 2016, tahun ini mereka melakukan ekspansi ke Singapura dan Malaysia untuk mulai fokus pada pembuatan film dan ekosistem live entertainment di wilayah regional. Perusahaan juga bekerja sama dengan berbagai mitra untuk menggelar pertunjukan langsung, baik itu musik, olahraga, komedi; dan distribusi film.

CEO BookMyShow SEA Kenneth Tan menyambut baik investasi dan dukungan Jungle Ventures, “Bersama dengan investor yang berpengalaman di Jungle Ventures, kami berkomitmen memperkuat kemampuan menghadirkan pengalaman baru yang seluruhnya dilaksanakan dengan standar global,” terang Kenneth.

Hal senada juga disampaikan Managing Partner Jungle Ventures David Gowdey. Menurutnya BookMyShow akan mampu membantu banyak orang untuk menemukan, membeli, dan menikmati acara-acara di seluruh wilayah Asia Tenggara.

“Kebutuhan hiburan, khususnya pertunjukan secara langsung (live event) mengalami pertumbuhan yang kuat di Asia Tenggara. Dengan tim kelas dunia yang mengelola bisnis di Asia Tenggara, BookMyShow akan membantu setiap orang menemukan, membeli, dan menikmati acara di seluruh Asia Tenggara dan Jungle Ventures sangat senang menjadi bagian dari pencapaian ini,” imbuh David.

BookMyShow pertama kali diluncurkan pada tahun 2007. Kini mereka sudah beroperasi di beberapa negara seperti Indonesia, Dubai, Sri Lanka, Malaysia, dan Singapura. Mereka juga telah berevolusi dari platform pembelian tiket menjadi solusi end to end untuk live entertainment.

Application Information Will Show Up Here

Kredivo Kantongi Pendanaan Seri C, Valuasi Tembus 7 Triliun Rupiah

Kredivo mengumumkan perolehan dana segar Seri C senilai $90 juta (lebih dari 1,2 triliun Rupiah) yang dipimpin Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund dan Square Peg. Pendanaan ini membawa valuasi perusahaan mendekati $500 juta (sekitar 7 triliun Rupiah). Diharapkan perusahaan dapat menjangkau 10 juta pengguna dalam beberapa tahun ke depan.

Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund adalah perusahaan patungan yang dibentuk Mirae Asset Financial Group dan Naver Corporation. Keduanya berbasis di Korea Selatan. Beberapa portofolionya yang hadir di Indonesia adalah Bukalapak, Grab, HappyFresh, RedDoorz, dan The Asian Parent.

Disebutkan dalam keterangan resmi, putaran ini telah ditutup dan over-subscribed. Investor lain yang turut berpartipasi dalam Seri C adalah Singtel Innov8, TMI, Cathay Innovation, Kejora, Intervest, Mirae Asset Securities, Reinventure, DST Partners, dan lainnya.

Total perolehan dana segar perusahaan sepanjang 2019, baik dalam bentuk debt maupun ekuitas, mencapai lebih dari $200 juta (sekitar 2,8 triliun Rupiah). Dana dalam bentuk debt ini berbentuk konsorsium lender yang terdiri dari bank dan credit funds. Salah satunya, Bank Permata yang menyalurkan 1 triliun Rupiah untuk disalurkan kembali oleh Kredivo.

“Kami sangat senang bahwa investor yang masuk punya kesamaan visi dengan kami untuk membangun serangkaian layanan keuangan yang cepat, terjangkau, dan dapat diakses oleh jutaan pelanggan di wilayah ini,” ujar CEO Kredivo Akshay Garg, Selasa (3/12).

Partner Square Peg Tushar Roy menuturkan, pihaknya terkesan dengan perkembangan Kredivo sejak diinvestasi pada tahun lalu. “Sangat jarang menemukan perusahaan yang dipimpin oleh nilai dan fokus budaya di wilayah ini, dapat tumbuh secara luar biasa sambil memperbaiki ekosistem layanan finansial.”

Sejak didirikan tiga tahun lalu, perusahaan diklaim telah memroses lebih dari 3 juta pengajuan pinjaman dan menyalurkan hampir 30 juta pinjaman. Pencapaian tersebut diklaim sebagai salah satu platform lending terbesar untuk e-commerce di Indonesia.

Setahun belakangan, pertumbuhan jumlah merchant dan nilai transaksi naik lebih dari 300% secara year on year. Kinerja ini turut dibantu oleh peningkatan metrik manajemen risiko yang setara dengan bank.

Akshay menyebutkan, dana segar akan dipakai untuk menggandakan pertumbuhan dengan perluas kehadiran di daerah baru tidak hanya di Indonesia, juga Asia Tenggara, dan merekrut talenta baru.

Dalam waktu dekat, beberapa produk baru akan segera meluncur, termasuk produk pinjaman pendidikan dan kesehatan dengan bunga rendah, pinjaman berbasis syariah dan kemitraan dengan institusi keuangan. Kredivo juga hadir sebagai salah satu mitra PayLater LinkAja yang segera diresmikan bulan ini.

Application Information Will Show Up Here

Platform Riset Pasar Populix Dapatkan Pendanaan Awal 14 Miliar Rupiah

Startup pengembang platform survei konsumen Populix baru membukukan pendanaan awal senilai $1 juta atau setara 14 miliar Rupiah. Putaran investasi dipimpin oleh Intudo Ventures dengan keterlibatan Gobi Partner dan investor sebelumnya di pre-seed, yakni Pegasus Tech Ventures.

Kepada DailySocial, Co-Founder & COO Populix Eileen Kamtawijoyo menyampaikan, dana yang didapat akan difokuskan untuk perekrutan pegawai, pengembangan fitur, dan optimasi pemasaran.

Populix debut pada awal tahun 2018, didesain sebagai consumer insights platform yang membangun basis data responden dari kalangan masyarakat umum di seluruh Indonesia. Tujuannya untuk membantu bisnis agar mudah mendapatkan  data melalui survei yang  akurat, terpercaya, dan real-time.

Eileen juga menyampaikan, sepanjang tahun pertama beroperasi, Populix telah menyelesaikan sekitar 70 riset pasar, didukung 27 bisnis dari berbagai sektor dan ukuran. Tidak hanya di Jabodetabek, saat ini sebaran responden mereka juga sudah meliputi berbagai kota besar di Indonesia, termasuk Medan, Makassar, Yogyakarta, Semarang, hingga Sorong.

Tahun 2020, akan banyak hal yang direncanakan perusahaan, termasuk merilis aplikasi mobile untuk memudahkan partisipasi responden mereka.

“Tahun ini kami merekrut CTO baru, sehingga pengembangan fitur-fitur Populix akan semakin cepat. Yang terbaru, kami telah merilis fitur researcher dasboard, memudahkan brand (sebagai pembuat survei) memantau hasil secara real-time,” ujar Eileen.

Dari sisi pengguna, Populix menawarkan kepada siapa saja untuk menjadi responden survei. Setiap pertanyaan yang dijawab akan menghasilkan poin yang dapat ditukarkan dengan uang tunai. Model bisnis serupa juga dimiliki startup lain, seperti Jakpat, Nusaresearch, Toluna, Yougov, Kantar, dan iPanel.