Laporan EY: IPO di Asia Pasifik Mengalami Penurunan Signifikan di H1 2024

Wilayah Asia-Pasifik mengalami penurunan tajam dalam aktivitas penawaran umum perdana (IPO) selama semester pertama tahun 2024. Menurut laporan terbaru dari EY Global IPO Trends Q2 2024, jumlah IPO turun sebesar 43% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dengan total dana yang dihimpun menurun drastis sebesar 73%.

Data IPO per H1 2024 / EY
Data IPO per H1 2024 / EY

Faktor Penyebab Penurunan

Berbagai tantangan ekonomi dan geopolitik menjadi penyebab utama penurunan ini. Ketegangan geopolitik yang terus berlanjut, perlambatan ekonomi di beberapa negara utama, serta peningkatan suku bunga telah membuat para investor lebih berhati-hati. Dampak ini paling terasa di Tiongkok dan Hong Kong, di mana regulasi yang lebih ketat dan masalah likuiditas telah meredam aktivitas IPO.

Analisis regional berdasarkan pasar:

  • Tiongkok Daratan dan Hong Kong: Tiongkok Daratan mencatat penurunan terbesar di wilayah ini, dengan jumlah IPO turun 75% dan dana yang dihimpun anjlok 85%. Meskipun demikian, sejak Februari 2024, pasar saham A-share menunjukkan tanda-tanda pemulihan berkat kebijakan regulasi yang lebih ketat dan valuasi pasar yang lebih efisien. Hong Kong juga mengalami penurunan jumlah IPO sebesar 7% dan dana yang dihimpun turun 34%.
  • ASEAN: Pasar IPO di ASEAN juga mengalami penurunan, dengan Indonesia, Malaysia, dan Thailand sebagai pasar paling aktif. Indonesia mencatat penurunan tajam dengan hanya 25 IPO yang menghimpun dana US$251,6 juta, turun 43% dalam jumlah dan 89% dalam nilai dana yang dihimpun. Meskipun demikian, stabilitas politik dan ekonomi di kawasan ini menawarkan alternatif yang menarik bagi perusahaan yang menghadapi iklim global yang tidak pasti.
  • Jepang: Pasar IPO Jepang mengalami penurunan moderat dalam jumlah daftar baru dengan total 37 IPO, turun 12% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, sektor teknologi menunjukkan ketahanan dengan beberapa IPO signifikan yang mencerminkan potensi pertumbuhan di masa depan. Jepang juga melihat peningkatan dalam sektor teknologi penerbangan dengan beberapa startup yang berpotensi melakukan IPO di paruh kedua tahun ini.
  • Korea Selatan: Pasar IPO Korea Selatan menunjukkan penurunan, namun industri-industri tertentu seperti industri berat menunjukkan ketahanan. IPO terbesar berasal dari unit perbaikan kapal dari konglomerat pengapalan terbesar di negara ini, yang merupakan IPO terbesar sejak 2022.
  • Australia dan Selandia Baru: Aktivitas IPO di Australia dan Selandia Baru tetap rendah karena kondisi ekonomi yang tidak menentu, meskipun ada minat yang tumbuh dalam inovasi AI dan IPO terkait energi. Peraturan baru mengenai pengungkapan terkait iklim dan potensi “greenwashing” juga mempengaruhi keputusan IPO di sektor ini.

Prospek Masa Depan

Meskipun mengalami penurunan, terdapat tanda-tanda optimisme di wilayah Asia-Pasifik dengan tren ekonomi yang positif, perubahan regulasi, dan dinamika geopolitik yang berkembang. Para calon IPO harus siap untuk memanfaatkan jendela peluang yang cepat berlalu dengan menyusun cerita ekuitas yang menarik bagi investor.

Perusahaan di Asia-Pasifik cenderung mempertimbangkan opsi listing lintas batas untuk mengakses pasar baru, meningkatkan valuasi, dan meningkatkan profil merek, terutama untuk perusahaan teknologi yang berencana go public di AS.

Dengan pemulihan ekonomi yang bertahap dan kebijakan moneter yang lebih mendukung, wilayah Asia-Pasifik diharapkan dapat melihat peningkatan aktivitas IPO di paruh kedua tahun ini, meskipun ketidakpastian geopolitik dan ekonomi tetap menjadi tantangan utama.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Segera IPO di Bursa Hong Kong, J&T Express Incar Dana Segar 8 Triliun Rupiah

J&T Global Express dilaporkan mengincar dana sebesar $500 juta (sekitar hampir Rp8 triliun) dari aksi penawaran saham perdana (IPO) di bursa efek Hong Kong sebagaimana diberitakan Reuters.

Dalam laporan sebelumnya, penyedia layanan logistik tersebut sempat menargetkan $1 miliar lewat IPO yang ditargetkan pada semester II 2023. Angka ini disebut bakal menjadi penjualan saham terbesar kedua di Hong Kong di sepanjang 2023 setelah ZJLD Group yang mengumpulkan $675,2 juta pada April.

Sementara menurut sumber lain seperti diberitakan Bloomberg, pertimbangan J&T IPO di Hong Kong dikarenakan regulator Tiongkok tengah meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan yang beroperasi di luar negeri. Beberapa investor J&T juga berbasis di Tiongkok.

J&T Express didirikan oleh Jet Lee dan Tony Chen, petinggi perusahaan ponsel Oppo di 2015. Pada 2021, J&T Express memperoleh investasi sebesar $2,5 miliar dengan valuasi tembus $20 miliar dari Boyu Capital, Hillhouse Capital Group, Sequoia Capital China, hingga raksasa gaming Tencent Holdings.

Selain untuk IPO, sumber mengungkap bahwa penggalangan dana ini sejalan dengan ekspansi J&T ke Tiongkok dan Amerika Latin.

Jelang IPO, J&T Express sempat mengakuisisi 100% saham Fengwang Information, anak usaha SF Holding yang mengoperasikan Fengwang Express sebesar ¥1.183 miliar (sekitar Rp2,5 triliun). SF adalah penyedia layanan logistik terbesar di Tiongkok secara end-to-end untuk rute domestik dan internasional.

Akuisisi ini dilakukan untuk memperkuat posisi J&T di pasar logistik Tiongkok yang saat ini dikuasai oleh SF Holding, serta kompetitor ZTO Express dan jaringan logistik raksasa milik Alibaba Group dan JD.com. Di Indonesia, J&T Express ikut bersaing dengan pemain logistik penyedia layanan last mile, seperti SiCepat dan Ninja Xpress.

DigiAsia Bios Segera IPO di Bursa Amerika Serikat Melalui SPAC

Startup fintech DigiAsia Bios segera melantai di bursa saham Amerika Serikat melalui mekanisme SPAC (special purpose acquisition company). Perusahaan telah menandatangani kesepakatan merger dengan perusahaan cangkang Stonebridge Acquisition Corporation. Ticker yang diperdagangan di pasar saham Nasdaq nantinya adalah ‘FAAS’.

Menurut keterangan resmi yang disampaikan perusahaan, perjanjian ini telah mendapat persetujuan dari jajaran direksi DigiAsia dan Stonebridge, ditargetkan akan selesai pada kuartal kedua tahun ini.

“DigiAsia telah hadir di Indonesia dan sedang mencari ekspansi segera ke Asia Tenggara, diikuti oleh Timur Tengah dan Afrika Utara. Peningkatan modal melalui IPO dan eksekusi selanjutnya akan membantu menjadikan Digi sebagai pemimpin yang jelas dalam dompet digital berlabel putih dan vertikal Banking-as-a-Service di kawasan ini,” ucap Co-CEO DigiAsia Alexander Rusli.

CEO Stonedridge Bhargav Marpally menambahkan, Stonebridge didirikan sebagai jembatan bagi perusahaan-perusahaan yang siap IPO di kawasan Asia Pasifik untuk mengakses pasar publik Amerika Serikat. Fokus DigiAsia di Indonesia dan kemampuannya untuk menskalakan bisnis dengan cepat, tim dengan rekam jejak yang terbukti, menjadikannya sangat cocok dengan Stonebridge.

Lebih lanjut, transaksi penggabungan kedua perusahaan ini membawa penilaian pra-ekuitas sebesar $500 juta (lebih dari 7,7 triliun Rupiah) dan pemegang saham DigiAsia, yakni Mastercard dan Reliance Capital Management (RCM) akan menggulirkan 100% dari ekuitas mereka menjadi perusahaan gabungan sebagai bagian dari transaksi. DigiAsia juga telah menjalin kemitraan dengan Bank DBS pada 31 Oktober 2022 untuk menyalurkan pinjaman melalui bisnis lending Digiasia, KreditPro.

Dengan asumsi tidak ada penebusan oleh pemegang saham publik Stonebridge, setelah kesepakatan ditutup, entitas operasi gabungan dapat memiliki akses ke kas bersih sebanyak $200 juta (setelah membayar biaya transaksi) dari rekening perwalian Stonebridge. Hasil akhir akan bergantung pada tingkat penebusan pemegang saham Stonebridge saat ini pada penyelesaian transaksi yang diusulkan.

Sebelum menandatangani perjanjian penggabungan, DigiAsia telah menutup investasi sebesar $14,5 juta (lebih dari 225 miliar Rupiah) dengan post-money valuation sebesar $450 juta yang dipimpin oleh Reliance Capital Management. Investasi tersebut akan memperkuat relasi bisnis kedua perusahaan di bidang asuransi, aset manajemen, yang dikuasai oleh RCM. Dengan kolaborasi tersebut, diharapkan DigiAsia dapat menjadi solusi keuangan tertanam B2B full-stack pertama di Indonesia.

Sebagai catatan, DigiAsia didirikan pada 2017 oleh Alexander Rusli dan Prashant Gokarn. Startup ini memosisikan diri sebagai fintech-as-a-service (FaaS) yang berambisi ingin mempercepat inklusi keuangan melalui lisensi dan kumpulan teknologinya dengan menyediakan solusi embedded finance untuk B2B2C dan B2B2M. Di antaranya mobile wallet, penerbitan kartu, pembayaran tagihan, cash management, pembayaran supply chain, pinjaman, dan lain-lain. Perusahaan memiliki sejumlah lisensi bisnis, yakni dompet dan pembayaran digital, Banking-as-a-Service, remitansi, dan layanan keuangan digital lainnya.

Co-CEO DigiAsia Prashant Gokarn menyampaikan visi DigiAsia adalah menjadi bagian aktif dari revolusi digital Indonesia yang memungkinkan layanan keuangan, mulai dari pinjaman, pembayaran, pengiriman uang, dan perbankan murah, untuk semua individu dan bisnis, terlepas dari ukuran atau status sosial ekonomi mereka.

“Kami juga sangat bangga dapat bekerja sama dengan Mastercard untuk mengembangkan penawaran kami yang sudah ada guna meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia,” kata Gokarn.

Langkah SPAC

Hingga berita ini diturunkan, DailySocial.id belum mendapat tambahan komentar dari Alexander Rusli mengenai alasan pihaknya memilih mekanisme SPAC untuk masuk ke pasar saham Amerika Serikat. Seperti diketahui, mekanisme ini sebelumnya juga tengah dipertimbangkan oleh sejumlah startup lokal, seperti Traveloka dan Kredivo, namun batal karena berbagai alasan strategis.

Kredivo misalnya, awalnya merencanakan untuk merger dengan perusahaan cangkang bernama VPC Impact Acquisition Holdings yang diumumkan pada Agustus 2021. VPC itu sendiri adalah mitra lama Kredivo yang pernah mengguyurkan dana hingga mencapai $200 juta.

Namun rencana tersebut kandas, dikutip dari keterbukaan informasi dari laman US Securities and Exchange Commission (SEC), yang diunggah pada 14 Maret 2022, gagalnya aksi korporasi ini merupakan dampak kondisi pasar yang bergejolak dan adanya beberapa masalah di luar kendali yang mengancam penundaan transaksi.

Salah satu aksi IPO via SPAC yang ramai di Indonesia adalah Grab dengan memanfaatkan perusahaan cangkang Altimeter Growth Corp. Diklaim kesepakatan tersebut terbesar di antara perusahaan akuisisi tujuan khusus.

Sebelumnya SPAC sempat populer di Amerika Serikat karena menjadi cara tercepat untuk memperoleh dana publik. Menurut data yang dikutip dari South China Morning Post, pada 2021 mencapai 613 IPO melalui SPAC. Angka ini naik dari tahun sebelumnya sebanyak 248 IPO.

Akan tetapi regulator A.S SEC membuat perubahan peraturan yang dinilai menghambat aksi korporasi ini sejak akhir 2021. Salah satunya, SPAC memiliki waktu terbatas untuk menemukan perusahaan yang beroperasi untuk digabungkan (biasanya 24-36 bulan); jika SPAC gagal menyelesaikan merger dalam jangka waktu yang ditentukan, SPAC harus berhenti berdiri dan mengembalikan semua modal kepada pemegang sahamnya.

Aturan tersebut dibuat lantaran regulator khawatir mekanisme ini dimanfaatkan sebagai penyebar informasi yang menyesatkan, penipuan, dan konflik kepentingan dalam transaksi de-SPAC tertentu. Oleh karena itu, SEC mengusulkan aturan baru untuk menghilangkan asimetris informasi di antara investor, melindungi dari informasi yang menyesatkan dan penipuan dengan mengatur praktik pasar, dan mengurangi konflik kepentingan dengan lebih menyelaraskan insentif antara penjaga gerbang.

Hasilnya dilaporkan bahwa proses SPAC lebih lama dan lebih sulit dari sebelumnya, dengan tinjauan peraturan yang lebih ekstensif atas pernyataan proksi dan pendaftaran. Namun begitu, sejumlah kalangan masih tetap optimistis dengan potensi SPAC untuk jangka panjangnya. Mereka bilang, kebijakan baru ini berdampak bagi perusahaan dapat lebih jelas mengikuti pedoman yang telah ditetapkan.

BEI Rilis Papan Ekonomi Baru, Setara Papan Utama Tapi Lebih Ramah Bagi Unicorn

Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi meluncurkan papan pencatatan baru, yakni papan ekonomi baru (new economy board) yang diresmikan kemarin (05/12). Papan tersebut disiapkan untuk saham dengan potensi kapitalisasi pasar besar setara papan saham utama, namun kinerja keuangannya belum positif.

“Kami berharap dengan adanya implementasi papan ekonomi baru ini dapat menjadi salah satu pendorong bagi perusahaan-perusahaan sektor new economy untuk tercatat di BEI,” kata Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik seperti dikutip dari Kompas.com.

Di saat yang bersamaan, pengumuman tersebut juga memindahkan tiga saham yang efektif tercatat di papan ekonomi baru, yakni PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), dan PT Global Digital Niaga Tbk (BELI).

Kehadiran papan ekonomi baru merupakan bagian dari upaya perlindungan investor, sekaligus keterbukaan informasi yang dilakukan oleh bursa. Dengan mengelompokkan saham-saham ekonomi baru tersebut dalam papan tersendiri dan diberikan notasi khusus, akan lebih memudahkan investor dalam mengidentifikasi dan membandingkan saham-saham dalam papan tersebut.

Menurutnya, beberapa perusahaan yang sifatnya new economy atau perusahaan berstatus unicorn menyatakan tidak mau masuk ke papan pengembangan tapi papan utama.

“Ini sedikit unik di pasar modal kita ya. Kita ingin menempatkan investor protection, tapi tanpa mengurangi prestisius daripada perusahaan-perusahaan yang masuk dalam papan ekonomi baru. Jadi kita setarakan dengan papan utama, bahkan persyaratannya lebih strict,” tambah Kepala Divisi Pengembangan Bisnis BEI Ignatius Denny W dikutip terpisah dari Antara.

Di sisi lain, BEI bertanggung jawab untuk memberikan proteksi khusus untuk investor, tidak hanya sekadar notasi tapi juga mengimplementasikan dalam bentuk papan. “Sehingga yang mau beli itu langsung kelihatan papannya di mana, paling tidak ada awareness-nya dulu.”

Terdapat dua notasi khusus untuk saham yang dicatatkan di papan ekonomi baru, yaitu notasi khusus “K” yang berarti perusahaan menerapkan saham dengan hak suara multipel (SHSM) dan tercatat di papan ekonomi baru, serta khusus “I” yang berarti perusahaan tidak menerapkan SHSM dan tercatat di papan ekonomi baru.

Penggunaan notasi khusus ini untuk mengidentifikasi bahwa saham perusahaan tercatat di papan ekonomi baru, pada dasarnya bukan merupakan informasi bersifat negatif, melainkan merupakan informasi bahwa perusahaan yang bersangkutan memiliki kondisi tertentu.

Dari sisi holistik, lanjut Denny, target BEI yaitu meningkatkan keragaman alternatif investasi yang ada di pasar modal Indonesia tanpa mengurangi proteksi kepada investor. Di sisi lain, Indonesia kebetulan juga merupakan salah satu penghasil unicorn terbesar di dunia.

“Oleh karena itu, bagaimana kita sebagai regulator mem-balancing-nya. Beberapa inisiatif yang sudah dilakukan bursa, kita sudah buat IDX Industrial Classification (IDX-IC) kita ditempatkan benchmark yang beda. Sebelumnya perusahaan seperti GOTO, BELI, sebelumnya masuk others, sekarang sudah ada sektor IT,” pungkasnya.

Lebih transparan untuk investor

Menurut analis, papan baru ini membuat investor lebih sadar tentang karakteristik khusus emiten yang bergerak di bidang ekonomi baru. Karakteristik tersebut memiliki pertumbuhan tinggi, mengoptimalkan teknologi untuk inovasi dan memacu produktivitas, berdampak pada perekonomian serta memiliki manfaat sosial.

Direktur Equator Swarna Capital Hans Kwee mengatakan, dengan karakteristik tersebut, para pembeli saham di papan ekonomi baru tidak bisa mengharapkan hasil investasi yang instan dan jangka pendek. “Dengan kata lain saham dalam papan ini cocok untuk investasi jangka panjang,” ujarnya.

Manfaat bagi emiten itu sendiri adalah sarana branding sebagai growth company yang prospektif di masa mendatang. Status tersebut akan menarik perhatian investor institusi ataupun fund manager yang memang memiliki minat tinggi di saham teknologi. “Papan ini merupakan peluang yang sangat bagus mengingat saham teknologi mulai rebound, seiring perubahan kebijakan suku bunga The Fed yang bakal lebih moderat.”

Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menambahkan, papan ekonomi baru merupakan pengakuan dari otoritas bursa terhadap sektor bisnis yang telah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.

Selama ini new economy selalu diperdebatkan dengan old economy. New economy merupakan perusahaan yang memiliki model bisnis baru yang berkaitan dengan teknologi dan menciptakan ekosistem. Perusahaan seperti itu menjanjikan growth opportunity sehingga saham seperti GOTO, BUKA, dan BELI, masuk dalam kategori new economy.

Dia berpendapat, dari ketiganya, GOTO berpeluang paling menarik perhatian karena kontribusinya yang luar biasa dalam menggerakkan perekonomian, terutama ekonomi digital.

“Memimpin dengan ekosistem yang mereka miliki, tentu saja hal ini memberikan nilai lebih bagi GOTO. Apalagi dengan pencapaian kinerja GOTO pada Q3 2022, jelas memberikan indikasi bahwa GOTO sudah berada di arah yang benar untuk mencetak profitabilitas. Hal ini tentu saja menjadikan GOTO mendominasi di papan new economy nantinya,” kata Nico.

Startup HR-Tech “Venteny” Segera IPO, Incar Dana Segar 422 Miliar Rupiah

Startup HR-tech Venteny akan meramaikan pasar modal dengan mencatatkan diri di Bursa Efek Indonesia pada 14 Desember mendatang dengan ticket VTNY. Venteny melepas 939,78 juta lembar saham atau 15% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.

Menurut prospektus perseroan, harga yang ditawarkan kepada masyarakat sekitar Rp350 hingga Rp450 per saham, sehingga dana segar yang diperoleh sebanyak-banyaknya dari aksi korporasi ini adalah Rp422,9 miliar.

Perseroan merinci penggunaan dana IPO, yakni sebesar 42% atau Rp177,62 miliar akan digunakan untuk pinjaman kepada entitas anak PT Venteny Matahari Indonesia. Setelah dana dikembalikan, sebanyak 30% di antaranya digunakan untuk pengembangan aplikasi super Venteny yang bergerak pada solusi manajemen SDM, termasuk penguatan IT, produk, ekspansi bisnis di luar pulau Jawa.

Lalu, sisanya akan digunakan untuk modal kerja, termasuk perkuat tim, dan strategi pemasaran sehingga bisa mendorong aktivitas penguatan awareness brand Venteny.

Perseroan juga mengadakan program employee stock allocation (ESA) dengan jumlah sebanyak-banyaknya 1 juta saham atau 0,11% dari saham yang ditawarkan pada saat penawaran perdana saham untuk program ESA saham kepada karyawan. Juga menyetujui pelaksaaan program Management and Employee Stock Option Plan (MESOP) dengan jumlah sebanyak-banyaknya 532,5 juta saham atau 7,38% dari modal ditempatkan dan disetor setelah Penawaran Umum Perdana Saham, pelaksaaan ESA, dan MESOP.

BRI Danareksa Sekuritas, Surya Fajar Sekuritas, dan Mirae Asset Sekuritas Indonesia ditunjuk perseroan sebagai penjamin pelaksana emisi efek dalam aksi korporasi ini.

Masa penawaran awal dimulai pada hari ini sampai 29 November mendatang. Sementara untuk perkiraan tanggal pencatatan di BEI pada 14 Desember 2022.

Masih dari sumber yang sama, per Juni 2022, Venteny mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar Rp29,2 miliar atau naik 71% secara year-on-year. Beban pokoknya tercatat sebesar RP18,22 miliar, naik 196%, sementara untuk laba komprehensif tahun berjalan tercatat sebesar Rp4,92 miliar, naik drastis hingga 2.005%. Kenaikan ini sejalan dengan pendapatan netto dan peningkatan penghasilan komprehensif lain atas selisih kurs.

Adapun untuk aset perseroan mencapai Rp354,52 miliar, meningkat 47% secara year-to-date dan liabilitasnya juga naik menjadi Rp273,89 miliar meningkat 31%.

Perkembangan Venteny

Venteny sendiri adalah startup HR-tech yang menyediakan teknologi untuk memenuhi kebutuhan karyawan melalui peningkatan employee happiness dan employee engagement. Pertama kali diperkenalkan di pasar Filipina pada 2015, melalui kantor operasional VENTENY Inc., layanan ini secara resmi beroperasi di Indonesia pada 2019 dan mendirikan kantor pusatnya di sini.

Venteny membangun ekosistem employee superapp melalui kerja sama dengan pihak ketiga untuk menyelenggarakan beberapa layanannya, seperti Program Teknologi Keuangan (V-Nancial), Program Asuransi Berbasis Teknologi (VENTENY Insurance & Protection Program) atau “VIP”, Program Keuntungan Karyawan (V-Merchant), dan Program Pendidikan Berbasis Teknologi (V-Academy).

Melalui fitur V-Nancial misalnya, terdapat tiga jenis employee loan, yakni Multipurpose Loan, Education Loan, dan Cash Advance yang serupa dengan kasbon yang dapat dipilih. Perseroan bekerja sama dengan perusahaan pembiayaan yang telah memiliki izin dari OJK sebagai sumber akses dana darurat karyawan.

Dalam prospektus juga disampaikan, bisnis keuangan punya prospek yang cerah di Indonesia karena adanya kesenjangan pendanaan UMKM yang tidak terpenuhi. Posisi perusahaan sebagai lender punya peluang, dapat memberikan pinjaman yang tidak terbatas selama repayment capacity tersedia. Bermitra dengan beberapa perusahaan p2p dapat mencakup lebih banyak pasar, namun tidak menutup kemungkinan untuk mengakuisisi salah satu perusahaan.

“Di mana saat mengakuisisi P2P tersebut, perseroan akan lebih dapat mengendalikan proses bisnis keuangan dan aktivitas operasional perusahaan tersebut,” tulis prospektus.

Model bisnis yang diterapkan Venteny, terdiri dari tiga segmen, yakni B2B, B2B2E, dan B2C. Kontribusi dari B2B mendominasi dengan pertumbuhan pengguna mencapai 161,61% per Maret 2022. Diklaim ada lebih dari 200 korporat yang menaungi lebih dari 200 ribu karyawan yang menjadi penerima benefit dari Venteny.

Selain B2B, Venteny juga akan terus mengoptimalkan layanannya ke segmen B2B2E pada tahun ini dan mempersiapkan program My Benefits, yang didesain khusus berdasarkan orientasi divisi HR (Human Resources) atau SDM (Sumber Daya Manusia) di perusahaan. My Benefits mengusung skema berlangganan yang dibayarkan perusahaan untuk para karyawannya, mengakses fitur-fitur eksklusif, seperti pelatihan, asuransi, hingga penyediaan fasilitas-fasilitas penunjang gaya hidup.

Dalam data terakhir, Venteny sudah beroperasi di 3 negara, yaitu Filipina, Singapura, dan Indonesia, dengan lebih dari 250.000 pengguna di Filipina dan lebih dari 220.000 pengguna di Indonesia.

Mengutip dari CNBC Indonesia, Founder & Group CEO Venteny Jun Waide mengatakan setidaknya ada dua negara yang dibidik perseroan pada 2023, yakni Vietnam dan Thailand. Menurutnya, kedua negara ini dinilai punya potensial yang sama dengan Indonesia.

Revaluasi Aset: Manfaat, Jurnal, dan Kekurangannya

Berbicara tentang aset mungkin yang sering terpikirkan adalah barang berharga yang dimiliki oleh perseorangan atau juga perusahaan seperti bangunan, rumah, atau juga peralatan.

Bukan sekadar barang, aset juga sering digunakan untuk perhitungan keuangan perusahaan contohnya dalam perhitungan leverage ratio. 

Namun, apakah kamu tahu jika aset juga bisa mengalami penyusutan dan revaluasi? Bahkan ada metode untuk mengukur revaluasi tersebut, loh! Hal ini dinamakan revaluasi aset. 

Bagi kamu yang belum familiar dengan istilah ini tidak perlu khawatir, karena di sini kamu akan mengetahui pembahasan revaluasi aset dari definisi, rumus, dan juga kekurangannya.

Apa Itu Revaluasi Aset?

Revaluasi aset adalah sebuah penilaian kembali atas aset tetap sebuah perusahaan karena adanya kenaikan atau penurunan nilai aset di pasaran, atau juga nilai aset yang terlalu rendah dalam laporan keuangan.

Tujuan revaluasi aset tetap ini adalah untuk memperbaharui nilai aset jangka panjang agar sesuai dengan nilai pasarnya dan juga membuat bagian keuangan perusahaan bisa melakukan perhitungan dan analisis penghasilan secara tepat. Revaluasi aset juga akan berhubungan dengan materi aset tetap dan aset tetap tidak berwujud sebuah perusahaan.

Harga sebuah aset bisa berubah itu tergantung berbagai faktor seperti inflasi, pasokan di pasaran renda, permintaan yang banyak atau sedikit, dan juga devaluasi. Apa itu devaluasi? Kebijakan pemerintah dalam menurunkan nilai mata uang sebuah negara.

Aset tetap juga sering disebut sebagai aktiva tetap yaitu aktiva sebuah perusahaan yang sifatnya permanen yang digunakan untuk menjalankan operasional perusahaan. Contoh aktiva tetap adalah gedung dan juga kendaraan.

Dasar Hukum yang Mengatur Revaluasi Aset

Revaluasi aset tentunya sudah diatur perintah dalam undang-undang (UU) Nomor 36 Tahun 2008 mengenai perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1993 mengenai pajak penghasilan. Dalam PPh Pasal 19 Ayat UU 36/2008 berisi:

  1. Menteri Keuangan berwenang menetapkan peraturan tentang penilaian kembali aktiva dan faktor penyesuaian apabila terjadi ketidaksesuaian antara unsur-unsur biaya dengan penghasilan karena perkembangan harga.
  2. Atas selisih penilaian kembali aktiva sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterapkan tarif pajak tersendiri dengan Peraturan Menteri Keuangan sepanjang tidak melebihi tarif pajak tertinggi.

Selain itu penilaian revaluasi aset juga tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan 9 PMK) Nomor 191/PMK.10/2015 mengenai penilaian kembali aktiva tetap untuk tujuan perpajakan bagi permohonan yang diajukan pada tahun 2015 dan tahun 2016.

Melalui peraturan ini, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) akan melakukan pengurangan tarif PPh Pasal 19 bagi perusahaan yang melakukan revaluasi aset.

Apa Saja Aset yang Dapat Direvaluasi?

Dikutip dari berbagai sumber, ternyata tidak semua aset perusahaan bisa dilakukan penilaian kembali atau revaluasi. Hanya aset tetap berwujud yang berada di indonesia saja yang bisa direvaluasi.

Contoh revaluasi aset tetap adalah aset properti seperti bangunan karena berwujud dan keberadaannya bisa diketahui secara pasti. Revaluasi aset ini juga bisa dilakukan oleh semua badan usaha tetap yang sudah memiliki kewajiban pajak badan dalam negeri.

Manfaat Revaluasi Aset

Revaluasi aset ini memiliki manfaat dalam bisnis perusahaan sebagai berikut:

1. Sebagai bentuk kekayaan perusahaan

Tujuan revaluasi aset adalah untuk memberikan penilaian terhadap aset tetap perusahaan, dengan begitu aset ini akan tercantum dalam laporan keuangan dan apabila sebuah perusahaan akan melakukan go public dapat dipakai untuk menyusun laporan aset dengan harga yang realistis.

2. Sebagai pengontrol modal

Revaluasi aset juga dapat menurunkan debt to equity ratio dalam leverage ratio perusahaan. Hal ini apabila perusahaan akan melakukan peminjaman modal di bank akan bisa diproses dengan mudah, karena apabila modal meningkat capital adequacy ratio akan mengikuti.

3. Menarik investor

Dengan adanya revaluasi aset maka kinerja keuangan perusahaan juga akan meningkat dan bisa menjadi poin plus untuk menarik investor. Kamu bisa mulai dengan melakukan peluncuran saham perusahaan atau juga obligasi.

4. Mengurangi kewajiban pajak

Nilai aset perusahaan yang mengalami perubahan juga bisa berpengaruh terhadap nilai penyusutan, apabila nilai penyusutan naik laba yang dihasilkan juga akan menurun. Sehingga kewajiban pajak akan berkurang.

5. Membantu perusahaan untuk merger

Revaluasi aset akan berguna bagi perusahaan yang akan merger, karena perusahaan tersebut harus melakukan penilaian ulang terhadap aset tetapnya. Sehingga pada saat itu nilai aset yang sesungguhnya dapat diketahui.

Contoh Jurnal Revaluasi Aset Tetap

Cadangan revaluasi aset ke atas

Perusahaan A melakukan revaluasi aset bangunan dan menemukan nilai pasar harus Rp600 juta. Nilai tercatat pada neraca di tanggal 1 juni 2022 adalah Rp400 juta, artinya perusahaan tersebut kehilangan nilai aset sebesar Rp200 juta.

Maka entri jurnal revaluasi aset ke atas:

ParticularsDebitCredit
Building AccountRp200 juta 
Revaluation Reserve Rp200 juta

Kenaikan nilai aset tetap nantinya tidak akan dicatat di dalam laporan laba rugi.

Cadangan revaluasi nilai ke bawah

Perusahaan  A melakukan revaluasi aset bangunan dan menemukan nilai pasar harus Rp500 juta. Nilai tercatat pada neraca di tanggal 1 juni 2022 adalah Rp350 juta.

Entri jurnal revaluasi nilai ke bawah:

ParticularsDebitCredit
Revaluation ReserveRp150 juta 
Building Account Rp1500 juta

Saat harga aset tetap menurun dan perusahaan tidak memiliki saldo kredit yang sama dengan penurunan harga. Sehingga penurunan nilai aset akan masuk debit dalam laporan laba rugi sebesar selisih jumlah cadangan penilaian kembali yang dikurangi penurunan di pasar harga aset tetap.

Kekurangan Revaluasi Aset

Selain memiliki manfaat, revaluasi aset juga memiliki kekurangan yang perlu kamu ketahui:

  1. Jumlah penyusutan atas revaluasi aset sering tidak menunjukkan pola yang abstrak atau tidak teratur.
  2. Perusahaan akan mengeluarkan banyak biaya dalam melakukan revaluasi aset, karena revaluasi aset harus dilakukan oleh yang profesional dan mungkin saja tidak semua bagian keuangan perusahaan tersebut bisa melakukannya.
  3. Perusahaan kamu tidak dapat melakukan revaluasi aset tiap tahun, karena terkadang biaya aset tetap juga tidak mengalami penurunan.

Nah, demikian pembahasan mengenai revaluasi aset yang merupakan penilaian kembali terhadap aset tetap sebuah perusahaan. Untuk melakukan revaluasi kamu harus selalu mengkonfirmasi dna mengecek nilai pasar saat ini.

Yang Perlu Diketahui tentang IPO GoTo (Bagian I)

Senin (11/4), entitas gabungan dari Gojek dan Tokopedia resmi melantai di Bursa Efek Indonesia. Menggunakan kode perdagangan “GOTO”, perusahaan mencatatkan sekitar 1,184 triliun lembar saham. Adapun saham yang dilepas ke masyarakat (Seri A) adalah 40,6 miliar lembar dengan harga penawaran Rp338,- per saham.

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. dicatatkan di papan utama, di pencatatan perdananya satu pekan yang lalu, nilai sahamnya sempat meningkat hingga 23%, membuat kapitalisasi pasar perusahaan tembus lebih dari Rp466 triliun; sekaligus merangsek ke 3 besar.

Agenda setelah IPO

GoTo menyampaikan pernyataan pendaftaran sehubungan dengan penawaran umum perdana saham ke OJK sejak 21 Desember 2021. Sekurangnya dana 13,7 triliun Rupiah berhasil terkumpul dari penawaran saham tersebut. Melalui aksi korporasi ini, sejumlah agenda disiapkan oleh GoTo setelah sukses tercatat di BEI.

Penguatan Ekosistem Pengguna

Dalam buku prospektus yang sebelumnya diterbitkan, saat ini GoTo telah mengakomodasi lebih dari 55 juta pengguna yang bertransaksi di platform setiap tahunnya. Di dalamnya termasuk lebih dari 14 juta pedagang dan 2,5 juta mitra pengemudi; dengan bisnis utama seputar layanan on-demand, e-commerce, dan fintech.

Salah satu alokasi dana yang didapat dari IPO, GoTo akan mendorong pertumbuhan jumlah konsumen dan penggunaan layanan, termasuk melalui sinergi ekosistem yang dimiliki oleh Gojek, Tokopedia, serta anak perusahaan yang ada di bawahnya.

Mengutip hasil riset RedSeer, nilai pasar on-demand di Indonesia telah mencapai $5,4 miliar pada 2020 dan diperkirakan tumbuh hingga $18 miliar pada 2025 mendatang. Sementara e-commerce untuk barang fisik nilainya $44,6 miliar pada 2020 dan diproyeksi bertumbuh $137 miliar pada 2025. Dan fintech diproyeksikan telah menyentuh $17,8 miliar pada 2020 dan akan mencapai $70,1 miliar tahun 2025 mendatang.

Penguatan Program Loyalitas

Masih berkaitan dengan upaya menguatkan ekosistem pengguna, program loyalitas dan reward akan disinergikan guna menciptakan pengalaman yang terhubung antarplatform di dalam GoTo. Seperti diketahui sebelumnya, Gopay telah mulai menjadi opsi pembayaran utama di Tokopedia, pun Gopay Coins yang digunakan sebagai sistem reward di aplikasi-aplikasinya.

Tidak hanya untuk konsumen akhir, value added bagi mitra juga menjadi prioritas. Hal ini termasuk melalui perluasan layanan keuangan yang akan terintegrasi antarplatform. Kendati belum disampaikan ke publik rencana riilnya, namun demikian diketahui di GoTo Finance terdapat ekosistem produk fintech yang cukup lengkap, mulai dari e-money, lending, sampai digital bank.

Penguatan Strategi Hyperlocal

Tidak dimungkiri, dari bisnis yang dikelola GoTo dan anak perusahaannya belum melayani masyarakat Indonesia secara menyeluruh, apalagi saat berbicara tentang kota tier-2 dan 3. Saat ini layanan Gojek baru menjangkau kurang lebih 200 kota dari total 514 kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Termasuk lewat program kemitraan.

Kehadiran GoTo di kota lapis kedua dan ketiga sebenarnya juga akan turut meningkatkan visibilitas layanan secara menyeluruh, misalnya memungkinkan layanan pengantaran instan GoSend tersedia ke lebih banyak pengguna Tokopedia. Atau adopsi GoMerchant yang semakin meluas ke mitra UMKM yang belum terjangkau sebelumnya, berimbas pada adopsi platform pendukung lainnya seperti pembayaran hingga POS.

Penguatan Investasi Strategis

Investasi yang dimaksud ditujukan untuk meningkatkan potensi pertumbuhan di kawasan operasional GoTo, baik di Indonesia maupun negara Asia Tenggara lainnya. GoTo juga akan melanjutkan strategi ventura yang sudah dilakukan, termasuk dengan melakukan M&A serta pendanaan ke bisnis strategis, terutama melalui Go-Ventures.

Transisi menuju bisnis yang ramah lingkungan juga menjadi agenda yang disampaikan. Termasuk penyiapan infrastruktur seperti kendaraan listrik dan komponen pendukungnya.

Adapun secara terperinci alokasi dana dari hasil penawaran umum perdana saham adalah sebagai berikut:

Persentase Dana Peruntukan
30% Emiten
30% Tokopedia
25% Gopay
5% GoFinance
5% Gojek Singapura
5% Gojek Vietnam

Susunan Pemegang Saham

Emiten GoTo menawarkan saham Seri A ke publik yang seluruhnya merupakan saham baru yang dikeluarkan dari portofolionya. Pembagiannya terdapat 2 jenis, yakni Seri A dan B, kendati secara kepemilikan sama, namun saham Seri B memiliki hak suara yang lebih besar, alias saham dengan hak suara multipel (SDHSM).

Sejumlah petinggi GoTo, dari eksekutif Tokopedia dan Gojek, masuk ke daftar SDHSM. Secara keseluruhan mereka memiliki hak suara mayoritas atas keputusan strategis yang akan dihasilkan perusahaan ke depanya.

Skema ini dapat dipandang sebagai sebuah langkah strategis untuk memastikan GoTo masih terus berada di koridor roadmap pertumbuhannya. Dengan gaya pertumbuhan startup, GoTo memang ditargetkan untuk memiliki growth yang signifikan secara gesit – termasuk dengan melakukan perubahan bisnis secara cepat sesuai dengan tuntutan pasar dan kompetisinya. Adanya hak suara yang besar di jajaran eksekutif meminimalkan kendala adanya proses voting yang sama untuk memutuskan hal-hal yang sifatnya mendesak.

Pasca-melantai di BEI, susunan kepemilikan saham di perusahaan adalah sebagai berikut:

Di daftar SDHSM terdapat PT Saham Anak Bangsa. Diketahui di dalamnya terdapat sejumlah investor strategis yang telah mendukung Gojek dari pendanaan ekuitas sebelumnya. Di dalamnya termasuk Temasek, Google, Telkomsel, KKR, Astra International, Taobao, Tencent, dan sejumlah lainnya. Seperti diketahui, sejak menggalang pendanaan lanjutan (Seri B ke atas), lebih banyak investor global yang berpartisipasi dalam pendanaan Gojek maupun Tokopedia.

Sesuai dengan POJK 22/2021, pemegang saham Seri B dilarang mengalihkan sebagian  atau seluruh kepemilikannya selama 2 tahun sejak tanggal efektif.

Laporan Keuangan

Secara konsisten, GoTo memiliki jumlah aset, liabilitas, dan ekuitas yang terus meningkat. Dalam laporan yang diterbitkan, tahun 2021 per September peningkatan jumlahnya cukup signifikan, karena laporan posisi keuangan konsolidasian perusahaan per 31 Juli 2021 telah mencerminkan akuisisi PT Tokopedia.

Kondisi laporan keuangan memperlihatkan bahwa GoTo saat ini memiliki sumber daya yang cukup besar untuk melakukan perluasan bisnis dan inovasi – ditinjau dari jumlah ekuitas yang dimiliki. Besarnya dana ekuitas ini juga ditopang oleh investasi sebelumnya yang telah membawa perusahaan menjadi Decacorn pertama di Indonesia pasca-pendanaan Seri F yang berhasil dibukukan.

Sementara itu dilihat dari rasio pertumbuhan dan usaha memperlihatkan bahwa saat ini GoTo masih di dalam posisi “rugi”. Sebagian pengamat mengatakan bahwa kondisi ini cukup wajar bagi startup yang masih dalam fase mengejar pertumbuhan. Platform digital membutuhkan kapital yang besar sebagai kompensasi atas akuisisi pengguna yang dilakukan. Dalam realisasinya, hal ini termasuk diskon, free ongkir, dan berbagai benefit lain yang diberikan bagi pengguna.

Sejak awal kemunculannya, pemain seperti Gojek, Tokopedia, bahkan unicorn lainnya identik dengan strategi “bakar uang”. Namun perlu diketahui, bahwa pendekatan ini juga memiliki periode yang diharapkan mengembalikan posisi perusahaan ke titik BEP – saat model monetisasi secara sepenuhnya dijalankan dari basis pengguna di seluruh ekosistem bisnis yang dimiliki.]

Memang, jika dibandingkan dengan perusahaan TBK lain yang telah melantai sebelumnya, konsep ini akan menjadi berbeda. Perusahaan pada umumnya mengedepankan revenue sebagai metrik untuk menunjukkan pertumbuhan dan performa bisnisnya. Semakin untung, akan semakin dinilai baik – pun oleh investor ritel yang memegang sahamnya.

Metrik bisnis

Untuk mengukur pertumbuhan bisnisnya, perusahaan memiliki sejumlah metrik mulai dari nilai transaksi bruto (GTV/Gross Transaction Value), jumlah pesanan, jumlah pengguna bertransaksi tahunan (ATU/Annual Transacting User), dan pendapatan bruto. GTV diartikan nilai transaksi bruto, suatu pengukuran operasional yang mencerminkan jumlah (bukan nilai) transaksi, produk, pembayaran yang terjadi di segmen bisnis tertentu. Sementara pendapatan bruto mewakili total nilai Rupiah yang diatribusikan ke perusahaan dari setiap transaksi.

Dengan kondisi tersebut, perusahaan mengklaim saat ini menjadi penyedia layanan on-demand nomor 1 di Indonesia untuk layanan mobilitas, pesan antar makanan, dan logistik. Nomor 1 juga untuk e-commerce dalam produk fisik dan digital. Dan nomor 1 untuk produk fintech berbasis pembayaran konsumen dan POS berbasis cloud.

Potensi on-demand, e-commerce, dan fintech memang masih sangat besar di Indonesia. Adapun GoTo menempatkan platform tersebut di segmen C2C, B2C, dan B2B – dengan turut menjadikan UMKM sebagai salah satu pangsa pasar utama. Ukuran pasarnya pun kini diperluas dengan ambisi ekspansi regional. Tantangan terbesarnya memang pada kompetisi pasar yang semakin sengit – dengan Grab, Shopee, Akulaku, dan lain-lain. Yang menjadi poin plus dari GoTo, mereka memiliki unit usaha yang cukup lengkap untuk menangani semua lini bisnis yang sebelumnya didirikan ataupun hasil dari akuisisinya atas startup lain.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Induk Kredivo Batal Merger dengan Perusahaan SPAC, Tunda Rencana Go-Public

Langkah FinAccel untuk segera melantai di bursa saham NASDAQ terpaksa tertunda. Induk usaha Kredivo ini mengumumkan batal merger dengan perusahaan cek kosong (SPAC), yakni VPC Impact Acquisition Holdings II (VPCB). Sebagai gantinya, Victory Park Capital akan memberikan pendanaan ke Kredivo dengan memimpin sebesar $145 juta atau sekitar 2 triliun Rupiah.

Sebagai informasi, VPCB merupakan afiliasi dari Victory Park Capital (VPC), firma investasi global yang sudah beberapa kali memberikan fasilitas kredit kepada Kredivo.

Pernyataan pembatalan merger ini disampaikan kemarin, Senin (14/3) oleh kedua belah pihak dengan alasan situasi pasar yang sedang tidak menguntungkan dan proses merger yang tertunda. Menurut Co-CEO VPCB dan Partner di VPC Gordon Watson, kedua faktor ini membuat FinAccel dan VPC tidak dapat menutup transaksi sesuai ketentuan perjanjian yang disepakati.

“Kami berupaya melaksanakan proses ini agar dapat memenuhi kepentingan para pemegang saham sebagai prioritas utama kami. Namun, situasi pasar dan proses yang tertunda di luar kendali kami telah memengaruhi jadwal transaksi kedua belah pihak dalam menyelesaikan penggabungan bisnis ini,” ujar Watson seperti dilansir DealStreetAsia.

Sementara itu, Co-founder dan CEO FinAccel Akshay Garg menambahkan, pihaknya tetap berupaya memperkuat hubungan erat dengan VPC dan investor-investor terbaik lewat putaran pendanaan baru meskipun rencananya untuk go public harus tertunda dulu saat ini.

Lebih lanjut, baik FinAccel maupun VPCB tengah mempertimbangkan opsi alternatif lainnya untuk merealisasikan rencana merger dengan kendaraan SPAC. Apabila VPC dilikuidasi, Kredivo akan menerbitkan penny warrant sehingga dapat mengakuisisi saham setara dengan 3,5% dari ekuitas Kredivo yang sepenuhnya terdilusi.

Rencana ekspansi FinAccel

FinAccel pertama kali mengumumkan rencana IPO pada Agustus 2021. Saat ini, perusahaan menyebut telah memasuki tahap perjanjian definitif untuk menggabungkan bisnisnya usai VPCB menyelesaikan IPO pada Maret 2021. Kedua belah pihak telah mengajukan dokumen kepada Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (US Securities and Exchange Commission/SEC)

Sejak awal,  perusahaan mengincar IPO di bursa Amerika Serikat (AS) agar memiliki kesempatan mendapatkan likuiditas yang jauh lebih besar. Apalagi bursa AS selama ini identik sebagai “rumah” bagi banyak perusahaan teknologi global. FinAccel pun membuka opsi untuk dual listing alias melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) meski belum ada kepastian lebih lanjut.

Merger dengan perusahaan SPAC diestimasi membawa valuasi FinAccel di kisaran $2,5 miliar, asumsinya tidak ada penebusan. Lewat IPO ini, perusahaan membidik dana segar sebesar $430 juta atau lebih dari Rp6,1 triliun dalam bentuk tunai pada neraca keuangan perusahaan gabungan. 

Kala itu, Garg mengungkap dana tersebut akan dimanfaatkan untuk memperkuat posisi FinAccel di kawasan Asia Tenggara, terutama lewat Kredivo yang saat ini memimpin pasar BNPL (Buy Now Pay Later) di Indonesia.

FinAccel juga tengah mempersiapkan langkahnya untuk masuk ke bank digital di tahun ini dengan resmi menjadi pengendali Bank Bisnis Internasional Tbk (IDX: BBSI). Sebelumnya, FinAccel mencaplok 24% saham Bank Bisnis pada Mei 2021. Kemudian, perusahaan kembali meningkatkan porsi kepemilikannya menjadi 40% pada Oktober 2021. Dengan demikian, FinAccel kini menguasai 75% saham Bank Bisnis.

Application Information Will Show Up Here

Induk Perusahaan Rumah.com Segera Melantai di Bursa Saham New York

Startup proptech asal Singapura, PropertyGuru atau dikenal dengan produknya Rumah.com di Indonesia, bersiap untuk melantai di Bursa Saham New York (NYSE) pada 18 Maret 2022. Aksi korporasi ini akan direalisasikan usai perusahaan merampungkan proses peleburannya dengan Bridgetown 2 Holdings alias perusahaan cek kosong (SPAC).

Sebagaimana diberitakan oleh The Strait Times, PropertyGuru juga akan menggelar RUPS pada Selasa, 15 Maret 2022 untuk meminta persetujuan dari para pemegang saham. Adapun, aksi mergernya dengan perusahaan SPAC diperkirakan akan mendongkrak valuasi hingga $1,78 miliar. Saat ini, Bridgetown 2 Holdings disokong oleh konglomerat Peter Thiel dan Richard Li.

PropertyGuru merupakan platform listing properti dengan cakupan layanan di kawasan Asia Tenggara. Berdasarkan kinerja keuangan, pertumbuhan PropertyGuru tahun lalu disumbang dari tiga pasar utama, yakni Singapura, Vietnam, dan Malaysia.

Perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar $100,7 juta atau naik 22,7% dari $82,1 juta di tahun sebelumnya. Pencapaian tersebut melampaui target perusahaan yang sebesar $97,5 juta. Tahun ini, PropertyGuru memproyeksikan kenaikan pendapatan sebesar 44% menjadi $145,1 juta.

Diberitakan pula, PropertyGuru sempat menaikkan biaya langganan (agent subscription) sebesar 15% di pasar Singapura pada November 2021. CEO PropertyGuru Hari Krishnan punya andil menilai kenaikan didasarkan pada sejumlah faktor, seperti harga properti, minat konsumen, agen properti yang solid, dan posisi kuat PropertyGuru di pasar proptech.

Sekadar informasi, SPAC juga dikenal sebagai perusahaan cangkang yang mengumpulkan dana lewat penawaran umum untuk mengakuisisi perusahaan yang ditentukan. Jenis perusahaan ini tidak punya model bisnis independen selain transaksi keuangan.

Biasanya, perusahaan yang ingin go public, membidik bursa saham di Amerika Serikat. Namun, baru-baru ini bursa saham di Singapura memperkenalkan aturan terkait IPO via SPAC pada September lalu.

Di Indonesia, sejumlah startup teknologi hendak “go public” dengan menggunakan kendaraan SPAC ketimbang melakukan IPO secara konvensional. Beberapa startup yang tengah bersiap IPO dengan SPAC adalah GoTo, Kredivo, dan Traveloka.

Momentum pasar proptech

Secara umum, pasar properti sempat melesu akibat pandemi Covid-19 sejak 2020. Namun, sejumlah pihak memproyeksi ada momentum kebangkitan kembali di sektor ini meski secara perlahan. Menurut survei yang dilakukan Knight Frank Indonesia, ada tiga sektor yang diestimasi memiliki performa pertumbuhan yang baik, yakni residensial, industri & logistik, dan ritel.

Di samping itu, momentum sektor properti juga ikut diperkuat oleh bertumbuhnya kesadaran generasi milenial untuk mulai membeli properti, misalnya rumah, baik untuk kebutuhan esensial maupun investasi. Berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di 2019, sebanyak 81 juta milenial belum memiliki rumah.

Terlepas dari proyeksi ini, belum diketahui apakah aksi melantai di bursa akan memengaruhi pertumbuhan PropertyGuru di Indonesia atau tidak, mengingat saat ini pasar utama PropertyGuru disumbang oleh Singapura, Malaysia, dan Vietnam.

Di Indonesia, PropertyGuru beroperasi lewat Rumah.com yang merupakan perusahaan patungannya bersama EMTEK Group. Selain itu, EMTEK juga merupakan investor PropertyGuru di putaran pendanaan seri D.

Platform proptech di Indonesia

Kompetisi di ranah proptech juga semakin kuat manakala pelaku besar mulai melakukan M&A untuk diversifikasi dan memperkuat posisinya di pasar. Di antaranya, PropertyGuru melalui Rumah.com mengakuisisi platform properti RumahDijual.com. Kemudian, platform 99co mencaplok Urbanindo, dan Emerging Markets Property Group juga mengakuisisi Lamudi Global untuk Lamudi Indonesia, Filipina, dan Meksiko.

Application Information Will Show Up Here

Whitepaper Mandiri Group: Perkembangan Regulasi IPO di Indonesia, Adopsi dari Bursa Amerika Serikat

Bursa saham Amerika Serikat menjadi rumah buat banyak perusahaan teknologi glpbal karena ramah dari segi regulasi dan penetrasi investor yang begitu matang. Meski demikian, tidak selalu ada cerita indah di sana. Banyak pelajaran yang bisa dipetik dan menjadi bahan pembelajaran buat regulator di Indonesia.

Kesuksesan IPO Bukalapak pada Agustus kemarin, menjadi pembuktian bahwa regulator di Indonesia siap untuk menerima perusahaan teknologi, juga dapat menyerap dana yang dibidik Bukalapak. Selain Bukalapak, masih banyak perusahaan teknologi yang sudah menyatakan rencananya untuk segera melantai di bursa saham.

Agar semakin mudah dalam memahami paradigma terkini mengenai regulasi IPO baik di Indonesia maupun di pasar global. Mandiri Group menyusun whitepaper yang berjudul, “The Billion Dollar Moment: A Paradigm Shift for Indonesian IPOs”. Studi itu merupakan hasil kerja sama Mandiri Group, yakni Mandiri Capital Indonesia, Mandiri Sekuritas, dan Mandiri Institute.

Secara umum, studi tersebut mendeskripsikan pandangan makro terkait strategi pengumpulan dana perusahaan teknologi di Asia Tenggara, proses IPO untuk perusahaan rintisan teknologi, dan perbandingan kebijakan IPO di dalam dan luar negeri. Beberapa kesimpulan studi ini adalah laju volume IPO perusahaan teknologi di BEI diperkirakan akan terus melonjak ke depannya.

Kemudian, kesuksesan Bukalapak telah membuktikan kepada regulator dan pemangku kepentingan bahwa IPO perusahaan teknologi yang berkembang akan memberikan manfaat besar bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

“Dengan debut pasar yang memecahkan rekor dari salah satu unicorn teknologi, pembuat kebijakan terus aktif mengubah BEI menjadi lingkungan keluar yang lebih ramah untuk startup,” tulis studi tersebut.

Dalam whitepaper dipaparkan, setidaknya ada 14 perusahaan teknologi yang melakukan IPO di BEI sepanjang 2002-2021. Sejak 2002-2016, tercatat hanya ada tiga perusahaan yang IPO, yakni PT Limas Indonesia Makmur (2002), Multipolar (2013), Anabatic (2015). Kemudian bertambah menjadi 11 emiten sepanjang 2017-2021.

Berdasarkan klasifikasi bisnisnya terbagi menjadi lima kelompok, yakni e-commerce, fintech, SME solutions, IT & Data Security, dan digital trade marketing. PT Limas Indonesia Makmur pada saat itu IPO dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp242 miliar. Sementara, PT Bukalapak.com melakukan IPO dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp87 triliun.

Di pasar regional, tren pengumpulan dana melalui aksi merger dan akuisisi diprediksi akan mencapai $75 miliar pada tahun ini, setelah lebih dari satu dekade angkanya stagnan di kisaran $20 miliar di tiap tahunnya. Pada tahun ini saja, setidaknya ada tiga aksi merger dan akusisi antar perusahaan teknologi dengan total nilai transaksi lebih dari $245 juta. Aksi itu dilakukan oleh Carsome (akuisisi iCar Asia), Mekari (akuisisi Qontak), dan Warung Pintar (akuisisi Bizzy).

BEI dan OJK juga lebih adaptif dalam melakukan banyak relaksasi untuk menyambut lebih banyak perusahaan teknologi agar melantai di bursa lokal. Relaksasi tersebut adalah menyeragamkan metode penghitungan indeks saham berdasarkan jumlah saham publik yang beredar alias free float dengan menggunakan IHSG sebagai indeks acuan utama.

Mereka juga melakukan penyesuaian atas kriteria pemilihan indeks yang memungkinkan emiten dapat dipertimbangkan segera masuk (fast entry) ke dalam konstituen LQ45, IDX30, IDX80, JII, JII70, IDX BUMN20 serta IDX-MES BUMN 17.

Belajar dari IPO di negara Barat

Perlu diakui, langkah BEI dan OJK untuk mendukung gairah perusahaan teknologi lokal untuk melantai di bursa lokal patut diacungi jempol. Salah satu yang menjadi permintaan para founer lokal adalah kemungkinan untuk pemberlakuan aturan dual class stock (DSC). Yang mana, aturan ini baru diluncurkan OJK setelah dinanti-nanti.

Praktek ini dibutuhkan perusahaan teknologi karena ada empat alasan. Pertama, memberikan ketenangan bagi founder yang ingin mengakses pasar modal publik untuk pendanaan tetapi tidak ingin melepaskan kendali atas bisnis mereka; memungkinkan pemilik perusahaan yang tumbuh cepat untuk mengakses pasar ekuitas publik tanpa melepaskan kendali total voting.

Kemudian, manajemen dapat fokus pada perolehan kekayaan jangka panjang alih-alih menjadi terganggu oleh tujuan kinerja jangka pendek; memberikan keamanan jika terjadi pengambilalihan potensial atau ancaman strategis, khususnya di era meningkatnya aktivitas pemegang saham; dan investor mungkin tidak terlalu khawatir tentang potensi kerugian dari struktur kelas ganda ketika dievaluasi terhadap manfaat berinvestasi di perusahaan yang dipimpin oleh seorang eksekutif atau pendiri terkenal.

“Dari 2017 hingga 2019, hampir 30% IPO menawarkan saham kelas ganda. Jenis struktur ini sangat populer di kalangan perusahaan teknologi yang pendirinya ingin mempertahankan hak suara dan kendali atas perusahaan.”

Tak hanya soal DCS, SPAC atau hal lainnya, perlu dicatat bahwa tidak semua debut IPO perusahaan teknologi di negara Barat berjalan dengan lancar pada tahap awalnya. Hal ini menandakan skeptisisme investor yang sehat. Kendati suatu perusahaan memiliki neraca keuanga yang sehat dan terus berada di posisi teratas, namun tidak selalu menandakan bahwa IPO akan berkinerja baik dalam waktu dekat.

Sekali lagi, ini adalah kondisi yang sehat karena menunjukkan bahwa menjual perusahaan kepada investor publik menjadi lebih menantang dan volume valuasinya jauh dari level dot-com-mania. Ambil contoh dari harga saham Airbnb, saat IPO dihargai $68 per lembar, sekarang tembus ke angka $170.

Kemudian, SEA adalah contoh kasus yang menarik karena sejak IPO di Oktober 2017, sahamnya dihargai $15 per lembar, tapi pergerakannya tidak dramatis sampai akhirnya di pertengahan Oktober 2020 meledak. Per kuartal III 2021, harga saham SEA naik 25 kali lipat dari harga IPO menjadi lebih dari $360 per lembar.

“Ini hanyalah salah satu contoh yang menunjukkan bahwa investasi teknologi adalah permainan yang panjang. Bahkan jika harga saham turun tak lama setelah IPO, potensi pertumbuhan dan keuntungan jangka panjang sering kali terasa bernilai.”