Rambah Bisnis Big Data, Ovo Resmikan Smart Vending Machine

Ovo meresmikan layanan smart vending machine SmartCube setelah peluncuran tahap pertama di Juli 2019 di sejumlah lokasi terbatas di Jakarta. Rencananya sampai akhir tahun depan ditargetkan ada 500 mesin tersebar di kota-kota besar.

Chief Data Officer Ovo Vira Shanty mengklaim ini adalah smart vending machine pertama di Indonesia yang memiliki kemampuan analsisis data secara real-time. Mesin ini mampu merekam tingkah laku dan demografi pelanggan yang bertransaksi di mesin, seperti halnya usia, jenis kelamin, lokasi, daya belanja, dan perangkat yang digunakan.

“Brand dapat mengakses dashboard untuk melihat insight yang dirangkum dengan sederhana, seperti apa profil pelanggan, tren produk yang diminati, dan hasil pengumpulan survei. Insight ini dapat dimanfaatkan brand mitra untuk memberikan penawaran yang sesuai target,” terangnya, Selasa (15/10).

Pada peresmian ini, Ovo telah mendistribusikan 30 mesin tersebar di mal, sekolah, dan perkantoran di Jakarta. Ditargetkan sampai akhir tahun dapat tembus di 100 mesin, jumlah berangsur bertambah 500 mesin di 2020, dan 1.000 mesin di 2021. Kota yang dipilih seperti Bandung, Surabaya, Medan, dan Makassar

“Kami sangat hati-hati dalam menaruh mesin, lokasinya harus indoor sebab butuh maintenance khusus, punya presence Ovo yang kuat, dan menempatkan produk brand paling appealing dengan target konsumennya.”

Untuk belanja di mesin vending, tidak jauh berbeda dengan mesin vending pada umumnya. Konsumen diharuskan memiliki akun Ovo, lalu memindai kode QR. Sayangnya, kode QR ini belum bisa terhubung dengan QRIS, alias masih eksklusif untuk Ovo.

Rambah bisnis big data

Ovo SmartCube ini sekaligus menandakan dimulainya bisnis monetisasi Ovo dari eksternal, dengan berjualan bisnis big data. Selama ini Ovo merekam jutaan data transaksi yang sebenarnya dibutuhkan oleh marketer.

Yang mana, marketer saat ini berlomba-lomba untuk melakukan pendekatan pemasaran yang berpusat pada konsumen, menuntut interaksi yang bermakna antara brand dengan konsumennya.

Vira menjelaskan SmartCube adalah produk data analitik yang memiliki banyak engine big data di dalamnya. Penggunaan big data itu bisa buat kebutuhan internal dan eksternal saat menentukan strategi monetisasi.

Selama ini Ovo memanfaatkan big data untuk mendapat insight yang membantu manajemen bisa lebih cepat mengambil keputusan. Hal yang sama juga berlaku buat kebutuhan eksternal.

Ovo memanfaatkan teknologi yang disediakan oleh mitra data analitik untuk melancarkan seluruh strateginya tersebut. Ada tiga mitra yang digaet, yakni Kinetica, Informatica, dan Cloudera. Ketiganya berasal dari Amerika Serikat.

Teknologi Informatica dimanfaatkan saat pengumpulan data tahap awal, sementara untuk penyimpanan segala datanya di cloud memanfaatkan Cloudera. Sedangkan speed layer-nya memanfaatkan Kinetica, untuk pengiriman data secara real time ke dashboard brand.

“Ada tiga teknologi yang kita gunakan untuk big data Ovo, salah satunya untuk dukung SmartCube.”

Ketika brand dapat mengakses seluruh insight di dashboard, ada perhitungan komersial yang diberlakukan Ovo. Informasi yang dikumpulkan mesin dan bisa diakses oleh brand, berbentuk insight, bukan bersifat data pribadi. Bentuknya ringkasan perbandingan yang disusun dengan bahasa sederhana sehingga mudah dipahami brand untuk mengambil keputusan berikutnya.

Buat bantu brand memahami konsumen, Ovo SmartCube dilengkapi dengan fitur produk sampling, penjualan, survei, dan pemasangan iklan. Ke depannya, bakal ditambah fitur isi ulang saldo Ovo dan redeem program deals/voucher.

Dia menargetkan sampai akhir tahun ini, SmartCube dapat menggaet enam brand prinsipal untuk berjualan lewat mesin vending.

Sejak uji coba perdana di Juli 2019, ada sejumlah insight yang berhasil dikumpulkan SmartCube. Misalnya, waktu belanja di mal yang paling banyak terjadi dari sore menuju malam hari. Konsumen yang paling sering belanja di mal adalah perempuan (52%).

Sementara di sekolah, waktu belanja yang paling banyak adalah siang menuju malam. Konsumennya ada kalangan milenial muda dan perempuan mendominasi. Terakhir, di perkantoran, waktu paling sibuk adalah pagi menuju siang. Konsumen didominasi milenial dengan usia yang lebih tua dan lebih didominasi laki-laki (61%).

Application Information Will Show Up Here

StickEarn Announces Series A Worth of 77.6 Billion Rupiah

StickEarn startup known with its advertising solution on the vehicle, today (10/15) announced series A funding closed at $5.5 million or around 77.6 billion Rupiah. This round led by East Ventures and SMDV, followed by Grab, Ovo, and Agaeti Ventures.

The fresh money is to be used to explore new opportunities and services. It also to improve data analytics for a better advertising business. StickEarn offers various out-of-home advertising platforms, such as StickMob (car), StickMotor (motorcycle), StickBus (bus), StickAngkot (Angkot), StickPlane (plane), dan StickMart (retail in-car).

Since 2017, there are more than 300 brands are helped by StickEarn service. Mostly has income growth up to 300% of the awareness. The company has been operating in 31 cities in Indonesia.

“We have this commitment to developing ads platform which brings significant impact, easy access, and smart product for our clients. Through this round, we tried to recruit the best talents in the industry to improve our service in order to meet the client’s demand, to develop new products, and tighten up our partnership among agencies,” StickEarn’s Co-Founder, Archie Carlson said.

Last month, StickEarn has introduced StickTron, a new model of advertising using moving LED on trucks. This is still on trial around Jakarta. They’re targeting 10 units of LED trucks by early 2020.

“We’ll keep developing various ad services to support campaigns in the integrated and multi-platform. This is to allow StickEarn clients to experience the whole advertising to integrate offline marketing strategy online. We’ll provide more data-based campaign report ad tech updates, therefore, to help clients make better decisions,” StickEarn’s Co-Founder, Garry Limanata said.

StickEarn first received seed funding in 2007 from East Ventures. Along the journey, they’ve made some strategic partnerships, such as GrabAds with Grab.

“As StickEarn’s early investor, East Venture has seen how the pioneers prove their point to develop this kind-of-new business model, in vertical or horizontal. Within only two years, their solution keeps making positive impact either for advertisers or brands. The investment is our commitment to StickEarn can work on its vision to make industrial revolution of out-of-home (OOH) advertising in Indonesia,” East Ventures’ Managing Partner, Willson Cuaca said.

In addition to StickEarn, Indonesia also has StiCar, Ubiklan, Adroady, and some other players that provide similar services. Promogo, a startup that offers advertisement on vehicles, has acquired by Gojek.

Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

 

StickEarn Umumkan Perolehan Pendanaan Seri A Senilai 77,6 Miliar Rupiah

StickEarn startup yang dikenal dengan solusi periklanan di kendaraan, hari ini (15/10) mengumumkan penutupan pendanaan seri A dengan nilai mencapai $5,5 juta atau setara 77,6 miliar Rupiah. Putaran investasi ini dipimpin oleh East Ventures dan SMDV, turut berpartisipasi di dalamnya Grab, Ovo, dan Agaeti Ventures.

Dana segar ini akan dimanfaatkan perusahaan untuk mengeksplorasi peluang dan layanan baru. Termasuk meningkatkan kemampuan analisis data untuk mendukung bisnis periklanan yang dijalankan. StickEarn menawarkan beragam pilihan platform beriklan luar ruangan seperti StickMob (mobil), StickMotor (sepeda motor), StickBus (bus), StickAngkot (angkutan perkotaan), StickPlane (pesawat), dan StickMart (ritel di dalam mobil).

Sejak debut pada tahun 2017, saat ini sudah lebih dari 300 brand dibantu dengan layanan iklan StickEarn. Rata-rata mengalami peningkatan pendapatan hingga 300% dari awareness yang dihasilkan. Perusahaan juga sudah  beroperasi di 31 kota di Indonesia.

“Kami berkomitmen untuk terus mengembangkan platform iklan yang membawa dampak besar, mudah diakses, dan cerdas untuk klien kami. Melalui putaran pendanaan ini, kami berupaya untuk merekrut talenta terbaik di industri guna meningkatkan layanan kami dalam memenuhi kebutuhan klien, mengembangkan produk-produk terbaru, serta memperkuat kemitraan antara agensi dan StickEarn lebih,” ujar Co-founder StickEarn Archie Carlson.

Awal bulan lalu StickEarn baru memperkenalkan StickTron, yakni model layanan beriklan melalui layar LED bergerak yang ditempelkan pada kendaraan truk. Saat ini masih diuji coba di kawasan Jakarta. Targetnya akan ada 10 unit LED Truck di awal 2020 mendatang.

“Kami akan terus mengembangkan berbagai layanan beriklan yang dapat mendukung kampanye di multi-platform dan terintegrasi. Hal ini agar memungkinkan klien StickEarn dapat merasakan pengalaman beriklan yang lebih menyeluruh dan mengintegrasikan strategi pemasaran offline ke online. Kami juga akan menyediakan lebih banyak laporan kampanye berbasis data, serta pembaharuan teknologi, sehingga dapat membantu klien membuat keputusan yang lebih baik,” lanjut Co-founder StickEarn Garry Limanata.

StickEarn mendapatkan pendanaan awal pada tahun 2017 dari East Ventures. Dalam perjalanannya, mereka juga menggandeng berbagai mitra strategis, salah satunya Grab untuk inisiatif GrabAds.

“Sebagai pendukung pertama StickEarn, East Ventures melihat bagaimana para pengagas membuktikan kemampuan mereka untuk mengembangkan model bisnis baru ini, baik secara horizontal maupun vertikal. Hanya dalam dua setengah tahun, solusi mereka terus memberikan dampak positif baik bagi pengiklan dan brand. Investasi ini adalah bukti kepercayaan kami bahwa StickEarn akan dapat memenuhi visinya dalam merevolusi industri periklanan luar ruang (OOH) di Indonesia,” sambut Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Selain StickEarn, di Indonesia juga ada StiCar, Ubiklan, Adroady, dan beberapa pemain lainnya yang menyajikan layanan serupa. Promogo juga memiliki layanan periklanan di kendaraan serupa, saat ini sudah diakuisisi oleh Gojek.

Application Information Will Show Up Here

Petinggi Dana, GoPay, LinkAja, dan Ovo Tanggapi Strategi Bakar Uang

Strategi ‘bakar uang’ lumrah dipakai oleh perusahaan baru dalam mengakuisisi konsumen dalam waktu yang singkat. Ada pro kontra bila ini dilakukan dalam waktu lama. Selain tidak sehat untuk industri, juga konsumen akan didorong untuk hidup konsumtif.

Bagaimana para pemain fintech pembayaran menanggapi strategi ini? Pertanyaan ini diangkat dalam salah satu sesi di Indonesia Fintech Summit & Expo 2019 hari kedua, kemarin (24/9). Mengundang Aldi Haryopratomo (GoPay), Harianto Gunawan (Ovo), Vincent Iswara (Dana), Danu Wicaksana (LinkAja), dimoderatori oleh Ketua Aftech Niki Luhur.

Seluruh pemain sepakat bahwa promosi dilakukan untuk mengedukasi masyarakat yang sehari-harinya masih menggunakan transaksi tunai dalam kesehariannya. Harianto mengelaborasi lebih dalam. Dia menjelaskan ada dua hal yang membuat konsumen mau beralih dan menggunakan aplikasi pembayaran, yakni kepercayaan dan kenyamanan.

“Proses bank dalam bangun kepercayaan di pasar sampai bertahun-tahun, kita [perusahaan teknologi] tidak bisa melakukan seperti itu. Cara tercepat dalam meraih kepercayaan, siapa itu kita, perlu dengan insentif. Ini adalah investasi terbesar yang perlu dilakukan untuk bangun kepercayaan,” katanya.

Untuk bisa mendorong orang pindah dari transaksi tunai ke nontunai, butuh proses. Terlebih, menurutnya mayoritas penduduk di Asia Tenggara masih menggunakan tunai. Di Indonesia saja, layanan pembayaran digital masih di bawah 10%.

Sepakat dengan Harianto, Aldi menambahkan insentif itu dibutuhkan untuk mengalihkan orang dari tunai ke non tunai. Namun dia menekankan, insentif yang diberikan harus kepada orang yang tepat dan waktu yang tepat pula. Pun, insentif tidak hanya diberikan ke pembeli saja, tapi juga ke mitra penjual.

“Mitra kami mayoritas adalah UKM, ketika kami beri insentif, mereka bisa merasakan langsung dampaknya. Penjualan mereka naik double. Dari sini, mereka akan merasa perlu untuk geser ke non tunai.”

Sementara itu, Vincent juga menekankan bahwa promosi itu bukan satu-satunya hal yang mendorong masyarakat untuk beralih ke digital. Menurutnya yang terpenting adalah akses, bagaimana mereka bisa memanfaatkan layanan ini untuk top up dan cash out semudah bertransaksi tunai.

Pasalnya, bertransaksi digital ini tidak mengurangi nominal saldo yang ada di ATM. Makanya Dana fokus perbanyak kerja sama untuk keagenannya, beberapa nama di antaranya Ramayana, Bukalapak, dan Alfa Group.

“Pada akhirnya ini mengenai edukasi, burning money untuk mengubah gaya hidup digital itu tidak murah, butuh effort, waktu, dan mindset.”

Vincent mencontohkan, kejadian nyata ini dialami sendiri oleh Dana saat menggelar acara offline. Konsumen tidak perlu bayar apapun asalkan mengunduh aplikasi Dana untuk bertransaksi di dalamnya. Menariknya dari total pengunjung, hanya 20% yang mau untuk pakai Dana.

“Kejadian ini mindblowing. Saya tanya ke mereka kenapa tidak mau pakai? Mereka bilang kurang nyaman sehingga lebih baik pakai tunai saja. Ini memperlihatkan butuh effort ekstra untuk mengubah mindset.”

Terakhir, Danu mengaku pihaknya lebih memilih untuk bakar uang secara tepat guna. Dengan menggabungkan pengalaman dari tiga bank pemegang saham di balik Dana dengan semangat agility dari startup, menghasilkan insight penting agar perusahaan lebih cerdas dalam bakar uang.

“Ada dua metrik yang kita ukur sebelum bakar uang, dari persentase orang yang datang dari tunai dan nasabah bank ke LinkAja. Itu terlihat seberapa tinggi yang butuh e-money. Lalu peta distribusinya, apakah dari 2nd atau 3rd tier. Ini penting buat tahu investasi yang kita tempatkan benar-benar sentuh mereka.”

Kesediaan untuk menerapkan ekosistem terbuka

Pertanyaan lain yang diajukan moderator kepada para panelis adalah apakah keempat pemain ini bersedia untuk merelakan infrastruktur yang sudah dibangun untuk dipakai bersama pemain sejenis yang tak lain adalah kompetitor langsungnya.

Menanggapi ini, Harianto menegaskan Ovo bukan kompetitor dengan GoPay, LinkAja, dan Dana. Justru kompetitor keempatnya adalah uang tunai. Untuk itu pihaknya sangat terbuka dengan kolaborasi, terutama dengan perbankan.

Dia juga mengapresiasi penerapan QRIS oleh BI, yang dinilai sangat brilian dalam mendukung integrasi antar pemain dan interoperabilitas satu sama lain. Imbas akhirnya adalah pemain dapat menekan ongkos yang harus mereka keluarkan untuk mengakuisisi merchant.

“Kita sangat terbuka, makanya menganut open ecosystem. Jika kita bisa bersatu maka bisa mengalahkan dominasi cash.”

Aldi menanggapi pertanyaan ini dengan mengumbar info terbaru bahwa saat ini mesin EDC dari GoPay sudah bisa menerima pembayaran dari LinkAja, dalam mendukung ekosistem terbuka. Dari sisi LinkAja, tentunya hal ini bisa mengurangi ongkos perusahaan dalam investasi mesin EDC baru dan menempatkannya di merchant mereka.

“Ekosistem terbuka itu adalah gol kita, infrastruktur yang kita bangun bisa dipakai oleh partner. QRIS juga sangat menguntungkan kita untuk mencapai gol kita,” tutupnya.

Ovo Mulai Perkenalkan Produk Turunan Lainnya Bersama Taralite

Ovo mulai memperkenalkan dua produk fintech baru ke publik, ialah Ovo Talangan Siaga dan Ovo Dana Tara. Keduanya merupakan produk turunan yang dirilis bersama Taralite dan belum diluncurkan secara resmi.

Director of Enterprise Payment Ovo Harianto Gunawan menerangkan, kedua produk ini punya segmen yang berbeda dibandingkan Ovo PayLater yang lebih diarahkan untuk kebutuhan konsumtif perorangan. Dia masih enggan membeberkan detail terkait produk ini karena masih berupa teaser dan belum memastikan kapan akan diresmikan secara resmi.

“Kami kerja sama dengan Taralite untuk merilis produk pinjaman karena Ovo ini sebagai channel penjual. Jadi setiap kerja sama [dengan perusahaan lain] pasti akan kasih tahu dengan siapa. Kami berikan platform [Ovo] kepada partner sehingga bisa lakukan transaksi,” terang dia di sela-sela Indonesia Fintech Summit & Expo 2019, kemarin (23/9).

DailySocial melakukan penelusuran terhadap kedua produk ini. Ovo Talangan Siaga merupakan pinjaman jangka pendek khusus untuk mitra pengemudi GrabCar. Pinjaman ini ditujukan untuk keperluan mendadak biaya operasional sehari-hari dan kebutuhan pribadi mitra.

Persyaratannya, mitra pengemudi minimal telah bergabung di GrabCar selama minimal tiga bulan dan aktif mengemudi selama tiga bulan terakhir. Mereka juga diharuskan memiliki penghasilan mengemudi di luar insentif minimal 1 juta Rupiah per minggu.

Ada aplikasi khusus bernama DAX App yang dirilis Grab untuk memproses pengajuan pinjaman. Uji coba produk ini baru dilakukan untuk mitra yang berdomisili di Jabodetabek dan Medan. Hanya mitra yang mendapat notifikasi dari Grab yang bisa memanfaatkan layanan ini.

Nominal dana yang bisa mereka ajukan mulai dari Rp500 ribu sampai 1 juta, dengan pilihan tenor 15 hari atau 30 hari. Biaya keterlambatan per harinya Rp2.500.

Sementara, Ovo Dana Tara adalah pinjaman modal usaha kecil dan menengah yang disediakan khusus untuk merchant yang berjualan di Tokopedia. Besar nominal yang bisa mereka ajukan mulai dari Rp2 juta sampai Rp1 miliar, tergantung kebutuhan usaha.

Tenor pinjaman yang dapat dipilih adalah 3, 6, atau 12 bulan dan bunga mulai dari 0,99%-1,59% per bulannya. Merchant hanya cukup mengunggah KTP dan KK bila tertarik untuk mengajukannya. Bila proses verifikasi lancar, dalam 1-5 hari merchant akan diberitahu disetujui atau tidak.

Tanggapi rumor

Di saat yang sama, Harianto juga ditanyai berbagai rumor entah itu mengenai dorongan merger dengan Dana, menjadi unicorn kelima di Indonesia, dan akuisisi terhadap Bareksa.

“Kami tidak bicara soal rumor,” kata dia saat ditanya soal Dana.

Ia mengatakan perusahaannya hanya fokus pada kebutuhan konsumen, apa yang konsumen gunakan sejak bangun tidur hingga kembali ke rumah. “Itu kami petakan satu-satu dan kami generate.”

Dia juga menanggapi pertanyaan soal konsolidasi fintech pembayaran ke depannya. Menurut dia, industri ini masih terlalu muda, beda dengan perbankan yang sudah beroperasi sejak puluhan tahun lalu. Oleh karenanya, dia ingin melihat ke depannya fintech pembayaran ke depannya akan seperti apa.

Setelah itu, Harianto juga menanggapi kabar akuisisi Bareksa pasca diumumkannya CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra yang kini rangkap jabatan sebagai Presiden Direktur Ovo. Dia menegaskan bahwa hubungan Ovo dan Bareksa adalah kerja sama strategis.

“Bukan berarti jadi bagian dari Ovo family [harus] diakuisisi.”

Lagipula, Ovo di dalam aplikasinya sudah memiliki layanan investasi Ovo Invest, meskipun masih beta. Kehadiran Bareksa diharapkan bisa membawa inovasi produk jauh lebih berkembang, seiring upaya Ovo dalam mengedukasi masyarakat dalam mengenal produk keuangan lebih jauh.

Harianto juga menanggapi kabar status Ovo yang kini menyandang sebagai unicorn. Ia menyatakan bahwa ini adalah isu spekulasi.

Disebutkan saat ini Ovo memiliki 500 ribu merhcant per Agustus 2019 di 354 kota di seluruh Indonesia. Dari angka merchant ini, sekitar 300 ribu di antaranya adalah UKM. Layanan Ovo telah dipasang di 115 juta perangkat smartphone dan bisa digunakan untuk akses pembayaran, transfer, top up, tarik dana, manajemen aset dan investasi.

Application Information Will Show Up Here

Ovo Segera Hadirkan Produk Reksa Dana, Tunjuk CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra Jadi Presdir

Bareksa dan Ovo mengumumkan kolaborasi bisnis terbaru, memungkinkan hadirnya produk reksa dana di dalam aplikasi Ovo. Inisiasi tersebut diharapkan dapat mendongkrak jumlah investor dengan semakin mempermudah akses pembayaran melalui uang elektronik.

Hanya saja, kedua perusahaan masih menunggu restu dari Bank Indonesia dan OJK selaku regulator di masing-masing industri. BI mengarahkan saldo reksa dana akan terpisah dari saldo Ovo, namun itu belum menjadi keputusan final, lantaran inovasi ini adalah pertama kalinya hadir di Indonesia.

Co-Founder & CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra menerangkan sebelumnya konsep penjualan reksa dana dengan memanfaatkan channel distribusi dari platform e-commerce Bukalapak dan Tokopedia telah terbukti sukses dan bisa dilaksanakan. Dia pun optimis, regulator akan sangat mendukung inisiasi bisnis dari Bareksa dan Ovo.

“Kami sedang minta arahan dari BI dan OJK terkait integrasi bisnis e-investing dan e-money. Ini adalah hal yang baru, namun kita bisa lihat sebelumnya konsep e-commerce dan e-investing berhasil dilakukan dan memberikan hasil yang luar biasa,” terangnya di acara Bareksa-Kontan 3rd Fund Awards 2019, kemarin (18/9).

CEO Ovo Jason Thompson menambahkan, kemitraan dengan kedua perusahaan diharapkan dapat mendorong pendalaman pasar. Alhasil, siapapun dan di manapun bisa berinvestasi reksa dana lewat Ovo. Dari data yang ia kutip, ada 99,7% orang Indonesia yang belum memiliki akun SID.

Pihaknya mendesain ambang minimum investasi yang terjangkau, mudah untuk membeli dan menjualnya, dan imbal hasil yang menarik. “Kami ingin menyelesaikan masalah nyata terjadi di Indonesia dengan cara termudah yang bisa langsung diadopsi oleh konsumen,” terangnya.

Bakal ada panduan dari OJK

Turut hadir dalam kesempatan yang sama, Kepala Bagian Pengembangan Kebijakan Pengelolaan Investasi OJK Solihin. Ia mengatakan sebenarnya kolaborasi Bareksa sebagai APERD dengan pemain uang elektronik sudah diakomodasi dalam POJK Nomor 23 Tahun 2016. Di dalamnya menyebutkan pembayaran transaksi bisa memakai sistem pembayaran elektronik.

“Namun, yang ini [Bareksa dan Ovo] agak sedikit berbeda karena ada integrasi saldo e-money-nya dengan dana di reksa dana, sehingga butuh kajian dulu. Kita sudah berdiskusi dengan BI, nanti akan kita keluarkan panduan bagaimana seharusnya penempatan produk reksa dana di dalam aplikasinya karena kita harus tetap memperhatikan aspek kehati-hatian dan pemasarannya harus sesuai,” terang Solihin.

Direktur Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran BI Ida Nuryanti menambahkan, baik Bareksa maupun Ovo harus memperhatikan bahwasanya bank sentral telah membuat aturan main dari uang elektronik. Artinya, ketika akan digunakan untuk membeli reksa dana, haruslah konsumennya sudah terdaftar dalam sistem.

Lalu, maksimal dana yang dapat disimpan dalam satu akun adalah Rp10 juta dan transaksi dalam sebulan tidak boleh lebih dari Rp20 juta. Rambu-rambulah ini harus diperhatikan.

Bank sentral juga tidak ingin tutup mata, apabila ke depannya masyarakat makin menikmati penggunaan transaksi lewat uang elektronik untuk menaikkan ambang batas (capping) dari sebelumnya.

“Nanti bisa saja kita evaluasi dari maksimal dana di uang elektronik, tentunya masukan dari masyarakat sangat kami harapkan,” kata Ida.

Menurut data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor reksa dana melonjak pesat dari sebelumnya stagnan di 350 ribu pada empat tahun lalu. Kini, per 9 Agustus 2019 telah mencapai 1,39 juta. Kenaikan juga didukung oleh meningkatnya dana kelolaan (AUM) naik 98% dari 2015 menjadi Rp538,4 triliun.

Pencapaian dari Bareksa sendiri telah menggaet 1,3 juta investor per Agustus 2019, atau diklaim merepresentasikan 42% investor reksa dana di seluruh Indonesia.

Penggunaan uang elektronik dipercaya akan semakin mendorong jumlah investor reksa dana. Mengacu dari data BI, nilai transaksi pembayaran uang elektronik mencapai Rp47,19 triliun pada tahun lalu. Nilai itu melonjak empat kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp12,37 triliun.

Karaniya Dharmasaputra ditunjuk jadi Presiden Direktur Ovo

Karaniya Dharmasaputra
Co-Founder CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra yang kini jadi Presdir Ovo

Sejalan dengan kemitraan, Karaniya kini resmi ditunjuk sebagai Presiden Direktur Ovo menggantikan posisi Adrian Suherman yang telah menjabat selama 3 tahun. Sejauh ini belum ada kabar tentang pengganti posisinya sebagai CEO di Bareksa, sehingga bisa dibilang ia kini memegang kendali dua perusahaan sekaligus.

“Kepercayaan ini merupakan sebuah amanah untuk terus membangun Ovo, bukan hanya sebagai pelaku industri fintech terpercaya tapi juga sebagai aset nasional strategis yang akan menjadi mitra pemerintah dan pemangku kepentingan lain, dalam mendorong laju inklusi keuangan serta pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui teknologi digital,” sambut Karaniya.

Pengumuman kolaborasi dengan Ovo ini sebenarnya memperkuat indikasi terjadinya akuisisi yang sudah diisukan sejak beberapa waktu lalu, hanya saja kedua belah pihak masih enggan menanggapinya. Techcrunch bahkan sudah mempublikasi akuisisi Bareksa oleh Ovo pada April 2019 senilai $20 juta (sekitar 281 miliar Rupiah).

Dalam presentasinya Jason menjelaskan, Ovo menerapkan konsep open ecosystem sehingga semua pihak bisa bergabung ke dalamnya. Bareksa menjadi salah satu perusahaan yang melengkapi portofolio Ovo, bersama dengan Tokopedia dan Grab.

Rangkaian bisnis Ovo menyangkut tiga pilar, yakni sistem pembayaran, reward, dan fintech. Dalam bisnis fintech, Ovo telah menyediakan layanan merchant lending, asuransi, big data enabled consumer, dan terintegrasi dengan instrumen manajemen dan investasi.

Di ritel offline, Ovo telah dimanfaatkan oleh 122 juta pengguna dan 500 ribu merchant. Saldo Ovo bisa dipakai untuk berbagai kebutuhan, seperti transfer dana ke antar pengguna, bayar tagihan, dan sebagainya.

Bicara capaian bisnis, tanpa menyebut angka detail, Jason memaparkan pertumbuhan MAU tembus 11,5 kali lipat di Juli 2019 dibandingkan Mei 2018 dan annualized transactions naik 27,8 kali lipat. Dalam kurun waktu yang sama, secara nominal, annualized TPV (Total Payment Volume) naik 18,6 kali lipat, dan SVF (Stored Value Facilities) naik 6,9 kali lipat.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Ovo is Indeed Indonesia’s Fifth Unicorn

Ovo’s former Director, Johnny Widodo (now the CEO of BeliMobilGue) said earlier this year at the interview with CNBC Indonesia that the digital payment platform has reached valuation over $1 billion or so-called unicorn. The news might be sealed and Indonesia’s “officially” still the country with four unicorns, Gojek, Tokopedia, Traveloka, and Bukalapak.

Last week, Finance Asia with its source, stated Ovo’s valuation at the latest round has reached $2.9 million (over 40 trillion Rupiah) – the number which may be obsolete today.

Regarding this news, our source at Ovo didn’t deny the Lippo Group initiated company supported by Tokyo Century Corp, Grab and Tokopedia, is indeed at the unicorn stage.

DSResearch’s Startup Report 2018 put Ovo as the closest unicorn-to-be, among all those startups with over $100 million valuation.

As the leading company of digital payment with GoPay, the company is clearly proceeding a big amount of funds that touch trillion Rupiahs per year. Ovo’s selection as the primary payment method on Tokopedia also boosts the increasing use of this instrument on average for every user.

A piece of news arose last weekend of Ovo and Dana merger in an effort to dominate the digital payment head to head with Gojek in Indonesia.

In fact, the unicorn title is not to solve all problems. The rumor of Bukalapak’s layoff due to profitability is an example of running a business won’t be that easy.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

 

Startup Unicorn Kelima Indonesia Memang adalah Ovo

Awal tahun ini, mantan Direktur Ovo Johnny Widodo (kini menjadi CEO BeliMobilGue) dalam wawancara dengan CBNC Indonesia sudah menyebut platform pembayaran digital itu sebagai salah satu yang bervaluasi lebih dari $1 miliar atau sering kita kenal sebagai unicorn. Narasi tersebut tampaknya diredam sehingga Indonesia saat ini “secara resmi” masih memiliki empat unicorn, yaitu Gojek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak.

Finance Asia minggu lalu, menurut sumber yang dikutipnya, menyebutkan valuasi Ovo saat pendanaan putaran terakhir mencapai $2,9 miliar (atau lebih dari 40 triliun Rupiah)–angka yang bahkan mungkin sudah obsolete hari ini.

Menanggapi hal ini, sumber kami di Ovo tidak menolak bahwa perusahaan yang diinisiasi Lippo Group dan didukung Tokyo Century Corp, Grab, dan Tokopedia ini memang sudah mencapai kondisi unicorn.

Startup Report 2018 yang disusun DSResearch menempatkan Ovo sebagai calon terdekat untuk status unicorn, di antara jajaran startup yang memiliki valuasi di atas $100 juta.

Sebagai perusahaan yang memimpin industri pembayaran digital bersama GoPay, perusahaan ini jelas memproses perputaran dana yang sangat besar yang mencapai triliunan Rupiah per tahunnya. Dipilihnya Ovo sebagai pilihan pembayaran primer di Tokopedia mendorong peningkatan penggunaan instrumen ini secara rata-rata untuk setiap pengguna.

Akhir pekan lalu sempat diberitakan ada potensi menyandingkan Ovo dan Dana untuk mendukung usaha mendominasi segmen pembayaran digital dalam kompetisinya menghadapi Gojek di Indonesia.

Tentu saja menyandang status unicorn bukan berarti bisa menyelesaikan semua permasalahan. Kabar perampingan pegawai Bukalapak demi alasan profitabilitas menjadi contoh menjalankan startup, yang memiliki kebutuhan pertumbuhan dan keuntungan, tidak semudah yang dibayangkan.

Application Information Will Show Up Here

Cara Transfer Saldo Ovo ke Sesama dan Transfer Bank

Selain untuk berbelanja, saldo OVO juga bisa ditransfer ke rekening bank atau ke sesama pemilik Ovo. Tapi untuk bisa melakukannya, ada dua syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Pertama, saldo OVO Anda berjenis nominal uang bukan poin. Kedua, Anda harus mengupgrade akun OVO ke premier terlebih dahulu karena di OVO biasa tidak melayani menu transfer. Untuk step-stepnya sangat mudah. Ikutilah instruksi berikut ini.

Langkah-Langkah Mentransfer Saldo OVO ke Rekening Bank Pribadi

  • Pastikan Anda memiliki informasi rekening tujuan terlebih dahulu, misalnya rekening BRI, Mandiri, BCA dan lain-lain.
  • Buka aplikasi OVO Anda dan login terlebih dahulu.
  • Di halaman utama terdapat menu Transfer, klik menu tersebut.

Screenshot_20190912-225820_OVO

  • Berikutnya, pilih opsi rekening bank kemudian isilah kolomnya dengan nominal uang yang ingin Anda transfer ke rekenjng bank.

Screenshot_20190912-225858_OVO

  • Setelah itu, pilh bank Anda. Masukkan nomor rekening tujuan yang telah Anda catat tadi. Jangan lupa untuk memeriksa kembali nomor rekening Anda untuk meminimalisir kesalahan.
  • Untuk kolom pesan boleh di isi boleh tidak.

security code ovo

  • Satu step lagi untuk menyelesaikan aktivitas transfer ini dengan mengisi kode security akun OVO Anda. Jika sudah maka tunggulah proses transaksi hingga selesai. Jika berhasil akan ada pemberitahuan dari OVO dan saldo Anda sudah sampai di rekening pribadi.

screenshot_2019-05-13-14-41-48

  • Jika sudah ada pemberitahuan berhasil, klik selesai. Kemudian akan muncul bukti transfer dari OVO.

Cara Transfer Saldo OVO ke Teman

  • Buka aplikasi OVO Anda kemudian login.
  • Pilih menu transfer dan pilih pengguna baru.

Screenshot_20190912-225820_OVO

  • Klik transfer ke sesama pengguna OVO.

Screenshot_20190912-230117_OVO

  • Isilah nomor telepon pengguna OVO yang ingin Anda transfer dan tulis nominal transfer.
  • Jika sudah klik lanjutan.

security code ovo

  • Klik konfirmasi, masukkan kode keamanan dan selamat Anda telah berhasil.

Namun, jika Anda mengalami masalah berupa saldo Anda berkurang tapi uangnya tidak sampai ke rekening Anda,  segeralah minta bantuan ke CS OVO. Anda bisa menghubungi melalui nomor telpon 1500696. Bisa juga menyampaikan keluhan ke email [email protected].

Grab is Said to be In Talk to Merge Ovo and Dana

Reuters reports that Grab, one of Ovo’s backers, intends to spur the merger of Ovo and Dana. It is said to take part in Grab and Gojek’s competition for the payment platform. GoPay and Ovo are known as the two leading platforms of digital payment in Indonesia, followed by Dana as the closest competitor.

No official statement has been confirmed by the related parties.

Ovo was founded by Lippo Group and supported with Grab and Tokopedia. Ovo’s current CEO, Jason Thompson, was previously the Head of GrabPay.

Reuters also mentioned that the plan has been discussed with Softbank’s CEO, Masayoshi Son during his visit in Jakarta.

Softbank has been one of Grab’s significant investors. Alibaba, Softbank’s biggest porttfolio, created Dana through joint ventures with Emtek–which recently closed down BBM.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here