Ringkas Amankan Pendanaan Tahap Awal Senilai 52 Miliar Rupiah

Platform yang memfasilitasi kredit untuk hunian, Ringkas, mengumumkan pendanaan tahap awal senilai $3,5 juta atau lebih dari Rp52,4 miliar dipimpin oleh East Ventures dan Crestone Venture Capital. Investor yang turut berpartisipasi dalam putaran ini termasuk 500 Global, Teja Ventures, Orvel Ventures, Hustle Fund, dan lainnya.

Sebelumnya, Ringkas telah mendapatkan pendanaan pra-awal sekitar Rp33 miliar pada Mei 2022 lalu. Pendanaan terbaru ini rencananya akan difokuskan untuk pengembangan serta perluasan jangkauan platform ke berbagai kota di Indonesia dan pasar sekunder.

Didirikan oleh Ilya Kravtsov, Leroy Pinto, Puguh Widyoko, dan Yoko Simon, Ringkas memiliki visi untuk mendemokratisasi kepemilikan rumah. Melalui platform kredit hunian yang dikembangkan, perusahaan berharap bisa  menyederhanakan proses kredit kepemilikan rumah (KPR) untuk masyarakat Indonesia.

Tidak seperti hipotek konvensional yang melibatkan proses prakualifikasi yang terfragmentasi, aplikasi manual yang panjang, dan transparansi yang terbatas, Ringkas menawarkan pendekatan yang disederhanakan. Dengan prakualifikasi real-time dan platform digital yang ramah pengguna, konsumen dapat dengan mudah mengajukan KPR ke beberapa bank secara bersamaan, memastikan kenyamanan, transparansi, dan berbagai pilihan yang dapat diandalkan.

Setelah putaran pendanaan terbaru ini, Co-founder Ringkas Ilya Kravtsov menargetkan transaksi hipotek bisa mencapai Rp3 triliun dalam 6-12 bulan ke depan. Perusahaan juga menargetkan lebih dari 100 proyek di 34 kota di seluruh Indonesia. “Putaran pendanaan terbaru ini juga akan mempercepat adopsi teknologi Ringkas di daerah-daerah yang belum terlayani di seluruh Indonesia,” tambahnya.

Co-founding Partner Crestone Venture Capital, Inanc Balci menyatakan komitmen penuh mereka sebagai modal ventura spesialis fintech pasar berkembang. “Kami berkomitmen mendukung Ringkas dalam mencapai misinya untuk membuat kepemilikan rumah menjadi lebih cepat, mudah, dan terjangkau bagi seluruh masyarakat Indonesia,” ujarnya.

Perkembangan bisnis Ringkas

Ringkas dikembangkan sebagai solusi atas permasalahan kepemilikan rumah di Indonesia, khususnya tingkat penetrasi hipotek yang sangat rendah, yaitu 3,25% dari total PDB. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan India yang memiliki tingkat penetrasi hipotek sebesar 11% dari PDB, dan Amerika Serikat yang memiliki tingkat penetrasi hipotek lebih dari 50% dari PDB.

Selain itu, Indonesia menghadapi tantangan backlog perumahan yang mencapai 12,75 juta unit yang terus meningkat setiap tahunnya. Penyebab dari situasi yang menantang ini disinyalir karena 55% tenaga kerja negara lokal di Indonesia terdiri dari pengusaha kecil dan menengah, pekerja lepas, hingga individu tanpa kontrak yang pasti.

Di sini, Ringkas bertujuan untuk menjembatani kesenjangan antara jutaan pencari rumah, 12.000 pengembang properti, dan 1.200 bank dan lembaga keuangan, memungkinkan pemrosesan hipotek yang lebih cepat dan lebih terarah. Ringkas memiliki visi besar membantu 100 juta masyarakat Indonesia memfasilitasi pembelian rumah melalui KPR.

Ringkas memastikan keamanan data konsumen dengan memberikan jejak audit dan membatasi akses data ke pihak terkait yang terlibat dalam proses hipotek. Terkait hal ini, Ringkas telah menjadi operator inovasi keuangan digital yang diatur oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan) sejak awal tahun 2023 dan telah memperoleh sertifikasi ISO27001 terkait privasi pelanggan dan keamanan data.

Dalam menjalankan layanannya, Ringkas tidak secara langsung menyalurkan pinjaman kepada konsumen. Perusahaan berkolaborasi dengan institusi finansial yang menyediakan pinjaman, lalu menerima fee dari setiap transaksi yang berhasil terjadi dalam platform.

Hingga saat ini, Ringkas telah mengamankan proyek perumahan bernilai sekitar Rp30 triliun melalui kemitraan dengan pengembang properti terbesar yang tersebar di 5 kota. Ringkas juga telah bermitra dengan banyak bank terkemuka di tanah air, seperti BCA, Bank Mandiri, Bank Syariah Indonesia, BRI, Bank CIMB Niaga, Bank Permata, Bank Danamon, Bank Maybank Indonesia, OCBC NISP, UOB Indonesia, Bank Panin, Bank CCB Indonesia, dan masih banyak lagi.

Selain Ringkas, ada beberapa startup yang menawarkan solusi terkait KPR. Salah satunya startup proptech IDEAL yang menawarkan produk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Secondary, menghadirkan layanan pembiayaan dan pengelolaan hipotek untuk hunian sekunder bagi calon pembeli rumah. Selain itu juga ada pengembang platform p2p lending pembiayaan properti Gradana.

Eten Technologies Fokus Hadirkan Platform Manajemen Bisnis F&B Skala Kecil-Menengah

Industri F&B di Indonesia sedang mengalami pertumbuhan yang luar biasa, didorong oleh kombinasi berbagai faktor seperti kelas menengah yang berkembang pesat, perubahan preferensi konsumen, dan budaya kuliner yang makin hidup.

Salah satu platform yang ingin memberikan solusi kepada bisnis F&B di Indonesia adalah Eten Technologies. Startup ini didirikan dengan tujuan mengatasi permasalahan yang dialami oleh para pengusaha F&B, terutama UMKM. Platform digital ini mencoba merevolusi cara bisnis F&B beroperasi, menghubungkan konsumen, pemasok, dan pengusaha dalam ekosistem yang seamless.

Kepada DailySocial.id, Co-founder & CEO Eten Technologies Debbie Winardi mengungkapkan alasan diluncurkannya startup tersebut bersama Co-founder Fakhri Guniar.

Perluas kesadaran tentang pengelolaan inventori

Tercatat saat ini sekitar 80% usaha F&B gagal dalam jangka waktu kurang dari 5 tahun karena masalah profitabilitas. Salah satu penyebab utamanya adalah kurangnya efisiensi dan pengetahuan tentang pengelolaan inventori. Banyak orang melihat keuntungan usaha F&B sangat besar, karena mereka berasumsi jika mereka menjual nasi goreng, maka mereka hanya perlu membeli nasi, daging ayam, dan bumbu dapur.

Menurut pantauan Eten Technologies, masih banyak komponen lainnya yang harus dipertimbangkan. Misalkan modal mereka Rp10.000 dan mereka jual dengan harga Rp20.000, maka mereka akan untung Rp10.000 atau 50%. Yang seringkali dilupakan adalah biaya lain-lain seperti gas, listrik, tenaga kerja, pemasaran, biaya jasa pengantaran online dan lainnya.

“Keuntungan bersih rata-rata usaha F&B sebenarnya hanya 5%-15%. Dengan kurangnya efisiensi, keuntungan bersih ini bisa berkurang sehingga usaha F&B mengalami kerugian. Ada beberapa usaha F&B yang bahkan mengalami lebih banyak kerugian walaupun penjualannya bertambah,” kata Debbie.

Melihat fakta tersebut, Eten Technologies meyakini bahwa efisiensi pengaturan inventori adalah kunci untuk profitabilitas dan bertujuan untuk menyediakan solusi supply chain management untuk bisnis F&B skala kecil dan menengah. Perusahaan mengklaim mampu menangani 60% dari Profit and Loss (P&L) bisnis F&B dan bertujuan untuk meningkatkan keuntungan hingga 2-3x lipat.

“Kami membantu bisnis F&B untuk memonitor status, perpindahan, dan penggunaan ratusan inventori bahan baku yang dimiliki oleh bisnis F&B sehingga mereka dapat mengetahui area-area yang kurang efisien,” kata Debbie.

Ditambahkan olehnya, saat ini kebanyakan bisnis F&B hanya menggunakan spreadsheet, kertas catatan, dan aplikasi chat untuk mengatur inventori mereka. Akibatnya, sulit bagi mereka untuk mengetahui status inventori secara real time dan juga kebutuhan inventori mereka.

Persoalan lain yang juga kerap terjadi adalah, seringkali terjadi staf kelupaan untuk memesan bahan baku sehingga terjadi out of stock. Akibatnya mereka tidak dapat menjual menu yang menggunakan bahan tersebut.

Dengan memanfaatkan teknologi Eten, mereka akan mengetahui bahan-bahan yang sudah hampir habis dan mendapatkan rekomendasi jumlah yang harus mereka pesan secara otomatis tanpa perlu menghitung secara manual lagi. Eten juga dapat membantu untuk memonitor perpindahan dan penggunaan bahan baku.

Misalnya saja untuk bisnis F&B yang memiliki beberapa outlet, Eten akan membantu mereka untuk memonitor apakah bahan baku sudah dikirim dari pusat ke outlet dan status inventori akan diperbarui secara otomatis.

“Pelaku bisnis F&B juga dapat mengetahui nilai inventori yang mereka miliki dengan mudah sehingga mereka dapat melakukan analisa untuk mengoptimalkan High Pressure Processing,” kata Debbie.

Fokus mendapatkan product-market fit

Secara khusus Eten Technologies memiliki filosofi produk yaitu sederhana dan spesifik. Sederhana karena Eten dibuat dengan mempertimbangkan pekerja lapangan sehingga siapa saja harus dapat menggunakan platform tersebut dengan mudah. Spesifik karena industri F&B memiliki kebutuhan berbeda dengan industri barang jadi lainnya, sehingga solusinya juga harus spesifik.

“Misalnya, jika kita menjual sampo 1 botol, stok di gudang akan berkurang 1 botol. Namun di F&B, menjual 1 porsi ayam geprek tidak selalu berarti hanya 1 porsi daging ayam mentah yang berkurang di dapur. Jika ayamnya hangus, maka menjual 1 porsi ayam geprek sama dengan mengurangi 2 porsi daging ayam mentah di dapur. Oleh sebab itu, platform general tidak selalu dapat menjawab permasalahan di F&B,” kata Debbie.

Dalam jangka waktu singkat, Eten Technologies sudah berhasil mendapatkan Letters of Intent dari 40 lebih brand dengan lebih dari 500 lokasi. Saat ini Eten Technologies juga telah didukung oleh dua program akselerator yaitu Antler dan Iterative, serta mendapatkan dukungan pendanaan pre-seed di akhir 2022 dan awal 2023.

“Kami sudah menyelesaikan Minimum Usable Product dan saat ini kami sedang fokus untuk mendapatkan Product-Market Fit sembari mendapatkan lebih banyak early adopters,” kata Debbie.

Pemain yang menawarkan solusi untuk industri F&B saat ini, kebanyakan masih fokus di front-end atau order management, namun Eten Technologies akan fokus ke back-end atau supply chain untuk saat ini. Platfom Eten Technologies sudah bisa diakses oleh pengguna yang sudah terdaftar melalui situs. Eten dapat digunakan di seluruh Indonesia dan akan segera tersedia di Google Play Store.

Industri F&B menyumbang lebih dari sepertiga GDP non-migas Indonesia dan diprediksi untuk terus berkembang di tahun-tahun mendatang. Untuk lanskap F&B tech sendiri, Indonesia masih berada di tahap awal karena kebanyakan bisnis F&B masih melakukan operasional secara manual.

Platform yang menawarkan layanan serupa di antaranya adalah startup SaaS Malaysia Food Market Hub (FMH) penyedia platform yang menyederhanakan dan mengautomatisasi operasi back-end untuk bisnis makanan dan minuman (F&B). Platform lainnya yaitu Esensi Solusi Buana (ESB) yaitu penyedia operasional bisnis end-to-end di industri F&B yang terdepan.

East Ventures Pimpin Investasi ke Startup Mikrobioma Asal Singapura AMILI

East Ventures memimpin investasi ke AMILI, startup asal Singapura yang diklaim sebagai pengobatan presisi mikrobioma usus pertama dan satu-satunya di Asia Tenggara. Tidak disebutkan nominal pendanaan yang diberikan.

Dalam keterangan resminya, investasi ini disebut akan memperkuat modal AMILI usai mengantongi pendanaan seri A pada Juni 2022. Rencananya, AMILI akan memperluas operasional bisnisnya ke Indonesia dengan fokus utama menangani masalah kesehatan usus yang disesuaikan dengan kondisi pasar Indonesia.

AMILI didirikan pada 2019 oleh Dr. Jeremy Lim (CEO), Drs. David Ong, dan Jonathan Lee. Ketiganya tercatat pernah memimpin transplantasi mikrobioma usus di National University Hospital pada 2014 sekaligus yang pertama di kawasan Asia Tenggara.

“Pendanaan ini memungkinkan para dokter dan profesional kesehatan lain untuk menghadirkan manfaat bagi para pasien melalui mikrobioma. Selain obat-obatan, mikrobioma berperan penting pada teknologi pangan dan pertanian. Kami harap dapat menghadirkan inovasi di sektor ini, khususnya berkontribusi pada penciptaan makanan yang menunjang kesehatan serta mengatasi stunting dan malnutrisi,” kata Co-Founder dan CEO AMILI Dr. Jeremy Lim.

Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca juga menambahkan bahwa investasi ini dapat memajukan pengobatan presisi serta kesehatan dan nutrisi dengan memanfaatkan potensi mikrobioma usus. “Dengan melakukan studi lokal dan memahami seluk-beluk mikrobioma usus Asia, kita dapat menemukan wawasan dan mengembangkan intervensi kesehatan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan populasi Asia.”

Hal ini karena masyarakat di Asia memiliki karakteristik unik mikrobioma usus yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lokal dan regional, seperti pola makan, gaya hidup, dan lingkungan. Maka itu, penelitian, penemuan, dan penerapan penting dilakukan secara lokal di kawasan ini.

Sebelumnya, East Ventures juga memberikan investasi ke Nusantics sejak 2020, startup asal Indonesia yang mendorong penelitian mikrobioma. Nusantics saat ini disebut sebagai startup pengembang teknologi genom pertama dan satu-satunya di Indonesia.

Mengenal AMILI dan mikrobioma

Dengan perkembangan dan penemuan ilmiah terbaru, mikrobioma usus diyakini dapat menjadi garis depan bagi kesehatan manusia berikutnya. Selain itu, penggunaan mikrobioma usus memungkinkan perawatan kesehatan yang dapat dipersonalisasi.

Mikrobioma usus diketahui terdiri dari triliunan bakteri, virus, dan jamur yang hidup di saluran pencernaan dan memainkan peran kunci dalam hampir setiap aspek kesehatan manusia, termasuk pencernaan, fungsi kekebalan tubuh, kesehatan mental, dan pencegahan penyakit.

Saat ini, AMILI menawarkan layanan sequencing mikrobioma usus untuk membantu tenaga kesehatan profesional meningkatkan pengobatan pasien dan formulasi probiotik yang dirancang khusus untuk konsumen Asia.

Ada tiga aset inti yang dimiliki AMILI, yaitu basis data mikrobioma multi-etnis Asia, bank mikrobioma dengan sampel yang disimpan untuk analisis metagenomik dan metabolomik, serta perangkat alat analisis, jaringan informatika, dan mesin pencari AMILI PRIME. Aset-aset ini memungkinkan AMILI untuk mendorong penelitian kesehatan usus dan solusi inovatif.

AMILI menyebut sebagai satu-satunya bank transplantasi mikrobioma di Asia Tenggara. Tahun lalu, AMILI juga mengembangkan bubuk prebiotik berkelanjutan dengan mendaur ulang batang kangkung yang tidak terpakai. 

Startup Edtech Rakamin Raih Pendanaan, Fokus Hasilkan Talenta Digital Berkualitas

Indonesia tengah berada di jalur yang tepat untuk menjadi pemimpin pasar teknologi global. Dengan populasi terbesar keempat di dunia, negara ini tengah menikmati bonus demografi — 69% penduduknya masuk kategori produktif. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, bonus ini dapat menjadi bumerang dan berujung jadi beban negara.

Dalam kategori “pekerja berpengetahuan”, Indonesia menempati peringkat ke-125 dari 131 negara menurut Global Innovation Index. Ini menunjukkan kelemahan yang jelas dalam menemukan talenta maju untuk inovasi. Maka dari itu, diperlukan metode pendidikan alternatif untuk bisa mengembangkan ekosistem talenta teknologi lokal.

Ada banyak inisiatif yang juga telah dikembangkan untuk bisa membenahi sektor pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah Rakamin Academy, sebuah platform pembelajaran yang memungkinkan pengguna untuk terkoneksi dan membangun karier di era digital. Platform ini bertujuan untuk membangun akses pendidikan yang lebih inklusif dan berdampak.

Rakamin didirikan oleh Andika Deni Prasetya pada Mei 2020, ia mulai menemukan passion-nya di bidang pendidikan sejak di bangku sekolah. Semasa kuliah, ia juga pernah membuat wadah diskusi minat dan bakat menggunakan platform sosial media LINE. Setelah itu, ia juga sempat membangun mesin pencari lokal yang mengemban misi sosial bernama Geevv.

Belum lama ini, Rakamin telah menerima pendanaan tahap awal dari VC asal Australia, Investible, dengan partisipasi dari akselerator Edutech, EduSpaze serta CVC yang didukung Alibaba, eWTP Capital. Tidak disebutkan berapa nilai investasi yang disalurkan pada putaran ini. Andika hanya menyampaikan bahwa “putaran ini sebenarnya sudah ditutup pada awal tahun ini.”

Dalam pemberitaan Investible, disebutkan bahwa permintaan yang semakin tinggi akan pekerja teknologi telah menguras armada sarjana teknik, utamanya engineer dan programmer dari universitas lokal. Lulusan non-STEM memasuki sektor ini untuk memenuhi permintaan, tetapi diperlukan metode alternatif untuk melatih mereka.

Disinilah peran Rakamin menjadi penting. Perusahaan edtech yang berkembang sudah mulai mempersiapkan karyawannya untuk mengambil peran teknologi di tubuh perusahaan menggunakan platform dan jalur pembelajaran mutakhir. Tujuan utamanya adalah menciptakan generasi pekerja untuk mengatasi kekurangan teknologi.

Terkait bisnis edtech, menurut Andika, tidak bisa sepenuhnya dikelola dengan mengandalkan teknologi untuk bisa dikomersilkan. Namun, banyak startup melakukan hal itu. “Rakamin fokus bukan hanya di skala, melainkan juga kualitas. Ini yang akan menjadi inovasi utama,” ungkap Andika dalam wawancara bersama DailySocial.

Solusi Rakamin

Salah satu alasan Andika mendirikan Rakamin adalah peningkatan kompetensi bangsa tidak hanya terbatas pada kemampuan tetapi harus diiringi dengan motivasi. Banyak pelajar yang masih memiliki isu terkait memilih jalur yang tepat dalam berkarier. Hal ini diduga menjadi salah satu penghambat meningkatnya kapasitas bangsa.

Rakamin memosisikan diri sebagai tech academy. “Sejak awal, Rakamin didesain untuk pengembangan karier secara menyeluruh. Dalam 2 minggu proses pembelajaran, peserta akan dibantu untuk bisa mengenali diri sendiri. Setelah itu, tim Rakamin juga akan membantu mengarahkan dan mengembangkan minat dan bakat,” jelas Andika.

Rakamin dirancang untuk melatih profesional muda tanpa latar belakang teknis untuk mengembangkan kompetensi ilmu dan teknologi komputer. Selain program intensif selama 4 bulan, siswa juga bisa berpartisipasi dalam program magang virtual berbayar dengan startup dan perusahaan teknologi lokal Indonesia ternama untuk membuat simulasi kerja dari tugas dunia nyata.

Sistem manajemen pembelajaran (LMS) milik Rakamin menawarkan jasa profesional industri sebagai instruktur, menyediakan alat-alat yang dibutuhkan serta wawasan kontemporer yang dipercaya relevan bagi pencari kerja untuk lebih unggul dalam karier teknologi pilihan mereka.

Setelah berhasil dalam proses magang, para profesional muda ini ditawari posisi jangka panjang di organisasi terkait. Kombinasi dari tugas-tugas simulasi, lingkungan kerja terintegrasi, dan peluang karier jangka panjang menciptakan akses yang terjangkau ke dunia teknologi untuk pekerja non-teknis.

Rencananya, Rakamin akan menggunakan dana segar ini untuk pengembangan sumber daya dan inovasi. Selain itu, perusahaan juga akan fokus untuk mengembangkan platform ini agar menjadi sebuah ekosistem. Andika juga mengungkapkan rencana perusahaan untuk merambah industri HRtech dengan mengembangkan platform B2B untuk menjembatani talenta dan perusahaan.

Melalui layanannya, hingga saat ini Rakamin telah melatih lebih dari 70.000 profesional Indonesia dengan melibatkan lebih dari 150 instruktur di platformnya. Pada Q1 2023 ini, sudah ada sekitar 40 kampus yang bergabung di ekosistem Rakamin, serta lebih dari 200 perusahaan yang bekerja sama untuk proses rekrutmen.

Evermos Bukukan Pendanaan Rp584 Miliar, Perkuat Kehadiran di Kota Tier-2 dan 3

Setelah mengantongi pendanaan seri B senilai $30 juta tahun 2021 lalu, startup social commerce Evermos kembali merampungkan pendanaan seri C senilai $39 juta atau setara 584 miliar Rupiah. Putaran pendanaan ini dipimpin International Finance Corporation (IFC).

Investor lainnya yang terlibat di antaranya Jungle Ventures, Shunwei Capital, UOB Venture Management, dan Telkomsel Mitra Inovasi. Putaran pendanaan ini juga melibatkan investor mitra baru seperti SWC Global, Endeavour Catalyst, dan Uni-President Asset Holdings.

Selanjutnya Evermos akan menggunakan dana segar untuk memperkuat jaringan reseller dengan memperdalam penetrasi di pulau Jawa dan melakukan ekspansi ke Sumatera, agar bisa mempercepat brand menjangkau lebih banyak lagi kota tier 2 dan tier 3.

Memberdayakan para reseller

Selain mengembangkan jaringan reseller-nya, Evermos akan terus memberdayakan keterampilan pengecer untuk memperluas pelanggan mereka melalui iklan digital. Perusahaan mencatat penjualan 18x lebih tinggi untuk reseller yang memanfaatkan digital tools, dibandingkan dengan yang mengandalkan jaringan pribadi saja. Evermos rencananya juga akan menerapkan teknologi yang didukung oleh AI.

“Kami tetap berpegang pada komitmen kami untuk mendukung brand lokal sejak hari pertama. Dalam proses memecahkan masalah logistik yang dihadapi brand Indonesia akibat tantangan geografis dan ekonomi yang unik di negara ini, kami menyadari brand menghadapi berbagai tantangan selain distribusi. Oleh karena itu, kami akan terus memanfaatkan inovasi untuk menghubungkan brand lokal dan pelanggan di kota-kota tingkat rendah dengan lebih efisien,” kata Co-founder & CEO of Evermos Ghufron Mustaqim.

Ditambahkan olehnya, prestasi ini mencerminkan kepercayaan investor Evermos dalam menjalankan misi dan dedikasi mereka untuk memberdayakan komunitas, dengan memberikan sumber pendapatan yang berkelanjutan dan fleksibel melalui jaringan distribusi terhubung dan layanan commerce Evermos.

Sejak awal berdirinya, mereka telah berkomitmen untuk mengatasi tantangan logistik, dengan tujuan memastikan adanya kesempatan yang adil bagi seluruh masyarakat Indonesia, tanpa memandang lokasi geografis, tingkat pendapatan, atau gender.

Ini termasuk menjalin hubungan langsung dengan brand lokal untuk mendekatkan mereka dengan konsumen dan menawarkan solusi komprehensif untuk kebutuhan perdagangan khusus setiap brand. Dengan bergabung ke dalam ekosistem Evermos, brand dapat memanfaatkan 500 kota.

Didirikan pada bulan November 2018 oleh Ghufron Mustaqim, Arip Tirta, Iqbal Muslimin, dan Ilham Taufiq, Evermos mengklaim telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Sejak pandemi, bisnis mereka telah menunjukan pertumbuhan GMV sebesar 17x lipat dari tahun keuangan 2020 hingga 2022. Tercatat sebanyak 160 ribu reseller yang melakukan transaksi setiap bulannya per Januari 2023.

Produk yang disediakan kebanyakan adalah komoditas busana muslim, produk kesehatan/kecantikan halal, makanan dan minuman, dan lain-lain — sebagian besar mengutamakan produk bernuansa halal. Namun Ghufron menegaskan, tersedia juga kategori fesyen, home & living, herbal & health. Menjadikan produk mereka inklusif untuk semua.

“Investasi kami di Evermos tidak hanya akan mendorong kemakmuran bersama, inklusi keuangan dan digital, tetapi juga akan memberikan kontribusi signifikan dalam memajukan ekonomi digital yang terus berkembang pesat di Indonesia,” kata Country Manajer IFC untuk Indonesia dan Timor-Leste, Randall Riopelle.

Application Information Will Show Up Here

JumpStart Raih Pendanaan Seri B Dipimpin Cool Japan Fund dan Living Lab Ventures

Startup pengembang coffee vending machine JumpStart meraih pendanaan seri B dengan nominal yang dirahasiakan, dipimpin oleh Cool Japan Fund (CJF) dan Living Lab Ventures. Sebelumnya, JumpStart memperoleh pendanaan seri A dari GDP Venture pada 2018.

Dalam keterangan resminya, CEO JumpStart Brian Imawan mengatakan, pihaknya akan menambah jumlah dan variasi mesin penjual otomatis serta memperbarui teknologi sehingga dapat meningkatkan loyalitas pengguna. Pihaknya siap ekspansi ke beberapa kota besar lain, seperti Pulau Jawa dan Bali, pada pertengahan tahun ini.

“JumpStart ingin mewujudkan misinya untuk memberikan pengalaman belanja yang lebih menarik bagi konsumen. Melakukan perekrutan tim yang berkualitas juga menjadi fokus kami dalam mengembangkan bisnis JumpStart yang lebih kompetitif di pasar Indonesia,” tutur Brian.

Sementara, PR Representative Cool Japan Fund Hashimoto menambahkan, investasi ini dapat mendukung upaya perusahaan untuk memperluas penjualan barang dari produsen Jepang, seperti makanan ringan dan minuman, di Indonesia.

“Kami akan mendukung upaya untuk mengomunikasikan daya tarik produk makanan dan minuman Jepang bekerja sama dengan perusahaan terkait. Investasi ini juga bertujuan untuk memperkuat hubungan bisnis antara Jepang dan Indonesia, serta memberikan manfaat bagi kedua negara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kedua negara.”

CJF menilai makanan dan minuman Jepang sangat populer di Indonesia, terlihat dari banyaknya restoran Jepang. Makanan manis Jepang juga banyak diminati turis Indonesia di sana. Di saat yang sama, pasokan makanan Jepang di Indonesia sangat terbatas sehingga sulit didapatkan dengan harga terjangkau.

Ekspansi luar negeri

Lebih lanjut, JumpStart juga sekaligus mengumumkan rencananya untuk ekspansi ke luar negeri pada 2025. Lewat ekspansi ini, JumpStart akan memulai bisnis sebagai pemasar smart coffee machine yang dapat menyajikan lebih dari 20 menu kopi dan non-kopi, seperti cokelat dan teh matcha.

Diketahui, JumpStart merupakan pengembang teknologi mesin pemasaran otomatis. Di 2017, JumpStart menyediakan 500 mesin, dan saat ini sudah mencapai 2000 mesin. Pihaknya juga memproduksi label kopi sendiri yang kini tersedia dalam 25 macam pilihan kopi.

Jajaran manajemen JumpStart

Tak cuma kopi, JumpStart juga mulai menghadirkan vending machine untuk produk makanan ringan, obat-obatan, kosmetik, fesyen, hingga makanan hewan. Pihaknya mengklaim telah membukukan EBITDA positif dengan pertumbuhan pendapatan lebih dari 400% di sepanjang 2022. Pertumbuhan kinerja positif tersebut dikarenakan permintaan pasar yang tinggi pasca-pandemi.

“Bersama dengan tim engineer dan tim kreatif internal, kami sudah menyiapkan beberapa terobosan baru dengan membuat beberapa mesin terkini yang menarik termasuk produk private label di dalamnya yang kami percaya akan lebih mempermudah dan memberikan suatu pengalaman baru untuk para pelanggan kami.” Tutup Brian.

East Ventures Berinvestasi di MADLY, Startup D2C Asal Singapura

East Ventures kembali menambah portofolionya di ranah D2C dengan berinvestasi di rumah desain perhiasan asal Singapura bernama “MADLY”. Dengan mengusung konsep bespoke atau dirancang sesuai pesanan, MADLY berencana menggunakan dana segar ini untuk mempercepat ekspansi global perusahaan.

Sektor perhiasan mewah disebut tengah mengalami peningkatan permintaan bersifat bespoke atau perhiasan yang dipersonalisasi, serta batu permata berwarna. Tren ini diantisipasi dengan baik oleh MADLY dengan menawarkan pengalaman yang seamless dan imersif dan melibatkan klien di setiap langkahnya.

Founder MADLY Maddy Barber mengungkapkan bahwa East Ventures memiliki keyakinan yang sejalan dalam berinvestasi pada manusia. “Komitmen mereka terhadap elemen humanis di dalam bisnis memosisikan mereka sebagai mitra ideal untuk membawa kami ke fase pertumbuhan berikutnya. Dengan dukungan mereka, kami bersiap untuk memperluas jangkauan secara global dan membangun brand perhiasan berkonsep bespoke yang diakui secara internasional,” tambahnya.

Didirikan pada tahun 2014 dengan misi untuk mendisrupsi sektor perhiasan batu berlian di Singapura, MADLY menawarkan kualitas dan nilai batu permata terbaik serta desain sesuai permintaan yang memadukan estetika modern dengan keahlian tradisional dan cerita unik di balik setiap perhiasan.

Material yang digunakan MADLY merupakan batu permata berwarna terbaik 0,1% atau “big three”, yakni Sapphire, Ruby dan Emerald, hingga gelombang batu permata langka seperti Paraiba Tourmaline, Cobalt Spinel, dan Tsavorite Garnet.

Potongan batu permata berwarna mereka dibuat khusus untuk setiap klien yang dirancang dengan warna-warna cerah dan hidup untuk merayakan suatu momen khusus, dibuat dengan memperhatikan semua detail terkecil mereka dan dibuat untuk generasi ke generasi.

MADLY menciptakan perhiasan buatan tangan yang unik dan dirancang dengan teliti melalui proses yang cermat sehingga dapat memberikan nilai unik kepada para pelanggan. Setiap kreasi MADLY yang unik merupakan ekspresi dari klien dan orang yang mereka cintai, dibuat dengan tangan dalam emas 18K dan ditempa oleh tangan para pengrajin ahli.

Dalam waktu 9 tahun, perusahaan telah memiliki kantor tambang sumber mereka sendiri, tim desain perhiasan kelas dunia, lulusan GIA, dan seorang lapidarist internal. Tahun ini, MADLY siap untuk melancarkan ekspansi dan mewujudkan misi untuk menjadi brand perhiasan dengan konsep bespoke internasional terkemuka.

Portofolio D2C East Ventures

MADLY bukanlah portfolio pertama East Ventures di sektor D2C. Sejak tahun 2015, EV sudah berinvestasi di startup retailer kecantikan Sociolla yang saat ini menjadi salah satu pemain utama di pasar beautytech Indonesia. Hingga saat ini, Sociolla telah memiliki 50 toko tersebar di 30 kota yang berada di provinsi Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa.

Sama seperti kebanyakan segmen D2C lain, industri kecantikan juga cepat dipenuhi para pelaku pasar. Namun sifat produk kosmetik yang habis saat dikonsumsi telah memberikan keunggulan ekstra pada sektor ini dalam hal ekspansi pasar. Selain Sociolla, East Ventures juga berinvestasi di brand D2C produk kecantikan Base dan ESQA.

Paling anyar, modal ventura yang berdiri sejak 2009 ini telah berinvestasi pada startup penyedia solusi rantai pasok menyeluruh, Praktis. Perusahaan menawarkan rangkaian solusi, mulai dari pembelian bahan baku, produksi, fulfillment, dan logistik dengan peningkatan teknologi untuk menyediakan proses operasi yang mudah, efisien, dan dapat diandalkan, baik untuk direct-to-consumer (D2C) brand dan pemasok berfokus di industri fesyen dan kecantikan.

Selain di industri kecantikan, portofolio D2C East Ventures juga merambah sektor healthtech. Salah satunya adalah Diri Care, sebuah klinik digital on-demand yang membantu masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan kulit, rambut, dan area intim.

Sebagai modal ventura yang terbuka pada seluruh sektor (agnostik), tesis East Ventures di balik investasi pada D2C (Direct-to-Customer) adalah para pendirinya. Di setiap segmen D2C East Ventures, para pendiri bersemangat membangun merek yang berfokus pada pelanggan, inovatif, dan pribadi.

Antler Akan Berinvestasi ke 30 Startup Indonesia Tahun Ini

Startup builder sekaligus VC tahap awal Antler mengungkapkan komitmennya untuk meningkatkan investasi di Indonesia hingga 30 perusahaan sepanjang tahun ini. Adapun sejak kehadirannya di Indonesia pada 2021, berdasarkan data di situs web mereka telah mendanai 25 startup, mayoritas berasal dari e-commerce, fintech, dan edutech, serta menariknya seperempat dari startup tersebut dipimpin oleh pendiri perempuan.

Berikut portofolio startup Indonesia yang telah didanai Antler, mengutip dari situs Antler:

Academix (edtech) Geekzwolf (web3) Refundway (fintech)
Akar (agritech) Habaku (SaaS) Secha (proptech)
Bling (e-commerce) Healthpro (healthtech) Sesama Care (healthtech)
Blink (fintech) Lister (edtech) Solutiv (fintech)
Car Clicks (e-commerce) Paireds (security) Teroka (e-commerce)
CareNow+ (healthtech) Pin’J (fintech) Truclimate (cleantech)
Eduku (edtech) Qalboo (healthtech) Ziwa (healthtech)
Envio (e-logisctic) Rassa (e-commerce) Eten (SaaS)
Reach! Finance (fintech)

Dalam situs juga dipaparkan pendanaan untuk startup yang memiliki bisnis di Indonesia, namun tercatat di Antler Singapura. Beberapa namanya adalah Base (ritel), Brick (fintech), Cove (proptech), Sampingan (rebrand jadi Staffinc), dan Ituloh! (consumer-tech).

Lebih lanjut dalam laporan tahunan global Antler berjudul “A Window into Progress”, diungkapkan bahwa Antler telah menerima lebih dari 2.910 pendiri startup yang mengajukan aplikasi pada 2022. Angka tersebut melonjak lebih dari 2.500 aplikasi pada 2021. Jumlah ini mencerminkan Indonesia sebagai pasar digital yang berkembang cepat dan tempat berkembang biaknya inovasi dan kewirausahaan.

“Sebagai investor yang mendukung para pendiri startup paling bersemangat di dunia dari hari pertama hingga sukses, kami mendukung para pendiri startup untuk meluncurkan dan menskalakan generasi berikutnya dari perusahaan yang hebat untuk menangani beberapa masalah yang paling mendesak di zaman kita. Dengan melakukan itu, kami memajukan masyarakat dan membuat kemajuan tak terelakan,” ujar Co-founder dan Managing Partner Asia Antler Jussi Salovaara dalam keterangan resmi, Rabu (24/5).

Dalam cakupan regional, Antler menerima lebih dari 9 ribu aplikasi yang dikirimkan oleh para founder ke program pendiri. Angka tersebut naik dari sebelumnya sebanyak 7 ribu aplikasi di 2021. Menurut Salovaara, pertumbuhan ini mencerminkan Asia Tenggara sebagai pasar digital yang berkembang pesat dan peluang untuk berinovasi, sekaligus menempatkan Antler sebagai tujuan pilihan bagi para founder untuk meluncurkan startup mereka.

Dari aplikasi tersebut, Antler mendanai 72 perusahaan, mulai dari e-commerce, SaaS, fintech, dan logistik, yang tersebar di Singapura, Indonesia, dan Vietnam. Startup tersebut akan mendapatkan keunggulan kompetitif untuk berkembang di kawasan ini dan sekitarnya, memanfaatkan kehadiran global Antler di 25 kota di seluruh dunia.

Sebagai platform global untuk penskalaan dan modal, Antler telah membuka akses ke putaran penggalangan dana berikutnya oleh perusahaan VC tingkat satu seperti Sequoia, Target Global, Golden Gate Ventures, Y Combinator, 500 Global, East Ventures, dan lainnya. Hasilnya, para pendiri Antler terus mengumpulkan lebih dari $400 juta setelah mendirikan startup mereka bersama Antler.

Dalam program inkubasinya, Antler membaginya menjadi dua fase. Fase 1 didedikasikan untuk menemukan co-founder, memvalidasi ide, dan mengembangkan bisnis. Fase 2 adalah jalur akselerasi, para founder akan menggunakan pendanaan Antler untuk mengeksekusi ide, memasukkan pelanggan, dan mendapatkan daya tarik untuk akhirnya meningkatkan putaran awal.

Sepanjang program yang berlangsung selama enam bulan ini, Antler menawarkan ruang kantor, mentor pribadi, presentasi dengan pembicara eksternal, dan koneksi ke jaringan mentor global. Jika dalam Fase 2 startup memperoleh pendanaan dari Antler, mereka akan mendapat dana mulai dari $125 ribu untuk 10% saham di perusahaan.

Apabila dalam perkembangan startup terus berkembang pesat, Antler juga membuka opsi untuk terus mendukung hingga putaran seri C. Cohort terbaru untuk Indonesia akan segera di buka pada awal Juni 2023 ini.

eFishery Jadi Startup Unicorn ke-15 Indonesia, Dikabarkan Raih Pendanaan Seri D 1,6 Triliun Rupiah

eFishery dikabarkan mendapatkan pendanaan baru di putaran seri D dengan nilai $108 juta (lebih dari Rp1,6 triliun) yang melontarkan perusahaan ke jajaran unicorn. Pertama kali dikabarkan DealStreetAsia, investor asal Abu Dhabi yakni G42 Global Expansion Fund memimpin putaran pendanaan, diikuti Softbank Vision Fund II dan Northstar Group. Sebelumnya rumor tersebut sudah beredar sejak awal Maret 2023 ini.

Menurut data yang kami peroleh dari Venture Cap, saat ini eFisehery telah menghimpun dana pihak ketiga senilai lebih dari $220 juta dengan valuasi terakhir lebih dari $1,3 miliar — menjadikan mereka sebagai startup unicorn ke-15 di Indonesia. Ini sekaligus menjadi uncorn pertama untuk lanskap aquatech.

Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki potensi industri perikanan yang besar, yang mendorong sejumlah startup berusaha mendemokratisasi dan berinovasi di segmen ini. Selain eFishery sejumlah startup aquatech lain di Indonesia termasuk Fishlog, JALA, DELOS, dan FisTx. Mereka juga telah mendapatkan dukungan pendanaan dari pemodal untuk melancarkan penetrasi bisnisnya di industri perikanan/pertambakan di tanah air.

Startup Unicorn Indonesia 2023
Startup Unicorn Indonesia 2023

Startup yang didirikan oleh Gibran Huzaifah, Muhammad Ihsan Akhirulsyah, dan Chrisna Aditya pada 2013 ini telah bertransformasi menjadi layanan menyeluruh untuk industri perikanan. Mereka menyediakan solusi dari hulu ke hilir, mulai membantu pembudidaya ikan dan udang meningkatkan efektivitas tambak yang dimiliki, memasarkannya, hingga menghubungkan ke pelanggan akhir.

Selain memperkuat pangsa pasarnya di Indonesia, eFishery memang mulai melirik pasar luar negeri. Awal tahun 2022 lalu saat  mengumumkan pendanaan seri C senilai $90 juta, mereka mengatakan target untuk melakukan ekspansi ke 10 negara akuakultur teratas, seperti India dan Tiongkok. Guna mendukung pertumbuhan ini, eFishery telah memiliki lebih dari 800 karyawan untuk mendukung semua lini bisnisnya.

Sejumlah institusi keuangan juga memberikan dukungan berupa kredit untuk memberdayakan layanan pembiayaan produktif di layanan eFisheryKu. Terbaru, Bank OCBC NISP menggelontorkan dana Rp250 miliar, menyusul Bank DBS Indonesia yang juga memberikan fasilitas serupa bernilai $500 miliar.

Simak juga bincang-bincang kami dengan CEO eFishery dalam sesi DSCussion:

Application Information Will Show Up Here

Insider Peroleh Dana Segar 1,5 Triliun Rupiah, Siap Akuisisi Startup Indonesia

Platform SaaS Insider mengumumkan telah menutup pendanaan segar senilai $105 juta (lebih dari 1,5 triliun Rupiah) dari investor terdahulu QIA dan Esas Private Equity. Disebutkan putaran ini membawa total pendanaan yang telah diraih Insider mencapai $274 juta (sekitar 4 triliun Rupiah).

Dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.id, Rabu (24/5), Insider akan menggunakan dana tersebut untuk mempercepat strategi anorganik yang berfokus pada merger & acquisition (M&A) dan membangun teknologi perusahaan.

Regional Managing Director SEA Insider Jack Nguyen menjelaskan, strategi baru ini akan menguntungkan bisnis perusahaan di Indonesia, dengan jajaran nama klien besarnya, seperti Telkomsel, Blibli, dan Garuda, dalam rangka meningkatkan pengalaman pelanggan mereka.

“Injeksi $105 juta dolar ini ditujukan untuk akuisisi perusahaan di Indonesia dan mencapai target lebih jauh lagi. Ini akan menjadi game-changer bagi kami, terutama karena Indonesia adalah salah satu pasar kami yang paling strategis,” kata dia.

Nguyen melanjutkan, di awal tahun, perusahaan mengumumkan pertumbuhan yang mengesankan di Indonesia sejak peluncuran pertama kali beroperasi pada tujuh tahun lalu. Sebelumnya, perusahaan berfokus pada pertumbuhan melalui cara organik—menghasilkan klien besar, termasuk Auto2000, IKEA, dan Otten Coffee.

“Investasi ini membuka peluang tak terhingga untuk [melakukan] akuisisi strategis di Indonesia. Kami aktif mencari bakat lokal terbaik yang ditawarkan industri ini sembari mengembangkan tim dan menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan. Dengan investasi ini, kami dapat mendorong inovasi produk lewat akuisisi perusahaan yang punya solusi terdepan, guna mendukung para pemimpin di bidang pemasaran dan e-commerce, serta meningkatkan nilai dan pertumbuhan dari pengalaman pelanggan mereka,” ujarnya.

Sumber: Insider

Co-Founder & CEO Insider Hande Cilingir menjelaskan, hingga kini perusahaan telah berhasil mencapai pertumbuhan pesat melalui cara organik. Sekarang, pihaknya ingin mencapai tingkat pertumbuhan yang tak tertandingi dengan strategi yang berfokus pada M&A.

Dia bilang, dana segar tersebut akan digunakan secara eksklusif untuk tujuan mengakuisisi perusahaan produk luar biasa di kawasan APAC, termasuk Indonesia untuk lebih melengkapi teknologi Insider dan menciptakan sinergi produk.

“Tidak seperti investasi seri D kami sebesar $121 juta pada 2022 yang telah memperkuat cadangan modal kami untuk pengeluaran operasional di tahun-tahun mendatang, putaran terakhir ini secara khusus akan mendorong pertumbuhan anorganik melalui M&A,” imbuh Cilingir.

Putaran seri D yang diumumkan tahun lalu membawa valuasi Insider sebesar $1,22 miliar sehingga masuk ke dalam jajaran unicorn.

Dia melanjutkan, “respon pasar dan pelanggan kami usai Insider mengakuisisi MindBehind pada awal tahun ini, mendorong keinginan kami mengeksplorasi peluang lebih lanjut untuk mengakuisisi perusahaan yang unik dengan teknologi terdepan di industri untuk melayani pelanggan kami lebih baik, mendorong lebih banyak nilai, dan mencari solusi inovatif untuk mengatasi tantangan terbesar para pemasar.”

Solusi Insider

Di luar Indonesia, Insider memiliki lebih dari 1.200 pelanggan. Sepertiganya adalah Fortune Global 500 dan beberapa merek ternama, termasuk Singapore Airlines, Estée Lauder, Samsung, Vodafone, Allianz, Virgin, Toyota, New Balance, IKEA, GAP, L’Oreal, Santander, BBVA, Pizza Hut, Newsweek, Nissan, AVIS, MAC, Marks & Spencer, Avon, dan CNN.

Insider berfokus pada penyediaan platform utama untuk membangun pengalaman lintas saluran yang individual—memungkinkan pemasar perusahaan untuk menghubungkan data pelanggan di seluruh saluran dan sistem, memprediksi perilaku masa depan mereka dengan AI intent engine dan membangun pengalaman pelanggan individual.

Pemilik brand dapat menggunakan platform Insider untuk memberikan pengalaman yang konsisten dan menarik di seluruh Web, Aplikasi, Web Push, Email, SMS, WhatsApp Commerce, dan lainnya.

Dalam wawancara terdahulu bersama DailySocial.id, Country Manager Insider Indonesia Arifin Iskandar menyampaikan, Insider memanfaatkan data serta penerapan teknologi AI dan machine learning. Proses tersebut yang diklaim sudah menjadi fondasi bisnis yang tepat bagi Insider dengan mengawali semua dari data, yang mereka dapatkan dari consumer behaviour yang dapat dipantau dari digital enabler atau digital operator. Selain itu data tersebut juga bisa dikombinasikan dengan data yang sudah ada di sistem legacy.

Menurutnya, konsumen saat ini rata-rata terlibat secara digital dengan brand di enam saluran atau lebih. Pemasar ditantang untuk terlibat dengan pelanggan di saluran pilihan mereka saat mereka paling aktif. Platform bertenaga AI Insider menyatukan serangkaian kemampuan personalisasi paling luas dengan saluran pesan yang muncul, seperti WhatsApp, Facebook, RCS, dan SMS.

“Media sosial di Indonesia masih menjadi tools terbaik untuk kegiatan pemasaran. Facebook dan Instagram memiliki jumlah sangat besar di Indonesia dan menjadi channel pilihan untuk kegiatan pemasaran, tetapi Insider juga memiliki opsi lain di luar media sosial.”