Startup E-commerce B2B “Sinbad” Dikabarkan Galang Dana Seri A Dipimpin Centauri Fund

Startup e-commerce B2B Sinbad dikabarkan menggalang pendanaan seri A yang dipimpin oleh Centauri Fund, dana kelolaan patungan antara Telkom dan KB Financial Group.

Menurut sumber DailySocial.id, putaran yang bernilai $5,5 juta (lebih dari 85,9 miliar Rupiah) ini juga diikuti investor lainnya, seperti Genesia Ventures, Central Capital Ventura, dan MDI Ventures. Dua nama terakhir merupakan investor lama Sinbad yang berpartisipasi dalam putaran sebelumnya. MDI Ventures memimpin putaran tahap awal untuk Sinbad pada awal tahun 2020.

Startup yang dirintis pada 2018 oleh Emilio Wibisono dan Jabert Hachchouch ini bermain di ranah e-commerce B2B yang memiliki misi ingin menyederhanakan rantai pasok di Indonesia, mempermudah pedagang dan pemasok dalam proses pengadaan. Diklaim pemesanan produk melalui Sinbad akan langsung terhubung ke distributor utama dengan tarif terendah yang ada di pasaran.

Kategori produk yang dijual Sinbad mayoritas adalah FMCG, mulai dari makanan, minuman, susu, perawatan tubuh, perlengkapan bayi, dan hewan peliharaan. Seluruh barang ini disuplai oleh brand prinsipal utama.

Perusahaan mengklaim telah memiliki 5 ribu+ total SKU, berasal dari 80 brand. Sinbad disebutkan telah menjangkau lebih dari 150 kota untuk persebaran jaringan toko dan pemasok. Tidak banyak informasi lainnya yang bisa digali mengenai pencapaian Sinbad sejak berdiri hingga sekarang.

Tak hanya kemudahan berbelanja dengan harga kompetitif langsung dari pemasok, Sinbad juga menawarkan kemudahan belanja dengan fitur bayar nanti (paylater). Sebetulnya, solusi yang ditawarkan Sinbad bukanlah barang baru di Indonesia. Perusahaan berkompetisi langsung dengan pemain lainnya, seperti GudangAda, Credibook (CrediMart), Ula, Warung Pintar, GoToko, Dagangan, dan lainnya, untuk permudah pemilik warung berbelanja.

Potensi digitalisasi warung

Solusi untuk warung ini sebetulnya menyelesaikan isu yang sangat mendasar. Berdasarkan hasil riset bertajuk The Future of Southeast Asia’s Digital Financial Services, sekurangnya 92 juta penduduk berusia dewasa di Indonesia belum tersentuh layanan finansial perbankan (unbankable) – sehingga sulit bagi mereka untuk mengakses layanan digital transaksional secara langsung. Warung berpeluang untuk menjadi medium inklusi keuangan, khususnya lewat layanan digital.

Warung adalah sistem bisnis yang paling menjangkau – tempat ekonomi mikro di berbagai penjuru Indonesia berputar. Menurut data Sensus Ekonomi 2016 yang dirilis BPS, dari 26,4 juta unit Usaha Mikro Kecil (UMK) & Usaha Menengah Besar (UMB), sebanyak 46,38% masuk dalam kategori “Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor” – warung masuk di sana. Jumlah ini sekaligus menjadi yang paling besar di antara jenis usaha lain yang ada di Indonesia.

Diestimasi, ekonomi warung informal Indonesia saat ini terdiri dari 168 juta orang yang bertransaksi $252 miliar setiap tahun. Dalam rangka menuju ekonomi digital yang inklusif, maka digitalisasi sangat penting untuk mengatasi masalah inti yang dihadapi oleh warung di lingkungan kecil ini.

Dalam wawancara dengan DailySocial.id, Co-Founder Ula Nipun Mehra menjelaskan analisisnya mengapa startupnya mantap merambah sektor ini. Menurutnya, ritel tradisional seperti warung adalah pilar utama ekonomi Indonesia. Tulang punggung dari ekonomi konsumsi, sekaligus mempekerjakan jutaan orang.

“Peritel tradisional tergolong cost-effective dan memiliki pengetahuan mendalam mengenai pasar lokal. Namun, sektor ini adalah bagian paling rentan dari value chain karena mereka biasanya bekerja secara individual dengan skala kecil,” ujarnya.

Application Information Will Show Up Here

East Ventures Pimpin Pendanaan Awal Startup Web3 Asal Singapura “AWST”

Startup web3 berbasis di Singapura, AWST, hari ini (25/10) mengumumkan perolehan pendanaan awal sebesar $1,7 juta (lebih dari 26,5 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh East Ventures, dengan partisipasi dari 500 Global dan Antler. Momentum ini sekaligus dimanfaatkan AWST untuk meresmikan kehadirannya secara publik.

Dalam keterangan resmi, Principal East Ventures Devina Halim menyampaikan pihaknya percaya web3 adalah suatu perubahan paradigma dan menjadi sorotan atau tema dalam beberapa tahun mendatang. Artinya, banyak peluang yang bisa dieksplorasi di sektor ini.

“Kami mendukung entrepreneur terbaik dan cerdas seperti Arun dan Aleksandar yang membangun AWST untuk membantu berbagai brand dan kreator dalam membangun komunitas yang bermakna. Mereka dapat mewujudkan ide-idenya melalui platform NFT-nya. Kami bersemangat untuk bekerja sama dengan tim AWST,” ucap Devina.

AWST didirikan oleh Arun Sugumaran dan Aleksandar Abu Samra pada Oktober 2020. AWST menawarkan Web3 ke berbagai merek dengan menciptakan platform bagi para pengguna untuk meluncurkan koleksi NFT di berbagai protokol blockchain yang dioptimalkan untuk kebutuhan setiap proyek.

Solusi-solusi AWST dapat diintegrasikan ke dalam kerangka kerja teknologi perusahaan dengan mudah dan lancar. Keahlian AWST akan membantu dalam menggabungkan utilitas ke dalam platform-platform ini, menciptakan fondasi yang kuat bagi para klien untuk memanfaatkan ekosistem Web3 yang berkembang. Semangatnya adalah membuat Web3 dan NFT dapat diakses oleh semua orang.

Disebutkan AWST merupakan startup web3 pertama di Asia bekerja sama dengan Stripe untuk memfasilitas transaksi NFT, membantu memroses pembayaran online untuk bisnis di 46 negara. Kolaborasi kedua perusahaan adalah langkah besar dalam membuat transaksi NFT layak secara komersial untuk bisnis.

Upaya bersama ini ditujukan untuk memosisikan NFT untuk adopsi secara mainstream dengan mengikutsertakan fungsi dan utilitas seperti keanggotaan, tiket, dan pengalaman yang diperluas melalui teknologi.

“Web3 berkembang dengan pesat, dan bisnis ingin terhubung dengan pelanggan mereka dengan cara baru dan mendapatkan pelanggan baru dari komunitas NFT. Kami yakin kami memiliki infrastruktur teknologi yang tepat, dan pengalaman untuk memandu para klien kami dalam memperluas bisnis dan kemampuan engagement mereka melalui Web3 dan NFT,” kata Co-Founder & CEO AWST Arun.

Dia melanjutkan, AWST bersemangat dengan adopsi NFT di masa depan dan telah melihat bagaimana ketertarikan yang telah ada melalui vending machine NFT mereka di National Gallery yang menunjukkan meningkatnya penerimaan masyarakat umum terhadap web3. Ke depannya, AWST ingin membangun alat dan platform yang menghubungkan organisasi dengan proyek NFT untuk memfasilitasi pertukaran nilai di dunia nyata.

Dapat Investasi 108 Miliar Rupiah, Partipost Perkuat Inovasi Platform Pemasaran “Influencer”

Pengaruh kehadiran influencer dalam kegiatan pemasaran terus menunjukkan tajinya seiring digitalisasi yang kian masif. Tren tersebut menimbulkan kebutuhan platform untuk menjembatani para influencer dengan brand yang ingin melancarkan kegiatan pemasaran. Semangat tersebut yang akhirnya melandasi Partipost mengejar posisi sebagai pemain yang dominan di regional, terutama pasca-mengantongi pendanaan lebih dari $7 juta (lebih dari 108 miliar Rupiah).

Putaran investasi tersebut dipimpin oleh iGlobe Partners, dengan partisipasi dari Pavilion Capital Temasek, Taiwan Mobile, Cathay Venture, dan Quest Ventures. Partner iGlobe Partners Joyce Ng akan bergabung di jajaran manajemen Partipost sebagai direktur.

Perusahaan akan menggunakan dana segar untuk mempercepat perkembangan produk baru dan memenuhi kebutuhan bisnis dari klien komersial dari berbagai pasar, seiring mulai dilonggarkannya regulasi wajib masker di Asia. Perusahaan juga akan ekspansi ke Thailand, Vietnam, dan Hong Kong dalam kurun waktu 18 bulan dari sekarang.

Dalam keterangan resmi, Partner iGlobe Joyce Ng menyampaikan, dengan meningkatnya laju penetrasi media sosial di Asia, pihaknya percaya bahwa ekonomi influencer akan bertahan lama. Hal itu mengakibatkan brand perlu mencoba berbagai tools marketing untuk tetap menonjol di tengah banyaknya konten di era digital.

“Partipost telah membawa inovasi di tengah marketing tradisional melalui ekosistem influencer yang kuat bagi influencer maupun brand. Sebagai investor utama di seri pendanaan ini, kami sangat terkesan dengan Jonathan dan tim, dan sangat bersemangat untuk bergabung dalam perjalanan ini dan membantu mereka mencapai lebih lagi,” ucap Ng.

Partner Quest Ventures Asia Fund Jeffreey Seah menambahkan, pihaknya terus mendukung bisnis Partiposts, ditandai dengan pendanaan ketiga yang diberikan perusahaan. Menurut dia, selain memperoleh hasil yang lebih besar dari anggaran periklanan dan marketing, Partipost terbukti dibutuhkan oleh klien marketing untuk mengembangkan sampling produk dan riset campaign di channel distribusi penjualan konvensional.

“Sejalan dengan perubahan pola pikir dan perilaku pelanggan, marketer brand kini mencari funnel baru untuk mencarik generasi pelanggan WFH dari era pandemi yang memiliki berbagai pilihan. Influencer dan creator di platform Partipost semakin dihargai secara komersial di pasaran. Tony, Ben, dan Jon adalah pemain ekonomi digital yang akan terus mendapat dukungan kami,” ujarnya.

Founder dan CEO Partipost Jonathan Eg turut menyampaikan, “Terlepas dari rintangan makroekonomi, kami berhasil meraih seri pendanaan ini, khususnya dengan bantuan semua anggota tim kami yang terus berdedikasi, berusaha, dan mempercayai masa depan Partipost. Kami ingin menjadi platform yang dapat digunakan semua brand maupun influencer. Saya yakin kami semakin dekat pada visi tersebut.”

Selain Partipost, saat ini ada sejumlah platform yang mencoba menjembatani kebutuhan brand untuk influencer marketing. Beberapa di antaranya Anymind, Allstars, Hiip, Verikool, Raena, termasuk IDN Media yang mulai kembangkan platform serupa bertajuk creator economy.

Tren influencer marketing

Partipost adalah influencer marketing & commerce platform yang menyediakan solusi untuk brand menjalankan kampanye pemasaran dalam skala dan kecepatan tinggi bersama influencer yang tepat. Dengan influencer dari berbagai kategori, mulai dari ratusan hingga jutaan follower, Partipost ingin mendorong word-of-mouth marketing autentik bagi brand.

Dengan data yang dikumpulkan melalui polling dalam aplikasi dan perilaku pengguna, sistem Partipost mengumpulkan influencer dengan jumlah follower dari ratusan hingga jutaan. Dengan meningkatnya minat konsumen akan influencer marketing dan commerce, Partipost memberi reward bagi influencer berdasarkan reach media dan engagement media sosial dengan follower.

Startup ini berdiri sejak 2016 dan telah hadir di Singapura, Indonesia, Taiwan, Malaysia, dan Filipina. Diklaim, pada tahun ini Partipost telah membantu brand dalam meningkatkan brand awareness, sales, dan scale, melalui pembuatan campaign yang melibatkan lebih dari 3,000 influencer.

Pendanaan yang mencakup beberapa wilayah ini sejalan dengan pesatnya pertumbuhan industri influencer marketing di Asia. Di regional ini diprediksikan akan mencapai $24 miliar pada 2024. Selain itu, laporan influencer marketing Asia Tenggara 2022 dari Partipost menemukan bahwa kapabilitas “On-Demand & Always-On” merupakan faktor pendorong utama bagi marketer brand untuk menginvestasikan hingga sepertiga (33%) dari anggaran marketing mereka untuk influencer marketing.

Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa brand yang telah mencoba influencer marketing sejak dini telah merasakan keuntungan dari membangun kehadiran media sosial mereka melalui influencer. Manfaat influencer marketing tak hanya meningkatkan brand awareness, tapi juga mendorong konversi sales 24/7 terlepas dari jam operasional toko. Marketer brand dan organisasi sales affiliate diprediksikan akan mengalokasikan budget yang lebih besar untuk bekerja sama dengan influencer.

Saat ini konsumen beralih ke media sosial untuk menemukan maupun mencari tahu tentang produk dan/atau jasa. Berdasarkan temuan laporan, 87% responden menghabiskan setidaknya 2 jam di media sosial per harinya, dan 46% menghabiskan lebih dari 5 jam per harinya. 30% responden juga menyatakan bahwa mereka menyukai konten ulasan.

“Dengan meningkatnya daya beli dari generasi pengguna teknologi, brand perlu memanfaatkan influencer marketing untuk mencapai target pelanggan. Selama pandemi Covid-19, brand mencoba membangun top of mind awareness dengan agresif. Kini setelah memasuki fase endemi, brand semakin siap meningkatkan konversi sales,” tulis survei yang disusun Partipost.

Lebih lanjut, survei Partipost menunjukkan bahwa nano influencer memiliki dampak terbesar terhadap keputusan pembelian konsumen yaitu 46%. Nano influencer adalah orang biasa yang berasal dari lingkup keluarga dan pertemanan konsumen, berbeda dengan selebriti (20.6%), macro influencer (17.7%), dan micro influencer (15.7%).

Berkaitan dengan itu, secara terpisah saat dihubungi DailySocial.id, tren demografi influencer di Indonesia didominasi oleh nano influencer. Meski tidak dirinci spesifik ada berapa banyak, menurut Marketing Manager Partipost Clara Alverina, nano influencer yang punya follower sekitar 1.000-2.000 punya potensi yang menarik karena bisa menghasilkan engagement tertinggi.

“Itu kita sebut sebagai nano influencer. Namun, justru nano influencer dengan jumlah follower yang lebih sedikit inilah yang berpotensi menghasilkan engagement tinggi. Pasalnya, follower mereka sebagian besar adalah keluarga dan teman mereka sendiri, sehingga konten yang mereka buat akan lebih dipercaya dan diikuti,” ucap.

Clara melanjutkan, tren influencer marketing saat ini makin gencar dimanfaatkan oleh brand di era pasca pandemi, sebab saat pandemi mereka harus mengurangi pengeluaran dan menghemat budget. Kondisi yang makin membaik, memicu daya beli beli konsumen.

Brand pun semakin mengejar ketinggalan mereka selama pandemi melalui berbagai strategi, termasuk influencer marketing agar produk mereka semakin diketahui oleh pasar yang lebih luas. Ditambah lagi, influencer merupakan sumber rekomendasi dan informasi dengan tingkat kepercayaan tinggi dari konsumer, sehingga dampaknya terhadap awareness hingga pembelian pun lebih besar.”

Ia menuturkan, ke depannya perusahaan akan terus mengembangkan platfornya agar semakin mempermudah pengguna. Brand jadi lebih praktis menjalankan campaign, influencer pun semakin mudah mencari campaign dan mendapatkan penghasilan.

“Kami juga berharap bisa memperluas network influencer kami di daerah-daerah lain di Indonesia, dengan berbagai niche, supaya brand punya lebih banyak pilihan saat ingin membuat campaign dengan influencer yang spesifik,” pungkasnya.

FitHappy Umumkan Pendanaan Pra-Awal Dipimpin East Ventures

Startup healthtech FitHappy hari ini (24/10) mengumumkan telah mendapatkan pendanaan pra-awal dalam nominal yang dirahasiakan dari East Ventures, dengan partisipasi dari investor lain yang turut dirahasiakan pula.

FitHappy akan mengalokasikan dana yang diterima untuk meningkatkan kemampuan aplikasinya agar dapat terus menekankan pembangunan kebiasaan sebagai fitur inti, meningkatkan analitik kesehatan holistik, mengembangkan toko FitHappy, dan menemukan product-market fit.

“Pendanaan ini menjadi dukungan kuat bagi kami untuk terus membuat program-program kesehatan holistik untuk membantu masyarakat menjadi bugar dan bahagia. FitHappy memberikan solusi digital yang terintegrasi untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hidup seluruh masyarakat Indonesia dengan menanamkan kebiasaan dan kebahagiaan,” ucap Co-Founder & CEO FitHappy Imam Prabowo Karnohartomo dalam keterangan resmi.

Startup ini dirintis Imam Prabowo Karnohartomo dan Kuncoro Dwi Atmojo (CTO). Imam adalah seorang pengusaha teknologi dengan 10 tahun pengalaman di bidang teknologi kesehatan, konsultasi, dan manajemen risiko. Kuncoro memiliki 10 tahun pengalaman bekerja di Silicon Valley sebagai software engineer. Tim FitHappy terdiri dari ahli nutrisi klinis, neurologi, neuroscience, endokrin, forensik, psikologi perilaku, dan ilmu olahraga.

Produk FitHappy

Perusahaan hadir untuk membantu masyarakat mencapai kualitas hidup yang lebih baik melalui pendekatan baru. Di Indonesia, pola makan dan kebiasaan yang tidak sehat mengancam kesehatan dan produktivitas penduduk secara keseluruhan, dengan 1 dari 5 orang dewasa mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, dan lebih dari 60 juta penduduk menderita hipertensi dan/atau diabetes.

Obesitas meningkatkan risiko diabetes dan hipertensi, yang merupakan dua prediktor kuat penyakit yang kronis dan mematikan. Kondisi kesehatan ini juga dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan ketidakseimbangan kehidupan kerja. Untuk mencegah dan mengelola hipertensi, diabetes, dan obesitas, salah satu upaya dapat dimulai adalah dengan mengubah gaya hidup, seperti mencapai berat badan ideal dan mempertahankan gaya hidup sehat.

Solusi FitHappy adalah program kesehatan holistik yang mudah diikuti, serta dipersonalisasi berdasarkan kesehatan dan psikologi masing-masing individu. FitHappy menyediakan aplikasi pembinaan kesehatan holistik memungkinkan setiap pengguna memiliki pelatih khusus untuk membantu mereka memperbaiki kebiasaan makan, kebiasaan latihan fisik, kebiasaan menerapkan mindfulness, dan kebiasaan produktivitas.

Dengan demikian, FitHappy dapat membantu penggunanya menjadi lebih sehat, lebih bahagia, dan lebih produktif. Untuk perusahaan, FitHappy membantu meningkatkan kesehatan dan well being karyawan untuk meningkatkan produktivitas, kinerja, dan ROI.

FitHappy fokus membangun kebiasaan untuk mengadopsi gaya hidup sehat jangka panjang, mengintegrasikan program diet, olahraga, dan praktik mindfulness ke dalam satu aplikasi seluler. Metodologi FitHappy juga dapat meningkatkan keharmonisan kegiatan kerja karena memiliki kebiasaan sehat yang dapat mengurangi tingkat absensi dan meningkatkan produktivitas.

“Hal terpenting bagi kami adalah ketika para pengguna menikmati prosesnya. Metode FitHappy tidak mengharuskan pengguna untuk menghitung kalori atau mengikuti meal plan yang kaku, melainkan membantu para pengguna untuk mengikuti perubahan kebiasaan & gaya hidup selangkah demi selangkah. Kami juga merasa bersyukur menyaksikan perubahan di berbagai perusahaan yang mempercayakan produktivitas karyawannya dengan FitHappy, dan betapa kuatnya perubahan kebiasaan dalam memengaruhi kehidupan seseorang,” kata Co-founder & CTO FitHappy Kuncoro Dwi Atmojo.

FitHappy berupaya untuk mengambil peluang di pasar kebugaran dan kesejahteraan digital di Indonesia, yang diproyeksikan mencapai $2,23 miliar pada 2027, dengan menyediakan layanan kesehatan yang dipersonalisasi dengan biaya terjangkau dan mendorong masyarakat untuk membeli produk F&B yang sehat di toko FitHappy. Diklaim hingga saat ini, aplikasi FitHappy telah diunduh oleh ribuan pengguna, dengan tingkat keberhasilan penurunan berat badan dan lemak sebesar 90% dan tingkat retensi konsultasi sebesar 97%

Tak hanya mengembangkan produk, perusahaan juga akan menjalin kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan, merek, dan komunitas dengan tujuan yang lebih besar untuk membantu lebih banyak orang mengubah hidup mereka jadi lebih baik.

“Kami percaya bahwa pendekatan FitHappy terhadap kesehatan dan kebugaran akan membawa manfaat bagi masyarakat Indonesia, dan pada akhirnya akan mendorong produktivitas secara keseluruhan. Kami senang menyambut FitHappy sebagai bagian dari ekosistem portofolio East Ventures dan berharap dapat melihat tim FitHappy dalam menemukan produk yang sesuai dengan pasar dan memberikan solusi yang meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup,” kata Principal East Ventures Devina Halim.

Application Information Will Show Up Here

Startup SaaS Kuliner “Runchise” Umumkan Pendanaan Awal

Startup pengembang layanan SaaS untuk bisnis kuliner Runchise mengumumkan pendanaan tahap awal dengan nilai yang dirahasiakan. Putaran investasi ini dipimpin oleh East Ventures, diikuti sejumlah investor meliputi Genesia Ventures, Arise MDI Ventures, Init-6, Prasetya Dwidharma, Alto Partners, dan sejumlah angel investor.

Ini bukan kali pertama SaaS yang spesifik untuk industri kuliner hadir, sebelumnya sudah ada Esensi Solusi Buana (ESB) yang juga fokus di area tersebut. Bahkan startup yang didukung Alpha JWC dan sejumlah investor ini sudah membukukan pendanaan seri B tahun ini senilai $29 juta atau sekitar 420 miliar Rupiah.

Runchise sendiri hadir tahun ini, didirikan Daniel Witono, yang sebelumnya dikenal sebagai founder Jurnal (diakuisisi Mekari). Dalam wawancaranya bersama DailySocial.id di bulan Juni 2022 lalu, ia mengatakan bahwa Runchise dibangun sebagai sebuah “outlet management solution“.

“Perkembangan bisnis kuliner dipengaruhi oleh pengelolaan atau sistem manajemen yang baik. Dengan menggunakan teknologi, kami yakin para pengusaha akan bisa meningkatkan profit dan meningkatkan output dari usaha. Runchise hadir menjadi solusi bagi pemilik bisnis kuliner, memberi para usaha kuliner solusi yang lengkap dalam satu platform di mana kebutuhan seluruh operasional usaha kuliner bisa terpenuhi,” ujar Daniel seperti disampaikan dalam rilis resminya.

Daniel juga mengatakan, salah satu segmen pasar utama Runchise adalah pebisnis waralaba (franchise). Persoalan tentang pengelolaan hingga pembinaan franchise masih menjadi tantangan yang kerap dirasakan oleh pemilik brand F&B. Mulai dari kurangnya transparansi dari penerima waralaba hingga penggunaan bahan baku yang tidak sesuai.

Layanan Runchise

Ada tiga layanan utama yang disajikan Runchise. Pertama adalah Supply Chain Management, tugasnya memudahkan operasional restoran yang memiliki banyak outlet, mulai dari pengaturan dan pengadaan stok, bahan baku, hingga pengaturan akses data perusahaan yang fleksibel. Kedua ada Point of Sales, memudahkan proses transaksi dengan pelanggan. Dan ketiga Online Ordering, untuk memudahkan pemilik gerai mengintegrasikan dengan layanan food delivery.

Runchise akan mengalokasikan dana dari investor untuk menambah talenta dan memperkuat tim, mengembangkan produk, dan inisiatif pemasaran. “Melalui investasi dan kolaborasi dengan investor, kami akan terus melakukan inovasi dengan menggunakan teknologi untuk meningkatkan performa bisnis F&B  dan menjadi mitra teknologi terpercaya di industri ini,” kata Daniel.

General Partner Genesia Ventures Takahiro Suzuki memberikan pandangannya terhadap potensi digitalisasi industri kuliner. “Dalam beberapa tahun terakhir ini, kita telah melihat bagaimana inovasi dan digitalisasi telah memberikan peluang baru bagi UMKM, khususnya sektor kuliner pada masa pandemi. Industri consumer food menjangkau hingga $50 miliar, dengan sebagian besar masih dijalankan secara offline, hal ini membuktikan bahwa masih banyak kesempatan untuk berinovasi, digitalisasi dan pertumbuhan di sektor ini,” ujarnya.

Ia melanjutkan, “Dengan pengalaman mengoperasionalkan perusahaan yang sedang berkembang dan menjadi founder untuk yang kedua kalinya, kami yakin Daniel beserta tim dapat menangkap peluang tersebut serta membawa progres yang positif bagi industri F&B di Indonesia.”

Crewdible Dikabarkan Galang Pendanaan Seri A [UPDATED]

Startup penyedia solusi pengadaan Crewdible dikabarkan menggalang pendanaan segar. Berdasarkan data yang diinputkan ke regulator, putaran ini telah diikuti sejumlah investor, termasuk Bukalapak (melalui entitas Sierra Ranger Pte. Ltd.), Ondine Capital, 500 Southeast Asia (dulu bernama 500 Durians), dan Aldi Haryopratomo sebagai angel investor.

Saat dihubungi, perwakilan perusahaan membenarkan informasi terkait dana segar yang diterima, sekaligus menyiratkan bahwa proses penggalangan telah rampung dan akan segera memberikan informasi resminya dalam waktu dekat.

Sebelumnya, Crewdible memperoleh pendanaan pra-seri A senilai $1,5 juta yang diumumkan pada Oktober 2019. Putaran tersebut dipimpin oleh Global Founders Capital (GFC).

Startup yang dirintis oleh Dhana Galindra pada 2017 ini memosisikan diri sebagai online fulfillment service yang mengedepankan sistem crowdsourcing. Crewdible memanfaatkan gudang atau ruko kosong di berbagai wilayah untuk bekerja sama sebagai mitra perusahaan.

Hingga kini, Crewdible menyediakan layanan terpadu seperti penyimpanan barang, packing, hingga siap diantar oleh kurir. Seluruh aktivitas tersebut berada dalam suatu aplikasi yang diharapkan memudahkan pemilik bisnis online dalam melakukan transaksi bisnisnya.

Dengan demikian, pebisnis bisa lebih fokus ke pengembangan bisnis mereka karena urusan operasional, mulai dari simpan barang, packing, hingga pengiriman, otomatis selesai dikerjakan secara profesional oleh tim Crewdible. Selain praktis, pebisnis dapat memangkas biaya operasional mereka menjadi lebih hemat sampai 30%.

Visi perusahaan adalah membentuk ekosistem yang terintegrasi untuk memudahkan semua orang memulai dan mengembangkan bisnisnya secara berkelanjutan. Serta misinya, memberdayakan serta berkembang bersama mitra-mitra dalam memberikan layanan fulfillment terbaik pada berbagai business e-commerce dan UKM di seluruh Indonesia.

Berdasarkan informasi yang diberikan perusahaan, per tahun lalu, ada lebih dari 7 ribu penjual online yang bergabung, menciptakan transaksi seller/client sebanyak 6,64 juta, memiliki lebih dari 97 ribu SKU terverifikasi.

Berikutnya, ada 43 brand dengan 85 toko pengguna jasa admin Crewdible, memiliki 116 mitra gudang, 35 mitra gudang pendingin, dan menghadirkan fitur baru OMS (order management system) dan WMS (warehouse management system). Terakhir, perusahaan telah memiliki tambahan kantor cabang yang berada di Surabaya dan Bandung.

Dalam monetisasinya, Crewdible memiliki tiga kategori gudang yakni basic, standar, dan pro. Masing-masing kategori memiliki fee fulfillment yang berbeda, antara lain: 2,9%, 3,8% dan 4,5%. Ketiga kategori tersebut dapat pebisnis pilih sesuai kebutuhan dan gudang.

Tak hanya pengadaan, perusahaan kini menyediakan dukungan jasa marketing, berupa jasa foto produk, jasa admin online, dan jasa lainnya yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pebisnis.

*Pembaruan: kami menambahkan Bukalapak ke daftar investor yang terlibat dalam pendanaan ini.

Application Information Will Show Up Here

Startup Paylater Vietnam “Fundiin” Dapat Pendanaan Seri A, Berencana Ekspansi ke Indonesia

Platform fintech asal Vietnam “Fundiin“, yang diklaim merupakan penyedia layanan BNPL pertama di negara asalnya, telah menerima pendanaan tahapan seri A senilai $5 juta.

Pendanaan ini dipimpin oleh Trihill Capital dan ThinkZone Ventures. Investor lainnya yang terlibat dalam putaran pendanaan ini di antaranya adalah 1982 Ventures, Genesia Ventures, JAFCO Asia, Zone Startups Ventures, dan Do Thu Ngan, mantan Deputy CEO Sacombank dan mantan CFO & COO JP Morgan Chase Vietnam.

Sebagai platform yang menyediakan pilihan pembayaran paylater, Fundiin telah membantu mitra ritel dan layanan e-commerce meningkatkan penjualan mereka hingga 30%. Fundiin saat ini memiliki 3 sub-produk BNPL tanpa biaya antara lain bayar dalam 3 kali angsuran bulanan, bayar 30 hari, dan pembayaran berulang.

Di Vietnam, Fundiin telah bekerja sama dengan lebih dari 300 mitra, memiliki lebih dari 4000 toko fisik, termasuk brand teratas dan perusahaan ritel terkemuka seperti Mobile World, Dien May Xanh, Unilever, Galaxy Play, Reebok, Paula’s Choice, Pigeon, Vua Nem, Giant International, dan lainnya.

Dana segar tersebut rencananya akan digunakan oleh perusahaan untuk berkembang lebih cepat, berinvestasi dalam pengembangan produk baru, serta merekrut talenta, sebelum berekspansi ke Indonesia yang akan dilakukan pada saat putaran seri B mendatang.

“Fundiin sangat bangga menerima kemitraan dan dukungan dari investor yang kuat, terutama dari ThinkZone Ventures yang merupakan konglomerat terkemuka Vietnam sebagai LP, dan dari Trihill Capital untuk rencana ekspansi di masa depan ke Indonesia,” kata Co-Founder & CEO Fundiin Nguyen Anh Cuong.

Serupa dengan Indonesia, permintaan dari layanan BNPL di Vietnam terus mengalami peningkatan. Tercatat ketika tingkat penetrasi kartu kredit di negara maju berkisar dari 50% hingga lebih dari 70%, di Vietnam angka ini hanya sekitar 5% saja. Hal tersebut menunjukkan bahwa Vietnam adalah pasar potensial yang tinggi untuk layanan BNPL.

“Vietnam, dan kawasan Asia Tenggara yang lebih luas, sebagian besar kurang ditembus oleh layanan keuangan. Kami percaya bahwa untuk menanggung risiko dengan benar, selain kapasitas teknologi, perlu juga pemahaman tentang budaya dan kearifan lokal. Dan kami melihat pemahaman dan kemampuan underwriting ada di tim Fundiin,” kata VP of Investments at Trihill Capital Valerianus Ian Sulaiman.

Trihill Capital merupakan salah satu venture capital yang aktif berinvestasi untuk startup di Asia Tenggara. Di Indonesia sendiri Trihill Capital juga telah memberikan investasi kepada Fit Hub, Wagely, Eden Farm, Sicepat, Hey Kafe, Ruang Guru, Woy Makaroni dan BukuWarung.

Menyasar pasar Indonesia

Adanya kesamaan demand di Indonesia dengan Vietnam kemudian menjadi salah satu rencana yang akan dilancarkan oleh Fundiin untuk ekspansi ke Indonesia. Tidak disebutkan kapan mereka akan hadir, namun setelah merampungkan pendanaan Seri B dan merekrut talenta lokal, Fundiin akan segera hadir di Indonesia.

Berdasarkan laporan terbaru Kredivo bertajuk “Perilaku Konsumen E-commerce Indonesia” per Juni 2022, paylater (17%) menjadi metode pembayaran digital yang paling sering digunakan setelah e-wallet (53%) dan transfer bank/virtual account (20%).

Laporan ini juga mencatat pengguna paylater di platform e-commerce meningkat menjadi 38% di 2022 dibandingkan tahun lalu yang sekitar 28%. Adapun survei ini dilakukan pada Maret 2022 pada 3500 responden di seluruh Indonesia.

Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menilai e-commerce dan keuangan digital berperan signifikan dalam mendorong penetrasi layanan digital lebih luas di Indonesia. Apabila tren positif ini terus berlanjut, ia meyakini pemerataan ekonomi dapat terealisasi lebih cepat dengan dukungan ekosistem digital.

Social Bella Raih Pendanaan 927 Miliar Rupiah Dipimpin Temasek dan L Catterton

Startup beauty-tech Social Bella, pemilik brand dari Sociolla, mengumumkan perolehan investasi baru yang dipimpin oleh Temasek dan L Catterton. East Ventures, Jungle Ventures, dan investor lain yang berpartisipasi dalam putaran sebelumnya juga bergabung dalam putaran yang bernilai $60 juta ini (lebih dari 927 miliar Rupiah).

Seluruh investor yang berpartisipasi dalam putaran ini adalah investor lama Social Bella. L Catterton merupakan investor sebelumnya yang memimpin pendanaan Social Bella pada Mei 2021 senilai $57 juta. Sementara, Temasek berpartisipasi dalam putaran senilai $58 juta pada Juli 2020.

Penggalangan ini dinilai sukses terlepas dari kondisi ekonomi makro yang menantang. Social Bella berhasil membuktikan pertumbuhan berkelanjutan, dengan peningkatan margin dan ekspansi bisnis yang tumbuh hingga 20 kali lipat sejak 2020.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan perusahaan pada hari ini (18/10), President dan Co-Founder Social Bella Christopher Madiam menyampaikan, strategi keberlanjutan telah menjadi prinsip inti Social Bella sejak pertama kali berdiri dan semua langkah berani perusahaan selalu diperhitungkan dengan baik.

“Inilah mengapa kami mampu menghasilkan pertumbuhan yang luar biasa meskipun ada pandemi dan mengumpulkan dana baru dari investor besar, memvalidasi model bisnis kami dan fundamental yang kuat. Meskipun kami tidak pernah takut untuk menjadi pengubah permainan industri, pengejaran tanpa henti kami untuk pertumbuhan berkelanjutan dalam jangka panjang yang mendefinisikan kami dan akan terus memandu jalan kami ke depan,” kata Christopher.

Sementara itu, Co-founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca, investor lama Social Bella, mengungkapkan pujiannya terhadap rekam jejak Social Bella yang terbukti berhasil dalam bisnis berkelanjutan. Menurutnya, Social Bella selalu bersemangat membangun bisnis berkelanjutan yang mengutamakan pelanggan.

Misalnya, terkesan menyaksikan bagaimana perusahaan dapat mengubah tantangan pandemi menjadi peluang ekspansi sambil beradaptasi dengan cepat untuk melayani perubahan kebutuhan jutaan pelanggan dengan lebih baik selama pandemi COVID-19, dengan strategi luar biasa yang belum pernah terlihat sebelumnya di industri ini.

“Kami telah menyaksikan bagaimana tim Social Bella, dari mengelola perusahaan selama pandemi hingga pasca-pandemi, dengan terampil menyalip pemain lain dan melaju kencang saat hujan deras,” ucap Willson.

Christopher melanjutkan, Social Bella berambisi menyasar kategori SHEconomy di Asia Tenggara yang bernilai lebih dari $10 miliar. Pihaknya percaya diri memosisikan Social Bella sebagai pemimpin industri yang jelas di Indonesia lewat sejumlah pencapaian.

Di antaranya, platform Sociolla diklaim telah dikunjungi oleh jutaan pengunjung bulanan, didorong oleh kekuatan ekosistem, fokus konsumen, dan kemampuan teknologinya. Gerai omnichannel kini tersebar di 48 titik di 15 kota di Indonesia, bahkan sudah masuk ke Vietnam yang mencakup di 13 lokasi. Di negara tersebut, Social Bella memboyong produk lokal untuk ekspansi. Sejauh ini ada tiga brand, yakni Esqa, Avoskin, dan Carasun.

Selain itu, meluncurkan Lilla, unit bisnis yang berfokus pada pasar ibu dan bayi, mendapatkan daya tarik yang signifikan. Sama seperti Sociolla, Lilla juga mencapai tonggak sejarah terbaru melalui pembukaan toko fisik pertama di Indonesia yang berhasil mendapat respons positif dari pasar.

Selain Lilla, Social Bella telah bertransformasi dari awalnya platform e-commerce menjadi ekosistem terlengkap yang didukung dengan pilar bisnis lainnya. Yakni, aplikasi super SoCo, media kecantikan dan gaya hidup dengan layanan end-to-end O2O marketing Beauty Journal, dan Brand Development, sebuah layanan distributor produk kecantikan dan perawatan diri dari hulu ke hilir.

Application Information Will Show Up Here

Startup Agritech “Beleaf” Raih Pendanaan Awal 30 Miliar Rupiah Dipimpin Alpha JWC Ventures

Berdasarkan data Startup Report 2021 dan Q1 2022 oleh DSInnovate, industri agritech masih mencatatkan pertumbuhan positif yang diperkirakan meningkat sampai tahun 2023. Hal ini juga ditunjukkan oleh kehadiran pemain baru dan pendanaan yang tidak surut untuk menopang industri ini.

Beleaf, solusi pintar untuk pertanian di Indonesia baru saja mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal sebesar $2 juta atau lebih dari 30 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Alpha JWC Ventures. Dana kelolaan BRI Ventures ‘Sembrani Nusantara‘, dana kelolaan MDI-Finch Capital ‘Arise’, dan beberapa investor angel turut terlibat dalam pendanaan ini.

Didirikan pada tahun 2019 oleh Amrit Lakhiani, Beleaf mengawali bisnis sebagai merek hidroponik premium yang menawarkan berbagai jenis sayuran dan buah-buahan. Seiring pertumbuhan bisnis dan pengalaman mengelola pertanian mereka sendiri, perusahaan mulai mengembangkan produknya ke manajemen pertanian yang didukung teknologi.

Solusi Beleaf menawarkan layanan end-to-end ‘Farming as a Service’ yang menyeluruh, mulai dari operasional, distribusi, dan offtaking – menghubungkan pertanian, distributor, dan pengecer dalam satu ekosistem terintegrasi. Sistem  ini didukung oleh teknologi big data dan IoT untuk memungkinkan pertanian lokal yang presisi, Beleaf saat ini berfokus pada tiga fitur utama: kontrol, otomatisasi, dan manajemen.

Founder dan CEO Beleaf Amrit Lakhiani menjelaskan bahwa sistem yang dimaksud adalah Beleaf Operating System (OS), platform yang menghubungkan perangkat IoT, pengumpulan data, pemantauan, logistik, penjadwalan, dan peramalan. Sistem operasi ini bertujuan untuk meningkatkan performa operasional pertanian.

Platform ini bisa digunakan untuk memantau pembibitan, suhu, nutrisi, posisi, aliran udara, kelembaban, irigasi, dan pengemasan di dalam pertanian. Semua data yang dikumpulkan dari proses ini kemudian akan mendukung pembelajaran mesinnya untuk pertanian dan peningkatan berkelanjutan Beleaf serta penelitian dan pengembangan solusi di masa depan.

“Setelah lahan pertanian mitra kami menggunakan Beleaf OS, mereka akan melihat peningkatan dalam konsistensi, produktivitas, dan kualitas panen. Selain itu, mereka akan menggunakan lebih sedikit sumber daya, sehingga meningkatkan keuntungan dan kelestarian lingkungan,” tambah Amrit.

Partner di Alpha JWC Ventures Eko Kurniadi mengungkapkan, “Tiga tahun terakhir ini, Beleaf telah membuktikan kinerjanya yang konsisten dan kuat, mulai dari kualitas panen, efisiensi operasi hingga keekonomian unit pertanian. Mereka sekarang berada dalam posisi unik untuk memperluas jejak teknologi mereka melalui OS Beleaf mereka dan menjadi pemain utama dalam kancah pertanian alternatif di Indonesia.”

Fokus layanan dan target ke depan

Setelah berhasil mendapatkan pendanaan, Beleaf disebut akan fokus untuk meningkatkan pemanfaatan teknologi, memperkuat tim, dan menggandakan sumber daya. Dalam hal ini, perusahaan bermaksud membuka lebih banyak R&D dan membangun lebih banyak komunitas pertanian utamanya di Jawa Barat.

Hingga saat ini, Beleaf telah bekerja sama dengan 14 pertanian di Jawa Barat yang mencakup lebih dari 80 hektar dan memproduksi lebih dari 70 ton produk segar per bulan. Produk-produk dengan merek inhouse-nya dapat ditemui di 15 supermarket dengan 110 outlet, 8 platform e-commerce, dan 10+ outlet restoran. Beberapa supermarket ternama yang sudah bekerja sama termasuk The Food Hall, Grand Lucky, Hero, serta Ranch Market.

Saat ini, perusahaan hanya memasok produk sayur mayur dan buah-buahan. Amrit percaya dengan konsep memulai sesuatu dari yang paling dipahami. Dalam konteks ini, Beleaf telah membuktikan dengan mengembangkan hasil pertanian  sendiri, dan tahun ini berhasil menskalakan modelnya. Namun, pihaknya juga mengungkapkan kesiapan untuk memperluas jangkauan produk.

Selain Farming as a Service, Beleaf juga memperluas merek inhouse dengan menambahkan merek baru, Seikat, ke merek premium yang sudah ada (Beleaf), dan menambahkan lebih banyak variasi ke dalam daftarnya. “Kami siap untuk mempercepat pertumbuhan dan menguji coba ekspansi geografis. Kami telah memulai dengan sayuran dan buah-buahan, dan akan mengeksplorasi kelompok tanaman lain yang modelnya bisa direplikasi,” ungkap Amrit.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, nilai pasar buah dan sayuran Indonesia saat ini mencapai $33 miliar, dan berpeluang tumbuh menjadi $56 miliar pada tahun 2026. Di sisi lain, biaya pertanian diperkirakan akan meningkat yang dipengaruhi oleh kenaikan biaya input, adopsi teknologi yang buruk, pengurangan tenaga kerja pertanian, dan logistik yang tidak efisien karena fragmentasi.

“Pada akhirnya, dengan pengalaman dan teknologi, kami berusaha untuk meningkatkan produktivitas, kualitas dan kesejahteraan petani di seluruh Indonesia. Impian kami adalah mengurangi ketergantungan Indonesia pada buah dan sayuran impor dan membawa produk Indonesia mencapai standar global,” tambah Amrit.

Selain Beleaf, pemain lainnya yang juga mengusung konsep serupa adalah Askara. Konsep FaaS Askara Daulat Desa adalah dengan melakukan the whole cultivation program, dari perencanaan penanaman, pembukaan lahan, eksekusi penanaman, dan pengiriman langsung ke klien.

Platform Manajemen Keuangan Keluarga “Pocket” Kantongi Pendanaan Pra-Awal dari East Ventures

Platform manajemen keuangan keluarga “Pocket” yang telah hadir sejak tahun 2021 lalu telah menerima pendanaan pendanaan pra-awal yang dipimpin oleh East Ventures. Dalam rilis yang diterima, tidak disebutkan nilai investasi yang diperoleh startup fintech tersebut.

Perusahaan memiliki rencana untuk mengalokasikan dana ini dengan fokus pada penetrasi produk dan jumlah pengguna. Pocket juga akan berinvestasi dalam mengembangkan layanan serta penawaran yang dihadirkan untuk melengkapi ekosistem platform.

“Kami percaya pendanaan ini bisa menjadi penggerak kuat visi kami untuk mendemokratisasikan akses pembayaran digital untuk generasi muda dan membangun literasi keuangan sejak dini. Kami menghadirkan solusi untuk mengatasi masalah di lanskap perbankan tradisional saat ini untuk menghilangkan kesenjangan dan menuju inklusi keuangan melalui teknologi modern,” kata Co-Founder dan CEO Pocket Markus Kevin.

Bersama dengan Co-Founder dan CTO Bravyto Takwa Pangukir, Pocket hadir dengan latar belakang masih adanya permasalahan yang sudah lama berlangsung dalam lanskap keuangan, khususnya terkait manajemen keuangan pribadi dan keluarga. Pocket terdaftar dan diawasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Bank Indonesia.

Saat ini platform wealth management yang menawarkan layanan serupa di antaranya adalah Finku, Sribuu, Moni, dan beberapa lainnya. Tidak sekadar aplikasi pencatatan keuangan pribadi, beberapa layanan seperti PINA juga menyematkan layanan investasi dan edukasi keuangan di aplikasinya — misinya memudahkan setiap pengguna mencapai tujuan finansialnya.

Luncurkan kartu virtual dan fisik prabayar

Kartu debit Pocket
Kartu debit Pocket

Pocket juga menghadirkan kartu virtual dan fisik prabayar dengan saldo digital untuk membantu orang tua modern mengelola keuangan keluarga mereka. Pocket memungkinkan pembuatan akun yang dapat dilacak, dipisahkan, dan sepenuhnya digital; pengguna dapat mengalokasikan akun digital ke setiap anggota keluarga untuk memiliki, menyimpan, dan membelanjakan uangnya masing-masing.

Setiap akun digital juga dilengkapi dengan kartu virtual dan fisik prabayar yang aman dan mendukung transaksi QRIS yang tersedia di lebih dari 20 juta merchant di seluruh Indonesia.

Setiap keluarga juga dapat mengelola dan mempersonalisasi akun berdasarkan batas pengeluaran dengan visibilitas yang jelas melalui laporan dan analitik penggunaan untuk setiap individu. Hingga saat ini, Pocket telah mencatat pertumbuhan yang signifikan sebesar 2,5 kali dan 3 kali dari bulan ke bulan dalam pengguna baru dan Total Purchasing Value (TPV) secara berurutan.

Pocket juga aktif bekerja sama dengan bank lokal untuk melengkapi ekosistemnya, berkolaborasi dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Selain itu, Pocket telah dan akan berkolaborasi dengan lebih dari 100 sekolah (dengan fokus sekarang di daerah Jabodetabek) untuk meningkatkan literasi keuangan anak-anak melalui konten edukatif, serta meningkatkan akses keuangan di Indonesia.

“Kami yakin bahwa Pocket memimpin inovasi di bidang ini untuk membuka peluang yang tak terhitung jumlahnya dengan memberdayakan orang tua di Indonesia untuk mendidik dan mempersiapkan generasi muda, dan pada akhirnya memungkinkan keluarga modern memiliki keuangan rumah tangga yang sehat dan praktik keuangan yang berkelanjutan,” kata Partner East Ventures Melisa Irene.

Application Information Will Show Up Here